ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINT. pdf

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
(Studi Empiris Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)
Nugrah Leksono Putri Handayani S.E.,M.Si
Politeknik Pratama Purwokerto
ABSTRACT
The research was conducted in order to obtain empirical evidence
related to the influence of the characteristics of the local government to local
government's financial performance. Characteristic views of local government
assets, GDP per capita, Leverage and Balance Funds consisting of Sharing
Fund (DBH), the General Allocation Fund (DAU), and the Special Allocation
Fund (DAK). Financial performance score is calculated by a factor of
independence ratio, the ratio of effectiveness and efficiency ratios. The study
was conducted in the district / town in Central Java which totaled 35, including
29 districts and 6 cities. The data used in the form Realized Budget Report and
the Balance Sheet as well as the GDP per capita of data regencies /
municipalities in Central Java in 2006-2011. The analysis used multiple
regression to test the assumptions underlying the classical regression model.
The results of this study indicate that the local government assets, GDP
per capita, Leverage and Special Allocation Fund (DAK) has no effect on the
performance of local government finance. While the Fund (DBH) and the

General Allocation Fund (DAU) as part of the Balanced Fund affect the
financial performance of local governments. Results using a level of
independence as a measure of financial performance showed similar results,
namely assets, GDP per capita, leverage and DAK no effect on the level of local
government autonomy. While using the effectiveness and efficiency of the results
showed no effect.

Keywords: Assets, GDP per capita, Leverage Fund (DBH), the General
Allocation Fund (DAU), Special Allocation Fund (DAK),
Financial Performance
Latar Belakang
Pengelolaan keuangan negara
maupun daerah di Indonesia telah
banyak mengalami perubahan seiring
dengan
semangat
reformasi
manajemen keuangan pemerintah

untuk mencapai keberhasilan

otonomi
daerah.
Pengelolaan
keuangan
daerah
sebagaimana
amanat otonomi daerah dilaksanakan
secara jujur dan transparan dengan

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

memiliki nilai akuntabilitas yang
tinggi di dalam pengelolan dan
pertanggungjawaban
keuangan
daerah. Pemerintah daerah dituntut
agar menyusun laporan keuangan
daerah yang disesuaikan dengan
sistem dan prosedur sesuai dengan
standar

akuntansi
Pemerintah.
Sehingga
pelaporan
keuangan
pemerintah memegang peran penting
sebagai wujud pertanggungjawaban
kepada
masyarakat.
(Mardiasmo,2002)
Pengukuran
kinerja
merupakan komponen yang penting,
salah satunya adalah pengukuran
kinerja keuangan. Salah satu alat
ukur yang dapat digunakan untuk
menganalisis kinerja pemerintah
daerah dalam mengelola keuangan
daerahnya adalah melakukan analisis
rasio keuangan terhadap APBD yang

telah ditetapkan dan dilaksanakan
(Halim, 2008). Penelitian mengenai
kinerja
keuangan
pemerintah
daerah telah dilakukan oleh Azhar
(2008) pada kabupaten/kota di NAD
dan Sumatera Utara, menunjukkan
adanya perbedaan kinerja keuangan
pemerintah daerah dalam bentuk
desentralisasi fiskal, upaya fiskal,
kemampuan
pembiayaan
dan
efisiensi penggunaan anggaran pada
era sebelum dan setelah otonomi
daerah.
Tingginya
tingkat
pembiayaan daerah dari pemerintah

pusat dan adanya tekanan keuangan
mengakibatkan
kecenderungan
penurunan kinerja.

Penelitian
mengenai
karakteristik daerah telah dilakukan
oleh Patrick (2007) yang diterapkan
pada
pemerintah
daerah
Pennsylvania.
Karakteristik
pemerintah daerah sebagai variabel
independen terdiri dari : budaya
organisasi, struktur organisasi dan
lingkungan
eksternal.
Hasil

menunjukkan
bahwa
budaya
organisasi dan struktur organisasi
secara reliabel dapat menjadi penentu
adopsi inovasi administratif (GASB
34),
bahwa
size,
functional
differentiation, municipality age, dan
intergovernmental
revenue
merupakan
karakteristik
yang
berpengaruh
positif
terhadap
penerapan inovasi administratif

GASB 34. Penelitian di Indonesia
dilakukan
oleh
Suhardjanto,
Rusmin, Mandasari, dan Brown
(2010)
tentang
pengaruh
karakteristik pemerintah daerah
terhadap pengungkapan wajib yang
sesuai dengan SAP, dimana dalam
menjelaskan karakteristik daerah
menggunakan model yang sama
dengan Patrick (2007). Penelitian
yang dilakukan Suhardjanto et al.
(2010)
menggunakan
struktur
organisasi dan lingkungan eksternal
dalam menjelaskan karakteristik

pemerintah daerah dimana struktur
organisasi diproksikan dengan size
daerah,
wealth,
functional
differentiation, age,
dan
latar
belakang pendidikan kepala daerah
sedangkan lingkungan eksternal
diproksikan dengan municipality

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

debt
financing
dan
intergovernmental revenue. Hasil
menunjukkan bahwa hanya latar
belakang pendidikan kepala daerah

dan intergovermental revenue yang
berpengaruh
positif
terhadap
kesesuaian pengungkapan wajib
pemerintah daerah.
Adanya
kepatuhan
pengungkapan wajib dengan SAP
maka kesesuaian format penyusunan
dan penyampaian laporan keuangan
dengan standar akuntansi akan
mencerminkan kualitas dan manfaat
laporan keuangan itu sendiri
(Suhardjanto et al,2010). Dengan
demikian dapat mencerminkan pula
kinerja keuangan yang baik pada
pemerintahan
daerah
tersebut.

Menurut Ramasamy et al. (2005)
Pemerintah daerah yang memiliki
ukuran lebih besar memiliki kinerja
yang lebih baik dibandingkan
pemerintah daerah yang kecil
ukurannya. Menurut Parmawati
(2010) Salah satu indikator yang
dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kemakmuran suatu wilayah
atau daerah
dengan
kinerja
pemerintah daerah dapat dilihat dari
Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Penelitian yang dilakukan
Perwitasari (2010) pada sektor
publik
menunjukkan
bahwa
semakin

besar leverage yang
dimiliki oleh suatu entitas maka
entitas tersebut memiliki kinerja
yang buruk.
Patrick
(2007)
mengartikan
intergovernmental

revenue
sebagai
salah
satu
pendapatan pemerintah daerah yang
berasal
dari
transfer
dari
pemerintah
pusat
kepada
pemerintah
daerah yang disebut
dana perimbangan untuk membiayai
operasi pemerintah daerah. Dari
tahun ke tahun besarnya dana
perimbangan
mengalami
peningkatan. Pemerintah
pusat
berharap dengan adanya transfer
tersebut maka pemerintah daerah
dapat meningkatkan kinerjanya.
Hal
tersebut
menimbulkan pemikiran mengenai
adanya
keterkaitan
antara
karakteristik pemerintah daerah
terhadap
kinerja
keuangan
pemerintah daerah. Karakteristik
pemerintah daerah terdiri dari ukuran
pemerintah
daerah
(aset),
kemakmuran (PDRB), leverage, dan
Dana perimbangan (intergovermental
revenue) yang terdiri dari Dana Bagi
Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum
(DAU), dan Dana Alokasi Khusus
(DAK). Pada penelitian ini kinerja
keuangan dilihat dari analisis rasio
kemandirian
,efektivitas
dan
efisiensi.
Berdasarkan uraian di
atas,
dapat
dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
Apakah aset pemerintah daerah,
PDRB Perkapita, leverage dan dana
perimbangan berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah.
Apakah Dana Bagi Hasil (DBH),
Dana Alokasi Umum (DAU), dan
Dana Alokasi Khusus (DAK) secara

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

parsial berrpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah. Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah karakteristik
pemerintah daerah berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
pemerintah daerah.
KAJIAN PUSTAKA DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kinerja
Daerah

Keuangan

Pemerintah

Menurut Kamus Akuntansi
Manajemen Pengertian
kinerja
Keuangan
pemerintah
Daerah
diartikan sebagai aktivitas terukur
dari suatu entitas selama periode
tertentu sebagai bagian dari ukuran
keberhasilan
pekerjaan.
Rasio
kemandirian keuangan daerah atau
yang sering disebut sebagai otonomi
fiskal menunjukkan kemampuan
daerah dalam membiayai sendiri
kegiatan
pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan kepada
masyarakat yang telah membayar
pajak dan retribusi sebagai sumber
pendapatan yang diperlukan daerah.
Pengertian efektifitas berhubungan
dengan derajat keberhasilan suatu
operasi pada sektor publik sehingga
suatu kegiatan dikatakan efektif jika
kegiatan
tersebut
mempunyai
pengaruh besar terhadap kemampuan
menyediakan pelayanan masyarakat
yang merupakan sasaran yang telah
ditetapkan
sebelumnya.
Rasio
efisiensi adalah
rasio yang
menggambarkan perbandingan antara

output dan input atau
pengeluaran
dengan
penerimaan daerah.

realisasi
realisasi

Karakteristik Pemerintah Daerah
Karakteristik
pemerintah
daerah berarti sifat khas dari otoritas
administratif Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten atau
Kota. Penelitian ini menjelaskan
karakteristik pemerintah daerah
dengan menggunakan ukuran (size)
pemerintah
daerah
yang
diproksikan
dengan
total aset,
kemakmuran
(wealth)
yang
diproksikan
dengan
Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB),
leverage yang diproksikan dengan
debt
to
equity
dan
dana
perimbangan yang terdiri dari Daba
Bagi Hasil (DBH),Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) sebagai variabel
independen.
Pengembangan Hipotesis
H1

: Aset pemerintah daerah
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah.

H2

:PDRB
Perkapita
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan
pemerintah
daerah.

H3

:
Leverage
berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah.

H4

:
Dana
perimbangan
berpengaruh terhadap kinerja

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

keuangan
daerah.

pemerintah

H4.1

: Dana Bagi Hasil (DBH)
berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan pemerintah daerah

H4.2

: Dana Alokasi Umum
(DAU) berpengaruh terhadap
kinerja keuangan

pemerintah daerah
H4.3

: Dana Alokasi Khusus
(DAK) berpengaruh terhadap
kinerja keuangan

Seluruh kabupaten/kota dijadikan
sampel dalam penelitian ini. Data
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Data diambil
dari Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) Kabupaten/Kota di
Propinsi Jawa Tengah mulai tahun
2006 sampai dengan tahun 2011
serta data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) perkapita. Metode
pengumpulan data adalah suatu cara
yang digunakan untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan yang
kemudian dikumpulkan sebagai
bahan penelitian.

pemerintah daerah

METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
adalah
explanatory
research
yaitu
menekankan
hubungan
antara
variabel-variabel penelitian (variabel
dependen dan variabel independen)
dan pengujian hipotesis (hypothesis
testing) untuk menguji hipotesis yang
diajukan
mengenai
pengaruh
karakteristik pemerintah daerah
terhadap
kinerja
keuangan
pemerintah daerah kabupaten/kota
yang ada di Jawa Tengah.
Karakteristik pemerintah daerah
diukur dengan aset
pemerintah
daerah, PDRB, leverage, dan Dana
Perimbangan.
Populasi dalam penelitian ini
adalah
Pemerintah
Daerah
kabupaten/kota di Propinsi Jawa
Tengah yang berjumlah 35 terdiri
dari 29 kabupaten dan 6 kota.

HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1.

Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Dari hasil pengujian
Kolmogorov-Smirnov
diperoleh nilai KolmogorovSmirnov
sebesar
0,965
dengan nilai signifikansi atau
nilai P-valueAsymp.Sig (2tailed) berada di atas 0,05
atau 5%, yaitu 0,310. Dengan
hasil
demikian
dapat
disimpulkan bahwa nilai
residual
terstandarisasi
terdistribusi normal.
b. Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi
menunjukkan bahwa nilai
DW adalah sebesar 1,748
yang terletak antara batas atas
atau upper bound (du) dan (4du),
maka
koefisien

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

autokorelasi sama dengan
nol,
berarti
tidak ada
autokoerasi.
c. Uji Multikolinieritas
Hasil
perhitungan
nilai
Variance
Inflation
Factor (VIF) menunjukkan
bahwa nilai VIF variabel aset
pemerintah daerah sebesar
1.271,
PDRB
Perkapita
sebesar 2,319,
leverage
sebesar 1.237, Dana Bagi
Hasil (DBH) sebesar 4,335,
Dana Alokasi Umum (DAU)
sebesar 1,557 dan Dana
Alokasi
Khusus
(DAK)
sebesar
3,058.
Semua
variabel memiliki nilai tidak
lebih dari 5, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model
regresi yang diajukan tidak
terjadi
masalah
multikolinieritas.
d. Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan
hasil
perhitungan
heteroskedastisitas terlihat
dari probababilitas tidak
signifikansi di atas tingkat
kepercayaan 1% atau 0,510
> 0.01 untuk variabel aset
pemerintah daerah, 0,120 >
0.01 untuk variabel PDRB
Perkapita, 0,368 > 0.01
untuk variabel
leverage,
0,140 > 0.01 untuk variabel
Dana Bagi Hasil (DBH),
0,603 > 0.01 untuk variabel
Dana
Alokasi
Umum

(DAU), dan
0,651>0.01
untuk variabel Dana Alokasi
Khusus
(DAK).
Berdasarkan bukti tersebut,
maka dapat disimpulkan
bahwa
tidak
terdapat
heteroskedastisitas
dalam
model regresi.
2.

Analisis Regresi
Untuk
mengetahui
pengaruh aset
pemerintah
daerah, PDRB Perkapita,
leverage, Dana Perimbangan
yang terdiri dari Dana Bagi
Hasil (DBH), Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana
Alokasi
Khusus
(DAK)
terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah digunakan
analisis
regresi
linear
berganda dengan hitungan
statistik dengan bantuan
software SPSS 18.0 for
Windows. Berdasarkan hasil
analisis dengan menggunakan
analisis regresi berganda
diperoleh nilai R sebesar
0,750,
ini
menunjukkan
bahwa hubungan antara aset
pemerintah daerah, PDRB
Perkapita,
leverage, Dana
Perimbangan yang terdiri dari
Dana Bagi Hasil (DBH),
Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Dana Alokasi Khusus
(DAK)
dengan
kinerja
keuangan pemerintah daerah
adalah kuat. Dari perhitungan
Anova, didapatkan nilai F
hitung sebesar 5,983 lebih

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

besar dari F tabel sebesar 2,42
dengan tingkat signifikansi
probabilitas sebesar p=0,000
(p-t tabel (-2,021) dengan
signifikansi 0,624> α 0,05,
maka dapat dikatakan bahwa
variabel aset pemerintah daerah

tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah
daerah. Dengan demikian maka
hipotesis
pertama
yang
menyatakan aset pemerintah
daerah berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah
daerah, ditolak.
b. Hipotesis kedua
Diketahui
bahwa
variabel
PDRB
Perkapita
memiliki nilai t hitung sebesar
-0,068>-t tabel (-2,021) dengan
signifikansi 0,946> α 0,05,
maka dapat dikatakan bahwa
variabel PDRB Perkapita tidak
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Dengan
demikian
maka
hipotesis
kedua
yang
menyatakan PDRB Perkapita
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah,
ditolak.
c. Hipotesis ketiga
Diketahui
bahwa
variabel leverage memiliki
nilai t hitung sebesar -0,537>-t
tabel
(-2,021)
dengan
signifikansi 0,595> α 0,05,
maka dapat dikatakan bahwa
variabel
leverage
tidak
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Dengan
demikian
maka
hipotesis
ketiga
yang
menyatakan
leverage
berpengaruh terhadap kinerja

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

keuangan pemerintah daerah,
ditolak.
d. Hipotesis keempat
Diketahui
bahwa
variabel Dana Bagi Hasil
(DBH) memiliki nilai t hitung
sebesar 3,286>t tabel (2,021)
dengan signifikansi 0,003< α
0,05, maka dapat dikatakan
bahwa variabel Dana Bagi
Hasil (DBH) berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah. Dengan
demikian
maka
hipotesis
keempat yang menyatakan
Dana Bagi Hasil (DBH)
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah,
diterima.
e. Hipotesis kelima
Diketahui
bahwa
variabel Dana Alokasi Umum
(DAU) memiliki nilai t hitung
sebesar -2,386 -t tabel (2,021) dengan signifikansi
0,438 > α 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa variabel Dana
Alokasi Khusus (DAK) tidak
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Dengan
demikian
maka
hipotesis
kelima
yang
menyatakan Dana Alokasi
Khusus (DAK) berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah, ditolak
4. Pembahasan
a. Aset pemerintah daerah
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
aset
pemerintah
daerah
tidak
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Teori yang dikemukakan oleh
Miller (1984), Sugihen (2003),
Indahwati (2004) yaitu jika
manajemen perusahaan bisa
mengoptimalkan penggunaan
aset perusahaan, maka kinerja
keuangan perusahaan akan
meningkat. Hal ini belum dapat
dibuktikan
untuk
kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Besarnya aset yang dimiliki
oleh kabupaten/kota di Jawa
Tengah
belum
dapat
dioptimalkan secara maksimal
sehingga
belum
dapat
menghasilkan kinerja keuangan

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

yang baik. Menurut catatan
BPK aset menjadi kendala
utama
penilaian
kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Adanya temuan penyajian nilai
aset yang tidak akurat dalam
neraca juga mempengaruhi
keandalan informasi yang
diperoleh. Sehingga besarnya
aset belum mencerminkan
potensi daerah yang ada. Hasil
penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ramasamy et
al. (2005) yang menjelaskan
bahwa
terdapat
pengaruh
positif antara ukuran (size)
dengan pengukuran kinerja.
b. PDRB Perkapita
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa PDRB
Perkapita tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah. Menurut
Jhingan
(2010),
kenaikan
pendapatan per kapita dapat
tidak menaikkan standar hidup
riil
masyarakat
apabila
pendapatan
per
kapita
meningkat akan
tetapi
konsumsi per kapita turun.
Hal ini disebabkan kenaikan
pendapatan tersebut
hanya
dinikmati
oleh
beberapa
orang kaya dan tidak oleh
banyak orang miskin. Tidak
adanya kenaikan standar hidup
riil tersebut menyebabkan tidak
adanya peningkatan potensi

sumber penerimaan daerah.
Penelitian ini tidak sejalan
dengan Thamrin (2001) yaitu
semakin tinggi PDRB suatu
daerah, maka semakin besar
pula
potensi
sumber
penerimaan daerah tersebut.
Hasil penelitian ini tidak
sejalan
dengan
penelitian
Sularso dan Restianto (2011)
yang menganalisis pengaruh
kinerja keuangan terhadap
alokasi belanja modal dan
pertumbuhan
ekonomi
di
kabupaten/kota
di
Jawa
Tengah.
c. Leverage
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa leverage
tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah
daerah. Hal ini dikarenakan
pendanaan untuk kebutuhan
operasional diperoleh dari
Pendapatan
Asli
Daerah
(PAD), Dana Perimbangan,
Pinjaman Daerah dan lain-lain
pendapatan
yang
sah.
Pembiayaan
ekternal
pemerintahan daerah tidak
hanya melalui utang tetapi juga
berasal dari dana bantuan
pemerintah pusat yaitu Dana
Perimbangan.
Sehingga
kewajiban-kewajiban
dalam
penyelenggaraan pemerintahan
dapat dibiayai dengan seefisien
mungkin, sehingga mencapai
tingkatan kinerja keuangan
yang cukup baik. Hal ini tidak

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh
Perwitasari
(2010) pada sektor publik
yang menunjukkan
bahwa
semakin besar leverage yang
dimiliki oleh suatu entitas
maka entitas tersebut memiliki
kinerja yang buruk. Hasil
penelitian ini tidak sejalan
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Weill (2003)
yang menunjukkan adanya
hubungan antara leverage
dengan pengukuran kinerja
suatu entitas.
d. Dana Bagi Hasil (DBH)
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa Dana
Bagi Hasil (DBH) berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah. Ini dapat
terjadi karena Dana Bagi Hasil
(DBH)
yang
diterima
pemerintah
daerah
kabupaten/kota
dapat
digunakan
untuk
menyelenggarakan operasional
pemerintahan, sehingga dapat
meningkatkan
kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Saragih
(2006) yang menunjukkan
bahwa PAD, DBH dan DAU
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
Kabupaten Simalungun. Hasil
penelitian
tersebut
juga

menunjukkan bahwa alokasi
belanja modal dipengaruhi oleh
kinerja
keuangan
dan
pertumbuhan ekonomi secara
tidak langsung dipengaruhi
oleh kinerja keuangan daerah.
e. Dana
Alokasi
Umum
(DAU)
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa Dana
Alokasi
Umum
(DAU)
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Ini dapat terjadi karena Dana
Alokasi Umum (DAU) yang
diterima pemerintah daerah
kabupaten/kota
digunakan
sebagai
belanja
modal
pemerintah
daerah
dalam
mendanai
jalannya
pemerintahan
dan
untuk
pembangunan,
sehingga
mampu meningkatkan kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Penggunaan Dana Alokasi
Umum ini diserahkan kepada
daerah sesuai dengan prioritas
dan kebutuhan daerah untuk
peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan
penelitian
Halim
(2003) yang meneliti pengaruh
DAU dan PAD terhadap
belanja modal menunjukkan
pengaruh DAU lebih kuat
dibanding
PAD.
Hasil
penelitian ini juga didukung

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

oleh hasil penelitian yang
dilakukan Kurniawan (2011)
menunjukkan bahwa dalam
hubungan langsung secara
parsial PAD dan DAU
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
f. Dana Alokasi Khusus
(DAK)
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa Dana
Alokasi Khusus (DAK) tidak
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Ini dapat terjadi karena Dana
Alokasi
Khusus
(DAK)
merupakan dana yang diterima
pemerintah
daerah
kabupaten/kota dari pemerintah
pusat yang dialokasikan kepada
daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai
kegiatan khusus. Pengalokasian
DAK per bidang di tiap-tiap
daerah
berbeda-beda
tergantung
dari
prioritas
pembangunan nasional yang
telah
ditentukan
oleh
pemerintah pusat bersama
Pemda. Sehingga DAK tidak
sepenuhnya
dapat
meningkatkan
kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Bangun (2009) menguji bahwa
DAK, DAU dan PAD lebih
memberi
efek
terhadap
pendapatan perkapita setelah
digunakan
dua
tahun
sebelumnya dengan kata lain

besarnya DAK, DAU dan PAD
yang telah dianggarkan dan
digunakan tahun ini akan lebih
memberi
manfaat
kepada
kesejahteraan masyarakat dua
tahun
berikutya.
Hasil
penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Kurniawan
(2011) yang menunjukkan
bahwa secara simultan variabel
PAD,
DAU
dan
DAK
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan melalui belanja
modal, namun secara parsial
hanya PAD dan DAU yang
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
g. Kinerja Keuangan
Hasil analisis regresi
yang
dilakukan
dengan
menggunakan ketiga rasio
yaitu kemandirian, efektivitas
dan efisiensi sebagai alat ukur
kinerja keuangan pemerintah
daerah menunjukkan hasil yang
sama ketika kinerja keuangan
diukur
hanya
dengan
menggunakan
rasio
kemandirian. Hal ini dapat
membuktikan bahwa tingkat
kemandirian dapat dijadikan
tolak ukur kinerja keuangan
pemerintah daerah. Sedangkan
hasil analisis hanya dengan
menggunakan rasio efektivitas
menunjukkan
bahwa
karakteristik pemerintah daerah
yang diproksikan dengan aset,
PDRB perkapita, leverage,
DBH, DAU dan DAK tidak

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

berpengaruh
terhadap
efektivitas pemerintah daerah.
Sama halnya dengan hanya
menggunakan rasio efisiensi
sebagai alat ukur kinerja
keuangan, menunjukkan hasil
yang tidak signifikan bahwa
karakteristik pemerintah daerah
tidak berpengaruh terhadap
efisiensi pemerintah daerah.
Hal
ini
sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Sesotyaningsih (2012) variabel
leverage, ukuran legislatif dan
intergovernmental
revenue
tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah
daerah
berdasarkan
rasio
efisiensi kinerja.
Kesimpulan
Berdasar hasil penelitian dan
analisis yang telah dilakukan maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai
berikut:
Dengan
menggunakan variabel Dependen
kinerja keuangan pemerintah daerah
yang
diukur
dengan
rasio
kemandirian, efektivitas dan efisiensi
diperoleh hasil sebagai berikut : Aset
pemerintah daerah, PDRB, Leverage,
Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai
salah satu bagian dari Dana
Perimbangan tidak berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
pemerintah daerah. Dana Bagi Hasil
(DBH) dan Dana Alokasi Umum
(DAU) sebagai bagian dari Dana
Perimbangan berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah.

Dengan
menggunakan
variabel
Dependen
kinerja
keuangan
pemerintah daerah yang diukur
dengan rasio kemandirian diperoleh
hasil sebagai berikut : Aset
pemerintah daerah, PDRB, Leverage,
Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai
salah satu bagian dari Dana
Perimbangan tidak berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
pemerintah daerah. Dana Bagi Hasil
(DBH) dan Dana Alokasi Umum
(DAU) sebagai bagian dari Dana
Perimbangan berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah.
Berdasarkan analisis regresi dengan
menggunakan
rasio
efektivitas
sebagai variabel dependen, diperoleh
hasil yang tidak signifikan sehingga
dapat dinyatakan bahwa aset
pemerintah daerah, PDRB, Leverage,
Dana Bagi Hasil (DBH), Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Dana
Alokasi Khusus (DAK) tidak
berpengaruh
terhadap
tingkat
efektivitas
pemerintah
daerah.
Berdasarkan analisis regresi dengan
menggunakan rasio efisiensi sebagai
variabel dependen, diperoleh hasil
yang tidak signifikan sehingga dapat
dinyatakan bahwa aset pemerintah
daerah, PDRB, Leverage, Dana Bagi
Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) tidak berpengaruh terhadap
tingkat efisiensi pemerintah daerah.
Implikasi
Implikasi
yang
dapat
diberikan berdasar kesimpulan di

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

atas adalah sebagai berikut: Aparatur
pemerintah daerah lebih menggali
potensi sumber daya yang dimiliki
untuk meningkatkan aset daerah, hal
ini misalnya dapat dilakukan dengan
menggali potensi kekayaan alam
maupun
sektor
pariwisata.
Disamping itu juga diperlukan suatu
sistem pengelolaan aset yang rapi
dan
tertib
administrasi
serta
memenuhi kaidah peraturan dan
harus dilaksanakan secara transparan
dan akuntabel. Aparatur pemerintah
daerah lebih berupaya untuk
meningkatkan PDRB Perkapita yang
masih terhitung rendah, hal ini dapat
dilakukan dengan meningkatkan
aktivitas perekonomian masyarakat
dengan
adanya
kebijakan
proproduktif terhadap iklim usaha
dan investasi. Aparatur pemerintah
daerah
perlu
meningkatkan
penerimaan pajak, hal ini terutama
pajak kendaraan bermotor dan
retribusi seperti dari reklame hingga
peningkatan penerimaan dari sektor
usaha Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD). Saran bagi penelitian
selanjutnya perlu untuk menambah
atau mengganti variabel yang relevan
dengan kinerja keuangan pemerintah
daerah seperti
Pendapatan Asli
Daerah (PAD), opini auditor dan
tingkat investasi. Pengukuran kinerja
keuangan
dapat
ditambahkan
menggunakan pengukuran rasio
Desentralisasi Fiskal, rasio Indeks
Kemampuan Rutin dan Rasio
Keserasian.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Sukriy dan Halim,
Abdul.
2003.
Pengaruh
Dana
Alokasi
Umum
(DAU) dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terhadap
Belanja Pemerintah Daerah
Studi
Kasus
Kabupaten/Kota di Jawa
dan
Bali.
Simposium
Nasional
Akuntansi
VI,
Yogyakarta, Hal 1140-1159.
Akhmad
Solikin,
2006,Penggabungan Laporan
Keuangan
dan
Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah:
Perkembangan
dan
Permasalahan,
Jurnal
Akuntansi Pemerintah, Vol.2
No.2 Nopember 2006
Azhar, Muhammad Karya Satya.
2008.
Analisa
Kinerja
Keuangan
pemerintah
Daerah
Kabupaten/Kota
Sebelum dan Setelah Otonomi
Daerah. Tesis Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
dipublikasikan.
Bangun, Ricky Andra Levi. 2009.
Pengaruh Dana Alokasi
Khusus,Dana Alokasi Umum,
dan Pendapatan Asli Daerah
terhadap
Pendapatan
Perkapita. Tesis Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
dipublikasikan.

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi
Sektor Publik. Jakarta :
Erlangga
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi
Analisis Multivariate Dengan
Program SPSS. Cetakan IV
Penerbit UNDIP
Halim,

Halim,

Abdul. 2001. Anggaran
daerah dan “fiscal stress”
(sebuah studi kasus pada
Anggaran daerah provinsi di
Indonesia). Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia.
Abdul. 2008. Akuntansi
Sektor Publik (Akuntansi
Keuangan Daerah). Salemba
Empat. Jakarta.

Simposium
Nasional
Akuntansi X. Makasar.
Kurniawan, Kindy. 2011. Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus terhadap
Kinerja Keuangan dengan
Belanja
Modal
sebagai
Variabel
Intervening
di
Kabupaten dan Kota Propinsi
Riau. Tesis Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
dipublikasikan.
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja
Sektor Publik. UPP STIM
YKPN. Yogyakarta.
Mahmudi. 2010. Analisa Laporan
Keuangan
Daerah.
UPP
STIM YKPN. Yogyakarta.

Hamzah,Ardi. 2008. Analisa Kinerja
Keuangan
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi,Pengangguran, dan
Kemiskinan : Pendekatan
Analisis Jalur (Studi pada 29
Kabupaten dan 9 Kota di
Propinsi Jawa Timur Periode
2001-2006).
Proceding
Simposium
Nasional
Akuntansi XI. Pontianak.

Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor
Publik, Yogyakarta: Andi

Harianto, David dan Priyo Hari Adi.
2007. Hubungan Antara
Dana Alokasi Umum, Belanja
Modal terhadap Pendapatan
Perkapita.
Proceding

Patrick, P. A. 2007. The Determinant
of
Organizational
Inovativeness: The Adoption
of GASB 34 in Pennsylvania
Local
Government.
Unpublished
Ph.D

Naim, A., dan F. Rakhman. 2000.
Analisis Hubungan antara
Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan dengan
Struktur Modal dan Tipe
Kepemilikan
Perusahaan.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia. Vol.15: 70-82.

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

Dissertation. Pennsylvania:
The
Pennsylvania
State
University.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
13 Tahun 2006 Tentang
Pengelolaan
Keuangan
Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
2005
Tentang
Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun
2005
Tentang
Dana
Perimbangan
Perwitasari, Citra. 2010.
The
Influence
of
Financial
Performance to the Level of
Accountability Disclosure of
Indonesia’s
Local
Government.
Tesis
Universitas Sevbelas Maret
Surakarta.
Poerwadarminta.
2008.
Kamus
Umum Bahasa Indonesia.
Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ramasamy, Bala, Ong, Darryl, and
Yeung, Matthew C H. 2005.
Firm Size, Ownership and
Performance
in
The
Malaysian Palm Oil Industry.
Asian
Academy
of
Management
Journal
of
Accounting and Finance, Vol.
1: 81-104.

Sadjiarto, Adjie. 2000. Akuntabilitas
dan Pengukuran Kinerja
Pemerintahan.
Jurnal
Akuntansi dan Keuangan
Vol.2 No. 2, Nopember 2000:
138–150.
Saragih, Jan Waner. 2006. Analisis
Pengaruh Keuangan Daerah
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Kabupaten
Simalungun.
Tesis
Universitas Sumatera Utara.
Sekaran, Uma. 2006.
Research
Methods
for
Business
:Metodologi Penelitian untuk
Bisnis. Edisi 4. Jakarta :
Salemba Empat.
Sesotyaningsih,
Mirna.
2012.
Pengaruh Leverage, Ukuran
Legislatif, intergovermental
revenue, Pendapatan Pajak
daerah terhadap Kinerja
Keuangan
Pemerintah
Daerah. Accounting Analysis
Journal. Unnes
Sudarmadji, Ardi Murdoko and Lana
Sularto. 2007.
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, dan
Tipe
Kepemilikan
Perusahaan terhadap Luas
Voluntary
Disclosure
Laporan
Keuangan
Tahunan.Proceeding
Psychology, Economy, Art,

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013

Architect
and
Civil.
Gunadarma University.
Suhardjanto, D, Rusmin, Mandasari,
Putriesti and Brown, Alistair.
2010. Mandatory Disclosure
Compliance
and
Local
Government
Charactheristics: Evidence
From
Indonesian
Municipalities. Journal Public
Policy January 2010
Suhardjanto, D, Hartoko,
Sri,
Retnoningsih,
Hilda,
Rusmin, Mandasari, Putriesti
and Brown, Alistair. 2010.
Influence
of
Parliament
Characteristics
toward
Mandatory
Accounting
Disclosure Compliance in
Indonesia. Hibah Penelitian
Publikasi Internasional LP2M
UNS.
Sularso, Havid dan Restianto,Yanuar
E. 2011. Pengaruh Kinerja
Keuangan terhadap Alokasi
Belanja
Modal
dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Kabupaten/Kota Di Jawa
Tengah.
Media
Riset
Akuntansi Vol I No 2
Agustus 2011.

Pasca Sarjana
Sriwijaya.

Universitas

Thesaurianto,
Kuncoro.
2007.
Analisis
Pengelolaan
Keuangan Daerah terhadap
Kemandirian Daerah. Tesis
Universitas
Diponegoro
dipublikasikan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintah
Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pusat Dan
Pemerintah Daerah.
Walidi. 2009. Pengaruh Dana
Alokasi Umum terhadap
Pendapatan
Perkapita,
Belanja
Modal
sebagai
Intervening Variabel (Studi
Kasus di Propinsi Sumatera
Utara). Tesis Universitas
Sumatera Utara.
Weill, Laurent. 2003. Leverage and
Corporate Performance: A
Frontier Efficiency Analysis
on European Countries.
Working Paper. Working
Paper Series. SSRN May.

Susantih,Heny dan Saftiana.2008
Perbandingan
Indikator
Kinerja
Keuangan
Pemerintah Propinsi SeSumatera bagian Selatan.

Jurnal Media Pratama, Volume 7. Nomor 20. Tahun 2013