BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bimbingan Dan Konseling Di SMA Theresiana 1 Semarang (Dengan Model Evaluasi CIPP)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Umum Tempat Penelitian

4.1.2. Sejarah

  Sekitar tahun 1962, di Semarang baru ada 1 SMA Katolik sedangkan SMP Katolik cukup banyak. Lulusan SMP Theresiana pada waktu itu sudah banyak. Agar lulusan SMP Theresiana mendapatkan kesempatan melanjutkan studi mereka di sekolah lanjutan katolik, dibukalah SMA Theresiana pada tahun 1962. SMA Theresiana 1 Semarang tidak berdiri sendiri, dalam satu komplek di daerah kampungkali Semarang, berdiri TK, SD, SMP dan SMA Theresiana Semarang, yang bernaung dalam satu yayasan Bernardus, milik Keuskupan Agung Semarang.

  Pada tahun ke tiga, SMA Theresiana 1 Semarang semakin mantap. Dari tahun ke tahun, siswa terus bertambah dan berkembang. Sekarang, SMA Theresiana merupakan salah satu SMA yang cukup berpotensi di Semarang. tempatnya berada di tempat yang strategis, di tengah kota Semarang. Kedisiplinan belajar dan pembelajaran, terlaksananya beberapa ekstrakurikuler dan unggulan seperti ekstrakurikuler Basket dan bahasa Inggris, sarana pembelajaran yang memadai dan prasarana yang lengkap mulai laboratorium Komputer plus internet, Laboratorium Bahasa, Laboratorium IPA dan lain-lain, didukung guru-guru yang profesional sesuai dengan bidangnya, ini semua tak terlepas dari dukungan semua pihak. Di usianya yang sudah mencapai 60 tahun lebih, ribuan siswa dan puluhan guru perlu mendaptkan bimbingan dan perhatian, khusus untuk tingkat SMA perlu diperhatikan agar siswa yang nantinya lulus dibekali ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap moral yang baik untuk dapat terjun ke masyarakat atau melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Sesuai dengan mottonya : Unggul dalam prestasi, disiplin dan berkepribadian, SMA Theresiana ingin selalu meningkatkan kwalitas, tak hanya mengejar kwantitas, maka dari tahun ke tahun, SMA Theresiana 1 Semarang, selalu ingin berkembang.

  SMA Theresiana 1 Semarang mempunyai visi, misi dan tujuan sekolah sebagai berikut : Visi : Berprestasi, Berbudi Pekerti Luhur, Beriman (3B).

  Misi : 1.

  Mendidik berlandaskan iman dan cinta kasih 2. Mengembangkan potensi siswa dan menumbuhkan semangat keunggulan dalam suasana modern

  3. Mengembangkan profesionalisme guru dan karyawan 4.

  Mengutamakan pendampingan siswa berlandaskan 3 N (Nresnani, Ngopeni, Nggemateni)

  5. Mengembangkan penghayatan religiusitas 6.

  Mengutamakan Kedisiplinan 7. Menjalin kerjasama dan berbagai lembaga untuk meningkatkan kualitas.

  Tujuan sekolah : Tujuan sekolah Theresiana menurut Pendidikan

Nasional adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

  Tujuan sekolah secara spesifik adalah sebagai berikut : 1. Terwujudnya sekolah yang mempunyai keunggulan kompetitif

  2. Siswa memiliki keseimbangan intelektual, emosional, spiritual dan berani mengambil keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan kepada Tuhan, sesame, bangsa dan Negara

  3. Siswa memiliki kemandirian, kecakapan hidup dan kemampuan memadai untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi 4. Siswa memiliki integritas pribadi yang berani menyatakan kebenaran memperjuangkan keadilan dan terbuka ubtuk mewujudkan persaudaraan sejati 5. Siswa memiliki jiwa patriotism dan nasionalisme serta mampu menghadapi tantangan di dunia global. Gambar 4:1. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling SMA Theresiana 1 Semarang.

  ……… ……….

  XI IPA 2: Yoseph Prihantara,S.Pd

  XII IPS 2: Dra Y Retno P

  XII IPS 1: Dra C Ellianawati

  XII IPA 2: Dra Mieke Novita

  XII IPA 1: Dra Natalia W

  

XI IPS 3: FA Buyung

N, S. Kom Wali Kelas XII :

  XI IPS 2: Baeta Wulandari S.S

  XI IPS 1: Dra MA Tjandrayani M

  

XI IPA 1: Bernadette

Dewi, S.Pd

  Lembaga Lain Kepala Sekolah Orang Tua

  X IPS2: Antonius Yulianto S.S Wali Kelas XI :

  X IPS 1: M. Eko Kuntoro H S.Pd

  X IPA 3: Miftahudin Nur S.Pd

  X IPA 2: Anik Sri Winarti, S.Pd

  X IPA 1: Martinus Sutarno, S.Pd

  Komite Wali Kelas X :

  Staff Guru

BK :

Koordinator :

Elli Harjanti, S.Psi

Petugas :

Woro Hastuti, S.Pd

  XII IPS 3: Bernardus A, S.Pd Gambar 4:2. Mekanisme Penanganan Siswa Bermasalah :

  Kepala Sekolah Dokter Polisi Psikologi Waka Kesiswaan

  Koordinator BK Wali Kelas

  Guru Mapel Guru Piket Bimbingan Konseling

  Siswa Bermasalah

  Gambaran diperoleh berdasarkan data di lapangan, hasil penelitian dengan alat bantu pengumpulan data penelitian berupa wawancara, studi dokumen yang dapat dianalisis melibatkan komponen dan aspek yang berperan langsung dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling, seperti kepala sekolah, siswa, koordinator Bimbingan Konseling dan guru walikelas.

4.2. Hasil Penelitian

  

4.2.1. Konteks Program Bimbingan dan

Konseling di SMA Theresiana 1 Semarang

  Dari hasil Observasi dan wawancara diperoleh data sebagai berikut. Kriteria Siswa SMA Theresiana 1 dapat ditinjau dari beberapa aspek yang meliputi :

1. Aspek Ekonomi

  Orang tua siswa pada umumnya di SMA Theresiana Semarang tingkat ekonomi yang menengah atau rata-rata. Berikut ini petikan dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Drs Antonius Kristiadi, kepala sekolah, pada tanggal 1 Desember 2014 :

  Kriteria orang tua siswa ada yang menengah ke atas, namun sebagian besar rata-rata dan menengah kebawah. Mayoritas bisa dinyatakan siswa SMA Chinese pedagang dengan problematika seperti contoh: Broken Home yang mempengaruhi motivasi, serta pola asuh mendidik orang tua yang prinsipnya berbeda antara anak-orangtua.

  2. Aspek Kemampuan Akademis Pada umumnya siswa SMA Theresiana 1

  Semarang memiliki kemampuan rata-rata atau menengah. Namun juga ada beberapa siswa yang memiliki kemampuan bagus dari segi bakat dan minatnya, seperti : Bahasa Inggris, olah raga Basket yang menjadi salah satu unggulan sekolah atau musik.

  3. Aspek Kepribadian Siswa Theresiana 1 Semarang termasuk siswa yang terbuka dan mudah bersosialisasi.

  Namun ada juga siswa yang membutuhkan perhatian untuk pendampingan tata krama atau kepedulian terhadap lingkungan di sekitarnya, misalnya : menyapa, sopan santun kepada orang lain. Sedangkan ditinjau dari aspek latar belakang pendidikan Guru Bimbingan dan Konseling, 1 orang jurusan FKIP (Prodi Pendidikan Bimbingan dan Konseling), 1 orang dari jurusan Psikologi atau Sarjana Psikologi. Hal ini berarti sudah sesuai.

  Latar belakang pendidikan petugas layanan bimbingan dan konseling, sangat berpengaruh terhadap mutu pelaksanan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Jadi jelas petugas pelaksnaan layanan bimbingan dan konseling, yang tidak relevan dengan disiplin ilmunya dapat mempengaruhi kinerjanya, karena pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang baik, yaitu harus memiliki bekal ilmu dan ketrampilan khusus dibidang layanan bimbingan dan konseling yang profesional. Pengalaman pembimbing merupakan bagian tugas layanan bimbingan dan konseling, juga sangat berpengaruh terhadap mutu pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

  Dalam pendampingan 333 siswa didampingi oleh 2 guru Bimbingan dan Konseling. Sehingga 1 guru BK menangani kurang lebih 166 siswa, idealnya 1 guru BK menangani maksimal 150 siswa. Petikan hasil wawancara dengan ibu Dra Retno Purwaningrum, walikelas kelas XII IPS 2, pada tanggal 26 November 2014, sebagai berikut :

  Yang terjadi di lapangan, problematika siswa cukup

kompleks, jumlah siswa sebanyak 333 siswa dengan 2 guru BK

nampaknya kurang seimbang. Sehingga masalah siswa blm

cukup tercover. Program beberapa ada yang dapat terlaksana,

namun ada beberapa program yang belum dapat terlaksana.

Hal ini disebabkan juga, banyaknya kegiatan sekolah yang juga

harus dilaksanakan oleh guru BK, misalnya menjadi tim Humas

sekolah, Panitia kegiatan-kegiatan Penerimaan siswa baru atau

Wakil kepala sekolah, sehingga konsentarsi dalam program

pelaksanaan program bimbingan dan konseling harus terbagi.

  Dalam hal ini, kebijaksanaan para pemimpin, sangat berpengaruh terhadap operasional layanan bimbingan dan konseling di sekolah. sebab dengan kebijaksanaan tersebut kebutuhan operasional pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dapat terpenuhi. Program kerja terstruktur secara administrasi sudah lengkap tetapi sering kali belum bisa terlaksana secara maksimal dan belum sesuai dengan harapan.

  

4.2.2. Input Program Bimbingan dan Konseling di

SMA Theresiana 1 Semarang

  Dari hasil Observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan, program Bimbingan dan Konseling sudah diawali dengan penyusunan Rencana operasional program, kemudian dilaksanakan dan dievaluasi setiap semester. Berikut ini adalah 2 petikan dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru Bimbingan dan Konseling, ibu Elly Harjani S.Psi, pada tgl 27 November 2014 adalah sebagai berikut :

  Program Bimbingan dan Konseling ini sangat diperlukan pelaksanaannya di sekolah, program Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari pendidikan dalam kaitannya dengan upaya memfasilitasi dan memandirikan peserta didik dalam rangka upaya tercapainya perkembangan yang utuh dan optimal. Latar belakang siswa yang membentuk karakter bermacam-macam, maka program Bimbingan dan Konseling semestinya dapat memfasilitasi kebutuhan siswa dalam pembentukan karakter yang lebih baik, serta program ini dapat membantu siswa dalam menemukan bakat-minatnya sehingga siswa mendapatkan gambaran perencanaan kariernya.

  Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Drs Antonius Kristiadi, kepala Sekolah, pada tanggal 1 Desember 2014 :

  Program Bimbingan dan Konseling sangat erat kaitannya bagi para siswa baik dalam kepribadian atau bakat dan minat maupun pembentukan karakter atau nilai-nilai yang ada di sekolah, keluarga dan masyarakat. Setiap siswa pasti memiliki problematika maka program Bimbingan dan Konseling punya peran penting dalam pendampingan siswa. Program Bimbingan dan Konseling disusun berdasarkan: a. analisis kebutuhan siswa atau kebutuhan siswa sesuai dengan usia siswa.

  Sesuai dengan tugas perkembangan siswa SMA rincian tugas perkembangan dari setiap fase menurut Havighurst : Tugas Perkembangan Peserta didik SLTA :

   Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Mencapai kematangan dalam hubungan  teman sebaya, serta kematangan dalam perannya sebagai pria dan wanita.

   Mencapai kematangan pertumbuhan

  jasmaniah yang sehat

   Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi, dan kesenian sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.

   Mencapai kematangan dalam pilihan karir

   Mencapai kematangan gambaran dan sikap

  tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.

   Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang berkehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

   Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi seni.

   Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.

  b. Struktur program Bimbingan dan Konseling yang jelas dengan pembagian tugasnya yang terjadwal, guru BP dijadwalkan masuk kelas satu minggu sekali, bimbingan yang diberikan meliputi bimbingan klasikal: dinamika kelompok dan pendampingan motivasi, serta penelusuran bakat dan minat.

  c.

  Bidang layanan Bimbingan dan Konseling yang meliputi bimbingan kelompok dan layanan konsultasi personal.

  d.

  RPLBK (Rencana Pelaksanaan Layanan

  Bimbingan dan Konseling), yang disusun sebelum program dilaksanakan. Berisi materi pelaksanaan layanan Bimbingan dan konseling dalam pertemuan di kelas yang meliputi : 1.

  Materi atau Topik Layanan BK 2. Bidang Bimbingan BK 3. Fungsi Layanan BK 4. Sasaran Layanan BK 5. Tempat Penyelenggaraan BK 6. Waktu Penyelenggaraan BK 7. Alokasi waktu 8. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam pertemuan

9. Metode pertemuan

  Pada setiap pertemuan dalam RPLBK dijelaskan mengenai :

I. Tujuan Layanan II.

  Uraian Kegiatan III.

  Metode Pembelajaran

IV. Kegiatan Pembelajaran, meliputi :

  a. Pendahuluan

  b. Kegiatan inti V. Sumber atau Media pembelajaran

  Program RPLBK dibuat dalam 2 semester. Dan dievaluasi setiap semester.

  e.

  Evaluasi program yang dilaksanakan setiap semester.

  Evaluasi mengenai program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan, program apa saja yang sudah baik dan dapat dipertahankan bahkan dikembangkan dan program apa saja yang belum terkasana dan kurang baik yang masih perlu diperbaiki.

  f.

  Anggaran untuk pelaksanaan program seperti seminar untuk guru maupun untuk siswa ataupun Home visit

  Seminar untuk guru bertema psikologi maupun bimbingan dan konseling dalam usaha peningkatan dan pengembangan layanan BK di sekolah, sedangkan seminar untuk siswa diberikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa, seperti seminar tentang Seks Education dan Bahaya Narkoba. Home visit dilakukan apabila siswa dalam jangka waktu tertentu tidak masuk sekolah tanpa keterangan, untuk mendapatkan informasi mengenai masalah yang terjadi, bertemu dengan orangtua, sehingga guru BK dapat melakukan konseling, pendampingan, memberikan motivasi, mencari solusi bersama, supaya masalah dapat terselesaikan dengan baik. Berikut ini adalah satu petikan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak

  Drs Antonius Kristiadi, kepala sekolah pada tanggal 1 Desember 2014:

  Evaluasi pada semester 1 tahun ajaran 2014/2015

bahwa sejak pelaksanaan kurikulum 2013 yang

dilaksanakan di SMA Theresiana 1 Semarang, guru BK

tidak masuk kelas secara terjadwal, hal ini berarti

peraturan dalam MGMP Pembelajaran Bimbingan dan

Konseling belum dapat terpenuhi yaitu 2 jam pelajaran

dalam seminggu. Hal ini disebabkan karena penuhnya jam

pelajaran, sehingga guru BK masuk kelas dengan masuk jam beberapa guru dengan komitmen sebelumnya dari guru mapel tersebut dengan guru BK, ternyata beberapa permasalahan siswa kurang dapat terkover, kesulitan menyampaikan pesan-pesan dan nasehat. Banyaknya siswa dengan masalah yang kompleks dan jumlah guru BK 2 orang. Guru BK dengan beban pendampingan siswa perbandingan 1:150. Sehingga semester depan direncanakan bahwa guru BK bisa masuk ke kelas lagi secara terjadwal.

4.2.3 Proses Program Bimbingan dan Konseling di SMA Theresiana 1 Semarang

  Dari hasil observasi dan wawancara program BK di SMA Theresiana

  1 Semarang sudah dilaksanakan, jenis layanan bimbingan dan konseling terselenggara sesuai dengan empat bidang bimbingan yaitu: (1). Bidang bimbingan pribadi (2). Bidang bimbingan sosial (3). Bidang bimbingan belajar (4). Bidang bimbingan karier. Contoh proses pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling misalnya, program konseling, Home Visit, bimbingan kelompok dan bimbingan klasikal. Program pendampingan sesuai usia perkembangannya dengan mengadakan secara rutin seminar Pola Asuh untuk siswa kelas X, Psikotest untuk mengetahui Bakat dan minat untuk siswa kelas X, seminar Seks

  

Education kelas XI, Edu Expo untuk siswa kelas XII,

  sebagai bentuk salah satu layanan Perencanaan Karier dan Try out untuk kelas XII.

  Berikut ini adalah hasil petikan wawancara dengan ibu Dra Retno Purwaningrum, walikelas XII

  IPS 2, pada tanggal 26 November 2014 :

  Sejak pelaksanaan kurikulum 2013, guru BK tidak terjadwal masuk kelas, ini salah satunya karena waktu yang cukup padat untuk pembelajaran Mapel, juga program lain seperti event atau acara dalam sekolah. Guru BK masuk pada saat Emergency, dengan masuk kelas guru mapel yang sudah dikonfirmasi sebelumnya. Sehingga rasanya guru mapel atau walikelas agak kewalahan, karena permasalahan siswa yang kompleks, maka akan dievaluasi semester 1 ini, yang sudah selesai, di semester 2, sangat dirasa perlu guru BK masuk ke kelas lagi. Supaya problematika siswa dapat lebih tertangani, terutama kebutuhan untuk bimbingan klasikal.

  Petikan wawancara dengan Richardo P.S. siswa kelas

  XI IPS 1, pada tanggal 25 November 2014, sebagai berikut :

  Jika guru BK dapat masuk kelas secara terjadwal minimal 1 minggu sekali, guru BK dapat lebih mudah memberikan koordinasi kepada siswa, lewat dinamika kelompok dan sharing bersama atau membuat komitmen bersama, sehingga siswa dapat lebih terkontrol, masalah kelompok atau masalah pribadi dapat lebih terkover. Maka lebih baik jika guru BK mendapatkan jadwal yang rutin di kelas.

  Dalam Proses pelaksanaannya program Bimbingan dan Konseling di SMA Theresiana 1 Semarang juga telah berusaha melibatkan orangtua, kerjasama sekolah dengan orang tua juga sudah berusaha dilaksanakan, misalnya saat siswa bermasalah, maka pihak sekolah memanggil orangtua atau guru Bimbingan dan Konseling melakukan Home visit. Hal ini dilakukan supaya terjadinya sinkronisasi pendidikan di rumah dan di sekolah, serta menjalin hubungan yang baik antara pihak sekolah dengan orangtua, sehingga dengan kerjasama diharapkan permasalahan siswa dapat tertangani dan terselesaikan dengan baik. Namun demikian, pada saat sekolah mengadakan acara seperti seminar, keterlibatan orang tua masih kurang, orang tua enggan datang karena alasan kesibukan. Petikan dari hasil wawancara dengan bapak Drs. Antonius Kristiadi, kepala sekolah SMA Theresiana 1 Semarang adalah sebagai berikut:

  Adanya hambatan kerjasama dengan orangtua itu seperti misalnya saat sekolah ingin mengadakan seminar untuk orangtua, misalnya seminar tentang pola asuh dan mendampingi remaja yang baik, saat diundang orangtua masih banyak yang belum mau dating. Alasannya karena waktu kesibukan bekerja. Seminar ini padahal penting bagi orangtua, yang dapat hadir merasakan manfaatnya yang baik.

  Sebagai sekolah Katolik, SMA Theresiana 1 Semarang juga memiliki program yang merupakan ciri khas sekolah, seperti penanaman Core value sekolah (Disiplin, jujur, sukacita, peduli), penanaman nilai-nilai santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus sebagai pelindung sekolah, refleksi yang telah dilaksanakan rutin dan terjadwal setiap minggunya oleh departemen yang disebut (Campus Ministry) yang terdiri dari : guru agama, suster atau frater yang bertugas di sekolah Theresiana. Program- program ini diharapkan dapat membantu Program Bimbingan dan Konseling dalam mencapai tujuan sekolah Theresiana, sesuai dengan visi SMA Thersiana Semarang yaitu : membentuk manusia yang Berprestasi, Berbudi Pekerti Luhur, Beriman.

  Sedangkan strategi pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling dituangkan dalam program kerja yang disusun sebelum pembelajaran tahun ajaran baru berlangsung. Adapun isinya meliputi : Apa tujuan dilaksanakannya program Bimbingan dan Konseling ?, Kapan dilaksanakan ?, setiap semester dievaluasi terlaksana atau belum ?, pelaksanaannya sudah berapa % ?. Proses pelaksanaan program berjalan, namun ada beberapa program yang belum bisa berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

4.2.2. Produk Program Bimbingan dan Konseling di SMA Theresiana 1 Semarang

  Dari hasil Observasi dan wawancara menunjukkan adanya Perubahan perilaku setelah dilaksanakannya program Bimbingan dan Konseling, misalnya siswa lebih memperhatikan kerapihan, kehadiran, dan kelulusan. Berikut ini adalah petikan dari hasil wawancara dengan ibu Dra Retno Purwaningrum, walikelas XII IPS 2, pada tanggal 26 November 2014 :

  Adanya perubahan perilaku, namun tergantung masing

masing, ada yang berubah lebih baik, ada yang tidak, hal

tersebut tergantung banyak faktor di sekitar siswa, factor

lingkungan mendukung atau tidak ?. Hal ini salah satu

faktornya juga kesibukan guru BK yang merangkap tugas

seperti WAKA atau kurikulum, sehingga konsentrasi

perhatian kepada anak terbagi, banyaknya tugas guru selain

mengajar dan mendidik anak-anak, guru harus bisa menjadi

HUMAS, promosi, marketing, dll.

  Perubahan perilaku siswa seperti yang diharapkan memang tidak dapat cepat dilihat perubahannya, namun hal tersebut sebagai proses yang dapat dilihat dari hari ke hari, dan antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda efek atau pengaruh terhadap masing-masing siswa.

  Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa, dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut : Petikan wawancara dengan Fiona, siswa kelas XII

  IPS2, pada tanggal 25 November 2014 :

  Saya dapat membuat rencana untuk menentukan cita- cita. Namun Saya masih ragu kepada diri sendiri, mengenai kelemahan maupun kelebihan saya. Saya membutuhkan informasi tentang pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai dunia sekitarnya, sehingga dapat memahami dan memecahkan masalah sendiri. Saya ingin lebih dapat motivasi dari Guru Bimbingan dan Konseling, sayangnya sangat jarang masuk kelas. Siswa yang konseling yang memiliki masalah dan dipanggil.

  Petikan Wawancara dengan Yuliani, K, siswa kelas II

  IPS 3, pada tanggal 25 November 2014 :

  saya dapat memilih secara tepat dan menyelesaikan studi dan berhasil sesuai dengan kemampuan saya dapat memilih pendidikan lanjutan secara tepat sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan saya. Lewat program Edu Expo dan hasil tes bakat minat saya jadi lebih tahu. dari program Kinerja BK sudah baik namun masih perlu ditingkatkan, karena baik atau tidaknya, berhasil atau tidaknya program bimbingan dan konseling, dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar, dan dapat memberi dorongan atau motivasi pada anak menjadi lebih baik. Terjadi perubahan perilaku yang baik.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Aspek Konteks Program Bimbingan dan Konseling di SMA Theresiana 1 Semarang.

  Evaluasi Konteks pada pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di SMA Theresiana 1 didasarkan pada Latar belakang siswa yang ada di SMA Theresiana 1, dimana siswa memiliki problematika yang cukup kompleks. Sehingga memerlukan pelaksanakan Program Bimbingan Konseling yang baik.

  Untuk standar pendidikan Guru Bimbingan dan Konseling, sudah sesuai, 2 guru Bimbingan dan Konseling memiliki latar belakang Keguruan Ilmu Pendidikan Bimbingan dan Konseling, dan Sarjana Psikologi. Dari hasil penelitian, adanya masukan dari walikelas. Siswa SMA Theresiana 1 yang berjumlah 333 siswa, didampingi oleh 2 guru Bimbingan dan Konseling.

  (1:166). Idealnya (1:150). Hal ini perlu dipertimbangkan. Siswa SMA Theresiana yang memiliki problematika yang cukup kompleks memerlukan konsentrasi dari Guru Bimbingan dan konseling dalam pendampingan. Artinya bahwa program Bimbingan dan konseling sudah dilaksanakan namun masih belum dapat menjawab kebutuhan siswa, secara keseluruhan.

4.3.2. Aspek Input Program Bimbingan dan Konseling di SMA Theresiana 01 Semarang.

  Evaluasi Input mempertimbangkan pada beberapa aspek antara lain adalah latar belakang sekolah, Program bimbingan dan konseling adalah bagian dari pendidikan yang tak terpisahkan pada satuan pendidikan. Program Bimbingan dan Konseling membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi siswa dalam proses perkembangan diri pribadi secara optimal, baik dalam bidang pelaksanaan pendidikan maupun kehidupan pada umumnya (ABKIN, 2013: 9).

  Sebagaimana dijelaskan pada hasil penelitian, bahwa SMA Theresiana Semarang merupakan sekolah yang memiliki siswa dengan problematika yang cukup kompleks, maka membutuhkan program Bimbingan dan Koseling yang baik, terencana, sehingga dapat terlaksana sesuai dengan tujuan visi dan misi sekolah.

  RPLBK (Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling) telah dibuat sesuai dengan yang direncanakan dan dilaksanakan.

  Anggaran untuk pelaksanaan program juga diadakan dan digunakan untuk pengembangan program Bimbingan dan Konseling. RPLBK di evaluasi setiap semester supaya dapat diketahui, hal mana yang sudah baik dan dapat dikembangkan dan hal yang kurang sehingga dapat ditingkatkan.

  SMA Theresiana 1 merupakan salah satu sekolah yang memiliki potensi, letaknya di tengah kota Semarang, berupaya untuk terus mengembangkan pendidikannya, supaya semakin dikenal oleh masyarakat luas. Sarana prasarana dan fasilitas yang baik, bila ditunjang dengan program pembelajaran yang baik serta pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling yang baik, maka diharapkan siswa dapat merasa puas belajar di SMA Theresiana Semarang, karena semya kebutuhannya terpenuhi.

  Maka untuk melaksanakan program Bimbingan dan Konseling yang baik, Program BK di SMA Theresiana dibuat sesuai dengan kebutuhan siswa, ada struktur program Bimbingan dan Konseling yang jelas dan pembagian tugasnya telah terjadwal.

4.3.3. Aspek Proses Program Bimbingan dan Konseling di SMA Theresiana 1 Semarang.

  Evaluasi proses mempertimbangkan pada aspek pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling yang baik, sudah direncanakan, supaya pada waktu pelaksanaannya dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan. Koordinasi atau kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan pihak orang tua siswa yang membutuhkan pendampingan, dapat lebih mempermudah dalam penyelesaian dan mencari solusi bersama yang baik.

  Proses Pelaksanaan Program Bimbingan dan konseling di SMA Theresiana sudah dilaksanakan sesuai dengan jenis pelayanannya, yang meliputi : 1. Bidang bimbingan pribadi, 2. Bidang bimbingan Sosial, 3. Bidang bimbingan belajar, 4. Bidang bimbingan Karier. Pelaksanaan Seminar pengembangan untuk guru bimbingan dan Konseling rutin diadakan, untuk menambah wawasan serta ilmu dalam Pelayanan Bimbingan. Seminar untuk siswa dari kelas X-XII, seperti seminar pola asuh, bahaya narkoba, penelusuran bakat dan minat, seks education dan pemilihan jurusan di universitas lewat

  edu expo.

  Sejak pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMA Theresiana 1 Semarang. Guru Bimbingan dan Konseling tidak terjadwal masuk kelas memberikan bimbingan, sehingga dalam proses wawancara yang telah dilakukan, ada masukan dari wali kelas maupun siswa, sebaiknya Guru Bimbingan dan Konseling dapat memberikan bimbingan secara terjadwal di kelas, supaya masalah siswa baik secara social maupun pribadi dapat kembali terkover. Proses pelaksanaan program berjalan, namun ada beberapa program yang belum bisa berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

  

4.3.4. Produk Program Bimbingan dan Konseling

di SMA Theresiana 1 Semarang

  Hasil dari pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling bahwa adanya perubahan perilaku pada siswa, siswa lebih memperhatikan kerapihan, kehadiran dan kelulusan. Namun demikian ada banyak faktor yang mempengaruhi yang menyebabkan masing-masing pribadi dan karakter siswa berbeda. Sehingga perubahan masing-masing siswa berbeda antara satu dengan yang lain.

  Bagaimana suatu Program Bimbingan dan Konseling dilaksanakan di sekolah, hal ini akan mempengaruhi hasil perubahan perilaku siswa. Oleh karena itu tujuan pelaksanaan program belum dapat tercapai.

4.4. Faktor Pendukung

  Berdasarkan pembahasan pada evaluasi konteks, input, proses dan produk atau hasil, maka penulis merangkum beberapa hal pokok yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di sekolah.

  1. Aspek Konteks SMA Theresiana merupakan salah satu SMA yang cukup berpotensi di Semarang. tempatnya berada di tempat yang strategis, di tengah kota Semarang. Kedisiplinan belajar dan pembelajaran, terlaksananya beberapa ekstrakurikuler dan unggulan seperti ekstrakurikuler Basket dan bahasa Inggris, sarana pembelajaran yang memadai dan prasarana yang lengkap mulai laboratorium Komputer plus internet, Laboratorium Bahasa, Laboratorium IPA dan lain-lain, didukung guru- guru yang profesional sesuai dengan bidangnya.

  Faktor-faktor yang ada di atas, dapat mendukung pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

  2. Aspek Input SMA Theresiana Semarang memiliki SDM tenaga kependidikan yang professional. Latar belakang guru Bimbingan dan Konseling sudah sesuai dengan standart, di dukung dengan terpenuhinya sarana prasarana pendukung, sehingga hal tersebut hendaknya dapat menjadikan pelayanan kepada siswa yang maksimal. Out putnya siswa bisa belajar dengan baik karena dibekali oleh program yang baik, sehingga setelah lulus dapat menjadi manusia yang memiliki pribadi unggul dan berbudi pekerti luhur di lingkungan sosialnya.

3. Aspek Proses

  Terkait dengan proses perencanaan dan pelaksanaan, program Bimbingan dan Konseling tetap mengacu pada 4 bidang layanan: 1. Bidang layanan pribadi, 2. Bidang layanan Sosial, 3. Bidang layanan Belajar, 4. Bidang layanan Karier. Pelaksanaan Program yang terencana sesuai dengan RPLBK dan Pengembangan dari Guru Bimbingan dan konseling, yang dievaluasi setiap semester. Factor pendukung yang lain adalah pendampingan lewat seminar yang rutin dilaksanakan untuk siswa kelas X-XII, seperti seminar pola asuh, bahaya narkoba, penelusuran bakat dan minat, seks education dan pendampingan pemilihan jurusan di universitas lewat edu expo di sekolah.

4. Aspek Produk

  Adanya perubahan perilaku siswa, setelah pelaksanaan Program Bimbingan dan konseling, siswa menjadi lebih memperhatikan kerapihan, kehadiran dan kelulusan, meskipun masing- masing siswa berbeda atau tidak sama dalam perubahan perilaku ini, hal ini menjadi faktor pendukung pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah.

4.5. Faktor Penghambat

  Beberapa hal yang menjadi penghambat dalam melaksanakan program Bimbingan dan Konseling di SMA Theresiana Semarang adalah sebagai berikut :

  Pada aspek konteks, siswa SMA Theresiana 1 memiliki problematika yang cukup kompleks, cukup banyak masalah yang membutuhkan bimbingan dan konseling, baik secara kelompok maupun pribadi, sedangkan jumlah siswa sebanyak 333 siswa, didampingi 2 guru Bimbingan dan Konseling. 1 guru mendampingi kurang lebih 166 siswa, idealnya 1 guru mendampingi 150 siswa.

  Latar belakang pendidikan guru Bimbingan Konseling sudah sesuai, namun adanya dobel jabatan seperti guru Bimbingan Konseling merangkap menjadi Wakasek atau tim humas, sehingga konsentrasi guru terbagi.

  Kemudian pada aspek Input yang menjadi penghambat program Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah Kurikulum 2013 yang dilaksanakan dan dalam MGMP BK, bahwa jadwal Guru Bimbingan dan Konseling memberikan pendampingan atau masuk kelas adalah 2 jam pelajaran, hal ini belum dapat terpenuhi. Padatnya jadwal pembelajaran di kelas dan jam pendampingan Guru BK yang belum rutin terjadwal, sehingga dari hasil wawancara siswa maupun wali kelas mengungkapkan bahwa banyak dan kompleksnya problematika siswa baik kelompok maupun pribadi belum dapat terkover dengan baik.

  Sedangkan pada aspek proses, dalam pelaksanaaanya, program Bimbingan dan Konseling di sekolah, jadwal pendampingan guru BK belum dapat dijadwalkan secara rutin. Yang masih menjadi penghambat, orang tua belum mendukung sepenuhnya program bimbingan dan konseling di sekolah, misalnya; saat sekolah mengadakan program sosialisasi program bimbingan dan konseling atau seminar untuk orang tua, orang tua belum mau berpartisipasi atau masih enggan datang. Padahal ini penting bagi orang tua, dalam proses pola asuh yang baik untuk anak remaja, dan menjalin komunikasi yang baik antara pihak orang tua dengan pihak sekolah dalam upaya bekerjasama dan mencapai tujuan mendidik dan membentuk kepribadian yang baik bagi anak.

  Karena padatnya waktu jadwal dalam kurikulum pembelajaran, beberapa program ada yang sudah terlaksana, namun ada beberapa program yang belum dapat terlaksana.

  Yang terakhir untuk aspek produk, perubahan perilaku pada siswa tidak sama antara yang satu dengan yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, lingkungan sekolah maupun lingkungan sosial dan keluarga atau hubungan dengan orang tua. Program Bimbingan dan konseling, sudah terlaksana dengan baik atau belum juga mempengaruhi siswa dalam memahami manfaat program Bimbingan dan Konseling serta perubahan perilaku siswa.

Dokumen yang terkait

43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja Kepala Sekolah SD Negeri 1 Merbuh UPTD Pendidikan Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal

0 0 38

5. Selain kegiatan tersebut pada nomor 4, apa saja yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru SD Negeri 1 Merbuh? 6. Program unggulan apa yang telah dibuat sekolah untuk menunjang peningkatan mutu pembelajran? 7. Sejauhmana sekolah mengadak

0 1 39

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Adiwiyata Di SMA Negeri 2 Demak

0 0 9

i UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA KELAS 5 SD NEGERI TUKANG TAHUN PELAJARAN 20162017 TUGAS AKHIR - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkata

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Pada Kelas 5

0 0 86

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING and LEARNING) DENGAN EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SIDOREJO LOR 07 KOTA SALATIGASEMESTER I TAHUN 20162017

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: The Development of ‘Snake and Ladder’ Learning Media to Enrich Indonesian Vocabulary in Thematic Instruction for Fourth Grade Students

0 0 18

i PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI KELAS IV SD NEGERI MANGUNSARI 02 KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20162017 Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian Universit

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bimbingan Dan Konseling Di SMA Theresiana 1 Semarang (Dengan Model Evaluasi CIPP)

0 0 13

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Evaluasi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bimbingan Dan Konseling Di SMA Theresiana 1 Semarang (Dengan Model Evaluasi CIPP)

0 0 49