BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Kelas V Bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

  

4.1. Lokasi dan Kegiatan

Deskripsi Penelitian

  Penelitian dilakukan pada guru kelas v bersertifikasi yang bekerja di sembilan sekolah yang berlokasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan. Sembilan sekolah yang menjadi lokasi penelitian adalah SD Negeri 1 Parakan Kauman, SD Negeri 5 Parakan Kauman, SD Negeri 6 Parakan Kauman, SD Negeri Caturanom, SD Negeri Watukumpul, SD Negeri Wanutengah, SD Negeri Campursalam, SD Negeri Nglondong, SD Negeri Sunggingsari.

  Dalam penelitian ini satu guru kelas v dari masing-masing sekolah di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan akan dievaluasi kinerja mengajarnya dari mulai tahap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru bersertifikasi. Setiap guru akan diobservasi oleh peneliti saat melakukan pelaksanaan pembelajaran. Akan diteliti pula dokumen RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan daftar nilai yang dimiliki oleh guru. Untuk memperkuat hasil, dilakukan wawancara terstruktur dengan responden kepala sekolah, dan pengisian kuesioner dengan responden siswa yang berisi tentang kinerja mengajar guru yang menjadi subjek penelitian. Kuesioner akan diisi oleh 36 siswa kelas v, yaitu 4 siswa dari masing- masing sekolah di daerah binaan 2 Kecamatan Parakan.

4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tercantum dalam UU No.19 tahun 2005 didefinisikan sebagai :

  

Seperangkat Rencana yang menggambarkan proses

dan Prosedur pengorganisasian kegiatan

pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi

dasar (KD) yang telah ditetapkan dalam standar isi

dan dijabarkan di dalam silabus.

  Rencana pembelajaran bisa dikatakan sebagai suatu pengambilan keputusan dalam menentukan langkah langkah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Rencana pembelajaran menjadi sangat penting karena RPP akan menjadi pedoman langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran oleh guru. Dengan kata lain jika Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sudah disusun secara baik dan benar sesuai kaidah yang tercantum dalam Permendiknas Nomor

  41 Tahun 2007 maka pelaksanaan pembelajaran diharapkan akan terlaksana secara sistematis sesuai langkah yang direncanakan.

  Berikut hasil analisis RPP guru bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan :

Tabel 4.1 Kinerja Mengajar Guru Kelas V Bersertifikasi

  6

  Secara garis besar guru kelas v bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan telah melakukan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan baik meskipun belum mencapai kinerja yang maksimal. Ini dapat dilihat dari tabel yang menunjukkan bahwa 88,89% guru menyusun RPP dengan sangat baik dan 11,11% menyususn RPP dengan baik. Namun bila dilihat secara detail dari tiap aspek penyusunan RPP masih terdapat beberapa aspek yang masih dalam kategori cukup saja.

  73.68 Baik Sumber : Data Hasil Analisis Instrumen, 2015

  9

  76.32 Baik

  8

  73.68 Baik

  7

  75.00 Baik

  73.68 Baik

  

dalam Perencanaan Pembelajaran

Guru Perencanaan Nilai Kategori

  5

  78.95 Baik

  4

  78.95 Baik

  3

  86.84 Baik Sekali

  2

  76.32 Baik

  1

  Berikut detail hasil observasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru :

  

Tabel 4.2.

Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

  Nilai tiap guru No Indikator penilaian

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9 Identitas mata

  1

  4

  4

  4

  4

  4

  4

  4

  4

  4 pelajaran

  2 Perumusan tujuan

  4

  4

  4

  4

  4

  4

  4

  4

  4 Kesesuaian alokasi

  3

  4

  4

  4

  3

  4

  3

  3

  3

  3 waktu

  4 Sumber belajar

  2

  3

  2

  3

  2

  2

  2

  3

  3

  5 Materi ajar

  3

  4

  3

  3

  3

  3

  3

  4

  3 Merumuskan kegiatan

  6

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3 pembelajaran Merumuskan kegiatan

  7

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3 eksplorasi Merumuskan kegiatan

  8

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3 elaborasi Merumuskan kegiatan

  9

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3 konfirmasi Menyusun RPP sesuai

  10

  3

  3

  3

  3

  3

  2

  3

  3

  3 prinsip penyusunan RPP

  11 Penerapan TIK

  3

  3

  3

  2

  2

  2

  3

  3

  3 Merumuskan kegiatan

  12

  3

  3

  4

  4

  3

  3

  3

  3

  3 penutup Merencanakan kegiatan

  13

  3

  4

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3 tindak lanjut Merumuskan media 14 pembelajaran yang

  2

  3

  2

  3

  2

  3

  2

  2

  2 bervareasi Merumuskan buku ajar

  15

  2

  3

  2

  3

  2

  3

  2

  2

  2 yang digunakan Merumuskan penilaian

  16

  4

  4

  3

  3

  2

  3

  3

  3

  2 hasil belajar Kesesuaian rumusan 17 metode dengan tujuan

  3

  4

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3 pembelajaran Merumuskan

  18

  3

  4

  4

  4

  3

  4

  3

  3

  3 pengelolaan kelas

  19 Penyusunan RPP

  3

  4

  4

  3

  4

  3

  3

  3

  3 Sumber : Data Hasil Analisi Instrumen, 2015

  Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dalam merencanakan pelaksanaan pembelajaran ada empat aspek yang dilakukan dengan kurang baik (kategori cukup), yaitu: sumber belajar, media belajar, dan buku ajar. Terdapat 55,55% guru yang masih kurang baik dalam merencanakan jenis sumber belajar siswa yang akan digunakan dalam pembelajaran, 66,67% guru kurang baik dalam memilih media belajar yang tepat, dan 66,67% guru kurang memperhatikan pemilihan jenis dan jumlah buku ajar yang akan digunakan dalam pembelajaran.

  Dalam RPP yang disusun guru, sebagian besar guru hanya menggunakan sumber ajar dari buku teks yang tersedia di perpustakaan. Guru belum memanfaatkan fasilitas sumber belajar lain, misalanya internet, alam sekitar, video tutorial, dan lain-lain. Guru menggunakan media belajar yang sederhana menggunakan media lama seperti papan tulis. Ada sebagian guru yang sudah menggunakan LCD, namun penggunaannya tidak dibarengi dengan praktek siswa dengan alat peraga yang ada sehingga siswa kurang memahami materi ajar yang diberikan karena media ajar yang monoton dan membosankan.

  Dalam merencanakan pelaksanaan mengajar guru masih menggunakan satu buku teks sebagai buku ajar. Ini menyebabkan minimnya pengetahuan siswa yang hanya terbatas pada satu buku teks. Dalam Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 dinyatakan bahwa selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya. Guru juga harus membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.

  Hasil ini sesuai dengan hasil wawancara kepala sekolah yang menyatakan bahwa :

  kelemahan guru dalam merencanakan “…

pembelajaran atau menyusun RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran) adalah pada bagian

merencanakan media belajar dan sumber belajar.

Masalah ini terjadi karena guru-guru yang

bersertifikasi pada umumnya sudah mengajar

dengan masa kerja 10 tahun atau lebih yang

menyebabkan guru merasa sudah mapan dengan

  

teori belajar, metode mengajar, media belajar, dan

sumber belaja r yang sudah sering digunakan… “ Sumber : Kepala Sekolah SD N Watukumpul, 3 Maret 2015.

  Kepala Sekolah SD N 6 Parakan Kauman dan SD N 5 Parakan Kauman juga menyatakan bahwa:

  

“Dalam pembelajaran sebagian guru sudah memiliki

zona nyaman.Mereka merencanakan pelaksanaan

pembelajaran sesuai dengan zona nyaman

mereka.Selain itu salah satu kelemahan guru adalah

menganggap RPP bukan hal yang terlalu penting,

hanya seperti dokumen administrasi yang harus

dipenuhi.Jadi dalam penyusunannya kadang-

kadang gu ru hanya mengkopi dari RPP yang lama.”

Sumber : Kepala Sekolah SD N 6 Parakan Kauman, 9 Maret 2015

guru dalam merencanakan “ Kelemahan

pembelajaran atau menyusun RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran) adalah pada bagian

merencanakan alat peraga dan sumber belajar.

Masalah ini terjadi karena guru belum biasa

memanfaatkan buku-buku yang ada di

perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar.

Dalam perencanaan media belajar, guru sudah

menggunakan alat peraga namun kadang kurang

sesuai dengan materi ajar yang akan diberikan.

Guru beranggapan bahwa yang penting sudah

menggunakan alat peraga tanpa memikirka

kesesuaian alat peraga dengan materi ajar.”

Sumber : Kepala Sekolah SD N 5 Parakan Kauman,10 Maret 2015

  Oleh karena itu guru-guru tersebut belum mampu melakukan inovasi dalam pembelajaran. Selain itu keterbatasan fasilitas mengajar yang ada di sekolah seperti LCD, alat peraga, laboratorium, dan keterbatasan buku ajar di perpustakaan juga menjadi penyebab guru menyususun RPP dengan kurang baik pada aspek media dan sumber belajar. Dalam menyusun RPP sebagian guru belum menyusun RPP dengan maksimal, ada beberapa guru yang masih copy

  

paste dari RPP guru lain atau dari internet. Masalah ini

  terjadi karena RPP dianggap kurang penting dan hanya dianggap sebagai syarat administrasi guru.

4.2.2. Pelaksaan Pembelajaran

  Pelaksanaan pembelajaran adalah operasional- isasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran/pembelajaran yang sudah dibuat. Kegiatan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses saling pengaruh mempengaruhi dalam bentuk hubungan interaksi antara guru dan siswa. Guru bertindak sebagai pengajar, sedangkan siswa berperan sebagai yang melakukan perbuatan belajar. Guru dan siswa menunjukkan keaktifan yang seimbang sekalipun peranannya berbeda namun terkait satu dengan yang lainnya. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru mulai dari tahap pendahuluan, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup.

  Dalam penelitian ini dilakukan observasi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan. Digunakan panduan observasi yang terdiri dari 30 indikator pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan standar proses yang tercantum dalam Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007. Berikut hasil penilaian observasi kinerja mengajar guru dalam tahap pelaksanaan pembelajaran.

Tabel 4.3 Kinerja Mengajar Guru Kelas V Bersertifikasi

  

dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan Guru Nilai Kategori

  1

  78.33 Baik

  2

  86.67 Sangat Baik

  3

  85.00 Baik

  4

  77.50 Baik

  5

  73.33 Baik

  6

  80.83 Baik

  7

  75.00 Baik

  8

  75.83 Baik

  9

  75.00 Baik Sumber : Data Hasil Analisi Instrumen, 2015

  Guru bersertifikasi di Daerah Binaan

  2 Kecamatan Parakan telah melaksanakan pembelajaran dengan baik. Terlihat dari tabel 4.3 bahwa bahwa 88,89% guru melaksanakan pembelajaran di kelas dengan baik dan 11,11% guru melaksanakannya dengan sangat baik. Ini sejalan dengan hasil analisis kuesioner kinerja mengajar guru yang diisi oleh siswa, berikut hasil analisis kuesioner:

Tabel 4.4 Hasil Analisis Kuesioner Kinerja Mengajar Guru

  Min Max Mean Std Pelaksanaan 2 4 3.127 0.645 pembelajaran

  Sumber : Data Primer Hasil Analisis Statistik,2015

  Dari tabel 4.4 tampak bahwa nilai mean data sebesar 3.127 yang artinya menurut siswa kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas masuk dalam kategori baik. Meskipun secara umum dari hasil observasi dan analisis data kuesioner kinerja mengajar guru dalam tahap pelaksanaan pembelajaran masuk dalam kategori baik, namun bila dilihat lebih detail dari tiap-tiap indikator dalam intrumen observasi dan kuesioner masih terdapat beberapa indikator yang dilaksanakan guru dengan cukup. Terdapat 55.56% guru yang hanya menggunakan sumber dan media belajar terbatas, 66.67% guru belum menggunakan pendekatan konseptual, 33.33% guru belum memfasilitasi siswa untuk saling berinteraksi dan mengembangkan gagasan baru.

  Guru cenderung menggunakan satu sumber belajar berupa buku teks dengan media sederhana dalam melakukan pembelajaran. Selain itu guru menerapkan teacher center learning sehingga kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat dan berinteraksi aktif dalam pembelajaran sangat minim.

  Hasil observasi ini sejalan dengan hasil analisis kuesioner siswa sebagai berikut :

Tabel 4.5 Detail Hasil Analisis Kuesiner Kinerja Mengajar Guru

  No

Indikator Kuesioner Min Max Mean Std

Soal

  Penyiapan peserta

  1

  4

  4

  4 didik Menyampaikan

  2

  4

  4

  4 cakupan materi dan uraian sesuai silabus

  3 Sumber belajar

  2 4 2.7778 0.6667 Media belajar (alat

  4

  2 4 2.5556 0.7265 peraga) Percobaan di

  5 Laboratorium,

  2 4 2.6667 0.7071 lapangan, studio

  6 Pemberian tugas

  3 4 3.1111 0.3333

  7 Penguasaan materi

  3 4 3.6667

  0.5 Cara guru 8 menjelaskan 3 4 3.2222 0.441 pembelajaran

  Membantu 9 menyelesaikan 3 4 3.1111 0.3333 masalah siswa

  Memberikan umpan

  10

  3 4 3.2222 0.441 balik pada siswa

  11

  2 3 2.6667

  0.5 Metode mengajar guru Mengajar yang

  12

  3 4 3.2222 0.441 menarik Interaksi guru dan

  13

  3 4 3.3333

  0.5 murid Memberi kesempatan

  14

  2 3 2.5556 0.527 siswa untuk aktif dalam pembelajaran Memberikan siswa kesempatan untuk

  15

  2 4 2.8889 0.7817 saling berinteraksi dalam poblem solfing Umpan balik kepada

  16

  3 4 3.2222 0.441 siswa

  17 Sikap guru di kelas

  3

  3

  3 Pemberian motivasi

  18

  3 4 3.6667

  0.5 belajar Penutup dalam

  19

  3 4 3.6667

  0.5 pembelajaran

  20 Penampilan guru

  3 4 3.7778 0.441 Sumber: Data Primer Hasil Analisis Statistik,2015 Tampak bahwa indikator tentang penggunaan media belajar, sumber belajar, dan interaksi antar siswa memiliki mean terendah dibandingkan dengan indikator yang lain yaitu 2.67 , 2.67, dan 2.56.

  Guru cenderung menggunakan satu sumber belajar berupa buku teks dengan media sederhana. Ini terjadi karena banyak guru bersertifikasi yang belum memahami cara menerapkan

  ICT (Information

Communication Technologi) dalam proses pembelajaran.

Seperti hasil wawancara dengan kepala sekolah :

  

“ … guru –guru yang bersertifikasi rata-rata sudah

tua sehingga kurang memiliki kemauan untuk

menggunakan

  ICT dalam pembelajaran. Ada

beberapa guru yang belum dapat mengoperasikan

komputer sehingga mereka sulit untuk

memanfaatkan internet sebagai sumber dan media

belajar. “ Sumber : Kepala Sekolah SD N Nglondong, 6 Maret 2015

“ Mengoperasikan computer bukan hal yag semua

guru dapat menguasai. Guru yang bersangkutan

belum bisa mengoperasikan computer sehingga

dalam pembelajaranya masih menggunakan model

lama tanpa menerapkan ICT dalam pembelajaranya.

Ini terjadi pada guru yang sudah tua, mereka sudah

nyaman dengan metode pembelajaran lama sehingga

kurang adanya inovasi- inovasi dalam pembelajaran.”

  

Sumber : Kepala Sekolah SD N 5 Parakan Kauman, 10 Maret 2015

  Dari hasil wawancara juga ditemukan bahwa :

  

“… ada beberapa faktor lain yang menghambat

kinerja guru selain faktor internal diri guru sendiri.

Fasilitas menjadi salah satu kendala bagi guru

dalam mengembangkan pembelajaranya. Minimnya

fasilitas internet, laboratorium, alat peraga, alat

olahraga dan fasilitas lain. Minimnya forum diskusi

untuk pengembangan profesi juga menjadi factor

kurang maksimalnya kinerja guru.”

  Sumber : Kepala Sekolah SD N Watukumpul, 3 Maret 2015

  Selain minimnya sumber belajar dan media ajar, guru juga belum menerapkan pendekatan konstektual dalam pembelajaran. Pendekatan konstektual dalam pembelajaran dibutuhkan untuk membekali siswa dalam pemecahan masalah di kehidupan nyata. Berlatar bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan mengalami sendiri suatu fenomena di lingkungan alamiah tidak sekedar berorientasi pada target penguasaan materi, maka pendekatan konseptual dalam pembelajaran sangat dibutuhkan.

  Dari hasil observasi juga ditemukan bahwa 33,33% guru bersertifikasi belum memfasilitasi siswa untuk saling berinteraksi dan mengemukakan gagasan baru. Pembelajaran cenderung terfokus pada penjelasan materi ajar oleh guru dan kurang memfasilitasi siswa dalam mengemukakan pendapat.

  Dari hasil observasi juga ditemukan bahwa 77.78% guru sangat baik dalam melakukan apersepsi, 44.45% sangat baik dalam menjelaskan kompetensi dasar pembelajaran yang akan dilakukan dan 55.56% guru menguraikan cakupan materi sesuai silabus dengan sangat baik. Dengan kata lain, guru bersertifikasi di daerah binaan 2 Kecamatan Parakan melakukan kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran sangat baik. Guru mempersiapkan peserta didik, melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan uraian materi sesuai silabus dengan baik.

4.2.3. Penilaian Pembelajaran

  Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian kemampuan belajar siswa atau yang disebut peserta didik yang dilakukan secara berkala, baik berupa ujian tes tertulis maupun tidak tertulis sebagai pertanggungjawaban seorang guru dalam melaksana- kan pembelajaran. Guru memiliki andil yang besar dalam keberhasilan siswanya. Oleh sebab itu penting bagi guru untuk memberikan penilaian dan evaluasi siswanya dengan cara yang baik dan objektif.

  Dalam penelitian ini dilakukan observasi dan studi dokumen terhadap kegiatan penilain atau evaluasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran. Panduan observasi terdiri dari 11 indikator yang disusun sesuai dengan Permendiknas RI Nomor 20 Tahun 2007. Berikut hasil observasi dan studi dokumentasi penilaian pembelajaran guru bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan:

  

Tabel. 4.6

Kinerja Mengajar Guru Kelas V Bersertifikasi

dalam Penilaian/ Evaluasi Pembelajaran

  Penilaian Guru Nilai Kategori

  1

  72.73 Baik

  2

  86.36 Baik sekali

  3

  75.00 Baik

  4

  84.09 Baik

  5

  75.00 Baik

  6

  75.00 Baik

  7

  77.27 Baik

  8

  72.73 Baik

  9

  77.27 Baik

Sumber: Data Primer Hasil Analisis Instrumen, 2015

  Dari tabel 4.6 tampak bahwa kinerja guru dalam penilaian atau evaluasi pembelajaran masuk pada kategori baik dan sangat baik yaitu sebesar 11.11% guru melakan penilaian pembelajaran dengan sangat baik dan 88.89% guru melakukannya dengan baik. Ini sesuai dengan wawancara dengan Kepala Sekolah SD N

  1 Parakan Kauman yang menyatakan bahwa:

  

“… guru di sekolah ini melakukan proses penilaian

pembelajaran dengan baik. Guru sudah melakukan

kegiatan remideal, pengayaan, dan analisis nilai

siswa. Guru juga menyusun laporan penilaian siswa

dengan baik dan rutin meskipun belum sempurna.”

Sumber : Kepala Sekolah SD N 1 Parakan Kauman, 7 Maret 2015

  Kepala SD N 6 Parakan Kauman dan SD N Watukumpul menyatakan hal yang sama, yaitu :

  

“ Secara garis besar guru telah melakukan proses

pembelajaran dengan baik. Guru melaksanakan

penilaian sesuai dengan prosedur dalam standar

penilaian yang berlaku. Guru juga menyusun

laporan penilaian siswa dengan baik yang tercantum

dalam daftar nilai dan raport siswa”

  Sumber : Kepala SD N 6 Parakan Kauman, 9 Maret 2015

“ Guru melakukan penialain pembelajaran dengan

baik. Taap-tahap penilaian dilakukan sesuai

atauran yang berlaku. Namun dalam menyusun soal

tes siswa guru tidak menggunakan pedoman kisi-

kisi. Guru beranggapan bahwa yang terpenting

adalah soal sesuai dengan indicator pembelajaran

yang dilakukan.”

  Sumber : Kepala SD N Watukumpul,3 Maret 2015

  Meskipun secara keseluruhan guru melaksanakan penilaian pembelajaran dengan baik namun ada indikator dalam penilaian pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan cukup saja. Misalnya kegiatan guru dalam menyusun kisi-kisi yang akan digunakan untuk membuat soal ulangan harian, remedial, dan pengayaan. Ada pula indikator penilaian pembelajaran yang dilakukan semua guru dengan sangat baik yaitu dalam penetapan KKM. Berikut detail hasil observasi kinerja mengajar guru dalam bidang pelaksanaan pembelajaran:

Tabel 4.7 Observasi Kegiatan Penilaian atau Evaluasi

  

Pembelajaran

Nilai Tiapa Guru Indikator/Aspek yang

  No dinilai

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

1 Guru menetapkan KKM

  4

  4

  4

  4

  4

  4

  4

  4

  4 Guru menyusun kisi-kisi

  2

  2

  4

  2

  2

  2

  2

  3

  3

  3 soal Guru menyusun soal evaluasi sesuai

  3

  3

  4

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3 kompetensi yang akan diajukan Frekuensi penilaian

  4 sesuai dengan

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3 kompetensi dasar (KD) Merencanakan program remideal bagi peserta

  5

  3

  3

  3

  4

  3

  3

  3

  3

  3 didik yang belum tuntas KKM Melaksanakan program pengayaan bagi peserta

  6

  3

  3

  3

  4

  3

  3

  3

  3

  3 didik yang mencapai ketuntasan Guru menghitung prosentase bagi peserta

  7

  3

  3

  3

  4

  3

  3

  3

  3

  3 didik yang tuntas dan yang belum tuntas Guru melaksanakan

  8

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3 analisis hasil penilaian Pemahaman guru tentang pelaksanan

  9 penilaian dan pengolahan

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3 nilai sesuai dengan ketentuan Guru menghitung

  10 pencapaian Kompetensi

  3

  4

  3

  4

  3

  3

  3

  3

  3 Dasar Guru menganalisis

  11

  3

  4

  3

  3

  3

  3

  3

  3

  3 kualitas soal Sumber : Data Primer Hasil Analisis Intrumen, 2015

  Pada tabel 4.7 tampak bahwa 66.67% guru masih dalam kategori cukup perihal menyusun kisi-kisi soal yang akan digunakan sebagai soal tes dalam kegiatan penilaian pembelajaran. Dari kegiatan wawancara, kepala sekolah menyatakan :

  

“ Guru tidak menyusun kisi-kisi sebelum membuat

soal yang digunakan untuk ulangan harian atau

kuis. Guru kadang hanya mengkopi soal dari buku

atau internet.”

  Sumber : Kepala Sekolah SD N Caturanom, 4 Maret 2015

  Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil wawancara Kepala SD N 6 Parakan Kauman dan Kepala SD N Sunggingsari sebagai berikut :

“ Guru biasa langsung membuat soal tanpa kisi-kisi.

  

Hal ini terjadi karena guru merasa tidak ada waktu

untuk menyusun kisi-kisi dan soal karena pekerjaan

guru yang sangat banyak

.”

  

Sumber : Kepala Sekolah SD N 6 Parakan Kauman, 9 Maret 2015

“ Guru tidak membuat kisi-kisi sebelum menyusun

soal. Guru menggunakan soal tahun sebelumnya

atau mengkopi soal dari buku yang ada sesuai

materi yang diajarkan.” Sumber : Kepala Sekolah SD N Sunggingsari, 5 Maret 2015

  Dari observasi ditemukan bahwa semua guru menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan sangat baik. Aspek lain seperti kegiatan remedial, kegiatan pengayaan, dan penghitungan pencapaian ketuntasan dilakukan oleh guru dengan baik.

  Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru bersertifikasi ke Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan 88.89% guru kelas v memiliki kinerja mengajar baik dan 11.11% guru kelas v memiliki kinerja mengajar sangat baik. Berikut rekap hasil analisis instrumen kinerja guru kelas v bersertifikasi di Daerah Binaan 2 Kecamatan Parakan :

Tabel 4.8 Rekap Hasil Analisis Instrumen

  

Kinerja Mengajar Guru Kelas V Bersertifikasi

Prosentase (%) No Kategori

  Perencanaan Pelaksanaan Penilain

  1 Kurang

  0.00

  0.00

  0.00

  2 Cukup

  0.00

  0.00

  0.00

  3 Baik

  88.89

  88.89

  88.89

  4 Baik Sekali

  11.11

  11.11

  11.11 Sumber : Data Primer Hasil Analisis Instrumen, 2015

  Dari tabel 4.8. ada satu guru yang kinerja mengajarnya baik sekali dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Guru tersebut adalah guru perempuan dengan umur 38 tahun.

  Ini dimungkinkan terjadi karena guru tersebut adalah guru termuda dibandingkan dengan guru yang lain. Guru ini menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan baik, selain itu guru ini aktif dalam melakukan inovasi mengajar dan pemanfaatan alat peraga inovatif.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

  Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses menyusun langkah- langkah kerja yang akan dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran yang di dalamnya mencakup penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan metode pembelajaran, alokasi waktu pembelajaran dan lain- lain. Hamzah B. Uno dalam Sanjaya (2008) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  Hasil penelitian mengatakan bahwa guru kelas v bersertifikasi di daerah binaan 2 Kecamatan Parakan melakukan perencanaan pembelajaran dengan baik. Dengan kata lain guru-guru tersebut telah mampu menetapkan tujuan dengan cermat dan menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan baik sesuai standar prinsip-prinsip penyusunan RPP yang tercantum dalam Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007. Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian Trisnawati (2011) tentang RPP yang disusun oleh guru sekolah dasar bersertifikasi di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa 77% guru sudah membuat RPP dengan baik dan memenuhi kelengkapan seluruh komponen RPP yang sesuai dengan standar proses.

  Meskipun begitu ada beberapa aspek penyusunan rencana pembelajaran yang perlu diperbaiki yaitu merencanakan metode pembelajaran, sumber belajar, dan media ajar dalam pembelajaran. Masalah ini juga terjadi di Kecamatan Kranggan. Masturiyah (2013) menemukan bahwa guru bersertifikasi masih merencanakan media belajar secara sederhana. Dalam penelitiannya diungkapkan bahwa alat peraga yang digunakan masih menggunakan produk perusahaan, guru belum mengembangkan alat peraga sendiri yang disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan diajarkan.

  Sumber belajar, buku ajar, dan media belajar erat kaitanya dengan kemampuan siswa dalam menerima dan memahami materi ajar yang diberikan guru. Seperti yang diungkapkan oleh Lavie dan Lents (dalam Arsyad, 2007) bahwa media belajar yang variatif seperti multimedia interaktif memiliki fungsi atensi, afektif, kognitif dan kompensatoris yang mampu meningkatkan konsentrasi, ketertarikan, dan tingkat pemahaman anak terhadap suatu materi pembelajaran. Sumber belajar yang bervariasi akan membantu siswa mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru yang sesuai dengan kemajuan zaman.

  Perencanaan metode pembelajaran, sumber belajar, dan media ajar dalam pembelajaran erat kaiatanya dengan penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Permasalahannya adalah banyak guru bersertifikasi yang belum memahami cara menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran.

  Oleh karena itu dibutuhkan pelatihan secara intensif bagi guru bersertifikasi dalam mengoperasikan komputer dan memanfaatkan internet sebagai e-

  

learning. Mulyasa (2009) menyatakan bahwa sudah

  sewajarnya apabila guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran terutama internet, agar mereka mampu memanfaatkan berbagai pengetahuan, teknologi, dan informasi dalam melaksanakan tugas utamanya dalam mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik.

4.3.2. Pelaksanaan Pembelajaran

  Menurut Roy R. Lefrancois (dalam Djiwandon, 2002) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran adalah pelaksanaan strategi-strategi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran menjadi komponen penting dalam mewujudkan output pendidikan. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dilaksanakan secara ideal dan proposional sesuai standar yang berlaku.

  Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa kinerja guru kelas v bersertifikasi dalam tahap pelaksanaan pembelajaran di daerah binaan 2 Kecamatan Parakan adalah baik dan sangat baik. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Khadijah (2010) yang menemukan bahwa kinerja guru bersertifikasi di Sumatera Selatan dalam pelaksanaan pembelajaran masih di bawah standar minimum. Perbedaan ini bisa terjadi karena perbedaan faktor pendukung kinerja guru di masing-masing wilayah misalnya sarana prasarana, kemampuan pedagogik, motivasi kerja, dan lain-lain.

  Di sisi lain, masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan oleh guru bersertifikasi yaitu penerapan pembelajaran kontekstual dan interaksi antar siswa. Dalam prakteknya guru masih melaksanakan pembelajaran secara konvensional, materi yang diajarkan masih bersifat abstrak-teoritis-akademis dan belum terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi siswa sehari-hari. Belum diterapkannya pembelajaran kontekstual oleh guru terjadi sebagai akibat dari kurangnya kemampuan guru dalam menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasai (TIK) yang berdampak pada minimnya sumber belajar dan media belajar.

  Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran dibutuhkan untuk membekali siswa dalam pemecahan masalah di kehidupan nyata. Berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan mengalami sendiri suatu fenomena di lingkungan alamiah tidak sekedar berorientasi pada target penguasaan materi maka pendekatan konseptual dalam pembelajaran sangat dibutuhkan.

  Barco dan Patnam dalam jurnal internasional mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan dimana anak hidup dan berada dalam budaya yang berlaku di masyarakat Pemahaman pengkajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang ada dalam dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001). Ini sesuai dengan teori konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa seperti mengisi botol kosong, siswa tidak hanya menerima pengetahuan namun perlu mengkontruksi sendiri pengetahuan tersebut.

  Dari hasil observasi juga ditemukan bahwa 33,33% guru kelas v bersertifikasi belum memfasilitasi siswa untuk saling berinteraksi dan mengemukakan gagasan baru. Pembelajaran cenderung terfokus pada penjelasan materi ajar oleh guru dan kurang memasilitasi siswa dalam mengemukakan pendapat.

  Guru disarankan untuk mulai memfasilitasi siswanya untuk mengemukakan pendapat, berinteraksi, dan memecahkan masalah. Ini dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok dalam kelas. Muhibbin Syah (dalam Trianto, 2010) mengemukakan bahwa diskusi kelompok dalam pembelajaran akan mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, dan mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

  Dari hasil wawancara salah satu faktor yang menhambat kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran adalah fasilitas.Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah maka perlu ada kelengkapan sarana yang dibutuhkan sekolah. Oleh karena itu perlu ada usaha dari sekolah dan dinas setempat untuk mengusahakan pengadaan fasilitas pembelajaran yang standar untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah.

4.3.3. Penilaian atau Evaluasi Pembelajaran

  Penilaian merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Dalam proses pembelajaran, penilaian memegang peranan yang penting salah satunya untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Seperti yang diungkapkan oleh Gronlund (dalam Sudjana, 2010), bahwa penilaian dilakukan untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran.

  Dari hasil penelitian tampak bahwa penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah baik. Meskipun secara keseluruhan guru melaksanakan penilaian pembelajaran dengan baik namun ada indikator dalam penilaian pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan cukup saja yaitu dalam penyusunan kisi-kisi. Guru tidak menyusun kisi-kisi sebelum membuat soal untuk tes.

  Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan atau hendak disusun. Kisi-kisi berisi deskripsi kompetensi dan materi yang diwujudkan dalam sebuah tabel yang memuat tentang perincian materi beserta imbangan atau proporsi yang dikendaki oleh penilai (Suhasimi, 2007).

  Kisi-kisi penulisan soal merupakan aspek penting ketika guru akan memberikan soal latihan sebagai langkah evaluasi pembelajaran. Suryono (2013) menyatakan bahwa dalam pembuatan tes harus dibuat desain tes yaitu pembuatan kisi-kisi yang telah terencana agar tes yang dilakukan benar-benar bisa menjadi alat evaluasi yang mampu mengukur kecakapan siswa. Dengan adanya kisi-kisi, soal yang dibuat akan sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran. Kisi-kisi juga mempermudah guru dalam menyusun soal yang sesuai konteks penilaian. Maksudnya, soal yang dibuat dengan dasar kisi-kisi akan lebih mencerminkan materi yang diajarkan secara merata sehingga soal yang diberikan berfungsi maksimal sebagai alat tes.

  Soal tes yang dibuat tanpa menggunakan kisi-kisi tidak memenuhi prinsip penilaian menurut Purwanto (2002: 6) pada prinsip menyeluruh berkesinambungan, sistematis dan beracuan kriteria. Soal tes yang dibuat tanpa kisi-kisi bisa dikatakan sebagai penilaian yang tidak didasarkan pada kriteria kompetensi dasar, tidak mencakup semua aspek kompetensi secara merata, dan dilakukan tidak sistematis tanpa dasar rencana yang jelas.

  Dalam masalah ini perlu ada peran dari kepala sekolah dan pengawas untuk memberikan bimbingan tentang kaidah dan teknis penyusunan kisi-kisi soal tes. Selain itu perlu adanya program pendampingan untuk peningkatan profesi, dan pelaksanaan forum- forum peningkatan profesi guru secara rutin.

Dokumen yang terkait

KUESIONER PENELITIAN TUGAS AKHIR “Alternatif Strategi Peningkatan Daya Saing SMA Kristen 2 Salatiga”

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SDN Cukil 01 Tengaran Kabupaten Semarang

0 1 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SDN Cukil 01 Tengaran Kabupaten Semarang

0 0 27

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SDN Cukil 01 Tengaran Kabupaten Semarang

0 0 10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SDN Cukil 01 Tengaran Kabupaten Semarang

0 0 42

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SD Negeri Cukil 01, Tengaran

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SDN Cukil 01 Tengaran Kabupaten Semarang

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program MMT (Manajemen Mutu Terpadu) dalam Peningkatan Hasil Belajar di SMA N 2 Salatiga

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu 2.1.1. Mutu Pendidikan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program MMT (Manajemen Mutu Terpadu) dalam Peningkatan Hasil Belajar di SMA N 2 Salatiga

0 0 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum SMA Negeri 2 Salatiga - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program MMT (Manajemen Mutu Terpadu) dalam Peningkatan Hasil Belajar di SMA N 2

0 0 44