Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Hasil Belajar Menggunakan Model Problem Based Learning dan Project Based Learning dalam Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Gugus Gajah Mada Boyolali Tahun Pelajaran 2014-2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

  Berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan tersebut, terdapat beberapa faktor penentu, salah satunya adalah pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 20 tentang SISDIKNAS).

  Pembelajaran pada dasarnya mempunyai makna dua kegiatan yaitu belajar dan membelajarkan yang juga melibatkan dua pihak yaitu guru dan siswa. Belajar dan membelajarkan merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menitikberatkan pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima materi pelajaran. Sedangkan membelajarkan menekankan pada hal yang dilakukan oleh seseorang sebagai fasilitator memberikan materi pelajaran. Konsep belajar dan membelajarkan akan terpadu dalam satu kegiatan saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan lingkungan belajar. Belajar yang dilakukan siswa tidak hanya semata-mata menghafal, bukan pula mengingat, namun belajar yang sebenarnya adalah sebuah proses yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan, dan

  Aspek yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan siswa dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses pembelajaran pada dasarnya menuntut kemampuan guru dalam mengendalikan kegiatan belajar siswa. Meski tidak setiap kegiatan belajar siswa bergantung pada kehadiran guru, namun terdapat hubungan sebab akibat antara guru mengajar dan murid belajar. Oleh karena itu salah satu tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran adalah merancang dan melaksanakan proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga para peserta didik dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk dapat mencapai tujuan yang ditetapkan, guru diwajibkan untuk dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan tertentu. Pendekatan dalam pembelajaran sesungguhnya merupakan sarana untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan aktivitas belajar yang dilakukan guru dan siswa.

  Salah satu mata pelajaran yang memerlukan aktivitas langsung dalam prosesnya antara guru, siswa, dan lingkungan belajar untuk memperoleh pengalaman adalah Matematika. Mata pelajaran Matematika telah diajarkan dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang tercantum pada Permendiknas No.

  22 Tahun 2006 tentang Standar Isi SD/MI (2006:147) juga dijelaskan, bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Matematika mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena salah satu aspek dalam matematika adalah belajar pemecahan masalah.

  Melalui belajar pemecahan masalah maka diharapkan dapat dibentuk proses berpikir secara logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama yang sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika. Mengingat peran matematika yang sedemikian penting maka pada setiap jenjang pendidikan formal, siswa dituntut untuk dapat mempelajari dan menguasai matematika secara baik dan benar.

  Dewasa ini, sering terjadi banyak perdebatan mengenai proses pembelajaran yang dilakukan secara konvensional. Pandangan umum menyatakan bahwa pembelajaran konvensional yang sering digunakan oleh guru, dirasa sudah tidak cocok lagi untuk digunakan, karena pada dasarnya metode ini hanya menekankan pada keaktifan guru sebagai sumber utama dalam mentransfer ilmu. Penggunaan metode yang seperti ini, dimungkinkan siswa perhatiannya kurang bahkan mengantuk karena membosankan. Namun jika dikaji lebih lanjut, pembelajaran konvensional tidak sepenuhnya buruk. Pembelajaran secara konvensional dapat dinilai baik dan berhasil jika di dalamnya terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan, diantaranya adalah pembawaan guru dalam mengelola pembelajaran, motivasi maupun minat siswa yang tinggi, bahkan sarana dan prasarana yang memadai dapat menjadikan pembelajaran konvensional bermakna. Namun terlepas dari hal tersebut, pendekatan maupun model pembelajaran seyogyanya dapat mengubah gaya belajar siswa agar lebih aktif dalam mengkontruksikan konsep.

  Berangkat dari keraguan akan pendekatan pembelajaran konvensional, maka perlu adanya perbaikan yang dapat meningkatkan perhatian, motivasi, pemahaman, hasil belajar, maupun prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu menawarkan pendekatan pembelajaran yang lebih efektif, sehingga dapat membangkitkan perhatian siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam belajar. Selain hal itu, kemampuan guru dalam menguasai pendekatan pembelajaran yang akan digunakan juga menjadi faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran.

  Sistem pembelajaran matematika diharapkan mampu menggunakan pendekatan kontekstual sebagai fokus dalam kegiatan pembelajaran, dimana siswa terlibat pembelajaran aktif yang didalamnya mampu menemukan makna, karena pembelajaran kontekstual menghubungkan isi pelajaran dengan lingkungan.

  Menurut Purwanto (2013:45), “hasil belajar merupakan hasil perolehan tindak belajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengalaman dari puncak proses belajar. Dalam suatu kelas, hasil belajar setiap individu pasti berbeda-beda. Ada siswa yang hasil belajarnya tinggi dan rendah.

  Berdasarkan hasil observasi awal di SDN 1 Ampel kecamatan Ampel kabupaten Boyolali ditemukan beberapa hal berikut. Pada umumnya proses pembelajaran matematika yang telah berjalan di SDN 1 Ampel kecamatan Ampel kabupaten Boyolali kurang meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran, guru yang mengelola pembelajaran matematika belum menggunakan pendekatan kontekstual sebagai fokus dalam pembelajaran. Di samping itu, pengaitan masalah kehidupan sehari-hari dengan materi pembelajaran masih kurang.

  Kenyataannya pada saat peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas

  4 Ibu hariyanti, M.Pd. di SDN 1 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali belum menggunakan model-model pembelajaran kreatif secara sepenuhnya didalam pembelajaran Matematika di kelas, beliau hanya sesekali saja menggunakan metode make a match apabila beliau sedang ingin menerapkannya saja. Hal tersebut dikarenakan menurut Ibu Hariyanti yang terpenting adalah beliau mengajar dan membuat siswa paham akan materi yang sedang diajarkan. Meskipun dalam pembelajarannya tersebut Ibu Hariyanti, M.Pd. SD belum menggunakan model-model pembelajaran kreatif secara sepenuhnya, tetapi beliau sudah menggunakan alat peraga yang sudah tersedia di sekolah, melakukan tanya jawab antara guru dan siswa, guru melakukan demonstrasi, menggunakan benda- benda nyata sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Apabila dari sekolah belum tersedia alat peraga maka guru meminta siswa untuk membawa dari rumah tetapi yang tidak memberatkan siswa itu sendiri. Dalam proses belajar mengajar beberapa siswa dapat aktif mengikuti pembelajaran dengan bimbingan guru, tetapi ada juga yang masih pasif karena malu menyampaikan pendapatnya atau takut salah.

  Hasil wawancara dengan Ibu Hariyanti, M.Pd. SD guru kelas 4 SDN 1 kelas 4A semester 2 dalam mata pelajaran Matematika, yaitu diperoleh data rata- rata sebagai berikut: Nilai rata-rata kelas 4A dalam mata pelajaran Matematika adalah72,09. Dari data yang peneliti peroleh batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dari kelas 4 adalah 70. Hasil belajar Matematika kelas 4A di SDN 1 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali menunjukkan 60% siswa masih di bawah KKM dan 40% siswa sudah di atas KKM. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Tri Joko Listianto, S.Pd selaku kepala sekolah SDN 1 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali, KKM dapat ditentukan dari Indikator, keadaan siswa di SDN

  1 Ampel, Kompleksitas terhadap materi yang bersangkutan, dan daya dukung lainnya.

  Selain peneliti melakukan observasi di SD inti SDN 1 Ampel, peneliti juga melakukan observasi di SD imbas gugus Gajah Mada SDN Tanduk 02, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Dari hasil wawancara dengan Ibu Hesty selaku guru kelas 4 SDN Tanduk 02, bahwa dalam pembelajarannya Ibu Hesty belum menggunakan model pembelajaran sama sekali. Selain belum menggunakan metode atau model pembelajaran, Ibu Hesty hanya menjelaskan, melakukan tanya jawab, dan melakukan penugasan kepada siswa pada waktu melakukan proses belajar mengajar di kelas. Selama proses pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang belum aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut bisa terjadi karena guru hanya terlalu fokus untuk menjelaskan materi dengan ceramah saja.

  Hasil wawancara dengan Ibu Hesty selaku guru kelas 4 SDN Tanduk 02, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, diperoleh data hasil belajar siswa kelas 4 semester 2 dalam mata pelajaran Matematika, yaitu:

  Nilai rata-rata kelas 4 dalam mata pelajaran Matematika adalah 61,96. Dari data yang peneliti peroleh batas KKM dari kelas 4 adalah 67. Hasil belajar Matematika kelas 4 di SDN Tanduk 02 Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, menunjukkan 48% siswa masih di bawah KKM dan 52% siswa sudah di atas KKM.

  Di SD Negeri pada gugus Gajah Mada, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada pembelajaran Matematika belum mencapai hasil yang maksimal. Hal tersebut bisa terjadi karena masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Selain itu disebabkan juga masih banyaknya siswa yang pasif saat pembelajaran dan malu ataupun enggan untuk bertanya apabila dia kurang memahami pembelajaran yang berlangsung, hal ini disebabkan juga karena guru yang belum kreatif menggunakan model-model pembelajaran ataupun mengembangkan pembelajaran agar lebih menarik lagi.

  Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa di dalam kelas, guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran dalam setiap mata pelajaran, konsep materi dan tujuan yang ingin dicapai berbeda-beda. Dalam pemahaman konsep-konsep materi diperlukan model pembelajaran yang dapat membuat siswa benar-benar aktif dan merasakan suasana yang menyenangkan saat belajar. Ada berbagai model pembelajaran kreatif yang cocok untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi Matematika. Model-model pembelajaran tersebut diantaranya adalah ; Student centered learning (SCL) Active Learning (Pembelajaran Aktif) Cooperatif Learning (CL) Contextual Teaching and

  

Learning (CTL) Discovery Learning (Pembelajaran Melalu Penemuan) Problem

Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) collaborative Learning (

  Pembelajaran Kolaboratif) Project Based Learning.

  Dari berbagai model pembelajaran tersebut diatas mempunyai keunggulan dan kelemahannya masing-masing, termasuk juga model Project Based Learning dan Problem Based Learning.Model pembelajaran Project Based Learning adalah model pembelajaran yang. memanfaatkan masalah. Siswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiri) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Sedangkan model pembelajaran Problem Based Learning adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan siswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencarian/penggalian (inquiri) yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang autentik dan kompleks serta tugas dan

  Kedua model pembelajaran tersebut dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan guru juga dapat memunculkan kreatifitas siswa.Peneliti ingin mengetahui dari 2 model tersebut manakah yang paling efektif untuk mempengaruhi hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika. Seperti contoh dari penelitian sebelumnya yang berjudul Penelitian Fitri Yuni Astuti

  (2007) yang berjudul “Model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

  

Based Learning ) untuk meningkatkan Hasil belajar Siswa kelas VIII Semester II

  SMP N 5 Semarang Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Tahun Pelajaran 2006/2007”. Sedangkan menurut peneliti Handoko Eko Putro (2010) yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS

  2 SMA Negri 8 Surakarta pada Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2009/2010 juga dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa. Dalam penelitian eksperimen menggunakan model Project Based Learning tersebut juga dianggap efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kela V SD.

  Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran

  

Project Based Learning dan model pembelajaran Problem Based Learning efektif

  untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Namun masih belum dapat menunjukkan salah satu model mana yang lebih efektif untuk pembelajaran Matematika.Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui perbandingan keefektifan model pembelajaran Project Based Learning dan model pembelajaran Problem

  Based Learning dalam pembelajaran Matematika kelas 4 Sekolah Dasar.

  Identifikasi Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

  1. Belum diterapkan model pembelajaran kreatif yang dapat menjadi solusi bagi siswa untuk lebih mengerti materi dalam pembelajaran Matematika.

  2. Masih terdapat siswa yang pasif saat pembelajaran Matematika.

  3. Hasil belajar siswa masih ada yang di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Seperti di Seperti di SD NAmpel 1 dengan KKM 70 masih ada 60 % siswa yang belum tuntas, di SD N Tanduk 02 Ampel kabupaten Boyolali dengan KKM 67 masih terdapat 48 % siswa yang belum tuntas.

  4. Rata-rata nilai dari masing-masing SD yang masih belum maksimal yaitu dari SD N Ampel 01 sebagai SD inti adalah 72,09. Dari SD Tanduk 02 adalah 61,96.

  1.3. Batasan masalah

  Dari masalah yang dipaparkan di atas, tentu diperlukan batasan masalah yang akan dikerjakan dan dicari solusinya. Dalam penelitian ini dapat diterapkan pada siswa kelas 4 SD dalam pembelajaran Matematika. Hasil belajar yang diamati hanya terbatas pada hasil belajar domain kognitif.

  1.4. Rumusan Masalah

  Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah adakah perbedaan hasil belajar model pembelajaran Problem Based Learning dibandingkan dengan model pembelajaran Project Based Learning dalam pembelajaran Matematika kelas 4 Sekolah Dasar gugus Gajah Mada Boyolali?

  1.5. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: perbedaan hasil belajar dalam penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PJPBL) dalam pembelajaran Matematika semester I kelas 4 SD/MI gugus Gajah Mada Boyolali tahun ajaran 2014/2015.

  1.6 Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

  1.6.1 Manfaat Teoritis

  Manfaat teoritis penelitian ini adalah hasil yang diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran perkembangan dunia pendidikan mengenai keefektifan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran Project Based Learning terhadap hasil belajar mata pelajaran Matematika.

1.6.2 Manfaat Praktis 1.

  Bagi siswa : memberikan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan pada siswa. 2. :memberikan masukan kepada guru SD agar lebih inovatif

  Bagi guru dan kreatif dalam memilih model pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan.

  3. Bagi sekolah :penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang baik pada sekolah itu sendiri dan sekolah lain pada umumnya dalam rangka meningkatka nmutu pendidikan.

  4. Bagi peneliti :dapat mengetahui seberapa efektifkah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran Project

  Based Learning

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran PKn - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Berbantu Media Video Interaktif terhadap Hasil Belajar PKN Siswa K

0 0 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Berbantu Media Video Interaktif terhadap Hasil Be

0 1 13

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Berbantu Media Video Interaktif terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas 5 SDN Mangunsari 03

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Berbantu Media Video Interaktif terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas 5 SDN Mangunsari 03 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Berbantu Media Video Interaktif terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas 5 SDN Mangunsari 03 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014

0 0 112

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas IV SD

0 0 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas IV SDN 2 Purworejo Kecamatan Blora Kabupaten

0 0 15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas IV SDN 2 Purworejo

0 0 27

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS IV SDN 2 PURWOREJO KECAMATAN BLORA KABUPATEN BLORA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas IV SDN 2 Purworejo Kecamatan Blora Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 50