TEORI ATAU PENDEKATAN SIFAT DALAM KEPEMI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stogdill (dalam Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia, 2008) menyatakan bahwa “kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada
penentu dan pencapaian tujuan”. Kepemimpinan dan kelompok merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Seseorang tidak
dapat dikatakan pemimpin jika ia berada di luar kelompok, ia harus berada di dalam
suatu kelompok dimana ia memainkan peranan-peranan dan kegiatan-kegiatan
kepemimpinan.
Seorang pemimpin dianggap penting dalam suatu pendidikan, sebab
pemimpin harus mampu untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Dalam memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat melaksanakan tugastugasnya dan memainkan peranannya sebagai pemimpin yang baik, maka dituntut
beberapa persyaratan jasmani, rohani dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan
sosial ekonomis yang layak. Persyaratan-persyaratan kepribadian dari seorang
pemimpin yang baik yaitu: rendah hati dan sederhana, bersifat suka menolong,
sabar dan memiliki kestabilan emosi, percaya kepada diri sendiri, jujur, adil, dan
memiliki keahlian dalam jabatan.
Persyaratan kepribadian seorang pemimpin dapat dihubungkan berdasarkan
teori sifat yang didasari asumsi bahwa kondisi fisik dan karakteristik pribadi adalah
penting bagi kesuksesan pemimpin. Hal tersebut akan menjadi faktor penentu yang
membedakan antara seseorang pemimpin dengan yang bukan pemimpin. Sifat-sifat
pokok itu biasanya meliputi kondisi fisik (energik, tegap, kuat), latar belakang
sosial (berpendidikan dan berwawasan luas), dan kepribadian (adaptif, emosi
stabil,dan lain-lain).
Adanya berbagai
sifat
dalam kepemimpinan menunjukkan bahwa
kepemimpinan bukan hanya menentukan kesanggupan dan kemauan saja, tetapi
lebih lagi kemampuan dan kesediaan dalam pemimpin. Dengan demikian,
1
pandangan teori sifat dalam kepemimpinan juga dibutuhkan oleh seorang pemimpin
yang ingin meningkatkan kemampuan dan kecakapannya dalam memimpin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
2. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan?
3. Apakah teori sifat itu?
4. Bagaimana teori sifat menurut Bass dan Stogdill?
5. Bagaimana sifat yang berpengaruh pada keberhasilan kepemimpinan?
C. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari kepemimpinan.
2. Mengetahui maksud dari kepemimpinan pendidikan
3. Mengetahui lebih jauh tentang teori sifat
4. Mengetahui pandangan Stogdill dan Bass tentang teori sifat.
5. Mengetahui sifat yang berpengaruh pada keberhasilan kepemimpinan.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kepemimpinan
Secara sederhana, kepemimpinan memiliki definisi kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini mengandung makna
bahwa
kepemimpinan
merupakan
suatu
kemampuan
seseorang
untuk
mempengaruhi orang lain sehingga orang lain tunduk atau mengikuti semua
keinginan seorang pemimpin (Makawimbang, 2012). Pengertian kepemimpinan
dikemukakan oleh banyak pakar, diantaranya adalah:
1. Menurut Siagian dalam Soetopo (2010)
Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak dari pada semua
sumber-sumber dan alat-alat (resource) yang tersedia bagi suatu organisasi.
2. Menurut Amitai Etzioni dalam Soetopo (2010)
Kepemimpinan adalah kekuasaan berdasarkan pada karakteristik pribadi,
biasanya normatif.
3. Menurut Keneth F. Janda dalam Soetopo (2010)
Kepemimpinan adalah tipe hubungan kekuasaan tertentu yang ditandai oleh
persepsi anggota kelompok dimana anggota kelompok lain mempunyai hak
untuk menentukan pola perilaku dalam melihat aktivitasnya sebagai
anggota kelompok.
4. Menurut Ralph M. Stogdill dalam Soetopo (2010)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok yang
terorganisasi untuk mencapai tujuan.
5. Menurut Terry (1960) dalam Muin (2010) bahwa “Leadership is activities
for influencing the others to obtain the organization objectivities”
(kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang lain agar mau
bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan).
3
6. Menurut Kreiner yang dikutip Suryana (2010) dalam Muin (2010)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seorang
pemimpin mengajak anak buahnya secara berkala berpartisipasi guna
mencapai tujuan organisasi.
7. Dari buku Kepemimpinan dan Motivasi (Wahjusimidjo, 1984) dalam
Muin (2010)
a. Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan pembuat
keputusan (Dubin, 1951)
b. Kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilnya berupa pola
interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan
problem-problem yang saling berkaitan. (Humphill, 1954)
c. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok
dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan. (Stogdill, 1948)
8. Menurut Surat Keputusan Badan Administrasi Kepegawaian Negara
No 27/KEP/1972 yang dikutip Usman (2006) dalam Makawimbang (2013)
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain sehingga
dapat dibawa turut serta dalam suatu pekerjaan.
9. Menurut Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian
Negara No. 02/SE/1980 dalam Makawimbang (2013)
Kepemimpinan adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk
meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara optimal.
Berdasarkan berbagai kajian tersebut, dapat disimpulkan bahwa esensi dari
kepemimpinan adalah proses kegiatan untuk mempengaruhi, mengarahkan,
membimbing, memotivasi, mengajak, atau menggerakkan dan membangun kerja
sama anggota yang dipimpin dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan
(Wiyono, 2013).
4
B. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Pembahasan tentang pengertian kepemimpinan pendidikan pada dasarnya
sama dengan pengertian kepemimpian secara umum, yang membedakan hanyalah
bidang yang ditangani adalah pendidikan (Muin, 2010). Kepemimpinan dapat
dirumuskan sebagai kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk
dapat
mempengaruhi,
mendorong,
mengajak,
menuntun,
menggerakkan,
mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima
pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu
tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Sedangkan pendidikan
memiliki arti dalam lapangan, apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan
sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri yang harus dimiliki oleh
kepemimpinan itu.
Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan
pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat
tercapai secara efektif dan efisien. (Makawimbang, 2012)
Kepemimpinan pendidikan diibaratkan sebagai seorang tukang becak yang
menentukan arah kemana hendak dibawa dengan cara menjadi pendorong bagi para
penumpang yang menjadi pengikutnya, sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik
dan perjalanan becak selamat sampai tujuan (Makawimbang, 2012). Hal ini senada
dengan pendapat Ki hajar Dewantara yaitu “Tut Wuri Handayani” yang memiliki
pengertian bahwa pemimpin berada di belakang menjadi pendorong bagi kemajuan
para anggotanya.
Soetopo dan Soemanto (1982) dalam Makawimbang (2012) menjelaskan
bahwa kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan
menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan
sukarela. Kepemimpinan pendidikan yang dijalankan oleh kepala sekolah atau
pimpinan lembaga pendidikan lainnya mengandung unsur-unsur, yaitu:
a. Proses mempengaruhi guru, pegawai, dan murid.
b. Pengaruh yang dilakukan dimaksudkan agar orang lain melakukan tindakan
yang diinginkan.
5
c. Berlangsung di sekolah untuk mengelola aktivitas belajar-mengajar.
d. Kepala sekolah diangkat oleh pejabat kependidikan atau yayasan.
e. Aktivitas kepemimpinan lebih banyak orientasi hubungan manusia daripada
mengatur sumberdaya material. (Makawimbang, 2012)
C. Teori Sifat
Berbagai macam teori dan pendekatan muncul untuk mengupas fenomena
pendidikan. Teori-teori tersebut berbeda dari sudut pandang dan perspektifnya
dalam melihat kepemimpinan. Jika kita memandang seorang pemimpin
berdasarkan karakteristik sifat-sifat yang dimilikinya, maka kita cenderung melihat
dengan pendekatan teori sifat. Jika kita melihat seorang pemimpin dari perilakuperilaku yang dimunculkannya, maka kita cenderung melihat pemimpin dengan
pendekatan teori perilaku. Begitu seterusnya. Berikut ini dijelaskan lebih jauh
tentang teori sifat. (Muin, 2010)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian
pemimpin. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang
berangapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori
ini dikenal dengan “The Greatman Theory”. Dalam perkembangannya, teori ini
mendapat penaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa
sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai
melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat fisik, sifat
mental, dan kepribadian. (Mustiningsih, 2013)
Pemahaman awal tentang kepemimpinan terfokus pada karakteristik sifat
yang dimiliki seorang pemimpin. Sifat merupakan salah satu karakteristik spesifik
yang dimiliki oleh individu, seperti sifat kepercayaan diri, kejujuran, kecerdasan,
dan keberanian. Menurut teori sifat, hanya individu yang memiliki sifat-sifat
tertentulah yang bisa menjadi seorang pemimpim. Teori ini menegaskan ide bahwa
beberapa individu dilahirkan memiliki sifat-sifat tertentu yang secara alamiah
mereka menjadi seorang pemimpin. Secara umum, dari hasil penelitian yang ada
menunjukkan bahwa sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin berkorelasi
kecil dengan kesuksesan seorang pemimpin. Artinya, walaupun sifat-sifat tertentu
6
penting dimiliki oleh seorang pemimpin, namun sifat-sifat itu sendiri tidak bisa
mendorong kesuksesan seorang pemimpin (Yulk, 1988, dalam Muin, 2010)
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang
pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin
itu. Atas dasar pemikiran tersebut, muncul anggapan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin yang berhasil sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin
(Makawimbang, 2012). Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas
seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal
yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994) dalam
Makawimbang (2012) adalah:
1. Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas,
obyektivitas, pragmatism, fleksibilitas, adaptibilitas, orientasi masa depan;
2. Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi (pesatuan yang kokoh) tinggi,
naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif,
kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
3. Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala
prioritas, membedakan yang urgen dengan yang penting, keterampilan
mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Teori ini menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada
karakter pemimpinnya. Sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian,
keunggulan, fisik, dan kemampuan sosial. Karakter yang harus dimiliki seseorang
menurut Judith R Gordon mencakup kemampuan istimewa dalam:
a. Kemampuan intelektual.
b. Kematangan pribadi,
c. Pendidikan,
d. Status sosial ekonomi,
e. Human relation,
f. Motivas intrinsik,
g. Dorongan untuk maju (Shella, 2011; Community.siutao.com, 2011 dalam
Mustiningsih, 2013)
7
Teori sifat mengidentifikasi karakteristik fisik dan psikologis individu untuk
yang berhubungan dengan perilaku kepemimpinan. Para peneliti psikologis
menggunakan pendekatan ini untuk mengisolasi sifat-sifat khusus yang dimiliki
pemimpin dengan karakteristik kualitas yang membedakan mereka dengan
bawahannya. (Mustiningsih, 2013)
D. Pandangan Teori Sifat oleh Stogdill dan Bass
Teori sifat yang disebut juga sebagai pendekatan sifat banyak dibahas pada
literatur yang diterbitkan sekitar tahun 1940-1950an, misalnya Stodill (1950) telah
mereview sekitar 120 studi kepemimpinan sifat yang dilakukan pada tahun 19041947.
Secara
sederhana,
Stogdill
membedakan
tiga
karakteristik
yang
menunjukkan pemimpin yang efektif, yaitu:
a. Sifat Kepribadian (Adaptif, luwes, agresif, dan asertif, pengendalian).
b. Kemampuan (Cerdas, berpengetahuan, lancar berkomunikasi, bijak, dan
dapat mengambil keputusan).
c. Keterampilan sosial (kooperatif, administratif, mampu bekerja sama
popular, sosial, partisipatif dan diplomatis), diplomatis adalah berhatihati dalam mengutarakan pendapat. (Feldmon & Arnold, 1983, dalam
Wiyono, 2013).
Stogdill mengevaluasi 100 studi tentang pendekatan teori sifat dan
menemukan beberapa sifat yang berhubungan dengan efektivitas kepemimpinan.
Sifat-sifat tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini (Muin, 2010)
Karakteristik Fisik
Kepribadian
Karakteristik Sosial
Aktivitas
Kewaspadaan
Kemampuan kerja sama
Energi
Kreativitas
Popularitas dan
kewajiban
8
Dinamis
Integrasi Pribadi
Partisipasi sosial,
diplomasi
Latar belakang sosial
Kepercayaan diri
Keterampilan
interpersonal
Mobilitas
Memiliki Etika
Kecerdasan kemampuan
Karakteristik dunia kerja
Pengetahuan
Motivasi Berprestasi
Pertimbangan
Keinginan untuk
kesempurnaan
Kelancaran berbicara
Sikap bertanggung
jawab
Orientasi tugas
Penilitian terbaru tentang pendekatan sifat ini menghasilkan karakteristik
baru yang dianggap mampu mendorong pemimpin menjadi seorang pemimpin yang
efektif, seperti sifat keterampilan administratif, kemandirian, dan sikap agresif
dalam persaingan. Menurut Stogdill, sifat-sifat tertentu efektif di dalam situasi
tertentu, dan ada pula sifat-sifat tertentu yang berkembang akibat pengaruh situasi
organisasi. Sebagai contoh, sifat kreativitas akan berkembang jika seorang
pemimpin berada di dalam organisasi yang birokratis. (Muin, 2010). Yang
dimaksud dengan birokratis adalah organisasi tersebut cenderung lamban dan statis.
Beberapa tahun kemudian, beberapa hasil penelitian yang lain menunjukkan
bahwa ada sejumlah sifat yang terbukti gagal menunjukkan karakter pemimpin
yang efektif. Hal itu menjadi salah satu faktor yang menjadi penyebab adalah situasi
yang berbeda. Untuk itu, Stogdill melakukan pengkajian lebih lanjut. Penelitian
tidak hanya menekankan pada karakter pemimpin dan non pemimpin, tetapi juga
9
mempertimbangkan faktor situasi. Karakteristik pemimpin yang efektif dibagi
menjadi tiga kategori.
a. Pemimpin dievaluasi berkaitan dengan performansi nyata pada unit-unit
organisasi. Ada sejumlah sifat yang memiliki korelasi (hubungan timbal
balik) tinggi dengan kinerja organisasi.
b. Keefektivan pemimpin dievaluasi dari bawahan, supervisor, dan diri sendiri.
Sifat-sifat apa yang penting untuk menunjukkan pemimpin yang efektif.
c. Ditinjau dari penilaian performansi yang rendah, yakni yang gagal dalam
promosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat sombong, tidak jujur,
menyendiri, emosi tidak stabil, eksploitasi, pengawasan berlebihan, dan
tidak
mampu
mengambil
keputusan
merupakan
sifat-sifat
yang
menunjukkan pemimpin tidak efektif. (Wiyono, 2013)
Pada perkembangan selanjutnya, Stogdill dan Bass mengklasifikasikan
faktor-faktor personal yang berhubungan dengan kepemimpinan dengan 5 kategori,
yaitu:
a. Surgency, berkaitan dengan kemampuan sosial dan ketegasan.
b. Agreeableness, mengacu pada kemampuan kerja sama, kehangatan, dan
simpatik.
c. Conscientiousnes, mengacu pada kegigihan, kerja keras, dan tanggung
jawab.
d. Emotional stability, berkaitan dengan ketenangan, kesabaran, kemantapan,
dan kepercayaan diri.
e. Intellectence, mengacu pada kemampuan imajinatif, berbudaya, berpikiran
luas, dan memiliki keingintahuan yang tinggi. (Wiyono, 2013)
Stogdill juga menyimpulkan bahwa teori sifat terlalu sederhana dan hasilnya
membingungkan. Hal ini didukung oleh Mann (1950) dalam Mustiningsih (2013)
yang mereview 125 studi kepemimpinan dengan 750 temuan tentang sifat-sifat
pribadi pemimpin yang menghasilkan kesimpulan yang sama. Banyak sifat yang
dipilah secara tentatif (masih dapat berubah) dianggap krusial (genting) dalam
suatu kajian menjadi tidak penting pada kajian yang lain. Jadi ada pandangan
kelompok bahwa pemimpin yang efektif adalah yang tegas dan agresif, sementara
10
pada pandangan kelompok lain yang reflektif dan diplomatis. Studi ini juga ada
keterbatasan, dimana hubungan antar beberapa sifat pribadi dibedakan berdasarkan
tipe teknik pengukuran yang digunakan.
Generasi kedua studi tentang teori sifat yang dilakukan Stogdill tahun
1970an menghasilkan temuan yang lebih konsisten. Ia mereview 163 studi sifat
baru yang menyimpulkan bahwa pemimpin memiliki karakteristik sifat:
a. Diwarnai oleh dorongan yang kuat untuk bertanggungjawab dan
menyelesaikan tugas-tugas.
b. Kekuatan dan ketekunan mencapai tujuan.
c. Keberanian dan originalitas dalam menyelesaikan masalah
d. Dorongan berinisiatif dalam situasi sosial.
e. Percaya diri dan adanya rasa identitas pribadi.
f. Keinginan menerima konsekuensi atas keputusan dan tindakan yang
dilakukan.
g. Kesiapan menerima tekanan antar pribadi.
h. Keinginan bertoleransi dengan frustasi dan keterlambatan.
i. Kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
j. Kapasitas untuk menstruktur sistem interaksi untuk mencapai tujuan.
Asumsi teori sifat adalah pemimpin bersumber dari lahir bukan dibuat.
Dengan demikian seseorang bisa menjadi pemimpin karena dari lahir telah
memiliki sifat-sifat kepemimpinan, dan kadang dikembangkan melalui lingkungan
dan pendidikan.
E. Sifat yang Berpengaruh pada Keberhasilan Kepemimpinan
Keith Devis dalam Mustiningsih (2013) merumuskan empat sifat umum
yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain:
11
1. Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan tinggi
diatas rata-rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil
yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat
kecerdasan tinggi.
2. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial
Umumnya didalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang
tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif, dan efisien.
4. Sikap hubungan kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
Machiavelli terkenal dengan nasihatnya mengenai kebijaksanaan yang
harus dimiliki oleh seorang Perdana Menteri, antara lain harus mempunyai keahlian
dalam:
a. Upacara-upacara ritual kebaktian keagamaan;
b. Peraturan dan perundang-undangan;
c. Pemindahan dan pengangkutan;
d. Pemberian honorium/pembayaran dan kepangkatan;
e. Upacara-upacara dan adat kebiasaan;
f. Pemindahan pegawai untuk menghindarkan kegagalan;
g. Bertani dan pekerjaan lainnya. Fisipuh (2011) dalam Mustiningsih (2013)
Empu Prapanca dengan bukunya yang terkenal yaitu Negara Kertagama
menyebut 15 sifat yang baik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu:
a. Wijana, sikap bijaksana;
12
b. Maniri wira, sebagai pembela negara sejati;
c. Wicaksaning naya, bijaksana dalam arti melihat masa lalu, kemampuan
analisa, mengambil keputusan dengan cepat dan tepat;
d. Matanggwan, mendapat kepercayaan yang tinggi dari yang dipimpinnya;
e. Satya bakti hanprabu, setia dan berbakti kepada atasan (loyalitas);
f. Wakjana, pandai berpidato dan berdiplomasi;
g. Sajjawopasama, tidak sombong, rendah hati, manusiawi;
h. Dhirrottsaha, bersifat rajin, sungguh-sungguh, kreatif, dan penuh inisiatif;
i. Tan-lalana, bersifat gembira, periang;
j. Disyacitra, jujur dan terbuka;
k. Tancatrisan, tidak egois;
l. Masihi samastha bhuwana, bersifat penyayang, cinta alam.
m. Ginong pratidina, tekun menegakkan kebenaran;
n. Sumantri, sebagai abdi negara yang baik.
o. Ansyaken musuh, mampu mengalahkan lawan. Fisipuh (2011) dalam
Mustiningsih (2013)
Ronggowarsito menyebutkan seorang pemimpin harus memiliki astabrata,
yakni delapan sifat unggul yang dikaitkan dengan sifat alam seperti tanah, api,
angin,
angkasa,
bulan,
matahari,
bintang.
(Shella,
2011;
Community.siutao.com,2011; dalam Mustiningsih, 2013). Hampir sama dengan
Ronggowarsito, ajaran Hasta Brata yang terdapat dalam kitab Ramayana berisi
delapan pedoman berisi sifat-sifat positif sebagai filosofi bagi setiap pemimpin,
yaitu:
1. Sifat matahari (surya) yakni:
Menerangi dunia dan memberi kehidupan pada semua makhluk;
Menjadi penerang seluruh rakyat;
Jujur dan rajin bekerja sehingga negara aman dan sentosa.
2. Sifat bulan (candra) meliputi:
Memberi penerangan terhadap rakyat yang sedang dalam kegelapan
(kesulitan);
13
Menerangkan perasaan dan melindungi rakyat sehingga terasa tentram
untuk menjalankan tugas masing-masing.
3. Sifat bintang (kartika) yaitu:
Menjadi pusat pandangan sumber susila dan budaya, dan menjadi suri
tauladan.
4. Sifat awan ditandai dengan:
Dapat menciptakan kewibawaan;
Tindakan mendorong agar rakyat tetap taat.
5. Sifat bumi meliputi:
Ucapan sederhana;
Teguh dan kokoh pendiriannya.
6. Sifat samudera, cirinya:
Mempunyai pandangan yang luas;
Membuat masyarakat seiya sekata.
7. Sifat api (agni) yaitu:
Menghukum siapa saja yang bersalah tanpa pandang bulu
8. Sifat angin (bayu) yaitu:
Terbuka dan tidak ragu-ragu terhadap semua masalah;
Bersikap adil terhadap siapapun. (Fisipuh, 2011, dalam Mustiningsih,
2013)
Elqorni (2008) dalam Mustiningsih (2013) mengemukakan bahwa dari sisi
teori
kepemimpinan,
pada
dasarnya
teori-teori
kepemimpinan
mencoba
menerangkan dua hal yaitu, faktor-faktor yang terlibat dalam pemunculan
kepemimpinan dan sifat dasar dari kepemimpinan. Penelitian tentang dua masalah
ini lebih memuaskan daripada teorinya itu sendiri. Dari penelusuran literatur
tentang kepemimpinan, teori kepemimpinan banyak dipengaruhi oleh penelitian
Galton (1879) tentang latar belakang dari orang-orang terkemuka yang mencoba
menerangkan kepemimpinan berdasarkan warisan. Beberapa penelitian lanjutan,
mengemukakan individu-individu dalam setiap masyarakat memiliki tingkatan
yang berbeda dalam inteligensi, energi, dan kekuatan moral serta mereka selalu
dipimpin oleh individu yang benar-benar superior.
14
BAB III
KAJIAN EMPIRIS
1. Pemimpin yang Baik
Menurut Prof. Hendyat Soetopo, pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang memiliki kemampuan kepribadian dan penguasaan ofisial dibidang
kepemimpinan. Yang dimaksud dengan ofisial misalnya menguasai tugas, deskrip,
pekerjaan yang dimiliki, dan pemahaman pada anak buah. Selain itu, pemimpin
juga harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik, karena sifat
kepemimpinan tersebut merupakan sebuah kepribadian. Sifat-sifat pemimpin yang
dibutuhkan misalnya:
a. Kreatif, pemimpin mampu berfikir kreatif terhadap apa yang
dikerjakannya, kreatif dalam peemecahan masalah.
b. Futuristik, maksudnya adalah pemimpin tersebut mampu melihat jauh
ke depan, atau bisa dikatakan memiliki pemikiran yang panjang.
c. Tangguh, pemimpin harus tangguh dalam menghadapi apapun.
d. Sumeh, atau dapat dikatakan sebagai ramah. Umumnya sifat yang seperti
ini sangat disukai oleh anak buah.
e. Humoris, pemimpin yang humoris akan mudah bergaul dengan anak
buahnya.
f. Dapat bekerja sama dengan baik, dengan begitu antara pemimpin dengan
anak buah akan menghasilkan pekerjaan yang maksimal.
g. Dermawan, dermawan bukan berarti hanya di lingkup finansial, tetapi
dermawan bisa saja mudah memberi nasihat, memberi pengarahan,
h. dan lain-lain.
Tentu saja selain sifat-sifat diatas masih banyak lagi sifat yang dibutuhkan
sebagai pemimpin yang baik. Seperti berikut ini:
a. Tegas
b. Berani
15
c. Terbuka
d. Perhatian terhadap bawahan ataupun pekerjaan
e. Komunikatif
f. Semangat yang tinggi
g. Tanggung jawab
h. Jujur
i. Bijaksana
j. Mudah memberi pengaruh terhadap bawahan
k. Memiliki wawasan yang luas
l. Rendah hati
m. Mengayomi
n. Disiplin tinggi
o. Adil dalam hal apapun dan pada siapapun
p. Sabar, dan lain-lain.
Selain mempunyai sifat yang baik, seorang pemimpin tentu saja memiliki
sifat yang biasanya kurang disukai oleh bawahannya. Seperti otoriter,
temperamental, egois, kurang peduli, suka melanggar aturan, kasar, pilih kasih,
kurang komunikatif, kurang tegas, tidak kompeten, tertutup, tidak konsisten,
mencampuri urusan orang lain, kurang bijaksana, kurang serius dalam menghadapi
masalah, kurang cekatan (lamban), tidak berwibawa, dan masih banyak yang
lainnya. Sifat-sifat seperti harusnya dihindari agar menjadi pemimpin yang baik dan
mampu dijadikan teladan bagi anak buahnya.
2. Masalah yang Dihadapi
Masalah yang biasa dihadapi oleh seorang pemimpin biasanya sulitnya
seorang pemimpin untuk mengambil suatu keputusan. Kadang seorang pemimpin
terpengaruhi pikirannya oleh beberapa hal seperti faktor lingkungan luar, biaya dan
waktu dari suatu keputusan atau tindakan, kekuatan budaya yang dominan, dan
yang paling penting yaitu pengaruh masyarakat dan sosial.
Tak jarang seorang pemimpin mengambil keputusan yang membuat
beberapa pihak merasa dirugikan. Contohnya, ketika seorang kepala sekolah
16
mengambil keputusan tentang pemberian tambahan belajar di sekolah. Guru-guru
di suatu sekolah tentu mampu untuk memberikan tambahan pelajaran bagi peserta
didik. Namun karena kepala sekolah terhasut oleh pembicaraan di sekitar sekolah
yang mengatakan bimbingan belajar ini bagus, maka kepala sekolah memutuskan
menggunakan bimbingan belajar itu tanpa memanfaatkan sumber daya manusia
yang sudah ada di sekolah.
Selain itu, menurut Prof. Hendyat Soetopo, masalah yang dihadapi
pemimpin beragam, ada masalah tugas, pribadi, dan sosial.
a. Masalah Tugas
Adalah masalah yang berhubungan dengan tugas yang diberikan pada
suatu lembaga. Contohnya seperti Penerimaan Peserta Didik Baru di
sebuah sekolah yang harusnya sudah selesai tetapi waktunya menjadi
diperpanjang karena suatu masalah.
b. Masalah Pribadi
Adalah masalah yang terjadi antara pemimpin dengan bawahan.
Contohnya berhadapan dengan bawahan yang rajin dan kurang rajin.
Yang kurang rajin terkesan lamban dalam mengerjakan tugas, disitulah
terkadang seorang pemimpin merasa bahwa kinerja bawahannya
kurang maksimal, maka pemimpin diuji ketegasannya dalam
mengambil sikap.
c. Masalah sosial
Adalah masalah yang timbul diantara para personil. Contohnya
hubungan personil satu dengan lainnya kurang harmonis, tugas
pemimpin
adalah
bagaimana
mempersatukan
bawahan
yang
mengalami masalah tersebut.
3. Upaya Penanganan Masalah (Solusi)
Setiap hal pasti memiliki masalah. Baik masalah yang berasal dari dalam
maupun dari luar. Tentu saja sebuah masalah tidak boleh dibiarkan begitu saja,
masalah tersebut harus diselesaikan secepatnya.. Masalah tersebut tergantung pada
17
pemimpin untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang
ragu-ragu di dalam mengambil keputusannya pun akan ragu-ragu pula dalam
memimpin.
Proses pengambilan keputusan dapat dimulai pada saat seorang
pimpinan menyadari adanya suatu masalah yang perlu dipecahkan dan diselesaikan.
Pada saat ia menggerakkan bawahannya untuk melaksanakan keputusan yang telah
diambil, problematika tersebut harus diselesaikan dengan cepat, tepat, cermat, dan
bijaksana.
Dalam mengatasi masalah di atas, pemimpin dapat memecahkan dengan
tindakan sebagai berikut.
a. Menganalisis organisasi atau kelompok yang dipimpinnya
Menganalisis kebutuhan yang dibutuhkan oleh sekolah dalam
penggunaan sumber daya manusia yang ada (pendidik) atau bimbingan
belajar dalam tambahan pelajaran.
b. Membina struktur organisasi
Merapatkan dengan dewan pendidik manakah yang lebih efektif dan
efisien dalam meningkatkan kualitas peserta didik melalui tambahan
pelajaran.
c. Mengambil inisiatif
Menggunakan intuisi yang dimiliki untuk menghasilkan terobosanterobosan yang tidak merugikan salah satu pihak.
d. Mencapai tujuan organisasi
Harus mengingat kembali, tujuan adanya tambahan pelajaran itu
apa. Agar hal tersebut dapat tepat guna dan tepat sasaran.
e. Menciptakan kekompakan
Jika menggunakan sumber daya manusia yang ada (pendidik), maka
kekompakan yang ada disekolah tersebut bisa dimunculkan ataupun
ditingkatkan. Sehingga dalam pelaksanaannya bisa berjalan dengan
lancar tanpa ada suatu kekurangan apapun.
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok
yang diorganisir menuju kepada penentu dan pencapaian tujuan. Kepemimpinan
Pendidikan adalah kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan,
sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Teori sifat mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang
berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan
tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Stogdill dan Bass
mengklasifikasikan
faktor-faktor
personal
yang
berhubungan
dengan
kepemimpinan dengan 5 kategori, yaitu: (1) Surgency; (2) Agreeableness; (3)
Conscientiousnes; (4) Emotional stability; (5) Intellectence. Sifat yang
Berpengaruh pada Keberhasilan Kepemimpinan menurut Keith Devis dalam
Mustiningsih (2013) merumuskan empat sifat umum yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain: (1) Kecerdasan; (2)
Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial; (3) Motivasi diri dan dorongan
berprestasi; (4) Sikap hubungan kemanusiaan.
B. Saran
Menurut kelompok kami, sebagai seorang pemimpin hendaknya memiliki
sifat yang baik dan banyak disukai oleh para anggota atau bawahannya. Karena jika
pemimpinnya baik, walaupun anggotanya kurang baik maka akan mencapai
keberhasilan. Tetapi tidak demikian dengan anggota yang semua baik tetapi
pemimpinnya kurang baik, maka tujuan akan sulit tercapai.
19
DAFTAR RUJUKAN
Makawimbang, J. H. 2012. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung:
Alfabeta.
Muin, A. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Pamekasan: Lembaga Pengkajian dan
Pengembangan Ilmiah.
Mustiningsih. 2013. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2008.
Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wiyono, B. B. 2013. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (Konsep,
Pengukuran, dan Pengembangannya). Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang.
Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang.
Sudrajat, A. 2008. Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Online),
(https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/18/profesionalismekepemimpinan-kepala-sekolah/), diakses 30 Agustus 2015.
20
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stogdill (dalam Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia, 2008) menyatakan bahwa “kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada
penentu dan pencapaian tujuan”. Kepemimpinan dan kelompok merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Seseorang tidak
dapat dikatakan pemimpin jika ia berada di luar kelompok, ia harus berada di dalam
suatu kelompok dimana ia memainkan peranan-peranan dan kegiatan-kegiatan
kepemimpinan.
Seorang pemimpin dianggap penting dalam suatu pendidikan, sebab
pemimpin harus mampu untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Dalam memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat melaksanakan tugastugasnya dan memainkan peranannya sebagai pemimpin yang baik, maka dituntut
beberapa persyaratan jasmani, rohani dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan
sosial ekonomis yang layak. Persyaratan-persyaratan kepribadian dari seorang
pemimpin yang baik yaitu: rendah hati dan sederhana, bersifat suka menolong,
sabar dan memiliki kestabilan emosi, percaya kepada diri sendiri, jujur, adil, dan
memiliki keahlian dalam jabatan.
Persyaratan kepribadian seorang pemimpin dapat dihubungkan berdasarkan
teori sifat yang didasari asumsi bahwa kondisi fisik dan karakteristik pribadi adalah
penting bagi kesuksesan pemimpin. Hal tersebut akan menjadi faktor penentu yang
membedakan antara seseorang pemimpin dengan yang bukan pemimpin. Sifat-sifat
pokok itu biasanya meliputi kondisi fisik (energik, tegap, kuat), latar belakang
sosial (berpendidikan dan berwawasan luas), dan kepribadian (adaptif, emosi
stabil,dan lain-lain).
Adanya berbagai
sifat
dalam kepemimpinan menunjukkan bahwa
kepemimpinan bukan hanya menentukan kesanggupan dan kemauan saja, tetapi
lebih lagi kemampuan dan kesediaan dalam pemimpin. Dengan demikian,
1
pandangan teori sifat dalam kepemimpinan juga dibutuhkan oleh seorang pemimpin
yang ingin meningkatkan kemampuan dan kecakapannya dalam memimpin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
2. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan?
3. Apakah teori sifat itu?
4. Bagaimana teori sifat menurut Bass dan Stogdill?
5. Bagaimana sifat yang berpengaruh pada keberhasilan kepemimpinan?
C. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari kepemimpinan.
2. Mengetahui maksud dari kepemimpinan pendidikan
3. Mengetahui lebih jauh tentang teori sifat
4. Mengetahui pandangan Stogdill dan Bass tentang teori sifat.
5. Mengetahui sifat yang berpengaruh pada keberhasilan kepemimpinan.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kepemimpinan
Secara sederhana, kepemimpinan memiliki definisi kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Hal ini mengandung makna
bahwa
kepemimpinan
merupakan
suatu
kemampuan
seseorang
untuk
mempengaruhi orang lain sehingga orang lain tunduk atau mengikuti semua
keinginan seorang pemimpin (Makawimbang, 2012). Pengertian kepemimpinan
dikemukakan oleh banyak pakar, diantaranya adalah:
1. Menurut Siagian dalam Soetopo (2010)
Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak dari pada semua
sumber-sumber dan alat-alat (resource) yang tersedia bagi suatu organisasi.
2. Menurut Amitai Etzioni dalam Soetopo (2010)
Kepemimpinan adalah kekuasaan berdasarkan pada karakteristik pribadi,
biasanya normatif.
3. Menurut Keneth F. Janda dalam Soetopo (2010)
Kepemimpinan adalah tipe hubungan kekuasaan tertentu yang ditandai oleh
persepsi anggota kelompok dimana anggota kelompok lain mempunyai hak
untuk menentukan pola perilaku dalam melihat aktivitasnya sebagai
anggota kelompok.
4. Menurut Ralph M. Stogdill dalam Soetopo (2010)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok yang
terorganisasi untuk mencapai tujuan.
5. Menurut Terry (1960) dalam Muin (2010) bahwa “Leadership is activities
for influencing the others to obtain the organization objectivities”
(kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang lain agar mau
bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan).
3
6. Menurut Kreiner yang dikutip Suryana (2010) dalam Muin (2010)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seorang
pemimpin mengajak anak buahnya secara berkala berpartisipasi guna
mencapai tujuan organisasi.
7. Dari buku Kepemimpinan dan Motivasi (Wahjusimidjo, 1984) dalam
Muin (2010)
a. Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan pembuat
keputusan (Dubin, 1951)
b. Kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilnya berupa pola
interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan
problem-problem yang saling berkaitan. (Humphill, 1954)
c. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok
dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan. (Stogdill, 1948)
8. Menurut Surat Keputusan Badan Administrasi Kepegawaian Negara
No 27/KEP/1972 yang dikutip Usman (2006) dalam Makawimbang (2013)
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain sehingga
dapat dibawa turut serta dalam suatu pekerjaan.
9. Menurut Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian
Negara No. 02/SE/1980 dalam Makawimbang (2013)
Kepemimpinan adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk
meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara optimal.
Berdasarkan berbagai kajian tersebut, dapat disimpulkan bahwa esensi dari
kepemimpinan adalah proses kegiatan untuk mempengaruhi, mengarahkan,
membimbing, memotivasi, mengajak, atau menggerakkan dan membangun kerja
sama anggota yang dipimpin dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan
(Wiyono, 2013).
4
B. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Pembahasan tentang pengertian kepemimpinan pendidikan pada dasarnya
sama dengan pengertian kepemimpian secara umum, yang membedakan hanyalah
bidang yang ditangani adalah pendidikan (Muin, 2010). Kepemimpinan dapat
dirumuskan sebagai kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk
dapat
mempengaruhi,
mendorong,
mengajak,
menuntun,
menggerakkan,
mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima
pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu
tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Sedangkan pendidikan
memiliki arti dalam lapangan, apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsung, dan
sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri yang harus dimiliki oleh
kepemimpinan itu.
Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan
pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat
tercapai secara efektif dan efisien. (Makawimbang, 2012)
Kepemimpinan pendidikan diibaratkan sebagai seorang tukang becak yang
menentukan arah kemana hendak dibawa dengan cara menjadi pendorong bagi para
penumpang yang menjadi pengikutnya, sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik
dan perjalanan becak selamat sampai tujuan (Makawimbang, 2012). Hal ini senada
dengan pendapat Ki hajar Dewantara yaitu “Tut Wuri Handayani” yang memiliki
pengertian bahwa pemimpin berada di belakang menjadi pendorong bagi kemajuan
para anggotanya.
Soetopo dan Soemanto (1982) dalam Makawimbang (2012) menjelaskan
bahwa kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan
menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan
sukarela. Kepemimpinan pendidikan yang dijalankan oleh kepala sekolah atau
pimpinan lembaga pendidikan lainnya mengandung unsur-unsur, yaitu:
a. Proses mempengaruhi guru, pegawai, dan murid.
b. Pengaruh yang dilakukan dimaksudkan agar orang lain melakukan tindakan
yang diinginkan.
5
c. Berlangsung di sekolah untuk mengelola aktivitas belajar-mengajar.
d. Kepala sekolah diangkat oleh pejabat kependidikan atau yayasan.
e. Aktivitas kepemimpinan lebih banyak orientasi hubungan manusia daripada
mengatur sumberdaya material. (Makawimbang, 2012)
C. Teori Sifat
Berbagai macam teori dan pendekatan muncul untuk mengupas fenomena
pendidikan. Teori-teori tersebut berbeda dari sudut pandang dan perspektifnya
dalam melihat kepemimpinan. Jika kita memandang seorang pemimpin
berdasarkan karakteristik sifat-sifat yang dimilikinya, maka kita cenderung melihat
dengan pendekatan teori sifat. Jika kita melihat seorang pemimpin dari perilakuperilaku yang dimunculkannya, maka kita cenderung melihat pemimpin dengan
pendekatan teori perilaku. Begitu seterusnya. Berikut ini dijelaskan lebih jauh
tentang teori sifat. (Muin, 2010)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian
pemimpin. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang
berangapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori
ini dikenal dengan “The Greatman Theory”. Dalam perkembangannya, teori ini
mendapat penaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa
sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai
melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat fisik, sifat
mental, dan kepribadian. (Mustiningsih, 2013)
Pemahaman awal tentang kepemimpinan terfokus pada karakteristik sifat
yang dimiliki seorang pemimpin. Sifat merupakan salah satu karakteristik spesifik
yang dimiliki oleh individu, seperti sifat kepercayaan diri, kejujuran, kecerdasan,
dan keberanian. Menurut teori sifat, hanya individu yang memiliki sifat-sifat
tertentulah yang bisa menjadi seorang pemimpim. Teori ini menegaskan ide bahwa
beberapa individu dilahirkan memiliki sifat-sifat tertentu yang secara alamiah
mereka menjadi seorang pemimpin. Secara umum, dari hasil penelitian yang ada
menunjukkan bahwa sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin berkorelasi
kecil dengan kesuksesan seorang pemimpin. Artinya, walaupun sifat-sifat tertentu
6
penting dimiliki oleh seorang pemimpin, namun sifat-sifat itu sendiri tidak bisa
mendorong kesuksesan seorang pemimpin (Yulk, 1988, dalam Muin, 2010)
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang
pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin
itu. Atas dasar pemikiran tersebut, muncul anggapan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin yang berhasil sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin
(Makawimbang, 2012). Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas
seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal
yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994) dalam
Makawimbang (2012) adalah:
1. Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas,
obyektivitas, pragmatism, fleksibilitas, adaptibilitas, orientasi masa depan;
2. Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi (pesatuan yang kokoh) tinggi,
naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif,
kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
3. Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala
prioritas, membedakan yang urgen dengan yang penting, keterampilan
mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Teori ini menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada
karakter pemimpinnya. Sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian,
keunggulan, fisik, dan kemampuan sosial. Karakter yang harus dimiliki seseorang
menurut Judith R Gordon mencakup kemampuan istimewa dalam:
a. Kemampuan intelektual.
b. Kematangan pribadi,
c. Pendidikan,
d. Status sosial ekonomi,
e. Human relation,
f. Motivas intrinsik,
g. Dorongan untuk maju (Shella, 2011; Community.siutao.com, 2011 dalam
Mustiningsih, 2013)
7
Teori sifat mengidentifikasi karakteristik fisik dan psikologis individu untuk
yang berhubungan dengan perilaku kepemimpinan. Para peneliti psikologis
menggunakan pendekatan ini untuk mengisolasi sifat-sifat khusus yang dimiliki
pemimpin dengan karakteristik kualitas yang membedakan mereka dengan
bawahannya. (Mustiningsih, 2013)
D. Pandangan Teori Sifat oleh Stogdill dan Bass
Teori sifat yang disebut juga sebagai pendekatan sifat banyak dibahas pada
literatur yang diterbitkan sekitar tahun 1940-1950an, misalnya Stodill (1950) telah
mereview sekitar 120 studi kepemimpinan sifat yang dilakukan pada tahun 19041947.
Secara
sederhana,
Stogdill
membedakan
tiga
karakteristik
yang
menunjukkan pemimpin yang efektif, yaitu:
a. Sifat Kepribadian (Adaptif, luwes, agresif, dan asertif, pengendalian).
b. Kemampuan (Cerdas, berpengetahuan, lancar berkomunikasi, bijak, dan
dapat mengambil keputusan).
c. Keterampilan sosial (kooperatif, administratif, mampu bekerja sama
popular, sosial, partisipatif dan diplomatis), diplomatis adalah berhatihati dalam mengutarakan pendapat. (Feldmon & Arnold, 1983, dalam
Wiyono, 2013).
Stogdill mengevaluasi 100 studi tentang pendekatan teori sifat dan
menemukan beberapa sifat yang berhubungan dengan efektivitas kepemimpinan.
Sifat-sifat tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini (Muin, 2010)
Karakteristik Fisik
Kepribadian
Karakteristik Sosial
Aktivitas
Kewaspadaan
Kemampuan kerja sama
Energi
Kreativitas
Popularitas dan
kewajiban
8
Dinamis
Integrasi Pribadi
Partisipasi sosial,
diplomasi
Latar belakang sosial
Kepercayaan diri
Keterampilan
interpersonal
Mobilitas
Memiliki Etika
Kecerdasan kemampuan
Karakteristik dunia kerja
Pengetahuan
Motivasi Berprestasi
Pertimbangan
Keinginan untuk
kesempurnaan
Kelancaran berbicara
Sikap bertanggung
jawab
Orientasi tugas
Penilitian terbaru tentang pendekatan sifat ini menghasilkan karakteristik
baru yang dianggap mampu mendorong pemimpin menjadi seorang pemimpin yang
efektif, seperti sifat keterampilan administratif, kemandirian, dan sikap agresif
dalam persaingan. Menurut Stogdill, sifat-sifat tertentu efektif di dalam situasi
tertentu, dan ada pula sifat-sifat tertentu yang berkembang akibat pengaruh situasi
organisasi. Sebagai contoh, sifat kreativitas akan berkembang jika seorang
pemimpin berada di dalam organisasi yang birokratis. (Muin, 2010). Yang
dimaksud dengan birokratis adalah organisasi tersebut cenderung lamban dan statis.
Beberapa tahun kemudian, beberapa hasil penelitian yang lain menunjukkan
bahwa ada sejumlah sifat yang terbukti gagal menunjukkan karakter pemimpin
yang efektif. Hal itu menjadi salah satu faktor yang menjadi penyebab adalah situasi
yang berbeda. Untuk itu, Stogdill melakukan pengkajian lebih lanjut. Penelitian
tidak hanya menekankan pada karakter pemimpin dan non pemimpin, tetapi juga
9
mempertimbangkan faktor situasi. Karakteristik pemimpin yang efektif dibagi
menjadi tiga kategori.
a. Pemimpin dievaluasi berkaitan dengan performansi nyata pada unit-unit
organisasi. Ada sejumlah sifat yang memiliki korelasi (hubungan timbal
balik) tinggi dengan kinerja organisasi.
b. Keefektivan pemimpin dievaluasi dari bawahan, supervisor, dan diri sendiri.
Sifat-sifat apa yang penting untuk menunjukkan pemimpin yang efektif.
c. Ditinjau dari penilaian performansi yang rendah, yakni yang gagal dalam
promosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat sombong, tidak jujur,
menyendiri, emosi tidak stabil, eksploitasi, pengawasan berlebihan, dan
tidak
mampu
mengambil
keputusan
merupakan
sifat-sifat
yang
menunjukkan pemimpin tidak efektif. (Wiyono, 2013)
Pada perkembangan selanjutnya, Stogdill dan Bass mengklasifikasikan
faktor-faktor personal yang berhubungan dengan kepemimpinan dengan 5 kategori,
yaitu:
a. Surgency, berkaitan dengan kemampuan sosial dan ketegasan.
b. Agreeableness, mengacu pada kemampuan kerja sama, kehangatan, dan
simpatik.
c. Conscientiousnes, mengacu pada kegigihan, kerja keras, dan tanggung
jawab.
d. Emotional stability, berkaitan dengan ketenangan, kesabaran, kemantapan,
dan kepercayaan diri.
e. Intellectence, mengacu pada kemampuan imajinatif, berbudaya, berpikiran
luas, dan memiliki keingintahuan yang tinggi. (Wiyono, 2013)
Stogdill juga menyimpulkan bahwa teori sifat terlalu sederhana dan hasilnya
membingungkan. Hal ini didukung oleh Mann (1950) dalam Mustiningsih (2013)
yang mereview 125 studi kepemimpinan dengan 750 temuan tentang sifat-sifat
pribadi pemimpin yang menghasilkan kesimpulan yang sama. Banyak sifat yang
dipilah secara tentatif (masih dapat berubah) dianggap krusial (genting) dalam
suatu kajian menjadi tidak penting pada kajian yang lain. Jadi ada pandangan
kelompok bahwa pemimpin yang efektif adalah yang tegas dan agresif, sementara
10
pada pandangan kelompok lain yang reflektif dan diplomatis. Studi ini juga ada
keterbatasan, dimana hubungan antar beberapa sifat pribadi dibedakan berdasarkan
tipe teknik pengukuran yang digunakan.
Generasi kedua studi tentang teori sifat yang dilakukan Stogdill tahun
1970an menghasilkan temuan yang lebih konsisten. Ia mereview 163 studi sifat
baru yang menyimpulkan bahwa pemimpin memiliki karakteristik sifat:
a. Diwarnai oleh dorongan yang kuat untuk bertanggungjawab dan
menyelesaikan tugas-tugas.
b. Kekuatan dan ketekunan mencapai tujuan.
c. Keberanian dan originalitas dalam menyelesaikan masalah
d. Dorongan berinisiatif dalam situasi sosial.
e. Percaya diri dan adanya rasa identitas pribadi.
f. Keinginan menerima konsekuensi atas keputusan dan tindakan yang
dilakukan.
g. Kesiapan menerima tekanan antar pribadi.
h. Keinginan bertoleransi dengan frustasi dan keterlambatan.
i. Kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
j. Kapasitas untuk menstruktur sistem interaksi untuk mencapai tujuan.
Asumsi teori sifat adalah pemimpin bersumber dari lahir bukan dibuat.
Dengan demikian seseorang bisa menjadi pemimpin karena dari lahir telah
memiliki sifat-sifat kepemimpinan, dan kadang dikembangkan melalui lingkungan
dan pendidikan.
E. Sifat yang Berpengaruh pada Keberhasilan Kepemimpinan
Keith Devis dalam Mustiningsih (2013) merumuskan empat sifat umum
yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain:
11
1. Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan tinggi
diatas rata-rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil
yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat
kecerdasan tinggi.
2. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial
Umumnya didalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang
tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif, dan efisien.
4. Sikap hubungan kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
Machiavelli terkenal dengan nasihatnya mengenai kebijaksanaan yang
harus dimiliki oleh seorang Perdana Menteri, antara lain harus mempunyai keahlian
dalam:
a. Upacara-upacara ritual kebaktian keagamaan;
b. Peraturan dan perundang-undangan;
c. Pemindahan dan pengangkutan;
d. Pemberian honorium/pembayaran dan kepangkatan;
e. Upacara-upacara dan adat kebiasaan;
f. Pemindahan pegawai untuk menghindarkan kegagalan;
g. Bertani dan pekerjaan lainnya. Fisipuh (2011) dalam Mustiningsih (2013)
Empu Prapanca dengan bukunya yang terkenal yaitu Negara Kertagama
menyebut 15 sifat yang baik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu:
a. Wijana, sikap bijaksana;
12
b. Maniri wira, sebagai pembela negara sejati;
c. Wicaksaning naya, bijaksana dalam arti melihat masa lalu, kemampuan
analisa, mengambil keputusan dengan cepat dan tepat;
d. Matanggwan, mendapat kepercayaan yang tinggi dari yang dipimpinnya;
e. Satya bakti hanprabu, setia dan berbakti kepada atasan (loyalitas);
f. Wakjana, pandai berpidato dan berdiplomasi;
g. Sajjawopasama, tidak sombong, rendah hati, manusiawi;
h. Dhirrottsaha, bersifat rajin, sungguh-sungguh, kreatif, dan penuh inisiatif;
i. Tan-lalana, bersifat gembira, periang;
j. Disyacitra, jujur dan terbuka;
k. Tancatrisan, tidak egois;
l. Masihi samastha bhuwana, bersifat penyayang, cinta alam.
m. Ginong pratidina, tekun menegakkan kebenaran;
n. Sumantri, sebagai abdi negara yang baik.
o. Ansyaken musuh, mampu mengalahkan lawan. Fisipuh (2011) dalam
Mustiningsih (2013)
Ronggowarsito menyebutkan seorang pemimpin harus memiliki astabrata,
yakni delapan sifat unggul yang dikaitkan dengan sifat alam seperti tanah, api,
angin,
angkasa,
bulan,
matahari,
bintang.
(Shella,
2011;
Community.siutao.com,2011; dalam Mustiningsih, 2013). Hampir sama dengan
Ronggowarsito, ajaran Hasta Brata yang terdapat dalam kitab Ramayana berisi
delapan pedoman berisi sifat-sifat positif sebagai filosofi bagi setiap pemimpin,
yaitu:
1. Sifat matahari (surya) yakni:
Menerangi dunia dan memberi kehidupan pada semua makhluk;
Menjadi penerang seluruh rakyat;
Jujur dan rajin bekerja sehingga negara aman dan sentosa.
2. Sifat bulan (candra) meliputi:
Memberi penerangan terhadap rakyat yang sedang dalam kegelapan
(kesulitan);
13
Menerangkan perasaan dan melindungi rakyat sehingga terasa tentram
untuk menjalankan tugas masing-masing.
3. Sifat bintang (kartika) yaitu:
Menjadi pusat pandangan sumber susila dan budaya, dan menjadi suri
tauladan.
4. Sifat awan ditandai dengan:
Dapat menciptakan kewibawaan;
Tindakan mendorong agar rakyat tetap taat.
5. Sifat bumi meliputi:
Ucapan sederhana;
Teguh dan kokoh pendiriannya.
6. Sifat samudera, cirinya:
Mempunyai pandangan yang luas;
Membuat masyarakat seiya sekata.
7. Sifat api (agni) yaitu:
Menghukum siapa saja yang bersalah tanpa pandang bulu
8. Sifat angin (bayu) yaitu:
Terbuka dan tidak ragu-ragu terhadap semua masalah;
Bersikap adil terhadap siapapun. (Fisipuh, 2011, dalam Mustiningsih,
2013)
Elqorni (2008) dalam Mustiningsih (2013) mengemukakan bahwa dari sisi
teori
kepemimpinan,
pada
dasarnya
teori-teori
kepemimpinan
mencoba
menerangkan dua hal yaitu, faktor-faktor yang terlibat dalam pemunculan
kepemimpinan dan sifat dasar dari kepemimpinan. Penelitian tentang dua masalah
ini lebih memuaskan daripada teorinya itu sendiri. Dari penelusuran literatur
tentang kepemimpinan, teori kepemimpinan banyak dipengaruhi oleh penelitian
Galton (1879) tentang latar belakang dari orang-orang terkemuka yang mencoba
menerangkan kepemimpinan berdasarkan warisan. Beberapa penelitian lanjutan,
mengemukakan individu-individu dalam setiap masyarakat memiliki tingkatan
yang berbeda dalam inteligensi, energi, dan kekuatan moral serta mereka selalu
dipimpin oleh individu yang benar-benar superior.
14
BAB III
KAJIAN EMPIRIS
1. Pemimpin yang Baik
Menurut Prof. Hendyat Soetopo, pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang memiliki kemampuan kepribadian dan penguasaan ofisial dibidang
kepemimpinan. Yang dimaksud dengan ofisial misalnya menguasai tugas, deskrip,
pekerjaan yang dimiliki, dan pemahaman pada anak buah. Selain itu, pemimpin
juga harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik, karena sifat
kepemimpinan tersebut merupakan sebuah kepribadian. Sifat-sifat pemimpin yang
dibutuhkan misalnya:
a. Kreatif, pemimpin mampu berfikir kreatif terhadap apa yang
dikerjakannya, kreatif dalam peemecahan masalah.
b. Futuristik, maksudnya adalah pemimpin tersebut mampu melihat jauh
ke depan, atau bisa dikatakan memiliki pemikiran yang panjang.
c. Tangguh, pemimpin harus tangguh dalam menghadapi apapun.
d. Sumeh, atau dapat dikatakan sebagai ramah. Umumnya sifat yang seperti
ini sangat disukai oleh anak buah.
e. Humoris, pemimpin yang humoris akan mudah bergaul dengan anak
buahnya.
f. Dapat bekerja sama dengan baik, dengan begitu antara pemimpin dengan
anak buah akan menghasilkan pekerjaan yang maksimal.
g. Dermawan, dermawan bukan berarti hanya di lingkup finansial, tetapi
dermawan bisa saja mudah memberi nasihat, memberi pengarahan,
h. dan lain-lain.
Tentu saja selain sifat-sifat diatas masih banyak lagi sifat yang dibutuhkan
sebagai pemimpin yang baik. Seperti berikut ini:
a. Tegas
b. Berani
15
c. Terbuka
d. Perhatian terhadap bawahan ataupun pekerjaan
e. Komunikatif
f. Semangat yang tinggi
g. Tanggung jawab
h. Jujur
i. Bijaksana
j. Mudah memberi pengaruh terhadap bawahan
k. Memiliki wawasan yang luas
l. Rendah hati
m. Mengayomi
n. Disiplin tinggi
o. Adil dalam hal apapun dan pada siapapun
p. Sabar, dan lain-lain.
Selain mempunyai sifat yang baik, seorang pemimpin tentu saja memiliki
sifat yang biasanya kurang disukai oleh bawahannya. Seperti otoriter,
temperamental, egois, kurang peduli, suka melanggar aturan, kasar, pilih kasih,
kurang komunikatif, kurang tegas, tidak kompeten, tertutup, tidak konsisten,
mencampuri urusan orang lain, kurang bijaksana, kurang serius dalam menghadapi
masalah, kurang cekatan (lamban), tidak berwibawa, dan masih banyak yang
lainnya. Sifat-sifat seperti harusnya dihindari agar menjadi pemimpin yang baik dan
mampu dijadikan teladan bagi anak buahnya.
2. Masalah yang Dihadapi
Masalah yang biasa dihadapi oleh seorang pemimpin biasanya sulitnya
seorang pemimpin untuk mengambil suatu keputusan. Kadang seorang pemimpin
terpengaruhi pikirannya oleh beberapa hal seperti faktor lingkungan luar, biaya dan
waktu dari suatu keputusan atau tindakan, kekuatan budaya yang dominan, dan
yang paling penting yaitu pengaruh masyarakat dan sosial.
Tak jarang seorang pemimpin mengambil keputusan yang membuat
beberapa pihak merasa dirugikan. Contohnya, ketika seorang kepala sekolah
16
mengambil keputusan tentang pemberian tambahan belajar di sekolah. Guru-guru
di suatu sekolah tentu mampu untuk memberikan tambahan pelajaran bagi peserta
didik. Namun karena kepala sekolah terhasut oleh pembicaraan di sekitar sekolah
yang mengatakan bimbingan belajar ini bagus, maka kepala sekolah memutuskan
menggunakan bimbingan belajar itu tanpa memanfaatkan sumber daya manusia
yang sudah ada di sekolah.
Selain itu, menurut Prof. Hendyat Soetopo, masalah yang dihadapi
pemimpin beragam, ada masalah tugas, pribadi, dan sosial.
a. Masalah Tugas
Adalah masalah yang berhubungan dengan tugas yang diberikan pada
suatu lembaga. Contohnya seperti Penerimaan Peserta Didik Baru di
sebuah sekolah yang harusnya sudah selesai tetapi waktunya menjadi
diperpanjang karena suatu masalah.
b. Masalah Pribadi
Adalah masalah yang terjadi antara pemimpin dengan bawahan.
Contohnya berhadapan dengan bawahan yang rajin dan kurang rajin.
Yang kurang rajin terkesan lamban dalam mengerjakan tugas, disitulah
terkadang seorang pemimpin merasa bahwa kinerja bawahannya
kurang maksimal, maka pemimpin diuji ketegasannya dalam
mengambil sikap.
c. Masalah sosial
Adalah masalah yang timbul diantara para personil. Contohnya
hubungan personil satu dengan lainnya kurang harmonis, tugas
pemimpin
adalah
bagaimana
mempersatukan
bawahan
yang
mengalami masalah tersebut.
3. Upaya Penanganan Masalah (Solusi)
Setiap hal pasti memiliki masalah. Baik masalah yang berasal dari dalam
maupun dari luar. Tentu saja sebuah masalah tidak boleh dibiarkan begitu saja,
masalah tersebut harus diselesaikan secepatnya.. Masalah tersebut tergantung pada
17
pemimpin untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang
ragu-ragu di dalam mengambil keputusannya pun akan ragu-ragu pula dalam
memimpin.
Proses pengambilan keputusan dapat dimulai pada saat seorang
pimpinan menyadari adanya suatu masalah yang perlu dipecahkan dan diselesaikan.
Pada saat ia menggerakkan bawahannya untuk melaksanakan keputusan yang telah
diambil, problematika tersebut harus diselesaikan dengan cepat, tepat, cermat, dan
bijaksana.
Dalam mengatasi masalah di atas, pemimpin dapat memecahkan dengan
tindakan sebagai berikut.
a. Menganalisis organisasi atau kelompok yang dipimpinnya
Menganalisis kebutuhan yang dibutuhkan oleh sekolah dalam
penggunaan sumber daya manusia yang ada (pendidik) atau bimbingan
belajar dalam tambahan pelajaran.
b. Membina struktur organisasi
Merapatkan dengan dewan pendidik manakah yang lebih efektif dan
efisien dalam meningkatkan kualitas peserta didik melalui tambahan
pelajaran.
c. Mengambil inisiatif
Menggunakan intuisi yang dimiliki untuk menghasilkan terobosanterobosan yang tidak merugikan salah satu pihak.
d. Mencapai tujuan organisasi
Harus mengingat kembali, tujuan adanya tambahan pelajaran itu
apa. Agar hal tersebut dapat tepat guna dan tepat sasaran.
e. Menciptakan kekompakan
Jika menggunakan sumber daya manusia yang ada (pendidik), maka
kekompakan yang ada disekolah tersebut bisa dimunculkan ataupun
ditingkatkan. Sehingga dalam pelaksanaannya bisa berjalan dengan
lancar tanpa ada suatu kekurangan apapun.
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok
yang diorganisir menuju kepada penentu dan pencapaian tujuan. Kepemimpinan
Pendidikan adalah kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan,
sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Teori sifat mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang
berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan
tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Stogdill dan Bass
mengklasifikasikan
faktor-faktor
personal
yang
berhubungan
dengan
kepemimpinan dengan 5 kategori, yaitu: (1) Surgency; (2) Agreeableness; (3)
Conscientiousnes; (4) Emotional stability; (5) Intellectence. Sifat yang
Berpengaruh pada Keberhasilan Kepemimpinan menurut Keith Devis dalam
Mustiningsih (2013) merumuskan empat sifat umum yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain: (1) Kecerdasan; (2)
Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial; (3) Motivasi diri dan dorongan
berprestasi; (4) Sikap hubungan kemanusiaan.
B. Saran
Menurut kelompok kami, sebagai seorang pemimpin hendaknya memiliki
sifat yang baik dan banyak disukai oleh para anggota atau bawahannya. Karena jika
pemimpinnya baik, walaupun anggotanya kurang baik maka akan mencapai
keberhasilan. Tetapi tidak demikian dengan anggota yang semua baik tetapi
pemimpinnya kurang baik, maka tujuan akan sulit tercapai.
19
DAFTAR RUJUKAN
Makawimbang, J. H. 2012. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Bandung:
Alfabeta.
Muin, A. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Pamekasan: Lembaga Pengkajian dan
Pengembangan Ilmiah.
Mustiningsih. 2013. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2008.
Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wiyono, B. B. 2013. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (Konsep,
Pengukuran, dan Pengembangannya). Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang.
Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang.
Sudrajat, A. 2008. Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Online),
(https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/18/profesionalismekepemimpinan-kepala-sekolah/), diakses 30 Agustus 2015.
20