TEORI BELAJAR BEHAVIORIS TIK TUBAGUS

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat
penting. Di dalam dunia pendidikan, belajar merupakan aktivitas pokok dalam
penyelenggaraan proses belajar mengajar. Melalui belajar seseorang dapat
mengerti berbagai ilmu, memahami konsep-konsep baru, ataupun mengalami
perubahan tingkah laku.
Keberhasilan proses belajar dan pembelajaran salah satunya ditentukan
oleh pemahaman seorang pendidik terhadap teori belajar. Menurut Gage dan
Berliner (1984) salah satu fungsi dari teori belajar adalah fungsi rekomendatif,
yang artinya teori belajar sebagai ilmu terapan, tidak hanya memberikan wawasan
konseptual tentang fenomena belajar-pembelajaran, tetapi dapat membantu
memberikan rekomendasi untuk praktik pembelajaran. Meskipun rekomendasi
tersebut berupa rambu-rambu umum dan tidak spesifik tertuju pada permasalahan
yang dihadapi pendidik, tetapi saran dan pertimbangan rekomendatif yang
diajukan diharapkan tetap dapat dijadikan pedoman bagi pendidik untuk
mengambil keputusan instruksionalnya.
Banyak teori belajar yang menginspirasi dan mendasari lahirnya macammacam strategi pembelajaran, seperti teori behaviorisme, teori kognitivisme, dan
teori konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme atau behavioristik merupakan
teori yang berpandangan bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah laku

sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
adalah perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon. Oleh karena itu teori belajar behavioristik penting untuk dipahami oleh
seorang pendidik.

1

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa pertanyaan yang terkait dengan
teori belajar behavioristik, yaitu:
1. Apa hakikat dari teori belajar behavioristik?
2. Apa kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik?
3. Bagaimana cara menerapkan teori belajar behavioristik dalam proses
pembelajaran?
Tujuan
1. Mengetahui hakikat teori belajar behavioristik.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik.
3. Mengetahui cara menerapkan teori belajar behavioristik dalam proses
pembelajaran.

Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui dan memahami konsep tentang teori belajar
behavioristik;
2. Dapat memberikan informasi kepada para pembaca khususnya bagi para
guru dan peserta didik tentang penerapan teori belajar behavioristik.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Belajar Teori Behavioristik
Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar banyak hal mengenai belajar.
Belajar mempunyai definisi berbeda-beda menurut para ahli. Berikut definisi
belajar dari beberapa ahli:
1.

Daryanto (2010:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

2.

Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

3.

Slameto (2010:2) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

4.

Fathurrohman dan Sutikno (2010:6) mengatakan bahwa belajar adalah
perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas
tertentu.


5.

Syah (2010:90) menyatakan bahwa belajar adalah tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

6.

Uno (2011:15) mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan
perilaku seseorang setelah mempelajari suatu objek (pengetahuan, sikap,
atau keterampilan) tertentu.

9.

Yamin (2007:168) mengatakan belajar merupakan perubahan perilaku
seseorang melalui latihan dan pengalaman, seseorang belajar tidak
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang datang dari dalam dirinya atau oleh
stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan
3


interaksi timbal balik dari determinan-determinan individu dan determinandeterminan lingkungan.
10. Hamalik (2011:27) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses,
suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan.
11. Purwanto (2011:38) menyatakan bahwa belajar adalah proses dalam diri
individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan
perubahan dalam perilaku.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat dikemukan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya muncul istilah teori belajar. Dalam
perkembangannya, teori belajar memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1. Mensistematikkan penemuan;
2. Melahirkan hipotesis;
3. Membuat prediksi dan memberikan penjelasan tentang apa yang akan
diajarkan, bagaimana mengajarkannya, apa yang akan dipelajari, dan apa
yang memuaskan siswa.
Sedangkan manfaat teori belajar untuk guru antara lain:
1. Sebagai pedoman / landasan bagi guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran;
2. Membantu guru dalam memahami bagaimana siswa belajar;

3. Membantu guru untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif dan
efisien;
4. Membantu guru dalam merancang dan merencanakan proses pembelajaran
5. Menjadi panduan guru dalam mengelola kelas;
6. Membantu guru dalam mengevaluasi / menilai proses pembelajaran, sikap
guru serta hasil belajar yang telah dicapai;
7. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan pada siswa
agar siswa dapat mencapai prestasi optimal dan kesuksesan belajar;
8. Membantu guru dalam membangun karakter pada diri siswa.

4

Hal - hal yang harus diketahui dalam teori belajar:
1. Konsep dasar teori tersebut beserta ciri-ciri dan persyaratan yang
melingkupinya
2. Bagaimana sikap dan peran guru dalam proses pembelajaran jika teori
tersebut diterapkan
3. Faktor-faktor lingkungan (fasilitas, alat, suasana) apa yang perlu
diupayakan untuk mendorong proses pembelajaran
4. Tahapan apa saja yang harus dilakukan guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran
5. Apa yang harus dilakukan siswa dalam proses belajarnya
Behavioristik adalah teori perkembangan perilaku yang dapat diukur,
diamati, dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan
terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif
terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan
dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan
menjelaskan tindakan yang diinginkan.
Pendidikan behavioristik merupakan kunci dalam mengembangkan
keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam bidang subjek dan
manajemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik
adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Ciri dari teori belajar behavioristik antara lain:
1. Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
2. bersifat mekanistis,
3. menekankan peranan lingkungan,
4. mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
5. menekankan pentingnya latihan,
6. mementingkan mekanisme hasil belajar,
7. mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar.


5

Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku siswa
merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
Dalam

hal

konsep

pembelajaran,

prosesnya

cenderung

pasif.

Pelajar


menggunakan tingkat keterampilan. pengolahan rendah untuk memahami materi.
Dan material sering terisolasi dari konteks dunia nyata atau situasi.
B. Tokoh-tokoh yang Mendukung Teori Belajar Behavioristik.
1. Ivan P. Pavlov
Pavlov (1927) mengembangkan teori conditioning dengan melakukan
percobaan terhadap anjing. Dalam percobaan ini, anjing di beri stimulus bersarat
sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Belajar menurut teori ini adalah
suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang
menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah
adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah
terjadi secara otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
2. Edwin Guthrie
Guthrie berpendapat bahwa tingkah laku manusia dapat diubah. Dia juga
menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya
bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu
sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon
bersifat tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih
kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang
berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie juga mengemukakan tiga metode

pengubahan tingkah laku, yaitu: metode respon bertentangan, metode
membosankan, dan metode mengubah lingkungan.
3. Skinner
Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting
dalan belajar. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi
sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini terdiri dari enam konsep, yaitu:
a. Penguatan positif dan negative.

6

b. Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang semakin mendekati tingkah
laku yang diharapkan.
c. Pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan
penguatan pada saat yang tepat, sehingga respon sesuai dengan yang
diisyaratkan.
d. Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya
penguatan.
e. Chaining of Response, respon dan stimulus yang berangkaian satu sama lain.
f. Jadwal penguatan, variasi pemberian penguatan: rasio tetap dan bervariasi,
interval tetap dan bervariasi.

4. Thorndike
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasiasosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini
disebut teori connectionism. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing
yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka
secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut
menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error
yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada
eliminasi terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi
mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum:
a. Hukum kesiapan (Law of Readiness), kesiapan seseorang dalam melakukan
sesuatu hal mempengaruhi hasil akhirnya.
b. Hukum latihan, jika respons terhadap stimulus diulang-ulang maka akan
memperkuat hubungan keduanya.
c. Hukum akibat, hubungan stimulus respon diperkuat apabila akibatnya
memuaskan, berlaku juga sebaliknya.
5. Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon
untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori

7

evolusi Charles Darwin. Teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan
pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam
seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu
dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul
mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.
6. Watson (Aliran Behavioris Murni)
Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon yang berbentuk
tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Kajian Watson tentang belajar
sangat berorientasi pada pengalaman empirik yaitu sejauh yang dapat diukur dan
diamati.
7. Gagne
Gagne membagi proses kelangsungan belajar dalam empat fase utama, yaitu:
1.

Fase Receiving the stimulus situation (apprehending), merupakan fase

seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan
memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai
cara.
2.

Fase Stage of Acquition, pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh

suatu kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan menghubunghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya.
3.

Fase storage /retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang

disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui
pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke
memori jangka panjang.
4.

Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil

kembali informasi yang ada dalam memori.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik

8

Kekurangan
Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning),
bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.Penggunaan
hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa ( tori skinner ) baik
hukuman verbal maupun fisik seperti kata–kata kasar, ejekan, jeweran yang justru
berakibat buruk pada siswa.
Kelebihan
Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek
dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas,
kelenturan, reflek, dan daya tahan.
Contoh: Percakapan bahasa asing, mengetik, menari, berenang, dan olahraga.
Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi
peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan
senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau
pujian. Dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan,
sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang
berasal dari luar dirinya.
D. Penerapan Teori Belajar Behavioristik
Dalam proses belajar mengajar, siswa dianggap sebagai objek pasif yang
selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan
standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
siswa. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar siswa diukur hanya pada hal-hal
yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat unobservable kurang
dijangkau dalam proses evaluasi.

9

Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan
kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi siswa untuk berkreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem
pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus
dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya siswa
kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri
mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai pengetahuan telah
terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan
pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan

dalam

penambahan

pengetahuan

dikategorikan

sebagai

kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga,
ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau
peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga
kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa (Degeng,
2006).
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas mimetic, yang
menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum
secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi
buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil
belajar.

10

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan
biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut
jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa menjawab secara benar sesuai dengan
keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas
belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.
Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.
Berdasarkan penjelasan di atas, langkah-langkah pembelajaran sesuai teori belajar
behavioristik seperti di bawah ini:
1) Menentukan tujuan pembelajaran;
2) Menganalisis lingkungan kelas;
3) Menentukan materi pelajaran;
4) Memecah materi menjadi bagian kecil-kecil (pokok bahasan, sub pokok
bahasan, dan topik);
5) Menyajikan materi pelajaran;
6) Memberi stimulus;
7) Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa;
8) Memberikan penguatan/reinforcement ataupun hukuman;
9) Memberikan stimulus baru;
10) Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa;
11) Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman;
12) Evaluasi hasil belajar.
Adapun lebih jelasnya peranan guru antara lain:
1. Menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap (modul, dan
instruksi);
2. Tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat diikuti contohcontoh yang dilakukan sendiri / simulasi);
3. Memberikan bahan pelajaran yang sederhana dan menuju kompleks;
4. Membagi tujuan pembelajaran dalam bagian-bagian kecil yang ditandai
dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu;

11

5. Melakukan pembelajaran yang berorientasi pada hasil yang dapat diukur
dan diamati;
6. Segera memperbaiki kesalahan.
7. Melakukan pengulangan dan latihan supaya perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan.
8. Memberikan penguatan positif pada perilaku yang diinginkan dan
memberikan penghargaan negatif pada perilaku yang kurang sesuai.
9. Mengevaluasi atau menilai berdasarkan perilaku yang tampak.
Peran siswa:
a. Berlaku (doing) sesuai instruksi;
b. Meniru perilaku yang dicontohkan;
c. Mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan (positif–diulangi, negatifdihilangkan);
d. Berlatih melalui pengulangan dan pembiasaan;
e. Menguasai keterampilan dasar sebagai persyaratan penguasaan
ketrampilan selanjutnya.

12

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Behavioristik adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati
dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap
rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap
perilaku kondisi yang diinginkan. Kelebihan teori belajar behavioristik yaitu
cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas,
kelenturan,

reflek,

dan

daya

tahan.

Sedangkan

kekurangannya

adalah

pembelajaran siswa berpusat pada guru, bersifat meanistik, dan hanya berorientasi
pada hasil yang diamati dan diukur.
Cara penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran yaitu dengan
menentukan tujuan pembelajaran, menganalisis lingkungan kelas, menentukan
materi pelajaran, memecah materi menjadi bagian kecil-kecil, menyajikan materi
pelajaran, memberi stimulus, mengamati dan mengkaji respon yang diberikan
siswa, memberikan penguatan ataupun hukuman, memberikan stimulus baru,
mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa, memberikan penguatan
lanjutan atau hukuman, kemudian evaluasi hasil belajar.
Saran
Saya menyadari bahwa penyusun dari makalah ini hanyalah manusia yang
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya
milik Allah Swt hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari ibu/bapa guru akan
senantiasa saya terima dalam upaya evaluasi diri.

13

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK WIYATA KARYA NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

10 119 78

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62