LEGAL PROTECTION FOR CONSUMERS IN TERM OF THE IMPLEMENTATION OF STANDARDIZED CLAUSE

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN ATAS PENERAPAN KLAUSULA BAKU

Kajian Putusan Nomor 26/P.BPSK/12/2014, Nomor 15/PDT.G/2015/PN.SBY, dan Nomor 184 K/PDT.SUS-BPSK/2016

LEGAL PROTECTION FOR CONSUMERS IN TERM OF THE IMPLEMENTATION OF STANDARDIZED CLAUSE

An Analysis of Court Decision Number 26/P.BPSK/12/2014, Number 15/PDT.G/2015/PN.SBY, and Number 184 K/PDT.SUS-BPSK/2016

M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani

Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Jl. Tamansiswa No. 158 Yogyakarta 55151 E-mail: m.syamsudin@uii.ac.id; feraaditiaz@gmail.com

Naskah diterima: 12 Oktober 2017; revisi: 27 Maret 2018; disetujui 27 Maret 2018 http://dx.doi.org/10.29123/jy.v11i1.252

ABSTRAK

Konsumen. Konsekuensinya adalah batal demi hukum. Putusan Mahkamah Agung tidak tepat dan cermat dalam

Kajian ini dilatarbelakangi oleh putusan kasasi mempertimbangkan fakta-fakta hukum dan penerapan

Mahkamah Agung yang memutus berbeda dengan hukumnya. Ditinjau dari substansinya, Putusan Badan

putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, yang dikuatkan oleh Pengadilan Negeri Surabaya terkait Penyelesaian Sengketa Konsumen yang dikuatkan

oleh Pengadilan Negeri Surabaya lebih memenuhi rasa dengan gugatan pelanggaran klausula baku oleh pelaku

keadilan dan melindungi konsumen jika dibandingkan usaha jasa kebugaran milik PT X. Permasalahannya

dengan Putusan Mahkamah Agung.

adalah: 1) Apakah isi klausula baku yang tercantum dalam perjanjian anggota jasa kebugaran milik PT Kata kunci: perlindungan konsumen, klausula baku,

X dapat dibenarkan berdasarkan Pasal 18 Undang- perjanjian keanggotaan. Undang Perlindungan Konsumen?; 2) Apakah dasar pertimbangan hakim Mahkamah Agung sudah tepat

dan mencerminkan nilai-nilai keadilan bagi para pihak ABSTRACT

jika dibandingkan dengan Putusan Badan Penyelesaian The background of this study is related to the Supreme Sengketa Konsumen dan Pengadilan Negeri Surabaya? Court Decision which is contradicted the Decision of the Kajian ini merupakan penelitian hukum normatif Consumer Dispute Settlement Agency (BPSK) upheld by dengan metode pendekatan kasus dan perundang- the Surabaya District Court in relation to the lawsuit undangan. Hasil kajian menunjukkan bahwa klausula regarding the violation of the standard clause by PT baku dalam perjanjian keanggotaan jasa kebugaran

X. The legal questions are: 1) Does the standardized

milik PT X telah melanggar ketentuan Pasal 18 ayat clause contained in the membership agreement of PT (1) huruf a, c, e, f, dan g Undang-Undang Perlindungan

X violate the Article 18 of the Consumer Protection

Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani)

Law?; 2) Are the considerations of the Supreme Court Article 18 paragraph (1) letters a, c, e, f, and g. The Judge appropriate and do they reflect the justice values consequences is null and void. The Supreme Court failed for the parties when compared with the decision of the to consider and employ the legal facts in the ruling. By Consumer Dispute Settlement Agency and the Surabaya the content, the Decision of BPSK strengthened by the District Court? This study is a normative legal research Surabaya District Court is likely more justifiable and done with case study and legislation review. The results protective compared to the Supreme Court Decision. indicate that the standardized clause in the membership Keywords: consumer protection, standardized clause, agreement of PT X has violated the provisions of

membership agreement.

I. PENDAHULUAN

persyaratan keanggotaan, pernyataan penolakan

A. Latar Belakang

tangung jawab atas kehilangan barang milik konsumen serta menolak tanggung jawab atas

Latar belakang kajian Putusan Nomor segala bentuk risiko akibat penggunaan peralatan

184 K/PDT.SUS-BPSK/2016 yang memberikan

kebugaran.

putusan berbeda dengan putusan tingkat peradilan sebelumnya yaitu Putusan Nomor 26/P.

PT X merupakan tempat penyedia jasa

BPSK/12/2014 yang dikuatkan oleh Putusan kebugaran beserta alatnya, yang berkedudukan di Nomor 15/PDT.G/2015/PN.SBY. Perbedaan Jakarta Selatan. Pada tanggal 28 November 2014 putusan yang dilakukan oleh Mahkamah Agung PT X digugat di Badan Penyelesaian Sengketa memiliki pengaruh yang besar mengingat Konsumen Kota Malang oleh RS, bertempat putusan tersebut bersifat final dan mengikat, tinggal di Kota Surabaya dengan gugatan sehingga menentukan nasib dari masing-masing pembatalan penerapan klausula baku yang pihak yang beperkara sebagai upaya hukum tercantum dalam perjanjian keanggotaan sebagai yang terakhir.

syarat pengguna jasa alat kebugaran. RS adalah pengguna jasa (konsumen) tempat kebugaran

Putusan Nomor 184 K/PDT.SUS- yang dimiliki oleh PT X, dengan dibuktikan dua

BPSK/2016 mengenai keberatan terhadap buah kartu member anggota yang berlaku seumur

gugatan pembatalan klausula baku tersebut hidup dengan total pembayaran Rp35.000.000,-

membatalkan Putusan Nomor 15/PDT.G/2015/ dan dikuatkan dengan pengadaan Perjanjian

PN.SBY dan menyatakan bahwa Pengadilan Keanggotaan Nomor GX-10001722 tertanggal

Negeri Surabaya telah salah dalam menerapkan

15 November 2008.

hukum serta menyatakan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Malang tidak

Tanggal 29 Oktober 2014 PT X melakukan

berwenang memeriksa dan memutus perkara. pemutusan keanggotaan terhadap RS secara Selain itu juga membenarkan tindakan PT X sepihak dengan alasan telah melakukan (penggugat kasasi) dengan dikabulkannya pelanggaran terhadap tata tertib. Selain itu gugatan sebagai penyedia jasa tempat belakangan juga diketahui di dalam ketentuan kebugaran beserta alatnya untuk mencantumkan dan persyaratan keanggotaan serta tata tertib klausula baku yang dilarang dalam “Perjanjian bagi anggota tempat kebugaran milik PT X Keanggotaan” yang berisi ketentuan dan mengandung klausula-klausula baku yang

Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 91 - 112 Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 91 - 112

Keberadaan klausula baku dalam Putusan Nomor 26/P.BPSK/12/2014 perjanjian ketentuan dan persyaratan tersebut diperkuat dengan Putusan Nomor 15/ keangggotaan yang telah dinyatakan dalam PDT.G/2015/PN.SBY, tanggal 21 Mei 2015 yang Putusan Nomor 26/P.BPSK/12/2014 dan Putusan diajukan oleh pihak yang mengajukan keberatan Nomor 15/PDT.G/2015/PN.SBY sebelumnya yaitu PT X namun ditolak. Atas Putusan Nomor melanggar ketentuan Pasal 18 Undang-Undang 15/PDT.G/2015/PN.SBY tersebut pada tanggal Perlindungan Konsumen karena mengandung

15 Juni 2015 PT X melakukan keberatan klausula-klausula baku yang dilarang dan pada tingkat kasasi dan telah diputus dengan jelas merugikan konsumen, seperti penolakan Putusan Nomor 184 K/PDT.SUS-BPSK/2016 pengembalian uang pembayaran apabila tanggal 30 Maret 2016 yaitu mengabulkan perjanjian batal, melakukan perubahan biaya permohonan kasasi PT X dan membatalkan secara sepihak, melakukan perpanjangan putusan sebelumnya, dengan alasan bahwa anggota secara otomatis tanpa pemberitahuan, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen penolakan tanggung jawab atas barang yang Kota Malang tidak berwenang memeriksa dan hilang atau dicuri serta menolak bertanggung memutus sengketa tersebut dan menganggap jawab atas segala risiko yang dialami anggota Putusan Nomor 15/PDT.G/2015/PN.SBY telah saat menggunakan alat kebugaran. salah dalam menerapkan hukum.

Keberadaan klausula baku tersebut Persoalan muncul saat terjadi perbedaan dibenarkan dan cenderung diabaikan dalam putusan hakim yang bertentangan. Dasar Putusan Nomor 184 K/PDT.SUS-BPSK/2016 pertimbangan hakim dalam memutus perkara dengan pertimbangan bahwa Pengadilan menjadi penting untuk menentukan mengenai Negeri Surabaya telah salah menerapkan tepat atau tidaknya suatu putusan. Dalam Putusan hukum dan membatalkan Putusan Nomor Nomor 184 K/PDT.SUS-BPSK/2016, Badan 26/P.BPSK/12/2014 yang diperkuat dengan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Malang Putusan Nomor 15/PDT.G/2015/PN.SBY yang dianggap tidak berwenang memeriksa dan sebelumnya menyatakan perjanjian dengan memutus sengketa tersebut dengan alasan bahwa klausula baku tersebut mengandung cacat hukum gugatan yang diajukan oleh RS (tergugat kasasi) dan batal demi hukum. merupakan sengketa ingkar janji (wanprestasi)

dan bukan merupakan sengketa konsumen. B. Rumusan Masalah

Dasar pertimbangan hakim adalah Pasal 1 angka

8 Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 350/ Mengacu kepada latar belakang, MPP/Kep/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas permasalahan dirumuskan sebagai berikut:

Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani)

1. Apakah isi klausula baku yang tercantum kedudukan dari kedua belah pihak tidak seimbang, dalam perjanjian anggota jasa kebugaran yang pada akhirnya melahirkan suatu perjanjian milik PT X melanggar Pasal 18 Undang- yang tidak terlalu menguntungkan bagi salah Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang satu pihak (Barkatullah, 2008: 95). Penerapan Perlindungan Konsumen?

suatu perjanjian yang tidak seimbang sehingga menimbulkan keuntungan bagi pelaku usaha

2. Apakah dasar pertimbangan Putusan sering muncul dalam bentuk perjanjian baku

Nomor 184 K/PDT.SUS-BPSK/2016 dan/atau klausula baku karena format dan isinya

sudah tepat dan mencerminkan keadilan telah ditentukan sebelumnya secara sepihak.

dan melindungi konsumen dibandingkan Perjanjian seperti ini umumnya dicantumkan

dengan Putusan Nomor 26/P.BPSK dalam setiap dokumen perjanjian yang dibuat

/12/2014 dan Nomor 15/PDT.G/2015/ oleh salah satu pihak yang lebih dominan dari

PN.SBY? pihak lainnya. Dikatakan bersifat baku karena

baik perjanjian maupun klausula tersebut tidak

dapat dan tidak mungkin dinegosiasikan oleh Kajian ini bertujuan untuk menguji isi pihak lainnya (Barkatullah, 2008: 96). klausula baku yang tercantum dalam perjanjian

C. Tujuan dan Kegunaan

Undang-Undang Perlindungan Konsumen

anggota jasa kebugaran milik PT X melanggar memberikan definisi tentang klausula baku dalam atau tidak Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Pasal 1 angka 10 yaitu: “Klausula baku adalah Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, setiap aturan atau ketentuan dan syarat syarat yang dan menganalisis isi Putusan Nomor 26/P. telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu BPSK/12/2014; Putusan Nomor 15/PDT.G/2015/ secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan PN.SBY; dan Putusan Nomor 184 K/PDT.SUS- dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang

BPSK/2016 sudah mencerminkan keadilan dan mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.” melindungi konsumen atau belum. Dengan kajian tersebut diharapkan berguna secara

Pengaturan mengenai pencantuman teoretis dan praktis bagi keilmuan hukum terkait klausula baku dalam Undang-Undang dengan hukum perlindungan konsumen.

Perlindungan Konsumen dimaksudkan agar kedudukan konsumen setara dengan pelaku usaha berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak.

D. Tinjauan Pustaka

Perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya

1. Perjanjian Baku

dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir Perjanjian dibuat berdasarkan kesepakatan dan hampir seluruh klausulanya dibakukan oleh bebas antara kedua pihak yang cakap untuk pemakainya dan pihak lain pada dasarnya tidak bertindak (pemenuhan syarat subjektif) untuk mempunyai peluang untuk merundingkan atau melaksanakan suatu prestasi yang tidak meminta perubahan (Kristiyanti, 2009: 139). bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku, Seperti yang berlaku bagi setiap konsumen kepatutan, kesusilaan, ketertiban umum, serta yang akan menggunakan jasa kebugaran yang kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat luas dimiliki PT X diharuskan melakukan “Perjanjian (pemenuhan syarat objektif). Namun terkadang Keanggotaan” yang berisi klausula baku.

Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 91 - 112

Perjanjian baku yang berkembang dalam d. Konsumen hanya dapat menerima atau masyarakat memiliki beberapa ciri-ciri antara

menolak

lain sebagai berikut: Jika konsumen menerima syarat-syarat

a. Bentuknya tertulis perjanjian yang ditawarkan kepadanya, maka harus menandatangani perjanjian

Bentuk perjanjian meliputi naskah tersebut. Penandatanganan perjanjian

perjanjian secara keseluruhan dan dokumen tersebut menunjukkan bahwa konsumen

bukti perjanjian yang memuat syarat-syarat bersedia memikul beban tanggung jawab

baku. Kata-kata atau kalimat pernyataan yang seharusnya menjadi kewajiban pelaku

kehendak yang termuat dalam syarat-syarat usaha. Jika konsumen tidak setuju dengan

baku, dibuat secara tertulis berupa akta syarat-syarat perjanjian yang ditawarkan

otentik atau akta di bawah tangan. tersebut, ia dapat menolak namun tidak

b. Formatnya dibakukan dapat melakukan negosiasi syarat-syarat yang sudah distandarisasikan tersebut.

Format perjanjian meliputi model, rumusan, dan ukuran dibakukan, artinya e. Isinya selalu menguntungkan pelaku usaha sudah ditentukan model, rumusan, dan

Perjanjian baku dirancang secara sepihak ukurannya. Sehingga tidak dapat diganti,

oleh pihak pelaku usaha, sehingga perjanjian dirubah atau dibuat dengan cara lain

yang dibuat dengan cara demikian isinya karena sudah dicetak. Model perjanjian

akan selaku menguntungkan pihak pelaku dapat berupa blanko naskah perjanjian

usaha (Muhammad, 1992: 6).

lengkap atau blanko formulir yang dilampiri dengan naskah syarat-syarat

Perjanjian baku dapat dibedakan menjadi perjanjian atau dokumen bukti perjanjian tiga jenis, yaitu: yang memuat syarat-syarat baku.

a. Perjanjian baku sepihak, yaitu perjanjian

c. Syarat-syaratnya ditentukan oleh pelaku baku yang isinya ditentukan oleh pihak usaha secara sepihak

yang kuat kedudukannya dalam perjanjian tersebut, biasanya oleh pelaku usaha yang

Syarat-syarat perjanjian yang merupakan

kedudukannya lebih kuat;

pernyataan kehendak ditentukan sendiri secara sepihak oleh pelaku usaha atau

b. Perjanjian baku yang ditetapkan organisasi pelaku usaha, karena syarat-

pemerintah, yaitu perjanjian baku yang syarat perjanjian itu dimonopoli oleh pelaku

mempunyai objek berupa hak-hak atas usaha, maka sifatnya lebih menguntungkan

tanah;

pihak pelaku usaha daripada konsumen.

c. Perjanjian baku yang sudah ditentukan Hal ini tergambar dalam klausula

di lingkungan notaris atau advokat, yaitu eksonerasi berupa pembebasan tanggung

perjanjian yang sejak semula sudah jawab pelaku usaha, tanggung jawab

disediakan untuk memenuhi permintaan tersebut beralih menjadi beban konsumen.

dari anggota masyarakat yang meminta

Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani)

eksemsi untuk menyebut klausula eksonerasi. Klasula eksemsi adalah suatu klausula dalam

Penggunaan klausula baku dalam suatu kontrak yang membebaskan atau membatasi

perjanjian dianggap tidak melanggar ketentuan- tanggung jawab dari salah satu pihak jika terjadi

ketentuan dalam hukum perdata terutama yang wanprestasi padahal menurut hukum, tanggung

berkaitan dengan asas kebebasan berkontrak. Hal jawab tersebut mestinya dibebankan kepadanya.

tersebut karena dalam perjajian baku tidak semua Secara teknis yuridis, klausula eksemsi dalam

isi perjanjian dibakukan hanya saja mengurangi suatu kontrak biasanya dilakukan melalui tiga

keberadaan asas kebebasan berkontrak.

metode sebagai berikut:

Konsumen masih diberi kebebasan

a. Metode pengurangan atau bahkan untuk menentukan mengenai jenis barang,

penghapusan atas kewajiban-kewajiban jumlah, warna, tempat, waktu, dan hal-hal

hukum yang biasanya dibebankan kepada lain yang berkaitan dengan objek perjanjian.

salah satu pihak;

Sederhananya konsumen masih diberi kebebasan untuk membuat perjanjian dalam hal-hal tertentu

b. Metode pengurangan atau bahkan yang berkaitan dengan objek perjanjian. Hal

penghapusan terhadap akibat hukum karena yang menjadi masalah adalah terdapat klausula

pelaksanaan kewajiban yang tidak benar; eksonerasi dalam suatu perjanjian baku yang

c. Metode penciptaan kewajiban-kewajiban mengalihkan tanggung jawab pelaku usaha. tertentu kepada salah satu pihak dalam

Klausula eksonerasi adalah syarat yang

kontrak (Fuady, 2003: 98).

secara khusus membebaskan pengusaha dari Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan

tanggung jawab terhadap akibat yang merugikan, Konsumen mengatur larangan pencantuman

yang timbul dari pelaksanaan perjanjian. klausula baku yang menyatakan sebagai berikut:

Klausula eksonerasi dapat berasal dari rumusan pengusaha secara sepihak, dapat juga berasal 1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dari rumusan pasal undang-undang. Klausula

dan/atau jasa yang ditujukan untuk eksonerasi rumusan pengusaha membebankan

diperdagangkan dilarang membuat atau pembuktian pada konsumen, bahwa konsumen

mencantumkan klausula baku pada setiap tidak bersalah dan inilah yang menyulitkan

dokumen dan/atau perjanjian apabila: konsumen.

a. Menyatakan pengalihan tanggung Klausula eksonerasi rumusan undang-

jawab pelaku usaha;

undang membebankan pembuktian pada

b. Menyatakan bahwa pelaku usaha pengusaha bahwa ia tidak bersalah, sehingga

berhak menolak penyerahan kembali bebas tanggung jawab. Klausula eksonerasi hanya

barang yang dibeli konsumen; dapat digunakan dalam pelaksanaan perjanjian

dengan iktikad baik. Apabila terdapat kerugian

c. Menyatakan bahwa pelaku usaha yang timbul karena kesengajaan pengusaha

berhak menolak penyerahan uang maka bertentangan dengan kesusilaan.

Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 91 - 112 Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 91 - 112

3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan

jasa yang dibeli oleh konsumen;

oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan

d. Menyatakan pemberian kuasa dari

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

konsumen kepada pelaku usaha

ayat (2) dinyatakan batal demi hukum.

baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala 4)

Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula

tindakan sepihak yang berkaitan

baku yang bertentangan dengan undang-

dengan barang yang dibeli secara

undang ini.

angsuran;

2. Perlindungan dan Sengketa Konsumen

e. Mengatur perihal pembuktian

atas hilangnya kegunaan barang

Perlindungan hukum terhadap konsumen atau pemanfaatan jasa yang dibeli didasarkan pada adanya sejumlah hak

konsumen;

konsumen yang perlu dilindungi dari tindakan- tindakan yang mungkin merugikan. Hak-hak

f. Memberi hak kepada pelaku usaha

ini merupakan hak-hak yang sifatnya sangat

untuk mengurangi manfaat jasa

mendasar dan universal sehinga perlu mendapat

atau mengurangi harta kekayaan

jaminan dari negara atas pemenuhannya.

konsumen yang menjadi objek jual

Pengertian konsumen secara umum adalah

beli jasa;

pemakai, pengguna, dan/atau pemanfaat barang

g. Menyatakan tunduknya konsumen dan atau jasa untuk tujuan tertentu (keperluan kepada peraturan yang berupa aturan sendiri dan tidak untuk diperdagangkan kembali) baru, tambahan atau lanjutan dan/ (Barkatullah, 1990: 8). atau pengubahan lanjutan yang

Berdasarkan Pasal 1 angka (2) Undang-

dibuat secara sepihak oleh pelaku

Undang Perlindungan Konsumen, konsumen

usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya; adalah “Setiap orang pemakai barang dan/atau

jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

h. Menyatakan bahwa konsumen kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, memberi kuasa kepada pelaku usaha maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk untuk pembebanan hak tanggungan, diperdagangkan.” Dari pengertian tersebut, hak gadai, hak jaminan terhadap dapat dilihat bahwa pengertian konsumen yang barang yang dibeli oleh konsumen terdapat di dalam Undang-Undang Perlindungan secara angsuran.

Konsumen termasuk ke dalam pengertian konsumen akhir, dengan unsur-unsur sebagai

2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan

berikut:

klausula baku yang letak atau bentuknya

sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara a. Orang ( naturlijk person);

jelas, atau yang pengungkapannya sulit

b. Barang dan/atau jasa atau produk; dimengerti.

Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani)

transaksi.

d. Tidak untuk diperdagangkan kembali.

4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang menghapuskan kemungkinan adanya

Perlindungan Konsumen, perlindungan tuntutan pidana berdasarkan pembuktian

konsumen adalah segala upaya untuk menjamin lebih lanjut mengenai adanya unsur

adanya kepastian hukum untuk memberikan

kesalahan.

perlindungan kepada konsumen. Perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud adalah segala

5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada upaya yang menjamin adanya kepastian hukum

ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila dan memberi perlindungan kepada konsumen

pelaku usaha dapat membuktikan bahwa melalui asas keseimbangan. Hal ini berarti bahwa

kesalahan tersebut merupakan kesalahan perlindungan tidak hanya diberikan kepada

konsumen.

konsumen, tetapi juga kepada pelaku usaha yang Suatu sengketa terjadi apabila terdapat jujur, beriktikad baik dan bertanggung jawab. perbedaan pandangan antara pihak tertentu. Bentuk perlindungan yang diberikan Undang- Satu pihak merasa dirugikan hak-haknya oleh Undang Perlindungan Konsumen adalah dengan pihak yang lain, sedang pihak yang lain tidak mengakui, baik hak dan kewajiban konsumen di merasa demikian. Menurut Nasution sengketa satu pihak maupun hak dan kewajiban pelaku konsumen adalah sengketa antara konsumen usaha di lain pihak. dengan pelaku usaha tentang produk barang dan/

Undang-Undang Perlindungan Konsumen atau jasa tertentu. mengatur tanggung jawab pelaku usaha pada

Menurut Pasal 46 ayat (1) Undang- Pasal 19 dan 28. Pasal 19, mengatur bahwa:

Undang Perlindungan Konsumen, yang dapat

1) Pelaku usaha bertanggung jawab melakukan gugatan atas pelanggaran yang memberikan ganti rugi atas kerusakan, dilakukan oleh pelaku usaha adalah kosumen pencemaran, dan/atau kerugian konsumen perorangan, sekelompok konsumen, Lembaga akibat mengonsumsi barang dan/atau jasa Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, yang dihasilkan atau diperdagangkan.

dan pemerintah.

2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada Objek sengketa haruslah produk ayat (1) dapat berupa pengembalian uang konsumen, artinya produk itu merupakan barang atau penggantian barang dan/atau jasa yang dan/atau jasa yang umumnya dipakai, digunakan sejenis atau setara nilainya, atau perawatan atau dimanfaatkan bagi memenuhi kepentingan kesehatan dan/atau pemberian santunan diri, keluarga, dan/atau rumah tangga konsumen. yang sesuai dengan ketentuan peraturan Menurut Pasal 23 Undang-Undang Perlindungan perundang undangan yang berlaku.

Konsumen, gugatan konsumen dapat diajukan ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen atau

3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam badan peradilan di mana konsumen berdomisili.

Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 91 - 112

Hal ini mempermudah konsumen dalam hal a. Pidana Pokok, berupa:

pengajuan gugatan ke pelaku usaha karena

1) Pelaku usaha yang melanggar konsumen tidak perlu mencari dan mengajukan

ketentuan sebagaimana dimaksud gugatan ke daerah pelaku usaha berdomisili.

dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal Sanksi terhadap pelanggaran Undang-

13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat Undang Perlindungan Konsumen dapat dibagi

(1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf menjadi dua jenis yaitu sanksi administratif dan

e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana sanksi pidana. Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang

dengan pidana penjara paling lama Perlindungan Konsumen menentukan bahwa

lima tahun atau pidana denda paling sanksi administratif yang dapat dijatuhkan oleh

banyak Rp2.000.000.000,- Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah

2) dst…

berupa penetapan ganti rugi paling banyak

Rp200.000.000,- kepada pelaku usaha yang b. Sanksi Pidana Tambahan

melakukan pelanggaran berupa:

1) Ketentuan Pasal 63 Undang-

a. Tidak dilaksanakannya pemberian ganti Undang Perlindungan Konsumen rugi oleh pelaku usaha kepada konsumen

memungkinkan diberikannya sanksi dalam bentuk pengembalian uang atau

pidana tambahan di luar sanksi penggantian barang dan/atau jasa yang

pidana pokok yang dapat dijatuhkan. sejenis, maupun perawatan kesehatan atau pemberian santunan atas kerugian yang

3. Keadilan dalam Putusan Hakim

diderita oleh konsumen (Pasal 19). Peran hakim sangat menentukan dalam

b. Terjadinya kerugian sebagai akibat menegakkan hukum dan keadilan melalui

kegiatan produksi iklan yang dilakukan putusannya. Hakim harus menelaah terlebih

oleh pelaku usaha periklanan (Pasal 20). dahulu tentang kebenaran peristiwa yang

c. Pelaku usaha yang tidak dapat diajukan kepadanya kemudian memberi penilaian menyediakan fasilitas jaminan purna terhadap peristiwa tersebut dan mengaitkannya jual, baik dalam bentuk suku cadang dengan hukum yang berlaku. Setelah itu hakim maupun pemeliharaannya, serta pemberian baru dapat menjatuhkan putusan terhadap suatu jaminan atau garansi yang telah ditetapkan peristiwa. sebelumnya, berlaku juga terhadap pelaku

Pertimbangan hukum hakim dalam putusan usaha yang memperdagangkan jasa. (Pasal

merupakan salah satu aspek terpenting dalam

25 dan Pasal 26). menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan

Sanksi pidana adalah sanksi yang dapat yang mengandung keadilan dan kepastian hukum, dikenakan dan dijatuhkan oleh pengadilan di samping itu juga mengandung manfaat bagi atas tuntutan jaksa penuntut umum terhadap para pihak yang bersangkutan. Pertimbangan pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha dan/ hukum ini penting diketahui oleh pihak-pihak atau pengurusnya. Sanksi pidana ini terdiri atas: yang beperkara dan hakim yang menilai putusan

Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani)

institusi hukum tempat orang mencari keadilan berubah peran menjadi kantor penerapan undang-

Hakim dalam menyelesaikan kasus undang saja, atau dalam istilah yang digunakan

sengketa dari para pencari keadilan sudah saatnya Satjipto peradilan perannya menjadi sempit yang

mengubah belenggu paradigma lama, yaitu terisolasi karena pengadilan tidak lebih dan tidak

hukum tidak hanya dipahami dari bentuk teks-teks kurang hanya sebagai corong undang-undang

bunyi pasal undang-undang, tetapi apa yang ada

(Rahardjo, 2007: 38).

di belakang teks ( legal reesening). Sebagaimana pendapat Radbruch yang dikutip Sadjipto bahwa

Jika hakim sangat berpegang teguh pada

nilai hukum itu bertumpu pada tiga nilai dasar, nilai-nilai ideal hukum maka putusan akan yaitu kepastian, keadilan, dan kemanfaatan.

menjadi lebih berkualitas, dalam arti lebih dekat dengan keadilan dan kebenaran. Namun jika

Profesional hukum harusnya sampai terjadi pergeseran pilihan nilai-nilai ideal hukum

pada dataran mencari apa filosofi pasal itu, ke nilai-nilai subjektif akan berimplikasi pada

atau mencari apa manfaat pasal itu dibuat bagi merosotnya kualitas putusan hakim, artinya

manusia, kalau tidak bermanfaat dapat saja pasal putusan akan menjauhi nilai keadilan dan

itu disimpangi (Jamil, 2008).

kebenaran (Syamsudin, 2011).

Kalau para penegak hukum dalam hal Untuk melihat nilai keadilan berupa berhukum tidak sampai pada dataran keadilan keadilan subtantif dan keadilan prosedural dalam tetapi hanya mendasarkan pada salah benar suatu putusan pengadilan perkara perdata dapat

berdasarkan kualifikasi hukum yang didasarkan digunakan parameter seperti pada tabel berikut

teks-teks bunyi pasal undang-undang, maka

ini:

hakim sebagai salah satu penegak hukum dan

Tabel 1. Parameter Keadilan dalam Putusan Hakim Perkara Perdata

Keadilan Substantif

Keadilan Prosedural

• Asumsi Dasar:

• Asumsi Dasar:

Keadilan substantif adalah keadilan yang terkait dengan Keadilan prosedural adalah keadilan yang terkait dengan isi putusan hakim dalam memeriksa, mengadili, dan

perlindungan hak-hak hukum para pihak penggugat/ memutus suatu perkara yang harus dibuat berdasarkan

tergugat/pihak yang berkepentingan) dalam setiap pertimbangan rasionalitas, kejujuran, objektivitas,

tahapan proses acara di pengadilan.

tidak memihak ( imparsiality), tanpa diskriminasi dan berdasarkan hati nurani (keyakinan hakim).

• Hasil Pengukuran:

• Hasil Pengukuran:

Jika hasil pengukuran nilainya positif, maka dianggap Jika hasil pengukuran nilainya positif, maka dianggap memenuhi keadilan substantif, sebaliknya jika hasil

terdapat keadilan prosedural, sebaliknya jika hasil pengukuran nilainya negatif tidak ada keadilan

pengukuran nilainya negatif maka tidak ada keadilan substantif.

prosedural.

Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 91 - 112

Penjabarannya

Penjabarannya

1. Apakah hakim menggunakan yurisprudensi sebagai 1. Apakah putusan hakim sudah memuat hal-hal dasar pertimbangan?

yang harus ada dalam suatu putusan pengadilan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 2 ayat (1)

2. Apakah hakim menggunakan sumber hukum berupa Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 dan Pasal doktrin sebagai dasar pertimbangan?

184 HIR/195 RBG?

3. Apakah putusan hakim menggunakan sumber berupa 2. Apakah putusan hakim sudah mencermati alat-alat nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat,

bukti yang sah sesuai dengan Pasal 164, 153, dan 154 yaitu berupa hukum adat, hukum lokal, dan/atau

HIR atau 284, 180, dan 181 RBG, yang digunakan di kebiasaan?

dalam memutuskan perkara?

4. Apakah amar putusan hakim merupakan kesimpulan 3. Apakah penerapan hukum pembuktian sesuai yang logis terkait dengan fakta dan hukum?

dengan perjanjian/undang-undang, doktrin dan/atau yurisprudensi?

5. Apakah konklusi dalam putusan hakim ini sudah runtut dan sistematis yang didukung oleh

4. Apakah hakim sudah memuat secara proporsional pertimbangan fakta dan hukum, sehingga tidak ada

antara argumen penggugat dan tergugat di dalam konklusi yang dipaksakan?

pertimbangannya?

6. Dalam menetapkan amar putusan, apakah 5. Apakah hari/tanggal dilakukan musyawarah majelis teridentifikasikan adanya pertimbangan factor-faktor

hakim pengadilan negeri (dalam pengambilan non-yuridis (psikologis, sosial, ekonomi, edukatif,

keputusan) berbeda dengan hari/tanggal putusan lingkungan, religius)?

diucapkan?

Sumber: Syamsudin (2014)

Hakim merupakan pelaksana inti yang hukum normatif, yaitu penelitian yang mengkaji secara fungsional melaksanakan kekuasaan hukum sebagai norma dalam bentuk putusan kehakiman. Oleh karena itu, keberadaannya pengadilan dan perundang-undangan. Metode sangat penting dan determinan dalam menegakkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan hukum dan keadilan melalui putusan-putusannya kasus dan pendekatan perundang-undangan. (Sutiyoso, 2006: 5).

Pendekatan kasus dilakukan dengan menelaah permasalahan sengketa konsumen antara PT X

Dasar-dasar atau alasan yang dirumuskan dengan RS dalam Putusan Nomor 184 K/PDT.

oleh hakim harus dimuat dalam pertimbangan

SUS-BPSK/2016.

atau konsideran yang mendukung putusan sebagai pertanggungjawaban kepada masyarakat

Hal pokok yang dikaji adalah pertimbangan mengapa ia mengambil putusan demikian hukum hakim dengan mempertimbangkan sehingga suatu putusan mempunyai nilai objektif putusan tingkat sebelumnya. Sementara itu (Wardah & Sutiyoso, 2007: 217). Selain itu, hakim pendekatan perundang-undangan dilakukan juga bertanggung jawab terhadap para pihak, dengan menelaah peraturan perundang-undangan pengadilan yang lebih tinggi dan ilmu hukum yang berhubungan dengan permasalahan hukum sehingga putusan mempunyai wibawa dan bukan yang sedang dihadapi. karena hakim tertentu yang menjatuhkannya

Bahan-bahan hukum yang diperoleh (Mertokusumo, 1990: 5). dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis

ini difokuskan pada substansi hukumnya dengan

II. METODE

menelaah bahan-bahan hukum yang diperoleh Jenis penelitian ini tergolong penelitian secara sistematis dan utuh. Hasil telaah bahan-bahan

Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani)

tanggung jawabnya (Miru & Yudo, 2014:15). Perjanjian baku merupakan suatu bentuk

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

perjanjian yang secara teoretis masih mengundang

1. Analisis Isi Klausula Baku dalam

perdebatan (Zulham, 2013: 76). Perjanjian yang

Perjanjian Keanggotaan dan Perjanjian

mengandung klausula baku sebenarnya tidak

Tambahan Keanggotaan Jasa Kebugaran

dilarang oleh undang-undang. Menurut Pasal

Milik PT X

18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pelaku usaha dan konsumen secara yuridis terdapat larangan mencantumkan klausula-

sering dinyatakan berkedudukan sama, tetapi klausula tertentu dalam perjanjian yang bertujuan faktanya konsumen adalah pihak yang selalu untuk melindungi konsumen (Miru & Yudo, 2014: mengikuti kemauan pelaku usaha. Fenomena 110). Apabila tetap dicantumkan maka klausula kontrak-kontrak standar yang banyak beredar di baku itu menjadi batal demi hukum (Shidarta, masyarakat merupakan petunjuk yang jelas betapa 2006: 151). tidak berdayanya konsumen menghadapi pelaku

Faktanya klausula baku yang dilarang usaha. Dalam kontrak demikian pelaku usaha

tersebut hingga saat ini masih dicantumkan dapat dengan sepihak menghilangkan kewajiban

oleh pelaku usaha tanpa adanya sanksi yang yang seharusnya dipikulnya (Shidarta, 2006: 63).

dikenakan. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh Suatu perjanjian apabila memuat kedudukan sikap konsumen terhadap keberadaan klausula

para pihak yang tidak seimbang, maka biasanya baku, ketaatan pelaku usaha terhadap aturan, dan pihak yang lemah tidak berada dalam keadaan ketegasan aparatur negara dalam menegakkan yang betul-betul bebas untuk menentukan apa aturan dan sanksi (Tobing, 2016). yang diinginkan dalam perjanjian tersebut. Dalam

Peran hakim menjadi sangat penting dan hal demikian, pihak yang memiliki posisi lebih

menentukan dalam menyelesaikan sengketa kuat biasanya menggunakan kesempatan tersebut

konsumen. Di pundak para hakim telah untuk menentukan klausula-klausula tertentu

diletakkan kewajiban dan tanggung jawab agar dalam suatu perjanjian baku, sehingga perjanjian

hukum dan keadilan ditegakkan, baik yang yang seharusnya dibuat atau dirancang oleh

didasarkan pada hukum tertulis maupun hukum para pihak yang terlibat dalam perjanjian, tidak

tidak tertulis (Siregar, 1983: 7). Namun demikian, ditemukan lagi dalam perjanjian baku, karena

setiap hakim memiliki pandangan yang berbeda format dan isi perjanjian dirancang oleh pihak

sehingga banyak ditemui berbagai putusan yang yang kedudukannya lebih kuat (Miru & Yudo,

kontroversi. Dalam hal ini, pertimbangan hukum 2014: 114). Oleh karena yang merancang format

( rechtsgronden) akan menentukan nilai dari suatu dan isi perjanjian adalah pihak yang memiliki

putusan hakim sehingga aspek pertimbangan kedudukan lebih kuat, maka dapat dipastikan

hukum oleh hakim harus disikapi secara teliti, perjanjian tersebut memuat klausula-klausula

baik, dan cermat.

Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 91 - 112

RS adalah konsumen pengguna jasa Perjanjian keanggotaan tersebut dinyatakan

kebugaran yang dimiliki oleh PT X, dengan oleh Putusan Nomor 15/PDT.G/2015/PN.SBY dibuktikan dua buah kartu member anggota yang yang menguatkan Putusan Nomor 26/P. berlaku seumur hidup dengan total pembayaran BPSK/12/2014 telah melanggar ketentuan Pasal Rp35.000.000,- dan dikuatkan dengan pengadaan

18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Perjanjian Keanggotaan Nomor GX-10001722 Namun dalam putusan inkrahnya di tingkat tertanggal 15 November 2008. Pada tanggal 29 kasasi dengan Putusan Nomor 184 K/PDT.SUS- Oktober 2014 jasa kebugaran yang dimiliki oleh BPSK/2016 membatalkan Putusan Nomor 15/ PT X memutus keanggotaan RS secara sepihak PDT.G/2015/PN.SBY dan Putusan Nomor 26/P. dengan dasar telah melanggar ketentuan dalam BPSK/12/2014, sehingga putusan kasasi yang Perjanjian Keanggotaan, selain itu juga menolak bersifat final dan mengikat sebagai upaya hukum pengembalian sisa uang pembayaran karena yang terakhir merugikan pihak konsumen. perjanjian baru berjalan sekitar enam tahun

Tabel 2 berikut ini merupakan hasil dengan alasan adanya klausula dalam perjanjian

analisis isi dari klausula-klausula dalam yang menyatakan semua uang yang telah

perjanjian keanggotaan jasa kebugaran milik dibayarkan tidak dapat dikembalikan.

PT X berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Tabel 2. Analisis Isi Perjanjian Klausula Baku tentang Ketentuan dan Persyaratan Keanggotaan Dikaitkan dengan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

No.

Isi Klausula Baku

Hasil Analisis

1. Nomor 1 menyatakan: “Anda wajib memenuhi Ketentuan tersebut bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) batas usia (18 tahun atau lebih) ketika huruf g yang menyatakan pelaku usaha dilarang “Menyatakan menyetujui perjanjian ini. Jasa kebugaran tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan milik PT X berhak mengubah setiap dan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang seluruh peraturan dari waktu ke waktu dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen sesuai kebijaksanaan kami. Setelah sekali memanfaatkan jasa yang dibelinya.” didaftarkan maka anda setuju bahwa semua peraturan ini berlaku pada anda.”

2. Nomor 4 menyatakan: “Jasa kebugaran milik Ketentuan tersebut bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) PT X berhak untuk menaikkan monthty dies huruf f dan g yang menyatakan pelaku usaha dilarang:

(pembayaran bulanan)/biaya perpanjangan berdasarkan kebijakan tanpa pemberitahuan a. Huruf f: “Memberi hak kepada pelaku usaha untuk terlebih dahulu .”

mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa.”

b. Huruf g: “Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya.”

Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani)

3. Nomor 11 menyatakan: “Biaya keanggotaan Ketentuan tersebut bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) dan pembayaran bulanan yang telah huruf c yang menyatakan pelaku usaha dilarang: “Menyatakan dibayarkan tidak dapat dikembalikan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali terlepas dari jumlah penggunaan nyata uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli ataupun perubahan-perubahan dari fasilitas oleh konsumen.” klub termasuk pengurangan dari luas klub. Perubahan biaya-biaya yang berkaitan dengan hal-hal tersebut dapat dinaikkan melalui pemberitahuan tujuh hari di muka yang akan dikirim ke alamat anda seperti yang tercantum di perjanjian ini atau dapat melalui e-mail atau alamat kantor anda. Semua uang yang telah dibayarkan tidak dapat dikembalikan. Jika salah satu klub kami berhenti beroperasi, keanggotaan anda akan secara otomatis dialihkan ke klub kami yang terdekat.”

4. Nomor 12 menyatakan: “Anda tidak boleh Ketentuan tersebut bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) membekukan keanggotaan anda kecuali ketika huruf e, f, dan g yang menyatakan pelaku usaha dilarang: anda dalam bepergian di dalam atau ke luar

Indonesia selama lebih dari 30 hari, disertai a. Huruf e: “Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya dengan bukti berupa tiket pesawat atau surat

kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh

perintah perjalanan yang berhubungan

konsumen.”

dengan pekerjaan atau sekolah. Selama pembekuan, anda tidak akan dikenakan b. Huruf f: “Memberi hak kepada pelaku usaha untuk pembayaran bulanan yang telah ditetapkan,

mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta tapi dikenakan holding fee (biaya pembekuan)

kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa.” via

auto-pay untuk mempertahankan

keanggotaan. Jasa kebugaran milik PT X c. Huruf g: “Menyatakan tunduknya konsumen kepada

berhak menaikkan holding fee dari waktu

peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan ke waktu .”

dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya.”

5. Nomor 14 menyatakan: “Untuk melindungi Ketentuan tersebut bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) kepentingan bisnisnya dan demi keselamatan huruf c yang menyatakan pelaku usaha dilarang: “Menyatakan dan pertimbangan para anggota lainnya, Jasa bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali kebugaran milik PT X berhak memutuskan uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli keanggotaan setiap anggota. Alasan pemutusan oleh konsumen.” dapat berupa perilaku yang dianggap tidak pantas, termasuk juga tindakan kekerasan terhadap anggota lain atau staf Jasa kebugaran milik PT X. Semua uang yang telah dibayaran tidak dapat dikembalikan. ”

6. Nomor 16 menyatakan: “Anda perlu Ketentuan tersebut bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) menunjukkan kartu keanggotaan anda untuk huruf f dan g yang menyatakan pelaku usaha dilarang: masuk ke Jasa kebugaran milik PT X. Jika

kartu anda hilang atau dicuri, anda wajib a. Huruf f: “Memberi hak kepada pelaku usaha untuk menghubungi klub untuk menerbitkan kembali

mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kartu pengganti. Anda bertanggung jawab atas

kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa.” biaya penggantian kartu, Jasa kebugaran milik PT X berhak untuk menaikkan biaya b. Huruf g: “Menyatakan tunduknya konsumen kepada penggantian kartu dari waktu ke waktu .”

peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya.”

Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 91 - 112

7. Nomor 17 menyatakan: “Satu set handuk (satu Ketentuan tersebut bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) handuk besar dan satu handuk kecil) tersedia huruf f dan g yang menyatakan pelaku usaha dilarang: untuk anda dan tanpa biaya yang hanya dapat

digunakan di dalam klub saja. Apabila anggota a. Huruf f: “Memberi hak kepada pelaku usaha untuk tidak mengembalikan handuk, kehilangan

mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta atau merusak handuk anda akan dikenakan

kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa.” biaya pengganti. Jasa kebugaran milik PT X berhak untuk menaikkan biaya penggantian b. Huruf g: “Menyatakan tunduknya konsumen kepada handuk dari waktu ke waktu .”

peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya.”

8. Nomor 20 menyatakan: “Kamera atau alat Ketentuan tersebut bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) perekam foto/video lainnya termasuk telepon huruf a yang menyatakan pelaku usaha dilarang “menyatakan genggam yang memiliki alat perekam seperti pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.” yang dimaksud tersebut, dilarang digunakan untuk pengambilan gambar atau rekaman dalam lokasi klub terutama di area tempat ruang ganti. Jasa kebugaran milik PT X

tidak bertanggung jawab atas kehilangan

barang di seluruh area klub .”

Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat dapat saja dengan aturan baru/tambahan tersebut diketahui bahwa dalam kutipan klausula- mengalihkannya kepada konsumen. klausula baku tersebut, konsumen harus tunduk

Selain itu menaikkan biaya dalam berbagai pada aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau fasilitas dengan sepihak memungkinkan pengubahan lanjutan yang dibuat oleh pelaku merugikan pihak konsumen dan mengurangi usaha secara sepihak. Hal ini jika dikaitkan harta kekayaan konsumen secara nyata, seperti dengan Pasal 18 ayat (1) huruf g Undang-Undang larangan pelaku usaha pada Pasal 18 ayat (1) huruf Perlindungan Konsumen mengatur mengenai

f Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang larangan pelaku usaha yang menentukan bahwa:

berbunyi: “Memberi hak kepada pelaku usaha “Menyatakan tunduknya konsumen kepada untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, harta kekayaan konsumen yang menjadi objek lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang

jual beli jasa.”

dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya”

Klausula-klausula baku di dalam perjanjian keanggotaan nomor 1, 4, 12, 16, dan 17 telah

Ketentuan tersebut, jika dicermati kutipan melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1) huruf

klausula baku dalam perjanjian keanggotaan

g dan huruf f Undang-Undang Perlindungan terdapat unsur yang menjelaskan bahwa

Konsumen. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui memberikan kesempatan kepada pelaku

bahwa pada perjanjian keanggotaan nomor usaha untuk membuat aturan baru, tambahan,

11 dan 14 terdapat klausula: “…pembayaran lanjutan dan/atau pengubahan isi perjanjian

bulanan/uang yang telah dibayarkan tidak dapat secara sepihak. Oleh karena itu dimungkinkan dikembalikan …” Jika dikaitkan dengan Pasal

bahwa tindakan sepihak yang dilakukan oleh

18 ayat (1) huruf c yang berbunyi melarang pelaku usaha menguntungkan baginya dan pelaku usaha untuk: “Menyatakan bahwa

menghindarkan dari berbagai risiko karena pelaku usaha berhak menolak penyerahan

Perlindungan Hukum Konsumen Atas Penerapan Klausula Baku (M. Syamsudin & Fera Aditias Ramadani)

Dengan demikian klausula perjanjian pengembalian uang/pembayaran yang dilakukan

nomor 20 telah melanggar ketentuan Pasal 18 oleh konsumen apabila perjanjian dibatalkan,

ayat (1) huruf a Undang-Undang Perlindungan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan dan/atau

Konsumen. Selain perjanjian keanggotaan, jasa sebab lain yang dibenarkan. Diketahui bahwa

kebugaran milik PT X juga melakukaan perjanjian dalam perjanjian keanggotaan nomor 11 dan 14

tambahan kepada para calon anggotanya yang terdapat klausula yang dilarang dalam Pasal 18

melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang- ayat (1) huruf c. Dengan demikian perbuatan

Undang Perlindungan Konsumen sebagaimana pelaku usaha dalam nomor 11 dan 12 telah

terdapat dalam Tabel 3 berikut ini:

melanggar ketentan Pasal 18 ayat (1) huruf c Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Berdasarkan Tabel 3 tersebut dapat

Tabel 3. Analisis Isi Perjanjian Keanggotaan Tambahan tentang Pernyataan Penolakan Tanggung Jawab dikaitkan dengan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

No.

Isi Klausula Baku

Hasil Analisis

1. Nomor 1 menyatakan: “Selama latihan, setiap anggota berhak Ketentuan tersebut bertentangan menggunakan loker harian untuk menyimpan barang-barangnya. dengan Pasal 18 ayat (1) huruf a Dengan menandatangani perjanjian ini anda setuju bahwa jasa yang menyatakan pelaku usaha kebugaran milik PT X tidak bertanggung jawab atas barang- dilarang “menyatakan pengalihan barang yang hilang atau dicuri dari loker harian dan/atau loker tanggung jawab pelaku usaha.” sepatu dengan alasan apapun. Anda bertanggung jawab untuk menjaga keamanan barang-barang pribadi anda di tempat.”

2. Nomor 2 menyatakan: “Penggunaan fasilitas di jasa kebugaran milik PT Ketentuan tersebut bertentangan X tentunya mengandung risiko kecelakaan bagi setiap anggota sendiri, dengan Pasal 18 ayat (1) huruf a dan atau anggota lainnya atau orang lain di sekitarnya, baik disebabkan

g yang menyatakan pelaku usaha oleh anggota maupun oleh orang lain. Jika ada tuntutan dari siapa pun dilarang: juga yang dikarenakan oleh cedera apapun, kehilangan atau kerusakan

“Menyatakan menyetujui untuk:

lainnya yang berkaitan dengan anda atau tamu anda, maka anda a. Huruf

a:

pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.”

i. Membela jasa kebugaran milik PT X atas segala tuntutan

tersebut dan membayar jasa kebugaran milik PT X atas segala b. Huruf

g:

“Menyatakan

pengeluaran termasuk biaya hukum berkaitan dengan tuntutan

tunduknya konsumen kepada

tersebut.

peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/

ii. Melindungi jasa kebugaran milik PT X dari segala tanggung

atau pengubahan lanjutan yang

jawab kepada anda, suami/istri anda, anak dalam kandungan,

dibuat sepihak oleh pelaku

keluarga, atau siapapun juga, sebagai akibat yang terkait dari

usaha dalam masa konsumen

tuntutan tersebut.”

memanfaatkan jasa yang dibelinya.”

Berdasarkan Tabel 2 diketahui juga diketahui bahwa keberadaan klausula baku bahwa dalam perjanjian keanggotaan nomor 20 dalam perjanjian keanggotaaan dan perjanjian terdapat klausula: “... tidak bertanggung jawab tambahan keanggotaan jasa kebugaran milik atas kehilangan barang di seluruh area klub…” PT X, jika ditinjau dari Pasal 18 Undang- Jika dikaitkan dengan Pasal 18 ayat (1) huruf a Undang Perlindungan Konsumen, klausula pada

Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 91 - 112 Jurnal Yudisial Vol. 11 No. 1 April 2018: 91 - 112

serta kedudukan yang seimbang dari para pihak yang membuat perjanjian.

Klausula baku dalam perjanjian keanggotaaan dan perjanjian tambahan

Jika salah satu syarat objektif dari sahnya

keanggotaan jasa kebugaran milik PT X perjanjian tidak terpenuhi maka perjanjian menurut Pasal Pasal 18 ayat (3) dianggap batal tersebut adalah batal demi hukum, yang berarti demi hukum. Hal yang dianggap batal adalah bahwa perjanjian tersebut dianggap tidak pernah klausula bakunya, sehingga seharusnya jasa ada sejak semula dan tidak mempunyai daya ikat. kebugaran milik PT X melakukan penyesuaian Artinya, perjanjian sewa menyewa alat kebugaran klausula baku yang bertentangan dengan Pasal dengan menggunakan perjanjian keanggotaan

18 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan jasa kebugaran milik PT X telah melanggar Konsumen, seperti yang disebutkan dalam Pasal ketentuan Pasal 18 ayat (1) huruf a, c, e, f, dan

18 ayat (4) yang berbunyi: “Pelaku usaha wajib

g, maka perjanjian tersebut batal demi hukum

menyesuaikan klausula baku yang bertentangan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 18 ayat (3). dengan undang undang ini.”

Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Perlindungan Konsumen selanjutnya mewajibkan para pelaku

Ditinjau dari hukum perdata memang usaha untuk menyesuaikan klausula dalam

mengenal adanya asas kebebasan berkontrak perjanjian yang bertentangan dengan Pasal 18

yang terdapat pada Pasal 1338 KUHPerdata Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini

ayat (1) yang berbunyi: “Semua perjanjian