IMPLEMENTASI PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATAKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR GERAK SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR NEGERI SUKARASA 3 DAN 4 BANDUNG.

(1)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR

GERAKSISWADALAM PEMBELAJARAN PENDIDKAN JASMANIDI SEKOLAH

DASAR NEGERI SUKARASA 3 DAN4 BANDUNG

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V A di SDN Sukarasa 3 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi PGSD Penjas

Oleh ;

Muhamad Arshif Barqiyah 0904053

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN JASMANI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN


(2)

2013

IMPLEMENTASI PENDEKATAN

BERMAIN DALAM UPAYA

MENINGKATKAN JUMLAH WAKTU

AKTIF BELAJAR GERAK SISWA DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

JASMANI DI SEKOLAH DASAR NEGERI

SUKARASA 3 DAN 4 BANDUNG

Oleh

Muhamad Arshif Barqiyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Oahraga dan Kesehatan

© Muhamad Arshif Barqiyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

MUHAMAD ARSHIF BARQIYAH 0904053

IMPLEMENTASI PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR

GERAK SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH

DASAR NEGERI SUKARASA 3 DAN 4 BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Yunyun Yudiana M.Pd NIP.196506141990011001

Pembimbing II

Dra. Lilis Komariyah. M.Pd NIP.195906281989012001

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani


(4)

Implementasi Pendekatan Bermain Dalam Upaya Meningkatakan Jumlah Waktu Aktif Belajar Gerak Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Di Sekolah Dasar Negeri Sukarasa 3 dan 4 Bandung

ABSTRAK

MUHAMAD ARSHIF BARQIYAH 0904053

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian mengenai upaya peningkatan jumlah waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar yang di lakukan di SD Negeri Sukarasa 3 dan 4 Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah dasar dengan implementasi pendekatan bermain. Penelitian dilaksanakan dengan metode penelitian tindakan kelas atau classroom action research dengan menggunakan rancangan penelitian yang dikembangkan oleh Kurt Lewin yang terdiri atas tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian dilaksanakan terhadap 39 Siswa kelas V A SDN Sukarasa 3,4 Bandung yang terdiri atas 17 orang siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Proses penelitian dibagi kedalam tiga siklus dan setiap siklus terdiri atas dua tindakan. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen observasi Group Time Sampling. Semua data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik prosesntase. Hasil analisis data menunjukan bahwa implementasi pendekatan bermain dapat meningkatkan jumlah waktu aktif belajara gerak siswa sekaligus meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Negeri Sukarasa 3 dan 4 Bandung.

Kata Kunci: Pendekatan Bermain, Jumlah Waktu Aktif Belajar (JWAB), Pendidikan Jasmani.


(5)

Implementation Playing Approach to Increasing Number of Active Learning Time Motion Student in Physical Education

at Sukarasa 3 and 4 Elementary School Bandung

ABSTRACT

This research is a study to increase active learning time in physical education lessons in elementary schools that will be undertaken in Sukarasa 3 and 4 Elementary School Bandung . This study aims to improve the process and quality of learning outcomes in the implementation of the learning process in elementary schools with the implementation of the approach play . Research carried out by the method of classroom action research using a research design developed by Kurt Lewin, that consist of action planning , action, observation and reflection . The experiment was conducted on 39 students of Sukarasa Elementary School VA class 3.4 Bandung consisting of 17 male and 22 female students . The research process is divided into three cycles and each cycle consists of two actions . Data was collected using observation instruments Group Time Sampling . All data were analyzed using the technique percentage . the results of data analysis showed that the implementation approach can increase the number of active learning time motion while improving the quality of the process and the quality of learning outcomes of physical education in Sukarasa 3 and 4 Elementary School Bandung..

Keywords : Playing Approach , Total Time Active Learning, Physical Education .


(6)

NoDAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Cara Pemecahan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Batasan Masalah ... 8

H. Definisi Operasional... 8

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 10

B. Hakikat Gerak Dalam Pendidikan Jasmani ... 12

C. Jumlah Waku Aktif Belajar ... 15

D. Hakikat Pendekatan Bermain ... 20

E. Hakikat PTK ... 23

F. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ... 26

G. Kerangka Berfikir... 27

H. Hipotesis Tindakan ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Opearasional Penelitian ... 34

B. Objek dan Subjek Penelitian ... 34

C. Metode Penelitian ... 34

D. Setting Lokasi Penelitian ... 35

E. Langkah-langkah Penelitian ... 35

F. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 42

H. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 42

B. Deskripsi Proses Pelaksanaan Tindakan ... 41

C. Hasil Analisis Data ... 60


(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 63 B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Gerak merupakan hakikat manusia, bergerak adalah salahsatu aktivitas yang tidak akan luput dari kehidupan manusia dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Bahkan pada dasarnya gerak merupakan salahsatu ciri dari makhluk hidup. Dunia anak merupakan dunia yang kaya akan gerak, bahkan gerak pada anak merupakan wahana bagi mereka untuk menyalurkan hasratnya untuk bermain dan bersenang-senang, bahkan gerak juga merupakan sarana bagi anak untuk belajar. Gerak merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan anak-anak, karena bagi anak gerak yang mereka lakukan semata-mata adalah untuk kesenangan, bukan di dorong oleh maksud dan tujuan tertentu. “Gerak adalah kebutuhan mutlak anak”. (Mahendra, 2012:14).

Melalui gerak anak dapat belajar, anak-anak dapat mempelajari dan mengetahui tentang dirinya sendiri dan individu lainnya, alam dan lingkungan sekitar serta kebudayaan melalui bergerak dalam bentuk yang mereka kehendaki. Apabila pendidikan masuk kedalamnya maka anak-anak akan memperoleh sarana pendidikan yang tetap memfasilitasi mereka dalam dunia mereka sendiri serta mencukupi hasrat dan kebutuhan mereka dalam bergerak.

Hal ini sejalan dengan salahsatu manfaat pendidikan jasmani, salahsatu manfaat pendidikan jasmani secara umum adalah untuk memenuhi kebutuhan anak akan gerak. Pendidikan jasmani merupakan proses pembelajaran yang memanfaatkan aktifitas fisik atau gerak dalam pelaksanaannya yang berorientasi kepada dunia anak dan menyesuiakan materi-materi di dalamnya sesuai dengan kebutuhan anak. Di dalamnya anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi kebutuhannya akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, kian besa pengaruhnya bagi kualitas pertimbuhan itu sendiri.


(9)

2

Selain bergerak, bermain juga merupakan aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari dunia anak, sambil bermain anak-anak belajar. Dalam mempelajari hal-hal baru anak anak merupakan ahlinya, segala macam hal mereka pelajari ketika bermain dan bergerak dari mulai ia menggerakkan anggota tubuhnya hingga mengenali berbagai benda di lingkungan sekitarnya. Maka dari itu belajar tidak akan terlepas dari dunia anak, karena belajar merupakan hal yang tidak akan terlepas dari kehidupan manusia, hal ini senada dengan ungkapan rudiana (2009;13) yang menyatakan bahwa “Tugas pertama manusia adalah sebagai pembelajar”

Hampir atau bahkan semua aktivitas anak-anak adalah bermain, bermain merupakan kegiatan yang akan selalu dilakukan oleh anak-anak dalam mengarungi kehidupan mereka sehari-hari. Ketika bermain, mereka meluapkan seluruh emosi mereka, menumpahkan semua ekspresi mereka dan pada saat bermainlah mereka menunjukan jati diri mereka yang sebenarnya. Saat bermain merupakan saat anak-anak merasa bebas dan bersemangat. Senada dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh Johan Huizinga yg dikutip oleh agus mahendra (Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani 2012) mengatakan:

“Bermain sebagai aktifitas yang dilakukan secara bebas dan sukarela” Pernyataan diatas memberikan indikasi bahwa bermain memberikan kebebasan bagi pelakunya untuk menentukan permainan yang mereka kehendaki, meski permainan yang mereka lakukan menuntut mereka untuk bergerak secara aktif baik yang dilakukan sendiri maupun dilakukan secara berkelompok didalamnya tidak ada tuntutan dan paksaan bagi mereka untuk melakukan aktifitas tersebut karena pelakunya melakukan permainan tanpa paksaan dan dilaksanakan karena mereka memang ingin melaksanakannya, inilah yang dimaksud dengan permainan dimainkan dengan sukarela. Pada anak-anak bermain merupakan aktifitas yang dilakukan karena merupakan dorongan naluri yang berguna untuk merangsang pertumbuhan fisik dan mentalnya.

Aktifitas bermain juga tidak hanya berorientasi pada kesenangan semata, aktifitas-aktifitas dalam permainan juga tetap memiliki nila-nilai dan manfaat


(10)

yang banyak bagi anak-anak. Seperti yang di ungkapkan oleh Zulkifli (1987:56) mengenai manfaat dari permainan untuk anak –anak :

1. Sarana untuk membawa anak – anak kedalam bermasyarakat. 2. Mampu mengenal kekuatan sendiri.

3. Mendapat kesempatan mengembangkan fantasi dan menyalurkan kecenderungan pembawaannya.

4. Berlatih menempa perasaan.

5. Memperoleh kegembiraaan, kesenangan, kepuasaan dan 6. Melatih diri untuk mentaati peraturan yang berlaku.

Namun yang terjadi dilapangan tidaklah demikian. Anak-anak dibebani oleh beban belajar di sekolah yang cukup berat serta menekan kebebasan mereka untuk bergerak. Kebutuhan gerak mereka tidak terpenuhi karena keterbatasan waktu dan kesempatan serta lingkungan sekolah yang tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk di jelajahi. Pemberian materi yang hanya mengedapankan dan mengutamakan prestasi akademik juga mengharuskan mereka untuk menerima beban-beban gerak sesuai dengan tuntutan guru yang menghendaki mereka untuk dapat menguasai keterampilan-keterampilan gerak tertentu. Hal demikanlah yang dapat menghilangkan antusias anak untuk melakukan gerak dan tentunya mengurangi jumlah waktu aktif belajar gerak pada anak karena mereka merasa terbatasi untuk bergerak, terlebih tuntutan gerak yang terkadang membebani anak membuat anak-anak merasa tidak mampu untuk melaksanakan tugas gerak tersebut sehingga mereka cenderung malas-malasan karena menganggap mereka tidak sanggup untuk melaksanakan tugas gerak yang diberikan.

Pemberian beban yang tidak sesuai dengan kemampuan anak seperti misalnya tuntutan penguasaan teknik dasar olahraga dalam pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak di sekolah juga dapat menjadi pemicu berkurangnya jumlah waktu aktif belajar gerak pada anak dalam pembelajaran pendidkan jasmani, tidak semua anak mampu menyesuaikan diri mereka terhadap teknik-teknik dasar olahraga, karena merasa tidak mampu pada akhirnya anak merasa takut untuk melaksanakan tuntutan yang diberikan, bahkan anak cenderung malu karena merasa tidak mampu melaksanakan tuntutan yang di berikan di depan teman-temannya, hal itulah yang akhirnya menyebabkan anak bermalas-malasan bahkan


(11)

4

cenderung menghindari aktifitas gerak di sekolah yang berimbas pada rendahnya waktu aktif belajar gerak pada anak.

Pada intinya, Kesesuaian penerapan pendekatan mengajar dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani terkadang belum sesuai dengan karakteristik peserta didik. Siswa sekolah dasar yang masih tergolong ke dalam kelompok anak besar memiliki perilaku yang didominasi oleh kegiatan bermain. Bagi mereka, bermain adalah dunianya. Maka dari itu, pemilihan metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat atau sesuai dengan kearakteristik siswa sekolah dasar sangatlah diperlukan. Penerapan pendekatan yang tepat dan sesuai dalam pembelajaran penjas tidak hanya untuk menyesuaikan karakter kegiatan pembelajaran dengan karakter siswa akan tetapi melalui pendekatan yang dipilih tersebut dapat turut pula merangsang keinginan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga mampu meningkatkan jumlah waktu aktif belajar gerak siswa dalam pembelajaran tersebut. Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani aspek psikomotor bukan hanya sasaran utama pembelajaran, akan tetapi aspek afektif diharapkan juga turut berkembang. Salah satunya adalah perilaku asosiatif yang terdiri dari kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Oleh sebab itu agar sasaran pelakasanaan proses pembelajaran tidak hanya mengacu kepada aspek psikomotor semata namun juga khususnya bagi perkembangan afektif siswa sekolah dasar maka dari itu hal-hal demikan harus dihindari guna tetap memancing respon anak untuk tetap memiliki jumlah waktu aktif belajar gerak yang tinggi serta tetap mengacu kedalam sasaran utama pendidikan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dan menghindari permasalahan yang dapat mengurangi jumlah waktu aktif belajar gerak anak di sekolah dasar.

Pendidikan jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut. Di dalam pendidikan jasmani terdapat sebuah pendekatan yang menitik beratkan proses pembelajarannya dalam situasi permainan, pendekatan tersebut adalah pendekatan bermain. Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999:121) mengatakan bahwa ”pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau


(12)

situasi permainan”. Sedangkan Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (1999/2000:35) berpendapat,

Strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau pengembangan agar sesuai dengan prinsip DAP (developmentally Appropiate Pactice) dan body scalling (ukuran fisik termasuk kemampuan fisik).

Berdasarkan pendapat dari ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain menerapkan suatu teknik cabang olahraga kedalam bentuk permainan. Melalui permainan, diharapkan akan meningkatkan motifasi dan minat siswa untuk belajar menjadi lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000:35-36) menyatakan, manakala guru menyadari bahwa rendahnya kualitas permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai beberapa pilihan sebagai berikut:

1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukannya. 2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan

membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi.

3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi bermain.

Pada dasarnya pendekatan bermain merupakan sebuah pendekatan yang berorientasi kepada penyesuaian materi ajar terhadap kebutuhan dan karakteristik anak-anak. Pengemasan situasi pembelajaran kedalam sebuah permainan dapat menumbuhkan keceriaan dan mengembalikan anak-anak kedalam dunia mereka. Keceriaan mendorong siswa untuk mampu mengikuti pembelajaran dengan senang hati, sukarela, dan antusias, sehingga dengan proses pembelajaran yang penuh dengan keceriaan seorang siswa akan memiliki waktu aktif bergerak yang


(13)

6

relatif lama, karena ia melakukan aktifitas dengan sukarela dengan latar belakang keceriaan dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara implementasi pendekatan bermain terhadap jumlah waktu aktif belajar gerak siswa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar. Untuk itu, penulis mengambil judul “Implementasi Pendekatan Bermain Dalam Upaya Meningkatkan Jumlah Waktu Aktif Belajar Gerak Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar Negeri Sukarasa 3 Dan 4 Bandung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang terkait dengan rendahnya jumlah waktu aktif belajar gerak siswa sekolah dasar dalam pembelajaran pendidikan jasasmani di SDN Sukarasa 3 dan 4 Bandung dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Anak-anak dibebani oleh beban belajar di sekolah yang cukup berat serta

menekan kebebasan mereka untuk bergerak.

2. Kebutuhan gerak mereka tidak terpenuhi karena keterbatasan waktu dan

kesempatan serta lingkungan sekolah yang tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk di jelajahi.

3. Pemberian materi yang hanya mengedapankan dan mengutamakan prestasi

akademik juga mengharuskan mereka untuk menerima beban-beban gerak sesuai dengan tuntutan guru yang menghendaki mereka untuk dapat menguasai keterampilan-keterampilan gerak tertentu.

C. Rumusan Masalah

Dalam mencapai tujuan pembelajaran tentunya diharapkan beberapa faktor yang mendukung terhadap tercapainya tujuan tersebut salah satunya yaitu jumlah waktu aktif belajar gerak siswa terhadap tugas gerak yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Semakin tinggi jumlah waktu


(14)

ketercapaian tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, semakin rendah jumlah waktu aktif belajar gerak siswa dalam pembelajaran, maka semakin rendah juga kemungkinan tercapainya tujuan pendidikan jasmani yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan permasalahan; Apakah Implementasi pendekatan bermain dapat meningkatkan efektivitas jumlah waktu aktif belajar gerak siswa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar?

D. Cara Pemecahan Masalah

Permasalahan yang terkait dengan rendahanya jumlah waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang berlangsung di SDN Sukarasa 3 dan 4 Bandung akan dicarikan solusinya melalui proses penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan bermain. Dalam pelaksanaannya proses penelitian menggunakan tahapan tindakan yang terdiri dari 4 komponen yang dikembangkan oleh Kurt Lewin dalam Yusuf Hidayat (2009;34) yaitu;

1. Perencanaan atau planning

2. Tindakan atau acting

3. Pengamatan atau observing 4. Refleksi atau reflecting

Dari 4 komponen yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas tersebut diharapkan didapatkanya pemecahan permasalahan terkait dengan rendahnya jumlah waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SDN Sukaras 3 dan 4 Bandung melalui implementasi pendekatan bermain.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini secara umum adalah dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran pendidikan jasmani dan secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk


(15)

8

meningkatkan jumlah waktu aktif belajar gerak siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar.

F. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian ini tercapai, manfaat yang diharapkan dapat dirasakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi lembaga-lembaga pendidikan terutama dalamoptimalisasi proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar.

2. Praktis

Sebagai bahan pertimbagan bagi guru pendidikan jasmani terhadap penerapan model pembelajaran yang diberikan yang sesuai untuk peningkatan jumlah waktu aktif bergerak siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

G.Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi dari latar belakang diatas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini di batasi di sekitar pemecahan masalah pembelajaran sebagai akibat keterbatasan jumlah waktu aktif belajar siswa di SDN Sukarasa 3 dan 4 Bandung.

H. Definisi Operasional

Seringkali dalam pemahaman tentang pengertian sebuah istilah dari seseorang berbeda-beda, sehingga tidak jarang menimbulkan kekeliruan dalam penafsiran. Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dalam penulisan judul dan isinya, penulis menggunakan istilah-istilah dalam penelitian sebagai berikut: 1. Menurut Mahendra, (2012:3) Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah

proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.


(16)

2. Menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa ”pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan”.

3. Menurut Suherman, (1998;2) Jumlah Waktu Aaktif Belajar adalah total waktu aktif dari setiap kegiatan pembelajaran yang menjadi fokusnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh mayoritas siswa yang sedang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.


(17)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tujuan Operasional Penelitian

Mengkaji dan mengimplementasikan pendekatan bermain untuk meningkatkan jumlah waktu aktif belajar gerak siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SDN Sukarasa 3 dan 4 Bandung.

B.Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VA SDN Sukarasa 3 dan 4 Bandung dengan jumlah siswa 39 orang.

C.Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Acton Research sebagai cara untuk menyelesaikan permasalahan yang

ada. Menurut Hidayat, (2011;6) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan kelas

adalah sebuah kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik pembelajaran oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis dan refleksi

atas hasil tindakan tersebut”. Dalam pelaksanaannya penelitian tindakan kelas

melakukan perbaikan berupa tindakan terhadap sebuah kajian atau permasalahan yang menyangkut proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu serta praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai praktisi pembelajaran berdasarkan sejumlah informasi dan tindak lanjut yang terjadi di lapangan untuk segera dikaji dan ditindak lanjuti secara reflektif, partisipatif, dan kolaboratif (Suwarsih, 1994:23).

Lebih lanjut Kunandar (2012: 44) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersamas-sama dengan dengan orang lain (kolaborasi), dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan parsitipatif yang bertujuan untuk memperbaiki


(18)

atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu tindakan (tertentu) dalam satu siklus.

Jadi, dapat berdasarkan keterangan beberapa ahli diatas memberikan kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru sebagai praktisi pendidikan yang dilakukan untuk merefleksi kendala-kendala atau permasalahan yang muncul dalam situasi pembelajaran guna meningkatkan mutu praktik dan mutu hasil pembelajaran di kelas.

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tindakan kelas adalah berupa sebuah refleksi terhadap berbagai permasalahan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran yang dapat menghambat atau mengurangi mutu praktik pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan peningkatan jumlah waktu aktif belajar siswa penelitian ini sangan tepat untuk digunakan mengingat sasaran utama penelitian ini tertuju pada siswa dalam proses pembelajaran dalam situasi pembelajaran secara langsung di sekolah dengan guru sebagai aktor utama atau pelaku penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai tolak ukur atau refleksi diri terhadap kinerja dan aktifitas mengajarnya.

D.Setting Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penelitian adalah di daerah lingkungan sekolah SDN Sukarasa 3 dan 4 Bandung yaitu berupa halaman sekolah dengan luas lapangan 20x15meter.

E.Langkah-langkah Penelitian

Menurut Kurt Lewin dalam Yusuf Hidayat (2009;34) mengungkapkan tahapan penelitian tindakan yang digunakan dalam PTK terdiri dari 4 komponen yang menunjukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perencanaan atau planning

2. Tindakan atau acting

3. Pengamatan atau observing


(19)

36

Berdasarkan langkah-langkah penelitian tindakan maka untuk mempermudah alur penelitian dibuatlah skema prosedurnya. Skema yang prosedur pelaksanaan penelitian yang digunakan merujuk kepada tahapan penelitian yang dikemukakan Kurt Lewin dalam Hidayat, Yusuf, (2009;34) maka satu siklus tindakan memuat langkah-langkah membuat rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Pelaksanaan

Tindakan 1

Perencanaan Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Tindakan 2

Perencanaan Pengamatan

Refleksi

Bagan 3.1. Siklus Penelitian Tindakan kelas SIKLUS SIKLUS


(20)

Merujuk pada langkah-langkah PTK yang sudah dipaparkan secara jelaskan di bab sebelumnya, maka langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Kegiatan-kegiatan penelitian yang dilakukan pada perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), untuk membuat RPP ini peneliti mengkaji tentang substansi dan struktur penulisan RPP sebagaimana yang tertuang dalam tata cara membuat dan mempersiapkan RPP untuk sekolah dasar dan menengah kita haruslah mengacu pada peraturan yang ada dan telah di legitimasi oleh pihak yang berwewenang dalam hal ini pemerintah. Berdasar pada PERMENDIKNAS NOMOR 41 TAHUN 2007 Tentang STANDAR

PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN

MENENGAH, RPP yang di buat oleh guru harus sesuai dengan komponen RPP dan prinsip-prinsip penyusunannya. Dalam permen tersebut dijelaskan tentang struktur dan substansi penulisan RPP sebagai berikut:

1) Standar Kompetensi 2) Kompetensi Dasar 3) Indikator

4) Tujuan Pembelajaran 5) Materi Pembelajaran 6) Metode Pembelajaran

7) Langkah-langkah Pembelajaran 8) Media Pembelajaran

9) Evaluasi Pembelajaran

b. Mempersiapkan sarana dan prasarana dan alat-alat pembelajaran.

Model-model dalam permainan dasar dibagi menjadi dua yaitu permainan tanpa alat dan permainan menggunakan alat. Alat-alat yang


(21)

38

digunakan dalam permainan dasar ini merupakan alat yang dimainkan siswa sesuai tuntutan permainannya. Misalnya:

1) Permainan bola batas – bola 2) Melompati tali – tali

3) Memindahkan kantong kacang – kantong-kantong kecil dari kain yang diisi dengan kacang atau pasir

4) Menemukan sarang – matras atau ban bekas yang disebar di lapangan

c. Membuat time schedule penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan d. Membuat format-format observasi pelaksanaan dan hasil pembelajaran.

Format observasi yang dibuat dalam penelitian ini adalah format observasi tentang semua hal yang menyangkut tindakan-tindakan yang dilakukan guna mencapai peningkatan jumlah waktu aktif belajar yang secara lengkap dapat dilihat pada lampiran

e. Menyiapkan observer (kesediaan observer, apa yang harus dilakukan observer, membuat kesepakatan dan kesepahaman tentang hal-hal yang diteliti). Dalam konteks penelitian ini, yang harus dipahami dan disepakati secara bersama antara peneliti dan observer adalah: (1) hakikat waktu aktif belajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani (2) hakikat pembelajaran permainan dasar (3) kesepahaman tentang format-format observasi. Ketiga hal yang harus dipahami dan disepakati bersama ini selain dilakukan dengan cara mempelajari dan mengkaji (membaca), juga dilakukan dengan cara diskusi antara peneliti dan observer. Tingkat keluasan dan kedalaman minimal yang harus dimiliki atau dikuasai oleh observer dan peneliti dari ketiga hal tersebut diatas adalah sebagaimana yang sudah tertulis pada bagian tinjauan teori bab II (dua) pada penelitian ini. Kesepakatan yang harus disepakati dalam penelitian ini adalah mengenai substansi yang merupakan indikator-indikator tentang variabel yang diteliti berdasarkan definisi operasional yang sudah terumuskan pad bab II (dua).


(22)

Kegiatan-kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian adalah menerapkan tindakan yang mengacu dalam skenario yang direncanakan dalam perencanaan diatas. Dalam pelaksanaannya peneliti berperan sebagai aktor (guru) yang secara langsung bertindak di lapangan melakukan aktifitas pembelajaran dengan menerapkan pendekatan bermain.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Peneliti menerapkan pendekatan bermain dalam pembelajaran

penjas yang telah dirancang dalam skenario pembelajaran dalam perencanaan pembelajaran.

2. Peneliti melakukan proses pembelajaran secara langsung di

lapangan sekaligus melakukan pengamatan terhadap seluruh siswa yang sedang melakukan aktivitas pembelajaran.

3. Peneliti mencatat segala bentuk kegiatan, kejadian, serta

kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran kedalam lembar observasi yang telah disiapkan.

3. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan pada saat proses Pembelajaran berlangsung dengan menggunakan alat ukur berupa lembar pengamatan dan evaluasi (daftar nilai) yang telah disediakan. Dalam kegiatan tersebut peneliti bersama mitra peneliti mengamati, menelaah dan memahami apa yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Langkah-langkah observasi dilakukan dengan cara:

1. Observasi langsung, yaitu peneliti dan mitra peneliti (observer) mengamati seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran.

2. Observasi tidak langsung, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara mengamati objek-objek yang diteliti melalui catatan-catatan lapangan hatau hasil berupa daftar nilai serta hasil dokumentasi yang telah dilakukan.


(23)

40

3. Pengamatan terhadap pelaku, yaitu pengamatan terhadap sikap dan perilaku siswa dalam proses pembelajaran yang berhubungan langsung dengan perubahan perilaku sebagai akibat dari proses pembelajaran.

4. Refleksi

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisis secara bersama-sama kemudian direfleksikan dengan cara:

1. Melakukan evaluasi tindakan telah dilakukan.

2. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya.

3.

F. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan menggunakan:

a. Pedoman observasi dalam bentuk format yang telah dibuat untuk mengumpulkan data berbagai informasi dalam upaya meningkatkan jumlah waktu aktif belajar siswa dalam pemebelajaran pendidikan jasmani.

Adapun format observasi yang digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada group time sampling yang dikembangkan oleh Suherman (1998:26) seperti di bawah ini:

Tabel 3.2 Format Observasi Group Time Sampling

Periode Kegiatan Pembelajaran Penjas

20 menit awal KBM menit ke 0 s/d menit ke 20

20 menit awal KBM menit ke 35 s/d menit ke 55

20 menit awal KBM menit ke 70 s/d menit ke 90

Observasi 5 menit ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Aspek yang

diobservasi

A B C


(24)

Prosentase A : Prosentase B : Prosentase C :

Keterangan:

A : menunjukan jumlah siswa yang berperilaku baik sesuai dengan tuntutan perilaku umum yang diinginkan oleh guru dalam pembelajaran penjas. B : menunjukan jumlah siswa yang melakukan aktivitas tugas gerak sesuai

dengan harapan guru.

C : menunjukan jumlah siswa yang melakukan aktivitas gerak sesuai pembelajaran.

Prosedur observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Dimulai 20 menit awal ke 1 (waktu yang tersedia kurang lebih 5 menit), observer mengamati aspek A dari siswa yang berada dibarisan paling kiri sampai barisan paling kanan. Observer menghitung jumlah siswa yang berperilaku sesuai dengan aspek A. Dibutuhkan waktu kurang lebih 30 detik. Jika terjadi perubahan pada siswa yang sudah teramati, misal disebelah kiri, hal itu diabaikan saja.

2) Setelah aspek A teramati, lakukian pengamatan terhadap aspek B dan C seperti halnya mengamati aspek A. Begitu seterusnya sampai menit ke 4 pada 20 menit awal KBM. Dengan demikianpada setiap periode berarti berjumlah 5 menit dan untuk mengamati ketiga aspek hanya dibutuhkan 90 detik saja.

3) Lakukan observasi sampai 5 menit ke 4 di 20 menit akhir KBM dilaksanakan.

b. Wawancara yaitu peneliti dibantu observer melakukan wawancara kepada siswa yang diteliti untuk memperoleh keseluruhan informasi yang diperlukan untuk mncari solusi atas permasalahan yang telah diajukan.

c. Data perubahan perilaku siswa dalam hal peningkatan jumlah waktu aktif belajar siswa pada pemebelajaran pendidikan jasmani.


(25)

42

G.Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini instrument yang digunakan adalah observasi/pengamatan untuk guru, catatan lapangan, dan lembar observasi digunakan oleh kolaborator untuk mengamati guru pada saat KBM berlangsung.

Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan 3 (riga) siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan waktunya 2 x 35 menit. Masing-masing siklus dilaksanakan dan dilengkapi dengan instrument atau alat observasi. Siklus pertama dirancang dengan dasar refleksi awal, selanjutnya siklus kedua didasarkan atas refleksi siklus pertama.

H.Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan mempergunakan teknik analisis data kualitatif, secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menelaah seluruh data yang telah telah terkumpul, penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, memahami, menerangkan, dan menyimpulkan data yang telah didapat.

2. Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan pengkategorikan dan pengklasifikasian hasil yang diperoleh berupa pola-pola dan kecenderungan-kecenderungan yang berlaku dalam pelaksanaan pembelajaran.


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa implementasi pendekatan bermain pada mata pelajaran pendidikan jasmani dapat meningkatkan jumlah waktu aktif belajar gerak siswa kelas VA SDN Sukarasa 3 dan 4 Bandung. Hal ini ditunjukkan dengan hasil tindakan yang dilakukan melalui 3 siklus penelitian yang sebelumnya dilaksanakan tahap pra observasi yaitu sebelum menerapkan pendekatan bermain yang dijadikan sebagai perbandingan ketika siklus dilaksanakan yaitu setelah menerapkan pendekatan bermain. Prosentasi jumlah waktu aktif belajar pada tahap pra observasi menunjukan nilai 42% meningkat 6% dari pelaksanaan siklus I tindakan I yaitu menjadi 48% dan meningkat pula 4% dalam tindakan II menjadi 52%. Serta terjadi peningkatan pula pada siklus II tindakan I sebesar 4% menjadi 56% serta pada tindakan II sebesar 2% menjadi 58% dan terjadi peningkatan pula pada siklus III tindakan I sebesar 11% menjadi 69% dan pada tindakan akhir yaitu tindakan II menghasilkan peningkatan sebesar 11% menjadi 80% siswa aktif dalam proses pembelajaran.

B.Saran

Setelah memperhatikan kesimpulan di atas maka selanjutnya peneliti memeberi saran sebagai berikut:

1. Hendaknya sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, tujuan pembelajaran serta materi ajar yang akan di berikan di persiapkan terlebih dahulu dengan matang agar dalam pelaksanaannya tujuan pembelajaran dapat tercapai serta materi ajar yang akan diberikan dapat dikuasai dengan baik dan difahami oleh siswa.

2. Persiapan yang baik terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani seperti sarana dan


(27)

64

prasarana serta skenario pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa akan dapat meminimalisir kendala yang dapat diakibatkan oleh kurang tercukupinya kebutuhan yang diperlukan.

3. Ketika ada siswa yang terlihat bermalas-malasan serta melakukan tugas gerak dengan asal-asalan pemberian motivasi untuk meningkatkan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran akan mampu meningkatkan minat serta antusias siswa untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik.

4. Buatlah pembelajaran materi pendidikan jasmani yang kreatif serta inovatif dan melayani kebutuhan siswa untuk menyalurkan hasratnya akan gerak melalui situasi permainan agar siswa tidak merasa jenuh dalam proses KBM.

5. Bentuk situasi pembelajaran yang menyenangkan yang dapat membuat guru dan siswa dapat berbaur bersama-sama menjadi satu dalam pembelajaran ketika pembelajaran berlangsung agar tercipta situasi pembelajaran yang lebih bersahabat. Sehingga tujuan pembelajaran dalam proses balajar mengajar dapat tercapai dengan baik.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abduljabar, Bambang. (2009), Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK-UPI.

Agustian, Ari ginanjar (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual: ESQ Emotional Spiritual Quotien. Jakarta: Arga

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.

Bahagia, Y. Suherman A. (2002. Prinsip-prinsip pengembangan dan modifikasi cabang olahraga. Jakarta: Direktorat Jendra Pendidikan Dasar dan Menengah, depdiknas.

Budingsih, Asri. (2004). Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta

Bredekamp, S. (1987). Developementally Approproate Practice in early Childhood Programs Serving Children From Birth Through Age 8.

Washingtong: NAYEC.

Cholik M., Toho dan Lutan, Rusli, (1996). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Gestwicky, C. (2007). Developement Appropriate Practice: curriculum And Developement In Early Education. Clifton Park: Thompson Delmar Learning.

Hartinah, Sitti. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama Hidayat, Yusuf, (2011), Pedoman Penulisan Penelitian Tindakan Kelas Dalam

pendidikan Jasmani, Olahraga, dan kesehatan. Bandung: FPOK-UPI. Husdarta, H.J.S (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta. Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi guru. Jakarta: PT Raja grafindo Persada. Mahendra, Agus, (2012), Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung:

FPOK-UPI.

Ma’mun, Amung, (2011), Kepemimpinan dan Kebijakan Pembangunan

Olahraga. FPOK-UPI. Bandung.


(29)

66

Suherman, Adang, (1998), Revitalisasi Keterlantaran Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. IKIP Bandung Press.

Suherman, Adang, (2009), Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Bintang Wali Artika.

Supandi (1990). Strategi Belajar mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Depdikbud Dirjen Dikti.

Rudiana, (2009), Never Ending Smart Tidak ada Alasan Untuk Bodoh. Bandung: Rumah Cerdas Indonesia.

Sukidin. et al. (2010). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendikia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman penuliasan Karya Ilmiah.

Bandung: Upi Press.

Wiratmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Skripsi:

Anwar. (2012). Impelemntasi Model Pembelajaran Inquiri untuk meningkatkan Jumlah Waktu Aktif Belajar Pada Aktivitas Ritmik. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Saryem. (2011). Modifikasi Alat pembelajaran Permainan Bola Volly Dalam Upaya Meningkatkan Jumlah Waktu Aktif Belajar Siswa. Skripsi sarjana Pendidikan pada FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan. Septian, Wildan R. (2013). Pengaruh penerapan sport likes games terhadap

jumlah waktu aktif belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Sumedang dalam mengikuti pembelajaran Penjas. Skripsi sarjana Pendidikan Pada FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Website:

Suherman, A. dan Bahagia, Yoyo. (2000). Hakikat Pendekatan Bermain.[Online]. Tersedia: http://mari-berkawand.blogspot.com/2011/08/pengertian-pendekatan-bermain.html[28 Maret, 2013]

Wahjoedi (1999). Pengertian Pendekatan Bermain. [Online]. Tersedia: http://www.AsianBrain.com/index.php?aff_code=487381 [28 Maret 2013]

Zulikifli. (1987). Permainan dan Anak-anak. [Online]. Tersedia: http://www.tokoacc.com/news/8/Permainan-Anak [10 Maret 2013]


(1)

Muhamad Arshif Barqiyah, 2013

Implementasi Pendekatan Bermain Dalam Upaya Meningkatakan Jumlah Waktu Aktif Belajar Gerak Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar Negeri Sukarasa 3 dan 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Prosentase A : Prosentase B : Prosentase C :

Keterangan:

A : menunjukan jumlah siswa yang berperilaku baik sesuai dengan tuntutan perilaku umum yang diinginkan oleh guru dalam pembelajaran penjas. B : menunjukan jumlah siswa yang melakukan aktivitas tugas gerak sesuai

dengan harapan guru.

C : menunjukan jumlah siswa yang melakukan aktivitas gerak sesuai pembelajaran.

Prosedur observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Dimulai 20 menit awal ke 1 (waktu yang tersedia kurang lebih 5 menit), observer mengamati aspek A dari siswa yang berada dibarisan paling kiri sampai barisan paling kanan. Observer menghitung jumlah siswa yang berperilaku sesuai dengan aspek A. Dibutuhkan waktu kurang lebih 30 detik. Jika terjadi perubahan pada siswa yang sudah teramati, misal disebelah kiri, hal itu diabaikan saja.

2) Setelah aspek A teramati, lakukian pengamatan terhadap aspek B dan C seperti halnya mengamati aspek A. Begitu seterusnya sampai menit ke 4 pada 20 menit awal KBM. Dengan demikianpada setiap periode berarti berjumlah 5 menit dan untuk mengamati ketiga aspek hanya dibutuhkan 90 detik saja.

3) Lakukan observasi sampai 5 menit ke 4 di 20 menit akhir KBM dilaksanakan.

b. Wawancara yaitu peneliti dibantu observer melakukan wawancara kepada siswa yang diteliti untuk memperoleh keseluruhan informasi yang diperlukan untuk mncari solusi atas permasalahan yang telah diajukan.

c. Data perubahan perilaku siswa dalam hal peningkatan jumlah waktu aktif belajar siswa pada pemebelajaran pendidikan jasmani.


(2)

G.Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini instrument yang digunakan adalah observasi/pengamatan untuk guru, catatan lapangan, dan lembar observasi digunakan oleh kolaborator untuk mengamati guru pada saat KBM berlangsung.

Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan 3 (riga) siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan waktunya 2 x 35 menit. Masing-masing siklus dilaksanakan dan dilengkapi dengan instrument atau alat observasi. Siklus pertama dirancang dengan dasar refleksi awal, selanjutnya siklus kedua didasarkan atas refleksi siklus pertama.

H.Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan mempergunakan teknik analisis data kualitatif, secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menelaah seluruh data yang telah telah terkumpul, penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, memahami, menerangkan, dan menyimpulkan data yang telah didapat.

2. Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan pengkategorikan dan pengklasifikasian hasil yang diperoleh berupa pola-pola dan kecenderungan-kecenderungan yang berlaku dalam pelaksanaan pembelajaran.


(3)

Muhamad Arshif Barqiyah, 2013

Implementasi Pendekatan Bermain Dalam Upaya Meningkatakan Jumlah Waktu Aktif Belajar Gerak Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar Negeri Sukarasa 3 dan 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa implementasi pendekatan bermain pada mata pelajaran pendidikan jasmani dapat meningkatkan jumlah waktu aktif belajar gerak siswa kelas VA SDN Sukarasa 3 dan 4 Bandung. Hal ini ditunjukkan dengan hasil tindakan yang dilakukan melalui 3 siklus penelitian yang sebelumnya dilaksanakan tahap pra observasi yaitu sebelum menerapkan pendekatan bermain yang dijadikan sebagai perbandingan ketika siklus dilaksanakan yaitu setelah menerapkan pendekatan bermain. Prosentasi jumlah waktu aktif belajar pada tahap pra observasi menunjukan nilai 42% meningkat 6% dari pelaksanaan siklus I tindakan I yaitu menjadi 48% dan meningkat pula 4% dalam tindakan II menjadi 52%. Serta terjadi peningkatan pula pada siklus II tindakan I sebesar 4% menjadi 56% serta pada tindakan II sebesar 2% menjadi 58% dan terjadi peningkatan pula pada siklus III tindakan I sebesar 11% menjadi 69% dan pada tindakan akhir yaitu tindakan II menghasilkan peningkatan sebesar 11% menjadi 80% siswa aktif dalam proses pembelajaran.

B.Saran

Setelah memperhatikan kesimpulan di atas maka selanjutnya peneliti memeberi saran sebagai berikut:

1. Hendaknya sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, tujuan pembelajaran serta materi ajar yang akan di berikan di persiapkan terlebih dahulu dengan matang agar dalam pelaksanaannya tujuan pembelajaran dapat tercapai serta materi ajar yang akan diberikan dapat dikuasai dengan baik dan difahami oleh siswa.

2. Persiapan yang baik terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani seperti sarana dan


(4)

prasarana serta skenario pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa akan dapat meminimalisir kendala yang dapat diakibatkan oleh kurang tercukupinya kebutuhan yang diperlukan.

3. Ketika ada siswa yang terlihat bermalas-malasan serta melakukan tugas gerak dengan asal-asalan pemberian motivasi untuk meningkatkan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran akan mampu meningkatkan minat serta antusias siswa untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik.

4. Buatlah pembelajaran materi pendidikan jasmani yang kreatif serta inovatif dan melayani kebutuhan siswa untuk menyalurkan hasratnya akan gerak melalui situasi permainan agar siswa tidak merasa jenuh dalam proses KBM.

5. Bentuk situasi pembelajaran yang menyenangkan yang dapat membuat guru dan siswa dapat berbaur bersama-sama menjadi satu dalam pembelajaran ketika pembelajaran berlangsung agar tercipta situasi pembelajaran yang lebih bersahabat. Sehingga tujuan pembelajaran dalam proses balajar mengajar dapat tercapai dengan baik.


(5)

Muhamad Arshif Barqiyah, 2013

Implementasi Pendekatan Bermain Dalam Upaya Meningkatakan Jumlah Waktu Aktif Belajar Gerak Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar Negeri Sukarasa 3 dan 4 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Abduljabar, Bambang. (2009), Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK-UPI.

Agustian, Ari ginanjar (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual: ESQ Emotional Spiritual Quotien. Jakarta: Arga

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.

Bahagia, Y. Suherman A. (2002. Prinsip-prinsip pengembangan dan modifikasi cabang olahraga. Jakarta: Direktorat Jendra Pendidikan Dasar dan Menengah, depdiknas.

Budingsih, Asri. (2004). Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta

Bredekamp, S. (1987). Developementally Approproate Practice in early Childhood Programs Serving Children From Birth Through Age 8. Washingtong: NAYEC.

Cholik M., Toho dan Lutan, Rusli, (1996). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Gestwicky, C. (2007). Developement Appropriate Practice: curriculum And Developement In Early Education. Clifton Park: Thompson Delmar Learning.

Hartinah, Sitti. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama Hidayat, Yusuf, (2011), Pedoman Penulisan Penelitian Tindakan Kelas Dalam

pendidikan Jasmani, Olahraga, dan kesehatan. Bandung: FPOK-UPI. Husdarta, H.J.S (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta. Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi guru. Jakarta: PT Raja grafindo Persada. Mahendra, Agus, (2012), Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung:

FPOK-UPI.

Ma’mun, Amung, (2011), Kepemimpinan dan Kebijakan Pembangunan

Olahraga. FPOK-UPI. Bandung.


(6)

Suherman, Adang, (1998), Revitalisasi Keterlantaran Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. IKIP Bandung Press.

Suherman, Adang, (2009), Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Bintang Wali Artika.

Supandi (1990). Strategi Belajar mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Depdikbud Dirjen Dikti.

Rudiana, (2009), Never Ending Smart Tidak ada Alasan Untuk Bodoh. Bandung: Rumah Cerdas Indonesia.

Sukidin. et al. (2010). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendikia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman penuliasan Karya Ilmiah. Bandung: Upi Press.

Wiratmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Skripsi:

Anwar. (2012). Impelemntasi Model Pembelajaran Inquiri untuk meningkatkan Jumlah Waktu Aktif Belajar Pada Aktivitas Ritmik. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Saryem. (2011). Modifikasi Alat pembelajaran Permainan Bola Volly Dalam Upaya Meningkatkan Jumlah Waktu Aktif Belajar Siswa. Skripsi sarjana Pendidikan pada FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan. Septian, Wildan R. (2013). Pengaruh penerapan sport likes games terhadap

jumlah waktu aktif belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Sumedang dalam mengikuti pembelajaran Penjas. Skripsi sarjana Pendidikan Pada FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Website:

Suherman, A. dan Bahagia, Yoyo. (2000). Hakikat Pendekatan Bermain.[Online]. Tersedia: http://mari-berkawand.blogspot.com/2011/08/pengertian-pendekatan-bermain.html[28 Maret, 2013]

Wahjoedi (1999). Pengertian Pendekatan Bermain. [Online]. Tersedia: http://www.AsianBrain.com/index.php?aff_code=487381 [28 Maret 2013]

Zulikifli. (1987). Permainan dan Anak-anak. [Online]. Tersedia: http://www.tokoacc.com/news/8/Permainan-Anak [10 Maret 2013]


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF TERHADAP KEBUGARAN JASMANI SISWA TUNAGRAHITA.

0 11 46

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) SISWA DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN FUTSAL.

3 9 41

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA : Studi Deskriptif di SMP Negeri 15 Bandung.

0 2 41

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS LOMPAT JAUH : Penelitian DeskriptifPada SiswaKelas VII SMP Negeri 17 Bandung.

0 1 31

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA.

0 1 32

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI: Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X di SMA Pasundan 1 Bandung.

0 2 41

IMPLEMENTASI PENDEKATAN BERMAIN MENGGUNAKAN ALAT PENDIDIKAN JASMANI MODIFIKASI UNTUK MENGEMBANGKAN GERAK DASAR MANIPULATIF.

0 0 44

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR : PTK Pada siswa kelas V SDN Babakan Jati Kota Bandung.

0 1 41

Pengaruh Penerapan Sport Likes Games Terhadap Jumlah Waktu Aktif Belajar Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Sumedang Dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani.

0 1 40

PROFIL JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SISWA SEKOLAH TARUNA WIYATA MANDIRI” - repository UPI S POR 1203234 Title

0 2 4