IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR : PTK Pada siswa kelas V SDN Babakan Jati Kota Bandung.

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK

DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA

MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR

(PTK Pada siswa kelas V SDN Babakan Jati Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani

Oleh :

MOCH. RAMDANI 0701254

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

PENDIDIKAN JASMANI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK

DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA

MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR

(PTK Pada siswa kelas V SDN Babakan Jati Kota Bandung)

Oleh:

Moch Ramdani 2013

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani

© Moch Ramdhani

Universitas Pendidikan Indonesia 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Moch Ramdani NIM : 0701254

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU

AKTIF BELAJAR

(PTK Pada siswa kelas V SDN Babakan Jati Kota Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Yoyo Bahagia, M.Pd Dr. Tjetjep Habibudin, M.Pd.

NIP. 194903161972111001 NIP. 194907221973031001

Mengetahui

Ketua Program S-1 PGSD Pendidikan Jasmani

Drs. Andi Suntoda, M.Pd. NIP. 195806201986011002


(4)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU

AKTIF BELAJAR

(PTK Pada siswa kelas V SDN Babakan Jati Kota Bandung)

Moch Ramdani * 2013

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu penerapan aktivitas pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang kiranya dianggap efektif dalam meningkatkan waktu aktif belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas khususnya dalam pembelajaran atletik di Sekolah Dasar Negeri. Pelaksanaan pembelajaran atletik pada kenyataannya banyak ditemukan masalah yaitu pembelajaran kurang diminati siswa karena pembelajaran atletik tidak dikemas dalam bentuk permainan sehingga siswa merasa bosan, jenuh dan mengngagap pembelajaran penjas khususnya atletik hanya membuang-buang waktu serta pelajaran yang melelahkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan waktu aktif belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran atletik melalui implementasi pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (the classroom action research) yaitu suatu penelitian yang bersifat reflektif. Desain penelitian dua siklus model spiral Kemmis dan Taggart. Intrumen tes menggunakan LAT (Learning Active Time) yaitu menghitung jumlah aktif siswa belajar. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di SDN Babakan Jati Kota Bandung.

Hasil pengolahan data diperoleh perkembangan atau kemajuan pada setiap tindakan dalam siklus terutama dalam waktu aktif belajar siswa. Dari mulai praobservasi waktu aktif belajar siswa sebesar 42,14%, selanjutnya dalam siklus I tindakan I waktu aktif belajar siswa sebesar 49,29%, selanjutnya dalam siklus I tindakan II waktu aktif belajar siswa sebesar 55%, selanjutnya terakhir siklus II waktu aktif belajar siswa sebesar 61,43%. Berdasarkan hasil ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan impelmentasi pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain dapat memberikan peningkatan yang berarti terhadap waktu aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran atletik. Dengan demikian pembelajaran dengan pendekatan bermain dapat digunakan sebagai alat atau media untuk pembelajaran yang efektif terhadap waktu aktif belajar siswa

Penulis menyarankan bagi para guru pendidikan jasmani diharapkan mengimplementasikan pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain dalam pembelajaran penjas khususnya pembelajaran atletik, karena bisa memberikan kontribusi terhadap waktu aktif belajar siswa.

*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi angkatan 2007*


(5)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION APPROACH TO LEARNING ACTIVITIES ATHLETICS PLAY TIME ON EFFORTS TO INCREASE IN LEARNING

( Classroom Action Research In fifth grade students of SDN Babakan Jati Bandung )

Moch Ramdani * 2013

This research is motivated by an application of learning activities and learning approaches that would be effective in improving student learning time in the following active learning , especially in learning penjas State Primary School athletics . Implementation of athletics in fact learning a lot of the problems are found less desirable student learning because learning is not packaged in the form of athletic games so that students feel bored , bored and learning mengngagap penjas especially athletics is just a waste of time and lessons exhausting . The purpose of this research is to improve student learning while actively participating in learning in athletics through the implementation of learning activities with the approach play athletics

The method used in this study is action research methods class ( the classroom action research) is a research that is reflective . Two cycles of design research model of spiral Kemmis and Taggart . Test instruments using LAT ( Active Learning Time ) which calculates the number of active student learning . The sample used in this study were fifth grade students at SDN Babakan Jati city of Bandung .

Data processing results obtained in the development or progress of any action in the cycle , especially in active student learning . From the start praobservasi active student learning time by 42.14 % , next in the first cycle of action first time active student learning by 49.29 % , next in the first cycle of action II active student learning time by 55 % , the next second cycle time last active learning students was 61.43 % . Based on these results , it can be concluded that the learning impelmentasi athletic activity by playing approach can provide significant improvement to the current time to follow the learning of students in athletics . Thus, learning to play the approach can be used as a tool or medium for effective learning to active student learning time

Authors to suggest that physical education teachers are expected to implement learning activities athletic play approach to learning especially learning penjas athletics , because it can actively contribute to student learning time .

*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi angkatan 2007*


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... . iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Pemecahan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional ... 10

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Penelitian Tindakan Kelas ... 12

B. Hakekat Pendidikan Jasmani ... 18

C. Belajar dan Pembelajaran ... 24

D. Pendekatan Pembelajaran ... 28

E. Bermain ... 30

F. Pendekatan Bermain ... 31

G. Atletik ... 33

H. Hakekat Pendekatan Bermain dengan aktivitas Atletik ... 42

I. Waktu aktif Belajar ... 44 J. Karakteristik Siswa Kelas V SDN Babakan Jati


(7)

Kota Bandung ... 47

K. Hipotesis Tindakan ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 52

B. Desain Penelitian ... 53

C. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian ... 56

D. Data Penelitian ... 57

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 59

F. Teknik pengumpulan dan Analisis Data ... 61

G. Validasi Data ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kegiatan Awal dan Hasil Siklus Praobservasi.. 65

1. Kegiatan awal ... 65

2. Kegiatan pra observasi ... 66

3. Hasil data pra observasi ... 67

4. Analisis dan refleksi ... 69

B. Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 70

1. Siklus I Tindakan I ... 70

1) Kegiatan pembelajaran siklus I tindakan I. 70 2) Hasil pembelajaran siklus I tindakan I... 74

3) Analisis dan refleksi siklus I tindakan I.... 75

2. Siklus I Tindakan II ... 76

1) Kegiatan pembelajaran siklus I tindakan II 76 2) Hasil pembelajaran siklus I tindakan II... 79

3) Analisis dan refleksi siklus I tindakan II... 80

C. Siklus II ... 81

1. Kegiatan pembelajaran siklus II ... 81

2. Hasil pembelajaran siklus II ... 83


(8)

D. Hasil Temuan Peneliti ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Saran-saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Format Observasi Waktu Aktif Belajar ... 60

4.1 Deskripsi Praobservasi Penelitian ... 65

4.2 Rincian Kegiatan Praobservasi ... 66

4.3 Jumlah Waktu Aktif Belajar Praobservasi Dalam Satuan Menit 78 4.4 Konfrensi Portofolio Tahap Praobservasi ... 79

4.5 Jumlah Waktu Aktif Belajar Siklus I Tindakan I Dalam Satuan Menit ... 74

4.6 Konfrensi Portofolio Tahap Siklus I Tindakan I... 75

4.7 Jumlah Waktu Aktif Belajar Siklus I Tindakan II Dalam Satuan Menit ... 79

4.8 Konfrensi Portofolio Tahap Siklus I Tindakan II... 80

4.9 Jumlah Waktu Aktif Belajar Siklus II Dalam Satuan Menit... 83


(10)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Jumlah Waktu Aktif Belajar Praobservasi Dalam Persentase... 68 4.2 Jumlah Waktu Aktif Belajar Siklus I Tindakan I

Dalam Persentase... 74 4.3 Jumlah Waktu Aktif Belajar Siklus I Tindakan II

Dalam Persentase... 79 4.4 Jumlah Waktu Aktif Belajar Siklus II Dalam Persentase ... 83 4.5 Perkembangan Kemajuan Waktu Aktif Belajar Dalam Persentase. 85


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Berlari dengan formasi segitiga ... ... 37

2.2 Berlari melewati ban-ban dan kardus bekas... 37

2.3 Berlari melewati ban-ban dan kardus bekas... 38

2.4 Lari berpasangan memindahkan sesuatu... 39

2.5 Lari gawang berpasangan ... 39

2.6 Lari rintangan dengan irama dua dan tiga langkah... 40

2.7 Permainan melompati tali ... 40

2.8 Lompat diatas ban-ban sepeda ... 41

3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Mc Taggart ... 54

4.1 Arah lari, lompat ... 72

4.2 Arah lari, lompat siswa dalam berlomba ... 73


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan kegiatan formal yang dilakukan di sekolah. Dalam pembelajaran, terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2008:61)

menjelaskan bahwa “Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.” Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Dalam teori-teori modern kegiatan belajar mengajar harus dibangun berdasarkan hubungan timbal balik antara guru dan siswa, yakni kedua belah pihak berperan dan berbuat baik secara aktif di dalam suatu kerangka kerja (frame work) dan dengan menggunakan cara dan kerangka berpikir (frame of

reference) yang seyogianya dipahami dan disepakati bersama.

Dalam pembelajaran terdapat beberapa komponen penting di mana salah satunya adalah guru. Menurut Supandi (1992:8):

Guru merupakan faktor strategik lain yang mempunyai pengaruh nyata terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Begitu pentingnya kedudukan guru sebagai faktor strategi belajar mengajar, sehingga strategi belajar mengajar dapat dibataskan sebagai usaha meningkatkan daya guna interaksi guru dan siswa. Guru mempunyai kuasa yang besar untuk menetapkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Guru merupakan titik sentral dan kunci proses belajar mengajar yang menentukan pola membentuk lingkungan, menetapkan tujuan, dan menyusun bahan, dan penilaian proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar itu pada hakekatnya ada di tangan guru. Kekuasaan di tangan itu tentu saja harus dipergunakan demi kepentingan siswa.


(13)

Guru merupakan orang dewasa yang karena jabatannya secara formal selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri siswa, dengan mengarahkan segala sumber dan menggunakan strategi belajar mengajar yang tepat. Sebagai perencana guru harus bisa menetapkan dan mengembangkan individu siswa yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan belajar sehingga tujuan yang diharapkan tercapai sesuai dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya.

Pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah secara umum lebih dikaitkan dengan aktivitas jasmani dan penilaipun mencakup seluruh aspek yang ada, mulai dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor di mana aspek psikomotor lebih banyak yaitu sebesar 50% dari proses dan penilaian pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajarananya banyak mengembangkan aktivitas gerak. Pendidikan jasmani di sekolah dasar lebih mengutamakan aktivitas gerak dasar seperti jalan, berlari, melompat dan melempar namun pada pelaksanaannya aktivitasnya tidak memiliki karakteristik yang memberikan pengalaman gerak yang banyak bagi siswa, sehingga siswa cepat merasa bosan seperti yang terjadi pada peserta didik di SDN Babakan Jati Kota Bandung kurang begitu tertarik pada pelajaran penjas, anggapan yang muncul mereka mengagap pelajaran penjas hanya membuang-buang waktu serta pelajaran yang melelahkan dan tidak menarik. Kita sebagai guru hendaknya harus berpikir lebih agar dapat merubah anggapan tersebut menjadi sesuatu yang dapat menarik bagi siswa dalam mengikuti pelajaran penjas. Pada saat pembelajaran di lapangan seringkali terlihat siswa bermalas-malasan


(14)

3

dalam melaksanakan tugas gerak yang di berikan oleh guru, ada sebab-sebab para siswa bersifat demikian, ketertarikan mereka terhadap pembelajaran penjas kurang, tidak jarang pada saat pembelajaran sedang berlangsung masih terlihat ada beberapa siswa yang hanya diam dan ngobrol dengan temannya sementara guru yang bersangkutan sedang memberikan intruksi. Hal demikian sudah sepatutnya menjadi bahan renungan dan evaluasi bagi para guru penjas untuk mengatasinya dan mencari jalan keluar agar pembelajaran penjas menjadi menarik dan tidak membosankan bagi siswa.

Banyak metode yang dapat diterapkan oleh guru agar suasana belajar menjadi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif di maksudkan agar dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar yang beragam sehingga memenuhi tingkat kemampuan siswa. Efektif yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga waktu perhatiannya terhadap pembelajaran tinggi. Jika dalam proses pembelajaran tidak aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, maka pembelajaran tersebut sama dengan permainan biasa yang hanya mengharuskan peserta didik bergerak tanpa ada hasil yang dituju yang akhirnya akan menghilangkan nilai-nilai yang terkandung, seperti mendidik siswa belajar bertanggung jawab, saling menghargai, tolong menolong dan percaya diri. Seperti yang di kemukakanLutan (2000:2-3) di halaman berikut


(15)

Tujuan pendidikan jasmani adalah untuk : (1) mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika dan perkembangan sosial, (2) membangun rasa percaya diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani, (3) memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efesien dan terkendali, (4) mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan, (5) berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang (6) menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk aktivitas olahraga.

Seperti yang dikemukakan di atas bahwa penjas pun bukan hanya semata-mata hanya membuat anak bergerak saja akan tetapi banyak aspek yang di dapat dari pembelajaran penjas. Melihat permasalahan yang telah di jelaskan di atas peneliti mempunyai salah satu cara untuk meningkatkan keterlibatan siswa agar aktif dalam mengikuti pembelajaran penjas salah satunya adalah implementasi pembelajaran aktifitas atletik dengan pendekatan bermain.

Peneliti ingin memperkenalkan pembelajaran aktifitas atletik dengan pendekatan bermain agar pada saat pembelajaran penjas di harapkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini di karenakan bila diperhatikan secara seksama, sebenarnya siswa-siswa di sekolah dasar kegiatan hari-harinya saat istirahat di sekolah selalu diisi dengan aktivitas bermain yang dinamis. Dari aktivitas fisik yang mereka lakukan tersebut nampak jelas bahwa mereka selalu bergerak dengan keterampilan, kecepatan, kecekatan, kekuatan yang mereka miliki sendiri. Mereka dapat berlari kencang manakala mengejar atau dikejar temannya, atau sedang mengejar bola. Mereka juga dapat beraktivitas berlama-lama seolah tak kenal lelah, serta tampak terlihat cekatan


(16)

5

dalam menghindar maupun mengejar lawannya. Dalam atletik gerakan-gerakan yang digunakan merupakan gerak dasar alamiah manusia dan gerakan-gerakannya di gunakan hampir sebagian besar cabang olahraga. Seperti yang dijelasakan oleh Bahagia (2000:2) “atletik merupakan ibu dari sebagian besarcabang olahraga”, dimana gerakan-gerakan yang ada dalam atletik seperti : jalan, lari, lompat dan lempar dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga”.

Guru yang baik harus dapat menerapkan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan kondisi siswa dan bahan materi yang diajarkan khususnya dalam kontek pembelajaran pendidikan jasmani. Pendekatan mengajar menurut

Subagiyo (1997:265), “keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan dibuat

oleh siswa di dalam episode atau peristiwa belajar yang diberikan”. Sedangkan

menurut Supandi (1986:3.1) pendekatan mengajar yaitu “keputusan yang diambil

yang berkaitan dengan tindak tanduk, perilaku, atau perbuatan mengajar”.

Pelaksanaan dan penerapan pendekatan mengajar dalam pendidikan jasmani perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi belajar mengajarnya.

Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999:121) bahwa “pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan.” Sedangkan Bahagia dan Suherman (1999/2000:35) berpendapat,

“strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau pengembangan agar sesuai dengan prinsip DAP (developmentally Appropiate


(17)

bermain merupakan bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Sehingga siswa tidak merasa bosan dan malas hal ini sesuai dengan sifat alamiah manusia yang selalu bergerak dan bermain.

Bermain merupakan sifat utama anak-anak hampir setiap hari anak-anak melakukan kegiatan bermain, sungguh sulit bagi mereka untuk duduk dan diam, mereka selalu bergerak lari kesana kemari, melompat, melangkah, memukul, melempar dan lari lagi. Semua ini merupakan gerak dasar dalam aktivitas atletik dan dorongan dalam diri anak yang tidak dapat ditekan lagi. Seperti yang dikemukakan Smith yang dikutif oleh Sukintaka (1992:2) mengemukakan sebagai

berikut: „bermain adalah dorongan langsung dan dalam diri setiap individu yang bagi anak-anak merupakan pekerjaan.” Besar kecil keinginan untuk bergerak anak-anak tidak selalu sama, dorongan bergerak tidak dapat diajarkan tetapi merupakan pembawaan masing-masing, hal ini perlu diarahkan oleh pendidik/guru agar gerakan dalam kegiatan bermain bisa bermanfaat. Seperti

dijelaskan dalam Sukintaka (1992:11) “....bahwa dengan bermain kita dapat meningkatkan kualitas anak sesuai dengan aspek pribadi manusia”.

Berdasarkan masalah dan pendapat para ahli yang dikemukakan di atas, peneliti merasa tertantang untuk meneliti masalah tersebut menjadi bahan

penelitian bagi penulis maka dari itu peneliti mengambil judul “IMPLEMENTASI

PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK DENGAN PENDEKATAN

BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR


(18)

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut : Pembelajaran aktifitas atletik dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan waktu aktif belajar siswa dalam aktivitas

penjas.”

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, mengacu pada judul

penelitian yaitu: “Implementasi aktivitas atletik dengan pendekatan bermain

dalam pembelajaran pendidikan jasmani (pada siswa kelas V SDN Babakan Jati Kota Bandung)”, penulis merumuskan masalah umum penelitian sebagai berikut:

“Apakah implementasi pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan waktu aktif belajar siswa di SDN Babakan Jati Kota

Bandung.”

D. Pemecahan Masalah

Kemampuan siswa pada dasarnya berbeda antara satu dengan yang lain. Melihat dari persoalan ini sebagai seorang guru harus lah mempunyai cara bagai mana mengatasi hal tersebut. Manakala dalam suatu pembelajaran terlihat siswa yang masih diam tanpa melakukan apapun guru otomatis harus merubah metode pembelajaran sehingga dapat di ikuti oleh semua siswa. Salah satunya dengan memodifikasi alat, lapangan, dan peraturan permainan sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Sesuai dengan pendapat Bahagia (2011:2), dihalaman berikut


(19)

Pada hakekatnya aktivitas pembelajaran dengan konsep penjas sangat memperhatikan adanya perbedaan dalam kemampuan fisik, psikis maupun sosial dan emosional peserta didik, sehingga dalam implementasi pembelajaran apapun di lapangan harus mempertimbangkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, sehingga seringkali harus membuat aktivitas permainan itu di buat berbeda untuk setiap kelompok peserta kegiatan.

Seorang guru harus menciptakan suasana di mana semua siswa pernah merasakan kepuasan dan keberhasilan pada saat proses pembelajaran. Semua itu dapat tercipta dengan cara sebagai berikut :

1. Membuat modifikasi alat dari bahan yang mudah di mainkan oleh siswa atau benda apapun yang dapat di mainkan dalam ukuran, berat, maupun keras, lunaknya alat. Bisa juga dengan menggunakan kardus, matras, patok (cons) dan sebagainya.

2. Mengenalkan berbagai macam variasi permainan yang menyerupai gerakan yang di perlombakan dalam olahraga atletik. Aktivitas permainan yang bervariasi dapat berupa lari melompati kardus, melempar kertas atau turbo dan sebaginya.

3. Mendekatkan atau menjauhkan target sasaran sesuai kemampuan siswa. Dengan cara ini siswa akan mengalami kepuasan dan keberhasilan dalam melakukan aktivitas penjas.

4. Membuat peserta didik berfikir bagaiman kelompoknya dapat berlari dengan kencang dan mendapatkan waktu yang terbaik.

E.Tujuan Penelitian

Sebagai peneliti memerlukan tujuan yang jelas untuk ,mendukung maksud-maksud tertentu. Arikunto (1993:49) mengemukakan tujuan penelitian:


(20)

9

“Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang di peroleh setelah penelitian selesai.”

Berdasarkan rumusan masalah penulis merumuskan tujuan dari penelitian

ini sebagai berikut: “Untuk membuktikan apakah implementasi pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan waktu aktif

belajar siswa.”

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan mendapat temuan-temuan yang nantinya mempunyai manfaat yang berguna baik secara teoritis maupun praktis : 1. Secara teoritis.

a. Dapat memperkuat teori yang sudah ada mengenai pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah seperti pendekatan bermain. b. Dapat dijadikan acuan dalam memperluas wawasan bagi dunia pendidikan

khuusnya bagi guru pendidikan jasmani agar dapat menyempurnakan proses belajar atletik, serta dapat mendesai materi pembelajaran lebiih menarik.

2. Secara praktis.

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk meningkatkan waktu aktif siswa dalam pembelajaran penjas.

b. Sebagai bahan masukan bagi guru pendidikan jasmani untuk bisa lebih memotivasi siswa agar lebih antusias dalam mengikuti dan melaksanakan kegiatan pembelajaran penjas dengan cara merancang serta memodifikasi


(21)

bahan pengajaran (alat, lapangan, dan peraturan permainan) menjadi lebih menarik agar siswa tidak merasa jenuh.

c. Bagi lembaga, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik dalam rangka inovasi pembelajaran.

d. Memberikan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang ingin atau hendak meneliti mengenai aktivitas dengan penekatan bermain dalam permasalahan dan sampel yang berbeda.

G.Definisi Operasional

Untuk mempermudah serta menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka penulis perlu untuk memberikan definisi dalam judul penelitian di halaman berikut:

1. Pembelajaran, Sagala (2008:61) dijelaskan Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

2. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan menurut Wahyuni, Sutarmin dan Pramono.

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah kegiatan integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

3. Atletik menurut Wisahati dan Santosa (2010:47) adalah “Jenis olahraga yang


(22)

11

4. Pendekatan bermain menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa “pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan.”

5. Meningkatkan W.J.S Poerdarminta (1984:1078) adalah “Menaikan (derajat, taraf, dsd, mempertingi, memperhebat, produktifitas dsd).” dalam arti ini adalah menaikan keterampilan bermain bola voli.

6. Bermain dalam W.J.S Poerdarminta (1984:620) adalah “Melakukan sesuatu (dengan alat dsd) untuk bersenang-senang”. Bermain dalam hal ini adalah bermain mengunakan bola voli.


(23)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom

Action Research). Karena permasalahan dalam penelitian ini bertujuan bagaimana

mengatasi waktu aktif anak dalam belajar penjas. Penelitian ini berangkat dari permasalahan yang faktual dalam praktek pembelajaran yang dihadapi guru. Berbekal dari keinginan memperbaiki pembelajaran penjas pada pembelajaran atletik, penulis mempersiapkan diri tentang apa itu penelitian tindakan kelas, latar belakang, karakter dan prosedur yang harus ditempuh. Berdasarkan pendapat Kemmis dalam Rochiati Wiriaatmaja (2005:12) dijelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah :

Sebuah inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari : a) Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, c). situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.

Sedangkan menurut Ebbutt (1985, dalam Hopkins, (1993) yang dikutif Wiraatmaja (2005:12) mengemukakan bahwa:

Penelitian tindakan kelas adalah kajian sistimatik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dalam melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Menurut Elliott (1991) dalam Wiraatmaja (2005:12) “Melihat penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan memungkinkan tindakan


(24)

53

untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut.” Jadi secara ringkas dari pernyataan-pernyataan di atas adalah penelitian tindakan kelas adalah bagaimana guru mengorganisasi praktek pembelajarannya, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka mencobakan suatu gagasan perbaikan dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

B. Desain Penelitian

Pada dasarnya desain penelitian terdiri dari empat komponen yaitu rencana, tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Rancangan penelitian ini mengacu pada siklus kegiatan yang dikembangkan model spiral Kemmis dan Tagart yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Me Taggart tampak masih begitu dekat dengan model yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin (Kasbolah 1999:14). Dikatakan demikian, oleh karena di dalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen seperti halnya yang dilaksanakan oleh Kurt Lewin sehingga belum tampak adanya perubahan. Keempat komponen tersebut meliputi:

1) Perencanaan (planning); 2) Aksi/tindakan (acting); 3) Observasi (observing); dan 4) Refleksi (reflecting).

Hanya saja, sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang


(25)

SIKLUS II

Observasi

Pelaksanaan Refleksi

Perencanaan

dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Adapun alur tindakan dapat dilihat pada gambar dihalaman berikut :

?

Gambar 3.1

Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (Kasbolah 1999:16)

Berikut penjelasan tentang empat komponen dalam penting dalam penelitian tindakan kelas.

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Dalam perencanaan tahapan yang dilaksanakan adalah : a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas/di lapangan.

SIKLUS I

Observasi

Pelaksanaan Refleksi


(26)

55

c) Membuat lembaran pengamatan untuk kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan guru dan siswa mulai dari pendahuluan, inti, dan penutup. Setiap bagian demi bagian di observasi meliputi kelebihan atau kelemahan-kelemahan siswa dan guru yang sering terjadi pada proses pembelajaran. d) Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data

mengenai proses dan hasil tindakan. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada saat bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interprestasi serta di ikuti dengan kegiatan refleksi. Pada tahap ini kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan perencanaan tindakan yang telah ditetapkan, yaitu melaksanakan pembelajaran sesuai rencana pembelajaran yang telah dibuat.

3. Tahap Observasi

Selama melaksanakan tindakan pembelajaran, guru sebagai peneliti dibantu mitra peneliti bertindak sebagai observer, untuk mencatat segala temuan dalam pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan fokus penelitian. 4. Tahap Analisis dan Refleksi (Reflection)

Guru sebagai peneliti dan praktisi dibantu mitra peneliti melakukan analisis dan refleksi hasil tindakan pembelajaran. Untuk keperluan analisis, dilakukan dengan memeriksa lembaran-lembaran pengamatan tentang catatan data temuan di lapangan, mengkaji satuan pembelajaran dan mengkaji hasil kegiatan siswa. Dari hasil tersebut maka dijadikan bahan rekomendasi untuk bahan


(27)

perencanaan siklus selanjutnya bila hasil dari kegiatan siklus yang telah dilakukan kurang memuaskan.

5. Re Planning (Perencanaan Ulang)

Berdasarkan hasil observasi mengenai KBM di mana meliputi penampilan guru dan siswa, maka dari data-data yang telah dikumpulkan dianalisis bersama-sama dengan mitra peneliti untuk mencari keabsahan data sehingga dapat jadikan refleksi untuk kegiatan selanjutnya . Re planning dalam penelitian ini adalah : a) Membuat perbaikan skenerio pembelajaran.

b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan.

c) Mempersiapkam instrumen untuk merekam dan menganalisa data mengenai proses dan hasil tindakan.

C. Lokasi, waktu dan subjek penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi yang dijadikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah di SDN Babakan Jati Kota Bandung. Untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) materi atletik kelas V.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2012/2013, yaitu pada bulan Febuari sampai Maret 2013 setiap hari sabtu dari pukul 07:00 .s/d 09:20 WIB sesuai dengan jam pelajaran olahraga.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah kelas V dengan jumlah siswa 33 orang, terdiri dari 19 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan. Secara umum bila


(28)

57

ditinjau dari sosial budaya dan ekonomi masyarakat, peserta didik masih tergolong kurang perhatiannya terhadap pendidikan dan ini terakumulasi terhadap kualitas pendidikan di SDN Babakan Jati Kota Bandung. Namun hal tersebut bukan salah satu faktor yang menentukan kualitas pendidikan, masih banyak faktor lainnya seperti sarana prasarana, sumber daya manusia dan pelaksanaan kurikulum.

D. Data penelitian

Data atau informasi yang dijadikan sumber untuk kepentingan analisis guna memecahkan masalah penelitian berasal dari:

1) Hasil wawancara antara penelitian, observer, dan siswa. Dari hasil wawancara ini diharapkan penelitian mendapat acuan untuk memecahkan masalah yang ada dengan mengetahui masalah tersebut dari sumbernya dan untuk memperoleh kesluruhan informasi yang diperlukan untuk mencari solusi atas permasalahan penelitian yang telah di ajukan.

2) Aktivitas yang ditunjukan oleh seluruh siswa dan prilaku guru selama proses pembelajaran dalam tindakan penelitian. Aktivitas tersebut dicatat dalam sebuah format observasi pada setiap tindakan. Informasi ini diperoleh dari peneliti sebagai guru melalui proses observasi yang berkolaborasi antara observer, guru, dan peneliti sendiri pada setiap pembelajaran selama penelitian berlangsung dan pengamatan serta penilaian langsung dari guru yang bersangkutan.

Maka dari itu data penelitian diperoleh dari dua sumber data yang berasal dari:


(29)

1) Siswa : melalui perubahan waktu aktif belajar siswa dalam melakukan pembelajaran atletik.

Perubahan pada siswa dapat ditunjukan dengan memperhatikan aktivitas siswa pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Salah satu contoh ketika guru sedang memberikan penjelasan mengenai materi yang akan di sampaikan siswa mau mendengarkan dan memperhatikan serta melakukan apa yang telah di intruksikan oleh guru tanpa adanya paksaan. Maka dari itu, pembelajaran dikemas semenarik mungkin untuk dapat memberikan kesan kepada siswa bahwa pembelajaran penjas itu menyenangkan dan diharapakan dapat merubah perilaku siswa yang tadinya bermalas-malasan dalam mengikuti pembelajaran penjas menjadi tertantang untuk mengikuti setiap tugas gerak yang di berikan. Cara meningkatkan partisipasi dan motivasi ini guru sebisa mungkin membuat pembelajaran yang menarik sehingga dapat mendorong siswa untuk mau melakukan tugas gerak yang diberikan dan berperan aktif dalam setiap pembelajaran. Aktif di sini adalah siswa mau melakukan setiap tugas gerak yang diberikan karena dorongan dari diri sendiri serta keingin tahuan siswa terhadap materi yang diberikan sehingga siswa mau mecoba dan melakukan. Motivasi yang munculpun bukan hanya dari siswa sendiri akan tetapi guru pun harus bisa menjadi motivator salah satunya dengan memberikan pujian kepada siswa yang mau mencoba. Dengan pemberian motivasi ini diharapkan dapat mendorong siswa agar mau mencoba dan melakukan tugas gerak tanpa paksaan.


(30)

59

2) Guru : catatan jurnalnya dan data penelitian dari setiap perubahan siklus pada setiap observasi dan refleksi dari setiap kegiatan

Catatan jurnal guru mencatat seluruh kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir pembelajaran. Pada setiap tindakan peneliti melakukan releksi agar mengetahui kelemahan dan kelebihan dari setiap tindakan dan diharapkan pada tindakan berikutnya akan ada perubahan yang lebih baik sehingga tujuan peneliti dapat tercapai sesuia harapan.

E. Instrumen pengumpulan data

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah (Arikunto, 2002:134), data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara, observasi, jurnal siswa, catatan lapangan data tersebut dianalisis dan hasilnya digunakan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi, yaitu perubahan aktivitas siswa, guru atau perubahan belajar siswa

Instrumen penelitian yang digunakan pada penlitian ini adalah melalui format Learning Active Time (LAT) terhadap siswa selama proses pembelajaran penjas berlangsung serta wawancara dengan guru yang bersangkutan. Adapun format yang digunakan dalam observasi ini ada di halaman berikut.


(31)

Tabel 3.1

Format Observasi Waktu Aktif Belajar

Sekolah : ... Kelas : ... Waktu : ... Hari/Tanggal : ... Pengajar : ... Observer : ... 0

10 50 90 130

20 60 100 140

30 70 110

40 80 120

Keterangan:

Jumlah waktu aktif (A) = Total waktu pengelolaan x Seratus Total jam pelajaran

Jumlah waktu manajemen (M) = Total waktu intruksi x Seratus Total jam pelajaran

Jumlah waktu intruksi (I) = Total waktu belajar x Seratus Total Jampelajaran

Jumlah waktu lain-lain (L/W) = Total waktu tunggu x Seratus Total jam pelajaran


(32)

61

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data

a. Data dan Cara pengambilannya

1) Sumber Data : yang menjadi data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru.

2) Jenis Data : Jenis data yang didapat adalah yang terdiri dari : a) Wawancara

b) Hasil belajar

c) Rencana pembelajaran

d) Data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran e) Catatan lapangan

f) Dokumentasi

2. Analisa Data

Dalam penelitian tindakan kelas, analisis data dilakukan sejak awal penelitian, pada setiap aspek kegiatan penelitian. Peneliti juga dapat langsung menganalisis apa yang diamati, situasi dan suasana kelas/lapangan, hubungan guru dengan anak didik dan anak didik dengan teman yang lainnya. Analisis menurut Nasution dalam Sugiyono (2005:88) menyatakan bahwa :

Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras, analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencarai sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.


(33)

Proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, katagori, dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.

Hal ini berarti bahwa peneliti akan melakukan analisis data sejak tahap orientasi lapangan. Ini selaras dengan pendapat Miles dan Huberman (dalam Wiriaatmaja, (2005:139) yang menyatakan “...the ideal model for data

collection and analysis is one interweaves them from the beginning” yang artinya

model ideal dari pengumpulan data dan analisis data adalah secara bergantian berlangsung sejak awal. Pada tahap ini data ditelaah, direnungkan, dimaknai, dan diberi penjelasan supaya data yang telah didapat dicek untuk menentukan keabsahan data tersebut. Dalam penelitian ini pengecekan keabsahan data menggunakan ketekunan pengamatan. Data yang terjaring lewat observasi di tringulasi kepada guru dan siswa. Ini dilakukan setelah selesai pembelajaran. Hal ini selaras dengan pernyataan Moleong, (2005:175) yang menyatakan

“Pengecekan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa teknik, misalnya ketekunan pengamatan, perpanjangan keikutsertaan, tringulasi dan pengecekan teman sejawat”. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif, repsentasi grafik dan sebagainya. Sedangkan penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah diorganisasikan dalam bentuk


(34)

63

penyetaraan kalimat atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung arti luas.

G. Validasi data

Untuk menetapkan keabsahan (trust worthiness) data diperlukan tehnik

pemeriksaan, “ ada empat kriteria yang digunakan untuk menetapkan keabsahan

data, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (defendability), dan kepastian (confirmability)”. (Moleong, 2002 : 173).

Selanjutnya Moleong (2002 : 175) menyatakan,”Pengecekan keabsahan

data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa

tehnik, yaitu : triangulasi, pengecekan keanggotaan/member cek dan audit trail”.

Dalam penelitian ini ini, peneliti menggunakan dua teknik triangulasi yaitu triangulasi metode dan penyidik.

Triangulasi metode dilakukan untuk data hasil observasi yang ditriangulasikan kepada guru dan murid melalui wawancara yang dilakukan setelah pembelajaran, sedangkan masalah yang disampaikan pada waktu pengamatan sedang berlangsung. Triangulasi penyidik dilakukan setelah pembelajaran sekaligus bahan diskusi refleksi.

Dalam penelitian ini cara yang dilakukan untuk mengecek keabsahan data, yaitu menggunakan (a) triangulasi, (b) member cek dan , (c) audit trail. Penjelasan ke tiga cara tersebut adalah sebagai berikut :

a. Triangulasi digunakan untuk membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang


(35)

berbeda untuk melihat hubungan antar berbagai data hasil pembelajaran agar dapat mencegah kesalahan dalam analisis data. Kegiatan triangulasi dalam penelitian ini dilakukan melalui refleksi guru sebagai praktisi dan mengkonfirmasikan dengan teman sejawat atau mitra peneliti lainnya dan siswa.

b. Member cek

Dilakukan untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data temuan penelitian dengan mengkonfirmasikan sumber data. Dalam proses ini data tentang seluruh pelaksanaan tindakan yang diperoleh peneliti dikonfirmasikan kepada guru dan siswa melalui kegiatan refleksi pada setiap akhir kegiatan pembelajaran melalui diskusi balikan.

c. Audit Trail

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengecek hasil penelitian beserta prosedur dan metode pengumpulan data dengan menginformasikan adanya bukti-bukti temuan yang telah diperiksa dan dicek keabsahannya terhadap sumber data dari hasil pertama. Hal ini dilakukan peneliti dengan cara mendiskusikan kebenaran data beserta prosedur pengumpulan data kepada pembimbing


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah adanya peningkatan waktu aktif belajar siswa yang berarti dalam implementasi pembelajaran aktivitas atletik dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas melalui pendekatan bermain dari setiap siklusnya. Hal ini di karenakan kebutuhan alamiah siswa dalam bermain terpenuhi melalui pembelajaran sehingga siswa merasa senang dan siswa secara tidak langsung di tuntut memiliki tanggungjawab dalam mengikuti pembelajaran karena siswa dilibatkan secara langsung dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam memenuhi dan menyiapkan alat-alat pembelajaran serta siswa menemukan sesuatu yang baru dalam pembelajaran yang mengimplementasikan aktivitas atletik dengan pendekatan bermain. Siswa tidak merasa jenuh dan memunculkan kegembiraan serta mengembangkan kreativitas yang secara langsung dapat meningkatkan waktu aktif belajar siswa khususnya dalam pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain. Penemuan ini didukung oleh Montessori (Sukintaka, 1996:6)

menyatakan bahwa “Permainan sebagai alat untuk mempelajari fungsi. Rasa

senang akan terdapat dalam segala jenis permainan, dan dorongan yang kuat


(37)

Jadi, implementasi pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain setelah diadakan penelitian tindakan kelas diyakini dan terbukti dapat memberikan peningkatan yang besar sekali terhadap waktu aktif belajar siswa.

B. Saran-saran

Dilihat dari hasil diskusi temuan dan data-data yang diperoleh saat penelitian, penulis mengajukan saran-saran yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi pihak terkait.

Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut :

1. Peningkatan waktu aktif belajar salah satunya dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran, pengelolaan waktu dan fasilitas. Maka perlu adanya penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, perbaikan pengelolaan waktu dan fasilitas pembelajaran yang berhubungan dengan perlengkapan serta sarana yang ada. Perlengkapan pembelajaran dapat dimodifikasi dan dibuat semenarik mungkin serta sarana yang ada dapat di manfaatkan semaksimal mungkin. 2. Bagi para guru pendidikan jasmani diharapkan mengimplementasikan pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain untuk meningkatkan waktu aktif belajar siswa

3. Bagi para guru pendidikan jasmani agar melakukan modifikasi dalam pemberian materi pembelajaran supaya proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran dan menyenangkan bagi siswa.

4. Bagi para siswa agar lebih aktif dalam berpartisipasi mengikuti pembelajaran atletik khususnya dan penjas umumnya.


(38)

92

5. Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut mengenai implementasikan pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain pada aktivitas atletik yang lainnya dan pembelajaran penjas dengan pendekatan bermain pada cabang olahraga lainnya dengan tingkatan kelas yang berbeda dan kajian yang mendalam.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Aqib Zainal. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Yrama Widya

Baharudin, H dan Wahyuni, EN. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Bahagia, Yoyo. (2003). Pembelajaran Atletik, untuk sekolah luar biasa. Depdiknas. Direktorat Jendral.

Bahagia dkk. (1999/2000). Atletik, Jakarta. Dekdikbud, Direktorat Jendral

Handayani dkk. (2007). Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka

Harsono. (2007). Teori dan Metodologi Pelatihan. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indinesia, Bandung

Hendrayana, Yudy (2007). Bermain Atletik, Bandung: Redpoint

Hidayat, Yusuf. (2008). Materi Penelitian Tindakan Kelas. FPOK UPI Bandung dan Direktorat Pembinaan Diklat Ditjen PMPTK

Hoedaya, Danu. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Juliantine, Tite, Toto Subroto dan Yunyun Yudiana. (2010). Belajar dan

Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pebdidikan Indonesia.

Kasbolah (1999:) Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Depdikbud Dirjen Dikti Bagian Proyek Pengembangan PGSD, IBRD: LOAN – IND

Lutan. (2001). Asas-asas Pendidikan Jasmani. Depdikanas. Jakarta.

Lutan, R. (2001). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Depdiknas Pusat Penerbitan Universitas Terbuka


(40)

94

Lutan, R. (2001). Mengajar Pendidikan Jasmani. Dirjen Olahraga Depdiknas, Jakarta

Mahendra. (2002). Pembelajaran Senam, Dirjen Dikdasmen, Jakarta

Mahendra, Agus dan Sucipto. (2008). Model-Model Pendekatan Pembelajaran

Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Moleong Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosda Karya Bandung

Mulyaningsih. (2010). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Kementrian Pendidikan Nasional. Erlangga

Sagala (2008) Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta Bandung

Soemosasmito, Soenardi. (1988). Dasar, Proses, dan efektifitas Belajar Mengajar

Penjas. Jakarta, P2LPTK

Subagio. (1997). Model-model Pembelajaran. Jakarta, Pt Rineka Cipta Sugiyono. (2005) Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta Bandung

Suherman, Adang. (2010). Pendidikan jasmani (Salma Al-Farisi). Bandung: FPOK-UPI

Sukintaka. (1992). Teori Bermain, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Supandi. (1986). Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar, Jakarta. Karunia Supandi ( 1992 ) Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Susilana dkk. (2006). Kurikulum Pembelajaran, Bandung-UPI

Universitas pendidikan indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung: UPI

Yudha M, Saputra Husdarta. (2001). Belajar dan Pembelajaran, Direktorat Jendral Pendidikan

Wahyuni, Sutarmi, Pramono. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan


(41)

Wardahi, Igak, dkk. (1999/2000). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, Pt Rineka Cipta

Wisahati, Santosa. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Kementrian Pendidikan Nasional. CV Setiaji

Wiriaatmadja (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Remaja Rosdakarya W.J.S Poerdaminta (1984:620) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka

Sumber internet :

Wahjoedi. 1999. Pendekatan Bermain. (Online) Tersedia: http://linda-

haffandi.blogspot.com/2011/10/pendekatan-model-metode-dan-teknik.html (27 Maret 2012 )

http://ebookbrowse.com/pembelajaran-atletik-buku-pdf-d234505419


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah adanya peningkatan waktu aktif belajar siswa yang berarti dalam implementasi pembelajaran aktivitas atletik dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas melalui pendekatan bermain dari setiap siklusnya. Hal ini di karenakan kebutuhan alamiah siswa dalam bermain terpenuhi melalui pembelajaran sehingga siswa merasa senang dan siswa secara tidak langsung di tuntut memiliki tanggungjawab dalam mengikuti pembelajaran karena siswa dilibatkan secara langsung dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam memenuhi dan menyiapkan alat-alat pembelajaran serta siswa menemukan sesuatu yang baru dalam pembelajaran yang mengimplementasikan aktivitas atletik dengan pendekatan bermain. Siswa tidak merasa jenuh dan memunculkan kegembiraan serta mengembangkan kreativitas yang secara langsung dapat meningkatkan waktu aktif belajar siswa khususnya dalam pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain. Penemuan ini didukung oleh Montessori (Sukintaka, 1996:6) menyatakan bahwa “Permainan sebagai alat untuk mempelajari fungsi. Rasa senang akan terdapat dalam segala jenis permainan, dan dorongan yang kuat untuk mempelajari sesuatu.”


(2)

Moch. Ramdani, 2013

Jadi, implementasi pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain setelah diadakan penelitian tindakan kelas diyakini dan terbukti dapat memberikan peningkatan yang besar sekali terhadap waktu aktif belajar siswa.

B. Saran-saran

Dilihat dari hasil diskusi temuan dan data-data yang diperoleh saat penelitian, penulis mengajukan saran-saran yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi pihak terkait.

Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut :

1. Peningkatan waktu aktif belajar salah satunya dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran, pengelolaan waktu dan fasilitas. Maka perlu adanya penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, perbaikan pengelolaan waktu dan fasilitas pembelajaran yang berhubungan dengan perlengkapan serta sarana yang ada. Perlengkapan pembelajaran dapat dimodifikasi dan dibuat semenarik mungkin serta sarana yang ada dapat di manfaatkan semaksimal mungkin. 2. Bagi para guru pendidikan jasmani diharapkan mengimplementasikan pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain untuk meningkatkan waktu aktif belajar siswa

3. Bagi para guru pendidikan jasmani agar melakukan modifikasi dalam pemberian materi pembelajaran supaya proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran dan menyenangkan bagi siswa.

4. Bagi para siswa agar lebih aktif dalam berpartisipasi mengikuti pembelajaran atletik khususnya dan penjas umumnya.


(3)

92

5. Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut mengenai implementasikan pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain pada aktivitas atletik yang lainnya dan pembelajaran penjas dengan pendekatan bermain pada cabang olahraga lainnya dengan tingkatan kelas yang berbeda dan kajian yang mendalam.


(4)

Moch. Ramdani, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Aqib Zainal. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Yrama Widya

Baharudin, H dan Wahyuni, EN. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Bahagia, Yoyo. (2003). Pembelajaran Atletik, untuk sekolah luar biasa. Depdiknas. Direktorat Jendral.

Bahagia dkk. (1999/2000). Atletik, Jakarta. Dekdikbud, Direktorat Jendral

Handayani dkk. (2007). Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka

Harsono. (2007). Teori dan Metodologi Pelatihan. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indinesia, Bandung

Hendrayana, Yudy (2007). Bermain Atletik, Bandung: Redpoint

Hidayat, Yusuf. (2008). Materi Penelitian Tindakan Kelas. FPOK UPI Bandung dan Direktorat Pembinaan Diklat Ditjen PMPTK

Hoedaya, Danu. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Juliantine, Tite, Toto Subroto dan Yunyun Yudiana. (2010). Belajar dan

Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pebdidikan Indonesia.

Kasbolah (1999:) Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Depdikbud Dirjen Dikti Bagian Proyek Pengembangan PGSD, IBRD: LOAN – IND

Lutan. (2001). Asas-asas Pendidikan Jasmani. Depdikanas. Jakarta.

Lutan, R. (2001). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Depdiknas Pusat Penerbitan Universitas Terbuka


(5)

94

Lutan, R. (2001). Mengajar Pendidikan Jasmani. Dirjen Olahraga Depdiknas, Jakarta

Mahendra. (2002). Pembelajaran Senam, Dirjen Dikdasmen, Jakarta

Mahendra, Agus dan Sucipto. (2008). Model-Model Pendekatan Pembelajaran

Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Moleong Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosda Karya Bandung

Mulyaningsih. (2010). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Kementrian Pendidikan Nasional. Erlangga

Sagala (2008) Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta Bandung

Soemosasmito, Soenardi. (1988). Dasar, Proses, dan efektifitas Belajar Mengajar

Penjas. Jakarta, P2LPTK

Subagio. (1997). Model-model Pembelajaran. Jakarta, Pt Rineka Cipta Sugiyono. (2005) Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta Bandung

Suherman, Adang. (2010). Pendidikan jasmani (Salma Al-Farisi). Bandung: FPOK-UPI

Sukintaka. (1992). Teori Bermain, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Supandi. (1986). Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar, Jakarta. Karunia Supandi ( 1992 ) Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Susilana dkk. (2006). Kurikulum Pembelajaran, Bandung-UPI

Universitas pendidikan indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung: UPI

Yudha M, Saputra Husdarta. (2001). Belajar dan Pembelajaran, Direktorat Jendral Pendidikan

Wahyuni, Sutarmi, Pramono. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan


(6)

Moch. Ramdani, 2013

Wardahi, Igak, dkk. (1999/2000). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, Pt Rineka Cipta

Wisahati, Santosa. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Kementrian Pendidikan Nasional. CV Setiaji

Wiriaatmadja (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Remaja Rosdakarya W.J.S Poerdaminta (1984:620) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka

Sumber internet :

Wahjoedi. 1999. Pendekatan Bermain. (Online) Tersedia: http://linda-

haffandi.blogspot.com/2011/10/pendekatan-model-metode-dan-teknik.html (27 Maret 2012 )

http://ebookbrowse.com/pembelajaran-atletik-buku-pdf-d234505419 htt://nurulzainab.blogspot.com/2009/05/active-learning.html


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS BERMAIN UNTUK MENGEMBANGKAN GERAK DASAR PERMAINAN BOLA KECIL: Penelitian Tindakan kelas pada siswa kelas V SDN Isola Bandung.

0 1 9

PENERAPAN AKTIVITAS BASKETBALL LIKE GAMES UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI : Penelitan Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN Jati 1 Saguling.

2 6 5

Penerapan Pendekatan Bermain Untuk Meningkatkan Minat Siswa Dalam Pembelajaran Aktivitas Atletik Nomor Lari Jarak Pendek.

0 12 44

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DALAM AKTIVITAS PEMBELAJARAN ATLETIK MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAIKEM).

0 0 32

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOFERATIFTIPEJIGSAW PADA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN POKOK BAHASAN WAKTU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN Babakan Kota Bandung.

1 1 42

IMPLEMENTASI PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATAKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR GERAK SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR NEGERI SUKARASA 3 DAN 4 BANDUNG.

2 5 29

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA.

0 1 32

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR MELEMPAR:Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SD YWKA Kota Bandung.

0 0 35

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PEMBELAJARAN BASIC GAMES DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS V SDN CISITU 1.

0 0 29

UPAYA MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR (WAB) MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN PERMAINAN DASAR (BASIC GAMES) : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas III SDN Cidadap 1 Bandung.

6 20 29