Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kemampuan Motorik Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai Siswa SD.

(1)

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh

ANANG SETIAWAN

1202120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERISTAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Oleh

Anang Setiawan, S.Pd.

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Olahraga SPs

© Anang Setiawan 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

ANANG SETIAWAN 1202120

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd NIP. 196506141990011001

Pembimbing II

Dr. Surdiniaty Ugelta, M.Kes, AIFO NIP. 195912201987032001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga

Dr. Yudy Hendrayana, M.Kes, AIFO NIP. 196207181988031004


(4)

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD


(5)

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 10

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 13

F. Struktur Organisasi Tesis ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 15

1. Belajar Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

2. Pembelajaran Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif .... 17

3. Faktor Pendukung Kegiatan Pembelajaran ... 18

4. Hasil Belajar Dari Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif ... 20

5. Senam di Sekolah Dasar ... 25

6. Model-model Pembelajaran di Sekolah ... 33

7. Model Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar ... 36


(6)

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

9. Strategi Pembelajaran Jigsaw ... 41

10. Kemampuan Motorik Siswa Sekolah Dasar ... 42

11. Karakteristik Siswa Usia Sekolah Dasar ... 44

B. Penelitian yang Relevan ... 49

C. Kerangka Pemikiran ... 50

D. Hipotesis ... 55

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi/Sampel Penelitian ... 57

B. Desain Penelitian ... 59

C. Metode Penelitian ... 60

D. Definisi Operasional ... 61

E. Instrumen Penelitian ... 62

F. Langkah-langkah Penelitian ... 70

G. Langkah-langkah Pembuatan Instrumen Penelitian ... 71

H. Teknik Pengumpulan Data ... 71

I. Analisis Data ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 74

B. Pengujian Hipotesis Hasil Penelitian ... 81

C. Diskusi Penemuan ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(8)

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Menurut Muhibinsyah (2003, hlm. 10) yang dikutip oleh

Sagala (2003, hlm. 3), menjelaskan bahwa ‘dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan’. Sedangkan menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 (Sagala, 2003, hlm. 3), bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Jadi, pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku peserta didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan dimana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian peserta didik secara menyeluruh.

Proses pendidikan yang dilakukan pada semua jenjang mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah lanjutan tingkat akhir tidak hanya menekankan pada pembelajaran yang bersifat teoritis saja, artinya yang hanya menggunakan kemampuan kognitif, seperti mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, dan lain-lain. Akan tetapi, ada juga pembelajaran yang mengharuskan peserta didik untuk


(9)

2

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan kemampuan fisik atau psikomotornya, afektif, dan kognitif secara bersamaan, yaitu mata pelajaran pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan untuk menjadi wahana bagi kegiatan pendidikan. Sedangkan olahraga dalam lingkup intrakurikuler adalah kegiatan jasmani sebagai alat pelatihan jasmani untuk memelihara/meningkatkan derajat sehat dinamis yang adekuat bagi siswa (Giriwijoyo, 2012, hlm. 78).

Dari paparan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan jasmani dan olahraga seolah sudah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan lagi dalam proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan jasmani dan olahraga (Penjas-Or) merupakan bagian dari kurikulum standar bagi Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah. Dengan pengelolaan yang tepat, maka akan dirasakan pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani, dan sosial peserta didik. Berkaitan dengan olahraga, Giriwijoyo (2012, hlm. 37), mengungkapkan bahwa “olahraga dapat dibagi menjadi empat, yaitu olahraga prestasi, olahraga rekreasi, olahraga kesehatan, dan olahraga pendidikan”. Dalam dunia pendidikan, olahraga prestasi dapat dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk menyalurkan minat dan bakat para peserta didik pada olahraga kecabangan. Olahraga rekreasi dapat dilakukan salah satunya dengan cara melakukan wisata lintas alam sehingga akan menumbuhkan rasa senang pada diri siswa (aspek rohani dan sosial). Pada olahraga kesehatan, para peserta didik bisa melakukan olahraga massal seperti senam aerobik, poco-poco, dan lain-lain dengan arahan dari guru atau dari siswa sebagai instruktur. Sedangkan olahraga pendidikan atau olahraga intrakurikuler merupakan kegiatan jasmani yang bertujuan untuk memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar peserta didik.

Pendidikan jasmani memiliki definisi yang beragam dalam bentuk redaksi yang berbeda dari setiap orang atau tokoh yang mengungkapkannya, hal tersebut didasarkan pada pandangan seseorang terhadap pelaku penjas itu sendiri. Pandangan terhadap pendidikan jasmani dapat kita temui dalam UU no 4 tahun


(10)

3

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1950 Bab VI pasal 9 dalam Suherman (2009, hlm. 3) sebagai berikut, “Pendidikan

jasmani yang menuju keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakan usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang

sehat kuat lahir batin, diberikan pada seluruh jenjang pendidikan”.

Pandangan lain mengenai pendidikan jasmani dikemukakan oleh Lutan (2001, hlm. 18), bahwa:

Pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematis, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Dari pengertian pendidikan jasmani di atas, dapat dikatakan bahwa sudah sepatutnya penjas dapat mendidik dan membimbing peserta didik agar sehat jasmani maupun rohani, cerdas dan berkembang baik kemampuan kognitif, afektif, psikomotor maupun sosialnya.

Dalam pendidikan jasmani, peserta didik diberi kesempatan yang banyak untuk mempelajari sekaligus melaksanakan beragam kegiatan yang membina dan mengembangkan potensi peserta didik baik dalam aspek fisik, mental sosial, emosial dan moral. Jelasnya pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam hal ini ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Mengenai hal itu, Rink (2002) mengungkapkan bahwa “tujuan pendidikan jasmani meliputi tiga ranah (domain), yaitu domain kognitif, afektif, dan

psikomotor”. Pada domain kognitif peserta didik diharapkan mampu mengetahui dan memahami tentang materi pembelajaran penjas. Hal ini penting karena dengan mengetahui serta memahami materi penjas secara teoritis diharapkan akan membantu peserta didik dalam pelaksanaan praktisnya. Kemudian pada domain afektif, peserta didik harus bisa menampilkan sikap positif dalam pembelajaran penjas seperti menghargai teman, kerjasama, percaya diri, terlibat aktif dalam pembelajaran, dan lain sebagainya. Pada domain ini juga keterampilan sosial peserta didik akan berkembang karena dalam pembelajaran penjas hubungan sosial antar peserta didik harus terjalin dengan baik, contohnya dalam materi yang


(11)

4

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengharuskan peserta didik berkelompok atau beregu, mau tidak mau harus ada komunikasi dan kerjasama agar regu atau kelompoknya bisa menjadi yang terbaik. Sedangkan pada domain psikomotor, peserta didik lebih ditekankan pada pengembangan bahkan penguasaan gerak dan keterampilan motorik. Hal ini sangat penting karena dengan banyaknya pengalaman serta penguasaan gerak akan membekali peserta didik pada tugas-tugas gerak yang lebih berat atau lebih kompleks di masa yang akan datang. Ketiga domain tujuan penjas tersebut sangatlah penting untuk dicapai sebagai bekal bagi peserta didik.

Tujuan-tujuan pendidikan jasmani dan olahraga tersebut akan dicapai melalui materi-materi dalam pembelajaran pendidikan jasmani, diantaranya yaitu aktivitas permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas uji diri, aktivitas ritmik, aktivitas air, dan aktivitas luar sekolah/alam bebas. Seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Salah satu standar kompetensi lulusan untuk tingkat Sekolah Dasar adalah mempraktekkan gerak ritmik meliputi senam pagi, senam kesegaran jasmani (SKJ), dan aerobik. Akan tetapi, dalam kenyataannya macam-macam gerak ritmik tersebut sudah mulai dilupakan dan jarang dilakukan di sekolah dengan beragam alasan yang mengiringinya. Lebih tepatnya macam-macam gerak ritmik tersebut pada saat ini dilakukan di sanggar-sanggar senam atau tempat-tempat umum sebagai olahraga massal bagi masyarakat. Selain itu, standar kompetensi lulusan yang harus dilaksanakan pada tingkat Sekolah Dasar adalah mempraktekkan gerak ketangkasan seperti ketangkasan dengan dan tanpa alat, serta senam lantai.

Dari pemaparan tersebut, dapat dipahami bahwa pada tingkat sekolah dasar materi-materi pendidikan jasmani pada umumnya ditekankan terhadap pengembangan kemampuan gerak dasar, hal ini bertujuan untuk mempersiapkan kemampuan jasmani peserta didik ketika akan beranjak kejenjang atau tingkat pendidikan selanjutnya, yaitu tingkat menengah dan tingkat akhir. Dengan pengembangan serta penguasaan kemampuan gerak dasar dari materi-materi yang


(12)

5

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tertuang dalam kurikulum, diharapkan bisa membekali peserta didik pada kehidupannya di masa yang akan datang.

Dalam kenyataannya, banyak sekali tantangan yang dihadapi dalam pembelajaran penjas. Seperti yang dikemukakan oleh Suherman (2009, hlm. 44) dalam bukunya yang berjudul Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani, memaparkan:

Banyak para ahli mengatakan bahwa kegiatan mengajar adalah menantang. Sementara itu kegiatan mengajar Penjas lebih menantang lagi. Dengan alasan sebagai berikut: 1) Keadaaan siswa; 2) Isi pelajaran meliputi semua spektrum aktivitas;3) Fasilitas dan alat seringkali di bawah standar kebutuhan; 4) Terkadang guru harus melatih di luar jam pelajaran, 5) Guru harus membina pramuka; 6) Guru harus memegang urusan kesiswaaan.

Selain dihadapkan pada masalah-masalah yang sering dialami oleh mata pelajaran penjas seperti dalam kutipan di atas, mata pelajaran penjas juga sering dipandang sebelah mata, negatif, bahkan dianggap kurang penting dibanding mata pelajaran lain. Seperti yang diungkapkan oleh Lutan (Juliantine, 2010, hlm. 12) bahwa:

Di Indonesia, mata pelajaran pendidikan jasmani masih dianggap tidak penting. Mata pelajaran ini sering disisihkan. Lebih merana lagi, waktu yang seharusnya digunakan untuk kepentingan belajar itu diisi oleh kegiatan lainnya seperti rapat guru, piknik, atau keperluan lainnya.

Dari pernyataan negatif di atas terhadap pendidikan jasmani, ini bisa disebabkan oleh proses belajar mengajar yang kurang kondusif sehingga muncul pandangan-pandangan negatif tersebut baik terhadap mata pelajaran penjas bahkan terhadap gurunya juga. Oleh sebab itu, guru dituntut harus bisa memberikan proses pembelajaran yang baik sehingga dapat mewujudkan tujuan penjas yang pada akhirnya mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, proses pembelajaran yang baik merupakan alat untuk mencapai tujuan dan dapat mencerminkan mutu dalam proses belajar mengajar tersebut.

Salah satu alat untuk membantu guru dalam proses belajar mengajar adalah dengan mengunakan model pembelajaran. Seperti yang diterangkan oleh


(13)

6

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sagala (2011, hlm. 175), bahwa “untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model pembelajaran yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik”. Selain itu, Aunurrahman (2010, hlm. 143), menerangkan bahwa:

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Dari pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam artian sesuai dengan keadaan dan kebutuhan maka akan membantu guru serta peserta didik dalam pencapaian tujuan, dalam konteks ini yaitu tujuan dalam mencapai hasil belajar yang baik.

Pada proses pembelajaran penjas di sekolah banyak sekali guru yang mengajarkan pendidikan jasmani tanpa mengetahui model pembelajaran apa yang mereka gunakan, padahal terdapat beberapa macam model pembelajaran dalam penjas yang dapat digunakan oleh guru. Direct Instruction, Personalized System

for Instruction (PSI), Cooperative Learning, Sport Education, Peer Teaching, Inquiry Teaching, dan Tactical Games (Metzler, 2000, hlm. 159) merupkan

beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

Dari ketujuh model pembelajaran penjas di atas, hampir seluruh guru penjas di sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah lanjutan tingkat akhir menggunakan model pembelajaran direct instruction dalam proses pembelajarannya. Direct instruction menurut Metzler, “Teacher as instructional

leader”, jadi guru memegang penuh kendali dalam pembelajaran sehingga siswa

hanya tinggal mengikuti perintah dan menerima apa yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran. Hal ini bisa disebabkan karena pengetahuan atau wawasan guru tentang model pembelajaran yang kurang, selain itu juga bisa disebabkan karena hal ini seolah-olah sudah menjadi budaya turun temurun bahwa tugas guru


(14)

7

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah mengajar dan siswa menerima pelajaran yang diberikan guru. Sehingga, jika nantinya seorang siswa menjadi guru pendidikan jasmani dia akan mengikuti tata cara proses pembelajaran langsung/direct instruction sesuai dengan apa yang didapat saat guru tersebut menjadi siswa. Hal ini bisa menghambat proses pembelajaran karena guru tidak mau mencoba dan mengembangkan model pembelajaran lain.

Dari pengamatan peneliti terhadap sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian, keadaan serupa dilakukan oleh guru penjasnya yaitu menggunakan model pembelajaran direct instruction dalam proses pembelajarannya. Hal ini bisa dijadikan dasar oleh peneliti untuk menjadikan sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian dengan cara mencoba menerapkan model pembelajaran lain, yaitu model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran penjas.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh Robert Slavin pada awal tahun 1970-an dan sekarang digunakan dibanyak sekolah, pada semua tingkatan, dan untuk semua subjek pada kurikulum, termasuk pada pembelajaran penjas. Lebih lanjut Slavin (1990) dalam Metzler (2000, hlm. 227), menjelaskan bahwa:

....cooperative structures create a situation in which the only way group members can attain their own personal goals is if the group is succesful. Therefore, to meet their personal goals, group members must help their group mates to do what help the group to succeed, and perhaps more important, encourage their group mates to exert maximum effort.

Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa struktur kooperatif membuat situasi dimana anggota kelompok dapat mencapai tujuan pribadi jika kelompok sudah berhasil. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pribadi, anggota kelompok harus saling membantu agar kelompoknya berhasil. Hal tersebut

didukung oleh Metzler (2000, hlm. 228), yang menyatakan bahwa “tema utama

dari pembelajaran kooperatif yaitu kelompok tidak berhasil sampai semua anggota

berhasil”, yang dalam bahasanya yaitu Major Theme for Cooperative Learning: The Group Has Not Achieved until All of Its Members Have Achieved.


(15)

8

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada model pembelajaran kooperatif terdapat lima strategi belajar yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yaitu Student Teams Achievement

Divisions (STAD), Team Games Tournament (TGT), Team Assisted Instruction (TAI), Jigsaw, dan Group Investigation.

Dari kelima strategi pembelajaran tersebut, dalam penelitan ini peneliti menggunakan strategi pembelajaran Student Teams Achievement Divisions

(STAD) untuk kelompok eksperimen dan strategi pembelajaran Jigsaw untuk

kelompok kontrol.

STAD adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada keberhasilan kelompok tanpa adanya kompetisi antar kelompok. Penilaian dilakukan kepada setiap anggota kelompok yang kemudian dijumlahkan menjadi nilai total kelompok. Kelompok yang memiliki total nilai paling besar dapat memberikan motivasi kepada kelompok lain untuk meningkatkan perolehan nilai kelompoknya. Sedangkan Jigsaw adalah strategi pembelajaran yang menempatkan siswa pada kelompok-kelompok tertentu dan kemudian diberikan satu bagian tugas keterampilan, bidang pengetahuan, atau permainan. Jadi, tugas yang diberikan oleh guru berbeda pada setiap kelompoknya.

Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat membantu guru dalam mengatasi masalah-masalah yang ditemui dalam proses pembelajaran, sedangkan bagi siswa bisa membantu dalam mengatasi kesulitan belajarnya sehingga pada akhirnya akan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan salah satunya yaitu untuk meningkatkan hasil belajar.

Model pembelajaran kooperatif akan peneliti coba terapkan pada salah satu materi ajar dalam penjas, yaitu senam lantai. Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mendapat penekanan dalam program pendidikan jasmani, terutama karena tuntutan fisik yang dipersyaratkan, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Disamping itu, senam juga menyumbang besar pada perkembangan gerak dasar fundamental yang penting


(16)

9

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bagi aktivitas fisik cabang olahraga lain, terutama dalam hal mengatur tubuh secara efektif dan efisien.

Senam ialah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis (Hidayat, 1979, hlm. 6).

Jadi, fokus senam itu sendiri adalah tubuh, bukan alatnya, bukan pula gerakannya, karena gerak apapun yang digunakan, tujuan utamanya adalah peningkatan kualitas fisik serta penguasaan pengontrolannya. Sehingga dengan demikian akan membantu peserta didik dalam menjalankan kegiatan sehari-hari baik kegiatan sekolah atau kegiatan lain di lingkungannya.

Akan tetapi, kenyataan dilapangan menunjukan bahwa salah satu hambatan yang sering ditemui oleh guru penjas dalam mengajarkan senam di sekolah adalah gambaran/bayangan bahwa senam itu begitu sulit dilakukan serta memerlukan peralatan khusus yang lengkap seperti pada senam yang selalu dipertandingkan pada PON atau Olimpiade (Mahendra, 2003, hlm. 7). Sehingga dengan gambaran-gambaran tersebut akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan bagi guru penjas, seperti bagaimana senam dapat dimanfaatkan secara optimum sesuai harapan-harapan di atas? Jenis senam apakah yang dianggap paling sesuai untuk mendukung upaya pencapaian manfaat senam? Serta bagaimana kesemua itu dapat dicapai dalam situasi persekolahan yang sangat minim alat seperti di Indonesia?

Para guru seharusnya menyadari bahwa arti senam dalam pendidikan jasmani berbeda dengan senam pada PON atau Olimpiade. Dalam dunia pendidikan, pembelajaran senam seharusnya diartikan sebagai kegiatan fisik yang didalamnya anak mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk menguasai tubuhnya secara meyakinkan dalam situasi yang berbeda-beda sehingga akan mencapai tujuan senam itu sendiri. Terdapat banyak jenis senam yang dapat dilakukan dalam pembelajaran penjas dan disesuaikan dengan keadaan sekolah. Seperti yang dikemukakan oleh FIG (Federation Internationale de Gymnastique) bahwa senam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu:


(17)

10

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Senam artistik (artistic gymnastics)

2. Senam ritmik sportif (sportive rhytmic gymnastics) 3. Senam akrobatik (acrobatic gymnastics)

4. Senam aerobik sport (sports aerobics) 5. Senam trampolin (trampolinning) 6. Senam umum (general gymnastics)

Dalam pelaksanaannya, guru penjas bisa memilih jenis senam yang dapat digunakan dalam pembelajaran penjas. Salah satu jenis senam yang biasanya dilakukan dalam pembelajaran penjas di sekolah dan tertuang dalam kurikulum adalah senam lantai. Senam lantai atau floor Exercises merupakan salah satu jenis senam yang termasuk dalam kelompok senam artistik (artistic gymnastics). Jenis senam lantai yang dapat digunakan dalam pembelajaran penjas bisa disesuaikan dengan keadaan sekolah serta alat yang tersedia, bahkan bisa dilakukan tanpa alat sekalipun seperti baling-baling, Twist, Sikap lilin, Lompat lenting (Arch Jump),

Tuck Jump¸ keseimbangan (Balances), Lompat kangkang (Straddle Jump),

kayang, dan lain-lain.

Selain mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD dan Jigsaw dalam pembelajaran senam lantai, peneliti juga akan mencoba menerapkan model rangkaian gerak senam yang dikembangkan dari gerakan-gerakan senam ritmik menurut federasi senam internasional (FIG). Model rangkaian gerak senam yang dikembangkan oleh peneliti mengacu pada kenyataan keadaan sekolah pada saat ini yang diantaranya kurang memiliki fasilitas bahkan tidak memiliki fasilitas sama sekali, seperti tidak tersedianya matras. Dengan pengembangan model rangkaian gerakan senam ini, guru penjas pada khususnya di sekolah dasar mempunyai referensi baru mengenai model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran penjas dan juga model rangkaian gerakan senam yang bisa dipakai dalam materi senam lantai.

Berdasarkan uraian beberapa masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang penerapan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dan Jigsaw dengan variabel atributnya yaitu kemampuan motorik siswa terhadap hasil belajar senam lantai pada siswa sekolah dasar.


(18)

11

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Pada saat ini, materi senam lantai dalam pembelajaran pendidikan jasmani sudah mulai diabaikan oleh guru penjas. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah gambaran/bayangan guru bahwa senam itu sulit untuk dilakukan serta memerlukan peralatan khusus yang lengkap seperti pada senam yang selalu dipertandingkan pada PON atau Olimpiade (Mahendra, 2003, hlm. 7). Dengan gambaran-gambaran tersebut maka akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan bagi guru penjas, seperti bagaimana senam dapat dimanfaatkan secara optimum agar bisa mencapai harapan-harapan yang telah dikemukakan pada latar belakang penelitian di atas, diantaranya untuk meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual? Jenis senam apakah yang dianggap paling sesuai untuk mendukung upaya pencapaian manfaat senam? Serta bagaimana kesemua itu dapat dicapai dalam situasi persekolahan yang sangat minim alat seperti di Indonesia?

Dengan pemilihan gerakan-gerakan senam yang sederhana dan bahkan mungkin tanpa menggunakan alat, serta penerapan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan membantu siswa dan guru dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapai oleh para guru penjas dengan mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dan Jigsaw dalam pembelajaran senam lantai.

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, maka identifikasi masalah penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Anggapan guru penjas bahwa senam itu sulit. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa salah satu hambatan yang sering ditemui oleh guru penjas dalam mengajarkan senam di sekolah adalah gambaran/bayangan bahwa senam itu sulit dilakukan seperti senam yang dipertandingkan pada PON atau Olimpiade.


(19)

12

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pemilihan jenis senam. Jenis senam yang digunakan dalam pembelajaran penjas bisa disesuaikan dengan keadaan siswa dan sekolah akan tetapi dengan tetap mengacu pada upaya pencapaian manfaat senam.

3. Minimnya alat pembelajaran dalam senam. Selain bayangan dari guru penjas tentang gerakan senam itu sulit, masalah berikutnya adalah minimnya alat pembelajaran, dalam hal ini matras untuk senam lantai.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara keseluruhan, apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw?

2. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar senam lantai?

3. Bagi siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi, apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw?

4. Bagi siswa yang memiliki kemampuan motorik rendah, apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


(20)

13

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar senam lantai.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw pada siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi.

4. Untuk mengetahui, apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw pada siswa yang memiliki kemampuan motorik rendah.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan serta menguatkan teori sebelumnya dengan dukungan data empiris yang ada mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif dan kemampuan motorik terhadap hasil belajar senam lantai.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan atau bahkan menjadi pedoman bagi para pendidik atau guru-guru pendidikan jasmani mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif dan kemampuan motorik terhadap hasil belajar senam lantai.


(21)

14

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Struktur Organisasi Tesis

Sistematika penulisan yang digunakan pada tesis ini adalah sebagai berikut:

BAB I Menjelaskan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat atau signifikansi penelitian, dan struktur organisasi tesis.

BAB II Menjelaskan tentang studi literatur, pendapat para ahli, teori tentang variabel yang sedang dikaji (state of the art), penelitian yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

BAB III Menjelaskan tentang lokasi dan populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV Menjelaskan tentang hasil penelitian dengan menggunakan pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis temuan.

BAB V Menjelaskan tentang kesimpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(22)

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

88

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Bertitik tolak dari tujuan penelitian yang telah dipaparkan pada BAB I, yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw, maka berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, serta pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa:

1. Secara keseluruhan, terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw.

2. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar senam lantai. Ada beberapa temuan di lapangan yang diduga menyebabkan tidak terdapatnya interaksi, diantaranya yaitu sifat anak-anak, motivasi, keterbatasan waktu, keterbatasan lapangan, dan kondisi lapangan.

3. Pada siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi, kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD menunjukkan skor rata-rata yang lebih besar dari pada kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw.

4. Pada siswa yang memiliki kemampuan motorik rendah, hasil belajar senam lantai kelompok yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD lebih besar dari pada kelompok yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw. Hal ini bisa merupakan suatu indikasi bahwa model pembelajaran kooperatif strategi STAD lebih cocok digunakan baik pada kelompok yang memiliki kemampuan motorik tinggi maupun rendah untuk mencapai hasil belajar senam lantai yang lebih baik.


(23)

89

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.Saran

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw. Secara lebih rinci, hasilnya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif strategi STAD lebih besar pengaruhnya terhadap hasil belajar senam lantai dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw. Bagi guru penjas Sekolah Dasar, disarankan agar menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD untuk meningkatkan hasil belajar senam lantai. Karena dengan penerapan model pembelajaran kooperatif strategi STAD memberikan dampak terhadap peningkatan rata-rata hasil belajar senam lantai siswa. Selain menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD, guru juga dapat membuat rangkaian gerakan senam lantai yang dapat disesuaikan dengan keadaan, baik keadaan siswa maupun keadaan lingkungan tempat belajar, sehingga siswa bukan hanya sekedar meningkatkan hasil belajarnya saja akan tetapi juga mendapatkan manfaat dari senam itu sendiri dalam menunjang kehidupannya baik dimasa kini maupun masa yang akan datang.

Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan agar dikembangkan melalui kajian atau penggunaan model pembelajaran lain atau penerapan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Kemudian juga bisa dikaji dalam fokus lain seperti pada materi penjas yang lain, pada gender yang berbeda, jumlah sampel yang lebih banyak, pada kelompok usia, atau bahkan pada olahraga prestasi, dan lain sebagainya sehingga akan lebih menguatkan temuan dari hasil penelitian sebelumnya.


(1)

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Identifikasi Masalah Penelitian

Pada saat ini, materi senam lantai dalam pembelajaran pendidikan jasmani sudah mulai diabaikan oleh guru penjas. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah gambaran/bayangan guru bahwa senam itu sulit untuk dilakukan serta memerlukan peralatan khusus yang lengkap seperti pada senam yang selalu dipertandingkan pada PON atau Olimpiade (Mahendra, 2003, hlm. 7). Dengan gambaran-gambaran tersebut maka akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan bagi guru penjas, seperti bagaimana senam dapat dimanfaatkan secara optimum agar bisa mencapai harapan-harapan yang telah dikemukakan pada latar belakang penelitian di atas, diantaranya untuk meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual? Jenis senam apakah yang dianggap paling sesuai untuk mendukung upaya pencapaian manfaat senam? Serta bagaimana kesemua itu dapat dicapai dalam situasi persekolahan yang sangat minim alat seperti di Indonesia?

Dengan pemilihan gerakan-gerakan senam yang sederhana dan bahkan mungkin tanpa menggunakan alat, serta penerapan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan membantu siswa dan guru dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapai oleh para guru penjas dengan mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dan Jigsaw dalam pembelajaran senam lantai.

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, maka identifikasi masalah penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Anggapan guru penjas bahwa senam itu sulit. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa salah satu hambatan yang sering ditemui oleh guru penjas dalam mengajarkan senam di sekolah adalah gambaran/bayangan bahwa senam itu sulit dilakukan seperti senam yang dipertandingkan pada PON atau Olimpiade.


(2)

12

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pemilihan jenis senam. Jenis senam yang digunakan dalam pembelajaran penjas bisa disesuaikan dengan keadaan siswa dan sekolah akan tetapi dengan tetap mengacu pada upaya pencapaian manfaat senam.

3. Minimnya alat pembelajaran dalam senam. Selain bayangan dari guru penjas tentang gerakan senam itu sulit, masalah berikutnya adalah minimnya alat pembelajaran, dalam hal ini matras untuk senam lantai.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara keseluruhan, apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw?

2. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar senam lantai?

3. Bagi siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi, apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw?

4. Bagi siswa yang memiliki kemampuan motorik rendah, apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


(3)

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar senam lantai.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw pada siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi.

4. Untuk mengetahui, apakah terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw pada siswa yang memiliki kemampuan motorik rendah.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan serta menguatkan teori sebelumnya dengan dukungan data empiris yang ada mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif dan kemampuan motorik terhadap hasil belajar senam lantai.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan atau bahkan menjadi pedoman bagi para pendidik atau guru-guru pendidikan jasmani mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif dan kemampuan motorik terhadap hasil belajar senam lantai.


(4)

14

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Struktur Organisasi Tesis

Sistematika penulisan yang digunakan pada tesis ini adalah sebagai berikut:

BAB I Menjelaskan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat atau signifikansi penelitian, dan struktur organisasi tesis.

BAB II Menjelaskan tentang studi literatur, pendapat para ahli, teori tentang variabel yang sedang dikaji (state of the art), penelitian yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

BAB III Menjelaskan tentang lokasi dan populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV Menjelaskan tentang hasil penelitian dengan menggunakan pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis temuan.

BAB V Menjelaskan tentang kesimpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(5)

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

88

A.Kesimpulan

Bertitik tolak dari tujuan penelitian yang telah dipaparkan pada BAB I, yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw, maka berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, serta pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa:

1. Secara keseluruhan, terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw.

2. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar senam lantai. Ada beberapa temuan di lapangan yang diduga menyebabkan tidak terdapatnya interaksi, diantaranya yaitu sifat anak-anak, motivasi, keterbatasan waktu, keterbatasan lapangan, dan kondisi lapangan.

3. Pada siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi, kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD menunjukkan skor rata-rata yang lebih besar dari pada kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw.

4. Pada siswa yang memiliki kemampuan motorik rendah, hasil belajar senam lantai kelompok yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD lebih besar dari pada kelompok yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw. Hal ini bisa merupakan suatu indikasi bahwa model pembelajaran kooperatif strategi STAD lebih cocok digunakan baik pada kelompok yang memiliki kemampuan motorik tinggi maupun rendah untuk mencapai hasil belajar senam lantai yang lebih baik.


(6)

89

ANANG SETIAWAN, 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR

SENAM LANTAI SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B.Saran

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat perbedaan hasil belajar senam lantai antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw. Secara lebih rinci, hasilnya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif strategi STAD lebih besar pengaruhnya terhadap hasil belajar senam lantai dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw. Bagi guru penjas Sekolah Dasar, disarankan agar menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD untuk meningkatkan hasil belajar senam lantai. Karena dengan penerapan model pembelajaran kooperatif strategi STAD memberikan dampak terhadap peningkatan rata-rata hasil belajar senam lantai siswa. Selain menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi STAD, guru juga dapat membuat rangkaian gerakan senam lantai yang dapat disesuaikan dengan keadaan, baik keadaan siswa maupun keadaan lingkungan tempat belajar, sehingga siswa bukan hanya sekedar meningkatkan hasil belajarnya saja akan tetapi juga mendapatkan manfaat dari senam itu sendiri dalam menunjang kehidupannya baik dimasa kini maupun masa yang akan datang.

Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan agar dikembangkan melalui kajian atau penggunaan model pembelajaran lain atau penerapan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Kemudian juga bisa dikaji dalam fokus lain seperti pada materi penjas yang lain, pada gender yang berbeda, jumlah sampel yang lebih banyak, pada kelompok usia, atau bahkan pada olahraga prestasi, dan lain sebagainya sehingga akan lebih menguatkan temuan dari hasil penelitian sebelumnya.