Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Kerja Guru dan Kepuasan Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Kabupaten Temanggung T2 942010036 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mengajar adalah pekerjaan yang sangat penting
untuk perkembangan suatu Negara. Tanpa kehadiran
guru maka suatu Negara tidak akan berkembang atau
maju. Guru merupakan bagian penting dalam sistem
pendidikan. Guru mempunyai peran yang penting
dalam pembentukan karakter, moral, dan kepribadian
siswa. Proses sosial dan kejiwaan siswa tidak lepas dari
peran guru dalam mendidik siswa yang terjadi dalam
lembaga atau institusi sekolah. Oleh karena itu maka
kinerja guru haruslah diperhatikan guna meningkatkan
kualitas pendidikan kita
Berdasarkan Undang Undang No.14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, Peraturan pemerintah No 74
tahun 2008 tentang Guru, dinyatakan bahwa Guru
sebagai tenaga pendidik yang professional mempunyai
tugas
utama
mengarahkan,
peserta
didik,
mendidik,
mengajar,
melatih,
menilai,
pada
pendidikan
membimbing,
dan
mengevaluasi
usia
dini
jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Dalam
kegiatan
mendidik
dan
mengajar
pemerintah haruslah memperhatikan guru. Kinerja
guru haruslah selalu ditingkatkan. Menurut
Nawawi
(2006 : 64-65) dinyatakan bahwa Kinerja guru adalah
hasil kerja yang di capai oleh seorang guru/pendidik
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
1
jawabnya. Kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor
yang terdiri dari (a) Pengetahuan, khususnya yang
berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab dalam bekerja. (b) Pengalaman, tidak hanya yang
sekedar berarti jumlah waktu atau lamanya bekerja ,
tetapi
berkenaan
juga
dengan
substansi
yang
dikerjakan, (c) Kepribadian, berupa kondisi di dalam
diri seseorang menghadapi bidang kerjanya, seperti
motivasi kerja, dan disiplin kerja .
Selanjutnya kualitas proses pendidikan dan
produknya tidak bisa lepas dari kinerja guru. Sehingga
kinerja guru adalah suatu keharusan untuk perbaikan
pendidikan. Menurut Hanif (2004:39), menjelaskan
bahwa kualitas dari proses dan produk pendidikan
tidak bisa disangkal lagi merupakan pengaruh dari
kinerja guru. Seluruh bagian dari pendidikan akan
goyah jika kinerja guru lemah dan tidak efektif. Oleh
karena itu kinerja guru yang efektif adalah suatu
keharusan
untuk perbaikan pendidikan, yang mana
kita berusaha keras untuk melaksanakannya. Definisi
dari kinerja guru yang terbaik tentu saja jauh lebih
komplek dari pada hanya menuliskan daftar tujuan
pendidikan.
Menurut Russel & Munby, 1992; Cooper &
Conley,
1991;
Carnegie
Forum,
1986;
Education
Commision Adversory Committee, 1992 dalam Hanif
(2004:41) dalam dua dekade terakhir, para pengambil
kebijakan, lembaga pendidikan guru, dan sekolah
sekolah telah menerap-kan banyak sekali inisiatif
dalam pengembangan dan pendidikan guru, yang
bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru. Meskipun
2
sumber daya yang sangat besar telah diinvestasikan
dalam pembaharuan pendidikan, tetapi performa dari
siswa secara keseluruhan menurun dalam ukuran yang
berarti baik di Hong Kong dan juga dinegara Negara
berkembang lainnya.
Guru selalu dituntut untuk bisa bekerja yang
professional. hal ini dikarenakan bahwa Pekerjaan yang
digelutinya
merupakan
sumber
dari
kehidupanya.
Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki haruslan
bisa
memenuhi
diharapkan
dari
standar
para
mutu
stake
dan
norma
holder
yang
(pemangku
kepentingan). yaitu masyarakat dan pemerintah. Guru
haruslah bisa menunjukkan kinerja yang tinggi dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, sesuai
dengan tuntutan masyarakat.
Upaya
secara
terus
meningkatkan
menerus
kualitas
dilakukan
kinerja
tetapi
guru
berbagai
indikator mutu pendidikan belum menunjukan adanya
peningkatan yang berarti. Upaya peningkatan mutu
pendidikan sebenarnya selalu dilakukan salah satunya
dengan peningkatan produktifitas kinerja guru baik
secara perorangan atau kelompok melalui pendidikan,
pelatihan dan penataran. Pemerintah mengharapkan
para guru memberikan kinerja yang tinggi.
Berdasarkan data tes Uji Kompetentsi Guru
(UKG) Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 untuk tingkat
SMA untuk semua Mata pelajaran dapat diperoleh
keterangan:
3
Tabel 1.1
Rasio Pencapaian Pelaksanaan Total peserta 949.972
sudah mengikuti 878.53
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Mata Pelajaran
Antropologi
B Arab
B Indonesia
B Inggris
B Jawa
B Jepang
B Jerman
B Konseling
Biologi
Ekonomi
Fisika
Nilai
rata rata
43.80
49.58
50.20
42.71
60.51
48.29
52.15
54.79
58.34
53.72
47.81
No
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Nilai
rata rata
62.56
57.10
65.47
50.60
51.10
59.89
52.61
59.07
50.47
65.34
Mata pelajaran
Geografi
Ketrampilan
Kimia
Matematika
Penjaskes
Pkn
Sejarah
Seni Budaya
Sosiologi
TIK
Jumlah Nilai Keseluruhan
1136.12
Nilai rata rata kompetensi guru 1136.12 : 21 = 54.10
Sumber: Ukg.kemdikbud.go.Id
Dari Nilai rata rata yang di peroleh para guru di
atas
menunjukkan
bahwa
nilai
rata-rata
masih
dibawah nilai yang dijadikan standar penilaian yaitu
70.
Kemendikbud (2016) telah mengumumkan hasil
Uji Kompetensi Guru tahun 2015. Dari perolehan
secara nasional hanya 7 provinsi yang mencapai
standar kompetensi minimum (SKM) yang ditargetkan
secara nasional, yaitu rata-rata 55. 7 provinsi tersebut
adalah DI Yogyakarta (62,58), Jawa Tengah (59,10), DKI
Jakarta (58,44), Jawa Timur (56,73), Bali (56,13),
Bangka Belitung (55,13), dan Jawa Barat (55,06).
Meskipun
provinsi
Jawa
Tengah
sudah
mencapai
standar kompetensi minimum, jika dirinci lagi hasil
UKG untuk kompetensi bidang pedagogik, rata-rata
nasionalnya hanya 48,94, yakni berada di bawah
standar kompetensi minimal (SKM), yaitu 55. Artinya
secara nasional untuk aspek pedagogi atau cara
4
mengajar guru belum baik, sehingga masih perlu
dilakukan upaya peningkatan melalui pelatihan dan
pendidikan yang lebih terarah.
Berdasarkan informasi yang dimuat surat kabar
online, yaitu Kedaulatan Rakyat online krjogja.com
pada bulan Oktober 2015, menjelaskan bahwa kualitas
guru di Kabupaten Temanggung belum memenuhi
standar kompetensi minimal, sehingga perlu dipacu
agar
kompetensi
tersebut
dan
disampaikan
kinerjanya
Kepala
meningkat.
Dinas
Hal
Pendidikan
kabupaten Temanggung, Darmadi (2015), "Kualitas
guru di Temanggung masih belum baik, sehingga harus
terus dipacu agar meningkat dan memenuhi standar
nasional,".
Dari data hasil UKG pada tahun 2013, 2015 dan
informasi dari kepala dinas kabupaten Temanggung,
menegaskan
bahwa
masih
terdapat
permasalahan
kualitas guru secara nasional. Khususnya di kabupaten
Temanggung, kualitas kompetensi dan kinerja guru
belum memenuhi standar kompetensi minimal . Untuk
memperbaiki permasalahan tersebut perlu dilakukan
berbagai upaya tindakan dari berbagai pihak maupun
stake holder.
Berkaitan dengan kinerja guru maka faktor
motivasi kerja juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi
kinerja
guru.
Menurut
Manullang
(2006: 166) “Motivasi kerja tidak lain dari suatu yang
menimbulkan dorongan atau semangat kerja”. Motivasi
kerja seorang guru akan dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal antara lain prestasi, pengakuan, penghargaan,
5
tanggung
jawab,
perkembangan
eksternal
memperoleh
dalam
antara
lain
kemajuan
bekerja.
Sedangkan
gaji/upah
dan
faktor
hubungan
antar
pekerja, supervisi teknis, kondisi kerja, kebijakan
perusahaan, dan proses administrasi di perusahaan
(Herzberg dalam Nawawi, 2005: 354).
Selain dipengaruhi motivasi kerja, kinerja guru
juga dipengaruhi oleh kepuasan kerja guru. Istilah
kepuasan kerja biasanya digunakan dalam istilah
manajemen bisnis. Kepuasan kerja (job satisfaction)
adalah kenyamanan atau ketidaknyamanan
dengan
mana para pekerja memandang pekerjaan mereka.
Kepuasan
kerja
dapat
lebih
banyak
diterapkan
terhadap bagian bagian dari pekerjaan individual. Jika
masing
masing
pekerjaannya
orang
maka
benar-benar
akan
bisa
puas
dengan
dikatakan
sebagai
kepuasan kerja kelompok.
Usaha-usaha untuk menyediakan pendidikan
yang berkualitas akan terbukti sia-sia jika semua
pemangku
pendidikan
dan
pembuat
kebijakan
sekarang dan yang akan datang tidak memperhatikan
pada
kepuasan
kerja
guru.
Zembylas
dan
Papanastasious, 2006:245 dalam Ngimbudzi (2009:12)
yang meneliti Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja Guru
di Cyprus menganjurkan ,”… there is an urgent need for
policy makers to recognize the fact that educational
quality is largely related to teacher’ job satisfaction is a
pivotal aspect for a country like Tanzania which is trying
to fight ignorance among its citizens both quantitavely
and qualitively”. …Ada suatu kebutuhan mendesak bagi
para pembuat kebijakan untuk mengenali fakta bahwa
6
kualitas
pendidikan
sebagian
besar
berhubungan
dengan kepuasan kerja guru adalah aspek vital bagi
Negara
seperti
pengabaian
Tanzania
diantara
yang
warga
sedang
Negara
memerangi
baik
secara
kuantitas maupun kualitas…”.
Kepuasan guru merupakan salah satu bagian
dari
kematangan
kepribadian
seseorang
dan
merupakan salah satu kunci untuk mencapai tingkat
kinerja dari guru. Adanya tingkat kepuasan guru yang
tinggi akan bisa mendongkrak kinerja guru. Kepuasan
kerja
adalah
keberlanjutan
hal
yang
pertumbuhan
sangat
sistem
penting
demi
pendidikan
di
Indonesia.
Dari
hasil
penelitian
terdahulu
yang
telah
ditemukan ada beberapa penelitian yang menunjukkan
bahwa ada hubungan motivasi kerja guru dengan
kinerja guru dan kepuasan kerja guru dengan kinerja
guru.
Sebaliknya
ada
beberapa
penelitian
yang
membuktikan bahwa tidak ada hubungan motivasi
kerja
guru
dengan
kinerja
guru
dan
tidak
ada
hubungan signifikan kepuasan kerja guru dengan
kinerja guru. Hasil penelitian yang menyebutkan ada
hubungan dan tidak ada hubungan antara pasangan
variabel
tersebut
diuraikan
pada
hasil
penelitian
berikut ini.
Hasil penelitian Mary (2010:59-66) Motivation
and The Performance of Primary School Teacher’s In
Uganda: A Case of Kimaanya-kyabakuza Devision,
Masaka District” menemukan ada korelasi positif
antara motivasi instrinsik dengan kinerja guru (r =
0,437) dengan signifikansi (Sig. = 0.000) pada 0.05
tingkat signifikansi, dan korelasi positif antara
motivasi ekstrinsik dengan kinerja guru (r=0.144)
7
dengan signifikansi
signifikansi 0.05.
(Sig.=0.042)
pada
tingkat
Berdasarkan fakta bahwa hanya ada sedikit
atau tidak ada penelitian untuk menunjukkan tidak
adanya korelasi antara motivasi kerja guru dengan
kinerja guru untuk mendukung penemuan ini maka
kami sajikan penelitian Yensy (2008:41)
tentang
“Pengaruh kompensasi dan motivasi terhadap kinerja
guru di SMA Negeri 2 Argamakmur Bengkulu Utara”.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru tetap
di SMA N 2 Argamulya Bengkulu Utara yang
berjumlah 30 orang. Dari hasil analisis kuantitatif
diperoleh kesimpulan bahwa :
1)
2)
3)
Secara simultan terdapat pengaruh yang
signifikan kompensasi dan motivasi terhadap
kinerja guru di SMA N 2 Argamakmur Bengkulu
Utara (R 2 45.6%).
Secara parsial terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan
antara kompensasi terhadap
kinerja guru di SMA N 2 Argamulya Bengkulu
Utara (α 5 %. r 0,488).
Secara parsial tidak terdapat pengaruh yang
signifikan motivasi terhadap kinerja guru di SMA
N 2 Argamakmur Bengkulu Utara.
Selanjutnya
berdasarkan
penelitian
Astawa
(2009:abstraksi) tentang “Hubungan kepuasan kerja
guru dan motivasi kerja guru dengan kinerja guru pada
sekolah menengah atas swasta di Negara” menemukan
hasil
yaitu
Pertama,
ditemukan
bahwa
terdapat
hubungan positif dan signifikan antara kepuasan kerja
guru (X1) dengan kinerja guru (Y) yang dinyatakan
dalam bentuk persamaan Y = 39,482 + 0,602 X1 dan
koefisien korelasi rx1 y = 0,602. Kedua, ditemukan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara
8
motivasi kerja guru (X2) dengan kinerja guru (Y) yang
dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi y = 86,321
+ 0,220 X1 dan koefsien korelasi rx2- y = 0,261. Ketiga,
terdapat
hubungan
positif
dan
signifikan
antara
kepuasan kerja guru (X1) dan motivasi kerja guru (X2)
secara bersama sama terhadap kinerja guru (Y) yang
dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi y = 31,
874 + 0,576 X1 + 0,0623 X2 dan koefisien ganda r y12 =
0.652.
Selanjutnya menurut hasil penelitian Utamie
(2009:abstraksi) “Hubungan Antara Motivasi Kerja Dan
Kepuasan Kerja Dengan Kinerja Guru YPE GKI salatiga“.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat
hubungan signifikan antara motivasi kerja (X1) dengan
kinerja guru (Y) dengan koefisien korelasi sebesar 0,474
dan tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05 (p= 000 <
0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwa apabila skor
motivasi
kerja
meningkat
terdapat
kecenderungan
diikuti oleh meningkatnya skor kinerja guru. Demikian
pula sebaliknya apabila skor motivasi kerja menurun;
(2) Tidak terdapat hubungan antara kepuasan kerja (X2)
dengan kinerja guru (Y) dengan hasil perhitungan
koefisien korelasi r = 0,103 dan p= 0,229 > 0,05. Hal ini
menunjukkan
bahwa
kepuasan
kerja
tidak
berhubungan secara signifikan dengan kinerja guru.
Berdasarkan penelitian Mary (2010:59-66) dan
Yensy (2008:41) tentang hubungan motivasi kerja guru
dengan
kinerja
guru
dan
penelitian
Astawa
(2009:Abstraksi) dan Utamie (2009:abstraksi) tentang
hubungan antara kepuasan kerja guru dengan kinerja
guru terdapat perbedaan hasil dan bertolak belakang.
9
Mary (2010:59-66) menyatakan bahwa motivasi kerja
guru
berkorelasi
signifikan
dengan
kinerja
guru
sedangkan Yensy (2008:41) menyatakan tidak ada
pengaruh signifikan antara motivasi kerja guru dengan
kinerja guru. Astawa (2009:abstraksi) menyatakan ada
hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja guru
dengan
kinerja
(2009:abstraksi)
guru,
Dilain
menyatakan
tidak
pihak
ada
Utamie
hubungan
antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru.
Sementara itu berdasarkan hasil prapenelitian
yang dilakukan peneliti pada guru-guru di 6 SMA
Swasta
di
Kabupaten
Temanggung
dengan
80
responden menunjukkan hubungan yang signifikan
antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru dan
kepuasan kerja guru berhubungan signifikan dengan
kinerja guru. Hasil penelitian ini
tertarik
melakukan
penelitian
membuat penulis
ulang
untuk
membuktikan adakah Hubungan motivasi kerja guru
dan kepuasan kerja guru dengan kinerja guru SMA
Negeri di Kabupaten Temanggung.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,
permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah:
1. Adakah hubungan yang signifikan antara motivasi
kerja
guru dengan kinerja
guru SMA Negeri di
Kabupaten Temanggung?
10
2. Adakah hubungan yang signifikan antara kepuasan
kerja guru dengan kinerja guru SMA Negeri di
Kabupaten Temanggung ?.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui
signifikansi hubungan motivasi kerja guru dengan
kinerja guru di SMA Negeri di Kabupaten Temanggung.
(2) mengetahui signifikansi hubungan kepuasan kerja
guru dengan kinerja guru di SMA Negeri di Kabupaten
Temanggung.
1.4. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini bermanfaat, baik secara teoritis
maupun praktis, yaitu:
1.4.1 Manfaat Teoritik
Jika
dalam
hubungan yang
penelitian
ini
menunjukkan
signifikan antara motivasi kerja
dengan kinerja guru , maka temuan ini sesuai dengan
hasil penelitian Mary (2010:59-60) dan jika tidak ada
hubungan yang
signifikan antara motivasi kerja
dengan kinerja guru maka penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian Yensy (2008:41).
Jika
dalam
penelitian
ini
menenjukkan
hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja guru
dengan kinerja guru maka temuan ini sejalan dengan
hasil penelitian Astawa (2009:abstaksi) dan jika tidak
menemukan
hubungan
yang
signifikan
antara
kepuasan kerja guru dengan kinerja guru berarti
sejalan dengan penelitian Utamie (2009:abstraksi).
11
1.4.2. Manfaat Praktis
Bagi guru-guru di SMA Negeri di Kabupaten
Temanggung
penelitian
ini
memberikan
masukan
untuk membuat kebijakan dalam peningkatan kinerja
guru di Kabupaten Temanggung, Sehingga mampu
mengubah hambatan menjadi peluang guru. Penelitian
ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kinerja
guru. Bagi pihak sekolah dan kepala sekolah penelitian
ini dapat memberikan sumbangan yang berharga untuk
berbagai kepentingan terutama dalam menentukan
kebijakan.
12
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mengajar adalah pekerjaan yang sangat penting
untuk perkembangan suatu Negara. Tanpa kehadiran
guru maka suatu Negara tidak akan berkembang atau
maju. Guru merupakan bagian penting dalam sistem
pendidikan. Guru mempunyai peran yang penting
dalam pembentukan karakter, moral, dan kepribadian
siswa. Proses sosial dan kejiwaan siswa tidak lepas dari
peran guru dalam mendidik siswa yang terjadi dalam
lembaga atau institusi sekolah. Oleh karena itu maka
kinerja guru haruslah diperhatikan guna meningkatkan
kualitas pendidikan kita
Berdasarkan Undang Undang No.14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, Peraturan pemerintah No 74
tahun 2008 tentang Guru, dinyatakan bahwa Guru
sebagai tenaga pendidik yang professional mempunyai
tugas
utama
mengarahkan,
peserta
didik,
mendidik,
mengajar,
melatih,
menilai,
pada
pendidikan
membimbing,
dan
mengevaluasi
usia
dini
jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Dalam
kegiatan
mendidik
dan
mengajar
pemerintah haruslah memperhatikan guru. Kinerja
guru haruslah selalu ditingkatkan. Menurut
Nawawi
(2006 : 64-65) dinyatakan bahwa Kinerja guru adalah
hasil kerja yang di capai oleh seorang guru/pendidik
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
1
jawabnya. Kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor
yang terdiri dari (a) Pengetahuan, khususnya yang
berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab dalam bekerja. (b) Pengalaman, tidak hanya yang
sekedar berarti jumlah waktu atau lamanya bekerja ,
tetapi
berkenaan
juga
dengan
substansi
yang
dikerjakan, (c) Kepribadian, berupa kondisi di dalam
diri seseorang menghadapi bidang kerjanya, seperti
motivasi kerja, dan disiplin kerja .
Selanjutnya kualitas proses pendidikan dan
produknya tidak bisa lepas dari kinerja guru. Sehingga
kinerja guru adalah suatu keharusan untuk perbaikan
pendidikan. Menurut Hanif (2004:39), menjelaskan
bahwa kualitas dari proses dan produk pendidikan
tidak bisa disangkal lagi merupakan pengaruh dari
kinerja guru. Seluruh bagian dari pendidikan akan
goyah jika kinerja guru lemah dan tidak efektif. Oleh
karena itu kinerja guru yang efektif adalah suatu
keharusan
untuk perbaikan pendidikan, yang mana
kita berusaha keras untuk melaksanakannya. Definisi
dari kinerja guru yang terbaik tentu saja jauh lebih
komplek dari pada hanya menuliskan daftar tujuan
pendidikan.
Menurut Russel & Munby, 1992; Cooper &
Conley,
1991;
Carnegie
Forum,
1986;
Education
Commision Adversory Committee, 1992 dalam Hanif
(2004:41) dalam dua dekade terakhir, para pengambil
kebijakan, lembaga pendidikan guru, dan sekolah
sekolah telah menerap-kan banyak sekali inisiatif
dalam pengembangan dan pendidikan guru, yang
bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru. Meskipun
2
sumber daya yang sangat besar telah diinvestasikan
dalam pembaharuan pendidikan, tetapi performa dari
siswa secara keseluruhan menurun dalam ukuran yang
berarti baik di Hong Kong dan juga dinegara Negara
berkembang lainnya.
Guru selalu dituntut untuk bisa bekerja yang
professional. hal ini dikarenakan bahwa Pekerjaan yang
digelutinya
merupakan
sumber
dari
kehidupanya.
Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki haruslan
bisa
memenuhi
diharapkan
dari
standar
para
mutu
stake
dan
norma
holder
yang
(pemangku
kepentingan). yaitu masyarakat dan pemerintah. Guru
haruslah bisa menunjukkan kinerja yang tinggi dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, sesuai
dengan tuntutan masyarakat.
Upaya
secara
terus
meningkatkan
menerus
kualitas
dilakukan
kinerja
tetapi
guru
berbagai
indikator mutu pendidikan belum menunjukan adanya
peningkatan yang berarti. Upaya peningkatan mutu
pendidikan sebenarnya selalu dilakukan salah satunya
dengan peningkatan produktifitas kinerja guru baik
secara perorangan atau kelompok melalui pendidikan,
pelatihan dan penataran. Pemerintah mengharapkan
para guru memberikan kinerja yang tinggi.
Berdasarkan data tes Uji Kompetentsi Guru
(UKG) Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 untuk tingkat
SMA untuk semua Mata pelajaran dapat diperoleh
keterangan:
3
Tabel 1.1
Rasio Pencapaian Pelaksanaan Total peserta 949.972
sudah mengikuti 878.53
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Mata Pelajaran
Antropologi
B Arab
B Indonesia
B Inggris
B Jawa
B Jepang
B Jerman
B Konseling
Biologi
Ekonomi
Fisika
Nilai
rata rata
43.80
49.58
50.20
42.71
60.51
48.29
52.15
54.79
58.34
53.72
47.81
No
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Nilai
rata rata
62.56
57.10
65.47
50.60
51.10
59.89
52.61
59.07
50.47
65.34
Mata pelajaran
Geografi
Ketrampilan
Kimia
Matematika
Penjaskes
Pkn
Sejarah
Seni Budaya
Sosiologi
TIK
Jumlah Nilai Keseluruhan
1136.12
Nilai rata rata kompetensi guru 1136.12 : 21 = 54.10
Sumber: Ukg.kemdikbud.go.Id
Dari Nilai rata rata yang di peroleh para guru di
atas
menunjukkan
bahwa
nilai
rata-rata
masih
dibawah nilai yang dijadikan standar penilaian yaitu
70.
Kemendikbud (2016) telah mengumumkan hasil
Uji Kompetensi Guru tahun 2015. Dari perolehan
secara nasional hanya 7 provinsi yang mencapai
standar kompetensi minimum (SKM) yang ditargetkan
secara nasional, yaitu rata-rata 55. 7 provinsi tersebut
adalah DI Yogyakarta (62,58), Jawa Tengah (59,10), DKI
Jakarta (58,44), Jawa Timur (56,73), Bali (56,13),
Bangka Belitung (55,13), dan Jawa Barat (55,06).
Meskipun
provinsi
Jawa
Tengah
sudah
mencapai
standar kompetensi minimum, jika dirinci lagi hasil
UKG untuk kompetensi bidang pedagogik, rata-rata
nasionalnya hanya 48,94, yakni berada di bawah
standar kompetensi minimal (SKM), yaitu 55. Artinya
secara nasional untuk aspek pedagogi atau cara
4
mengajar guru belum baik, sehingga masih perlu
dilakukan upaya peningkatan melalui pelatihan dan
pendidikan yang lebih terarah.
Berdasarkan informasi yang dimuat surat kabar
online, yaitu Kedaulatan Rakyat online krjogja.com
pada bulan Oktober 2015, menjelaskan bahwa kualitas
guru di Kabupaten Temanggung belum memenuhi
standar kompetensi minimal, sehingga perlu dipacu
agar
kompetensi
tersebut
dan
disampaikan
kinerjanya
Kepala
meningkat.
Dinas
Hal
Pendidikan
kabupaten Temanggung, Darmadi (2015), "Kualitas
guru di Temanggung masih belum baik, sehingga harus
terus dipacu agar meningkat dan memenuhi standar
nasional,".
Dari data hasil UKG pada tahun 2013, 2015 dan
informasi dari kepala dinas kabupaten Temanggung,
menegaskan
bahwa
masih
terdapat
permasalahan
kualitas guru secara nasional. Khususnya di kabupaten
Temanggung, kualitas kompetensi dan kinerja guru
belum memenuhi standar kompetensi minimal . Untuk
memperbaiki permasalahan tersebut perlu dilakukan
berbagai upaya tindakan dari berbagai pihak maupun
stake holder.
Berkaitan dengan kinerja guru maka faktor
motivasi kerja juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi
kinerja
guru.
Menurut
Manullang
(2006: 166) “Motivasi kerja tidak lain dari suatu yang
menimbulkan dorongan atau semangat kerja”. Motivasi
kerja seorang guru akan dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal antara lain prestasi, pengakuan, penghargaan,
5
tanggung
jawab,
perkembangan
eksternal
memperoleh
dalam
antara
lain
kemajuan
bekerja.
Sedangkan
gaji/upah
dan
faktor
hubungan
antar
pekerja, supervisi teknis, kondisi kerja, kebijakan
perusahaan, dan proses administrasi di perusahaan
(Herzberg dalam Nawawi, 2005: 354).
Selain dipengaruhi motivasi kerja, kinerja guru
juga dipengaruhi oleh kepuasan kerja guru. Istilah
kepuasan kerja biasanya digunakan dalam istilah
manajemen bisnis. Kepuasan kerja (job satisfaction)
adalah kenyamanan atau ketidaknyamanan
dengan
mana para pekerja memandang pekerjaan mereka.
Kepuasan
kerja
dapat
lebih
banyak
diterapkan
terhadap bagian bagian dari pekerjaan individual. Jika
masing
masing
pekerjaannya
orang
maka
benar-benar
akan
bisa
puas
dengan
dikatakan
sebagai
kepuasan kerja kelompok.
Usaha-usaha untuk menyediakan pendidikan
yang berkualitas akan terbukti sia-sia jika semua
pemangku
pendidikan
dan
pembuat
kebijakan
sekarang dan yang akan datang tidak memperhatikan
pada
kepuasan
kerja
guru.
Zembylas
dan
Papanastasious, 2006:245 dalam Ngimbudzi (2009:12)
yang meneliti Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja Guru
di Cyprus menganjurkan ,”… there is an urgent need for
policy makers to recognize the fact that educational
quality is largely related to teacher’ job satisfaction is a
pivotal aspect for a country like Tanzania which is trying
to fight ignorance among its citizens both quantitavely
and qualitively”. …Ada suatu kebutuhan mendesak bagi
para pembuat kebijakan untuk mengenali fakta bahwa
6
kualitas
pendidikan
sebagian
besar
berhubungan
dengan kepuasan kerja guru adalah aspek vital bagi
Negara
seperti
pengabaian
Tanzania
diantara
yang
warga
sedang
Negara
memerangi
baik
secara
kuantitas maupun kualitas…”.
Kepuasan guru merupakan salah satu bagian
dari
kematangan
kepribadian
seseorang
dan
merupakan salah satu kunci untuk mencapai tingkat
kinerja dari guru. Adanya tingkat kepuasan guru yang
tinggi akan bisa mendongkrak kinerja guru. Kepuasan
kerja
adalah
keberlanjutan
hal
yang
pertumbuhan
sangat
sistem
penting
demi
pendidikan
di
Indonesia.
Dari
hasil
penelitian
terdahulu
yang
telah
ditemukan ada beberapa penelitian yang menunjukkan
bahwa ada hubungan motivasi kerja guru dengan
kinerja guru dan kepuasan kerja guru dengan kinerja
guru.
Sebaliknya
ada
beberapa
penelitian
yang
membuktikan bahwa tidak ada hubungan motivasi
kerja
guru
dengan
kinerja
guru
dan
tidak
ada
hubungan signifikan kepuasan kerja guru dengan
kinerja guru. Hasil penelitian yang menyebutkan ada
hubungan dan tidak ada hubungan antara pasangan
variabel
tersebut
diuraikan
pada
hasil
penelitian
berikut ini.
Hasil penelitian Mary (2010:59-66) Motivation
and The Performance of Primary School Teacher’s In
Uganda: A Case of Kimaanya-kyabakuza Devision,
Masaka District” menemukan ada korelasi positif
antara motivasi instrinsik dengan kinerja guru (r =
0,437) dengan signifikansi (Sig. = 0.000) pada 0.05
tingkat signifikansi, dan korelasi positif antara
motivasi ekstrinsik dengan kinerja guru (r=0.144)
7
dengan signifikansi
signifikansi 0.05.
(Sig.=0.042)
pada
tingkat
Berdasarkan fakta bahwa hanya ada sedikit
atau tidak ada penelitian untuk menunjukkan tidak
adanya korelasi antara motivasi kerja guru dengan
kinerja guru untuk mendukung penemuan ini maka
kami sajikan penelitian Yensy (2008:41)
tentang
“Pengaruh kompensasi dan motivasi terhadap kinerja
guru di SMA Negeri 2 Argamakmur Bengkulu Utara”.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru tetap
di SMA N 2 Argamulya Bengkulu Utara yang
berjumlah 30 orang. Dari hasil analisis kuantitatif
diperoleh kesimpulan bahwa :
1)
2)
3)
Secara simultan terdapat pengaruh yang
signifikan kompensasi dan motivasi terhadap
kinerja guru di SMA N 2 Argamakmur Bengkulu
Utara (R 2 45.6%).
Secara parsial terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan
antara kompensasi terhadap
kinerja guru di SMA N 2 Argamulya Bengkulu
Utara (α 5 %. r 0,488).
Secara parsial tidak terdapat pengaruh yang
signifikan motivasi terhadap kinerja guru di SMA
N 2 Argamakmur Bengkulu Utara.
Selanjutnya
berdasarkan
penelitian
Astawa
(2009:abstraksi) tentang “Hubungan kepuasan kerja
guru dan motivasi kerja guru dengan kinerja guru pada
sekolah menengah atas swasta di Negara” menemukan
hasil
yaitu
Pertama,
ditemukan
bahwa
terdapat
hubungan positif dan signifikan antara kepuasan kerja
guru (X1) dengan kinerja guru (Y) yang dinyatakan
dalam bentuk persamaan Y = 39,482 + 0,602 X1 dan
koefisien korelasi rx1 y = 0,602. Kedua, ditemukan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara
8
motivasi kerja guru (X2) dengan kinerja guru (Y) yang
dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi y = 86,321
+ 0,220 X1 dan koefsien korelasi rx2- y = 0,261. Ketiga,
terdapat
hubungan
positif
dan
signifikan
antara
kepuasan kerja guru (X1) dan motivasi kerja guru (X2)
secara bersama sama terhadap kinerja guru (Y) yang
dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi y = 31,
874 + 0,576 X1 + 0,0623 X2 dan koefisien ganda r y12 =
0.652.
Selanjutnya menurut hasil penelitian Utamie
(2009:abstraksi) “Hubungan Antara Motivasi Kerja Dan
Kepuasan Kerja Dengan Kinerja Guru YPE GKI salatiga“.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) terdapat
hubungan signifikan antara motivasi kerja (X1) dengan
kinerja guru (Y) dengan koefisien korelasi sebesar 0,474
dan tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05 (p= 000 <
0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwa apabila skor
motivasi
kerja
meningkat
terdapat
kecenderungan
diikuti oleh meningkatnya skor kinerja guru. Demikian
pula sebaliknya apabila skor motivasi kerja menurun;
(2) Tidak terdapat hubungan antara kepuasan kerja (X2)
dengan kinerja guru (Y) dengan hasil perhitungan
koefisien korelasi r = 0,103 dan p= 0,229 > 0,05. Hal ini
menunjukkan
bahwa
kepuasan
kerja
tidak
berhubungan secara signifikan dengan kinerja guru.
Berdasarkan penelitian Mary (2010:59-66) dan
Yensy (2008:41) tentang hubungan motivasi kerja guru
dengan
kinerja
guru
dan
penelitian
Astawa
(2009:Abstraksi) dan Utamie (2009:abstraksi) tentang
hubungan antara kepuasan kerja guru dengan kinerja
guru terdapat perbedaan hasil dan bertolak belakang.
9
Mary (2010:59-66) menyatakan bahwa motivasi kerja
guru
berkorelasi
signifikan
dengan
kinerja
guru
sedangkan Yensy (2008:41) menyatakan tidak ada
pengaruh signifikan antara motivasi kerja guru dengan
kinerja guru. Astawa (2009:abstraksi) menyatakan ada
hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja guru
dengan
kinerja
(2009:abstraksi)
guru,
Dilain
menyatakan
tidak
pihak
ada
Utamie
hubungan
antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru.
Sementara itu berdasarkan hasil prapenelitian
yang dilakukan peneliti pada guru-guru di 6 SMA
Swasta
di
Kabupaten
Temanggung
dengan
80
responden menunjukkan hubungan yang signifikan
antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru dan
kepuasan kerja guru berhubungan signifikan dengan
kinerja guru. Hasil penelitian ini
tertarik
melakukan
penelitian
membuat penulis
ulang
untuk
membuktikan adakah Hubungan motivasi kerja guru
dan kepuasan kerja guru dengan kinerja guru SMA
Negeri di Kabupaten Temanggung.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,
permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah:
1. Adakah hubungan yang signifikan antara motivasi
kerja
guru dengan kinerja
guru SMA Negeri di
Kabupaten Temanggung?
10
2. Adakah hubungan yang signifikan antara kepuasan
kerja guru dengan kinerja guru SMA Negeri di
Kabupaten Temanggung ?.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui
signifikansi hubungan motivasi kerja guru dengan
kinerja guru di SMA Negeri di Kabupaten Temanggung.
(2) mengetahui signifikansi hubungan kepuasan kerja
guru dengan kinerja guru di SMA Negeri di Kabupaten
Temanggung.
1.4. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini bermanfaat, baik secara teoritis
maupun praktis, yaitu:
1.4.1 Manfaat Teoritik
Jika
dalam
hubungan yang
penelitian
ini
menunjukkan
signifikan antara motivasi kerja
dengan kinerja guru , maka temuan ini sesuai dengan
hasil penelitian Mary (2010:59-60) dan jika tidak ada
hubungan yang
signifikan antara motivasi kerja
dengan kinerja guru maka penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian Yensy (2008:41).
Jika
dalam
penelitian
ini
menenjukkan
hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja guru
dengan kinerja guru maka temuan ini sejalan dengan
hasil penelitian Astawa (2009:abstaksi) dan jika tidak
menemukan
hubungan
yang
signifikan
antara
kepuasan kerja guru dengan kinerja guru berarti
sejalan dengan penelitian Utamie (2009:abstraksi).
11
1.4.2. Manfaat Praktis
Bagi guru-guru di SMA Negeri di Kabupaten
Temanggung
penelitian
ini
memberikan
masukan
untuk membuat kebijakan dalam peningkatan kinerja
guru di Kabupaten Temanggung, Sehingga mampu
mengubah hambatan menjadi peluang guru. Penelitian
ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kinerja
guru. Bagi pihak sekolah dan kepala sekolah penelitian
ini dapat memberikan sumbangan yang berharga untuk
berbagai kepentingan terutama dalam menentukan
kebijakan.
12