Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Kerja Guru dan Kepuasan Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Kabupaten Temanggung T2 942010036 BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.

Kinerja Guru

2.1.1.Pengertian Kinerja Guru
Kinerja guru menurut Nayyar dalam Hanif
(2004:54) didefinisikan “Job performance, which refer to
the degree to which an individual executes his or her
roles with reference to certain specified standars set by
the

organization,

kemampuan

is

central


to

any

organization”

guru dalam melaksanakan

tugas atau

peran yang dibebankan kepadanya yang mengacu pada
seperangkat

standar-standar

spesifik

tetentu

yang


dibuat oleh organisasi atau lembaga pendidikan untuk
mencapai tujuan organisasi atau lembaga tersebut.
Tugas guru adalah untuk membentuk dan
membangun kepribadian anak didik. Guru adalah
sosok

arsitektur

yang

dapat

membentuk

dan

membangun jiwa dan watak anak didik. Tugas guru
bisa dikelompokkan dalam tiga jenis tugas, yaitu: (1)
tugas guru dalam bidang profesi (2) tugas kemanusiaan

(3) tugas kemasyarakatan. Pertama, tugas guru dalam
bidang profesi. Guru merupakan profesi

oleh karena

itu para guru harus sudah mendapatkan pendidikan
khusus karena tidak semua orang dapat melakukan
tugas tersebut. Tugas guru meliputi tugas mendidik,
mengajar

dan

melatih,

artinya

meneruskan

dan


mengembangkan nilai nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan

ilmu

sedangkan

melatih

pengetahuan
berarti

dan

teknologi,

mengembangkan

ketrampilan- ketrampilan siswa.
13


Kedua, tugas guru dalam bidang kemanusiaan
adalah guru harus bisa memotivasi siswa untuk
belajar.Guru harus bisa menjadi teladan bagi para
siswanya sehingga guru harus bisa menjadi panutan.
Tanpa adanya keteladanan maka

akan terjadi krisis

keteladan. Guru juga harus bisa menanamkan nilai
kemanusiaan

kepada

siswanya

sehingga

akan


terbentuk generasi yang mempunyai karakter yang
baik.
Ketiga, tugas guru di bidang kemasyarakatan.
Dalam bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan
mengajar masyarakat, karena guru tidak hanya di
perlukan di ruang kelas atau sekolah tetapi juga
diperlukan

oleh

menyelesaikan

lingkungan

segala

masyarakat

persoalan


yang

untuk
dihadapi

masyarakat. Di samping itu guru juga mempunyai
tugas lain yang sifatnya administratif sekolah dan
kelompok kerja guru.
Menurut Hanif (2004:57) pekerjaan guru tidak
terbatas di dalam ruang kelas tetapi juga tidak terlepas
dengan lingkungan bekerja dalam kontek organisasi
sekolah. Guru berperan dan bertanggung jawab terkait
dengan pengajaran. Guru tidak terlepas dalam hal
manajemen sekolah, kurikulum yang berubah-ubah
karena menyesuaikan perubahan zaman dan inovasi
atau pembaharuan pendidikan, dan guru juga harus
bisa

bekerjasama


dengan

orang

tua

siswa

dan

bagaimana melayani masyarakat (community services).
Dalam bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan
mengajar masyarakat, karena guru juga di perlukan
untuk

lingkungan

masyarakatnya

untuk

14

menyelesaikan

segala

persoalan

yang

dihadapi

masyarakat.
Hanif (2004:57-58) berpendapat ada beberapa
aspek di dalam kinerja guru, antara lain (1)

effective

teaching (pengajaran yang efektif) pengajaran yang
efektif adalah ketika guru bisa menyampaikan materi

pembelajaran dengan tepat. Pada dasarnya guru sudah
mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan bagaimana
mengajar yang baik sehingga apa yang menjadi tujuan
pengajaran bisa tercapai dengan baik memuaskan dan
berkualitas.
indikator:

Kualitas

(a)

Guru

dalam
harus

pengajaran

mencakup


menggunakan

strategi,

metode dan gaya mengajar yang berbeda beda karena
kemampuan siswa dalam menangkap materi belajar
mempunyai

tipe

sendiri

sendiri

ada

siswa

yang

mempunyai tipe visual, ada yang yang mempunyai tipe
audio atau pendengaran dan tipe meraba, (b) Guru
harus selalu mengikuti perkembangan belajar siswa
dengan baik artinya bahwa tingkat perkembangan
belajar siswa bermacam macam ada yang cepat dalam
memahami pelajaran tetapi juga ada yang lambat
dalam memahami pelajaran, (c) Guru harus mengajar
siswa sesuai harus sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan siswa hal ini terkait dengan tingkat
intelegency

siswa,

(d)

Guru

membuat

persiapan

sebelum mengajar dengan baik (e) Guru harus mampu
menyampaikan materi yang komplek dengan mudah,
(f) Guru harus

mampu menjawab pertanyaan siswa

dengan memuaskan.
(2) time manajemen (manajemen waktu) adalah
tentang bagaimana guru mengelola

waktu yang
15

tersedia untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan
seproduktif mungkin. Waktu merupakan salah satu
sumberdaya yang mesti dikelola secara efektif dan
efisien. Efektifitas dan efisiensi waktu terlihat dari
tercapainya tujuan dalam memanfaatkan waktu yang
telah

ditetapkan

sebelumnya.

Manajemen

waktu

diperlukan guru dalam usaha menjalankan tugas guru
agar bisa berjalan dengan baik. Guru dituntut untuk
menyelesaikan tugas tugas administrasi, tugas dari
masyarakat, membantu perkembangan sekolah dan
perkembangan professional.
(3) Punctuality and regularity (ketepatan waktu
dan keteraturan) adalah bagaimana guru bisa hadir
tepat waktu dan teratur kesekolah dan termasuk
bagaimana guru masuk tepat waktu kedalam kelas
waktu mengajar.
(4)

Effective

communication

with

students,

collegues, and students’ parent (komunikasi yang efektif
terhadap siswa, rekan sejawat, dan orang tua siswa).
Dalam

hal

efektifitas

komunikasi

guru

harus

mempunyai keahlian dalam berbicara, mendengar, dan
mampu mengatasi hambatan hambatan komunikasi
verbal maupun non verbal dari murid dan mampu
memecahkan masalah atau konflik secara konstruktif .
Kinerja guru yang

baik akan ditentukan bagaimana

guru membangun ketrampilan antar pribadi yang baik
dengan siswa. Guru harus bisa adil dan bersikap sama
terhadap semua siswa baik baik terhadap siswa yang
pandai maupun yang bodoh.
Menurut Hanif (2004:58) dalam effective teaching
guru harus memahami :
16

(1)

Perbedaan

sumber

dari

karakteristik

kinerja,

dalam

individu

proses

sebagai

pembelajaran

terdapat dua kegiatan yang terjadi dalam satu kesatuan
waktu dan pelaku yang berbeda. Pelaku belajar adalah
siswa sedangkan pembelajarnya adalah guru. Kegiatan
berlangsung
mencapai

dalam

proses

tujuan

yang

berkaitan

untuk

Dalam

proses

instruksional.

pembelajaran terjadi hubungan interaktif antara guru
dengan

siswa.

Karena

pelaku

dalam

proses

pembelajaran tidak terlepas dari faktor siswa maka
guru harus bisa memahami perbedaan karakteristik
siswa

yang

meliputi

segi

tingkat

kemampuan,

pengetahuan dan sikap yang telah ada pada diri siswa.
(2) Aspek situasi sebagai fasilitator untuk kinerja,
guru harus memahami situasi yang ada sehingga guru
harus memfasilitasi siswa dan memberikan pelayanan
kepada siswa agar mereka dapat menjadi peserta didik
yang selaras dengan tujuan pendidikan. Guru harus
bertanggungjawab atas hasil kegiatan belajar anak
melalui proses interaksi belajar mengajar. Sehingga
guru haruslah mampu memberikan bantuan dan
fasilitas kepada setiap individu untuk mencapai tujuan
pendidikan.
(3)

Keteraturan

sebagai

proses

dari

kinerja,

Keteraturan guru dalam proses pembelajaran adalah
kemampuan

guru

untuk

menepati

waktu

datang

ketepatan waktu untuk masuk kelas dan ketepatan
waktu

untuk

pulang.

Ketepatan

waktu

akan

mempengaruhi hasil atau produktifitas dari kinerja itu
sendiri. Kedisiplinan atau keteraturan dalam bekerja
merupakan suatu sikap dan perilaku yang berniat
17

untuk

mentaati

segala

peraturan

lembaga

atau

organisasi yang di dasari atas kesadaran diri untuk
menyesuaikan dengan peraturan organisasi.
Lebih

lanjut

Hanif

(2004:55)

memandang

kinerja sebagai suatu bentuk yang bergerak kearah
yang lebih fleksibel dari tugas dan peranan kerja,
mereka memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang
lebih dinamis dan bisa dipertukarkan dengan lentur.
Fokusnya adalah pada kompetensi personal yang
dipersyaratkan untuk unjuk kerja berbagai tugas dan
peranan kerja yang bermacam macam dari pada ulasan
yang sempit dari tugas dan pekerjaan yang melekat
pada peranan dan tugas yang pasti.
Faktor - faktor tambahan yang sering dijelaskan
sebagai

penyebab

Forsyth

dan

dalam

McMilan

pembelajaran.
dalam

Hanif

Menurut
(2004:55)

menemukan bahwa para siswa percaya hasil ujian
mereka sebagai akibat dari pengajaran yang baik atau
jelek, suasana kelas dan lain sebagainya. Para siswa
percaya

kegagalan

atau

kesuksesan

dan

juga

keunggulan akademis sebagai kualitas pengajaran.
Pengajaran

yang

baik

adalah

pengajaran

yang

berkualitas dan berlangsung secara efektif dan efisien.
2.1.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja
Guru.
Hanif
kinerja

guru

(2004:81-82)
secara

mengemukakan

signifikan

dipengaruhi

bahwa
oleh

berbagai faktor, yaitu: faktor stress, motivasi kerja dan
kepuasan

kerja,

siswa

dalam

kelas,

pendapatan,

pengalaman kerja,beban kerja, lingkungan kerja, jenis
18

kelamin guru dan sekolah negeri-swasta. Status guru
akan juga mempengaruhi kinerja guru itu sendiri.
Penelitian terhadap guru yang sudah menikah dan
belum menikah menemukan bahwa kinerja guru yang
belum menikah lebih baik dibandingkan guru yang
sudah menikah. Tingkat kesejahteraan mempengaruhi
kinerja guru karena terbukti guru dengan tingkat
pendapatan yang tinggi memiliki kinerja yang lebih
baik. Hal ini disebabkan karena guru akan lebih fokus
dalam bekerja.
Banyaknya
signifikan

pengalaman

meningkatkan

kerja

kinerja

guru

guru

secara

Pengalaman

kerja guru yang semakin banyak juga akan semakin
meningkatkan kinerja guru menjadi semakin baik,
bahkan

status

sekolah

ternyata

juga

dapat

mempengaruhi kinerja guru. Hasil penelitian Astawa
(2009) mengenai kinerja guru di Sekolah Swasta di
Pakistan menemukan bahwa kinerja guru di Sekolah
Negeri adalah buruk, sedangkan kinerja guru di
sekolah swasta adalah lebih baik.
Peneliti yang meneliti mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja guru serta hubungannya
dari berbagai aspek antara lain: Gupta (1988:422)
meneliti hubungan dari effektifitas dan ketidakefektifan
dalam pengajaran guru. Dia menemukan kepuasan
kerja

dan

dukungan

keuangan

secara

signifikan

mempengaruhi keefektifan mengajar. Semakin tinggi
tingkat

kepuasan

guru

dan

tingkat

dukungan

keuangannya semakin tinggi tingkat kinerjanya..
Yezzi and Lester (2000) dalam Chamundeswari
(2013:4220) menguji kepuasan kerja guru di antara
19

guru-guru

dan

menemukan

usia

dan

keinginan

berprestasi sebagai prediktor dari kinerja guru dengan
menggunakan

suatu

multiple–exclusive

metode

regresion.
Cetin (2006) dalam Chamundeswari (2013:413)
melakukan suatu penelitian untuk menemukan apakah
ada

perbedaan

signifikan

antara

kepuasan

kerja,

jabatan, dan komitmen organisasi dari 132 guru dan
menemukan hubungan antara kepuasan kerja dan
kinerja.
Pratiwi (2013:96) menemukan adanya pengaruh
dari motivasi kerja, kepuasan kerja, kepemimpinan
kepala sekolah, iklim sekolah dengan kinerja guru.
Artinya bahwa semakin tinggi motivasi kerja, kepuasan
kerja, kepemimpinan kepala sekolah yang baik dan
iklim kerja yang mendukung maka akan semakin
meningkatkan kinerja guru.
2.1.3 Mengukur Kinerja Guru
Penelitian

ini

mempergunakan

Teacher

Job

Performance Scale yang disusun oleh Hanif (2004:230),
untuk mengukur kinerja guru. TJPS telah terbukti valid
dan reliable. Dari hasil tes validitas dan reliabilitas
pada 25 item pada TJPS dan hasilnya adalah r
(corrected item-total correlation) sebesar 0,27 – 0,46 dan
alpha sebesar 0,71 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,01. TJPS dibuat untuk mengukur kinerja guru
ditempat

kerja

dan

dapat

membantu

untuk

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kinerja guru
pada

tingkat

individual

dan

organisasional

serta
20

membantu guru untuk meningkatkan kualitas dan
efektifitas dalam mengajar.
TJPS terdiri dari 25 item dan mengukur 4
ketrampilan, yaitu:
(1)

TS

(Teaching

skills)

adalah

guru

memiliki

ketrampilan mengajar yang baik, yaitu mengajar
secara efektif dikelas dan memuaskan dalam gaya
dan kualitas mengajarnya.
(2) MS (Manajemen Skills) adalah ketrampilan guru
untuk mengatur waktu mengajar dan tugas tugas
lainnya yang ditugaskan oleh kepala sekolah dan
departemen.
(3)

DR

(Discipline

And

Regularity)

adalah

terkait

dengan keteraturan dan ketepatan waktu guru di
sekolah.
(4)

IS (Interpersonal Skill) adalah ketrampilan guru
menjalin interaksi yang baik dengan siswa, orang
tua siswa dan rekan sekerjanya.
Dalam penelitian ini setiap item dalam Teacher

Job Scale Skala Likert dan diberi empat pilihan
jawaban. Menurut Sugiyono (2010:93) Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial, skala ini menggunakan respon yang
dikategorikan dalam empat macam kategori jawaban
yaitu : (SS) Selalu (SR) Sering (J) Jarang , dan (TP)
Tidak Pernah.Skala Likert ini meniadakan kategori
jawaban yang di tengah yaitu (R) berdasarkan pada
alasan yaitu : kategori undecided yang berarti ganda
dapat

diartikan

belum

dapat

memutuskan

atau

memberi jawaban
21

2.2 Kepuasan Kerja
2.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja Guru
Menurut

Knox

(2011:25)

menyatakan

job

satisfaction adalah “an affective reaction to one’s job,
resulting from the incumbent’s comparation of actual
outcomes

with

those

that

are

desired

(expected,

deserved, and so on)” Kepuasan kerja adalah reaksi
sikap terhadap hasil dari perbandingan sekarang dari
pendapatan aktual dengan hal – hal yang di inginkan
(harapkan,

layak

terima

dan

lain

sebagainya).

Kepuasan kerja dipelajari karena sikap dan perasaan
mempengaruhi tingkah laku dari guru, yang akhirnya
menyumbang terhadap kesuksesan organisasi atau
kegagalan.
Kepuasan kerja adalah produk dari berbagai
faktor yang akan mempengaruhi kepuasan kerja guru.
Kepuasan kerja guru berhungan erat dengan pekerjaan
yang dijalani. Para guru mempunyai harapan terhadap
imbalan

yang

akan

diperolehnya

baik

yang

menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Sikap
guru dalam bekerja bisa dijadikan tolok ukur apakah
guru

tersebut

merasa

puas

atau

tidak

sehingga

kepuasan kerja guru akan bisa membawa kemajuan
bagi sekolah.
Memahami dan mengukur kepuasan kerja para
guru di sekolah adalah penting. Para guru mempunyai
tugas - tugas yang sangat sulit seperti kebutuhan kerja,
tugas dan emosional Chang dalam Knox (2011:24-25).
menyatakan bahwa para guru yang mengalami stress
pekerjaan yang berkepanjangan mempunyai hubungan
22

yang lebih lemah dengan para siswa yang mengarah
pada

meningkatnya

masalah

manajemen

Ketidakpuasan guru terhadap pekerjaannya

sebagai

penyumbang utama terhadap perasaan negatif atau
tidak

menyenangkan.

terhadap

kelemahan

Kesadaran
sekolah

yang

dan

meningkat

meningkatkan

kepuasan kerja guru adalah salah satu cara terbaik
untuk menguatkan sekolah dan profesi guru.
Latham;1988 dan Mertler:2002 dalam Knox
(2011:25) menyatakan bahwa meningkatkan motivasi
guru

dapat

memperbaiki

menggairahkan

prospek

kekuatan

terbaik

untuk

dan

juga

memasuki

bidangnya. Para guru dengan kepuasan kerja yang
tinggi tampaknya berhasrat untuk memperbaiki usaha
usaha mengajar mereka dan berhubungan dalam
melanjutkan pendidikan.
Memperbaiki kepuasan kerja dapat lebih berarti
dari pada hanya mendapatkkan guru - guru yang
berkualitas; hal ini dapat membantu memperbaiki
kemampuan

dan

ketrampilan

mengajar

mereka.

Kepuasan kerja guru adalah faktor yang bisa dikontrol
yang para administrator perlu untuk mengukurnya dan
untuk

mengerti

untuk

selanjutnya

guru

yang

terpuaskan akan lebih produktif.
Masalah kedua adalah Ketahanan guru untuk
tetap berada pada pekerjaanya adalah berhubungan
dengan kepuasan kerja, Houchins, Shippen & Cattret
dalam Knox (2011:25). Angka berkurangnya jumlah
guru adalah memprihatinkan untuk pendidikan publik.
Angka pengurangan guru adalah 46% pada akhir lima
tahun terakhir artinya hampir setengah dari jumlah
23

guru akan meninggalkan profesinya.Tidak semua guru
guru yang meninggalkan pekerjaanya karena kepuasan
kerja

yang

rendah,

tetapi

pengurangan

tenaga

kependidikan dapat menghemat waktu dan uang.
Usaha untuk meningkatkan kepuasan guru tidak
hanya meningkatkan uang dan waktu sekolah tapi juga
akan meningkatkan kemampuan akademis siswa.
2.2.2. Faktor–Faktor yang mempengaruhi Kepuasan
Kerja
Menurut Knox (2011:27), ada Sembilan faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja guru yaitu:
1. Supervition (Supervisi)
Knox (2011:28-30) menyatakan bahwa supervisi
didefinisikan sebagai jumlah regulasi dan kontrol yang
disediakan oleh hubungan interpersonal antara guru
dengan atasan. Hubungan antara atasan dengan guru
dikenal dengan nama unjuk fungsional. Penelitian
tentang supervisi sebagai faktor kepuasan kerja guru di
klasifikasikan kedalam dua bidang, yaitu. (1) feedback,
Feedback
atau

guru

dapat mempengaruhi pekerjaan bawahan
lewat

kuantitas

(jumlah),

kedalaman,

kelayakan dan waktu. Feedback yang pantas dapat
menciptakan perasaan penting dari para guru.
Pemimpin yang efektif dapat membantu bawahan
mencapai tujuan tempat kerja dengan mendiskusikan
tujuan dan ambisi mereka dalam organisasi. Dengan
meningkatkan jumlah dan kedalaman feedback. kinerja
akan membaik, dan guru berkembang harga dirinya (2)
Policy and bureaucracy (kebijakan dan birokrasi). Policy
and

bureaucracy

adalah

factor

yang

dapat
24

menyebabkan menurunkan kepuasan guru. Para guru
memandang pekerjaan administrasi atau pekerjaan
yang berhubungan dengan tulis menulis, pertemuan –
pertemuan, dan aturan aturan sebagai birokrasi dan
kebijakan yang tidak perlu yang mengganggu tujuan
mendidik siswa. Sekolah yang menerapkan manajemen
birokrasi yang ketat menunjukkan

kepuasan kerja

yang lebih rendah.
2. Colleagues (Rekan Kerja)
Rekan kerja mempunyai peran yang sangat
penting dalam meningkatkan kinerja. Garner dan
Lipsitz dalam Knox (2011:31) menyatakan bahwa Para
guru yang bekerja dalam team mereka melaporkan
kepuasan kerja yang lebih tinggi dan merasa perasaan
professional

yang

lebih

tinggi

sebagai

hasil

dari

mempunyai kesempatan untuk bekerja dengan guru
guru yang lain.
Rekan kerja terdiri dari kelompok kerja guru,
dan definisinya termasuk aspek sosial dan setting
sekolah. Suatu metode yang umum dalam meraih
hubungan yang positif diantara guru di sekolah sekolah
adalah dengan menerapkan sistem team. Sistem ini
dapat

meningkatkan

kecocokan,

berbagi

ide,

dan

memperbaiki pengajaran dengan memberikan guru
kesempatan untuk memperbaiki kelemahan mereka
dan membagi kemampuannya.
Para

guru

yang

merupakan

bagian

team

professional mempunyai profesionalitas, kemampuan,
dan kepuasan kerja yang lebih tinggi dari pada mereka
yang

tidak

merupakan

anggota

team.

(Ashton

&

Webb;1986 Kim & Loadman; 1994 Maslow; 1954
25

Sweeney;1988

dalam Knox (2011:32) menyatakan

bentuk hubungan kerja karena berbagai alasan, tetapi
ikatan dengan rekan kerja apakah di dalam atau diluar
dunia

sekolah

dapat

menyediakan

ikatan

yang

memuaskan kebutuhan ini.
3. working Condition (Kondisi Kerja).
Kondisi kerja

meliputi pembuatan kebijakan

dan administrasi sekolah dan semua kondisi fisik dari
lingkungan kerja guru. Herzberg et al ; Schneider; 2008
Sergiovanni 1967 dalam Knox (2011:33) menemukan
ada akibat langsung pada kualitas pengajaran dan
pembelajaran dan kondisi dari fasilitas pendidikan.
Kondisi fisik dari pekerjaan, jumalah pekerjaan, dan
fasilitas adalah kondisi kondisi yang mempengaruhi
kondisi kerja para guru. Para guru akan kurang
proporsional memberikan pendidikan yang pantas pada
para siswa ketika mengajar dalam fasilitas yang tidak
cukup,ukuran

kelas

yang

kurang

lebar,kurangnya

sumberdaya, kurangnya dukungan, fasilitas yang jelek,
dan variable yang berkaitan akan lebih mengalami
kepuasan kerja yang rendah.
Guru

perlu untuk merasa bahwa mereka

mempunyai pengaruh andil di lingkungan sekolah.
Seringkali bahwa semua keputusan yang dibuat untuk
mereka terasa tidak memuaskan.
Sebagai

guru

menyuarakan

pendapat

dan

membuat keputusan akan mempengaruhi keseluruhan
komponen

sekolah,

mereka

menyatakan

peranan

mereka dalam budaya sekolah. Guru yang merasa
bahwa mereka mempunyai pengaruh dalam budaya
sekolah akan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi
26

dan

juga

menambah

komitmen

pada

organisasi

sekolah.
4. Pay (gaji)
Gaji didefinisikan sebagai kompensasi keuangan
guru untuk kinerja. Gaji meliputi aspek ekonomi dari
pengajaran termasuk income tahunan guru dan juga
pengakuan

keuangan

dalam

menyelesaikan

tugas.

Knox (2011:36) menemukan bahwa gaji tidak hanya
dapat sebagai sumber kepuasan kerja tapi itu juga
dapat sebagai harga diri.
Guru

perlu untuk mengetahui bahwa mereka

secara keuangan adalah stabil dan mempersiapkan
untuk waktu yang tidak menyenangkan dan juga pada
saat pensiun. Stabilitas keuangan adalah penting diera
modern

ini.

Guru

yang

menghadapi

gangguan

keuangan tampaknya akan bereaksi negatif terhadap
rangsangan dari luar ditempat kerja karena gaji adalah
komponen dari kebutuhan keselamatan dan keamanan.
Dilain pihak Herzberg et al ;1959 ; Sylvia &
Hutchinson ;1985 dalam Knox (2011:36) gaji sebagai
motivasi

ektrinsik

mengurangi
imbalan,

untuk

kepuasan

pujian,

para

guru

kerja

guru.

ditemukan

tidak

di

temukan

Gaji,

insentif,

meningkatkan

motivasi. Jika guru di giring kearah pekerjaan yang
berharga secara keuangan, mereka akan memilih
profesi yang berbeda. Gaji tidak membantu guru
memenuhi

kebutuhan

tingkat

yang

lebih

tinggi,

kebutuhan ini lebih baik dipenihi di dalam kelas
dengan menciptakan hubungan pembelajaran yang
lebih tinggi dengan sedikit mengajar.
27

5. Responsibility (tanggung jawab).
Tanggung
akuntabilitas

jawab

dari

di

pekerjaan

definisikan
seseorang

sebagai
dan

juga

peranan aktif dalam pembelajaran siswa dan kebijakan
sekolah. Herzberg et al; 1959,

Kim & Loadman;1994

Sergiovani 1967 dalam Knox (2011:31)

menemukan

tanggung jawab di tempat kerja ada tiga bagian (1)
tangggungnjawab dan akuntabilitas pada pekerjaannya,
(2) Tanggung jawab guru untuk membuat dan menjaga
hubungan yang pantas dengan para siswa dan (3)
partisipasi guru dalam menciptakan dan menyangga
kebijakan sekolah.
Guru yang termotivasi dan terhormat ketika
diberi tanggung jawab dan kekuatan untuk membuat
keputusan di ruang kelas mereka dan untuk sekolah
mereka. Para pendidik merasa berhasrat lebih besar
dalam tanggung jawab di wilayah yang mempengaruhi
anak baik di dalam ruang kelas dan untuk kebijakan
sekolah. Para guru yang diberi kesempatan untuk
untuk membuat keputusan sendiri selanjutnya akan
memberikan tanggung jawab yang lebih besar, mereka
memberikan kepuasan kerja yang lebih tinggi.
Para guru harus merasa bahwa mereka telah
diberi tanggungjawab di tempat kerja mereka untuk
memperoleh

harga

diri.

Tanggung

jawab

yang

memotivasi guru meliputi bekerja tanpa supervisi,
tanggung jawb personal, peranan supervisi,dan tugas
tugas pekerjaan yang baru tanpa kelanjutan gelar
formal.

28

6. Work itself (Pekerjaan itu sendiri).
Herzberg

et.al.

tahun

1959

dalam

Knox

(2011:38) pekerjaan itu sendiri sebagai tugas harian
dan rutin dari semua pekerja termasuk tingkat otonomi
yang diberikan kepada pekerja. Pekerjaan itu sendiri
melibatkan kebebasan menerapkan materi inovatif dan
menggunakan ketrampilan dan kemampuan seseorang
dan otonomi pekerjaan seseorang. Rutinitas dan tugas
harian guru adalah spesifik pada tingkat - level dan isi
yang

diajarkan.

Rutinitas

dan

tugas

harian

dan

aktifitas berhubungan dengan pengajaran , namun hal
itu

membatasi

pekerjaan

guru

pada

kreatifitas

,

pengaruh, kontrol dan kebebasan untuk eksperimen
yang merupakan bidang pekerjaan itu sendiri.
Hubungan dengan siswa seringkali dianggap
sebagai aspek positif dari pengajaran dan merupakan
bagian terpadu dari tugas guru. Kim and Loadman
;1994

dalam

Knox

(2011:42)

menyatakan

bahwa

pekerjaan itu sendiri terdiri dari tugas tugas harian dan
rutinitas guru dan ditemukan untuk meningkatkan
kepuasan sebagai motivator instrinsik. Variasi tugas,
kreativitas, dan kepemilikan tugas dapat lebih penting
terhadap guru daripada gaji. Guru yang menjalankan
tugas

tugas

yang

sifatnya

repetitif

cenderung

menunjukkan kepuasan kerja yang lebih rendah.
Selanjutnya

Davis

and

Wilson:2000

dan

Sergiovanni;1992 dalam Knox (2011:42) menemukan
bahwa pekerjaan itu sendiri seringkali muncul sebagai
unsur ketidakpuasan guru. Aspek pekerjaan itu sendiri
dari guru pekerjaan yang sifatnya pengulangan, tugas
perawatan, seperti kehadiran, studi hall, tugas makan
29

siang, dan cek kesehatan. Para guru melaporkan
bahwa bekerja di bidang pendidikan menyediakan
kesempatan dalam potensi kepuasan tapi banyak
merasa secara negatif dipengaruhi oleh tugas tugas
yang tidak menarik.
Lester;1987 dalam Knox (2011:42) menyatakan
bahwa pekerjaan itu sendiri meliputi beberapa aspek
dari pekerjaan termasuk tugas harian, kreativitas
tugas, dan otonomi.
7. Advancement (Kemajuan Jabatan).
Kemajuan

jabatan

dalam

Knok

(2011:44)

didefinisikan sebagai kesempatan guru untuk promosi
atau kenaikan gaji, status, atau gelar.
Pekerja

yang

mengetahui

bahwa

mereka

mempunyai sedikit kesempatan untuk maju tampaknya
merasa

negative

pekerjaanya.

atau

Ketika

ada

tidak

termotivasi

tingkat

herarki

pada
dimana

pagawai atau pekerja mengerti tentang kemajuan,
pekerja akan lebih puas dengan pekerjaanya. Untuk
tugas yang lebih besar, hal ini penting atau perlu
bahwa pekerja mempunyai kesempatan untuk promosi
yang berkelanjutan dan mengerti bahwa kemajuan
tidak hanya semata mata datang dari lamanya bekerja
tetapi dari kinerjanya juaga Kanter;1977 Larsen;1982
dalam Knox (2011:44) .
Kepuasan kerja dapat di peroleh ketika guru
percaya bahwa mereka mempunyai kesempatan untuk
kemajuan

pada

pekerjaannya.

Ini

akan

menjaga

kepuasan di lain aspek dalam kehidupan mereka.
Ketika

guru

mendapatkan

mendapatkan
kebutuhan

promosi,

harga

diri

mereka
dengan
30

memperoleh
Rendahnya

keyakinan

dan

penghormatan

penghormatan

akan

mengarah

diri.
pada

perasaan frustrasi, rendah diri, dan tanpa nilai. Cranny
et

al;1992,

Maslow;1954

dalam

Knox

(2011:44)

manyatakan bahwa orang mendapatkan kebahagiaan
sesaat ketika

teerpenuhi kebutuhan hygieni tetapi

kepuasan yang lebih tetap dicapai lewat motivator
seperti prestasi.
Prestasi diri dalam suatu tempat kerja dapat
diperoleh

lewat

promosi.

ini

dapat

meningkatkan

kepuasan kerja sebagai pegawai yang mendirikan
perasaan

berkembang,

tanggung

jawab.

pengakuan,

Prestasi

dapat

prestasi,
dicapai

dan
lewat

pengakuan orang lain.
8. Security (keamanan)
Kebijakan sekolah termasuk jabatan, senioritas,
pengangguran,

pension,

pemberhentian

kerja

berhenti

adalah

bekerja,

dan

faktor

dari

faktor

keamanan kerja guru. Banyak pendidik yang percaya
bahwa pekerja yang yakin dalam pekerjaannya dan
puas

dengan

gajinya

dapat

menfokuskan

pada

pekerjaanya dan tidak harus merasa khawatir tentang
masa masa tidak bekerja, berhenti bekerja, dan skala
pembayaran.

Meningkatkan

keamanan

kerja

guru

sebagai biaya yang efektif, suatu pemacuan terhadap
kebebasan akademik dan suatu perbaikan kualitas
paedagogik McGee & Block tahun 1991 dalam Knox
(2011:45).
9. Recognition (pengakuan).
Pengakuan

didefinisikan

sebagai

prestise,

apresiasi dan perhatian atasan. Tindakan menyalahkan
31

dan

mengkritik

adalah

aspek

negatif.

Pengakuan

seringkali dilaporkan menyumbang pada kepuasan
kerja. Guru yang sukses diakui adalah yang paling
efektif

pada

tugas

ketika

penyelesaian

tugas.

Hackman

Herzberg; 1959

mereka
&

dipuji
Oldham;

karena
1980:

Maslow and Sergiovanni;1967 dalam

Knox (2011:46) menemukan bahwa pengakuan sebagai
indikator yang paling sering terjadi dari kepuasan
kerja.
Pengakuan diakui sebagai kebutuhan harga diri
karena ini berkaitan dengan harga diri, prestasi,
mastery, kebebasan, status, dominasi, prestise, dan
tanggung jawab manajerial.
2.2.3 Mengukur Kepuasan Kerja
Dua faktor teori dari Herzberg et al 1959 dalam
Knox (2011:46) adalah berhubungan dalam penelitian
kepuasan kerja. Mereka menyatakan bahwa kepuasan
dan ketidakpuasan kerja bertindak sendiri sendiri dan
masing masing memperbaiki kesadaran diri dan status
pegawai

untuk

sendiri.

Faktor

memperbaiki
utama

faktor

yang

pekerjaan

ditemukan

itu

untuk

memprbaiki kepuasan kerja yaitu lingkungan kerja
khususnya yang menganalisa kebijakan, prosedur,
supervisi,

dan

kondisi

kerja

dapat

memperbaiki

kepuasan kerja.
Dalam penelitian ini instrument yang digunakan
adalah TJSQ (teacher job satisfaction Questionaire) dari
Lester (1987) dalam (Knox;2011: 299) untuk mengukur
kepuasan kerja guru. TJQS Questionaire mempunyai
banyak keuntungan untuk memperoleh informasi dari
32

responden. Questionaire ini sifatnya ekonamis dan
anonim. Standar pertanyaan dapat digunakan dan
skoring dapat diketahui dengan mudah. Sub skala dari
TJSQ

adalah

supervision,

Colleagues,

working

conditions, pay, responsibility, work itself, advancement,
security, and recognition.
Penelitian Maslow (1954) dan Herzberg et al
(1959) digunakan untuk mengembangkan taksonomi
untuk

menciptakan

factor-faktor

TJSQ.

Yaitu

instrumen yang digunakan untuk mengukur kepuasan
kerja dalam penelitian ini.
Hackman
(2011:47)

dan

menyatakan

Oldam;1980
bahwa

dalam

Knox

meningkatnya

karakteristik kerja dari identitas kerja, signifikansi
tugas, varietas ketrampilan, otonomi, dan umpan balik
menghasilkan keadaan psikologis yang lebih positif
untuk para pegawai. Organisasi pegawai beruntung
dengan memiliki pengaruh positif pada hasil kerja
termasuk kepuasan yang tumbuh, motivasi kerja, dan
efektifitas kerja. Para guru bekerja paling efektif ketika
pekerjaan mereka berarti, merasa memiliki terhadap
kelas dan sekolah mereka, dan mengetahui hasil
pekerjaan mereka.

2.3.Motivasi Kerja
2.3.1.Pengertian Motivasi Kerja.
Motivasi menurut Vroom; 1982 dalam McKinney
(2000:17) menyatakan motivation was defined as a
process governing choices made by persons among
alternative forms of voluntary activity. Motivated activity
33

is variable, constructive, and goal oriented (Motivasi
adalah

suatu

mengarahkan
seseorang

proses
pilihan

diantara

yang

mengontrol

pilihan

yang

bentuk

dibuat

bentuk

atau
oleh

alternative

alternative dari aktifitas aktifitas sukarela. Tingkah
laku

motivasi

adalah

variable,

kontruksi

dan

pengarahan tujuan).
Motivasi dalam Osei (2011:14) merupakan salah
satu kunci yang paling penting untuk kesuksesan.
Kurangnya
organisasi

motivasi
tidak

dalam

akan

organisasi

mendapatkan

membuat
hasil

atau

mendapatkan hasil sekedarnya saja. Dengan adanya
motivasi organisasi akan mendapatkan prestasi dan
hasil yang lebih baik Kurangnya motivasi adalah
kurangnya antusiasme, bumbu dan ambisi, sehingga
keberadaan motivasi adalah tanda dari keinginan yang
kuat, energy, dan antusiasme dan kerelaan untuk
melakukan uttuk mencapai tujuan.
Russell tahun 1971 dalam McKinney (2000:34)
menyatakan

motivasi dengan tiga karakteristik : (1)

Kekuatan dari dalam, (2) Menggerakkan tindakan, dan
(3) Menentukan arah dari tindakan. Pendorong motif
instrinsik adalah pendorong yang penting yang melekat
dalam proses belajar dan bukanlah bahan dari luar
yang diterapkan dari luar.Pendorong dari luar adalah
tangible (dapat dilihat) atau intangible (tidak dapat
dilihat), bukanlah bagian dari proses belajar internal,
dan di kenakan dari luar.
Selanjutnya Herzberg; Mausner and Snyderman
1959

dalam

pendekatan

McKinney
dua

faktor

(2000:34)
untuk

mengidentifikasi

mengerti

motivasi
34

pegawai. Pertama , dia membagi tingkah laku pegawai
dalam dua kategori dan faktor Higiene. Herzberg
mendefinisikan motivator sebagai faktor faktor yang
merangsang perkembangan psikologi. Motivator dalam
kategori insrinsik termasuk
recognition

(pengakuan),

achievement (prestasi),
responsibility

(tanggung

jawab), dan advancement (kemajuan) dan workitself
(pekerjaan itu sendiri).
Di sisi lain, faktor hygiene menganjurkan bahwa
memperbaiki factor hygiene adalah reward ektrinsik
terhadap isi dari pekerjaan. Herzberg menyatakan
bahwa

memperbaiki faktor hygiene, seperti gaji bisa

membantu
mengakui

mengurangi
bahwa

kepuasan

karena

faktor

kerja,
faktor

tapi
ini

dia
tidak

meningkatkan pertumbuhan psikologi, mereka akan
mempunyai efek kecil pada peningkatan usaha guru.
Selanjutnya dia menyatakan bahwa membayar insentif
bisa mencegah dari rasa ketidakpuasan, tetapi reward
instrinsik

lebih

efektif

dari

pada

gaji

dalam

memperbaiki kinerja guru.
2.3.2 Meningkatkan motivasi kerja guru.
Frederick Herzberg tehun 1959 dalam Thomas
(1983:15) mendasarkan pada motivation hygiene theory
pada

konsep

bahwa

manusia

mempunyai

dua

rangkaian kebutuhan: kebutuhan mereka sebagaimana
hewan

yaitu

untuk

menghindari

rasa

sakit

dan

kebutuhan mereka sebagai manusia untuk berkembang
secara psikologis Lima faktor sebagai pembeda yang
kuat pada kepuasan kerja yang selanjutnya akan
meningkatkan
recognition,

motivasi
the

work

kerja
itself,

yaitu;

achievement,

responsibility

and
35

advancement. Faktor rangkaian kedua yang berkaitan
dengan hubungan manusia terhadap apa yang dia
lakukan:

job

content,

achievement

on

a

task,

recognition for a task, and professional advancement
through growth in task capability.
Selanjutnya

Herzberg,

Mausner

and

Snydermann tahun 1959 dalam Mc Kinney (2000:34)
menganjurkan

pada

hasil

penelitiannya

tentang

motivasi kerja pegawai: Mereka merekomendasikan (1).
Bahwa

pekerjaan

harus

distrukturisasi

untuk

memaksimalkan kemampuan pekerja untuk mencapai
sasaran yang sasaran atau tujuan yang berhubungan
dengan

pekerjaan

kumpulan
pribadi

yang

prestasi

pada

penuh

mengarah

individu

diikuti

arti.

(2).

Bahwa

pada

pertumbuhan

oleh

meningkatnya

tanggung jawab.
2.3.3. Faktor faktor yang mempengaruhi motivasi
kerja.
Dilain sisi, faktor hygiene adalah reward
(imbalan-imbalan) ekstrinsik terhadap isi pekerjaan.
Lawler

1973

dalam

McKinney

(2000:34)

menggambarkan teori motivasi Maslow sebagai motivasi
ketika orang bekerja untuk memperoleh hasil seperti
perasaan tumbuh atau berkembang. Motivasi ektrinsik
adalah berhubungan dengan imbalan seperti makanan
dan air.
A.Motivasi instrinsik
Faktor faktor motivasi instrinsik yang
mempengaruhi motivasi adalah:
1).Achievement. (Prestasi)
Prestasi dapat merupakan faktor motivasi
kerja

guru.

Guru

yang

berprestasi

dalam
36

penyelesaian

pekerjaan

akan

meningkatkan

motivasi kerjanya. Menurut Mc Clelland,1988 dalam
Osei

(2011:28-30)

dengan

prestasi

menyatakan

tinggi

perlu

bahwa
mencari

pekerja
untuk

melebihi atau melampaui pekerjaan mereka dan
menghargai pengakuan dan usaha mereka. Mereka
cenderung untuk menghindari situasi pendapatan
kecil dan situasi yang penuh resiko.
2).Recognition. (Pengakuan)
Guru yang mendapatkan pengakuan dari
prestasi dan dalam menyelesaikan tugas tidak
diragukan lagi

akan lebih termotivasi dalam

pekerjaan. Knippenberg tahun 2000 dalam Osei
(2011:35) mengatakan bahwa hal ini penting untuk
pegawai

untuk

dianggap

anggota

penting

dari

perusahaan. Ketika pegawai menganggap mereka
sendiri sebagai bagian kelompok, mereka akan
menunjukkan kinerja dan motivasi kerja yang tinggi
demikian sebaliknya.
3).Responsibility. (Tanggungjawab)
Tanggung jawab guru dalam pembelajaran di
sekolah bisa memotivasi guru. Guru akan merasa
terhormat jika dia bisa memberi keputusan di ruang
kelas, sehingga para guru harus di beri tanggung
jawab sesuai dengan posisinya sebagai guru.
4).Advancement.(Kemajuan Jabatan)
Pengembangan profesi adalah salah satu
langkah besar dalam meningkatkan motivasi kerja
guru.

Guru

harus

disediakan

kesempatan

kesempatan belajar. Sekolah harus menyediakan
kesempatan untuk pengembangan karir dari para
37

guru. Benham tahun 1993 dalam Osei(2011:33)
menyatakan bahwa promosi adalah suatu cara
untuk menyatakan sukses dimana pegawai di beri
tempat dan tanggung jawab yang lebih tinggi atau
besar pada tingkat yang lebih tinggi.
5).Work itself (Pekerjaan Itu Sendiri)
Pekerjaan itu sendiri adalah tugas rutin
guru.

Guru

yang

diberi

kebebasan

dalam

mengembangkan kreatifitasnya dalam pengajaran
akan menambah motivasi kerja guru itu sendiri.
Mengenali kesuksesan adalah penting sehingga
member kebebasan dalam berkreatifitas dengan
menyediakan kebebasan waktu, dan sumber daya
terhadap pegawai sangatlah di perlukan. Fielding,
2006 dalam Osei (2011:37) menyatakan bahwa
untuk merangsang kreativitas dan keyakinan lewat
pendidikan berkelanjutan, kelas- kelas, seminar dan
keanggotaan.
B.Motivasi Kerja ekstrinsik.
Motivasi kerja ekstrinsik merupakan motivasi yang
merupakan “preventive and environtment” faktor faktor
hygiene yang bagus dengan memperbaiki lingkungan
akan meningkatkan kinerja.
Faktor-faktor motivasi ekstrinsik yaitu :
1). Supervision.(Supervisi)
Supervisi bisa meningkatkan motivasi kerja guru.
Dengan

system

menambah

supervisi

motivasi

yang

mereka.

tepat

akan

Supervisi

bisa
guru

merupakan salah satu motivasi terbesar bagi guru

38

sehingga supervisi yang komprehensif harus di lakukan
untuk meningkatkan motivasi kerja guru.
Menurut
(2011:47-48)

Seidental

tahun

menyatakan

2007

bahwa

dalam

menilai

Osei

kinerja

pegawai dan memberikan umpan balik pada pegawai
adalah suatu tugas yang paling menakutkan. Akibatnya
mereka cenderung mengabaikannya atau menghindari
tapi memberikan umpan balik pada pegawai adalah
penting. Pegawai akan belajar ketrampilan baru mereka
dengan adanya umpan balik.
2). Salary (Gaji)
Gaji yang diterima guru bisa menjadi factor
motivasi.Gaji yang tinggi akan bisa memotivasi guru
untuk bekerja lebih baik. kompensasi penting bagi guru
karena

kompensasi

yang

berupa

gaji

memotivasi

karyawan meningkatkan produktifitas.
Meskipun gaji bisa merupakan sumber motivasi
kerja guru tapi tidak semua bentuk imbalan keuangan
adalah

sangat

mendukung

motivasi

kerja.

Dipermukaan insentif keuangan tampaknya bentuk
motivasi yang sangat berarti namun dalam jangka
panjang hal ini akan sangat membebani.
Fielding

tahun

2006

dalam

Osei

(2011:39)

menyatakan bahwa sifat alami manusia cenderung
untuk berfikir bahwa majikan mereka telah atau telah
tidak melakukan sesuatu pada mereka akhir akhir ini,
khususnya jika mereka merasa telah tidak dihargai
sehingga

ucapan

terimakasih

hanya

ketika

penghargaan keuangan di berikan tidak dianggap
sebagai suatu ungkapan yang tulus.
39

3). Work Condition (Kondisi Kerja)
Beban kerja dalam bentuk aktifitas aktifitas yang
bukan mengajar bisa mempengaruhi motivasi kerja
guru. Guru seharusnya tidak diberi tugas selain
mengajar. Tugas tugas administrasi bisa dilimpahkan
ke staff bukan pengajar. Selanjutnya akan lebih tepat
guru diberi tugas mengajar dan penelitian. Terlalu
banyak tugas bagi guru menciptakan beban kerja yang
berlebihan.
Drukpa (2010:7) menyatakan bahwa work condition
merujuk pada ketersediaan dari infrastruktur dasar
seperti bangunan/gedung ,ruang yang cukup, ventilasi
yang

layak,

perabotan,

fasilitas

olah

raga

dan

permainan, material belajar mengajar, lingkungan yang
aman, yang bebas dari resiko kesehatan dan tempat
yang pantas untuk guru untuk bekerja.
4). Job Security (Keamanan Kerja)
Keamanan kerja guru adalah mirip dengan
pelayanan yang adil, perlindungan terhadap ancaman.
Afiliasi kerja guru dapat berupa tanggapan kepala
terhadap para guru, partisipasi dalam pembuatan
keputusan, dan advokasi terhadap guru jika guru
mengalami masalah.

2.4. Kajian yang Relevan untuk Kinerja
Guru.

2.4.1 Kajian yang Relevan untuk Motivasi Kerja
Guru dengan Kinerja Guru.
Kaliri (2008:viii) dalam penelitiannya tentang
Pengaruh Disiplin dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Guru SMA Negeri di Kabupaten Pemalang. Dalam
40

penelitian

ini

Kaliri

menggunakan

Pendekatan

Kuantitatif dengan rancangan Ex Post Facto desain
korelasional dengan populasinya adalah semua Guru
SMA Negeri di Kabupaten Pemalang sebanyak 400 guru
PNS. Adapun teknik sampling menggunakan tabel
Krejcie. Untuk pengambilan sampel dengan teknik
proportional random sampling, teknik analisis data
menggunakan

teknik

analisis

regresi

(regression

analysis).
Hasil penelitian ini adalah (1) Ada pengaruh
yang signifikan disiplin terhadap kinerja guru di SMA
negeri

di

Kabupaten

Pemalang

dengan

koefisien

determinasi sebesar 8,3 % (2) Ada pengaruh yang
signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja guru
SMA Negeri di Kabupaten Pemalang dengan koefisisen
determinasi sebesar 14,3 % (3) Ada pengaruh yang
signifikan disiplin dan motivasi kerja secara bersama
sama terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten
Pemalang dengan koefisien determinasi sebesar 78,5 %
ditentukan oleh faktor lain di luar variabel dalam
penelitian ini.
Dengan demikian semakin tinggi disiplin guru
semakin baik pula kinerjanya. Semakin tinggi motivasi
kerja guru maka semakin baik pula kinerjanya.
Sedangkan menurut Inayatullah and Jengahir
(2013:96) tentang Teacher’s Job Performance: The Role
of Motivation in public and private schools of Peshawar
city in the Province of Khyber Pakhtunkhwa. Penelitian
ini menemukan bahwa ada hubungan yang positif
antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru.
Motivasi

kerja

guru

perempuan

lebih

tinggi
41

dibandingkan motivasi kerja guru laki laki dan kinerja
guru perempuan

lebih baik dibandingkan dengan

kinerja guru laki laki. Dalam penelitian ini juga
ditemukan bahwa ada perbedaan signifikan motivasi
kerja dan kinerja guru di sekolah umum dengan
sekolah

swasta.

Guru-guru

sekolah

swasta

labih

termotivasi dari pada guru guru sekolah negeri.
Penelitian ini menemukan bahwa ada perbedaan
yang berarti dalam motivasi kerja dan kinerja guru
berkaitan dengan jenis kelamin dan income sementara
itu kwalifikasi pendidikan dan pengalaman mengajar
tidak ditemukan berhubungan dengan motivasi dan
kinerja. sehingga, penelitian ini menyimpulkan bahwa
kebanyakan guru tidak puas dengan gaji dan gaji yang
rendah mempengaruhi kinerja mereka. Namun mereka
puas dengan lingkungan kerja yang rilek , pekerjaan
yang tidak membuat mereka stress, penghargaan dari
atasan. Sebagian besar guru merasa bahwa guru yang
berpendidikan

lebih

tinggi

danberpengalaman

mempunyai kecakapan dan kepercayaan lebih tinggi
dari pada yang lain dan memberikan usaha yang
terbaik terhadap pekerjaan dan kinerja.
2.4.2. Kajian yang Relevan untuk Kepuasan Kerja
Guru dengan Kinerja Guru.
Kepuasan kerja adalah suatu konstruk yang
multi-demensi,

tiga

komponen

pokok

yang

akan

mempengaruhi kepuasan kerja guru adalah 1) The
Nature of Work (e.g. teaching responsibility, students /
perents, working condition), 2) the context of the work
(e.g. physical environtment), and 3). the consequences

42

associated with teaching (e.g renumeration, pension and
career development (Black, Branch 1996).
Usop (2013:251) melakukan penelitian Work
Performance and Job satisfaction

among

teachers.

Dalam penelitian ini berusaha untuk menemukan
hubungan kinerja dan kepuasan kerja diantara guruguru di Devision of Cotabato City, Hasilnya menyatakan
bahwa kebanyakan adalah berumur 31 – 40 tahun.
Mayoritas perempuan dan menikah, mendapat gelar
universitas dan melanjutkan ke tingkat master, 64%
dari mereka melakukan pekerjaan selama 15 tahun.
Selanjutnya penemuan menyimpulkan bahwa bidang
kepuasan kerja mereka seperti kebijakan sekolah,
supervisi, gaji, hubungan pribadi, kesempatan untuk
promosi dan promosi, kondisi kerja, pekerjaan itu
sendiri, prestasi, dan tanggung jawab.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
seorang guru yang puas dengan pekerjaan mereka
adalah

merupakan

Selanjutnya

jika

seorang

para

guru

guru

yang

guru

produktif.

puas

dengan

pekerjaan mereka, mereka akan mengembangkan dan
menjaga kinerja tingkat tinggi. Proses belajar dan
mengajar menjadi lebih efektif dan efisien yang dapat
menghasilkan pelajar yang kompetitif.
Penelitian

ini

menggunakan

Descriptive

Correlation Design. Responden dalam penelitian ini
adalah 200 guru Sekolah Dasar di Devision Of Cotabato
City di Mindanao philipina. Peneliti menggunakan
statistic descriptif seperti dalam distributif frekuensi
kelompok,

percentile,

mean

dan

standar

deviasi.

Peneliti juga menggunakan Pearson Product Moment
43

Coeffisient r untuk menentukan korelasi diantara
kepuasan kerja dan kinerja.

2.5 Hipotesis
Berdasarkan

kajian

teoritik

di

atas

dapat

dirumuskan hipotesis empirik sebagai berikut:
1.

H0 :

Tidak ada hubungan yang sigifikan antara
motivasi kerja guru dengan kinerja guru.

Ha :

Ada

hubungan

yang

signifikan

antara

motivasi kerja guru dengan kinerja guru.
2.

H0 :

Tidak

ada

hubungan

signifikan

antara

kepuasan kerja guru dengan kinerja guru.
Ha :

Ada

hubungan

signifikan

antara

kepuasan kerja guru dengan kinerja guru

2.6 Model Penelitian
Penelitian

dilakukan

untuk

mengetahui

hubungan motivasi kerja guru (X1) dan kepuasan kerja
guru (X2) dengan kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten
Temanggung (Y). Untuk memperjelas gambaran model
penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.
X1

Y
X2
Gambar 2.1 Model Penelitian
Keterangan:
X1 : Motivasi Kerja guru
X2 : Kepuasan Kerja Guru
Y
: Kinerja Guru

44

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Kerja Guru dan Kepuasan Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Kabupaten Temanggung T2 942010036 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Kerja Guru dan Kepuasan Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Kabupaten Temanggung T2 942010036 BAB IV

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Kerja Guru dan Kepuasan Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Kabupaten Temanggung T2 942010036 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Kerja Guru dan Kepuasan Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Kabupaten Temanggung

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Kerja Guru dan Kepuasan Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Kabupaten Temanggung

0 0 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kepuasan Kerja dan Etos Kerja terhadap Kinerja Guru SMA Kristen di Salatiga T2 832008006 BAB I

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kepuasan Kerja dan Etos Kerja terhadap Kinerja Guru SMA Kristen di Salatiga T2 832008006 BAB II

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kepuasan Kerja dan Etos Kerja terhadap Kinerja Guru SMA Kristen di Salatiga T2 832008006 BAB IV

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kepuasan Kerja dan Etos Kerja terhadap Kinerja Guru SMA Kristen di Salatiga T2 832008006 BAB V

0 0 2

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Guru di SDN Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak T2 BAB II

0 0 20