PENDAHULUAN PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (PTK Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri Andong Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011).

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan

merupakan

bagian

integral

dalam

pembangunan.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/ atau latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang (Oemar Hamalik, 2007: 14). Oleh karena itu proses

pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.
Matematika merupakan salah satu dari bidang studi yang menduduki
peranan penting dalam pendidikan, karena dapat dilihat dari waktu jam
pelajaran di sekolah lebih banyak dibandingkan mata pelajaran lainnya.
Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan di semua
jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Matematika di
sekolah masih dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan bagi sebagian besar
siswa. Mereka beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang
sulit, sehingga banyak siswa yang kurang termotivasi untuk mempelajari topiktopik matematika dan menyelesaikan soal-soal yang ditugaskan oleh guru.
Dari permasalahan-permasalahan di atas jelaslah bahwa matematika
dalam pandangan orang merupakan sesuatu pengetahuan atau ilmu yang sukar
di kalangan anak-anak, sehingga anak-anak harus memiliki motivasi yang kuat
untuk belajar matematika. Selain itu, siswa juga harus mempertimbangkan cara
belajar yang baik dan efisien.

1

2

Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa karena

fungsinya mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar.
Motivasi adalah prasyarat utama dalam pembelajaran, tanpa itu hasil belajar
yang dicapai tidak akan optimal dan motivasi sendiri merupakan dorongan yang
timbul dari dalam diri sendiri atau ditimbulkan lingkungan sekitar. Ada faktorfaktor psikologi dalam belajar yang menyebabkan pembelajaran akan berhasil
baik kalau didukung oleh faktor-faktor psikologi dari si pelajar, salah satu
faktor psikologi itu adalah motivasi.
Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang
diarahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran atau kepuasan. Keberhasilan
belajar seseorang tidak lepas dari motivasi orang yang bersangkutan, oleh
karena itu pada dasarnya motivasi belajar merupakan faktor yang sangat
menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Motivasi dapat timbul karena faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor

intrinsiknya berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan
belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang
menarik. Adapun kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu
sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih
giat dan semangat.
Berkaitan dengan motivasi belajar siswa di MTs Negeri Andong Boyolali

ternyata ditemukan permasalahan motivasi belajar yang masih rendah, yaitu:
kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran sebanyak 16 siswa (47,1%),

3

siswa yang mengajukan pertanyaan pada guru sebanyak 5 siswa (14, 7%),
siswa yang berani mengemukakan ide/ gagasan sebanyak 5 siswa (14, 7%),
siswa yang menanggapi pendapat teman/ siswa lain sebanyak 5 siswa (14, 7%).
Hal ini ditunjukkan oleh pembelajaran matematika yang terpusat pada
guru. Dalam penyampaian materi, guru cenderung monoton menguasai kelas
sehingga siswa kurang leluasa dalam menyampaikan ide/ gagasannya. Siswa
takut bertanya kepada guru apabila kurang jelas atau tidak paham. Akibatnya
motivasi belajar matematika kurang optimal serta suasana kelas yang
menyenangkan dalam pembelajaran matematika hampir tidak tampak.
Berbagai usaha telah dilakukan guru matematika di MTs Negeri Andong
Boyolali dalam mengatasi permasalahan tersebut, seperti melakukan diskusi
dan tanya jawab dalam kelas. Namun, usaha tersebut belum mampu
merangsang siswa untuk aktif dalam pembelajaran, karena siswa yang
menjawab pertanyaan guru, cenderung beberapa siswa saja. Sedangkan siswa
yang lain hanya mendengarkan dan mencatat informasi yang disampaikan oleh

temannya. Usaha lain yang dilakukan guru adalah dengan mengadakan diskusi
dalam kelompok kecil. Akan tetapi, siswa lebih banyak bekerja sendiri–sendiri
dalam menyelesaikan soal–soal yang diberikan oleh guru, kurang adanya
diskusi antarsiswa.
Untuk mengatasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka guru
perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang tepat sehingga dapat
membuat pembelajaran matematika lebih melibatkan peran aktif siswa. Model
pembelajaran aptitude treatment interaction dapat dijadikan sebagai salah satu

4

alternatif untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Pendekatan aptitude
treatment interaction yang dimaksudkan adalah sebuah pendekatan atau
model pembelajaran yang berusaha mencari dan menemukan perlakuanperlakuan (treatment) yang cocok dengan perbedaan kemampuan (aptitude)
siswa, yaitu perlakuan yang secara optimal efektif diterapkan untuk siswa
yang berbeda tingkat kemampuannya (Cronbach dalam Nurdin, 2005: 37).
Model pembelajaran aptitude treatment interaction memberikan
kesempatan pada guru untuk mengembangkan kinerja profesionalnya dengan
menggunakan bermacam-macam metode mengajar pada tiga bentuk
(treatment). Pertama perlakuan self learning “model plus” untuk siswa

berkemampuan tinggi. Contohnya 1) siswa ketika belajar diberikan modul plus

berupa rangkuman materi, 2) siswa diarahkan untuk mempelajari modul dan
mengerjakan latihan-latihan soal yang ada di modul. Kedua perlakuan regular
teaching untuk siswa berkemampuan sedang. Contohnya siswa diberikan
permasalahan melalui LKS untuk didiskusikan dengan kelompok belajarnya
yang sudah di bentuk dan hasilnya dibahas bersama-sama di depan kelas.
Ketiga adalah perlakuan spesial dalam bentuk re-teaching tutorial untuk siswa
yang memiliki kemampuan rendah. Siswa diberi pengulangan materi sampai
siswa benar-benar paham dan membantu kesulitan-kesulitan yang dialami oleh
siswa terkait dengan materi (Nurdin, 2005: 3-5).
Model pembelajaran aptitude treatment interaction memberikan
keuntungan dalam memperbaiki proses pembelajaran di kelas, khususnya pada
kelas-kelas yang kemampuan siswanya bervariasi. Model ini merupakan salah

5

satu jawaban terhadap tuntunan yag menghendaki adanya layanan
pembelajaran yang dapat mengapresiasi dan mengakomodasi perbedaan
kemampuan.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah dalam
penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: “Adakah peningkatan motivasi
belajar matematika setelah menggunakan pendekatan aptitude treatment
interaction khususnya pada pada materi segiempat bagi siswa kelas VIIA
semester genap MTsN Andong Boyolali tahun ajaran 2010/ 2011?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendiskripsikan proses
pembelajaran melalui pendekatan aptitude treatment interaction. Secara
khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan peningkatan
motivasi belajar matematika pada segiempat dengan pendekatan aptitude
treatment interaction.

D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berharap semoga hasil penelitian dapat
memberikan manfaat konseptual utamanya dalam pembelajaran matematika.


6

Di samping itu juga, kepada penelitian peningkatan mutu proses dan hasil
pembelajaran matematika SMP.
1.

Manfaat Teoritis
Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan

kepada

pembelajaran

matematika,

utamanya

pada


peningkatan motivasi belajar matematika melalui pendekatan aptitude
treatment interaction.
Secara khusus penelitian ini untuk memberikan kontribusi pada
strategi pembelajaran matematika berupa pergeseran dari paradigma
belajar yang mementingkan pada proses untuk mencapai hasil.
2.

Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh
guru matematika dan siswa. Bagi guru, dapat memanfaatkan model
pembelajaran dengan pendekatan

aptitude treatment interaction

sehingga motivasi siswa dalam pembelajaran matematika dapat
meningkat. Bagi siswa, dapat meningkatkannya motivasi belajar
matematika dan mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.

E. Definisi Istilah

1.

Motivasi Belajar Matematika
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang terhimpun
dalam diri siswa yang aktif memberikan dorongan belajar.

7

Indikator motivasi yang diamati dalam penelitian ini yaitu: 1)
kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, 2) mengajukan pertanyaan
pada guru, 3) mengemukakan ide/ gagasan, dan 4) menanggapi pendapat
teman/ siswa lain.
2.

Pendekatan aptitude treatment interaction
Aptitude treatment interaction adalah sebuah pendekatan atau
model pembelajaran yang berusaha mencari dan menemukan perlakuanperlakuan (treatment) yang cocok dengan perbedaan kemampuan
(aptitude) siswa, yaitu perlakuan yang secara optimal efektif diterapkan
untuk siswa yang berbeda tingkat kemampuannya.
Adapun tahap-tahap dalam pembelajaran aptitude treatment

interaction adalah sebagai berikut:
1) Perlakuan (treatment) self learning “model plus” untuk siswa
berkemampuan tinggi.
2) Perlakuan regular teaching untuk siswa berkemampuan sedang.
3) Perlakuan special treatment dengan re-teaching tutorial (tidak berupa
tambahan jam belajar) untuk siswa yang memiliki kemampuan rendah.

3.

Segiempat
Segiempat adalah suatu bidang datar yang dibentuk/ dibatasi oleh
empat garis lurus sebagai sisinya. Segiempat lengkap terdiri atas empat
titik yang sebidang, setiap titiknya tidak segaris.

Dokumen yang terkait

APLIKASI MODEL EAT (Experience, Analysis, and Theory) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (PTK Pada Siswa Kelas VII E MTs Negeri Jember 3 Tanggul Semester Gasal Tahun Pelajaran 2008/2009)

0 6 16

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Kedondong Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 53

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT BERBANTUAN ICT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 5 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 67

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PTK pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Trimulyo Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 13 69

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Uraian Berbentuk Soal Cerita pada Pembelajaran Matematika (Studi pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 28 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 18 52

Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Studi pada Kelas VII MTs Matlaul Anwar Padangcermin Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 12 51

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 20 124

PENERAPAN METODE SOCRATES PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PROSES BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS (Penelitian Deskriptif Kualitatif pada Siswa Kelas X SMA Negeri 15 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran

8 52 122

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 01 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/1015)

3 19 59

PENGARUH ACTIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Bandar Mataram Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

1 27 50