PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh ADI SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh ADI SAPUTRA

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar matematika siswa. Desain penelitian ini adalah one-shoot case study. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Bukit Kemuning. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A yang diambil secara acak dari 3 kelas yang memiliki kemampuan awal matematika yang relatif seimbang. Data penelitian berupa data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh melalui tes formatif. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pendekatan kontekstual berpengaruh terhadap hasil belajar matematika dengan taraf signifikasi 5%.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Ruang Lingkup Penelitian... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar ... 11

B. Pendekatan Kontekstual ... 12

C. Hasil Belajar ... 18

D. Kerangka Pikir ... 19

E. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 21

1. Anggapan Dasar ... 21

2. Hipotesis ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 22

B. Desain Penelitian ... 22

C. Prosedur Penelitian ... 23


(7)

F. Instrumen Penelitian ... 24

1. Validitas ... 24

2. Reliabilitas ... 25

3. Tingkat Kesukaran ... 26

4. Daya Pembeda ... . 27

G. Teknik Analisis Data ... 29

1. Uji Normalitas ... 29

2. Uji Proporsi ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

B. Pembahasan ... 32

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 36

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu faktor penentu kualitas kehidupan suatu bangsa adalah bidang pendidikan. Pendidikan sangat diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam pembangunan nasional, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Pendidikan pada hakikatnya adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia baik secara fisik maupun psikis. Hal ini sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilaksanakan di dalam sistem pendidikan nasional di negara ini. KTSP adalah kurikulum yang dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang berlandaskan pada UU No. 20 Tahun 2003 dan PP No. 19 Tahun 2005. Dengan berlakunya KTSP sekolah memiliki wewenang penuh dalam melaksanakan pendidikan baik dari segi pembelajaran maupun pengelolaannya.

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi pengembangan dan peningkatan penguasaan serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi bangsa Indonesia. Melalui pendidikan, kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan sehingga dapat terwujud masyarakat yang berkualitas, maju dan sejahtera serta dapat berkompetisi dengan negara lain. Pemerintah telah


(9)

mengupayakan penyempurnaan dalam berbagai aspek pendidikan seperti yang tertuang dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan pendidikan dalam berbagai jenjang, sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan secara nasional yang memuat berbagai mata pelajaran termasuk matematika.

Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain (Cahya Prihandoko, 2006:1), sehingga jatuh bangunnya suatu bangsa tergantung kemajuan yang dicapai bangsa di bidang matematika. Dari hubungan ini menyebabkan mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran inti disetiap jenjang sekolah. Sekolah dipandang sebagai tempat yang sangat strategis untuk menghasilkan sumber daya manusia yang menguasai matematika agar mampu menguasai, menggunakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pitajeng (2006:1), menyatakan bahwa banyak orang yang tidak menyukai matematika, termasuk siswa yang masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Sebagian orang menganggap bahwa matematika sulit dipelajari, tidak menyenangkan, membosankan, dan menakutkan. Anggapan ini menyebabkan sebagian orang enggan untuk belajar matematika. Sikap ini tentu saja mengakibatkan prestasi belajar matematika mereka menjadi rendah sehingga hasil belajar matematika mereka semakin merosot. Anggapan ini perlu mendapat


(10)

perhatian khusus dari para guru serta calon guru SMP untuk melakukan suatu upaya agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika anak didiknya.

Kualitas pendidikan di Indonesia khususnya di bidang matematika belum mencapai hasil yang sesuai dengan harapan, banyak penelitian yang menemukan bahwa hasil belajar matematika siswa di Indonesia masih belum memuaskan, meskipun hasil ujian nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya. Studi yang dilakukan Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2007 memperlihatkan peringkat SMP kelas VIII asal Indonesia di tingkat internasional, Indonesia berada pada tingkat ke-36 dari 49 negara peserta yang diteliti dengan perolehan skor rata-rata 397. Hasil tersebut didapat setelah melakukan penelitian kepada 150 MTs/SMP yang tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai performance yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Apabila dibandingkan dengan skor rata-rata Internasional yaitu 500, tampak bahwa prestasi belajar peserta didik di Indonesia sangat memprihatinkan.

Di samping itu, Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) 2010 menyebutkan bahwa dari penelitian Programme for International Student Assesment (PISA) 2009 diketahui bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia menduduki peringkat ke-61 dari 65 negara yang diteliti dengan perolehan skor 371. Hal yang dikaji pada kemampuan matematika adalah merumuskan, menerapkan, dan menginterpretasikan matematika dalam berbagai konteks, termasuk menggunakan konsep matematika, prosedur, fakta, dan penggunaan alat untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi suatu


(11)

fenomena. Fakta tersebut mencerminkan bahwa pendidikan di Indonesia, khususnya matematika, masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain.

Pada hakikatnya pembelajaran matematika yang diberikan pada siswa SMP sangatlah mudah dan sederhana. Tetapi tidak berarti siswa SMP mudah dalam memecahkan masalah, karena materi matematika SMP memuat objek abstrak tentang konsep-konsep yang mendasar dan penting. Konsep-konsep dalam matematika merupakan suatu rangkaian sebab akibat, suatu konsep disusun berdasarkan konsep sebelumnya dan akan menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya (Cahya Prihandoko, 2006:1). Jadi tidaklah mengherankan bila seorang guru akan merasa bahwa mengajar matematika itu merupakan tugas yang berat, karena amat sulit menanamkan pengertian-pengertian yang abstrak dan formal itu kepada siswa.

Oleh karena itu, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dari hal yang bersifat konkret ke abstrak. Pembelajaran matematika yang dimulai dari hal yang bersifat konkret dapat disajikan dengan mengaitkan materi matematika dengan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa. Dengan diberikannya masalah matematika yang berkaitan dengan situasi nyata, siswa akan lebih mudah mengkontruksi dan memahami materi yang diberikan.

Dewasa ini usaha untuk meningkatkan mutu pembelajaran telah banyak di-lakukan, termasuk dalam pembelajaran matematika. Peningkatan mutu pembel-ajaran matematika dapat dilakukan dengan menciptakan kegiatan pembelpembel-ajaran yang bermakna. Melalui pembelajaran yang bermakna siswa akan memperoleh pengalaman-pengalaman belajar. Dengan adanya pengalaman belajar tersebut,


(12)

siswa akan merasa lebih mudah dalam mengkonstruksi konsep-konsep matematika.

Pembelajaran matematika menjadi tidak bermakna karena selama pembelajaran berlangsung siswa hanya mendengar penjelasan dari guru dan tidak terlibat aktif dalam pebelajaran, artinya pembelajaran hanya terpusat pada guru. Paradigma pembelajaran konvensional yang hanya berpusat pada guru hendaknya diubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa yang berarti bahwa siswa menjadi lebih parsitipatif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang diharapkan adalah adanya interaksi edukatif antara siswa dengan guru. Seperti yang tertuang pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 19 (2007:14) bahwa:

”proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk ikut berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”

Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Hal itu karena selama pembelajaran berlangsung, siswa diberikan suatu masalah riil dalam kehidupan sehari-hari mereka dan siswa secara aktif berusaha memecahkan masalah tersebut. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Pada pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, siswa diharapkan belajar tidak sekedar menghafal tetapi juga mengalami. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual juga menekankan pada siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Siswa


(13)

dituntut untuk aktif dan menjadi pusat dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mampu menghadirkan kreativitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuan yang akan diperolehnya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara, terungkap bahwa guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah dan tanya jawab) dalam menyampaikan materi matematika. Guru belum melakukan suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan siswa secara aktif dan kreatif, apalagi yang berhubungan dengan penggunaan alat peraga untuk digunakan langsung oleh siswa yang sesuai dengan kurikulum 2006 yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Para siswa tidak diberi kesempatan untuk berkreasi untuk mengembangkan ide-ide dan pikirannya untuk mempelajari materi yang diajarkan dan menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Artinya permasalahan kontekstual yang seharusnya menjadi pengantar pembelajaran untuk memotivasi siswa dalam belajar matematika tidak disampaikan atau digunakan guru dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Akibatnya, guru mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran pada setiap pokok bahasan matematika yang diajarkan. Hal ini ditunjukkan dengan persentase siswa tuntas belajar (memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 68) pada ujian semester ganjil siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara Tahun Pelajaran 2011/2012 di bawah 50 %.

Karakteristik siswa di kelas VIII SMP N 4 Bukit Kemuning Lampung Utara mencerminkan bahwa keinginan siswa untuk belajar cukup baik. Karakteristik


(14)

seperti ini sesuai dengan karakteristik siswa yang diharapkan pada pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Dengan adanya aktivitas bertanya pada siswa, maka keingintahuan siswa cukup besar. Hal ini sangat baik pada pembelajaran dengan pendekatan kontekstual karena siswa mau menggali kemampuannya. Hal ini pun akan memudahkan siswa dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan baru yang mereka peroleh. Interaksi yang baik antar siswa juga merupakan elemen yang penting dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Dengan adanya interaksi yang baik, maka masyarakat belajar yang terbentuk akan berjalan optimal.

Pada pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, siswa diharapkan belajar tidak sekedar menghafal tetapi juga mengalami. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual juga menekankan pada siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Siswa dituntut untuk aktif dan menjadi pusat dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mampu menghadirkan kreativitas siswa dalam mengkon-truksi pengetahuan yang akan diperolehnya.

Dengan pendekatan kontekstual konsep pembelajarannya adalah guru meng-hadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan pendekatan kontekstual, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran


(15)

lebih dipentingkan daripada hasil belajar. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mareka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing dalam belajar.

Bila pendekatan kontekstual diterapkan dengan benar, diharapkan siswa akan berlatih untuk dapat menghubungkan apa yang diperoleh di kelas dengan kehidupan dunia nyata yang ada di lingkungannya. Untuk itu, guru perlu memahami konsep pendekatan kontekstual terlebih dahulu agar dapat menerapkannya dengan benar. Dengan pendekatan kontekstual, siswa dibantu menguasai kompetensi yang dipersyaratkan. Dalam kurikulum 2006 siswa akan dibawa tidak hanya masuk ke kawasan pengetahuan, tetapi juga pada penerapan pengetahuan yang didapatkannya melalui pendekatan kontekstual. Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sehingga diduga kegiatan belajar mengajar di kelas akan menjadi lebih aktif dan siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik.


(16)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan pendekatan kontekstual berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa?”

C. Tujuan Penelitian

Secara ilmiah tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah. 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait hasil belajar matematika siswa dan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. 2. Manfaat Praktis

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain: a. Bagi Sekolah, sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan

perbaikan mutu pembelajaran matematika di sekolah. Sebagai sumbangan pemikiran dalam menentukan pendekatan pembelajaran dan perbaikan mutu pembelajaran matematika.

b. Bagi guru, memperoleh wawasan dalam penerapan pembelajaran dilihat dari hasil belajar matematika siswa.


(17)

c. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjut dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual pada materi matematika lainnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami penelitian ini, perlu dibatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Pengaruh dalam hal ini merupakan daya yang ditimbulkan dari penggunaan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas VIII SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara. Hal yang dilihat sebagai pengaruh penggunaan pendekatan ini adalah hasil belajar matematika siswa apabila tercapainya kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah minimal 68 yaitu minimal 60% siswa tuntas belajar.

2. Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

3. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini di lihat dari nilai hasil tes matematika siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual di kelas VIII SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara pada materi Lingkaran.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar

Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh individu menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2005:27) belajar bukan hanya mengingat, tetapi mempunyai arti yang lebih luas yakni mengalami. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar bukan sekedar menerima pengetahuan atau menghafal pengetahuan yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zais (2002:11) yang mengatakan bahwa ”Belajar adalah proses perubahan berkat pengalaman dan latihan.” Hamalik (2005:29) juga mengungkapkan bahwa “Pengalaman juga dapat diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungan.” Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan individu karena adanya pengalaman dan latihan yang diperoleh dari adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang terarah pada tujuan yang ingin dicapai yang dilakukan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bila siswa merupakan indi-vidu yang terlibat di dalamnya. Seperti yang diungkapkan oleh Hamalik (2005:54) bahwa ”Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Di antara keduanya terdapat hubungan


(19)

atau komunikasi interaksi.” Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang melibatkan siswa dan guru dalam interaksi edukatif. Selain adanya interaksi antara guru dan siswa, belajar juga merupakan pembentukan hubungan antara stimulus dan hasil belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2001:28) bahwa “Pencapaian tujuan belajar adalah hasil belajar.” Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan pembentukan hubungan interaksi yang bermuara pada hasil belajar.

B. Pendekatan Kontekstual

Akhmad Sudrajad (Agustina, 2012:1) mengatakan bahwa:

“Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang terhadap pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum yang di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.”

Pendekatan dalam pembelajaran terbagi menjadi dua jenis, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang terpusat pada siswa, artinya siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and Learning dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. US Department of Education Office of Vocational and Adult Education and The National School to Work Office (Muslich, 2007:41) menyatakan bahwa:

“Pembelajaran Kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari”.


(20)

Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang me-merlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya dan siswa akan berusaha untuk menggapainya.

Menurut University of Washington (Muhfahroyin, 2006:9-10), beberapa hal yang diidentifikasi sebagai unsur pendekatan kontekstual yaitu:

1. Pembelajaran bermakna yang meliputi pemahaman, relevansi, dan penghargaan pribadi siswa bahwa mereka berkepentingan terhadap isi materi yang harus dipelajari.

2. Penerapan pengetahuan yang meliputi kemampuan untuk melihat konsep materi yang dipelajari diterapkan dalam tatanan-tatanan lain dan fungsi-fungsi pada masa sekarang dan di masa yang akan datang.

3. Berpikir yang lebih tinggi antara lain melatih siswa untuk menggunakan cara berfikir kritis, kreatif dan inovatif dalam mengumpulkan data, memahami gejala dan memecahkan suatu permasalahan.

4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan oleh pemerintah, disamping me-ngembangkan muatan lokal.

5. Responsif terhadap budaya yang beraneka ragam antara lain individu siswa, kelompok siswa (kelas), tatanan sekolah, dan tatanan masyarakat.

6. Penilaian autentik dengan berbagai cara yang valid sehingga mencerminkan hasil belajar yang sesungguhnya dari siswa.


(21)

COR (Center for Occupational Research) di Amerika (Muslich, 2007:41) mengatakan pembelajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting sebagai berikut:

a) Relating adalah bentuk belajar yang dikaitkan dengan kehidupan nyata atau pengalaman nyata/ situasi sehari-hari.

b) Experiencing adalah belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan.

c) Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar ke dalam penggunaan dan kebutuhan praktis.

d) Cooperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespons, dan saling berkomunikasi

e) Transfering adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.

Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment). Adapun tujuh komponen tersebut sebagai berikut.

a) Konstruktivisme (Constructivism)

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL. Pendekatan yang berciri kontruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari


(22)

pengalaman belajar yang bermakna. Nurhadi (2004:39-40) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran di kelas, penerapan pembelajaran konstruktivistik muncul dalam lima langkah pembelajaran yaitu pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge), pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), penerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh (applying knowledge) dan melakukan refleksi (reflecting on knowledge).

b) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hyphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclusion).

c) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang dimulai dari bertanya. Sanjaya (2008: 266) menyatakan bahwa kegiatan bertanya berguna untuk menggali informasi tentang kemampuan siswa, membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, merangsang keingintahuan, memfokuskan siswa dan membimbing siswa untuk menemukan dan menyimpulkan sesuatu.

d) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.


(23)

e) Pemodelan (Modeling)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, men-demonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan.

f) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

g) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Asessment)

Penilaian adalah pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan Pendekatan Kontekstual menurut Nurhadi (2000:4) adalah sebagai berikut.

1. Pendahuluan:

a) Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya (masalah kontekstual) sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran bermakna.

b) Permasalahan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.


(24)

2. Pengembangan:

a) Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model matematis simbolik secara informal terhadap persoalan atau masalah yang diajukan. b) Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif. Siswa diberi

kesempatan menjelaskan dan memberi alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, dan mencari alternatif penyelesaian yang lain.

3. Penutup/penerapan:

Melakukan refleksi terhadap setiap langkah atau terhadap hasil pembelajaran.

Dari uraian di atas, pembelajaran melalui pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang mampu memberdayakan potensi siswa untuk membangun pengetahuan yang ada di dalam dirinya. Melalui pembelajaran matematika kontekstual, siswa mampu mengkonstruksi suatu pengetahuan yang baru, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa yang akhirnya akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, dengan pendekatan ini siswa dilatih mengamati suatu hal, menganalisisnya, dan menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya. Dengan demikian, kesan yang didapat siswa akan lebih lama terekam dibandingkan dengan yang hanya menerima transfer ilmu dari guru. Dengan adanya pemberian refleksi pada pendekatan kontekstual, siswa akan lebih memahami apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana prosesnya. Hal inilah yang diharapkan mampu membuat siswa memperoleh hasil belajar yang baik.


(25)

C. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan penilaian akhir dari suatu kegiatan pembelajaran setelah dilakukan evaluasi. Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (2006:3) menyatakan bahwa, “Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar.”

Hasil belajar diwujudkan dari perubahan tingkah laku yang dialami oleh siswa. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa perubahan pengetahuan, maupun perubahan perilaku. Menurut Hamalik (2005:27) “Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.”

Hasil belajar merupakan puncak dari kegiatan belajar mengajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:20) hasil belajar adalah suatu puncak proses belajar dan terjadi terutama berkat evaluasi dari guru. Hasil belajar mencerminkan tingkat penguasaan seseorang terhadap apa yang telah dipelajari. Dari hasil belajar ini, seseorang dapat mengetahui apakah tujuan yang ingin dicapainya telah tercapai atau tidak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa adalah tingkat kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil belajar dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku. Melalui hasil belajar siswa juga dapat diketahui sejauh mana tingkat keberhasilannya dalam proses pembelajaran. Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar dari ranah kognitif.


(26)

D. Kerangka Pikir

Belajar dan mengajar merupakan dua hal yang tidak tak terpisahkan satu sama lain. Belajar berarti suatu proses mendapatkan pengetahuan sehingga mampu mengubah tingkah laku individu, sedangkan mengajar berarti proses penyampaian pelajaran oleh guru kepada siswa. Dalam kehidupan sehari-hari, siswa sering dihadapkan oleh berbagai masalah yang sering berganti-ganti. Oleh karena itu siswa harus dibiasakan untuk menyelesaikan berbagai masalah. Seluruh rangkaian dan langkah pemecahan masalah merupakan latihan dalam menghadapi segala masalah yang terjadi. Dengan adanya masalah yang dialami siswa, siswa diharapkan mampu untuk mengggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang dapat mendidik siswa berpikir secara sistematis, mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu masalah yang dihadapi. Dan dapat belajar menganalisis suatu masalah serta dapat membuat siswa memiliki jiwa interaksi sosial yang tinggi terhadap lingkungannya. Pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual bukan hanya sekedar mendengar dan mencatat, tetapi belajar adalah proses pengalaman langsung. Melalui proses pengalaman ini diharapkan siswa mengonstruksi sendiri pengetahuannya.

Salah satu komponen dalam pembelajaran kontekstual adalah masyarakat belajar (learning community). Pada komponen ini akan dilakukan suatu pembelajaran yang dapat melatih menumbuhkan semangat siswa untuk menyelesaikan masalah. Bentuk kegiatannya adalah pemecahan masalah dengan diskusi berkelompok yang


(27)

dilakukan dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan 4 atau 5 anggota. Dalam tiap kelompok akan diberi masalah untuk kemudian diselesaikan pada intern kelompok. Setiap siswa bertanggung jawab dalam kelompoknya. Apabila masalah sudah terpecahkan maka tiap kelompok akan mempresentasikan hasil pemecahan masalahnya.

Dengan melakukan pendekatan pembelajaran sesuai skenario di atas diharapkan setiap siswa akan aktif, interaktif serta mengalami sendiri aktivitasnya. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diharapkan mampu menciptakan suasana belajar aktif bagi siswa. Dengan kata lain, keaktifan siswa dapat meningkat dalam rangka mewujudkan pembelajaran efektif serta dapat membangun pengetahuan dari dalam diri siswa sendiri yang akan mengakibatkan meningkatnya hasil belajar. Selain itu, dengan menerapkan pendekatan kontekstual siswa akan lebih diberdayakan dalam pembelajaran. Pengalaman bermakna akan diperoleh siswa, karena pembelajaran menghadirkan benda-benda nyata yang ada disekitar siswa.

Berdasarkan uraian diatas, diduga bahwa hasil belajar matematika siswa dengan pendekatan kontekstual akan berpengaruh positif. Berikut ini dibuat diagram kerangka pemikiran untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kerangka pemikiran di atas.

Keterangan :

X : Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Y : Hasil belajar Siswa


(28)

E. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai angapan dasar besarnya pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diteliti untuk tiap siswa dianggap sama.

2. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan kontekstual berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

Hipotesis lanjutan:

Diperoleh nilai hasil belajar ≥ 68 sehingga penerapan pendekatan kontekstual berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.


(29)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara tahun pelajaran 2012/2013 yaitu sebanyak 107 siswa, terdiri dari 3 kelas yaitu kelas VIII-A, VIII-B, dan VIII-C. Ketiga kelas memiliki kemampuan awal matematika yang relatif seimbang, berdasarkan ujian hasil belajar matematika pada semester ganjil yang lalu. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil satu kelas secara random sebagai kelas eksperimen. Kelas yang terpilih menjadi sampel penelitian ini adalah kelas VIII-A yang berjumlah 35 siswa.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shoot Case Study (Sugiyono, 2010:110). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu karena peneliti tidak dapat mengendalikan semua variabel yang mungkin berpengaruh terhadap variabel yang diteliti.

X O

Keterangan :

X : pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual O : postes


(30)

C. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tahap Perencanaan

a. Mengambil data hasil tes pada pokok bahasan sebelumnya yang digunakan sebagai acuan pembagian kelompok pada kelas sampel yang diajar dengan pendekatan kontekstual.

b. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil pada kelas sampel yang beranggotakan 4-5 siswa dengan kemampuan yang heterogen, sesuai dengan hasil tes yang diperoleh siswa pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan sebelumnya.

2. Tahap Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan pembelajaran di kelas yaitu pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada kelas VIII-A.

Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut: a. Perencanaan

(1) Membuat rencana pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual.

(2) Menyusun lembar kerja siswa dan soal latihan yang akan diberikan kepada siswa pada saat diskusi berlangsung pada pembelajaran kontekstual.

(3) Mempersiapkan perangkat untuk instrumen tes. b. Pelaksanaan

Pembelajaran dilaksanakan pada kelas VIII-A yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.


(31)

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai hasil tes setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual.

E. Metode/Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitan ini berupa data hasil belajar siswa. Untuk memperoleh data hasil belajar siswa dilakukan tes. Tes hasil belajar dilakukan setelah kelompok eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran menggunakan pendekatan konstekstual. Tes hasil belajar di dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak satu kali.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini yaitu soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar instrumen penelitian yang digunakan mendapatkan data yang akurat, yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran. Keempat kriteria itu adalah sebagai berikut.

1. Validitas

Sebuah instrumen penelitian tes dikatakan valid apabila instrumen tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas instrumen tes yang digunakan adalah validitas isi, yakni kesesuaian isi instrumen tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Penyusunan soal instrumen tes diawali dengan kisi-kisi soal. Penyusunan kisi-kisi soal tersebut harus


(32)

memperhatikan setiap indikator yang ingin dicapai. Penilaian terhadap butir tes dilakukan oleh guru mata pelajaran matematika dengan asumsi bahwa guru tersebut memahami dengan baik mengenai kurikulum. Oleh karena itu, valid atau tidaknya instrumen tes ini didasarkan pada judgment guru tersebut. Berdasarkan penilaian dari guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara, intrumen tes ini valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat di-percaya dalam penelitian. Suatu instrumen dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diinginkan. Pengukuran koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha (Sudijono, 2008:208), yaitu:

Keterangan:

: koefisien reliabilitas tes

n : banyaknya butir soal

: jumlah varians skor tiap-tiap item : varians total

dimana:


(33)

Keterangan :

: varians total : banyaknya data

∑ : jumlah semua data

∑ : jumlah kuadrat semua data

Lebih lanjut Sudijono menjelaskan bahwa dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya menggunakan

ketentuan, yaitu apabila r11 ≥ 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji

reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang baik. Sebaliknya, apabila r11 < 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya

dinyatakan belum memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Berdasarkan perhitungan hasil uji tes, diperoleh r11 = 0,76

3. Tingkat Kesukaran

Menurut Budiyono (2011:30), tingkat kesukaran butir soal menyatakan proporsi banyaknya peserta yang menjawab benar butir soal tersebut terhadap seluruh peserta tes. Untuk mengetahui indeks tingkat kesukaran instrumen tes digunakan rumus sebagai berikut.

̅

dengan:

P : indeks tingkat kesukaran butir tes ke-i

̅ : rata-rata skor butir tes


(34)

Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran butir tes digunakan tolak ukur sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kategori Tingkat Kesukaran Butir Tes

Indeks Tingkat kesukaran Kategori Butir Tes

0,00 ≤ P < 0,30 Sukar

0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

0,70 < P ≤ 1,00 Mudah

(Budiyono, 2011:40)

Berdasarkan perhitungan hasil uji tes, diketahui bahwa pada nomor 1 dan 3 memiliki tingkat kesukaran mudah, sedangkan untuk nomor 2, 4, 5, 6, 7, dan 8 memiliki tingkat kesukaran sedang. Rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji tes dapat dilihat pada Tabel 3.3

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi menurut Arikunto (2009) adalah sebagai berikut.

Keterangan:

DP : indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah


(35)

BA : jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB : jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benar

Besarnya indeks diskriminasi daya pembeda menurut Arikunto (2009) dikategorikan pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Negatif DP 0,10 Sangat Buruk

0,10 DP 0,19 Buruk

0,20 DP 0,29 Kurang Baik

0,30 DP 0,49 Baik

DP 0,50 Sangat Baik

Soal-soal yang digunakan dalam penelitian ini memiliki daya pembeda lebih dari atau sama dengan 0,30. Berdasarkan perhitungan tes uji coba diperoleh daya pembeda sebagai berikut: Untuk daya pembeda uji tes, nomor 1, 2, 6, dan 7 memiliki daya pembeda baik sedangkan nomor 3, 5, dan 8 memiliki daya pembeda sangat baik.

Rekapitulasi hasil uji coba tes dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut: Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil UjiTes

No Validitas Soal

Reliabilitas Soal

Daya Pembeda

Interpretasi Daya Pembeda

Tingkat Kesukaran

Interpretasi Tingkat Kesukaran

1

Valid 0,78

0,3 Baik 0,8 Mudah

2 0,33 Baik 0,8 Mudah

3 0,53 Sangat baik 0,5 Sedang

4 0,37 Baik 0,3 Sedang

5 0,64 Sangat Baik 0,6 Sedang

6 0,8 Sangat Baik 0,6 Sedang

7 0,6 Sangat Baik 0,6 Sedang


(36)

G. Teknik Analisis Data

Hasil belajar siswa dilihat dari nilai hasil belajar matematika siswa setelah diadakan tes. Dari nilai tersebut, siswa dikatakan tuntas belajar apabila mem-peroleh nilai hasil belajar ≥ 68.

Teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor hasil belajar sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Hal ini dikarenakan data yang berdistribusi normal akan lebih mudah untuk menyajikannya dalam bentuk membedakan, mencari hubungan, atau meramalkannya. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Statistik uji menggunakan uji Chi-Kuadrat:

Keterangan:

X2 : harga Chi-kuadrat : frekuensi yang diamati


(37)

Kriteria uji : terima H0 jika dengan taraf nyata 5%. Jika

po-pulasi berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji proporsi dengan meng-gunakan uji-z. (Sudjana, 2005:293)

2. Uji Proporsi

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut.

H0 :  < 0,60 (persentase siswa tuntas belajar kurang dari 60%)

H1 :

≥ 0,60 (persentase siswa tuntas belajar lebih dari atau sama dengan

60%)

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

√ Keterangan:

X : banyaknya siswa tuntas belajar n : jumlah sampel

0,60 : proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0 jika zhitungz0,5 dengan taraf nyata 5%. Harga

  5 , 0

z dipilih dari daftar normal baku dengan peluang (0,5–α). (Sudjana, 2005: 235)

Berdasarkan hasil perhitungan uji proporsi, diperoleh Karena 1,837 > 1,64 berarti . Maka tolak H0 sehingga


(38)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar siswa, diperoleh simpulan bahwa pendekatan kontekstual berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan:

1. Kepada guru, dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa, jika akan menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran disarankan untuk mengkondisikan keadaan kelas sebaik mungkin serta memperhitungkan waktu yang tepat agar suasana kelas lebih kondusif pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.

2. Kepada sekolah, agar mengintruksikan kepada guru-guru untuk memakai sistem pembelajaran yang terpusat kepada siswa, siswa yang lebih aktif dalam pembelajaran.

3. Kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai pendekatan kontekstual hendaknya memahami


(39)

komponen-komponen dalam pendekatan kontekstual dengan baik, sehingga dapat menerapkan keseluruhan komponen tersebut dengan maksimal.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2012. Pendekatan dan Metode dalam keterampilan istima’. [on line]. Tersedia : Http://www.blogspot.com (tanggal 13 Maret 2012)

Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Akasara. Budiyono. 2011. Statistika Dasar untuk Penelitian. Surakarta: FKIP UNS Press. Cahya Prihandoko, Antonius. 2006. Memahami Konsep Matematika dan

Menyajikannya dengan Menarik. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Saiful Bahri dan Zais, Aswan. 2002 . Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Muhfahroyin. 2006. Pembelajaran Kontekstual untuk Integrasi Imtaq. Malang:

Lembaga Penelitian UM Metro Press.

Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM PRESS. Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Indonesia No. 19

Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta

Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Pitajeng. 2006. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti

Sanjaya, Wina. 2008. Srategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sardiman, AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(41)

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.


(42)

Anggota kelompok:

1. ………..

2. ………..

3. ………..

4. ………..

Unsur dan Bagian Lingkaran

Lakukanlah kegiatan sebagai berikut secara berkelompok.

 Buatlah lingkaran dengan menggunakan jangka, kemudian gunting lingkaran tersebut.

 Siapkan benang, ukurlah bagian dari benang dan potong sesuai dengan garis yang ada di gambar 1

 Kemudian jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah.

Perhatikan gambar diatas!

1. Secara individu coba deefinisikan apakah lingkaran itu?

Lingkaran adalah ... ... ... Diskusikan dengan kelompok, apakah definisi dari lingkaran itu?

Lingkaran adalah ... Mari Bermain


(43)

2. OQ merupakan jari-jari. OS juga merupakan jari-jari. Secara individu coba definisikan apakah bujari-jari itu?

Jari-jari adalah garis... ... Diskusikan dengan kelompok, apakah definisi jari-jari itu?

Jari-jari adalah garis...

... Selain OQ dan OS, jari-jari lingkaran yang lain adalah :

...,...,...

3. TU merupakan tali busur. RQ juga merupakan tali busur. Secara individu coba definisikan apakah tali busur itu?

Tali busur adalah garis... ... ... Diskusikan dengan kelompok, apakah definisi tali busur itu?

Tali busur adalah... ... Selain TU dan RQ, tali busur yang lain adalah :

...,...,... 4. SP merupakan diameter.

Secara individu coba definisikan apakah diameter lingkaran itu?

Diameter adalah garis ... ... Diskusikan dengan kelompok, apakah definisi dari diameter itu?

Diameter adalah garis ... ... Selain SP, diameter lingkaran yang lain adalah : ...,...,...

Kerjakan dan diskusikan dengan kelompok.

Sebutkan dan jelaskan 5 benda yang berbentuk lingkaran di kehidupan sehari-hari kita!

Jawab :

a. ………

………

b. ………

………

c. ………


(44)

d. ……… ………

e. ………

………  Presentasikan hasil diskusi di depan kelas.

Nilai Tanda Tangan Guru

Keberhasilan kelompok adalah

keberhasilan bersama


(45)

Anggota kelompok :

1. ………..

2. ………..

3. ………..

4. ………..

Unsur dan Bagian Lingkaran

 Buatlah kelompok

 Lakukan kegiatan berikut!

Lakukanlah kegiatan sebagai berikut secara berkelompok.

 Buatlah lingkaran dengan menggunakan jangka seperti pada gambar, kemudian gunting lingkaran tersebut sesuai dengan bagian-bagian warna yg ada.

 Kemudian jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah.

Perhatikan gambar!

5. Daerah yang diarsir berwarna biru (AOD) merupakan juring.

Secara individu coba deefinisikan apakah juring lingkaran itu? (2 menit) Juring merupakan daerah yang ... ... Diskusikan dengan kelompok, apakah definisi dari juring lingkaran itu? (2 menit). Juring merupakan daerah yang ... ...


(46)

Selain AOD, juring lingkaran yang lain adalah : ...,...,... 6. Garis lengkung AB merupakan busur.

Secara individu coba definisikan apakah busur lingkaran itu? (2 menit) Busur adalah garis lengkung yang ... ... Diskusikan dengan kelompok, apakah definisi dari juring lingkaran itu? (2 menit). Busur adalah garis lengkung yang ... ... Selain garis lengkung AB, busur lingkaran yang lain adalah : ...,...,...

7. Daerah yang diarsir berwarna merah merupakan tembereng.

Secara individu coba definisikan apakah tembereng itu? (2 menit) Tembereng adalah daerah yang... ... ... Diskusikan dengan kelompok, apakah definisi tembereng itu? (2 menit) Tembereng adaalah daerah yang ... ... 8. EO merupakan apotema.

Secara individu coba definisikan apakah apotema itu? (2 menit)

Apotema adalah garis yang ... ... Diskusikan dengan kelompok, apakah definisi dari apotema itu? (2 menit) Apotema adalah garis yang ... ...

Perhatikan gambar disamping. Kerjakan secara individu (3 menit). Diskusikan dengan kelompok (3 menit). sebutkan semua garis yang merupakan: b. Jari-jari

c. Aphotema d. Diameter e. Talibusur f. Busur g. Juring h. Tembereng Jawab :

a. ………


(47)

b. ……… ………

c. ………

………

d. ………

………

e. ………

………

f. ………...

g. ...

Presentasikan hasil diskusi didepan kelas (10 menit).

Nilai Tanda Tangan Guru

Keberhasilan kelompok adalah

keberhasilan bersama


(48)

Anggota kelompok:

1 . ………..

2. ………..

3. ………..

4. ………..

Menghitung Keliling Lingkaran

Mencari Nilai Phi dan Keliling Lingkaran

 Kerjakan dengan kelompok kegiatan berikut! Mari Bermain

1. Lilitkan benang satu putaran pada benda pertama. 2. Potonglah benang pada satu titik temunya.

3. Rentangkanlah lilitan benang yang telah dipotong. 4. Ukurlah panjangnya menggunakan penggaris.

5. Panjang benang tersebut merupakan keliling lingkaran pada benda itu.

6. Catatlah hasil pengukuran tersebut pada kolom keliling pada tabel 1 kolom ke-2.

7. Jiplaklah alas benda yang berbentuk lingkaran pada kertas yang telah disediakan.

8. Lingkaran hasil jiplakan digunting sekelilingnya.

9. Lipat lingkaran tersebut sehingga saling menutupi dengan tepat. 10. Ukurlah panjang lipatan menggunakan penggaris.

11. Bekas lipatan tersebut merupakan diameter lingkaran.

12. Catatlah hasil pengukuran tersebut pada kolom diameter pada tabel 1 kolom ke-2.

13. Lakukanlah kegiatan di atas pada benda kedua, ketiga dan keempat.

14. Gunakan kalkulator untuk menghitung nilai-nilai pada kolom ke-4. 15. Tulislah hasil pada kolom ke-4 dengan pembulatan sampai dua


(49)

Tabel.1

Benda Keliling Diameter Keliling lingkaran

diameter

Pembulatan 2 angka dibelakang

koma I

II III IV

Simpulkan secara individu (7 menit)

Dari pengamatan tadi, kita dapat mengambil kesimpulan:

1.

berkisar antara ... dan ...

2. Nilai antara ... dan ... merupakan sebuah pendekatan nilai π (phi) yang bernilai ... atau ...

3.

= ...

4. Rumus keliling lingkaran = π x ...

5. Didapat rumus Keliling Lingkaran, K = ... x d atau K = ... x 2r

Diskusikan dengan kelompok (10 menit).

Dari pengamatan tadi, kita dapat mengambil kesimpulan :

1.

berkisar antara ... dan ...

2. Nilai antara ... dan ... merupakan sebuah pendekatan nilai π (phi) yang bernilai ... atau ...

3.

= ...

4. Rumus Keliling Lingkaran = π x ...

5. Didapat rumus Keliling Lingkaran, K = ... x d atau K = ... x 2r

Kesimpulan


(50)

Kerjakan

Andi mempunyai kolam ikan berbentuk lingkaran. Bila jari-jari kolam tersebut adalah 4 meter, maka berapakah keliling kolam tersebut? (3 menit).

Jawab :

Diketahui : panjang jari-jari kolam = 4 m Ditanya : keliling kolam?

Penyelesaian : keliling kolam = ... x ... = ... x ... = ... m

Persentasikan hasil diskusi didepan kelas.

Selamat mengerjakan !

Nilai Tanda Tangan Guru

Keberhasilan kelompok adalah

keberhasilan bersama


(51)

Anggota kelompok :

1. ………..

2. ………..

3. ………..

4. ………..

Menemukan Luas Lingkaran

 Buatlah kelompok

 Lakukan kegiatan berikut!

Lakukanlah kegiatan sebagai berikut.

Lakukanlah kegiatan sebagai berikut secara berkelompok.

5. Perhatikan lingkaran yang telah dibuat pada pertemuan yang lalu.

6. Bagilah lingkaran tersebut menjadi dua bagian yang sama dengan cara membuat diameter (garis tengah) dan berilah warna pada salah satu bagian (atau beri arsiran)

7. Bagilah lingkaran itu menjadi juring-juring dengan besar sudut masing-masing 30° dan beri penomoran 1-12 seperti gambar (i)

8. Guntinglah lingkaran tersebut sesuai dengan juring-juring yang terjadi.

9. Letakkan potongan-potongan dari juring-juring tersebut secara berdampingan seperti terlihat pada gambar (ii)


(52)

Perhatikan!

Hasil dari potongan-potongan juring yang diletakkan secara berdampingan membentuk bangun...maka,

Luas lingkaran = Luas...

= ... x ... = ... x ... = ... x ... = ...

Kesimpulan

Kerjakan yuk...

1. Mira mempunyai kolam berbentuk lingkarn. Bila jari-jari lingkaran tersebut adalah 2 meter, maka berapa luas kolam tersebut?

Jawab:

Diketahui : panjang jari-jari kolam = 2 m Ditanya : luas kolam?

Penyelesaian : luas kolam = ... x ... = ... x ... = ... m2

2. Pak Sardi akan membuat taman berbentuk lingkaran dengan diameter 15 meter. Taman tersebut terletak di atas tanah berbentuk persegi dengan Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, maka didapat kesimpulan:

1. Luas lingkaran adalah... 2. Karena r =1/2 d, maka luas lingkaran dapat dinyatakan dengan...


(53)

panjang sisinya adalah 20 meter. Berapakah sisa tanah milik pak Sardi yang tidak dibuat menjadi taman?

Jawab:

(i) Sketsa taman

(ii) Diketahui : panjang sisi persegi (s) = 20 m Panjang diameter lingkaran = 15 m Ditanya : luas sisa tanah pak Sardi?

Penyelesaian : luas tanah = sisi x sisi = ... X ... = ... Luas lingkaran (taman) = ... = ... x ... = ...

Maka luas tanah yang tersisa = luas persegi – luas lingkaran = ... - ...

= ...  Presentasikan hasil diskusi didepan kelas (10 menit).

Nilai Tanda Tangan Guru

Keberhasilan kelompok adalah

keberhasilan bersama


(54)

Anggota kelompok:

1. ……….. 2 ………..

3. ………..

4. ………..

Perubahan Nilai Jari-Jari Lingkaran

Lakukanlah kegiatan berikut secara berkelompok.

 Buatlah empat buah lingkaran dengan ukuran yang berbeda-beda. Panjang jari-jari lingkaran yang pertama adalah 7 cm. Lingkaran yang kedua panjang jari-jarinya dua kali panjang jari-jari yang pertama. Lingkaran yang ketiga panjang jari-jarinya tiga kali panjang jari-jari yang pertama dan lingkaran yang keempat panjang jarinya empat kali panjang jari-jari yang pertama.

 Hitunglah perbandingan keliling dan luas lingkaran yang pertama dengan lingkaran-lingkaran yang lain?

Penyelesaian : r1 = 7 cm

r2 = 2 x 7 = 14 cm

r3 = 3 x 7 = 21 cm

r4 = 4 x 7 = 28 cm


(55)

Jari-jari Perubahan jari-jari ( kali) Keliling lingkaran Luas lingkaran Perubahan keliling

lingkaran ( kali) Perubahan luas lingkaran ( kali)

r1 rn k1 kn l1 ln

7 14 2 44 88 15

4 61

6

2 4 = 22

7 21 3 .... ... .... .... ... ...

7 28 4 .... ... .... .... ... ...

n = 2,3,4

2. Perhatikan kolom ketiga dan kolom ke lima

Bila

= 2, maka

= 2

= 3, maka

= ...

= 4, maka

= ...

Jika

= k, maka

= ...

3. Perhatikan kolom keempat dan kolom keenam

Bila

= 2, maka

= 4 = 2

2

= 3, maka

= .... = ...

= 4, maka


(56)

Jadi

= k, maka

= .... = ...

Dari hasil diatas , dapat disimpulkan bahwa :

Kerjakan

Luas sebuah lingkaran adalah 2.464 cm2. Jika panjang jari-jari lingkaran kedua adalah ¼ kali jari-jari lingkaran pertama, hitunglah perubahan luas kedua lingkaran tersebut.

Jawab :

... ... ...

Persentasikan hasil diskusi di depan kelas.

Selamat mengerjakan, semoga berhasil...!

Nilai Tanda Tangan Guru

Keberhasilan kelompok adalah

keberhasilan bersama

Jika panjang jari-jari lingkaran kedua adalah n kali jari-jari lingkaran pertama, maka :

Keliling lingkaran kedua sama dengan ... Dan luas lingkaran kedua sama dengan ...


(57)

Anggota kelompok :

1. ………

2. ………

3. ………

4 ………

Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, dan luas juring

dalam pemecahan masalah

Kerjakan kegiatan berikut dengan kelompok.

 Buatlah lingkaran dengan menggunakan kertas karton

 Gunting lingkaran tersebut. Bagi lingkaran tersebut menjadi 9 bagian dan potong 1/9 dari lngkaran tersebut.

 Berapakah panjang dari busur 1/9 lngkaran tersebut? Dan Berapakah bagian yang dipotong?

Lingkaran yang dibuat dapat digambarkan dengan gambar berikut ini.

Panjang busur lingkaran yang dipotong = panjang busur AB Maka, panjang busur AB =

9 1

x ……….. =

360 ...

x ………. =

putaran satu

sudut besar

...

x ………… Banyaknya bagian yang dipotong = Luas juring OAB.


(58)

Maka, Luas juring OAB = 9 1 x ……….. = 360 ... x ………. = putaran satu sudut besar ... x …………. Sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut.

Contoh

1. Pada gambar disamping, hitunglah: a. Luas juring OAB, dan

b. Panjang busur AB. Jawab:

a. L = π r2

= 3,14  ...... =

Luas lingkaran = ...cm2

... 360 ... OAB juring luas lingkaran luas 360 AOB OAB juring luas      

Jadi, luas juring OAB = ... cm2 b. K = 2 π r

Kesimpulan

atau : Luas juring AOB =

Panjang busur AB =

B

A O 20 cm 72


(59)

= 2 x .... x ... = ...

Keliling lingkaran = ... cm

lingkaran Kll 360 AOB AB busur

panjang   

... ... 360 ... AB busur panjang   

Jadi, panjang busur AB = ... cm

Kerjakan Soal berikut.

Pada gambar berikut, besar o 40 POQ

 dan panjang OP = 21 cm Hitunglah:

a. Panjang busur PQ b.Luas juring POQ

Jawab :

... ... ... ...  Presentasikan hasil diskusi di depan kelas

Nilai Tanda Tangan Guru

P Q O 40o


(60)

Anggota kelompok :

1. ………

2. ………

3. ………

4. ………

Hubungan Sudut Pusat, Panjang Busur dan Luas Juring

Diskusikan dengan kelompok

Perhatikan gambar 1 di samping.

Titik O merupakan pusat lingkaran, maka

AOB

 disebut sudut pusat.

 Buatlah lingkaran seperti pada gambar 2, lingkaran dibag menjadi empat bagan.

 Potong bagian pertama, yaitu 1/3 bagan, potongan kedua yaitu 1/12 bagian seperti pada gambar dibawah ini.

Berapakah perbandingan panjang busur dan luas potongan pertama dengan potongan kedua?

( Gambar 2 )

Panjang busur pertama = Panjang Busur CD Panjang busur kedua = Panjang Busur AB


(61)

Luas potongan pertama = Luas Juring OCD Luas potongan kedua = Luas Juring OAB

Perbandingan panjang busur AB: Panjang busur CD adalah :

CD busur panjang AB busur panjang = lingkaran keliling lingkaran keliling   3 1 12 1 = 3 1 12 1 =   360 ... 360 ... = .. ... .. ... = .. ... .. ...

Perbandingan Luas juring OAB : Luas juring OCD

OCB juring luas OAB juring luas = lingkaran luas lingkaran luas   3 1 12 1 = 3 1 12 1 =   360 ... 360 ... = .. ... .. ... = .. ... .. ...

Berdasarkan kegiatan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk setiap lingkaran berlaku hubungan:

1. Pada gambar di samping, besar o

o AOD 75 dan COD 150

40

AOB     

 ,

dan panjang busur AB = 120 cm. Hitunglah panjang busur AD dan CD! Jawab :

...

Perbandingan sudut pusat = perbandingan ... = perbandingan ...

150o

D

C B

A

40o O

75o Kerjakan Yuk..!!!


(62)

... ... ... ... ... ... ... ... ...

2. Pada gambar di samping, o

30 AOB

 , o

100 COD

 o

90 BOC

 dan luas juring OAB = 60 cm2. Hitunglah luas juring OBC!

Jawab :

... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

 Persentasikan hasil diskusi di depan kelas.

Semoga Berhasil....!!!

Nilai Tanda Tangan Guru

B A

90o

C

30o O

100o D


(63)

Anggota kelompok :

5. ………

6. ………...

7. ………

8. ………

Mengenal Hubungan Sudut Pusat dan Sudut Keliling

 Kerjakan secara individu (20 menit).  Diskusikan dengan kelompok (18 menit).

A Perhatikan gambar 1 di samping. Titik O merupakan pusat lingkaran, maka

AOB

 disebut sudut pusat.

ACB

 disebut sudut keliling

B C

Gmbr 1

1. Dari Gmbr 1 AOB= 60o . Hitunglah besar ACB! Jawab:

AOB

 adalah sudut pusat yang menghadap busur AB.

ACB

 adalah sudut keliling yang menghadap busur AB. Jadi. 2 * ACB= AOB

ACB

 =

2 1

* ...

=

2 1

* …… = …………

Berdasarkan kegiatan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk setiap lingkaran berlaku hubungan:

Sudut keliling = * Sudut……….

Mari Bermain

Kerjakan Yuk..!!!


(64)

1. Pada gambar di samping, besar

 

KPL 100 , maka besar ML

K

adalah

Jawab :

... ... ... ... ... ... ... ... ...

2. Pada gambar di samping,

Hitunglah Besar NML+ NKL! Jawab :

... ... ... ... ... ... ... ...  Presentasikan hasil diskusi didepan kelas (10 menit)

Semoga Berhasil....!!!

Nilai Tanda Tangan Guru

K M

p

Keberhasilan kelompok adalah

keberhasilan bersama

L

………P…… …

M


(65)

RENCANA PELAKSANAAN PELAJARAN (RPP 1)

Nama Sekolah : SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/Genap Standar Kompetensi

4. Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya. Kompetensi Dasar

4.1 Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran Indikator

1. Mengenali jenis-jenis benda yang berbentuk lingkaran Alokasi Waktu

2 jam pelajaran (2 x 45 menit)

A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu:

1. Mengenali jenis-jenis benda yang berbentuk lingkaran B. Materi Ajar

Bagian-bagian lingkaran C. Strategi Pembelajaran

Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok. Model : Pendekatan Kontekstual

D. Langkah-langkah Kegiatan

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu

(menit) Pendahuluan

1. Mengarahkan siswa untuk berkumpul pada kelompok masing-masing.

2. Memberikan motivasi dan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab untuk menggali kemampuan prasyarat siswa tentang lingkaran.

1. Siswa berkumpul sesuai dengan anggota kelompok masing-masing.

2. Memperhatikan penjelasan guru, bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru. 5 5 Kegiatan inti

1. Menyajikan masalah nyata yang berkenaan dengan

benda-1. Memperhatikan penjelasan guru,


(66)

benda berbentuk lingkaran seperti menyebutkan benda-benda yang ada di ruang kelas yang berbentuk lingkaran (jam dinding, uang logam).

2. Membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS 1) mengenai lingkaran, bagian dan unsur-unsurnya kepada setiap kelompok, meminta siswa untuk mengerjakan LKS secara individu dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. 3. Memberikan waktu kepada

siswa untuk berdiskusi dan mengawasi siswa yang sedang berdiskusi.

4. Memilih beberapa kelompok secara acak dan meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

5. Memimpin diskusi kelas/ merefleksi hasil diskusi kelompok mengenai lingkaran, bagian dan unsurnya.

bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru.

2. Siswa mengerjakan LKS secara individu.

3. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya.

4. Siswa mempresentasikan hasil diskusi/mem-perhatikan

presentasi/memberi tanggapan terhadap presentasi.

5. Memperhatikan penjelasan guru, bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru. 20 20 10 10 Penutup

1. Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi tentang lingkaran, bagian dan

unsurnya.

2. Memberikan PR berupa soal mengenai lingkaran, bagian dan unsurnya.

3. Memberikan informasi tentang materi pelajaran pada

pertemuan berikutnya

1. Siswa menyimpulkan materi

2. Memperhatikan

penjelasan guru/mencatat PR.

3. Memperhatikan penjelasan guru.

5

5


(67)

E. Sumber Belajar/Alat dan Bahan Media dan Sumber Belajar

1. Media/alat : LKS.

2. Sumber : Matematika untuk SMP Kelas VIII(Sukino Wilson Simangunson, Penerbit

Erlangga). F. Penilaian

Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen Teknik : Tes Tertulis

Bentuk Instrumen : Uraian

No Contoh Soal Jawaban Skor

1 Perhatikan nama-nama benda di bawah ini, yang berbentuk lingkaran adalah: i. Koin

j. Kelereng

k. Kaset VCD/DVD

a. Koin

b. Kaset VCD/ DVD

100

Bukit Kemuning, Januari 2013

Guru Mitra Peneliti

Sri Maryati, S.Pd. Adi Saputra NPM 0743021001


(68)

RENCANA PELAKSANAAN PELAJARAN (RPP 2)

Nama Sekolah : SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/Genap Standar Kompetensi

4. Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya. Kompetensi Dasar

4.2 Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran Indikator

2. Mengidentifikasi unsur-unsur dan bagian-bagian lingkaran Alokasi Waktu

2 jam pelajaran (2 x 45 menit)

G. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu:

2. Mengidentifikasi unsur-unsur dan bagian-bagian lingkaran H. Materi Ajar

Bagian-bagian lingkaran I. Strategi Pembelajaran

Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok. Model : Pendekatan Kontekstual

J. Langkah-langkah Kegiatan

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu

(menit) Pendahuluan

3. Mengarahkan siswa untuk berkumpul pada kelompok masing-masing.

2. Memberikan motivasi dan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab untuk menggali

kemampuan prasyarat siswa tentang lingkaran.

2. Siswa berkumpul sesuai dengan anggota kelompok masing-masing.

2. Memperhatikan penjelasan guru, bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru. 5 5 Kegiatan inti

6. Menyajikan masalah nyata yang berkenaan dengan

benda-6. Memperhatikan penjelasan guru,


(69)

benda berbentuk lingkaran seperti menyebutkan benda-benda yang ada di ruang kelas yang berbentuk lingkaran (jam dinding, uang logam).

7. Membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS 2) mengenai lingkaran, bagian dan unsur-unsurnya kepada setiap kelompok, meminta siswa untuk mengerjakan LKS secara individu dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. 8. Memberikan waktu kepada

siswa untuk berdiskusi dan mengawasi siswa yang sedang berdiskusi.

9. Memilih beberapa kelompok secara acak dan meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

10. Memimpin diskusi kelas/ merefleksi hasil diskusi kelompok mengenai lingkaran, bagian dan unsurnya.

bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru.

7. Siswa mengerjakan LKS secara individu.

8. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya.

9. Siswa mempresentasikan hasil diskusi/mem-perhatikan presentasi/memberi tanggapan terhadap presentasi. 10. Memperhatikan penjelasan guru, bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru 20 20 10 10 Penutup

4. Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi tentang lingkaran, bagian dan

unsurnya.

5. Memberikan PR berupa soal mengenai lingkaran, bagian dan unsurnya.

6. Memberikan informasi tentang materi pelajaran pada

pertemuan berikutnya

4. Siswa menyimpulkan materi

5. Memperhatikan

penjelasan guru/mencatat PR.

6. Memperhatikan penjelasan guru.

5

5


(70)

K. Sumber Belajar/Alat dan Bahan Media dan Sumber Belajar

3. Media/alat : LKS.

4. Sumber : Matematika untuk SMP Kelas VIII(Sukino Wilson Simangunson, Penerbit

Erlangga). L. Penilaian

Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen Teknik : Tes Tertulis

Bentuk Instrumen : Uraian

No Contoh Soal Jawaban Skor

1 Perhatikan gambar di bawah!

Sebutkan semua garis yang merupakan: l. Jari-jari

m. Aphotema n. Diameter o. Talibusur p. Busur q. Juring r. Tembereng

c. AE, AB, AC, AD d. AF e. BD f. CD, BD g. BC, CD,

DE, EB h. BAC, BAE,

EAD i. DGC

100

Bukit Kemuning, Januari 2013

Guru Mitra Peneliti

Sri Maryati, S.Pd. Adi Saputra NPM 0743021001 A

B

C D

E


(71)

RENCANA PELAKSANAAN PELAJARAN (RPP 3)

Nama Sekolah : SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/Genap Standar Kompetensi

4. Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya. Kompetensi Dasar

4.2 Menghitung keliling dan luas lingkaran Indikator

3. Menemukan nilai π

4. Menentukan rumus keliling lingkaran Alokasi Waktu

2 jam pelajaran (2 x 45 menit) M. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu:

3. Menemukan nilai π dengan bantuan alat peraga 4. Menentukan keliling lingkaran

N. Materi Ajar

Menghitung besaran-besaran lingkaran O. Strategi Pembelajaran

Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok. Model : Pembelajaran Kontekstual

P. Langkah-langkah Kegiatan

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu

(menit) Pendahuluan

4. Membahas PR mengenai unsur dan bagian lingkaran.

5. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

3. Memberikan motivasi dan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab untuk menggali

kemampuan prasyarat siswa tentang keliling lingkaran.

3. Mengoreksi PR.

4. Memperhatikan penjelasan guru. 5. Memperhatikan

penjelasan guru,

bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru.

5

2


(72)

Kegiatan inti

11. Menyajikan masalah nyata yang berkenaan dengan benda-benda berbentuk lingkaran seperti kaleng (yang telah dibawa oleh siswa) dan menghitung kelilingnya. 12. Membagikan Lembar Kerja

Siswa (LKS 3) mengenai lingkaran, bagian dan unsur-unsurnya kepada setiap kelompok, meminta siswa untuk mengerjakan LKS secara individu dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. 13. Memberikan waktu kepada

siswa untuk berdiskusi dan mengawasi siswa yang sedang berdiskusi.

14. Meminta perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi.

15. Memimpin diskusi kelas/ merefleksi hasil diskusi kelompok mengenai nilai phi dan keliling lingkaran.

11. Memperhatikan penjelasan guru,

bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru.

12. Siswa mengerjakan LKS secara individu.

13. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya.

14. Siswa mempresentasikan hasil diskusi/ memperhatikan presentasi/memberi tanggapan terhadap presentasi 15. Memperhatikan penjelasan guru, bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru 10 20 18 10 10 Penutup

7. Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi mengenai nilai phi dan keliling lingkaran. 8. Memberikan PR serta

memberikan informasi tentang materi pelajaran pada

pertemuan berikutnya

7. Siswa menyimpulkan materi

8. Memperhatikan

penjelasan guru/mencatat PR.

5


(73)

Q. Sumber Belajar/Alat dan Bahan Media dan Sumber Belajar

5. Media/alat : LKS.

6. Sumber : Matematika untuk SMP Kelas VIII (Sukino Wilson Simangunson, Penerbit

Erlangga). R. Penilaian

Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen Teknik : Tes Tertulis

Bentuk Instrumen : Uraian

No Contoh Soal Jawaban Skor

1

2

Hitunglah keliling ban mobil yang berdiameter 30 cm.

Kolam renang pak tua yang berbentuk lingkaran mempunyai keliling 44 meter. Tentukanlah jari– jari kolam renang tersebut.

Diketahui : d = 30 cm.

Ditanya : keliling ban mobil. Penyelesaian :

K = dπ = 3,14 x 30 cm = 94, 2 cm. Diketahui : keliling K = 44 m Ditanya : jari –jari

Penyelesaian :

Jari –jari kolam renang adalah: r =

50

50

Bukit Kemuning, Januari 2013

Guru Mitra Peneliti

Sri Maryati, S.Pd. Adi Saputra


(74)

RENCANA PELAKSANAAN PELAJARAN (RPP 4)

Nama Sekolah : SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/Genap Standar Kompetensi

4. Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya.

Kompetensi Dasar

4.2 Menghitung keliling dan luas lingkaran

Indikator

5. Menentukan rumus luas lingkaran

Alokasi Waktu

2 jam pelajaran (2 x 45 menit)

S. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu menentukan luas lingkaran

T. Materi Ajar

Menghitung besaran-besaran lingkaran

U. Strategi Pembelajaran

Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok. Model : Pendekatan Kontekstual.

V. Langkah-langkah Kegiatan

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu

(menit) Pendahuluan

6. Membahas PR mengenai nilai phi dan keliling lingkaran. 7. Menyampaikan tujuan

pembelajaran.

8. Memberikan motivasi dan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab untuk menggali kemampuan prasyarat siswa tentang luas lingkaran.

6. Mengoreksi PR.

7. Memperhatikan penjelasan guru. 8. Memperhatikan

penjelasan guru,

bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru.

5

2


(75)

Kegiatan inti

16. Menyajikan masalah nyata yang berkenaan dengan benda-benda berbentuk lingkaran seperti kaleng (yang telah dibawa oleh siswa) dan menghitung luasnya. 17. Membagikan Lembar Kerja

Siswa (LKS 4) mengenai lingkaran, bagian dan unsur-unsurnya kepada setiap kelompok, meminta siswa untuk mengerjakan LKS secara individu dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. 18. Memberikan waktu kepada

siswa untuk berdiskusi dan mengawasi siswa yang sedang berdiskusi.

19. Meminta perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi.

20. Memimpin diskusi kelas/ merefleksi hasil diskusi kelompok mengenai luas lingkaran. 16. Memperhatikan penjelasan guru, bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru.

17. Siswa mengerjakan LKS secara individu.

18. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya.

19. Siswa mempresentasikan hasil diskusi/ memperhatikan presentasi/memberi tanggapan terhadap presentasi 20. Memperhatikan penjelasan guru, bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru 10 20 18 10 10 Penutup

9. Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi mengenai luas lingkaran. 10. Memberikan PR serta

memberikan informasi tentang materi pelajaran pada

pertemuan berikutnya

9. Siswa menyimpulkan materi 10. Memperhatikan penjelasan guru/mencatat PR. 5 5


(76)

W. Sumber Belajar/Alat dan Bahan Media dan Sumber Belajar

7. Media/alat : LKS.

8. Sumber : Matematika untuk SMP Kelas VIII(Sukino Wilson Simangunson, Penerbit

Erlangga). X. Penilaian

Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen Teknik : Tes Tertulis

Bentuk Instrumen : Uraian

No Contoh Soal Jawaban Skor

1 Hitunglah luas daerah yang diarsir pada gambar dibawah ini!

Diketahui : panjang jari-jari kolam = 7 m Ditanya : luas daerah yang diarsir. Penyelesaian :

Luas daerah yang diarsir =

= Luas persegi ABC – = 7 x 7 – x 72

= 49 – Jadi luas daerah yang diarsir adalah 10,5 cm2.

100

Bukit kemuning, Februari 2013

Guru Mitra Peneliti

Sri Maryati, S.Pd. Adi Saputra NPM 0743021001 A

B C D


(77)

RENCANA PELAKSANAAN PELAJARAN (RPP 5)

Nama Sekolah : SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/Genap Standar Kompetensi

4. Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya. Kompetensi Dasar

4.2 Menghitung keliling dan luas lingkaran Indikator

1. Menghitung besarnya perubahan luas jika ukuran jari-jari berubah Alokasi Waktu

2 jam pelajaran (2 x 45 menit) A. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik mampu menghitung besarnya perubahan luas jika ukuran jari-jari berubah

Y. Materi Ajar

Menghitung besaran-besaran lingkaran Z. Strategi Pembelajaran

Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok. Model : Pendekatan Kontekstual.

AA. Langkah-langkah Kegiatan

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu

(menit) Pendahuluan

9. Membahas PR mengenai luas lingkaran.

10. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Memberikan motivasi dan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab untuk menggali

kemampuan prasyarat siswa tentang nilai phi, keliling dan luas lingkaran.

9. Mengoreksi PR.

10. Memperhatikan penjelasan guru. 11. Memperhatikan

penjelasan guru,

bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru.

5

2


(78)

Kegiatan inti

21. Menyajikan masalah sehari-hari yang berkenaan dengan benda-benda berbentuk lingkaran.

22. Membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS 5) mengenai lingkaran, bagian dan unsur-unsurnya kepada setiap kelompok, meminta siswa untuk mengerjakan LKS secara individu dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. 23. Memberikan waktu kepada

siswa untuk berdiskusi dan mengawasi siswa yang sedang berdiskusi.

24. Meminta perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi.

25. Memimpin diskusi kelas/ merefleksi hasil diskusi kelompok. 21. Memperhatikan penjelasan guru, bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru.

22. Siswa mengerjakan LKS secara individu.

23. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya.

24. Siswa mempresentasikan hasil diskusi/ memperhatikan presentasi/memberi tanggapan terhadap presentasi 25. Memperhatikan penjelasan guru, bertanya/menjawab atau menanggapi pertanyaan guru 10 20 18 10 10 Penutup

11. Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi mengenai perubahan jari-jari lingkaran.

12. Memberikan PR serta

memberikan informasi tentang materi pelajaran pada

pertemuan berikutnya

11. Siswa menyimpulkan materi 12. Memperhatikan penjelasan guru/mencatat PR. 5 5


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 54

EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 14 56

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 8 31

PENGARUH PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 29 53

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 28 57

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

2 12 55

PENGARUH PENERAPAN MODEL PERAIHAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 13 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 43

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 20 124

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN TIPE GI DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Banyak Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 137

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 20 BandarLampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 58 183