PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BUSANA WANITA KELAS XI BUSANA 4 DI SMK N 4 YOGYAKARTA.

(1)

i

KELAS XI BUSANA 4 DI SMK N 4 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Teknik

OLEH :

AGUN PALUPINING DYAH .R 09513242012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN BOGA DAN BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap.

(Q.S. A lam Nasyrah 6-8)

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak. (Aldus Huxley)

Jalan berliku, Terjalnya tebing, Curamnya jurang, Bukanlah sesuatu yang menakutkan. Tapi yang paling menakutkan adalah kehilangan keberanian untuk melaluinya. Orang yang berani melalui kehidupan, ia harus bisa menikmati hiruk pikuk kesulitan, terjalnya masalah, dalamnya kepiluan karena dibalik semua itu tersimpan hikmah yang dalam bagi pencari kebenaran. Kenikmatan adalah untuk terus mencari, mengarungi indahnya samudera kehidupan. (Abdullah Gymnastiar)


(6)

vi

Terimakasih ayah yang selalu ada untuk ku sampai detik ini dan selamanya,

semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini selalu ada ketika mengingat

nasehat – nasehat darimu ayah. Terimakasih ibu, untuk segala perjuangan dan

pengorbanan mu selama ini dan tidak berhenti sampai detik ini, semoga hasil

ini mempu membuat mu tersenyum bangga ibu.

2. Suami dan anak – anakku

Terimakasih suamiku yang selalu sabar dan tak henti – hentinya memberikan

dorongan untuk tetap konsisten menyelesaikan pendidikan ini. Anak – anak ku

yang lucu….terimakasih sayang ku…I love you so much….

3. Bapak dan ibu dosen

Terimakasih bapak dan ibu dosen yang telah membantu dan membimbing

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Tria, duma, tutut dan teman – teman seperjuangan, terimakasih atas semangat, perhatian dan bantuan kerjasama dalam segala hal.


(7)

vii

YOGYAKARTA

Oleh :

Agun Palupining Dyah .R NIM 09513242012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk :1 ) Mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran busana wanita di SMK N 4 Yogyakarta; 2) Melihat pedapat siswa tetang pelaksanaan pembelajaran busana wanita di SMK N 4 yogyakarta; 3) mengetahuai gambaran hasil belajar siswa dalam mata pelajaran busana wanita di SMK N 4 Yogyakarta.

Penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan deskriptif. Sample dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK N 4 Yogyakarta bidang keahlian tata busana, pengambilan sample dengan teknik proporsive sampling, dan diperoleh sample sebanyak satu kelas yaitu kelas XI busana 4, dengan pertimbangan kelas tersebut mempunyai nilai rata – rata KKM tertinggi yaitu 87,45.uji validitas dilakuka dega menggunkaa judgmet Ekspert, pada ahli materi da ahli pelaksanaan pembelajaran. Reliabiliat dihitung menggunakan rumus produck momet dari perso dega hasil r hitung lebih dari 0,374 yag berarti sudah leliabel. untuk uji coba instrumen menggunakan sample sebanyak 10 siswa kelas XI Busana 2, karena siswa kelas XI busana 2 memiliki nilai rata – rata yang paling mendekati siswa kelas XI busana 4.

Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1) Pelaksanaan pembelajaran busana wanita di SMK N 4 Yogyakarta secara keseluruhan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan ( KTSP ).Tujuan pembelajaran busana wanita adalah agar siswa mempunyai bekal dalam bidang tata busana khususnya busana wanita sehingga diharapkan dapat dijadikan bekal dalam berwira usaha dan menerapkan dalam kehidupanya.Materi yag disampaikan adalah macam – macam busana wanita sesuai dengan kesempatan, pola dasar badan sistim praktis, macam – macam busana pesta, memecah pola sesuai desain busana pesta dan membuat busana pesta.. Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi antara lain metode ceramah, metode demonstrasi, metode letihan, dan pemberian tugas. Media yang digunakan adalah papan tulis, job sheet, frahmen dan benda jadi. Evaluasi dilakukan pada setiap kali pembelajaran dengan mengecek ketepatan ukuran dan bentuk pola dan mengadakan pasen 1 dan pasen 2; 2) menurut pendapat siswa pelaksanaan pembelajaran busana wanita ini sangat mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru dan dalam penyelesaian tugas busana wanita karena guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa yang belum memahami materi yang disampaikan ; 3) Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran busana wanita di SMK N 4 Yogyakarta sangat bagus hal ini dilihat berdasarkan hasil nilai praktik pembuatan busana pesta yang berada di tas rata – rata KKM yaitu 87,45 dan hasil pembuatan busana pesta yang bagus dan enak dipakai.


(8)

viii

Syukur alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah

memberikan nikmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Pembelajaran dan

Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Busana Wanita Di SMK N 4

Yogyakarta” dengan baik.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tugas akhir

skripsi ini telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankan penyusun

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A., selaku Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta.

2. Dr. Moch. Bruri Triyono, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Yogyakarta.

3. Noor Fitrihana, M. Eng, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan

Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Enny Zuhni Khayati, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi.

5. Dewan penguji selaku tim dalam pelaksanaan ujian skrepsi.

6. Sri Widarwatii, M. Pd selaku validator ahli pembelajaran.

7. ISri Wisdiati, M. Pd selaku validator ahli materi.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan,


(9)

ix

Yogyakarta,Oktober 2012


(10)

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 3

C. Pembatasan Masalah... 3

D. Rumusa Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Maanfaat Penelitian... 4

BAB II. KAJIAN TEORI... 5

A. Deskripsi Teori ... 5

1. Pelaksanaan Pembelajaran 1.Pengertian pembelajaran ... 5

2.Pelaksanaan Pembelajaran... 6

3. Komponen Pelaksan Pembelajaran... 8


(11)

xi

b. KTSP ... 30

6. Penilaian... 33

2. Hasil Belajar... 38

3.Busana Wanita... 42

1.Pengertian Busana Wanita... 42

2. Penggolongan Busana Wanita ... 43

3. Syarat – Syarat Busana Wanita... 48

4. Penelitian Yang Relevan ... 72

B. Kerangka Berpikir... 74

C. Pertanyaan Penelitian ... 75

BAB III. METODELOGI PENELITIAN ... 76

A. Penedekatan Penelitian ... 76

B. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 77

C. Definisi Operasionol Istilah ... 77

D. Populasi Dan Sample... 79

E. Metode Pengumpulan Data ... 81

F. Instrumen Penelitian... 87

G. Teknik Analisis Data ... 98

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 99

A. Hasil... 99

B. Pembahasan... 110

BAB V. KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN ... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Implikasi... 116

C. Saran ... 116

DAFATAR PUSTAKA ... 117


(12)

xii

Gamabar I. Hirarki Ranah Kognitif ... 18

Gamabr Ii. Hirarki Ranah Afektif... 22

Gambar Iii. Hirarki Ranah Psikomotor ... 25

Gambar Iv. Pola Dasar Badan Sistem Jhc.Meynke ... 61

Gamabr V. Pola Dasar Sistim Soen ... 64

Gamabr 6 Pola Dasar Berdasar Sistim Dankes... 67

Gambar 7 Pola Dasar Badan Sistem Praktis ... 100

Gambr 8. Pola dasar rok... 104

Gambar 9. Pla dasar legan... 106

Gambar 10. Desain gaun ... xx

Gambar 11. Pola dasar gaun... xx

Gambar 12. Pola gaun sesuai desain... xx

Gambar 13. Pola bawah gaun... xx


(13)

xiii

Halaman

Tabel 1. Pedoman Observasi ... 81

Tabel 2. Pedoman Wawancara ... 82

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen ... 84

Tabel 4. Kriteria Kelayan Instrumen ... 89

Tabel 5. Kelayakan Angket ... 90

Tabel 6 Hasil Uji Faliditas Dan Reliabilitas... 90

Tabel 7. Pendapat siswa tentang pelaksanaan pembelajaran busana Wanita ... 97

Diagram 1. Interelasi Komponenn Mengajar ... 11

Diagaram 2. Model Penilian Tata Busana Berbasis Standar Kompetensi Nasional ... 34


(14)

xiv

Halaman

Lampiran 1. Instrunen penelitian... 119

Lampiran 2. Hasil penelitian ... 129

Lampiran 3. Surat ijin penelitian ... 140


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sekolah menegah kejuruan (SMK) berperan penting dalam membentuk sumber daya manusia yang mampu bersaing dan memiliki kompetensi untuk memenuhi tenaga kerja terampil. Undang – undang No.20 Th 2003 tentang sistim pendidikan nasional pasal 15 menjelaskan bawa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Salah satu standar kompetensi yang diberikan oleh SMK Negeri 4 Yogyakarta Program Studi Tata Busana Bidang Keahlian Busana Butik kelas II adalah membuat pola busana wanita. Kompetensi ini adalah kompetensi wajib lulus untuk seluruh siswa dan materi ini wajib dikuasai oleh semua siswa. Kompetensi ini membahas semua materi yang terkait dengan proses pembuatan pola, mulai dari sejarah busana, pengertian pola dasar, tujuan membuat pola, macam-macam pola dasar, alat dan bahan membuat pola, tanda-tanda pola, penomoran pola, mengambil ukuran, membuat pola dasar badan wanita dengan ukuran dan prosedur yang tepat.

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru mata pelajaran busana wanita SMK N 4 Yogyakarta, Dalam proses pelaksanaan pembelajaran busana wanita di SMK N 4 Yogyakarta ini mempunyai kelebihan antara lain : siswa lebih terampil dalam melaksanakan tugas pecah pola sesuai desain, waktu yang diperlukan siswa dalam pemecahan pola kecil tidak lama,


(16)

ketangkasan berfikir siswa dalam penuangan desain menjadi pola sangat cepat. Ketercapaian kompetensi siswa dapat dilihat dari hasil belajar mereka yang memenuhi syarat dan berada di atas nilai KKM serta kinerja siswa yang sangat baik. Prestasi siswa dalam ajang kompetensi antara lain siswa mengikuti LKS, selain itu siswa juga mengikuti kegiatan Jogja Fashion Week yang diselenggarakan setiap tahun dan juga selalu mendapat juara pada setiap tahunya.dalam waktu lima tahun terahir SMK N 4 Yogyakartameraih beberapa prestasi antara lain : tahun 2008 juara 3 Jogja Fashion week, tahun 2009 Juara 3 Jogja Fashion Week, tahun 2010 juara 3 jogja fashion week, 2011 juara harapan 3 jogja fashion week dan pada tahun 2012 meraih predikat peserta berpenampilan terbaik dalam ajang peragaan busana muslim.

Menanggapi permasalahan di atas penulis ingin mengamati pelaksanaan pembelajaran busana wanita di SMK N 4 Yogyakarta, karena penulis sangat penasaran / ingin tahu seperti apa proses pelaksanaan pembelajaran busana wanita tersebut, mengingat kompetensi yang dicapai siswa sangat bagus, hal ini dapat dilihat dari hasil pembuatan busana wanita yang bagus dan enak dipakai, selain itu juga pengumpulan tugas busana wanita yang tepat waktu serta pencapaian nilai hasil belajar hampir seluruh siswa sangat memuaskan dan memenuhi standar kompetensi yang diharapkan. Penelitian ini dititik beratkan pada pelaksanaan pembelajaran busana wanita khususnya busana pesta karena dalam pembuatan busana pesta siswa dituntut untuk lebih teliti dan kraetif dalam proses pembuatan busana pesta dibandingkan dengan pembuatan busana wanita yang lainya. Penelitian ini diharapkan dapat


(17)

menjadi acuan bagi SMK – SMK lain yang masih mengalami kendala dalam proses pembelajaran busana wanita ini.Secara praktis penelitian ini dapat membekali peneliti ketika terjun dalam masyarakat dan dunia pendidikan busana wanita, karena pelajaran ini sangat menarik karena dapat menjadi bekal berwira usaha dan juga dapat dijadikan dasar pembuatan busana wanita yang lebih tinggiseperti adi busana, konveksi halus dan sebagainya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan masalah yang berkaitan dengan Pelaksanaan Pembelajaran Busana Wanita Di SMK N 4 Yogyakarta sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Pembelajaran busaa waita di SMK 4 yogyakarta.

2. Pendapat siswa tentang pelaksanaa pembelajaran busana wanita di SMK N 4 Yogyakarta.

3. Hasil belajar siswa dalam pembuatan usana wanita khususnya busana pesta di SMK N 4 Yogyakarta

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti maka perlu adanya pembatasan masalah, untuk itu permasalahan dalam penelitian ini dibatasi. Maka pembatasan masalah menitik beratkan pada : pelaksanaan pembelajaran busana wanita, pendapat siswa tetang pelaksanaan pembelajara busana wanita dan hasil belajar disii tetag busana wanita khususnya busana pesta dengan penilaian hasil praktek.


(18)

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah gambaran pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran membuat busana wanita di SMK N 4 Yogyakarta?

2. Bagaimana pendapat siswa tentang pelaksanaan pembelajaran busana wanita di SMKN 4 Yogyakarta?

3. Bagaimanakah gambaran hasil belajar siswa dalam pembelajaran busana wanita di SMK N 4 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk dapat melihat gambaran pelaksanaan pembelajaran busana wanita di SMK N 4 Yogyakarta.

2. Untuk dapat mengetahui pendapat siswa tentang pelaksanaan pembelajaran busana wanita di SMKN 4 Yogyakarta.

3. Untuk dapat mengetahuai gambaran hasil belajar siswa dalam mata pelajaran busana wanita di SMK N 4 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan wawasan bagi peneliti ketika nantinya peneliti terjun dalam dunia pendidikan dan kemasyarakatan.

2. Bagi sekolah : Dapat digunakan sebagai pertimbangan terhadap masalah – masalah yang berhubungan dengan setrategi pelaksanaan pembelajaran busana wanita di SMK N 4 Yogyakarta.

3. Bagi fakultas: Dengan hasil peneitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kajian bagi jurusan PTBB program studi tata busana. Fakultas


(19)

teknik khususnya guna memperluas khasana pengetahuan ilmu dan ketrampilan pada umumnya.


(20)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. DISKRIPSI TEORI

1. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1) Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, namun mempunyai arti yang berbeda. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Guru berceramah sedangkan siswa hanya sebagai pendengar sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pengajaran masih belum maksimal.

Pembelajaran yang baik harus ada interaksi antara guru dengan siswa. Untuk memperoleh pembelajaran yang baik sehingga terjadi interaksi berupa tanya jawab antara guru maupun siswa membutuhkan suatu alat bantu pembelajaran berupa media


(21)

pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran dan dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran maupun saat ingin mengilustrasikan cara kerja maupun ilustrasi yang lainnya.

2) Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah – langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil yang diharapkan (Nana Sudjana, 2010 : 136 ). Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain ( 2010 : 1) pelaksanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru melakukan beberapa tahap pelaksanaan pembelajaran antara lain:

a. Mebuka pelajaran

Kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan siswa siap secara mental untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.pada kegiatan ini guru harus memperhatikan dan memenuhi kebutuhan siswa serta


(22)

menunjukan adanya kepedulian yang besar terhadap keberadaan siswa. Dalam membuka pelajaran guru biasanya membuka dengan salam dan presensi siswa, dan menanyakan tentang materi sebelumnya ,Tujuan membuka pelajaran adalah :

1) Menimbulkan perhatian dan memotifasi siswa

2) Menginformasikan cakupan materi yang akan dipelajari dan batasan – batasan tugas yang akan dikerjakan siswa

3) Memberikan gambaran mengenai metode atau pendekatan – pendekatan yang akan digunakan maupun kegiatan pembelajaran yang akn dilakukan siswa.

4) Melakukan apersepsi, yakni mengaitkan materi yangtelah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari.

5) Mengaitkan peristiwa aktual dengan materi baru. b. Penyampaikan Materi Pembelajaran

Penyampaian materi pembelajaran merupakan inti dari suatu proses pelaksanaan pembelajaran. Dalam penyampaian materi guru menyampaikan materi berurutan dari materi yang paling mudah terlebih dahulu,untuk memaksimalakan penerimaan siswa terhadap materi yang disampaikan guru maka guru menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan materi dan menggunakan media sebagai alat bantu penyampaian materi pembelajaran. Tujuan penyampaian materi pembelajaran adalah :


(23)

1) Membantu siswa memahami dengan jelas semua permasalahan dalam kegiatan pembelajaran.

2) Membantu siswa untuk memahami suatu konsep atau dalil. 3) Melibatkan siswa untuk berpikir

4) Memahami tingkat pemahaman siswa dalam menerima pembelajaran.

c. Menutup Pembelajaran

Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengahiri kegiatan inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini guru melakukan evaluasi tterhadap materi yang telah disampaikan. Tujuan kegiatan menutup pelajaran adalah :

1) Mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran.

2) Mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

3) Membuat rantai kompetensi antara materi sekarang dengan materi yang akan datang.

Bardasarkan beberapa pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran adalah berlangsungnya proses interaksi siswa dengan guru pada suatu lingkungan belajar. 3) Komponen Pelaksanaan Pembelajaran

Belajar dan mengajar sebagai suatu proses sudah tentu harus dapat mengembangkan dan menjawab beberapa persoalan yang


(24)

mendasar. Keempat persoalan ( tujuan, bahan, metode dan alat, serta penilaian ) menjadi komponen utama yang harus dipenuhi dalam proses belajar – mengajar. Secara skematis keempat komponen tersebut dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :

Diagram 1 : Interelasi komponen pengajaran ( Nana Sudjana, 2010 : 30 ) a) Tujuan

Tujuan dalam proses belajar – mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya adalah rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa seteleh mereka menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada intinya adalah hasil belajar yang diharapkan.

Tujuan

Bahan

Penilaian Metode Dan Alat


(25)

Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka ada tujuan yang dibuat oleh guru, untuk mencapai tujuan pembelajaran maka guru harus memperhatikan beberapa hal antara lain ( Nana Sudjana, 2010 : 63 ) : (1) Luas dan dalamnya bahan yang akan di ajarkan.

(2) Waktu yang tersedia

(3) Sarana belajar seperti buku pelajaran, alat bantu dan lain – lain (4) Tingkat kesulitan bahan dan timgkat permasalahan siswa

Ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam merumuskan tujuan pembelajaran antara lain :

(1) Rumusan tujuan harus berpusat pada perubahan tingkah laku siswa (2) Rumusan tujuan pembelajaran harus berisikan tingkah laku

oprasional, yang artinya dapat diukur saat itu juga

(3) Rumusan tujuan berisikan tentang makana dari pokok bahasan yang akan diajarkan saat itu

b) Bahan

Tujuan yang jelas dan oprasional dapat ditetapkan bahan pelajaran yang harus menjadi isi kegiatan belajar – mengajar. Bahan pelajaran inilah yang diharapkan dapat mewarnai tujuan, mendukung tercapai tujuan atau tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki siswa.

Menurut nana sudjana ( 2010 : 69 ), adabebrapa hal yang perlu diperhatikan dalammenetapkan bahan pembelajaran antara lain : (1) Bahan harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan


(26)

(2) Bahan yang ditulis dalam perencanaan mengajar terbatas pada konsep saja sehingga tidak perlu ditulis secara rinci

(3) Menetapkan bahan pembelajaran harus sesuai dengan urutan tujuan.

(4) Urutan bahan hendaknya memperhatikan kesinambungan antara bahan yang satu dengan bahan yang lain.

(5) Bahan disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang konkrit menuju yang abstrak.

(6) Sifat bahan ada yang faktual dan ada yang konseptual, Bahan yang faktual sifatnya konkret dan mudah diingat, sedangkan bahan yang konseptual berisikan konsep – konsep abstrak dan memerlukan pemahaman.

c) Metode

Metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media transformasi pelajaran terhadap tujuan yang inhgin dicapai. Metode dan alat yang digunakan harus betul – betul efektif dan efisien.

(1) Metode ceramah

Langkah – langkah dalam penggunnaan metode caramah menurut Nana sudjana ( 2010 : 77 ) :


(27)

(a) Tahap persiapan, artinya guru menciptakan kondisi yang baik sebelum mengajar dimulai.

(b) Tahap penyajian, artinya tiap guru menyampaikan bahan ceramh.

(c) Tahap asosiasi, artinya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan membendingkan bahan ceramah yang telah diterimanya.

(d) Tahap generalisasi atau kesimpulan.pada tahap ini kelas menyimpulkan hasi ceramah, umumnya siswa mencatat bahan yang telah diceramahkan.

(e) Tahap evaluasi. Tahap terahir ini diadakan penilaian terhadap pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru. (2) Metode demonstrasi

Petunjuk penggunaan metode demonstrasi menurut Nana sudjana ( 2010 : 84 ) adalah sebagi berikut :

(a) Persiapan / perencamaan, tetapkan tujuan demonstrasi, tetapkan langkah – langkah pokok demonstrasi dan siapkan alat – alat yang diperlukan.

(b) Pelaksanaan demonstrasi, usahakan demonstrasi dapat diamati oleh seluruh siswa, tumbuhkan sikap kritis siswa, beri kesempatan kepada siswa untuk mencoba sehingga siswa yakin akan kebenaran suatu proses, buat penilaian dari kegiatan siswa.


(28)

(c) Tindak lanjut demonstrasi, setelah demonstrasi selesai berikan siswa tugas baik secara tertulismaupun lisan.

(3) Metode latihan

Menurut Nana sudjana ( 2010 : 86 ) prinsip dan petunjuk penggunaan metode latihan adalah :

(a) Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diberi latihan tertentu.

(b) Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis. (c) Latihan tidak perlu lama asal serimg dilakukan.

(d) Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.

(e) Proses latihan hendaknya mendahulukan hal – hal yang esensial dan berguna.

(4) Metode pemberian tugas

Langkah – langkah menggunakan metode pemberian tigas menurut Nana sudjana ( 2010 : 81 ) adalah sebagai berikut :

(a) Fase pemberian tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangakan :

 Tujuan yang akan dicapai  Jenis tugas jelas dan tepat.

 Sesuwai dengan kemampuan siswa.

 Ada petunjuk / sumber yang dapat membantu pekerjan siswa.


(29)

 Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

(b) Langkah pelaksanaan tugas

 Diberikan bimbingan dan pengawasan oleh guru.  Diberikan dorngan sehingga siswa mau bekerja.  Diusahakan / dikerjakan oleh siswa sendiri.

 Dianjurkan siswa mencatat hasil – hasil yang diperoleh dengan baik.

(c) Fase mempertanggung jawabkan tugas

 Laporan siswa baik lisan / tulisan dari apa yang sudah dikerjakan.

 Ada tanya jawab diskusi kelas

 Penilaian hasil belajar siswa baik secara tes maupun non tes.

d) Alat

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting untuk membantu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang efektif. Sebab dengan adanya alat peraga, bahan yang akan disapaikan kepada siswa akan lebih mudah diterima dan dipahami siswa.

Prinsip – prinsip menggunakan alat peraga menurut Nana sudjana ( 2010 : 104 ) adalah :

(1) Menentukan jenis alat peraga dengan tepat.


(30)

(3) Menyajikan alat peraga dengan tepat.

(4) Menempatkan atau memperliahatkan alat peraga pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.

e) Penilaian

Untuk menetapkan apakah tujuan belajar telah tercapai atau tidak maka penilaianlah yang harus memainkan peran dan fungsinya. Dengan perkataan lain bahwa penilaian berperan sebagai barometer untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Itulah sebabnya fungsi penilaian pada dasarnya untuk mengukur tujuan. Beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam penilaian menurut nana sudjana ( 2010 : 117 ) antara lain :

(1) Penilaian harus dilakukan secara berlanjut.

(2) Dalam proses mengajar penilaian dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu Pre-test yaitu tes kepada siswa sebelum pelajaran dimulai, Mid-test yaitu tes yang diberikan pada pertengahan pelaksanaan pembelajaran dan Post-test yaitu tes yang diberikan setelah proses pembelajaran berlangsung.

(3) Penilaian dilakukan tidak hanya didalam kelas melainkan juga diluar kelas terutama pada tingkah laku.

(4) Untuk memperoleh gambaran objektif penilaian sebaiknya dilakukan penilaian tes dan non tes.


(31)

Gagne berpendapat bahwa belajar dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil, dari segi proses menurut gagne ada delapan tipe perbuatan belajar sebagai berikut :

a) Belajar signal. Bentuk belajar ini merupakan yang paling sederhana yaitu memberikan reaksi terhadap perangsang.

b) Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan., yaitu membarikan reaksi yang berulang – ulang manakala terjadi reinforcement atau penguatan.

c) Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung – hubungkan gejala / faktor / yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang berarti.

d) Belajar asosiasi variabel, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata – kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya.

e) Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya.

f) Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu.

g) Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung – bhubungkan beberapa konsep.

h) Bebelajar memecahkan masalah, yaitu menghubungkan beberapa kaidah atau prinsip untuk memecahkan persoalan.

Sedangkan belajar yang berkaitan dengan hasil, Gagne mengemukakan ada lima jenis atau lima tipe, antara lain :


(32)

a) Belajar kemahiran intelektual ( cognitif )

Dalam tipe ini termasuk belajar diskrininasi belajar konsep dan belajar kaidah.

Belajar diskriminasi adalah kesanggupan membedakan beberapa objek berdasarkan ciri –ciri tertantu. Untuk itu dibutuhkan pengamatan yang cermat dari ciri – ciri objek tersebut seperti bentuknya, ukuranya, warna dan lain – lain. Kemampuan membedakan objek dipengaruhi oleh kematangan, pertumbuhan dan pendidikan.

Belajar konsep adalah kesanggupan menempatkan objek yang mempunyai ciri yang sama menjadi stu kelompok ( klasifikasi ) tertentu. Konsep diperoleh dari interaksi dengan lingkungan dan banyak terjadi dalam realitas kehidupan. Konsep dinyatakan daalam bentuk simbol bahasa. Contoh keluarga, masyarakat pendidikan dan lain – lain.

Belajar kaidah pada hakekatnya menghasilkan beberapa konsep. Misal konsep keluarga terdiri dari ibu, ayah dan anak. Belajar kaidah melaui simbol bahasa baik lisan maupun tulisan.

b) Belajar informasi verbal

Pada umumnya belajar berlangsung melalui informasi verbal, apalagi belajar di sekolah, seperti membaca, mengarang, bercerita, mendengarkan uraian guru, kesanggupan menyatakan pendapat dalam bahasa tulisan / lisan, berkomunikasi, kesanggupan memberi arti dari kata / kalimat dan lain – lain.


(33)

c) Belajar mengatur kagiatan intelektual

Tipe belajar ini menekankan pada aplikasi kognitif pada pemecahan persoalan , ada dua aspek penting dalam tipe belajar ini, yaitu prinsip pemecahan masalah dan langkah berfikir dalam pemecahan masalah ( Problem solving ). Prinsip pemecahan masalah merupakan landasan bagi terealisasinya langkah berfikir. Pemecahan masalah memerlukan keahlian intelektual seperti belajar diskriminasi, belajar konsep dan belajar kaidah.kemahiran intelektual tersebut pada akhirnya akan membentuk suatu kemampuan intelektual yang lebih tinggi, yaitu langkah – langkah berpikir dalam penyelesaian masalah. Dengan kata lain kemampuan memecahkan masalah merupakan aspek kognitif tingkat tinggi.

d) Belajar sikap

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu., apakah berarti atau tidak bagi dirinya itu sebabnya sikap berhubungan dengan pengetahuan, dari perasaan seseorang terhadap objek. Sikap juga dapat dipandang sebagai kecenderungan seseorang untuk berperilaku ( predisposisi ). Hasil belajar sikap nampak dalam bentuk mkemauan, minat, perhatian, perubahan perasaan, dan lain – lain. Sikap dapat dipelajari dan diubah melalui proses belajar.


(34)

e) Belajar ketrampilan motorik

Belajar keterampilan motorik banyak dihubungkan dengankesanggupan menggunakan gerakan anggota badan. Sehingga memiliki rangkaian urutan gerkan yang teratur, luwes, tepat, cepat dan lancar. Misalnya belajar menjahit, mengetik, bermain basket dan lain – lain.

Belajar motorik memerlukan kemahiran intelektualddan sikap sebab dalam belajar motorik tidak hanya semata – mata hanya gerakan anggota badan, tetapi juga memerlukan pemahaman dan penguasaan akan prosedur gerakan yang akan dilakukan, konsep mengenai cara melakukan gerakan dan lain – lain. Aspek utama belajar motorik adalah tercapainya otomatisme melakukan gerakan. Gerakan yang sudah otomatis merupakan puncak belajar motorik.

4) Aspek Pembelajaran

Menurut Syaiful Bahri dan Azwan Zain ( 2010 : 41 ) komponen pembelajaran meliputi : tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi.

a) Tujuan

Tujuan adalah suatu cita – cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.

b) Bahan pelajaran

Bahan pelajaran adalah substansi / pokok bahasan yang akan disampaiakan dalam proses balajar mengajar.


(35)

c) Kagiatan belajar mengajar

Kegiatan belajar – mengajar adalah inti dari kegiatan pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogram akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar.

d) Metode

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

e) Alat

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.

f) Sumber palajaran

Sumber bahan dalam belajar adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran didapat atau asal – usul untuk belajar seseorang.

g) Evaluasi

Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menilai sesuatu.

Menurut Ela Yulaelawati ( 2007 : 71 ) aspek pembelajaran digolongkan menjadi tiga asek yang berkaitan dan saling melengkapi, aspek tersebut meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.


(36)

Ranah kognitif digolongkan menjadi enam tingkatan, dari pengetahuan sederhana atau penyadaran terhadap fakta – fakta sebagai tingkatan yang paling rendah ke penilaian ( evaluasi ) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang paling tinggi. Ke enam tingkatan terssebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Herarki ranah kognitif ( Ella Yulaelawati, 2007 : 71 )

1. Pengetahuan , didefinisikan sebagai ingatan terhadap hal – hal yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merypakan kemampuan awal meliputi kemampuan mengetahui sekaligus menyanpaikan ingatanya bila diperlukan. Hal ini termasuk Penilaian

Pengetahuan Sintesis

Analisis Penerapan Pemahaman


(37)

mengingat bahan – bahan, benda, fakta, gejala, dan teori. Hasil dari pengetahuan merupakan tingkatan rendah.

Contoh kata kerja : meniru, menyabutkan, menghafal, mengulang, mengenali, mendaftar, mengurutkan, mmenyadari, menyusun, mengaitkan, dan mereproduksi.

2. Pemahaman , didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami materi / bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan menjabarkan suatu materi / bahan ke materi / bahan lain. Seorang yang mampu memahami sesuatu antara lain mampu menjelaskan narasi ( pernyataan kosakata ) ke dalam angka, dapat menafsirkan sesuatu melalui pernyataan dengan kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman juga dapat dilanjutkan dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan, kemampuan meramalkan akibat – akibat dari berbagai penyeban suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari ingatan sederhana, hafalan atau pengetahuan tingkat rendah.

Contoh kata kerja : menjelaskan, mengemukakan, menerangklan, menguraikan, memillih, menunjukan, menyatakan, memihak, menempatkan, mengenali, menguji ulang, menurunkan dan menjabarkan.

3. Penerapan , merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi


(38)

konkret, nyata, atau baru. Kemampuan ini mencakup penggunaan pengetahuan, aturan, rumus, konsep, perinsip, hukum dan teori. Hasil belajar dari kemampuan penerapan ini tingkatanya lebih tinggi dari pemhaman.

Contoh kata kerja : menerapkan, menggunakan, memilih, menentukan, mendemonstrasikan, mendrematisasi, mengajukan permohonan, menafsirkan, mempraktikan, menjadwalkan, mensketsan, mencari jawaban dan menulis. 4. Analisis , merupakan kemampuan untuk menguraikan materi

dalam bagian – bagian atau komponen – komponen yang lebih terstruktur dan mudah dimengerti. Kemampuan menganalisis termasuk mengidentifikasi bagian – baian, menganalisis kaitan antar bagian, serta mengenali atau mengemukakan organiasi dan hubungan antar bagian tersebut. Hassil belajar analisis merupakan tingkatan kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan mamahami dan menerapkan, karena untuk memiliki kemampuan menganalisis, seseorang harus mampu memahami isi / substansi sekaligus struktur organisasinya. Contoh kata kerja : membedakan, membandingkan, mengolah, menganalisis, memberi harga / nilai, mengategorikan, engontraskan, mendeversifikasikan, mengkritik, mengunggulkan, melakukan pengujian, melakukan percobaan, mempertanyakan dan mengetas.


(39)

5. Sintesis , merupakan kemampuan untuk mengumpulkan bagian – bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh. Kemampuan ini meliputi memproduksi bentuk komunikasi yang unik dari segi tema dan cara mengkomunikasikanya, mengajukan proposal penelitian, membuat model atau pola yang mencerminkan struktur yang utuh dan menyeluruh dari keterkaitan pengertian atau informasi abstrak. Hasil belajar sintesis menekankan pada prilaku kreatif dengan mengutamakan perumusan pola atau struktur yang baru dan unik.

Contoh kata kerja : menyiapkan, menyusun, mengoleksi, menulis, mengubah, mengkonstruksi, merancang, menciptakan, mendesain, merumuskan, membangun, mengelola, mengorganisasikan, merencanakan,. Mengajukan proposal, membentuk, membuat pola atau model dan menulis. 6. Penilaian , merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan

menguji nilai atau materi ( pernyataan, novel, puisi, laporan penelitian ) untuk tujuan tertentu. Penilaian didasari dengan kriteria yang terdefinisikan. Kriteria terdefinisi ini mencakup kriterai internal ( organisasi ) atau kriteriaeksternal ( tarkait dengan tujuan ) yang telah ditentukan. Peserta didik dapat menentukan kriteriasendiri atau memperoleh kriteria dari narasumber. Hasil belajar penilaian merupakan tingkstsn


(40)

kognitif paling tinggi sebab berisi tentang unsur – unsur dari semua kategori, termasuk kesadaran untuk melakukan pengujian yang sarat akan nilai dan kejelasan kriteria.

Contoh kata kerja : menghargai, menyanggah, menilai, menguji, mengintegrasikan, mempertahankan, meramalkan, mendukung, memilih dan mengevaluai.

b) Ranah Afektif

Ranah afektif adalah yang paling populer dan banyak digunakan, khartwohl mengurutkan ranah afektif berdasarkan penghayatan. Penghayatan tersebut berhubungan dengan proses ketika perasaa seseorang beralih dari kesadaran umum ke penghayatan yang mengtur perilakunya secara konsisten terhadap sesuatu. Herarki rendah afektif dapat dilihat dari gambar berikut :

Gambar 2. Herarki ranah afektif ( Ella Yulaelawati, 2007 : 74 ) Bermuatan Nilai

Pengaturan / Penggolongan

Perhitungan / penilaian Penanggapan


(41)

1. Penerimaan, merupakan kesadaran atau kesepakatan yang disertai keinginan untuk menenggang atau bertoleransi terhadap suatu gagasan, benda atau gejala. Hasil belajar penerimaan merupakan pemilikan kemampuan untuk membedakan dan menerima perbedaan.

Contoh : menunjukan penerimaan dengan mengiyakan, mendengarkan dan menanggapi sesuatu.

2. Penanggapan, merupakan kemampuan memberikan tanggapan atau respon terhadap suatu gagasan, benda, bahan atau gejala tertentu. Hasil belajar penanggapan merupakan suatu komitmen untuk berperanserta berdasarkan penerimaan.

Contoh : mematuhi, menuruti, tunduk, mengikuti, mengomentari, bertindak sukarela, mengisi waktu senggang atau menyambut.

3. Penghitungan atau penilaian, merupakan kemampuan memberi penilaian atau perhitungan terhadap gagasan, baha, benda, atau gejala. Hasil belajar penghitungan atau penilaian merupakan keinginan untuk diterima, diperhitungkan dan dinilai oleh orang lain.

Contoh : meningkatkan kelancaran berbahasa atau dalam berinteraksi, menyerahkan, melepaskan sesuatu,membantu, menyambung, mendukung dan mendebat.


(42)

4. Pengaturan atau penggolongan, merupakan kemampuan mengatur atau mengelola berhubungan dengan tindakan perhitungan atau menilai yang telah dimiliki.hasil belajarnya merupakan kemampuan mengatur dan mengelola sesuatu secara harmonis dan konsisten berdasarkan pemilikan filosofi yang dihayati.

Contuh : mendiskusikan, menteorikan, merumuskan, membangun opini, menyeimbangkan dan menguji.

5. Bermuatan nilai, merupakan tindakan puncak dalam perwujudan perilaku seseorang yang secara konsisten sejalan dengan nilai atau seperangkat nialai – nilai yang dihayatinya secara mendalam. Hasil belajarnya merupakan perilaku seimbang, harmonis dan bertanggung jawab dengan setandar niai yang tinggi.

Contoh : memperbaiki, membutuhkan, menempatkan pada setandar yang tinggi, mencegah, berani menolak, mengelola, dan mencari penyelesaian dari suatu masalah.

c) Ranah Psikomotor

Pengelolaan ranah psikomotor menurut derajat koordinasi yang meliputi koordinasi ketaksengajaan dan kemampuan yang dilatihkan. Dimulai dengan refleks yang sederhana pada tingkatan rendah ke gerakan saraf otot yang lebih kompleks pada tingkatan tertinggi. Herarki psikomotor dapat dilihat pada gambar berikut :


(43)

Gambar 3. Herarki ranah psikomotor ( Ella Yulaelawati, 2007 : 76 )

1. Gerakan refleks, merupakan tindakan yang ditujukan tanpa belajar dalam menanggapi stimulus.

Contoh : merntangkan, memperluas, melenturkan, meregangkan dan menyesuaikan postur tubuh dengan keadaan.

2. Gerakan Dasar, merupakan pola gerakan yang diwarisi yang terbentuk berdasarkan campuran gerakan refleks dan gerakan yang lebih kompleks.

Contoh : berlari, berjalan, mendorong, menelikung, menggenggam, mencekal, menyambar dan menggunakan atau memanipulasi.

Komunikasi Tidak Berwacana

Kagiatan fisik

Gerakan Tanggap ( Perceptual ) Gerakan dasar


(44)

3. Gerakan tanggap ( perceotual ), merupakan penafsiran terhadap segala rangsangan yang membuat seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Hasil belajar berupa kewaspadaan berdasarkan perhitungan dan kecermatan. Contoh : wasapada, kecermatan melihat, mendengar, dan bergerak, atau ketajaman dalam melihat perbedaan, misalnya pada gerakan terkoordinasi seperti meloncat, bermain tali, menyepak dan menggalah.

4. Kegiatan Fisik, merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan otot,kekuatan mental, ketahanan, kecerdasan, kegesitan dan kekuatan suara.

Contoh : semua kegiatan fisik yang memerlukan dalam jangka panjang dan berat, poengerahan otot, gerakan sendi yang cepat, serta gerakan yang cepat dan tepat.

5. Komunikasi Tidak Berwacana, merupakan komunikasi melalui gerakan tubuh. Gerakan ini merentang dari ekspreso mimik muka sampai dengan gerakan koreografi yang rumit. 5) Kurikulum

a) Pengertian Kurikulum

Menurut PP 19 tahun 2005 bab 1 pasa 13, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan


(45)

pendidikan tertentu.menurut kamus besar bahasa Indonesia ( 2005 : 617 )kurikulum adalah sebagai perangkat pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan dan sebagai perangkat mata kuliah mengenai tujuan keahlian khusus.

Cakupan kurikulum yang berisikan rencana bidang studi,yang terdiri atas beberapa macam mata pelajaran yang disajikan secara berkaitan antara satu dengan yang lain. Inti kurikulum, kurikulum yang perangsangan belajarnya disusun dalam bentuk masalah inti tertentu.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.

b) KTSP

Pada SMK N 4 Yogyakarta kurikulum yang digunakan yaitu KTSP. KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah / daerah, karakteristik sekolah / daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan KTSP dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas kabupaten / kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan di SD,


(46)

SLTP, SLTA dan SMK serta departemen yang menangani urusan pemerintaahan dibidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.

Secara umum tujuan diterapkanya KTSP adalah untuk mendirikan dan memberdayakan suatu pendidikan melalui pemberian kewenangan ( otonomi ) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipasi dalam pengembangn kurikulum.

Menurut E. Mulyasa (2010 : 22 ) Secara khusus tujuan diterapkanya KTSP adalah untuk :

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memperdayakan sumberdaya yang tersedia.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangkan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3. Meningkatkan kompetisi yangsehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Memahami tujuan di atas KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagai berikut ( E. mulyasa, 2010 : 23 ) :


(47)

1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat engoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya.

2. Sokolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangklan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh sekolahnya.

4. Keterlibatan semua warga sekolah dan massyarakat dalam pengembangan kurikulum meciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efisien dan eefektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.

5. Sekolah bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing – masing kepada pemerintah, oramg tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya memaksimalkan mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP.

6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah – sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya –


(48)

upaya inovatif dengan dukungan orang tua pesera didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat.

Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya dalam KTSP.

6) Penilaian

Untuk dapat menetukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. penilaian yang dilakukan terhadap proses belajar – mengajar berfungsi sebagai beriku t( Nana sudjana , 2010 : 111 ) :

a. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dalam hal ini adalah tujuan instruksional khusus. Dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang seharusnya dikuasai oleh siswa.

b. Untuk mengetahui keefektifan kegiatan belajar – mengajar yang telah dilakukan oleh guru. Dengan fungsi ini guru dapat mengetahui berhasil tidaknya ia mengajar. Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak semata – mata disebabkan oleh kemampuan siswa tetapi juga dapat disebabkan oleh kurang berhasilnya guru dalam mengajar. Melalui penilaian, berarti menilai kemampuan guru itu dsendiri dan hasilnya dapat


(49)

dijadikan bahan dalam memperbaiki usahanya, yakni tindakan mengajar berikutnya.

Dengan demikian fungsi penilaian dalam proses belajar mengajar bermanfaat ganda, yakni bagi siswa dan bagi guru. Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama , tahap jangka pendek, yakni penilaian yang dilakukan guru pada akhir proses belajar mengajar.penilaian ini disebut penilaian formatif. Tahap kedua, tahap jangka panjang, yaitu penilaian yang dilaksanakan setelah proses balajar mengajar berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh periode tertentu, penilaian tengah semester atau penilaian akhir semester. Penilaian ini disebut penilaian sumatif.

Walaupun hal yang dinilai tidak sama bagi setiap sekolah, namun secara garis besar dapat ditentukan unsur umum dalam penilaian yang menyangkut faktor – faktor yang harus dipertimbangkan antara lain ( suharsimi arikunto, 2009 : 276 – 277 ) : a. Prestasi / Pencapaian

Nilai prestasi harus mencerminkan tingkatan – tingkatan siswa sejauh mana telah mencapai tujuan yang ditetapakan disetiap bidang studi. Simbul yang digunakan untuk menyatakan nilai, baik huruf maupun angka. Hendaknyan hanya gambaran tentang prestasi saja. Unsur pertimbangan atau kebijak sanaan guru tentang usaha dan tingkah laku siswa tidak bolrh ikutberbicara pada nilai tersebut.


(50)

b. Usaha

Terpisah dari nilai prestasi guru dapat menyampaikanya kepada orang tua siswa. Laporan atau nilai tidak boleh dicampuri dengan nilai prestasi sama sekali. Yang sering terjadi adalah kecenderungan dari guru untuk menilai unsur usaha ini lebih randah bagi siswa yang prestasinya rendah dan sebaliknya.

c. Aspek pribadi dan sosial

Unsur ini juga perlu dilaporkan terutama yang berkaitan dengan berlangsungnya proses belajar – mengajar. Dalam memberikan nilai pribadi ini harus sangat hati – hati, rentang nilai sebaiknya tidak usah lebar – lebar ( 6 – 10 ), lebih baik lagi jika diterangkan lebih khusus dan jelas sehingga mudah dimengerti oleh guru pembi,bimg dan siapa saja.

d. Kebiasaan bekerja

Yang dimaksud disini adalah hal – hal yang berhubungan dengan mengerjakan / melakukan tugas, misalnya : segera mengerjakan PR, keuletan dalam usaha, bekerja teliti, terampil dan lain sebagainya.


(51)

Penyelenggaraan penilaian keahlian Tata Busana di SMK pada umumnya dilaksanakan pada akhir semester melalui penilaian kompetensi secara internal oleh guru, penilaian berkala level kualifikasi yang dilaksanakan oleh guru sebagai penilai internal dan dari pihak industri sebagai penilai eksternal.

Alat penilaian yang digunakan oleh guru di dalam menilai capaian kompetensi peserta didik diperoleh temuan sebagai berikut ( Yoyoh jubaidah, 2009 : 14 ):

1. Jenis tes yang digunakan pada penilaian keahlian Tata Busana terdiri dari tes tertulis dan tes tindakan.

2. Bentuk tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif pada kompetensi Menggambar Busana, Membuat Pola dengan Teknik Konstruksi, dan Menjahit dengan Mesin menggunakan tes pilihan ganda dan esai.

3. Bentuk tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan psikomotor dan afektif menggunakan tes tindakan.

4. Lembar penilaian proses, sikap dam produk kerja belum dilengkapi dengan kriteria penilaian.

5. Jumlah butir soal untuk tes tertulis pada masing-masing materi uji dan masing-masing sekolah cukup bervariatif.

6. Substansi dari materi uji pada umumnya belum mengacu kepada standar Kompetensi Nasional


(52)

Diagram 2. model penilaian keahlian tata busana berbasis standar kompetensi Nasional di skolah menengah kejuruan ( Yoyoh jubaidah, 2009 : 16 ) :

INTERNAL VERIVIKASI EKSTERNAL

 Tujuan : dirumuskan sesuai dengan standar kompetensi nasional meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam menggambar busana, membuat pola busana secara konstruksi dan menjahit buasana dengan mesin.

 Materi uji : ditentukan sesuai dengan kompetensi dasar.  Metode penilaian :

Jenis penilaian : tes tertulis dan tes tindakan

Bentuk penilaian : pilihan ganda, esai, persiapan kerja, proses kerja, sikap kerja, produk kerja dalam menggambar busana, membuat pola dengan teknik konstruksi dan menjahit dengan mesin

Alat penilaian : daftar pertanyaan tertulis dan skala penilaian.  Durasi waktu :

Tes tertulis : 45 menit

Tes tindakan : disesuaikan dengan materi uji ( 120 – 300 menit )

INTERNAL VERIVIKASI EKSTERNAL Instrumen Penilaian

- Tes Tertulis : Pilihan Ganda dan Esai

- Tes Tindakan : Persiapan, Proses, Sikap dan Produk kerja dalam menggambar busana, membuat pola dengan teknik konstruksi, menjahit dengan mesin.

Skala Penilaian : Persiapan, proses, sikap dan produk kerja

INTERNAL VERIVIKASI EKSTERNAL Preparation

- Pembekalan materi uji sebelum dilakukan pengujian - Tertib kerja pada saat dilakukan pengujian

Collecting: Pengumpulan informasi atau bukti melalui tes tertulis dan tes tindakan pada kompetensi Menggambar Busana, Membuat Pola dengan Teknik Konstruksi, Menjahit dengan Mesin

Judging : Pengolahan informasi atau bukti dari hasi tes tertulis dan tes tindakan

Deciding : Membandingkan bukti dengan standar

Moderation : Memberikan keputusan berdasarkan kesepakatan antara penilai internal dan eksternal terhadap capaian kompetensi peserta didik

Certification/Award : Menerbitkan sertifikat bagi peserta didik yang kompeten PERENCANAANPENI LAIAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK SESUAI SKN PELAKSANAAN PENILAIAN INSTRUMEN PENILAIAN


(53)

2. HASIL BELAJAR

Dimyati mahmud (1989: 12-122) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati maupun yang tidak diamati secara langsung. Dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman. Morgan ringkasnya mengatakan belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yangb terjadisebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman ( Wisnubrata Hendroyuwono, 1982/1983:3). Menurut Moh. Surya (1981:22) belajar ialah: suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil penglaman individu itu sendiri dalam interaksinya.

Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran baik secara kualitas maupun kuantitas ( Nana Sudjana, 2010 : 35 ). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang tampak dari hasil evaluasi pada awal dan akhir pembelajaran.

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif ( penguasaan intelektual ), bidan efektif ( berhubungan dengan sikap dan nilai ), dan bidang psikomotor ( kemampuan / ketrampilan / berperilaku ).

Berikut ini merupakan unsur – unsur yang terdapat dalam ketiga aspek tersebut ( Nana Sudjana, 2010 : 50 – 54 ) :


(54)

a. Tipe hasil belajar bidang kognitif.

1) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan ( Knowledge )

Pengetahuan hafalan dimaksutkan sebagai terjemahan dari Knowledge dari Bloom. Cakupan dalam pengetahuan ahafalan termasuk juga pengetahuan yang sikapnya faktual, disamping pengetahuanya pada hal – hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat dan lain – lain.

2) Tipe hasil belajar pemahaman ( Comprehention )

Ada tiga macam tipe belajar pemahaman yaitu : 1) pemahaman terjemahan yakni kesanggupan memahami makna yang ada di dalamnya. 2 ) pemahaman penafsira , misalnya memahami grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang pikok dan yang tidak pokok. 3) pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, terisarat dan tersurat, meramalkan sesuatu aatu memperluas wawasan.

3) Tipe hasil belajar penerapan ( aplikasi )

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru.

4) Tipe hasil belajar analisis

Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas ( kesatuan yang utuh ) menjadi unsur – unsur atau bagian – abagian yang mempunyai artiatau mempunyai tingkatan /. Hirarki.


(55)

5) Tipe hasil belajar sintesis

Sintesis adalah lawan analisis, bila pada analisis ditekankan pada kesanggupanmenguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakana, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur – unsur bagian menjadi suatu integritas.

6) Tipe hasil belajar evaluasi.

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan teentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya.

b. Tipe hasil belajar bidang afektif.

Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan hasil belajar, yaitu :

1) Receiving / eattending, yakni semacam kepekaan menerima rangsangan ( stimulasi ) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi / gejala.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap situasi yang datang dari luar.

3) Valuing ( penilaian ), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.

c. Tipe hasil belajar psikomotor.

Hasil belajar psikomotor tampak pada bentuk ketrampilan ( skill ), dan kemampuan bertindak individu ( seseoramg ). Ada enam tingkatan dalam ketrampilan, antara lain :


(56)

1) Gerakan refleks ( ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar ). 2) Ketrampilan pada gerakan – gerakan dasar.

3) Kemampuan perseptualtermasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain – lain.

4) Kemampuan dibidang fisik, misalnyan kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.

5) Gerakan – gerakan skill, mulai dari ketrampilan yang sederhasna sampai ketrampilan yang kompleks.

6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif, interpretatif.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor – faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama adalah kemampuan yang dimiliki siswa, faktor kemempuan besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa seperti yang dikemukakan Clark yang dikutip dalam buku Nana sudjana ( 2010 : 39 ), bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70 % dipengeruhi oleh kemempuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.

Disamping faktor kemampuan yang dimilikki siswa, juga ada faktor lain seperti motifasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Selain faktor – faktor tersebut hasil belajar juga tergantung dengan faktor


(57)

lingkungan, artinya ada faktor – faktor yang berpengaruh di luar dirinya yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.

3. BUSANA WANITA

Dalam pembelajaran busana wanita di SMK N 4 Yogyakarta berjalan sesuai dengansilabus yang berisikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi dalam busana wanita ini membuat pola / petren Making dan kompetensi dasarnya adalah menguraikan teknik penyesuaian ukuran pada pola dan membuat pola. Hasilbelajar siswa dalam materi busana wanita khususnya pembuatan pola busana pesta sangat memuaskan yang sebagian besar siswa berada di atas nilai rata – rata KKM.

1) Pengertian Busana Wanita

Menurut kamus modeIndonesia ( Ina Hadisuryo, Dkk, 2011 : 41 ) busan wanita adalah busana untuk wanita dalam berbagai jenis, gaya, dan potongan. Pakaian wanita atau busana wanita adalah busana untuk wanita yang dapat menonjolkan sisi feminin dari wanita dan dapat dapat menonjolkan kelebihan yang dimilikinya sehingga dapat mempercantik penampilan ( Ernawati, dkk, 2008 : 317 ). Busana wanita dalam pengertian luas adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari kepala sampai ujung kaki yang memberi kenyamanan dan menampilkan keindahan bagi sipemakai.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa busana wanita adalah busana yang dipakai khusus untuk wanita dari ujung


(58)

rambut sampai ujung kaki yang penggunaanya dapat disesuaikan dengan kesempatanya.

2) Penggolongan Busana Wanita

Dalam berbusana kita perlu memperhatikan norma – norma yang berlaku dalam masyarakat, seperti norma agama, norma susila, norma sopan santun, dan sebagainya, serta juga memahami tentang kondisi lingkungan, budaya, dan waktu pemakaian. Dengan demikian baik jenia, model, corak, dan warna,perlu disesuaikan dengan hal di atas. Sehubungann dengan hal tersebut maka secara garis besar busana dapat dikelompokan menjadi dua antara lain ( Ernawati, dkk, 2008 ) : a) Busana Dalam

Busan dalam dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :

(1) Busana langsung menutup kulit, seperti : BH / kutang, celana dalam, rok dalam, bebe dalam, corset, longtorso. Busana ini berfungsi untuk melindungi bagian – bagian tubuh tertentu dan membantu membentuk dan memperindah bentuk tubuh serta dapat menutupo kekurangan – kekurangan bentuk tubuh. Jenis busana ini tidak cocok dipakai keluar kamar atau keluar rumah tanpa menggunakan baju luar.

(2) Busana yang tidak langsung menutupi kulit, yang termasuk kelompok ini adalah busana rumah seperti : daster, house coat, house dress, dan busana kerja di dapur seperti : clemek dan kerpusnya. Busana kerja perawat maupun dokter, busana tidur


(59)

wanita, jenis busana tersebut tidak cocok untuk digunakan ketika menerima tamu.

b) Busana Luar

Busana luar ialah busana yang dipakai diatas busana dalam ( Ernawati, Dkk, 2088 ). Dalam pemakaian busana luar disesuaikan dengan kesempatanya antara lain :

(1) Busana Sekolah

Desain busana sekolah untuk tingkat sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), ditentukan oleh Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Untuk pria terdiri atas celana dan blus menggunakan kerah kemeja. Untuk wanita rok lipit searah utnuk SD, rok dengan dua lipit hadap pada bagian muka untuk SLTP, dan rok menggunakan satu lipit hadap pada sedangkan warna yang dipilih adalah merah tua untuk SD, warna biru untuk SLTP, dan warna abu – abu untuk SLTA, ada kalanya warna dan model busana ditentukan sendiri oleh pihak sekolah masing – masing.

(2) Busana Kuliah

Desain busana untuk mahasiswa / mahasiswi adalah bebas, tetapi kebanyakan dari mereka memilih rok dan blus atau celana dengan kemeja. Hal ini disebabkan karena rok – blus dan kemeja – celana dalam pemakaianya dapat diselang –


(60)

selingi, maksutnya adalah dengan memiliki dua lembar rok atau celana pemekaianya dapat difariasi dengan tetap memperhatikan keserasianya.

(3) Busana Kerja

Busan kerja adalah busana yang dipakai untuk melakukan suatu pekerjaan dalam menjalani kehidupan sehari – hari. Busana kerja banyak jenisnya sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Jenis pekerjaan yang berbeda menentukan pula perbedaan model, bahan dan warna yang digunakan. Untuk busana kerja di bengkel dipilih desain yang mempunyai banyak saku atau kantong, karena model yang begini dapat menghemat waktu dan tenaga, sebab alat –alat yang dibutuhkan dapat disimpan dalam kantong tersebut yang apa bila diperlukan akan dapat diambil dengan cepat.

Busana kerja di kantor sering dibuat seragam dengan model yang klasik, yang biasanyaterdiri dari rokdan blus untuk wanita dan kemeja dan celana untuk pria. Jika memilih model sendiri pilihlah model yang sederhana dan praktis tetapi tetap menarik serta memberikan kesan anggun dan berwibawa. Hindari pemilihan pakaian yang ketat dan garis leher yang rendah atau terbuka, karena desain yang seperti ini kurang sopan dan mengganggu dalam beraktifitas. Maka dari itu untuk


(61)

memilih busana kerja harus memperhatikan beberapa hal antara lain :

a) Modelnya sopan dan pantas untuk bekerja serta dapat menimbulkan kesan menyenangkan bagi sipemakai dan bagi orang yang melihat.

b) Praktis dan memberikan keluwesan dalam bergerak. c) Memilioh bahan yang dapat menghisap keringat. (4) Busana Pesta

Busana pesta adalah suatu busana yang digunakan untuk menghadiri suatu pesta. Dalam memilih busana pesta hendaklah dipertimbangkan kapan pesta itu akan diadakan, apakah pesta pagi, pesta siang, pesta sore atau pesta malam. Karena perbedaan waktu juga mempengaruhi model, bahan, serta warna yang akan ditampilkan. Selain itu juga perlu dipertimbangjan jenis pestanya, apakah pesta pernikahan, pesta dansa, pesta perpisahan atau pesta lainya, hal ini juga menuntut kita untuk memakai busana pesta yang sesuai dengan kesempatan tersebut. Maka ada beberapa syarat dalam memilih busana pesta antara lain :

a) Pilihlah desain busana pesta yang cantik dan menawan sehingga dapat mencerminkan suasana pesta.


(62)

b) Pilih bahan busana yang mencerminkan kesan mewahdan pantas untuk dipakai pada kesempatan pesta. Misalnya sutra, beludru, dan sejenisnya.

c) Sesuaikan desain busana yang dipakai dengan jenis dan kesempatan pestanya.

d) Sesuaikan desain busana pesta tersebut dengan bentuk tubuh sipemakai.

(5) Busana Olahraga

Busana olahraga adalah busana yang dipakai untuk mengikuti kegiatan olahraga. Desain busana olahraga disesuaikan dengan jenis olahraganya. Setiap cabang olahraga memiliki jenis busana khuisus dengan model yang berbeda pula. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih busana olahraga antara lain :

a) Pilihlah bahan busana yang elastis. b) Pilihlah bahan yang menghisap keringat.

c) Pilihlah model busana sesuai dengan jenis olahraga yang dilakukan.

(6) Busana Santai

Busana santai adalah busna yang dipakai pada waktu santai atau rekreasi. Busana santai banyak jenisnya, hal ini disesuaikan dengan tempat dimana kita melakukan kegiatan


(63)

rekreasi tersebut. Ada beberapa halm yang harus diperhatikan dalam memilih busana santai antara lain :

a) Pilihlah desain yang praktis dan sesuaikan dengan tempat bersantai. Jika santai di rumah pilihlah model yang agak longgar, dan tidak panas, jika bersantai kegunung pilihlah model yang agak tertutup agarudara dingin dapat teratasi. b) Pilih bahan yang kuat dan menghisap keringat.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa busana wanita dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu busana dalam ( yang langsung menempel pada kulit ) dan busana luar ( yang menutupi busana dalam / pemakaianya setelah memakai busana dalam ). Selain itu penggunaan / pemakaian busana juga disesuaikan dengan kesempatanya, seperti busana sekolah, busana olahraga, busana kuliah, busana kerja, busana pesta dan busana santai.

3) Syarat – Syarat Busana Pesta.

Busana pesta adalah suatu busana yang digunakan untuk menghadiri suatu pesta. Dalam memilih busana pesta hendaklah dipertimbangkan kapan pesta itu akan diadakan, apakah pesta pagi, pesta siang, pesta sore atau pesta malam. Karena perbedaan waktu juga mempengaruhi model, bahan, serta warna yang akan ditampilkan. Selain itu juga perlu dipertimbangjan jenis pestanya, apakah pesta pernikahan, pesta dansa, pesta perpisahan atau pesta lainya, hal ini juga menuntut kita untuk memakai busana pesta yang sesuai dengan


(64)

kesempatan tersebut. Maka ada beberapa syarat dalam memilih busana pesta antara lain ( Ernawati, dkk, 2008 ) :

c) Pilihlah desain busana pesta yang cantik dan menawan sehingga dapat mencerminkan suasana pesta.

d) Pilih bahan busana yang mencerminkan kesan mewahdan pantas untuk dipakai pada kesempatan pesta. Misalnya sutra, beludru, dan sejenisnya.

e) Sesuaikan desain busana yang dipakai dengan jenis dan kesempatan pestanya.

f) Sesuaikan desain busana pesta tersebut dengan bentuk tubuh sipemakai.

Untuk pergi ke pesta diperlukan usana yang berbeda, busana ini dibuat dari bahan yang bagus dengan hiasan yang menarik sehingga kelihatan istimewa. Berdasarkan waktu pemakaiannya terdapat busana pesta pagi, pesta soredan pesta malam. Menurut Sri Widarwati ( 2000 : 70 ) busana pesta malam atau gaun malam biasanya panjang sampai lantai ( Longdress), tanpalengan dan sering kali terbuka pada bagian atas, dengan garis leher decollete atau streples. Kain yang digunakan adalah, beledu, sutra, cifon, kain renda, lame dan lain – lain. Untuk busana pesta sore dan pagi menggunakan kain yang agak lembut teksturnya, untuk pagi hari dipilih warna yang lembut dan sore hari warna yang cerah.


(65)

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa untuk membuat busana pesta tidak harus memakai kain yang mahal dan mewah, tetapi yang harus dilakukan adalah bagaimana membuat atau mengolah kain yang biasa menjadi busana pesta yang menawan, cantik dan menarikdengan mengembangkan ide menghias busana pesta dengan teknik sulam, payet dan lain – lain. Selain memperhatikan desain, jenis kain dan warna yang tidak kalah penting adalah memperhatikan kemampuan ekonomi keluarga, karena jika tidak diperhatikan akan membawa dampak yang tidak baik bagi kesetabilan ekonomi.

Dalam pemilihan warna busana untuk menghadiri acara pesta peneliti menyimpulkan bahwa sebenarnya alam sudah memberi isyarat kepada kita. Untuk busana pesta pagi disesuaikan dengan keadaan pagi hari yang lembut dan segar jadi pemilihan warna yang sesuai adalah warna – warna yang lembut, untuk busana pesta sore sesuai dengan keadaan alam disore hari dengan warna langit lembayung jingga maka warna busana yang sesuai adalah warna – warna cerah, sedangkan untuk pesta malam hari sebaiknya dipilih warna yang dapat melawan cahaya – cahaya lampu malam sehingga menimbulkan efek kemilau dan elegan.

Busana wanita memiliki desai yang beraneka ragam, karena beranekaragamnya busana wanita ini maka perlu memahami desain busana yanga sesuai dengan bentuk tubuh, agar dalam pemakaianya


(66)

terlihat bagus, lewes dan sesuai. Berikut ini merupakan petunjuk pemilihan busana yang sesuai dengan bentuk tubuh ( Radias saleh dan Aisyah jafar, 1991, 12 – 18 ):

a) Pendek Kurus

Untuk seseorang yang memiliki bentuk tubuh pendek kurus dianjurkan memilih busana yang bergaris memanjang dan tidak berkesan menggemukan.

Jenis busana yang sesuai untuk bentuk tubuh pendek kurus adalah :

1) Bebe ( model kemeja atau sack dress ). 2) Garis hias atau hiasan memanjang. 3) Jas dengan kerah setali.

4) Slack dikombinasi dengan kemeja.

5) Blus dengan kerah tegak yang kecil, pas bahu dan saku kecil. Sedangkan bahan busana yang sesuai untuk bentuk tubuh pendek tubuh adalah sebagai berikut :

1) Warna : corak kombinai senada terang dan gelap. 2) Corak : pol.os, corak berkotak kecil sampai sedang. 3) Jatuhnya bahan lembut, melangsai atau agak berat. b) Pendek Gemuk

Bagi seseorang yang memiliki bentuk tubuh pendek gemuk agar terlihat lebih tinggi , pilihlah desain busana dengan garis memanjang.


(1)

(2)

LEGER RAPOR XI BUSANA 4 SEM 2 2011 – 2012

NORMATIF ADAPTIF PRODUKTIF KEHADIRAN ATITUDE

NO NAMA NIS

A g a m a Is la m P en d id ik a n K ew a rg a n eg a a a n B a h a sa I n d o n es ia P en d id ik a n j a sm en i, o la h ra g a d a n k es eh a ta n B a h a sa I n g g ri s M a te m a ti k a Il m u P en g et a h u a n A la m Il m u P en g et a h u a n S o si a l K o m p u te r d a n P en g o la h a n I n fo rm a si K ew ir a u sa h a a n M en g g a m b a r B u sa n a M em b u a t P o la M em b u a t B u sa n a W a n it a M em b u a t B u sa n a P ri a M en g a w a si M u tu B u sa n a J u m la h N il a i R a ta R a ta P er in g k a t S a k it Ij in T a n p a K et er a n g a n K el a k u a n K e ra p ia n K e ra ji n a n

1. Alfira Nur Fradipta 10247 78 77 79 85 80 80 73 80 85 88 79 78 81 76 82 1201 80.07 28 - - - B B B

2. Alfiana Pangestuti 10248 94 77 90 85 86 95 74 85 90 91 86 85 86 81 87 1292 86.13 1 - - - B B B

3. Anna Fatinah 10249 78 77 80 83 81 90 73 77 83 81 79 75 78 76 8o 1191 79.40 32 - - - B B B

4. Ayu Windasari 10251 88 75 80 88 82 85 71 80 83 80 79 76 81 77 81 1208 80.53 25 - - - B B B

5. Desi Susanti 10252 80 77 80 80 82 75 76 86 92 79 75 80 78 71 81 1201 80.07 28 - - - B B B

6. Dewi Rahmawati 10253 90 78 90 81 82 97 76 85 90 82 85 84 81 82 88 1271 84.73 2 - - - B B B

7. Dwi

Sulistyaningsih

10254 80 79 88 81 79 79 71 76 88 80 79 75 80 76 81 1192 79.47 32 - - - B B B

8. Dwi Wulansari 10256 88 75 90 84 82 95 76 82 79 88 84 79 83 79 84 1252 83.47 8 - - - B B B


(3)

10. Erlina Setyaningsih 10258 88 79 90 80 80 77 72 83 89 82 78 80 85 79 84 1224 81.60 18 - - - B B B

11. Erni Setyawati 10259 88 79 90 81 84 90 81 83 94 80 82 87 81 85 85 1270 84.67 4 - - - B B B

12. Eka ayu Nugrahani 10260 86 78 98 83 82 85 71 76 88 83 80 79 82 79 82 1231 82.07 15 - - - B B B

13. Fera Kusuma Wati 10261 84 78 85 85 82 92 76 82 90 90 84 86 89 82 94 1271 84.73 2 - - - B B B

14. Gita Sakti .N.P 10262 84 79 85 84 82 81 72 77 83 82 86 84 84 82 83 1226 81.37 16 - - - B B B

15. Hana Yasmin .Z 10263 80 77 85 81 80 76 80 76 73 80 73 80 83 84 79 1209 80.60 23 - - - B B B

16. Lina Sri Yulianti 10264 88 78 85 80 82 78 71 76 77 84 80 78 81 78 82 1190 78.33 34 - - - B B B

17. Luluk Rahmawati 10265 88 78 95 84 81 76 76 85 84 88 80 78 82 78 84 1236 82.40 12 - - - B B B

18. Nioa Tri Wahyuni 10266 84 78 82 83 79 86 79 88 88 84 81 77 81 78 82 1234 82.27 13 - - - B B B

19. Novita Sri Rahayu 10267 88 79 95 86 89 82 72 78 88 85 86 83 84 79 85 1259 83.93 6 - - - B B B

20. Nur Anisah 10268 88 78 95 88 81 97 74 79 81 92 95 80 81 76 83 1244 82.93 8 - - - B B B

21. Nur Bekti Rahayu 10269 88 79 85 83 80 90 73 80 86 80 80 79 81 77 83 1214 80.93 22 - - - B B B

22. Nurul Yulia Ikawati 10270 84 78 83 81 83 80 75 86 90 83 81 77 82 80 82 1242 82.80 9 - - - B B B

23. Rina Dwi Rahayu 10271 88 79 90 86 85 82 90 71 81 81 89 83 78 81 78 1234 82.27 13 - - - B B B

24. Ristriana Pratami 10272 84 78 90 85 83 80 73 78 90 81 81 76 80 78 82 1220 81.33 20 - - - B B B

25. Selyin Novia .A 10273 84 78 90 86 82 80 75 80 87 91 86 80 83 80 84 1239 82.60 10 - - - B B B

26. Siti Nur Janah 10274 88 78 80 85 83 86 71 80 81 91 79 77 80 79 82 1225 81.67 17 - - - B B B

27. Tika Windari U.K 10275 86 79 80 81 80 80 73 78 88 89 79 78 81 77 82 1209 80.60 23 - - - B B B

28. Triana 10276 86 77 90 81 79 97 83 83 82 87 85 78 82 81 84 1263 84.20 5 - - - B B B

29. Utami Mustikawati 10277 90 79 90 83 82 78 72 84 80 83 80 76 81 76 81 1208 80.53 25 - - - B B B

30. Wulanndari 10278 90 79 82 81 80 83 72 79 89 92 79 81 82 79 81 1237 82.47 11 - - - B B B

31. Yuni hidayati 10279 88 78 82 85 79 79 76 77 82 80 79 75 79 76 81 1196 79.73 30 - - - B B B


(4)

No Nama

Skor Penilaian/Personal

Nilai Praktik

Nuk

5% 15% 20

%

30% 15% 10% 5%

M en y ia p k a n a la t m em b u a t Nuk M en y ia p k a n u k u ra n Nuk M em b u a t p o la d a sa r Nuk M em b u a t p o la s es u a i d es a in Nuk M em er ik sa p o la Nuk M en g g u n ti n g p o la Nuk M en y im p a n p o la Nuk

1. Alfira Nur Fradipta 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 85 8,5 90 4,5 88

2. Alfiana Pangestuti 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 85 12,75 85 8,5 90 4,5 87,5

3. Anna Fatinah 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 85 12,75 80 8 85 4,25 86

4. Ayu Windasari 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 85 12,75 80 8 90 4,5 86,75

5. Desi Susanti 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 80 8 90 4,5 87

6. Dewi Rahmawati 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 85 8,5 90 4,5 88

7. Dwi Sulistyaningsih 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 85 12,75 85 8,5 90 4,5 87

8. Dwi Wulansari 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 85 12,75 85 8,5 90 4,5 87,5

9. Dyah Ayu Apriliani 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 85 8,5 90 4,5 88

10.Erlina Setyaningsih 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 90 9 90 4,5 88,5

LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK Mata Pelajaran : Pembuatan Pola

Standar Kompetensi : Membuat Pola (Pettren Making) Kelas/Semester :XI B 4 / 1


(5)

11.Erni Setyawati 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 85 12,75 85 8,5 90 4,5 83,8

12.Eka ayu Nugrahani 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 85 8,5 90 4,5 88

13.Fera Kusuma Wati 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 90 9 85 4,25 88,5

14.Gita Sakti .N.P 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 85 8,5 90 4,5 88

15.Hana Yasmin .Z 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 85 12,75 80 8 90 4,5 86,75

16.Lina Sri Yulianti 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 90 9 85 4,25 88,5

17.Luluk Rahmawati 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 85 8,5 80 4 86

18.Nioa Tri Wahyuni 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 85 8,5 85 4,25 87,75

19.Novita Sri Rahayu 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 85 12,75 80 8 80 4 86,5

20.Nur Anisah 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 85 12,75 85 8,5 90 4,5 87,5

21.Nur Bekti Rahayu 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 85 8,5 90 4,5 88

22.Nurul Yulia Ikawati 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 85 12,75 90 9 90 4,5 87,75

23.Rina Dwi Rahayu 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 85 12,75 85 8,5 90 4,5 87,5

24.Ristriana Pratami 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 85 8,5 90 4,5 88,5

25.Selyin Novia .A 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 90 9 90 4,5 88

26.Siti Nur Janah 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 85 8,5 85 4,25 88,5

27.Tika Windari U.K 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 90 9 90 4,5 87,5


(6)

29.Utami Mustikawati 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 80 8 90 4,5 88

30.Wulanndari 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 85 8,5 85 4,25 87,75

31.Yuni hidayati 75 3,75 85 12,80 90 18 90 27 90 13,5 85 8,5 80 4,5 87,5