Rancang Bangun Punch Dan Dies Untuk Avor Wastafel Pada Proses Deep Drawing Dan Pierching Binder7
commit to user
i
RANCANG BANGUN PUNCH DAN DIES UNTUK
AVOR WASTAFEL PADA PROSES
DEEP DRAWING DAN PIERCHING
PROYEK AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya (A.Md)
Disusunoleh :
KELOMPOK 1
PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESINP RODUKSI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
commit to user
ii(3)
commit to user
iii
(4)
commit to user
iv
• Berdoa dan berusahalah semaksimal mungkin dan biarkan Tuhan yang menentukan.
• Jangan terlalu bangga dengan ketenaran “ di atas langit masih ada langit “
• Sopo nandu rbakal ngunduh.
• Rindukanlah masalalu, Sayangilah masa kini, Cintailah masa depan Agar gerbang kebahagiaan terbuka disetiap episode kehidupanan disaat ini.
(5)
commit to user
v
Sebuah hasil karya yang kami buat demi
menggapai demi sebuah cita-cita, yang ingin
saya persembahkan kepada :
¾
Ayah dan bunda tercinta yang selama ini
telah memberi motivasi serta rasa kasih
sayangnya.
¾
Dosen pengampu yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam pelaksanaan dan
penyusunan laporan ini.
¾
Bapak Bagus selaku kepala bengkel yang
telah banyak membantu pembuatan dies
avorwastafel.
¾
Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak
memberi masukan dalam penysunan laporan
ini.
(6)
commit to user
vi
Rancang bangun punching tool pembuatan dies avor wastafel dibuat sebagai sarana pembelajaran dalam merealisasikan proses produksi. Ide pembuatan punching tooldies avor wastafel diperoleh setelah melakukan pencarian informasi. Banyak komponen-komponen rumah tangga yang hanya bisa dibuat dengan proses punching tool seperti avor wastafel. Alat ini dibuat agar waktu proses produksi lebih efisien dan efektif.
Perancangan dies avor washtafel dengan kapasitas mesin 5 ton meliputi 3 tahap kerja. Tahap pertama adalah proses forming tool (deep drowing) yang terdiri dari
punch drawing, top plate, stripper plate, dies dan bottom plate. Tahap kedua adalah
blanking yang terdiri dari shank, punch, dies, dan botton plate. Pada dies blanking
dilakukan hardening dengan cara quenching oli. Punch blanking dibor pada bagian tengah sepanjang punch. Tahap ketiga adalah pierching yang terdiri dari shank, top plate, punch holder plate, dies holder, dies, bottom plate. Bottom plate dipasang pada bad
menggunakan sambungan baut. Semua komponen dikerjakan menggunakan mesin bubut. Sambungan las digunakan untuk menyambung pengunci dengan bottom plate. Proses finising berupa pengamplasan dan pengecatan dilakukan setelah semua komponen selesai dibuat. Tahap terakhir adalah perakitan semua komponen
Mesin punch yang telah dirancang mampu membuat avor washtafel dengan mengunakan bahan plat berupa galvalum dengan ketebalan 0,5 mm. Mesin yang digunakan adalah mesin press dengan kapasitas 5 ton. Proses pengerjaan menggunakan sistem independen dimana proses dilakukan satu-persatu yaitu proses blanking, proses drawing an proses piercing. Perancangan dan pembuatan dies avor washtafel ini membutuhkan biaya Rp. 9.500.000,00.
Kata kunci : Punching tool, Dies, Avor washtafel, Drawing, Blanking, Pierching.
(7)
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, berkat dan kasihNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan TUGAS AKHIR dengan judul “PERANCANGAN DAN PEMBUATAN DIES AVOR WASTAFEL“. Proyek Akhir ini disusun guna melengkapi dan memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Mesin Produksi Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
Dalam penyelesaian Proyek Akhir ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, terutama kepada :
1. Zainal Arifin, ST, MT selaku pembimbing I Proyek Akhir. 2. Eko P.B, ST, MT selaku pembimbing II ProyekAkhir.
3. Heru,ST, MT selaku ketua Program DIII Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret.
4. Ayah dan ibu yang telah banyak memberi bantuan baik berupa moral maupun materi.
5. Asisten Laboratorium Proses Produksi yang telah banyak memberi masukan. 6. Rekan-rekan satu kelompok Proyek Akhir.
7. Rekan-rekan D3 Teknik Mesin Produksi angkatan 2008, sebagai teman seperjuangan di Fakultas Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Semoga budi baik dan pengorbanan yang telah diberikan menjadi amal sholeh dan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.
Dalam penyusunan laporan Proyek Akhir ini masih kurang sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan laporan ini. Agar laporan ini dapat bermanfaat
(8)
commit to user
viii
bagi masyarakat luas pada umumnya dan khususnya bagi mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juli 2011
(9)
commit to user
ix
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
MOTTO ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 1
1.3 Batasan Masalah ... 2
1.4 Tujuan ... 2
1.5Manfaat Proyek Akhir ... 2
1.6Metodologi ... 2
BAB II DATA UMUM PERUSAHAAN 2.1Pengertian Punching Tool ... 4
2.2 Jenis-jenis Punching Tool ... 4
2.2.1Cutting Tool ... 4
2.2.2Penetrasi ... 9
2.2.3Burr ... 10
2.2.4 Pengaruh Clearance terhadap pemotongan ... 10
(10)
commit to user
x
2.2.6Jenis-jenis Cutting Tool ... 11
2.3Bagian Punching Tool ... 14
2.4Bentuk Konstruksi Punching Tool ... 15
2.4.1Simple press tool atau blank throught ... 15
2.4.2Inverted Blanking Tool ... 16
2.4.3Compound Pres Tool ... 17
2.4.4Progressive Press Tool ... 18
2.4.5 Group Tool ... 19
2.5 Perbandingan Deep Drawing (Ziehverhaeltnis = drawing ratio) ... 20
2.5.1 Gaya-gaya Pada Proses Deep Drawing ... 21
2.5.2RadiusdanKelonggaran Drawing (Drawing Radien and Clearance) ... 21
2.5.3Drawing Clearance ... 22
2.5.4 Operasi Potong atau Pemotongan ... 24
2.6 Rumus Gaya Perencanaan Pada Perancangan PressTool ... 24
2.6.1Gaya Forming (Deep Drawing) ... 24
2.6.2 Kerja Drawing (W) ... 26
2.6.3 Gaya Blanking ... 28
2.6.4 Gaya Pierching ... 28
2.6.5 Gaya Pegas Stipper ... 28
2.6.6 Gaya Buckling ... 29
2.6.7 Perhitungan Titik Berat Gaya ... 31
2.6.8 Ukuran Punch dan Die ... 31
BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 3.1Perencanaan Pembuatan Perkakas Punching Tool ... 35
3.2 Langkah-langkah Pembuatan Perkakas Press Tool ... 36
(11)
commit to user
xi
3.3.1 Pemilihan Produk Material Benda Kerja (avor Washtafel) ... 38
3.3.2 Data Geometri Avor Wastafel ... 39
3.3.3 Pemilihan Material Produk Benda Kerja (avor Washtafel) ... 40
3.3.4 Peralatan Yang Digunakan Dalam Proses Pengujian... 41
3.3.5 Peralatan Yang Digunakan Dalam Proses Pembuatan (Pengerjaan) ... 42
3.3.6 Bahan Pembuat Press Tool ... 42
3.4 Proses Perhitungan Gaya-Gaya Yang Berpengaruh Pada Proses Pengerjaan .. 43
3.4.1 Perhitungan Gaya Pembentukan ... 43
3.4.2 Perhitungan Gaya Potong ... 47
3.4.3 Perhitungan Pegas Stripper ... 49
3.4.4 Perhitungan Punch Terhadap Gaya Buckling ... 50
3.4.5 Perhitungan Dimensi Punch dan Die ... 51
3.5 Prosses Pembuatan Nagian-Bagian Press Tool ... 57
3.5.1Persiapan Proses Pembuatan (Produksi) ... 57
3.5.2 Proses Pembuatan Komponen Deep Drawing ... 58
3.5.3 Proses Pembuatan Komponen Triming ... 67
3.5.4 Proses Pembuatan Komponen Pierching ... 71
3.6 Proses Pengecatan Bagian-Bagian Press Tool ... 80
3.7 Proses Perakitan Bagian-Bagian Press Tool ... 80
3.8 Perawatan Mesin Punch ... 82
BAB IV ANALISA DATA DAN HASIL PENGUJIAN 4.1Langkah-Langkah Pengujian Mesin ... 83
4.1.1Pengujian Punch dan Die Deep Drawing ... 83
4.1.2Pengujian Punch dan Die Pierching ... 86
(12)
commit to user
xii
4.2Analisa Perbandingan Dimensi Pada Rancangan Dengan Dimensi Benda
Jadi (Aktual) ... 91
4.2.1 Pengujian Punch dan Die Deep Drawing ... 91
4.2.2 Pengujian Punch dan Die Deep Drawing ... 92
4.2.3 Pengujian Punch dan Die Deep Drawing ... 92
4.2.4 Analisa Tebal Dies dan Panjang Punch ... 94
4.3Analisa Hasil Pengujian ... 94
4.3.1 Terhadap Material Produk Yang Digunakan ... 94
4.3.2 Terhadap Kemampuan Kerja Mesin Punch ... 97
4.3.3 Terhadap Punch dan Dies yang dibuat ... 98
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 99
5.2 Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 101
LAMPIRAN ... 102
(13)
commit to user
xiii
DAFTARTABEL
Tabel2.1 Besarnya penetrasi dari jenis material dalam satuan prosen (%) ... 9 Tabel2.2 Harga drawing clearance untuk suatu konstruksi perkakas deep drawing . 23 Tabel2.3Harga elastisitas pada rumus Tetmejer... 27 Tabel2.4Besarnya spring back dan clearance ... 33
(14)
commit to user
xiv
DAFTARGAMBAR
Gambar 2.1 Punch mulai menekan material ... 5
Gambar 2.2 Penekanan lanjut ... 6
Gambar 2.3 Keretakan yang terjadi pada kedua sisi potong ... 6
Gambar 2.4 Pemotongan terjadi pada dua sisi ... 7
Gambar 2.5 Clearance of cutting tools dan grafik penetrasi ... 8
Gambar 2.6 Blanking ... 12
Gambar 2.7 Piercing ... 12
Gambar 2.8 Trimming ... 12
Gambar 2.9 Parting ... 13
Gambar 2.10 Crooping ... 13
Gambar 2.11 Lanzing ... 14
Gambar 2.12 Bagian punching tool ... 14
Gambar 2.13 Simple press tool ... 16
Gambar 2.14 Blanking tool ... 17
Gambar 2.15Compound press tool ... 18
Gambar 2.16 Progressive press tool ... 19
Gambar 2.17Group tool ... 19
Gambar 2.18Perbandingan drawing pada first drawing ... 20
Gambar 2.19Perbandingan drawing pada second next drawing ... 20
Gambar 2.20Hibungan kebalikan antara m dan β ... 20
Gambar 2.21 Drawing clearance pada perkakas drawing ... 23
Gambar 2.22 Pengaruh radius pada kerja (w) ... 27
Gambar 3.1 Avor wastafel tampak atas ... 38
Gambar 3.2Avor wastafel tampak samping ... 39
Gambar 3.3Avor wastafel yang akan diproduksi ... 39
Gambar 3.4 Clearance ... 51
Gambar 3.5 Shank dan punch drawing ... 59
(15)
commit to user
xv
Gambar 3.7 Baut pengarah ... 61
Gambar 3.8 Pegas stripper ... 62
Gambar 3.9Stipper plate ... 63
Gambar 3.10 Dudukan spring ... 64
Gambar 3.11 Dies drawing ... 65
Gambar 3.12 iBottom shoe ... 66
Gambar 3.13 Blanking shank ... 67
Gambar 3.14 Punch blank ... 69
Gambar 3.15 Dies blank ... 70
Gambar 3.16 Bottom shoe ... 71
Gambar 3.17 Shank hoder Piercing ... 72
Gambar 3.18 Top plate ... 74
Gambar 3.19Punch holder plate ... 75
Gambar 3.20Punch piercing ... 76
Gambar 3.21Dies piercing ... 77
Gambar 3.22Dies hoder plate ... 78
Gambar 3.23Bottom shoe ... 79
Gambar 4.1Baut stripper terpasang pada top plate ... 84
Gambar 4.2Drawing die dan shoe ... 84
Gambar 4.3Penyetingan punch drawing ... 84
Gambar 4.4(a)Pengatur posisi shoe (b) mengencangkan baut penahan shoe dan bed ... 85
Gambar 4.5 a & b Pemasangan spring dan stripper plate ... 85
Gambar 4.6 a & b Mengencangkan baut stripper ... 85
Gambar 4.7 (a) Mensetting TMA punch drawing(b) Mistar penunjuk TMA ... 86
Gambar 4.8Shank beserta punch piercing ... 85
Gambar 4.9Pemasangan punch pierching pada mesin ... 85
Gambar 4.10 Pemasangan shoe dan die piercing pada bed mesin ... 85
Gambar 4.11 a & b Mensetting TMA punch piercing ... 85
Gambar 4.12 Penyetingan posisi TMA ... 85
(16)
commit to user
xvi
Gambar 4.14(a) Memasang die pada shoe (b) mengencangkan baut
...85
Gambar 4.15 Pemasangan shoe pada bed mesin ... 85
Gambar 4.16 (a) Menentukan posisi TMA (b) Mensetting posisi center die blanking ... 85
Gambar 4.17Penencangan baut penahan shoe ... 85
Gambar 4.18Setting punch blanking jadi ... 85
Gambar 4.19Memastikan penyetingan sudah selesai ... 85
Gambar 4.20Sketsa punch drawing ... 85
Gambar 4.21 Sketsa die drawing ... 85
Gambar 4.22 Foto hasil pengujian menggunakan material aluminium 0,3 mm ... 85
Gambar 4.23 Foto hasil pengujian menggunakan material stainless steel 0,5 mm ... 85
Gambar 4.24 Foto pengujian menggunakan material stainless steel 1 mm ... 85
Gambar 4.25(a) Plat galvalum mengalami sobek (b) Plat galvalum berkerut pada bagian atasnya ... 85
Gambar 4.26 Foto hasil pengujian dengan plat galvalum 1 mm... 85
Gambar 4.24 Foto hasil pengujian menggunakan material galvalum 0,5 mm (pengujian berhasil ... 85
(17)
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Lampiran 1.1 : Tabel Pahat ISO.
Lampiran 1.2 : Tabel Rumus-rumus Perhitungan Diameter Blank D untuk shell silindris.
Lampiran 1.3 : Tabel Design Dimension of Screw Threads, Bolt, and Nuts According to IS : 4218.
Lampiran 1.4 : Skema Gerak Langkah Pada Punch-Dies.
LAMPIRAN 2 Gambar Kerja
(18)
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Di dalam dunia industri, terutama dalam industri rumah tangga, banyak
sekali kita jumpai alat-alat atau perkakas yang digerakkan oleh mesin press, baik
yang ukurannya kecil maupun yang berukuran besar. Kerja mesin perkakas
berdasarkan jenis kerjanya terdiri dari berbagai cara seperti ditekan, ditarik,
dipotong, dibengkokkan atau ditekuk menjadi suatu profil atau bentuk tertentu.
Sedangkan benda kerja ataupun material yang diproses bisa berupa lembaran plat
(sheet metal), bentuk profil, pipa-pipa logam dan lain-lain.
Untuk proses pengerjaan semacam ini kita mengenalnya dengan istilah
proses Press Working, yaitu segala proses pengerjaan logam yang menggunakan
mesin-mesin press sebagai alat bantu utamanya, yaitu sebagai penggerak atau
pemberi gaya.
Dalam press working dikenal beberapa macam pengerjaan, tergantung
dari perlakuan gaya-gaya itu terhadap material yang dikerjakan. Misalnya dari
material atau bahan sheet metal orang bisa memotong secara menggunting,
menekuk atau membengkokkan, membentuk menjadi benda berongga tiga
dimensi, dan lain-lain. Jadi secara garis besar ada jenis pengerjaan shearing,
bending, dan forming atau deep drawing. Dalam pengerjaan yang akan dibuat
adalah proses press working perancangan dan pembuatan dies avor wastafel.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam Proyek Akhir ini adalah bagaimana
perencanaan dan pembuatan Dies Avor Wastafel.
(19)
commit to user
1.3 Batasan Masalah
Bedasarkan rumusan masalah di atas dan agar tidak terjadi kesalahan
dalam pemahaman laporan ini, maka perlu adanya pembatasan masalah. Sebagai
batasan masalah dalam penyusunan laporan ini adalah :
a.
Prinsip kerja mesin punch untuk pembuatan avor wastafel.
b.
Perancangan dies dan komponen lainnya.
c.
Perawatan mesin punch.
d.
Estimasi biaya.
1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan laporan Proyek Akhir ini antara
lain :
a.
Mampu merancang dan membuat dies mesin punch yang berteknologi tepat
guna. Hal ini meliputi perencanaan, perhitungan dan pemilihan bahan yang
digunakan.
b.
Mengetahui prinsip kerja mesin punch.
1.5 Manfaat Proyek Akhir
Adapun manfaat dari pengerjaan Proyek Akhir ini adalah sebagai berikut :
a.
Sebagai salah satu syarat kelulusan studi DIII Teknik Mesin Produksi
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b.
Sebagai sarana pengembangan dan penerapan aplikasi keilmuan yang telah
didapat dibangku kuliah.
c.
Sebagai sarana uji coba kemampuan dan keterampilan dengan
mengembangkan gagasan inovatif dalam proses perancangan suatu alat.
1.6 Metodologi
Metode yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul dari
(20)
commit to user
1.
Pengumpulan data dan informasi
a.
Studi pustaka
Metode yang dilakukan dengan cara mencari buku referensi yang dapat
menunjang dalam pembuatan dies avor wastafel mesin punch.
b.
Observasi
Metode yang dilakukan dengan cara mencari petunjuk mengenai mesin punch
melalui kunjungan langsung ketempat dimana terdapat mesin punch seperti di
bengkel Kartasura.
c.
Wawancara
Melakukan wawancara dengan teknisi serta orang-orang yang mengetahui
tentang mesin punch.
d.
Bimbingan
Pelaksaan bimbingan dilakukan dengan dosen pembimbing Proyek Akhir yang
memberikan pengarahan dalam proses pengerjaan dan pembuatan laporan.
2.
Pengolahan data
Dari berbagai data dan informasi yang diperoleh, kemudian data dianalisa dan
diambil kesimpulan.
3.
Pengambilan keputusan
Dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti biaya, waktu
pengerjaan, alat dan mesin yang digunakan. Dari berbagai pilihan alternative,
kemudian dipilih alternative terbaik berdasarkan pertimbangan aspek tersebut.
Setelah pemilihan alternative yang digunakan, baru dilakukan proses
perancangan, pemilihan bahan dan penyusunan proses pengerjaan dan perakitan.
(21)
commit to user
BAB II DASAR TEORI2.1 Pengertian Punching Tool
Punching tool adalah alat bantu yang dibuat dengan tujuan khusus seperti memotong dan membentuk pelat-pelat logam dengan menggunakan punch sebagai alat penekan.
Alat bantu yang dibuat adalah sebuah punching tool, dimana alat tersebut berfungsi untuk memotong (cutting) dan membentuk (forming) yang merupakan proses-proses yang terjadi pada punch tool.
Pertimbangan penggunaan Punching Tool, sebagai berikut : a. Untuk menghasilkan produk dalam jumlah banyak (massal). b. Menjamin keseragaman bentuk dan ukuran produk agar tetap sama. c. Operator yang mengerjakannya tidak harus orang yang berpengalaman.
d. Meminimalisasi kegagalan produk hanya memerlukan satu jenis mesin saja,yaitu mesin punching.
e. Penghematan biaya operasional yang terlibat. f. Produktivitas dan efisiensi tinggi.
2.2 Jenis-jenis Punching Tool
Secara garis besar sebuah puncing tool dapat dibedakan menjadi dua bagian,yaitu Cutting tool dan Forming tool.
2.2.1 Cutting tool a. Operasi pemotongan
Pada setiap pemotongan benda kerja, akan selalu tampak adanya kesamaan prinsip yang harus dicermati bersama. Pada pengerjaan pemotongan kawat, batangan baja, baja profil, ataupun sheet metal, pasti terdapat sepasang gaya yang dipergunakan untuk memotongnya. Besar gaya itu bekerja secara bersama-sama, berlawan arah dengan jarak yang relatif kecil. Karena gayanya berlawanan arah dan berjarak kecil, maka gaya
(22)
commit to user
tersebut disebut dengan gaya geser, dan material yang dipotong akan terbentuk sebuah area yang disebut dengan “daerah pergeseran“.
Pada kenyataan dilapangan, gaya-gaya ini akan diberikan oleh sisi potong yang tajam dari alat potong bagian atas dan bagian bawah alat potong yang lain. Sedangkan jarak antara dua gaya tersebut adalah clearance yang harus ditentukan. Untuk perkakas punching tool maka gaya-gaya tersebut diberikan oleh sisi yang tajam dari punch maupun diesnya. Gaya yang diberikan ini akan menciptakan tegangan geser pada daerah pergeseran, dan apabila tegangan geser melebihi besarnya kekuatan geser dari material atau batas gesernya, maka terjadilah pemotongan tersebut.
Untuk proses pemotongan pada cutting tool dilakukan oleh punch dan dies, salah satu dari alat potong tersebut diam dan yang lainnya bergerak searah dan tegak lurus dengan alat potong lainnya.
Pada tool yang dibuat, jenis pemotongan yang digunakan yaitu proses blanking. Blanking adalah jenis proses pemotongan dengan cara menekan benda kerja hingga melewati batas elastis dari material tersebut.
Hal-hal yang terjadi selama proses pemotongan berlangsung antara lain : a. Pemotongan terjadi pada saat sisi potong bagian dalam (punch) menekan
material hingga tembus ke sisi potong lainnya (dies). Punch mulai menekan material, tetapi dalam tahap ini material ditekan dibawah batas elastisitas dari material itu sendiri.
Gambar. 2.1. Punch mulai menekan material
PRESURE
radius
radius Penetrasion Stars
(23)
commit to user
b. Penetrasi lebih lanjut memberikan tekanan yang dapat melebihi batas elastisitas dari material yang ditekan (deformasi permanen dapat terbentuk apabila punch ditarik) radius dan deformasi dari material mulai terbentuk, proses penetrasinya selesai dan batas kekuatan tariknya kurang lebih sudah tercapai.
Gambar. 2.2.Penekanan lanjut
c. Keretakan-keretakan pada material mulai terjadi akibat adanya penekanan dari kedua sisi potong (punch dan dies).
Gambar. 2.3.Keretakan yang terjadi pada kedua sisi potong
d. Keretakan-keratakan pada material saling bertemu sehingga proses pemotongan terjadi terhadap material. Pencatatan tingkatan dapat dilakukan dari deformasi permanen yang terjadi pada burr material. Pada proses blanking terdapat pada sisi dies, sedangkan untuk proses pierching terdapat pada sisi punch.
Gambar. 2.4. Pemotongan terjadi pada kedua sisi Penetrasion complete
(24)
commit to user
b. Cutting clearanceSeperti diketahui, bahwa jarak antara dua gaya yang berlawanan yang ditimbulkan sisi-sisi tajam dari punch dan dies adalah clearance yang harus ditentukan, maka dengan demikian ukuran dari punch maupun dies merupakan besaran yang perlu diketahui. Selisih ukuran antara punch dan dies ini disebut dengan alloawance sedangkan yang dimaksud dengan clearance adalah selisih ukuran yang bersarnya diukur hanya pada satu sisi saja. Dengan kata lain sama dengan setengah dari besar allowance. Disamping itu besarnya clearance juga menentukan besarnya gaya potong yang diberikan.
Pada umumnya clearance per side dinyatakan dalam satuan prosentase (%) dari ketebalan material yang akan dipotong. Normalnya berkisar antara 2 % sampai dengan 8 % tergantung kekuatan dan ketebalan dari materialnya.
Berikut adalah rekomendasi umum tentang clearance (% 7 reside) : a. Mildsteel yang memiliki tegangan geser sampai dengan 25 Kg/mm : 2%
-3% tebalnya.
b. Mildsteel yang tegangan gesernya 25 – 40 Kg/mm : 3% - 5% tebalnya. c. Steel yang tegangan gesernya 40 – 80 Kg/mm : 5% - 9% tebalnya. d. Alumunium, kuningan, tembaga : 2% - 4% tebalnya.
(25)
commit to user
(26)
commit to user
2.2.2 PenetrasiPanjang langkah punch yang menyebabkan terpotongnya plat atau material dinamakan penetrasi. Pada dasarnya adalah panjang dari bagian yang terbentuk radius dengan bagian yang berbentuk lurus yang mengkilap pada permukaan potong. Besarnya penetrasi ini dinyatakan dengan prosentasi dari material yang akan dipotong. Jadi hal ini sering dipakai sebagai patokan atau dasar untuk menentukan panjang penekanan pada beberapa jenis material. Semakin keras materialnya, maka akan semakin berkurang panjang penetrasinya.
Berikut ini ditunjukan beberapa besarnya penetrasi dari jenis material dalam satuan prosen (%)
Tabel. 2.1. besarnya penetrasi dari jenis material dalam satuan prosen(%) Sumber : punching tool 1, ATMI Surakarta
Jenis Material Panjang Penetrasi (%)
Lead ( timah hitam ) 50
Tin ( timah putih ) 40
Aluminium 60
Zink ( seng ) 50
Copper ( tembaga ) 55
Brass ( kuningan ) 50
Bronze ( tembaga merah/perunggu ) 25
Baja 0,1 C ( baja karbon 0,1 ) 50 setelah di anneal 38 pengerjaan roll dingin
Baja 0,2 C 40 setelah di anneal
28 pengerjaan roll dingin
Baja 0,3 C 33 setelah di anneal
22 pengerjaan roll dingin
Baja silicon 30
Nikel 55
Meskipun pada kenyataanya material sudah terpotong pada saat langkah punch sejauh penetrasinya, tidak boleh memasang atau seting puncing tool dengan hanya memasukan panjang langkah punchnya sejauh itu. Terlebih dahulu memasukan punch jauh kedalam diesnya sehingga kurang lebih 3-4 kali tebal material, sehingga betul-betul yakin kalau material didorong keluar
(27)
commit to user
dari diesnya. Sebab apabila tidak demikian, ada bahaya bahwa material akan tertahan dan menumpuk didalam dies. Akibatnya akan fatal karena kemungkinan dies atau punch akan patah.
2.2.3 Burr
Burr adalah akibat dari patahan yang ditimbulkan oleh proses potong. Keberadaan burr ini sering tidak diinginkan dalam batas terlalu tinggi atau besarnya tidak bisa ditolerir. Burr ini akan semakin besar apabila sisi potong dari punch atau diesnya semakin tumpul. Untuk jenis material yang lunak juga sering membuat burr yang besar. Namun demikian untuk mendapatkan potongan dengan burr yang besarnya kurang dari 0,02 mm sangatlah sukar, walaupun dengan sisi potong yang sangat tajam.
Pengaruh lainya yang mengakibatkan terjadinya burr ini adalah clearance yang terlalu besar.jadi perlu dicermati dalam memberikan ukuran punch dan dies dari suatu pasangan punching tool. Terjadinya burr pada material potongan atau blank diakibatkan oleh tumpulnya sisi potong punch, sedangkan burr yang terjadi pada material yang terpotong atau stripnya diakibatkan oleh sisi potong dies yang tumpul. Burr inilah yang sering membahayakan jari tangan dalam pengerjaan pelat.
2.2.4 Pengaruh clearance terhadap pemotongan
Besarnya clearance akan mempengaruhi proses dan hasil pemotonganya, seperti misalnya :
a. Besarnya gaya potong yang dipakai ( force ), semakin kecil clearance yang dipilih akan mempengaruhi besarnya gaya potong yang diperlukan. b. Umur pakai dari punch dan dies ( life time ), akan semakin pendek
apabila semakin kecil clearance yang dipilih.
c. Permukaan hasil pemotongan ( surface finish ) akan semakin baik apabila clearance yang dipakai kecil.
(28)
commit to user
2.2.5 Secondary shearKualitas dari hasil pemotongan sangatlah ditentukan oleh besarnya clearance antara punch dan dies yang dipilih. Apabila clearance yang dipilih tepat atau sesuai, maka kualitas hasil pemotongan akan bagus, apabila terlalu besar akan terbentuk burr yang mengganggu karena terlalu tinggi, sedangkan apabila dipilih terlalu kecil juga tidak akan sempurna.
Yang dimaksud secondary shear adalah robekan pada material yang tidak diinginkan, yang terjadi karena pemilihan clearance yang terlalu kecil, biasanya kalau dipilih clearance antara 3% sampai 5% dari tebal material.
Hal ini terjadi kareana robekan yang diakibatkan oleh sisi tajam punch dan dies tidak saling bertemu satu sama yang lain dengan sempurna, sehingga permukaan potongnya tidak halus rata. Dengan adanya robekan yang tidak diinginkan ini, maka hasil permukaan potongnya tidak halus, sehingga diperlukan lagi pemotongan agar permukaan potongnya sempurna, dengan demikian ukuran yang dikehendaki akan menjadi berkurang.
Jika clearance yang dipilih terlalu besar, permukaan potongnya akan berbentuk radius yang sangat ekstrim. Disamping itu akan mengakibatkan terjadi robekan atau secondary shear pada permukaan bagian luar yang berbentuk radius. Di daerah ini batas patah tarik materialnya telah terlampaui. Demikian juga dengan clearance yang terlalu besar dan pada material lunak akan mudah terjadi burr.
Dengan clearace sebesar 36% dari tebal material akan didapat tebal burr yang besarnya kurang dari clearance. Untuk contoh di atas, dalam percobaan menggunakan plat dari baja paduan karbon rendah pengerjaan roll panas. 2.2.6Jenis-jenis cutting tool
Berikut ini merupakan beberapa contoh dari proses cutting tool : a. Blanking
Yaitu proses pemotongan logam plat untuk menghasilkan bentuk tertentu, material yang terpotong merupakan produk yang diinginkan yang disebut blank.
(29)
commit to user
Gambar. 2.6. Blanking b. PierchingYaitu proses pemotongan benda kerja yang merupakan kebalikan dari proses blanking, pada proses pierching bagian yang terlepas merupakan sisa atau scrap.
Gambar. 2.7. Pierching c. Trimming
Yaitu proses pemotongan pada benda kerja sebagai proses akhir dari benda kerja tersebut dimana proses ini diaplikasikan untuk menghilangkan sisa material setelah proses non cutting tool, misal benda hasil proses deep drawing (forming).
(30)
commit to user
d. PartingYaitu proses pemotongan dengan cara membuang bagian diantara kedua komponen scrap yang terdorong oleh punch.
Gambar. 2.9. Parting e. Cropping
Proses cropping merupakan proses pemotongan dari plat asalnya, perbedaannya dengan parting adalah pada cropping tidak menyebabkan sisa pemotongan, kalaupun terjadi sisa hanya terjadi pada awal dan akhir pemotongan saja.
(31)
commit to user
f. LanzingProses ini dikombinasikan antara pemotongan (cutting) dengan pembengkokan (bending) sepanjang garis benda kerja. Pada benda kerja tidak ada logam yang terpotong bebas.
Gambar. 2.11. Lanzing 2.3 Bagian Punching Tool
Bagian-bagian dari sebuah press tool jumlahnya berbeda-beda tergantung dari proses yang dilakukan untuk membuat suatu produk tetapi secara umum ada beberapa komponen utama seperti punch, dies, dies set dll untuk setiap bentuk perkakas tekan, di bawah ini ditunjukkan nama-nama komponen dari perkakas tekan.
(32)
commit to user
Keterangan:1. Bottom plate 2. Top plate 3. Punch holder
4. Dudukan dies blanking 5. Dies blanking
6. Punch blanking dan dies pierching 7. Punch pierching 1 (Ø besar) 8. Punch pierching 2 (Ø kecil) 9. Punch embosing
10.Ejector 11.Poros ejector 12.Pilar
13.Stopper 14.Bush 15.Shank 16.Spring pilar
17.Spring baut embossing 18.Spring baut ejector 19.Baut embossing
2.4 Bentuk Konstruksi Punching Tool 2.4.1 Simple press tool atau blank throught
Simple press tool merupakan bentuk konstruksi perkakas dengan bentuk sederhana yaitu hanya terdapat satu stasion proses pengerjaan dimana punch berada diatas (top plate) dan dies dibawah (bottom plate) contoh bentuk konstruksi simple press tool dapat dilihat pada gambar
(33)
commit to user
Gambar 2.13Simple Press Tool Keuntungan menggunakan simple press tool diantaranya 1. Konstruksi alat sederhana
2. Tidak memerlukan gaya yang besar karena hanya terdapat satu proses pengerjaan.
3. Mudah untuk dibuat dan diasembly
Kerugian menggunakan simple press tool diantaranya 1. Hanya terdapat satu jenis proses pengerjaan
2. Memakan waktu produksi yang lebih lama 2.4.2 Inverted blanking tool
Inverted blanking tool adalah bentuk perkakas tekan yang konstruksinya terbalik bila dibandingkan dengan simple tool dimana dies dipasang pada pelat atas (top plate) dan punch dipasang pada pelat bawah (bottom plate). Konstruksi inverted blanking tool tidak sesederhana seperti pada konstruksi simple press tool pada inverted blanking tool dilengkapi dengan shedder, knock out pin dan knock out plate, bagian-bagian tersebut dipergunakan untuk
shank
punch
Top plate punch shoe
Stripper plate Stock guide
(34)
commit to user
melepaskan komponen atau sisa pelat yang dimungkinkan menempel pada shedder, disamping shedder pada inverted blanking tool juga dilengkapi juga striper yang berfungsi sebagai pengarah plat striper dan pelepas stock yang menempel pada punch bentuk konstruksi inverted blanking tool dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar. 2.14. Blanking Tool
2.4.3Compound press tool
Compound press tool merupakan bentuk konstruksi perkakas yang didalamnya terdapat dua proses pengerjaan dalam satu stasion yang sama dan ditempatkan pada satu sumbu contoh bentuk konstruksi compound press tool dapat dilihat pada gambar.
(35)
commit to user
Gambar. 2.15. Compound Press Tool Keuntungan mengunakan compound press tool diantaranya 1. Produk dapat langsung jadi hanya dengan sekali proses 2. Waktu proses produksi lebih cepat
3. Meningkatkan efisiensi pengunaan bahan pembuat press tool Kerugian menggunakan compound press tool diantaranya 1. konstruksi alat lebih rumit
2. butuh ketelitian yang tinggi 2.4.4 Progressive press tool
Progressive press tool merupakan bentuk konstruksi perkakas yang didalamnya terdapat lebih dari satu proses pengerjaan dengan beberapa stasion yang berbeda contoh bentuk konstruksi progressive press tool dapat dilihat pada gambar
(36)
commit to user
Gambar. 2.16. Progressive Press Tool
2.4.5 Group tool
Group tool merupakan suatu sub unit perkakas tekan dengan penggabungan dua atau lebih proses pengerjaan sehingga dimungkinkan terjadinya proses pemotongan dan pembentukan dalam satu dieset dan tidak dalam satu jalur, bentuk konstruksi group tool dapat dilihat pada gambar.
(37)
commit to user
2.5 Perbandingan Deep Drawing (Ziehverhaeltnis = drawing ratio)
Perbandingan deep drawing dirumuskan secara sederhana sebagai berikut (Sumber : Teori Tentang Deep Drawing Punching Tool 2, ATMI Surakarta : 1990) :
(2.1)
Rumus di atas merupakan rumus untuk model shell yang paling sederhana yaitu shell silindris.
Gambar 2.18. Perbandingan drawing Gambar 2.19. Perbandingan drawing pada first drawing pada second atau next drawing
Sumber : Punching Tool 1, ATMI Surakarta
Untuk keperluan yang lainnya, dikenal istilah lain yang merupakan harga kebalikan dari m yaitu β, sehingga bisa dirumuskan :
(keduanya tanpa satuan) (2.2)
Gambar 2.20. Hubungan kebalikan antara m dan β (diameter shell, d = 100 mm)
(38)
commit to user
Keterangan: m = perbandingan drawing atau drawing ratio,
Α = angka koreksi untuk gaya drawing (FZ)
χA= angka koreksi untuk kerja drawing (W)
2.5.1 Gaya-gaya pada proses deep drawing
Gaya-gaya pada proses deep drawing dirumuskan secara sederhana sebagai berikut (Teori Tentang Deep Drawing Punching Tool 2, ATMI Surakarta : 1990) :
Gaya potong : Fs (cutting force)
Gaya pengendali blank : FB(blanking holding force)
Gaya drawing : Fz (drawing force)
Semua gaya yang ada harus dijumlahkan. Hal ini terutama pada proses drawing dengan mesin press single action.
Ftot = FS + FB + FZ (2.3)
Untuk mesin press double action tidak bisa disamakan dengan di atas, karena gaya drawing Fz dan gaya pengendali blank FB diberikan oleh poros
yang terpisah.
2.5.2 Radius dan kelonggaran drawing (drawing radiendan clearance) Secara umum berlaku pernyataan bahwa radius pada drawing punch tidak boleh lebih kecil dibandingkan dengan radius pada drawing ring (dies). Apabila hal ini tidak diperhatikan, maka pada benda kerja akan terjadi kemuluran pada daerah transisi antara radius dengan bagian dinding shell.
Besarnya radius drawing yang umumnya mencakupi untuk proses drawing yang baik adalah (sumber : Punching Tool 2, ATMI Surakarta) :
rSt= 3…10t ( t : tebal pelat ) (2.4) Pada dasarnya radius yang kecil pada drawing ring akan memberikan hasil dinding shell yang bersih dan rata.
(39)
commit to user
Untuk menentukan besarnya radius drawing die digunakan sebuah persamaan empiris dari Oehler, yaitu (sumber : Punching Tool 2, ATMI Surakarta) :
(2.5) Di mana,
rR = Radius drawing dies
D = Diameterblank (mm)
d1 = Diameter pre drawing shell (mm)
t = Tebal plat atau material (mm)
Pada shell silindris, maka bentuk radius drawing pada dies atau ringnya adalah seragam di seluruh permukaanya, dengan penampang profil transisi yang bagus dari garis, radius, dan kembali ke garis yang menyinggung radius. Sedangkan untuk shell yang bersudut (misalnya kotak), maka radius drawing pada sudut-sudutnya lebih besar dibanding dengan yang ada di bagian bidang lurus.
2.5.3 Drawing clearance
Drawing clearance ( δ ) adalah ruang antara yang besarnya sama dengan setengah dari selisih ukuran diameter drawing dies atau ring ( dR) dengan
diameter drawing punch ( dSt). (Sumber : Punching Tool 2, ATMI Surakarta)
(2.6)
Untuk membuat bentuk shell yang rapi dan bagus, maka drawing clearancenya harus dibuat lebih sempit dan drawing radiusnya lebih kecil.
(40)
commit to user
Gambar 2.21. Drawing clearance pada perkakas drawing Sumber : Punching Tool 2, ATMI Surakarta
Berikut ini adalah tabel harga drawing clearance yang sering dipakai untuk suatu konstruksi perkakas.
Tabel 2.2. Harga Drawing Clearance untuk Suatu Konstruksi Perkakas Deep Drawing
Sumber : Punching Tool 2, ATMI Surakarta
(41)
commit to user
2.5.4 Operasi potong atau pemotonganGaya potong perlu dihitung, hal ini untuk menentukan konstruksi yang akan digunakan, karena ada hubungannya dengan kemampuan tekan yang diberikan oleh mesin press. Perhitungan ini berlaku pula untuk proses yang lain, seperti : proses cutting, shearing, punching, blanking, trimming, dll.
Tenaga atau energi dalam sistem potong ini diperhitungkan untuk menentukan besarnya ukuran mesin press yang akan dipergunakan, yang berhubungan dengan kemampuan tekan yang diberikan.
Gaya stripper harus diperhitungkan, sehingga dapat menentukan konstruksi lebih lanjut, seperti menentukan jenis stripper plate yang akan digunakan dan berhubungan dengan jumlah pegas dan ukuran yang akan dipakai. Besarnya gaya stripper ini di samping ditentukan oleh tebal material juga sangat tergantung dari ketajaman sisi potong yang dipergunakan. Apabila sisi potongnya tumpul, maka gaya stripper akan menjadi lebih besar.
2.6 RumusGaya Perencanaan Pada Perancangan PressTool
Dalam perancangan perkakas tekan (press tool) ini diperlukan dasar-dasar perhitungan yang menggunakan teori dan rumus-rumus tertentu sebagai dasar menentukan gaya-gaya yang bekerja pada proses pemotongan dan pembentukan.
2.6.1 Gaya forming (deep drawing)
Di dalam pembuatan avor wastafle, digunakan mesin press single action sehingga pada proses drawing gaya-gaya yang bekerja, yaitu :
a. Gaya pengendali blank ( FB )
b. Gaya drawing ( FZ )
Jadi, jumlah gaya yang diperlukan ( FTotal ) pada proses drawing adalah
(sumber : Punching Tool 2, ATMI Surakarta) :
FTotal = FB + FZ (2.7)
a. Gaya pengendali blank ( FB )
(42)
commit to user
Di mana,FB = gaya pengendali blank (N)
AB = luas penampang blank (mm2)
Ap = luas penampang shell/punch (mm2)
A = luas bagian yang dikendalikan/ dipegang oleh holding plate/ pressure pad (mm2)
p = tekanan bidang (N/mm2)
Untuk shell yang berbentuk silindris bisa dihitung dengan rumus : FB = . ( – ) . p (2.9)
Harga tekanan p ini besarnya tergantung dari kualitas dan tebal material yang dikerjakan. Menurut Schuler : L. Schuler AG : Handbuch fuer die spanlose Formgebung maka besarnya adalah
(2.10) Di mana,
d = diameter setelah deep drawing (mm)
β = 1/m =kebalikan dari deep drawing ratio t = tebal pelat atau material (mm)
B = tegangan tarik material (N/mm2)
Material tipispun masih memerlukan adanya tekanan atau gaya pengendali blank yang besar. Maka untuk benda-benda kerja berpenampang besar lebih baik menggunakan mesin press double action.
Besarnya gaya pengendali blank ini dapat ditentukan dengan membandingkannya dengan gaya drawing. Apabila harga perbandingannya diketahui, maka bisa dihitung, misalnya :
Untuk pelat di bawah 0,5 mm FB 0,4 Fz
(43)
commit to user
Dari 1,1 mm ke atas FB 0,25 Fz
Namun sebaiknya memakai cara dengan rumus tekanan bidang ( p ) di atas karena lebih aman.
b. Gaya Drawing ( FZ )
Gaya ini mirip dengan gaya potong, besarnya tergantung dari tebal pelat dan kelilingnya. Hanya harus diperhitungkan adanya angka koreksi ( α ) yang besarnya tergantung dari drawing ratio.
Fz = U . t . B. α (2.11)
Di mana,
FZ = Gaya drawing (N)
U = Keliling benda kerja atau shell (mm) t = Tebal pelat atau material (mm)
= Tegangan tarik material (N/mm2)
α = Angka koreksi
Untuk shell silindris (round shell) maka rumus di atas dapat disederhanakan menjadi :
Fz = π. d . t . B. α (2.12)
Di mana,
Fz = Gaya drawing (N)
d = diameter shell (mm)
t = Tebal pelat/ material (mm)
B =Tegangan tarik material (N/mm)
α = angka koreksi
(44)
commit to user
2.6.2 Kerja drawing ( W )Kemampuan kerja dari mesin press untuk membuat suatu bentukan shell tertentu pada proses deep drawing, tentu akan diambilkan dari daya atau tenaga yang dipunyai oleh mesin press. Oleh karena itu kemampuan kerja dari mesin itu harus lebih besar daripada kerja dari proses deep drawing yang ada (terhitung). Mesin press dengan gaya yang sama bisa jadi mempunyai kapasitas kerja yang berlainan. Berarti gaya drawing (drawing force) saja bukanlah merupakan satu-satunya faktor penentu untuk memilih besarnya kapasitas mesin yang akan digunakan.
Kerja yang dilakukan untuk suatu proses deep drawing dapat dihitung dengan rumus (sumber : Punching Tool 2, ATMI Surakarta):
Wd = XA .FZ .h (2.13)
Ws = [ (XA . FZ) + FB ] . h (2.14)
Di mana,
Wd = kerja drawing dengan mesin double action (Nm) Ws = kerja drawing dengan mesin single action (Nm)
XA = angka koreksi untuk kerja drawing, besarnya tergantung dari drawing ratio m atau β
FZ = gaya drawing (N)
FB = gaya pengendali blank (N)
h = tinggi shell (m)
Untuk shell dengan radius di bagian dasar, maka h diganti dengan hZ yang harganya lebih kecil, terutama jika radiusnya cukup besar.
(45)
commit to user
a) Gambar 2.22. Pengaruh radius bagian alas pada kerja ( W )
Sumber : Punching Tool 1, ATMI Surakarta
h
Z= h
1 +0,5 r
Str
St =radius
punch
h
Z =h – 1/3 h
Wh
W =tinggi tonjolan
shell
2.6.3
Gaya
blanking
Untuk menentukan gaya
blanking
ini dapat diketahui dengan
menggunakan rumus
(sumber : Punching Tool 1, ATMI Surakarta)
:
FB = U .t . .
(2.15)
Di mana,
FB
=
Gaya
blanking
(N)
U
= Keliling pemotongan (mm)
t
= Tebal plat atau material (mm)
= Tegangan geser material (N/mm
2)
2.6.4
Gaya
pierching
Untuk menentukan gaya
pierching
ini dapat diketahui dengan
(46)
commit to user
F
P= U .t .
(
2.1
6)
Di mana,
F
P=
Gaya
Pierching
(N)
U
= Keliling Pemotongan (mm)
t
= Tebal Pelat atau material (mm)
= Tegangan Geser Material (N/mm
2)
2.6.5
Gaya pegas
stripper
Untuk menghitung kekuatan pegas
stripper
dapat menggunakan rumus
sebagai berikut
(sumber : Punching Tool 1, ATMI Surakarta)
:
(2.17)
Di mana,
F
spr=
Gaya yang diperoleh pegas (N)
G
= Modulus puntir (N/mm
2)
d
= Diameter kawat pegas (mm)
D
m=
Diameter
pitch
pegas (mm)
f
= Panjang penekanan pegas (mm)
i
f= Jumlah lilitan efektif
,
L
0= panjang pegas dalam keadaan tanpa beban
p = pitch pegas
(47)
commit to user
2.6.6
Gaya
buckling
Batang
punch
yang ramping atau berdiameter kecil cenderung untuk
melengkung dan akibatnya akan timbul momen. Gejala seperti ini disebut
buckling
. Besar gaya
buckling
menurut rumus
euler
sebagai berikut :
(2.18)
Di mana,
Fk
=
Gaya
Buckling
(N)
E =
Modulus Elastisitas
(N/mm²)
I =
Momen
Inersia
(mm
4)
s =
Panjang
Punch
(mm)
Gaya
buckling
dapat juga dicari berdasarkan kerampingannya, yaitu :
λ
≥λ
0 Digunakan untuk rumus
euler
λ
<
λ
o Digunakan untuk rumus
tetmejer
λ
=
i =
A I(2.19)
Dimana,
S
= Panjang Batang (mm)
A
= Luas penampang (mm²)
i =
jari-
jari
girasi
λ
=
kerampingan
(48)
commit to user
Apabila menggunakan rumus
tetmejer
maka rumusnya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3. Harga Elastisitas pada rumus Tetmejer
Sumber : Punching Tool 1, ATMI Surakarta
Bahan
E( N /mm²)
λ
0 Rumus
tetmejer
ST 37
215.000
105
δ
B = 310 – 1,14
λ
ST 50 dan ST 60
215.000
89
δ
B = 335 – 0,6
λ
Besi tuang
100.000
80
δ
B = 776 - 12
λ
+
0,053
λ
2.6.7
Perhitungan titik berat gaya
Rumus yang digunakan adalah
(sumber : Punching Tool 2, ATMI
Surakarta)
:
F
xi
F
X
Σ
Σ
=
.
(2.20)
F
yi
F
Y
Σ
Σ
=
.
(2.21)
Di mana,
X
= Titik berat terhadap sumbu x
Y
= Titik berat terhadap sumbu y
xi
= Titik berat ke-i terhadap sumbu x
yi
= Titik berat ke-i terhadap sumbu y
Σ
F
= Gaya proses pada satu bidang (N)
(49)
commit to user
2.6.8
Ukuran
punch
dan
dies
Di dalam menentukan ukuran
punch
maupun
dies
dari suatu proses
pengerjaan potong, harus diketahui terlebih dahulu apakah termasuk
pemotongan
pierching
atau
blanking
. Karena keduanya memiliki
kekhususannya sendiri-sendiri. Ukuran
punch
dan
dies
nya disimbolkan dengan
d1 dan d2 untuk proses
pierching
, serta D1
dan D2 untuk proses
blanking
.
Sedangkan untuk besaran
springback
nya kita tulis dengan f.
Spring back
merupakan kecenderungan material kembali ke posisi semula seperti sebelum
mendapatkan suatu gaya. Besarnya
spring back
berbeda-beda, tergantung jenis
material dan tebalnya.
Untuk proses
pierching
, ukuran
punch
akan dipakai sebagai patokan dan
ukuran
dies
nya menyesuaikan. Setelah
pierching punch
lepas dari jepitan
material, maka diameter atau ukuran lubang yang terjadi akan menyusut atau
bertambah kecil dibanding ukuran
punch
nya. Maka ukuran
punch
tersebut perlu
ditambah dengan besarnya
spring back
dari materialnya, supaya ukuran
lubangnya akan menjadi seperti ukuran yang diharapkan.
Sedangkan untuk proses
blanking
, sebaliknya ukuran
dies
dipakai sebagai
patokan dan ukuran
punch
nya menyesuaikan. Produk yang keluar dari dalam
dies
dan terlepas dari jepitannya akan menjadi lebih besar dibanding dengan
ukuran lubang
dies
nya, juga karena adanya
spring back
tadi. Untuk menjadikan
ukuran produk sama dengan yang diharapkan, maka ukuran
dies
nya dibuat
lebih kecil dari pada ukuran benda kerja.
Jadi bisa dirumuskan sebagai berikut
(sumber : Punching Tool 1, ATMI
Surakarta)
:
a.
Pierching
Punch
:
d
1= d + f
(2.22)
(50)
commit to user
b.
Blanking
Punch
:
D
1= D – f – 2s
(2.24)
Die
: D
2= D – f
(2.25)
Di sini harga 2s adalah besarnya
double clearance
atau
allowance
dari
kedua pasangan
punch
dan
dies
tersebut, karena selalu berlaku rumus
d
2– d
1=
2s
atau
D
2– D
1= 2s
yang juga disebut dengan menyesuaikan.
Berikut ini tabel besarnya
spring back
dan
clearance
yang sering
dipergunakan,
Tabel 2.4. Besarnya spring back dan clearance
Sumber punching tool 1, ATMI Surakarta
a.
Panjang
punch
maksimum
Dalam mencari panjang
punch
maksimum dipakai
punch
yang memiliki
diameter terkecil atau yang paling kritis.(sumber : Rancang Bangun Perkakas
Tekan Pembuat Gasket Cylinder Head Untuk Sepeda Motor Yamaha
F1ZR,Taufik Rahman dan Papi Pahroji, Politeknik Negeri Bandung : 2007)
(2.26)
Di mana,
Lmax =
Panjang
Punch
maksimum (mm)
(51)
commit to user
I =
Momen
Inersia
bahan (mm
4)
g= Tegangan Geser (N/mm
2)
S
= Tebal material (mm)
K
= Keliling Pemotongan (mm)
b.
Tebal
dies
Rumus
Empiris
mencari tebal plat untuk mencari tebal
dies
berdasarkan
gaya total yang di butuhkan untuk perencanaan
press tool
adalah :
(2.27)
Di mana,
H =
Tebal
dies
(mm)
g
= Gravitasi bumi (9,81 m/det
2)
F
tot= Gaya total (N)
c.
Clearance punch
dan
dies
Setiap operasi pemotongan yang dilakukan
punch
dan
dies
selalu ada
nilai kelonggaran
(clearance)
yang diambil.
Untuk tebal pelat (s)
≤
3 mm,
(2.28)
Di mana,
U
s= Kelonggaran tiap sisi (mm)
C
= Faktor kerja (0,005 ÷ 0,025)
S
= Tebal pelat (mm)
(52)
commit to user
35 BAB IIIPERENCANAAN DAN PERANCANGAN
3.1 Perencanaan Pembuatan Perkakas Punching Tool
Untuk merencanakan sebuah perkakas punching tool, kita harus mengetahui dan memperhatikan beberapa ketentuan, diantaranya :
a. Produk yang dikehendaki.
Untuk mengetahui produk yang akan dibuat bisa berupa contoh produk yang sudah jadi maupun rancangan produk dalam gambar atau sketsa. Hal ini dilakukan untuk melihat garis besar atas dies yang akan dibuat dengan mempertimbangkan ukuran yang ada secara umum.
b. Jumlah produk yang dikerjakan.
Dalam punch perlu untuk mengetahui berapa banyak produk yang akan dikerjakan. Hal ini berpengaruh terhadap pemilihan perkakas punch yang akan dipakai dan kualitas perkakas punching tool yang akan dipilih, yang nantinya mempengaruhi umur pakai perkakas punch (terutama pada bagian dies).
c. Jenis material produksi.
Jenis material yang digunakan sebagai material produk nantinya juga akan mempengaruhi jenis material perkakas punch yang akan digunakan terutama punch dan dies. Jenis material ini termasuk juga tebal plat material produk. Jenis material juga digunakan untuk menghitung clearance antara punch dan dies untuk menghasilkan pemotongan yang baik.
d. Tipe atau kapasitas mesin press yang akan digunakan.
Mesin punching tool yang digunakan memiliki kapasitas 5 ton. Maka material yang digunakan harus menyesuaikan dengan kapasitas mesin yang ada. Hal ini dimaksudkan agar benda yang akan dibuat mampu dikerjakan oleh mesin puncing tool.
(53)
commit to user
Keempat ketentuan tersebut di atas merupakan dasar untuk merencanakan sebuah perkakas punching tool, sehingga kita dapat menentukan lebih lanjut bagaimana perkakas itu nantinya akan dibuat.
Di samping keempat faktor tersebut di atas, sangat perlu diperhatikan tiga hal berikut ini :
1. Murah : tidak terlalu banyak komponen yang diperlukan.
2. Kuat : secara menyeluruh, dies harus kuat atau kokoh, demikian juga masing - masing komponennya.
3. Praktis : jika suatu saat diperlukan perawatan maupun perbaikan, misalnya pengasahan terhadap punch, dies atau komponen yang lain, tidak perlu banyak membongkar komponen yang lain.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sebuah press tool adalah menentukan langkah-langkah perencanaan pembuatan, hal ini dimaksud agar dalam mengerjakan komponen-komponennya bisa secara terpadu, sehingga dalam merakitnya kemudian tidak banyak mengalami kesulitan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah :
1. Membuat lay-out scrap strip (jika dibutuhkan) 2. Memilih jenis die
3. Konstruksi punch, punch plate 4. Pemilihan jenis stripper plate
5. Penggunaan pilot, dowel pin, fastener 6. Konstruksi die, bottom shoe
7. Menggambar rancangan
3.2 Langkah-Langkah Pembuatan Perkakas Press Tool
Secara garis besar, langkah-langkah perencanaan pembuatan perkakas press tool ini dinyatakan dalam suatu bentuk diagram alir sebagai berikut :
(54)
commit to user
Pembuatan dan Perakitan
Pembuatan dan perakitan
sesuai ?
Mengetahui kapasitas mesin yang akan dipakai
Menentukan produk yang akan dibuat dengan mesin tersebut (material, dimensi, dan tebal plat yang digunakan)
Menentukan jenis kerja yang akan dilakukan untuk memproduksi produk (Deep drawing,
Pierching, dan Trimming)
Menghitung gaya-gaya yang bekerja pada perkakas press tool
Menentukan jenis
press tool yang akan dibuat
Berdasarkan kapasitas mesin dan perhitungan gaya
Menghitung dimensi
punchdan dies
Membuat gambar rancangan
punchdan dies
Pengujian dan hasil yang diperoleh
Penarikan Kesimpulan
Gambar 3.1. Diagram Alir Pembuatan Perkakas Press Tool
Mulai
Selesai Tidak
Ya
(55)
commit to user
3.3 Perancangan Dan Pembuatan Perkakas Press Tool
3.3.1 Pemilihan produk material benda kerja (avor washtafel)
Alasan pemilihan produk (avor washtafel) dikarenakan pertimbangan beberapa hal berikut ini :
a. Dari kapasitas mesin press atau punch yang ada di laboratorium proses produksi, kapasitas mesin 5 ton dan kapasitas tersebut tidak memungkinkan untuk pembuatan produk yang rumit, maka dari itu dipilih produk avor washtafel karena bentuknya yang sederhana.
b. Untuk produk yang akan diproduksi yaitu avor washtafel, produk ini merupakan penyaring pada saluran washtafel yang biasa terdapat pada bak mandi ataupun tempat cuci piring. Pemilihan produk ini didasarkan pada pembebanan mesin yang ada, pengaruh ketebalan terhadap produk, dan bahan produk.
c. Pada produk aslinya avor washtafel terbuat dari plat stainless steel. Tetapi karena gaya pembebanan pada pembuatan produk ini sangat besar, maka bahan dan ketebalan pelat yang digunakan dapat disesuaikan dengan kapasitas mesin punch yang ada.
Gambar produk :
(56)
commit to user
3.3.2DBer kedalam dilihat p
ata geometri rdasarkan dat m permodelan pada gambar
Ga
Gambar 3.2 i avor washt ta-data yang n numeric, m
berikut ini.
ambar 3.3. A
2. Avor Wast tafel
diperoleh d maka data g
Avor Wastafe
tafel tampak
dari kondisi p geometri dar
el yang akan
k samping
pasar dan me ri avor wash
n diproduksi
embawanya htafel dapat
(57)
commit to user
3.3.3Pemilihan material produk benda kerja (avor washtafel)
Berdasarkan pertimbangan kondisi dan kapasitas mesin yang ada, serta memperhatikan kesamaan kualitas dari produk aslinya maka dipilihlah plat galvalum sebagai material produk benda kerja yang akan digunakan.
Karena ketebalan profil baja ringan sangat tipis (yang beredar di Indonesia berkisar 0,5 sampai 1 mm), bahan baja yang harus dipakai adalah baja mutu tinggi atau biasa disebut High Tension Steel, umumnya (standar) G550, artinya Yield Strength maupun Tension Strength dari baja tersebut minimal 550 MPa. (“minimal” tidak sama dengan “rata-rata” dengan kata lain sewaktu diuji tarik di laboratorium, tension strength-nya tidak boleh kurang dari 550 MPa).
Di Indonesia, lapisan anti karat yang umumnya dipakai adalah lapisan Z (Zinc) yang sering disebut Galvanis (Galvalum) atau lapisan AZ (Aluminum dan Zinc). Masing-masing lapisan punya kelebihan maupun kekurangan sendiri. Banyak orang salah mengerti bahwa bahan Aluminum Zinc lebih baik daripada Zinc (Galvanis), padahal yang menentukan adalah ketebalan lapisan yang dipakai, bukan jenisnya. Untuk mencapai taraf ketahanan yang relatif setara, ketebalan lapisan Zinc yang dipakai harus lebih tebal daripada Aluminum Zinc.
Beberapa keunggulan dari pelat galvalum (galvanis), di antaranya (sumber :www.google.com//suksesmandiriteknik.blog.plasa.com):
1. Tahan terhadap korosi
Komposisi terbaik Zinc dan aluminiumnya mampu memiliki kekuatan empat kali lebih baik dari baja pada kondisi yang sama.
2. Lebih ekonomis
Pelat galvalum sangat ringan, memberikan kekuatan yang kokoh dengan komposisi 55% Aluminium, 43,5% Zinc, dan 1.5% Silikon sebagai pencegah karat dan korosi.
3. Mudah dibentuk
Mudah dibentuk sehingga memberikan banyak kemudahan dalam mendesain aplikasi produk.
(58)
commit to user
4. Penampilan atraktif profilPermukaan pelat galvalum memberikan penampilan dan kekuatan yang berbeda dan mempunyai standart hi-ten G550 termasuk pada baja keras. 5. Lapisan resin
Pelat galvalum memiliki lapisan silikon yang terletak dibagian luar dari galvalum dan berfungsi sebagai proteksi base material (material dasar) apabila adanya pemotongan material. Ini membuat bekas pemotongan pada pelat galvalum tidak mudah berkarat.
6. Tahan terhadap suhu lingkungan
Hasil proses pada suhu permukaan yang mencapai 600°F membuat plat galvalum mampu bertahan terhadap cuaca suhu tinggi tanpa takut akan terjadinya pemudaran warna.
7. Kemampuan memantulkan panas
Plat galvalum memiliki kemampuan tinggi untuk memantulkan panas dan cahaya sehingga ada penurunan panas yang signifikan di dalam ruang bangunan maupun gudang jika dibandingkan dengan produk lain.
Spesifikasi plat galvalum yang dipakai (G550) adalah (sumber :www.google.com//suksesmandiriteknik.blog.plasa.com):
a. Tegangan maksimum : 550 MPa b. Modulus geser : 50.000 MPa c. Modulus elastisitas : 20.000 MPa 3.3.4 Peralatan yang digunakan dalam proses pengujian
Peralatan yang digunakan dalam proses pengujian berupa mesin punch yang memiliki spesifikasi sebagai berikut (sumber : spesifikasi mesin punch):
Name Plate Spesifikasi Mesin Punch.
(59)
commit to user
3.3.5Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan (pengerjaan)
Dalam proses pembuatan press tool ini, harus diketahui kapasitas dan kondisi mesin yang akan digunakan. Adapun mesin yang digunakan dalam pembuatan (pengerjaan) komponen-komponen press tool adalah sebagai berikut :
1. Mesin bubut
Mesin bubut digunakan untuk membentuk profil dari komponen-komponen punch dan dies.
2. Mesin bor
Mesin bor digunakan untuk memperbesar lubang baut (conterbor) sebagai dudukan kepada baut.
3. Mesin gergaji
Mesin gergaji digunakan untuk memotong batang poros atau komponen lainnya yang tidak bisa dipotong menggunakan gerinda pemotong.
4. Gerinda tangan
Gerinda tangan digunakan untuk meratakan permukaan benda kerja hasil proses penyambungan las.
5. Las busur listrik
Las busur listrik digunakan untuk menyambung (menghubungkan) sue (bottom plate) dengan tangkai pemegang atau pengunci, bushing stipper dengan stipper plate, dan mengunci posisi punch pierching. 6. Las asetelin
Las asetelin digunakan untuk memanaskan (heat treatment) komponen-komponen punch dan dies yang akan diproses quenching oil. 3.3.6 Bahan pembuat press tool
Bahan-bahan yang digunakan dan diperlukan dalam pembuatan dan pengerjaan komponen-komponen press tool adalah sebagai berikut : 1. Baja St 60 sebagai penekan (top plate) dan sebagai dudukan bagi
punch (bottom plate).
(60)
commit to user
Sedangkan untuk punch pierching digunakan ; a. B-SPB 8,5-60-T5-H11, sebanyak 3 buah b. B-SPB 6-60-T5-H9, sebanyak 1 buah 3. Baja St 37 sebagai bahan pembuat shank. 4. Pegas tekan (stipper).
5. Baut dan fastener..
3.4 Proses Perhitungan Gaya-Gaya Yang Berpengaruh Pada Proses Pengerjaan
Gaya-gaya yang berpengaruh pada pembuatan produk maupun proses pengerjaan, antara lain :
1. Gaya pembentukan : gaya deep drawing dan gaya pengendali blank.
2. Gaya potong : gaya trimming dan gaya pierching. 3.4.1 Perhitungan gaya pembentukan
a. Gaya deep drawing (FZ)
Fz = U . t . B . α
Diketahui : galvalum = 550 N/mm2
= 56,065 kg/mm2 = 56 kg/mm2
Mencari diameter blank (D) shell silindris untuk menentukan angka koreksi (α ), maka (sumber : punching tool 1, ATMI Surakarta) :
Di mana, D = diameter awal sebelum drawing (mm) d1 = diameter sisi bawah drawing (mm)
dx = diameter tengah drawing (mm)
d2 = diameter sisi atas drawing (mm)
d3 = diameter setelah drawing (mm)
a = sisi miring produk (mm) D = d12 + 4.dx.a + (d32-d22)
(61)
commit to user
Mencari diameter tengah drawing (dx) ;dx=
dx=
= 38, 35 mm
Mencari sisi miring produk (a) ;
= 12,3 mm
Sehingga besarnya diameter blank (D) untuk shell silindris, yaitu : D = 35,72 mm2 + 4.38,35 mm . 12,3 mm + (61,72-412)
= 1274,49 mm2 + 1886,82 mm2 + 2125,89 mm2 = 5287,2 mm2
=72,71 mm = 73 mm
Mencari drawing ratio (m) ;
Di mana, D = diameter awal sebelum drawing (mm) dx = diameter tengah drawing (mm) m = deep drawing ratio
m = , = 0,525
a= 122 + 41 mm – 35,7 mm 2 2 41 mm + 35,7 mm
2
dx D m =
d2 + d1 2
(62)
commit to user
Dari nilai m yang diperoleh, maka dapat ditentukan nilai α berdasarkan grafik hubungan antara m (drawing ratio), β, dan α. Dalam grafik dibawah ini nilai m = 0,525 tidak ada, maka dipakai nilai m = 0,5 sehingga diperoleh α = 1
Grafik hubungan antara m (drawing ratio), β, dan α Sumber : Punching Tool 2, ATMI Surakarta
Maka,FZ = U . t . B . α
= π . dx .t . B . α
= 3,14 . 38,35 mm . 0,5 mm . 56 kg/mm2 = 3371,732 kg
b. Gaya pengendali blank atau blank holding force (FB) (sumber :
punching tool 2, ATMI Surakarta)
Di mana, FB = Gaya Pengendali Blank (kg)
A = luasan drawing (mm2) p = tekanan bidang (kg/mm2)
D = diameter awal sebelum drawing (mm) dx = Diameter Tengah Drawing (mm)
(63)
commit to user
Mencari harga p;Di mana, d = diameter setelah deep drawing (mm)
β = 1/m = kebalikan deep drawing ratio t = tebal plat/ material (mm)
= tegangan tarik material (kg/mm2)
β = 1/m = 1/0,525 = 1,9
d = D/β
= 73 mm/1,9 = 38,42 mm
sehingga,
p
= 0,0025 . 1,1942 . 56 kg/mm2p
= 0,167 kg/mm2Maka, FB = A . p
= π/4 . (D2 – dx2) .p
= π/4 . (732 – 38,352) mm2 . 0,167 kg/mm2 = 505,8 kg
c. Mencari total gaya pembentukan
Jadi, FDD = Ftotal
= FZ + FB
= 3371,732 kg + 505,8 kg = 3877,532 kg
= 3,877532 ton = 3,9 ton
Kesimpulan : mampu dikerjakan mesin FDD = FZ + FB
p = 0,0025 . (β – 1) . galvalum steel 2
+ 0,5 . d 100 . t
p =
0,0025.
(1,9 – 1)2 . 56kg/mm2(64)
commit to user
d. Kerja drawing (mesin single action) (sumber : punching tool 2, ATMI Surakarta)
Di mana, XA = 0,8 (berdasarkan nilai m = 0.525)
Maka, WS = [ (0,8 . 3371,732 kg) + 505,8 kg ] . 12 mm
= 38438,23 kg.mm = 38,438 ton.mm 3.4.2 Perhitungan gaya potong
1. Gaya blanking
Di mana, FT = Gaya blanking (kg)
U = Keliling pemotongan (mm) t = Tebal plat (mm)
= Tegangan geser material (kg/mm2)
Diketahui : galvalum = 550 N/mm2
= 56,065 kg/mm2 = 56 kg/mm2 U = π . Dluar
= 3,14 . 61,7 mm = 193,738 mm t = 0,5 mm
Maka, FT = U . t .
= 193,738 mm . 0,5 mm . 56 kg/mm2 = 5424,664 kg
= 5,424 ton
Kesimpulan : tidak mampu dikerjakan mesin (kapasitas mesin 5 ton)
FT = U . t . WS = [ (XA . FZ) + FB ] . h
(65)
commit to user
2. Gaya pierchingDi mana, FP = Gaya pierching (kg)
U = Keliling pemotongan (mm) T = tebal plat (mm)
= tegangan geser material (kg/mm2)
Diketahui : galvalum = 550 N/mm2
= 56,065 kg/mm2 = 56 kg/mm2 U = π.[(3.DP1) + DP2]
= 3,14 . [(3 .8,5 mm) + 6 mm] = 98,91 mm
Untuk t = 0,5 mm Maka, FP = U . t .
= 98,91 mm . 0,5 mm . 56 kg/mm2 = 2769,48 kg
= 2,769ton
Kesimpulan : mampu dikerjakan mesin
Dari perhitungan gaya-gaya diatas dapat diketahui bahwa besarnya gaya mesin yang dihasilkan pada pengerjaan deep drawing dan pierching dengan ketebalan pelat 0,5 mm tidak melebihi kapasitas maksimum mesin yang disediakan, yaitu 5 ton. Sedangkan pada proses trimming (blanking), besarnya gaya (tonase) mesin yang dihasilkan pada pengerjaan dengan ketebalan pelat 0,5 mm sedikit melebihi kapasitas (tonase) maksimum mesin yang disediakan. Tetapi secara aktual, proses trimming masih dapat dilakukan pada mesin punch yang disediakan karena gaya (tonase) mesin masih berkisar 5 ton. Selain itu, jenis perkakas press tool (punch dan die) yang dapat dipakai pada mesin dengan kapasitas 5 ton adalah jenis simple press
(66)
commit to user
tool yang kerjanya dilakukan secara terpisah antara proses drawing, trimming, maupun pierching.
3.4.3 Perhitungan gaya pegas stipper (sumber : punching tool 1, ATMI Surakarta)
. . . .
Diketahui data pegas stipper yang digunakan sebagai berikut : L0 : Panjang pegas dalam keadaan tanpa beban = 75mm
L1 : Panjang pegas dalam keadaan beban tekan = 34,5 mm
p : Jarak pitch pegas = 5,5 mm
d : Diameter kawat pegas = 2 mm
Dm : Diameter pitch pegas = 15 mm
G : Modulus Puntir untuk steel DIN 17221 = 80.000N/mm2 (sumber : punching tool 1, ATMI Surakarta)
Mencari panjang penekanan pegas (f) ; f = L0 - L1
= 75 mm – 34,5 mm = 40,5 mm
Mencari jumlah lilitan efektif (if) ;
, mm mm , lilitan Maka,
(67)
commit to user
F . N mm . mm . , mm . mm . F . .. mmN mm
F , N
Fa = 2,5% dari F pembentukan (Fz) = 2,5% x 3877,532 kg x 9,81 m/s2
= 950,96 N
Karena Fa = 950,96 N, maka pegas di dalam proses deep drawing seperti perhitungan di atas dapat digunakan dalam jumlah 6 buah. 3.4.4 Perhitungan punch terhadap gaya buckling
Pemeriksaan buckling dilakukan terhadap punch yang kritis yaitu punch yang berdiameter kecil dan panjang (punch pierching 6mm), untuk menentukan suatu batang yang menerima beban tekan apabila terjadi tekuk (buckling) dapat ditentukan dengan rumus euler.
Di mana,
E = modulus elastisitas bahan punch (N/mm2)(tabel 2.3) I = momen inersia (mm4)
S = panjang mata punch (mm)
I = π/4 . r4 = π/4 . (3mm)4 = 63,585 mm4
F
K=
3,142
.
210000 N/mm2.
63,585 mm4 (55mm)2FK = π 2
.E . I S2
(68)
commit to user
= = 44558,14 N
= 4542,11 kg
FP = U . t .
= 3,14 . 6mm .0,5 mm . 56 kg/mm2 = 527,25 kg
Karena gaya potong yang terjadi pada proses pierching dengan diameter paling kecil adalah sebesar 527,52 kg <FK (4542,11 kg) maka punch aman terhadap
buckling.
3.4.5 Perhitungan dimensi punch dan dies 1. Clearance
Clearance adalah jarak antara dua gaya yang berlawanan yang ditimbulkan oleh sisi-sisi tajam dari punch dan die.
Gambar 3.4. Clearance
Sumber : Punching Tool 1, ATMI Surakarta
Rumus clearance deep drawing: , . √
Di mana, δ = Clearance (mm) t = tebal plat (mm)
Maka besarnya clearance pada proses deep drawing, yaitu : 134788373,2 N.mm2
(69)
commit to user
δ = t + 0,02 . √ t
= 0,5 mm + 0,02 . . , mm = 0,545 mm
= 0,55 mm
Rumus Clearance trimming dan pierching: . .
Di mana, δ = Clearance (mm)
C = faktor kerja (0,035 – 0,005) Yang biasa digunakan 0,01
S = tebal plat (mm)
= tegangan geser (kg/mm2)
Maka besarnya clearance pada proses trimming dan pierching, yaitu :
δ = C . S . √
= 0,01 . 0,5 mm . / 2 = 0,037 mm
2. Spring back
Merupakan kecenderungan suatu material untuk kembali ke posisi semula seperti sebelum mendapat atau dikenai suatu gaya. Besarnya spring back berbeda-beda, tergantung jenis material dan tebal material tersebut.
Besarnya spring back (f) untuk plat dengan ketebalan 0,5 mm adalah f = 0,02 mm (tabel 2.4).
3. Dimensi punch dandie a. Deep drawing
Punch : Dn = dn – 2 Die : Dn’ = dn
(70)
commit to user
Deep drawing punch :D1 = d1 – 2
= 35,7 mm – 2 . 0,55 mm = 34,6 mm
Dx = dx – 2
= 38,35 mm – 2 . 0,55 mm = 37,25 mm
D2 = d2 – 2
= 41 mm – 2 . 0,55 mm = 39,9 mm
a = 12,3 mm
(71)
commit to user
D1’ = d1 Dx’ = dx
= 35,7 mm = 38,35 mm
D2’ = d2 a= 12,3 mm
= 41 mm
Radius ring(die) : rR = 0,05.[ 50 + (D – d1) ] . √
= 0,05.[50 + (73 – 35,7)].√ , = 2,17 mm
= 2,2 mm
Radius punch : harus lebih besar dari radius die rP = 6 . t
= 6 . 0,5 mm = 3 mm b. Trimming
Punch : D1 = D - f – 2s Die : D2 = D – f
Trimming (D = 61,7 mm) Trimming punch : D1= D – f – 2s
= 61,7 mm – 0,0253 mm – 2 . 0,037mm = 61,6007 mm (tabel 2.4)
Trimming Die : D2 = D – f
= 61,7 mm – 0,0253 mm = 61,6747 mm
c. Pierching
Punch : d1 = d + f Die : d2 = d + f + 2s
(72)
commit to user
Pierching (d = 8,5 mm)Pierching Punch : d1 = d + f
= 8,5 mm + 0,0253 mm = 8,5253 mm
Pierching Die : d2 = d + f + 2s
= 8,5 mm+0,0253 mm+2 . 0,037mm = 8,5993 mm
Pierching (d = 6 mm)
Pierching Punch : d1 = d + f
= 6 mm + 0,0253 mm = 6,0253 mm
Pierching Die : d2 = d + f + 2s
= 6 mm + 0,0253 mm+2 . 0,037 mm = 6,0993 mm
4. Perhitungan tebal dies minimum
Di mana, H = tebal dies minimum (mm) Ftot = gaya total (N)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Diketahui : Ftot = 5000 kg = 49050 N
Maka,
H
., = 17, 0998 mm = 17 mm
Jadi, tebal die minimum untuk drawing, trimming, dan pierching adalah ≥ 17 mm.
(73)
commit to user
5. Panjang punch maks (L). . . .
Di mana, Lmax = Panjang Punch maksimum (mm)
E = Modulus Elastisitas (N/mm2) I = Momen Inersia bahan (mm4)
g = Tegangan Geser (N/mm2)
S = Tebal material (mm) K = Keliling Pemotongan (mm)
I = π/4 . r4 = π/4 . (3mm)4
= 63,585 mm4(r adalah jari-jari punch yang terkecil karena yang paling riskan atau gampang rusak) a. Deep drawing
Kdrawing = π .dX
= 3,14 . 38,35 mm
= 120,419 mm
Maka,
Lmaks drawing=
= √ 11641,48 mm2 = 107,89 mm
= 108mm( panjang punch maks. yang diperbolehkan)
b. Trimming
Ktrimming = π . D
= 3,14 . 61,7 mm
π2
. 210000 N/mm2 . 63,585 mm4 192,3 N/mm2 . 0,5 mm . 120,491 mm
(1)
commit to user
1. Panjang langkah terlalu kecil (pengaruh poros eksentrik) ± 1,5 cm, sehingga kurang mampu untuk membentuk benda kerja yang langkah pembentukannya (drawing) lebih dari 1,5 cm.
2. Jarak antara alas mesin dengan penjepit punch terlalu pendek, sehingga menyebabkan kesulitan saat penyettingan punch dan dies.
3. Tonase mesin kurang, sehingga hanya bisa digunakan untuk bentuk-bentuk benda kerja yang sederhana dan untuk luasan benda kerja yang relative kecil.
b. Kelebihan dari mesin :
- Gerakan punch saat menabrak benda kerja perlahan, sehingga untuk pengerjaan proses drawing, profil cekungan yang terbentuk dengan baik.
4.3.3 Terhadap punch dan dies yang dibuat
a. Kekurangan dari punch dan dies yang telah dibuat :
- Punch dan dies deep drawing agak rumit saat penyetinganya.
b. Kelebihan dari punch dan dies yang telah dibuat :
1. Dapat dipasang pada mesin yang kapasitasnya lebih dari 5 ton. 2. Punch dan dies sederhana dan praktis (drawing, pierching dan
blanking ).
(2)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perancangan dan pembuatan press tool (punch dan dies) untuk pembuatan produk avor wastafel ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Bahan plat yang digunakan untuk produksi avor wastafel dengan mesin
press ini adalah galvalum 0,5 mm. Mengunakan galvalum sebagai pengganti stainless steel karena galvalum lebih ulet tanpa mendapat perlakuan panas terlebih dahulu, Sedangkan untuk bahan yang lain, tidak terlalu ulet sehingga menekuk pada bagian atas jika spring kurang kuat dan sobek jika spring terlalu kuat.
2. Urutan pengerjaan untuk pembuatan avor wastafel dibagi menjadi 3 yaitu: deep drawing, pierching, dan blanking.
3. Perbedaan dimensi antara rancangan dengan punch dan dies yang telah dibuat dikarenakan harga spring back dan clearance yang digunakan. Clearance yang digunakan pada pembuatan punch dan dies diperbesar karena saat dilakukan percobaan dengan clearance yang kecil, punch dan dies blanking sulit terlepas dan produk mangalami sobek pada sisi radiusnya.
4. Kendala yang dihadapi sebagian besar terjadi saat penyetingan punch dan dies pada mesin, dikarenakan langkah mesin terlalu pendek, dan jarak antara alas dengan pemegang punch terlalu pendek.
(3)
commit to user 5.2 Saran
Beberapa saran yang ingin disampaikan yaitu :
1. Mengetahui kapasitas mesin yang akan digunakan sebelum memulai perancangan punch dan dies.
2. Memperhatikan jenis material yang digunakan untuk membuat punch dan dies, karena jenis material juga menentukkan usia pemakaian punch dan dies.
3. Memperhatikan besarnya clearance yang digunakan.
4. Pastikan kondisi mesin off pada saat penyetingan punch dan dies, dan untuk menguji hasil penyetingan sebaiknya dilakukan secara manual terlebih dahulu.
(4)
(5)
commit to user LAMPIRAN
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Moerbani, J, dan Riyadi, N.G.St., 2005, Mengenal Perkakas Potong Punching Tool 1,Akademi Tehnik Mesin (ATMI), Surakarta.
Moerbani, J., 1990, Teori Tentang Deep Drawing Punching Tool 2, ATMI Michael College, Surakarta.