ANGGA SATRIA PERKASA FDK

REPRESENTASI CALON GUBERNUR DKI JAKARTA PADA
ILUSTRASI SAMPUL MAJALAH TEMPO TAHUN 2016-2017

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh
ANGGA SATRIA PERKASA
NIM: 1112051100045

KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Ciputat, April 2017

Angga Satria Perkasa

ABSTRAK
Angga Satria Perkasa
REPRESENTASI CALON GUBERNUR DKI JAKARTA PADA ILUSTRASI SAMPUL
MAJALAH TEMPO 2016-2017
Akhir 2016 hingga awal 2017, merupakan periode isu Pilkada Jakarta. Berbagai

permasalahan bermunculan terkait isu Pilkada Jakarta. Mulai dari persiapan partai politik untuk
mengusung calon pasangan, adanya dua skenario pilkada yaitu melalui jalur independen dan
partai politik, hingga siapa di balik pencalonan pasangan untuk menuju DKI 1. Dengan berbagai
permasalahan tersebut Calon Gubernur DKI Jakarta menjadi sorotan di berbagai media nasional
maupun internasional, tak terkecuali majalah mingguan Tempo yang kerap menampilkan ilustrasi
sampul majalah dengan nyentrik bahkan menyindir dengan khasnya. Seorang calon gubernur
layaknya terlihat gagah karena memiliki kekuasaan tertinggi di daerah, namun pada beberapa
sampul majalah Tempo sosok Calon Gubernur DKI Jakarta digambarkan tidak seperti seorang
calon pemimpin daerah seperti selayaknya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian menggunakan
kajian semiotika Charles Sanders Pierce. Pada hasil temuan, terdapat tujuh ilustrasi sampul
majalah yang menampilkan sosok Calon Gubernur DKI Jakarta dengan berbagai macam tema
yang diangkat. Gambaran bagaimana representasi Calon Gubernur DKI Jakarta sebagai calon
pemimpin daerah dalam sampul dan isi pemberitaannya. Peneliti merumuskan pertanyaan yakni:
bagaimana representasi calon gubernur DKI Jakarta pada ilustrasi sampul majalah Tempo tahun
2016-2017 ?
Melihat konteks penelitian, tinjauan teoritis yang digunakan adalah semiotika menurut
Charles Sanders Pierce, yaitu dengan teori segitiga maknanya atau triangle meaning. Peirce
melihat makna atas sign atau tanda (ikon, indeks, dan simbol), object, dan interpretant. Apabila
ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang

sesuatu yang diwakili tanda tersebut. Ikon merupakan tanda yang dirancang untuk
merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya, sumber acuan dapat
dilihat, didengar, dan seterusnya dalam ikon). Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk
mengindikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan sumber acuan, sedangkan simbol
merupakan tanda yang dirancang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau
persetujuan.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik yang
bersifat kualitatif model deskriptif. Data yang didapatkan adalah ilustrasi sampul majalah Tempo
selama akhir 2016 sampai awal 2017 yang menampilkan Calon Gubernur DKI Jakarta. Juga
ditambah dengan observasi buku dan dokumentasi.
Setelah melihat tujuh ilustrasi sampul majalah yang diteliti, maka kesimpulannya, Calon
Gubernur DKI Jakarta pada ilustrasi sampul Majalah Tempo adalah sebagai calon pemimpin
yang berusaha keras demi mendapatkan hati warga Jakarta agar menang dalam Pilkada Jakarta.
Hal ini terlihat dari setiap edisi majalah Tempo yang menampilkan sosok Calon Gubernur DKI
Jakarta dengan berbagai macam perihal usaha keras sebagai calon gubernur.
Kata Kunci: Pilkada, Semiotika, Majalah Tempo, Sampul, dan Calon Gubernur DKI Jakarta.

i

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarukatuh
Alhamdulilahirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan hanya
kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan karunia yang begitu
banyak sehingga dengan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah memberikan banyak pencerahan kepada umatnya, dari zaman penuh
ilmu seperti yang kita rasakan sekarang.
Alhamdulilah peneliti telah menyelesaikan skrispsi sebagai tugas akhir

pendidikan Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari
tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penelitian skripsi
ini tidak akan selesai, untuk itu pada kesempatan kali ini peneliti ingin
menyampaikan kata terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan,
M.A., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed Ph.D., M.A,
Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dra. Hj. Roudhonah, M.Ag.,
serta wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. Suhaimi, M.Si.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si serta Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Hj. Musrifah Nurlaily, MA yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk membnatunya menyelsaikan kuliah.

ii

3. Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. Rulli Nasrullah, M.Si yang telah
menyediakan waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing peneliti
sehingga skripsi ini selesai dengan baik. Terima kasih atas bimbingan, ilmu,
dan pencerahan yang telah Bapak berikan selama mengerjakan skripsi.
4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang namanya
tidak dapat penulis sebukan satu persatu. Terima kasih atas ilmu dan dedikasi
yang diberikan kepada peneliti.
5. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan
berbagai refrensi dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Yang paling spesial teruntuk kedua orang tua peneliti, Ibunda Jumira, dan
Ayahanda Sutarno, S.Pd, serta Kakak Priyo Supriadi, S.IP dan Elly Febriani,
yang dengan penuh kasih sayang selalu memberikan dukungan dan semangat,
yang takhenti-hentinya memberikan doa yang tulus ikhlas dalam setiap waktu
sehingga akhirnya skripsi ini selesai.

7. Segenap teman terdekat peneliti, Grup Wisuda 100, M. ALief Mumtaz
Nadiby, Achmad Fauzi, Zaini Dahlan, Roni Kurniawan, Harry Riandayasa,
Reza Armanda, Farouq Audah, Parama Sumbada, Yusuf Yanuar, Yasir
Arafat, dan M. Badruzaman, terima kasih telah memberikan semangat dan
perhatian yang penuh terhadap peneliti, semoga kalian segera wisuda, aamiin.

iii

8. Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Journo Liberta yang telah memberikan ilmu
jurnalistik, serta keahlian di bidang jurnalistik, terima kasih telah memberi
ilmu, motivasi, dan dukungan, semoga LPM Journo Liberta selalu mendapat
keberkahan.
9. Orang paling dekat peneliti, Lilis Suryaningsih, yang selalu memberi
semangat dan kasih sayangnya sehingga skripsi ini selesai, terima kasih.
10. Teman-teman Jurnalistik A dan B angkatan 2012, terimakasih waktu yang
telah kita habiskan bersama, semoga bermanfaat dan sukses masing-masing.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung,
mendoakan dan meluangkan waktu untuk berbagi informasi dalam menyusun skripsi
ini, sehingga skripsi ini selesai dengan baik. Semoga Allah SWT membalas semua
kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi masih banyak kekurangan. Karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan sehingga
skripsi ini menjadi jalan penerang bagi peneliti dan bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarukatuh.

Ciputat,

April 2017

Angga Satria Perkasa

iv

DAFTAR TABEL
Tabel 1 ......................................................................................................................................... 14
Tabel 2.1...................................................................................................................................... 33
Tabel 2.2...................................................................................................................................... 51
Tabel 3 ......................................................................................................................................... 67
Tabel 4.1...................................................................................................................................... 73
Tabel 4.2...................................................................................................................................... 75

Tabel 4.3...................................................................................................................................... 77
Tabel 4.4...................................................................................................................................... 78
Tabel 4.5...................................................................................................................................... 81
Tabel 4.6...................................................................................................................................... 82
Tabel 4.7...................................................................................................................................... 84
Tabel 4.8...................................................................................................................................... 85
Tabel 4.9...................................................................................................................................... 88
Tabel 4.10 ................................................................................................................................... 90
Tabel 4.11 ................................................................................................................................... 92
Tabel 4.12 ................................................................................................................................... 92
Tabel 4.13 ................................................................................................................................... 95
Tabel 4.14 ................................................................................................................................... 97
Tabel 4.15 ................................................................................................................................... 98
Tabel 4.16 ................................................................................................................................... 99
Tabel 4.17 ................................................................................................................................... 102
Tabel 4.18 ................................................................................................................................... 104
Tabel 4.19 ................................................................................................................................... 106
Tabel 4.20 ................................................................................................................................... 106
Tabel 4.21 ................................................................................................................................... 109
Tabel 4.22 ................................................................................................................................... 111

Tabel 4.23 ................................................................................................................................... 113
Tabel 4.24 ................................................................................................................................... 113
Tabel 4.25 ................................................................................................................................... 116
Tabel 4.26 ................................................................................................................................... 117
Tabel 4.27 ................................................................................................................................... 119
Tabel 4.28 ................................................................................................................................... 119
Tabel 4.29 ................................................................................................................................... 122

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Sampul Majalah Tempo Edisi 19-25 September 2016………….

71.

Gambar 4.2 Sampul Majalah Tempo Edisi 26 September-2Oktober 2016…..

79


Gambar 4.3 Sampul Majalah Tempo Edisi 19-23 Oktober 2016…………….

86

Gambar 4.4 Sampul Majalah Tempo Edisi 28 November-4 Desember 2016..

93

Gambar 4.5 Sampul Majalah Tempo Edisi 16-22 Januari 2017……………..

100

Gambar 4.6 Sampul Majalah Tempo Edisi 13-19 Februari 2017……………

107

Gambar 4.7 Sampul Majalah Tempo Edisi 23-26 Februari 2017……………

114


vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………………

i

KATA PENGANTAR………………………………………………………….

ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

v

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………

vii

DAFTAR TABEL………………………………………………………………

viii

BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang Masalah……………………………………………..
Pembatasan dan Rumusan Masalah………………………………….
Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………...
Kerangka Teori………………………………………………………
Tinjauan Pustaka…………………………………………………….
Metodelogi Penelitian……………………………………………….
Sistematika Penulisan……………………………………………….

1
5
6
7
17
18
21

BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pemaknaan Dalam Sampul Majalah…………………………………
1. Majalah…………………………………………………………..
2. Sampul Majalah………………………………………………….
B. Sampul Sebagai Representasi Isu…………………………………….
C. Teori Semiotika………………………………………………………
1. Semiotika…………………………………………………………
2. Semiotika Visual…………………………………………………
3. Semiotika Charles Sanders Peirce………………………………..
D. Ideologi Media………………………………………………………..

22
22
25
30
35
35
37
46
55

BAB III REALITAS OBJEKTIF DAN PROFIL MAJALAH TEMPO
A. Profil Majalah Tempo………………………………………………… 60
B. Representasi Calon Gubernur Jakarta Pada Ilustrasi Sampul Majalah
Tempo 2016-2017…………………………………………………..
66

v

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Sampul Majalah Tempo…………………………………………….

70

B. Hasil Temuan dalam Sampul Majalah Tempo………………………….

70

1. Sampul Majalah Tempo 1………………………………………
2. Sampul Majalah Tempo 2………………………………………
3. Sampul Majalah Tempo 3………………………………………
4. Sampul Majalah Tempo 4………………………………………
5. Sampul Majalah Tempo 5………………………………………
6. Sampul Majalah Tempo 6………………………………………
7. Sampul Majalah Tempo 7………………………………………
C. Interpretasi Sampul Majalah Tempo………………………………..

71
79
86
93
100
107
114
120

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………......... 128
B. Saran………………………………………………………………… 129
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..

vi

130

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Penyebaran informasi identik dengan teknologi komunikasi. Pembahasan
tentang teknologi komunikasi berkaitan dengan alat-alat yang digunakan untuk
menyebarkan informasi tersebut ke khalayak luas, dan alat-alat tersebut lah yang
kerap kita sebut sebagai media komunikasi massa.
Majalah adalah media komunikasi yang menyajikan informasi secara
dalam, tajam, dan memiliki nilai aktualitas yang lebih lama dibandingkan dengan
surat kabar dan tabloid, serta menampilkan gambar/foto yang lebih banyak.1
Majalah adalah sebuah media publikasi yang diterbitkan secara berkala.
Sebuah majalah berisi berbagai artikel, gambar, cerita pendek, opini, ilustrasi, dan
kanal lainnya. Karena lengkapnya informasi yang diberikan, majalah seringkali
dijadikan bahan rujukan oleh para pembaca. Majalah menjadi salah satu media
yang menyediakan nilai-nilai informasi sekaligus hiburan, yang juga memiliki
segmentasi secara khusus.
Meski tak seaktual surat kabar yang terbit setiap hari, majalah yang terbit
setiap minggu, dwi mingguan atau bahkan bulanan memiliki strategi dan gaya
penyajian tersendiri agar majalah tetap menarik untuk dibaca. Majalah berita
merupakan salah satu contoh dari majalah mingguan, yang memiliki segmentasi

1

Indah Suryawati, Jurnalisik Suatu Pengantar Teori dan Praktik,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011),
h. 42.

1

2

masyarakat umum. Siapapun bisa membaca dan menikmati majalah berita karena
sifatnya yang mengikuti berita-berita umum yang aktual.
Ada banyak majalah berita yang dikenal di pasaran Indonesia, seperti
majalah Gatra , Tempo, dan Sindo. Di dalam sebuah majalah, terkandung banyak
elemen grafis seperti foto, tipografi, warna, ilustrasi, dan elemen lain. Dalam
sampul majalah, ilustrasi dan foto merupakan materi yang umum digunakan.
Ilustrasi dan foto pada sampul majalah harus mampu mewakili isi dari tema
tertentu yang diangkat pada edisi yang akan terbit atau sesuai dengan ideologi dari
majalah. Ilustrasi dan foto digunakan untuk membantu mengkomunikasikan pesan
dari sebuah judul dengan cepat kepada para pembaca atau khalayak. Dalam
sampul majalah, tersimpan gambaran pesan yang tidak terbaca oleh setiap
pembaca, namun menjadi kesimpulan mengenai edisi yang sedang terbit.
Sampul majalah harus terlihat menarik agar masyarakat tertarik untuk
membeli dan membacanya. Sampul majalah menjadi salah satu faktor apakah
suatu majalah akan laku atau tidak di pasaran. Sebelum membeli, orang akan
melihat dan memperhatikan terlebih dahulu sampul majalahnya. Salah satu
majalah di Indonesia yang menggunakan pendekatan ilustrasi pada sampulnya
adalah Majalah Tempo. Selain itu Majalah Tempo merupakan salah satu majalah
berita terbesar di Indonesia dengan jumlah oplah 110.000 – 180.000 eksemplar
setiap terbit. Majalah Tempo merupakan majalah berita mingguan yang terbit
setiap seminggu sekali.
Majalah Tempo memiliki ciri khas dalam penyajian ilustrasi terutama saat
mengangkat laporan utama isu Pilkada di DKI Jakarta. Penyajian ilustrasi untuk

3

isu Pilkada pada sampul Majalah Tempo beberapa cukup menyindir elit politik
yang terlibat dalam isu ini.
Majalah Tempo dengan gaya dan khasnya yang tersendiri menggambarkan
ketiga calon gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Anies
Rasyid Baswedan (Anies), dan Agus Harimurti Yudhoyono (Agus) dengan
ilustrasi desain yang menarik. Seperti yang diilustrasikan pada sampul Majalah
Tempo edisi 17-23 Oktober 2016, ketiga calon gubernur DKI Jakarta

menggunakan pakaian koboi, lengkap dengan senjata di samping saku celana
mereka masing-masing. Hal ini menarik untuk dianalisis karena representasi
seorang calon pemimpin yang berbeda dari biasanya. Dalam suatu pengertian
pemimpin, Pemimpin adalah seorang pribadi yang meiliki superioritas tertentu,
sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakan orang lain
melakukan usaha bersama guna mencapai satu sasaran tertentu. Jadi pemimpin itu
harus memiliki satu atau beberapa kelebihan, sehingga dia mendapat pengakuan
dan respek dari para pengikutnya, serta dipatuhi perintahnya.2
Tiga calon gubernur DKI Jakarta yaitu Ahok, Anies, dan Agus juga
digambarkan seperti sosok calon pemimpin yang penuh kecemasan dan berharap.
Ilustrasi ketiganya terdapat pada sampul Majalah Tempo edisi 26 September-2
Oktober 2016. Ketiganya digambarkan seperti calon pemimpin daerah yang tidak
memiliki kewibawaan dan kekuasaan. Padahal dalam Islam, pemimpin sama
halnya dengan imam, khilafah atau kepala daerah adalah seseorang yang

2

Kartini Kartono, pemimpin dan kepeminpinan apakah kepemimpinan abnormal itu? (Jakarta:
Rajagrafindo Persada), h. 51.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pemaknaan Dalam Sampul Majalah
1. Majalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) majalah adalah terbitan
berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topik
aktual yang patut diketahui pembaca, dan menurut waktu penerbitannya dibedakan
atas majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan, dan sebagainya, dan menurut
penyusunan isinya dibedakan atas majalah berita, wanita, remaja, olahraga, sastra,
ilmu pengetahuan tertentu, dan sebagainya.
Majalah yaitu media komunikasi yang menyajikan informasi (fakta dan
peristiwa) secara lebih medalam dan memiliki nilai aktualitas yang lebih lama.
Majalah dapat diterbitkan secara mingguan dwi mingguan, bulanan, bahkan
dwi/triwulanan. Majalah terdiri atas: majalah umum (untuk semua golongan
masyarakat) dan majalah khusus (untuk bidang profesi/golongan/kalangan tertentu).
Majalah dapat menjalani fungsi memberi informasi, menghibur, atau mendidik.
Halaman muka (cover ) dan foto dalam majalah diupayakan sebagai daya tarik.1
Sedangkan menurut Marcel Danesi dalam Pengantar memahami semiotika
media, sebuah majalah adalah sekumpulan artikel atau kisah yang diterbitkan secara
berkala. Di dalam sebagian besar majalah terdapat ilustrasi. Mereka menampilkan
1

Syafrudin Yunus, Jurnalistik Terapan , (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.29-30.

22

23

berbagai informasi, opini, dan hiburan konsumsi massa. Sebagai contoh, majalah
akan meliput pelbagai peristiwa dan mode mutakhir, membahas masalah luar negeri,
atau membahas cara memperbaiki alat-alat rumah tangga atau menyiapkan makanan.
Beberapa majalah hanya bertujuan untuk menghibur para pembacanya dengan kisah
fiksi, puisi, fotografi, kartun, atau artikel tentang siaran televisi atau bintang-bintang
film; yang lain memberikan informasi dan panduan „profesional’ kepada orang-orang
yang bekerja di bidang-bidang tertentu (dari mekanik mobil sampai praktik
kedokteran).2
Menurut ensiklopedia pers Indonesia majalah adalah penerbitan berkala yang
menggunakan kertas bersampul, memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi
ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua jenis yakni majalah umum,
yaitu majalah yang memuat karangan-karangan pengetahuan umum, karangankarangan yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film, seni, dll. Majalah khusus,
yaitu majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang
khusus, seperti majalah wanita, majalah keluarga, majalah humor, majalah
kecantikan, politik, kebudayaan, cerpen, dll.3
Majalah adalah media yang paling sederhana organisasinya, relatif lebih
mudah mengelolanya, dan tidak membutuhkan modal yang banyak. Ini karena
majalah terbit secara berkala dibandingkan dengan surat kabar yang harus terbit

2
3

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media , (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h.89-90.
Kurniawan Effendi, Ensiklopedia Pers Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), h.154-155.

24

setiap harinya. Sehingga, dari segi jumlah, orang yang terlihat dalam dalam penyajian
informasi di surat kabar jauh lebih banyak dibandingkan dengan majalah.
Bila dilihat dari segi kategorisasinya, majalah terbagi menjadi majalah umum
(untuk semua golongan masyarakat) dan

majalah khusus

(untuk bidang

profesi/golongan/kalangan tertentu). Sebenarnya, tipe majalah ditentukan oleh
sasaran khalayak yang hendak dituju, artinya redaksi sudah menentukan sebelumnya
siapa yang akan menjadi sasaran pembacanya, seperti majalah untuk anak, majalah
untuk remaja pria, majalah untuk gadis, majalah untuk wanita pekerja, majalah untuk
ibu dan anak, majalah untuk pria dewasa, majalah untuk fashion, majalah untuk
masak, dan masih banyak lagi.
Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan
dengan surat kabar, karena majalah memiliki karakteristik tersendiri, yaitu4:
1. Penyajian lebih dalam.
Frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan selebihnya
dwi mingguan, bahkan bulanan (satu kali sebulan). Majalah berita biasanya
terbit mingguan, sehingga para reporternya mempunyai waktu cukup lama
untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Mereka juga mempunyai
waktu yang leluasa untuk melakukan analisis terhadap peristiwa tersebut,
sehingga penyajian berita dan informasinya dapat dibahas secara lebih
mendalam.
2. Nilai aktualitas lebih lama.
Apabila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka
nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Sebagai contoh, kita akan
4

Ardianto, Elvinaro, & Lukiati Komala Erdiyana, Komunikasi Massa Suatu Pengantar
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 113-114.

25

menganggap usang surat kabar kemarin atau dua hari yang lalu bila kita baca
saat ini. Akan tetapi kita tidak pernah menganggap usang majalah yang terbit
dua atau tiga hari yang lalu. Sebagaimana kita alami bersama, bahwa dalam
membaca majalah kita tidak pernah tuntas sekaligus. Pada hari pertama kita
hanya membaca topik yang kita senangi atau relevan dengan profesi kita, hari
esok dan seterusnya kita membaca topik lain sebagai referensi. Dengan
demikian, majalah mingguan baru tuntas kita baca dalam tempo tiga atau
empat hari.
3. Gambar atau foto lebih banyak.
Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian
beritanya yang mendalam majalah juga dapat menampilkan gambar atau foto
yang lengkap dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta
kualitas kertas yang digunakan pun lebih baik. Foto-foto yang ditampilkan
majalah memiliki daya tarik tersendiri apabila foto tersebut sifatnya eksklusif.
4. Di samping foto, cover atau sampul majalah juga merupakan daya tarik
tersendiri.
Sampul majalah adalah ibarat pakaian dan aksesori pada manusia.
Sampul majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar
dan warna yang menarik pula. Menarik tidaknya sampul majalah sangat
bergantung pada tipe majalahnya serta konsistensi keajengan majalah
tersebut dalam menampilkan ciri khasnya.
2. Sampul Majalah
Cover atau halaman muka majalah adalah daya tarik utama sebuah majalah.
Cover adalah lembaran bagian depan belakang atau sering disebut kulit buku pada

media cetak. Biasanya lebih tebal daripada kertas isi, dibuat berwarna-warni, dan
dirancang sedemikian rupa dengan maksud untuk menarik perhatian pembaca.

26

Karena orang tidak membaca seluruh isinya pada saat membeli, maka peranan cover
sering dianggap menampilkan citra dan karakter perusahaan bersangkutan.5
Sampul majalah adalah sampul halaman depan yang membuat identitas
perusahaan dan menghinpun isi pemberitaan verbal dan visual yang berkaitan dengan
materi pemberitaan agar menarik pembaca. Unsur- unsur yang harus ada pada sebuah
sampul majalah adalah ukuran dasar dari majalah tersebut (ukuran saku atau ukuran
tabloid), logo, fotografi, warna dasar, keterangan mengenai jadwal penerbitan,
pencamtuman harga, headline (judul artikel dan sub judul artikel). Unsur-unsur ini
memiliki fungsi praktis dan fungsi komunikasi yang mewakili konsep yang diberikan
perusahaan majalah untuk selanjutnya diterbitkan.
Pengertian sampul menurut Dja’far H.Assegaf sebagai sampul “lembaran
kertas paling luar depan belakang pada buku yang lebih tebal dari kertas isinya”. 6
Sedangkan sampul sebagai kulit dijelaskan Assegaf sebagai “Lapisan depan atau
belakang dari suatu majalah yang lazimnya memuat judul majalah dan berisikan
gambar yang menarik”.7

5

Yohanna Amanda, Citra Perempuan dalam Sampul Majalah Popular Pada No.310
Edisi November 2013 , Jurnal Online Mahasiswa Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNRI, Vol 2No.1 Februari 2015, h.3-4.
6
Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, Pengantar Kepraktekan, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1983), h. 127
7
Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, Pengantar Kepraktekan, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1983), h. 125.

27

Kemudian Onong Uchjana mendefinisikan sampul sebagai “lembaran bagian
luar dari majalah atau buku dimana tertera nama atau judul dan media yang yang
bersangkutan”.8
Sampul dibuat untuk membantu calon konsumen dalam hal pemahaman pesan
yang ingin disampaikan oleh seorang penulis tentang apa yang ada didalamnya.
Melalui gambar ilustrasi pada sampul, seorang penulis dapat menuangkan ide dan
kreatifitasnya sebagai salah satu kesatuan dari karya sastra yang dihasilkan, selain itu
ada misi tertentu yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada khalayak umum.
Gambar secara visual pada sampul mampu mengomunikasikan pesan dengan cepat
dan berkesan, sebuah gambar ilustrasi yang tepat pemilihanya maka bisa memiliki
nilai yang sama dengan ribuan kata. Visualisasi adalah cara atau sarana yang tepat
untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas, penampilan secara visual
selalu mampu menarik emosi pembacanya.
Menurut Ellen McCracken dalam buku Turning It On, A Reader in Women
and media . Ia menyebutkan bahwa kebanyakan sampul mencoba untuk membentuk

representasi pembaca yang ideal, yang ingin disasar oleh pemasang iklan. Selain itu
yang sering juga dilakukan adalah sebuah ikon yang berfungsi sebagai penanda,
ataupun konotasi lain pada sebuah kasus tertentu. Tanpa terkecuali, teks verbal pada
sampul yang terdiri dari nama majalah dalam huruf yang besar dan rangkaian topik

8

Onong Uchjana Efendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju komunikasi, 1999), h. 79.

28

utama didesain untuk menarik pembaca dengan tulisan tertentu yang ada di dalam
majalah.9
McCracken juga menjelaskan tentang fungsi dari sampul majalah yaitu
membaca apa yang dibangun majalah tersebut dengan meletakkan definisi awal
melalui judul majalah, berita utama, dan foto atau ilustrasi. Kalimat, penekan, warna,
gambar visual, gambaran tersembunyi dari karya yang dinikmati sampai pada posisi
pada isi sebuah majalah. Pembaca tidak hanya melihat sebuah isi majalah dari
sampulnya, tapi model interpretasi yang diberikan adalah bagian dari simbol yang ada
pada sampul yang mempunyai pengaruh yang kuat. Sampul adalah hal yang paling
penting dalam beriklan di dunia majalah, dan lalu melalui perannya sebagai identitas
gaya, sistem semiotik, dan kerangka. Hubungan saling mempengaruhi dari fotografi,
kata verbal, dan teks yang berwarna dalam tiap sampul majalah menciptakan nilai
yang dimuat dalam pengertian kebudayaan tetapi bermaksud untuk menarik
pengiklan dan meningkatkan penjualan. Sampul majalah menjalankan peran sebagai
pengenal aliran, sistem tanda, dan kerangka untuk meraih hasil. Setiap peran yang
dimainkan sangat dekat hubungannya dengan struktur komersial dari industri majalah
dan akan menjadi berbeda dengan tujuan majalah lain yaitu melakukan perubahan.10
9

Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media, (New York: St.
Martin Press Inc, 1996), h.98, dikutip dari Athifa Rahmah, Perbandingan Makna Korupsi pada
Ilustrasi Sampul Antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013 , skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, h.13, Oktober 2013.
10
Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media, (New York: St.
Martin Press Inc, 1996), h.98, dikutip dari Athifa Rahmah, Perbandingan Makna Korupsi pada
Ilustrasi Sampul Antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013 , skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, h.14, Oktober 2013.

29

Salah satu ciri khas dari majalah berita adalah desain sampulnya atau halaman
1. Berbeda dengan koran siswa, yang biasanya menampilkan tiga atau lebih berita di
halaman 1, majalah berita menampilkan satu berita utama atau satu fokus utama.
Ukuran publikasi, yang biasanya berukuran tabloid atau 8.5 x 11 inci, menyebabkan
fokus harus seperti itu, sebab jika dimuati tiga atau empat berita, maka halaman itu
akan tampak penuh dan padat. Sampulnya mungkin berupa foto atau gambar lainnya.
Sampul juga sering dilengkapi dengan teaser headline tentang berita lain yang ada di
dalam publikasi. Sering kali berita sampul (cover story) diletakkan di halaman tengah
atau dalam beberapa halaman liputan khusus yang tidak berada di halaman awal.
Pengenalan dan pengembangan berita sampul dan fokus berita sebagai feature berita
adalah dua ciri terpenting yang membedakan majalah berita dengan media berita
lainnya.
Dengan hanya judul majalah dan headline teaser disampulnya, desainer bisa
menata banyak ruang kosong di sampul itu secara lebih kreatif. Desainer bisa
menggunakan foto atau karya seni dengan satu headline, atau kombinasi lainnya.
Pastikan semua unsur yang ada di sampul adalah bagus dan menarik. Bagaimanapun,
sampul memberi kesan pertama bagi pembaca.
Foto atau gambar lainnya harus sangat menarik. Gambar harus disunting
untuk menghasilkan dampak maksimal bagi pembaca dan tidak mengandung
kelemahan dalam hal ketajaman dan kontrasnya. Jika menggunakan karya seni, ia
harus direproduksi dengan kualitas yang tinggi. Entah menggunakan foto atau karya
seni, perlunya headline teaser dan teller . Sebuah foto orang yang beraksi juga

30

membutuhkan caption, yang bisa dimuat di halaman 1 atau di dalam halaman sampul.
Berita berawal di sampul dapat diteruskan di tengah halaman dalam atau bagian lain
dari majalah itu. Banyak majalah berita membagi ruang sampul menjadi ruang foto
atau headline teaser atau rujukan (yang menunjukan isi di dalam majalah).
Headline ringkas ini harus menarik dan mengesankan atau mengejutkan,
sehingga memicu pembaca untuk melongok ke isi beritanya. Karya seni, foto kecil
dan grafik dapat dipakai bersama dengan headline untuk menambah daya tarik.11
Sebagai sarana komunikasi, ilustrasi gambar baik itu karikatur maupun
fotografi menyimpan makna yang lebih mendalam dibandingkan tulisan. Ilustrasi
merupakan pesan non-verbal yang mampu menjelaskan dan memberikan penekanan
tertentu pada isi pesan. Ilustrasi gambar lebih mudah diingat daripada kata-kata
sehingga

cepat

diterima

khalayak.

Media

gambar

atau

visual

mampu

mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan berkesan. Sebuah gambar mampu
menjelaskan ribuan kata.12
B. Sampul Sebagai Representasi Isu
Representasi merupakan bentuk dari bagaimana pencitraan diri, kelompok,
organisasi dan lembaga. Representasi sebuah tanda untuk sesuatu atau seseorang,

11

Tom E. Rolnicki, C. Dow Tate, Sherri A. Taylor, Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic
Journalism) (Jakarta: Kencana, 2008), h. 301-302.
12
Syarifa Larasati, Sosok Perempuan Pelaku Kejahatan Pada Sampul Majalah Detik
(Analisis Semiotika), Jurnal UNDIP, Oktober 2015.

31

sebuah tanda yang tidak sama dengan realitas yang dipresentasikan tapi dihubungkan
dengan, dan mendasarkan diri pada realitas yang mejadi referensinya.13
Representasi

menunjuk

pada

bagaimana

seseorang,

satu

kelompok

menggambarkan suatu tanda dan diartikan menurut pemahamannya. Setiap tanda
memiliki arti dan pemahaman yang berbeda karena setiap orang atau kelompok
memili sudut pandang pemahaman yang tidak sama.
Representasi merupakan cara media menampilkan seseorang, kelompok atau
gagasan atau pendapat tertentu. Menurut Eriyanto Ada dua hal yang berkaitan dengan
representasi, yaitu apakah seseorang atau kelompok atau gagasan tersebut
ditampilkan sebagaimana mestinya, apa adanya ataukah diburukkan. Penggambaran
yang tampil bisa jadi adalah penggambaran yang buruk dan cenderung
memarjinalkan seseorang atau kelompok tertentu. Hanya citra buruk saja yang
ditampilkan sementara citra atau sisi yang baik luput dari penampilan.14
Bagaimana representasi tersebut ditampilkan, dengan kata, kalimat, eksentuasi
dan bantuan foto macam apa seseorang atau kelompok atau gagasan tersebut
ditampilkan dalam program. Eriyanto lebih lanjut menambahkan bahwa persoalan
utama dalam representasi adalah bagaimana realitas atau obyek ditampilkan.15

13

Ratna Noviani, Jalan Tengah Memahami Iklan (Antara Realitas, Representasi, dan
Simulasi). (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), h, 23.
14
Asmara Yudha Wijayadi, Representasi Maskulinitas Pada Iklan Rokok Dalam Media
Cetak, Journal UNAIR, Vol. 1 - No. 2, Februari 2012, h.5.
15
Asmara Yudha Wijayadi, Representasi Maskulinitas Pada Iklan Rokok Dalam Media
Cetak, Journal UNAIR, Vol. 1 - No. 2, Februari 2012, h.5.

32

Representasi dikatakan sebagai konsep pemaknaan yang digunakan dalam
proses sosial melalui beberapa tanda yang digunakan seperti dialog, tulisan, karikatur,
gambar, foto, atau video.
Menurut Chris Barker, representasi adalah tentang bagaimana dunia
dikonstruksi dan disajikan secara sosial kepada dan oleh diri kita. Sedangkan
representasi cultural adalah makna yang memiliki sifat material, mereka tetanam
dalam bunyi-bunyi, tulisan-tulisan, benda-benda, gambaran-gambaran, buku- buku,
majalah-majalah dan program televisi.16
Dalam representasi akan selalu ada pemaknaan dan pandangan baru dari
konsep representasi yang telah ada karena makna sendiri tidak pernah tetap, selalu
ada dalam proses negosisasi dan disesuaikan dengan situasi yang baru.
Dari defini tersebut dapat disimpulkan bahwa representasi merupakan cara
kita mengeksplorasi makna dibalik tanda. Tanda yang ada didalamnya sangat
mungkin mengandung sejumlah perbedaan makna, tergantung khalayak yang
menginterpretasikannya.
Menurut Stuart Hall ada dua proses representasi. Pertama , representasi
mental, yaitu konsep tentang „sesuatu „ yang ada di kepala kita masing-masing (peta
konseptual), representasi mental masih merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua ,
„bahasa’ yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak
yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam „bahasa’ yang lazim, supaya
kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda
16

Chris Barker, Cultural Studies Teori dan Praktik. (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004), h.9.

33

dari simbol-simbol tertentu. Media sebagai suatu teks banyak menebarkan bentukbentuk representasi pada isinya. Representasi dalam media menunjuk Pada
bagaimana seseorang atau suatu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu
ditampilkan dalam pemberitaan.
John Fiske Merumuskan tiga proses yang terjadi dalam representasi melalui
tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Tiga Proses Dalam Representasi17
PERTAMA

REALITAS
Dalam bahasa tulis, seperti dokumen wawancara transkrip
dan sebagainya. Dalam televisi seperti perilaku, make up,
pakaian, ucapan, gerak-gerik dan sebagainya.

KEDUA

REPRESENTASI
Elemen tadi ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tulis
seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik, dan
sebagainya.
Dalam TV seperti kamera, musik, tata cahaya, dan lain-lain.
Elemen-elemen tersebut di transmisikan ke dalam kode
representasional yang memasukkan diantaranya bagaimana
objek digambarkan (karakter, narasi setting, dialog, dan lain
lain)

KETIGA

IDEOLOGI
Semua elemen diorganisasikan dalam koheransi dan kode
ideologi, seperti individualisme, liberalisme, sosialisme,
patriarki, ras, kelas, materialisme, dan sebagainya.

Pertama , realitas, dalam proses ini peristiwa atau ide dikonstruksi sebagai

realitas oleh media dalam bentuk bahasa gambar ini umumnya berhubungan dengan

17

Wibowo, Semiotika komunikasi aplikasi praktis bagi penelitian dan skripsi komunikasi
(Jakarta: Mitra Wacana Media,2011), hal.123.

34

aspek seperti pakaian, lingkungan, ucapan, ekspresi dan lain-lain. Di sini realitas
selalu siap ditandakan
Kedua , representasi, dalam proses ini realitas digambarkan dalam perangkat-

perangkat teknis seperti bahasa tulis, gambar, grafik, animasi, dan lainlain. Ketiga ,
tahap

ideologis,

dalam

proses

ini

peristiwa-peristiwa

dihubungkan

dan

diorganisasikan ke dalam konvensi yang diterima secara ideologis. Bagaimana kodekode representasi dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam koherensi sosial atau
kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat.
Representasi bekerja pada hubungan tanda dan makna. Konsep representasi
sendiri bisa berubah-ubah, selalu ada pemaknaan baru. Representasi berubah-ubah
akibat makna yang juga berubah-ubah. Setiap waktu terjadi proses negoisasi dalam
pemaknaan.
Jadi representasi bukanlah suatu kegiatan atau proses statis, tapi merupakan
proses dinamis yang terus berkembang seiring dengan kemampuan intelektual dan
kebutuhan para pengguna tanda, yaitu manusia sendiri yang juga terus bergerak dan
berubah. Representasi merupakan suatu proses usaha konstruksi. Karena pandanganpandangan baru yang menghasilkan pemaknaan baru, juga merupakan hasil
pertumbuhan konstruksi pemikiran manusia yang melalui representasi makna
diproduksi dan dikonstruksi. Ini menjadi proses penandaan, praktik yang membuat
suatu hal bermakna sesuatu.

35

Representasi merupakan proses sosial tentang keterwakilan, produk proses
sosial kehidupan yang berhubungan dengan perwujudan. Sebagai fokus kajian,
representasi adalah uraian tentang bagaimana keterwakilan suatu budaya masyarakat
lewat simbol-simbol yang diproduksi dalam proses komunikasi dan makna-makna
dibangun lewat proses tersebut.
Dari beberapa definisi representasi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
representasi merupakan bentuk dari pencitraan diri, kelompok, organisasi dan
lembaga. Bagaimana penggambaran diri, kelompok, organisasi dan lembaga kepada
masyarakat umum, baik itu penggambaran diri dari sisi baik maupun dari sisi yang
buruk. Sehingga menjadi kajian yang mendalam ketika membahas representasi dalam
penyampaian makna di balik simbol.

C. Teori Semiotika
1. Semiotika
Secara etimologis semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti
penafsir tanda atau tanda di mana sesuatu dikenal. Semiotika ialah ilmu tentang tanda
atau studi tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi. Semiotika ialah cabang
ilmu dari filsafat yang mempelajari “tanda” dan biasa disebut filsafat penanda.
Semiotika adalah teori dan analisis berbagai tanda dan pemaknaan. Menurut Umberto
Eco, tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial
yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.18

18

Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 95.

36

Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Charles Sanders Peirce
(1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913). 19 Menurut Charles Sanders
Peirce semiotika adalah tidak lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni
“doktrin formal tentang tanda-tanda”. Bagi Peirce semiotika adalah suatu cabang dari
ilmu filsafat. Sedangkan menurut Ferdinand de Saussure semiologi adalah sebuah
ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat, menurutnya
semiologi adalah bagian dari disiplin ilmu psikologi sosial. Baik istilah semiotika
maupun semiologi dapat digunakan untuk merujuk kepada ilmu tentang tanda-tanda
tanpa adanya perbedaan pengertian yang terlalu tajam.20
Semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang
tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya
amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna
tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna
tanda tersebut berada.21
Menurut Saussure, tanda adalah kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat
dipisahkan, seperti halnya selembar kertas. Di mana ada tanda, di sana ada sistem.
Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang
ditangkap oleh indra manusia yang disebut signifier , bidang penanda atau bentuk.
Aspek lainnya disebut signified, bidang petanda atau konsep atau makna.22
Penanda terletak pada tingkatan ungkapan (level of expression) dan
mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti bunyi, huruf, kata, gambar,
warna, objek, dan sebagainya. Sedangkan petanda terletak pada level of content
19

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 11.
20

Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitias (Yogyakarya:
Jalasutra, 2011), h. 3.
21
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2006), h.262.
22
Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 12-13

37

(tingkatan isi atau gagasan) dari apa yang diungkapkan melalui tingkatan ungkapan.
Hubungan antara kedua unsur melahirkan makna. Tanda akan selalu mengacu pada
(mewakili) sesuatu hal (benda) yang lain. Ini disebut referent.23
Alex Sobur, Msi dalam bukunya “Analisis Isi Teks Media” menjelaskan
bahwa Semiotika sebagai suatu kajian yang menitikberatkan objek penelitiannya pada
tanda yang pada awalnya dimaknai dengan suatu hal yang menunduk atau merujuk
pada benda lain. Sebagaimana juga bila kita melihat rambu lalu lintas berupa lampu
merah yang diartikan sebagai tanda bahwa kendaraan harus berhenti, sedangkan bila
lampu berwarna hijau berarti kendaraan diperbolehkan berjalan.24
2. Semiotika Visual
Dilihat dari sudut pandang semiotik, desain komunikasi visual adalah sebuah
sistem semiotik khusus, dengan perbendaharaan tanda (vocabulary) dan sintaks
(syntag) yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni. Di dalam sistem,
semiotika komunikasi visual melekat fungsi komunikasi, yaitu fungsi tanda dalam
menyampaikan pesan dari sebuah pengirim pesan kepada para penerima tanda
berdasarkan aturan atau kode-kode tertentu.
Semiotika visual pada dasarnya merupakan salah sebuah bidang studi
semiotika yang secara khusus menaruh minat pada penyelidikan terhadap segala jenis
makna yang disampaikan melalui sarana indra lihatan (visual senses)25

23
24
25

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 12-13.
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 70.
Kris Budiman, Semiotika Visual, h. 9

38

Sementara itu, pesan yang diungkapkan dalam karya desain komunikasi visual
disosialisasikan kepada khalayak melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat
dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan visual. Tanda verbal adalah aspek
bahasa, tema, dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat
dari cara menggambarkannya, apakah secara ikonis, indeksial, atau simbolis, dan
bagaimana cara mengungkapkan idiom estektiknya. Tanda-tanda yang telah dilihat
dan dibaca dari dua aspek secara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari
hubungan antara satu dengan yang lain.26
Semiotika komunikasi visual diperlukan untuk mengkaji tanda verbal (judul,
subjudul, teks) dan tanda visual ilustrasi, logo, typografi, dan tata visual. Dengan
komunikasi visual dengan pendekatan teori semiotika. Diharapkan analisis semiotika
visual mampu menjadi salah satu pendekatan untuk memperoleh makna yang
terkandung dibalik tanda verbal dan tanda visual karya desai komunikasi visual
termasuk dalam sampul.27
Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi
dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan dalam pelbagai media komunikasi
visual dengan mengelola elemen desain grafis yang terdiri atas gambar (ilustrasi),
huruf, dan tipografi, warna, komposisi, dan layout. Semua itu dilakukan guna
menyampaikan pesan secara visual, audio, dan/atau audio visual kepada target
sasaran yang dituju.

26
27

Sambo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 9
Sambo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 9

39

1. Tipografi
Tipografi dalam konteks komunikasi visual, mencangkup pemilihan
bentuk huruf, besar huruf, cara, dan teknik penyusunan huruf menjadi kata
atau kalimat yang sesuai dengan karakter pesan (sosial atau komersial) yang
ingin disampaikan.28
Huruf dan tipografi dalam perkembangannya menjadi ujungtombak
guna menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang,
sekumpulan orang bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan atau target sasaran.
Tipografi dalam hal ini adalah seni memilih dan menata huruf untuk
pelbagai kepentingan menyampaikan informasi berbentuk sosial ataupun
komersial. Dewasa ini, perkembangan tipografi banyak dipengaruhi oleh
kemajuan teknologi digital. Huruf yang telah disusun secara tipografis
merupakan elemen dasar dalam bentuk sebuah tampilan desain komunikasi
visual. Hal ini diyakini dapat memberikan inspirasi untuk membuat suatu
komposisi yang menarik. Sedangkan bentuk-bentuk tipografi itu sendiri dapat
dipergunakan secara terpisah atau dapat pula dikomposisikan dengan materi
lain seperti ilustrasi han drawing ataupun image.
Danton Sihombing mengelompokan keluarga huruf berdasarkan latar
belakang sejarahnya:

28

Sambo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 25

40

1.

Old style, jenis huruf ini meliputi: Bembo, Caslon, Galliard, Garamand.

2.

Transitional, jenis huruf meliputi: Barkerville, Perpetua, Time News,
Roman

3.

Modern, jenis huruf ini meliputi: Bodoni

4.

Egyptian, atau Slab Serif, jenis huruf ini meliputi: Bookman, Serifa

5.

Sans Serif, jenis huruf ini meliputi: Fran