IHSAN RAHAYU HERYANA FDK

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL KOMUNITAS TANGAN DI ATAS (KTDA): KONSEP
DAN PRAKTIK
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
IHSAN RAHAYU HERYANA
1110054100006

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M

ABSTRAK

Ihsan Rahayu Heryana
Kewirausahaan Sosial Komunitas Tangan Di Atas: Konsep dan Praktik


Pertumbuhan ekonomi di Indonesia, perkembangan infrastruktur dan
teknologi informasi yang terjadi saat ini memberikan dampak positif dan
kontribusi bagi kemajuan peradaban di Indonesia secara keseluruhan. Namun
masalah sosial seperti kemiskinan, kepadatan penduduk hingga sulitnya mencari
lapangan pekerjaan yang menyebabkan banyak masyarakat menganggur. Hal ini
tentu saja menjadi suatu permasalahan bagi pemerintah dalam memberdayakan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Konsep praktik
kewirausahaan sosial menjadi konsep yang banyak digunakan di berbagai Negara
sebagai solusi inovatif dalam menyelesaikan permasalahan sosial. Hal inilah yang
kemudian menjadi faktor didirikannya Komunitas Tangan Di Atas (KTDA).
Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengatahui
kewirausahaan sosial yang ada di Komunitas Tangan Di Atas (KTDA) melalui
konsep dan praktinya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pemilihan
informan yang peneliti gunakan adalah purposive sampling. Subyek penelitian ini
adalah presiden KTDA dan 4 koordinator wilayah KTDA yang berasal dari
Jakarta, Makassar, Depok.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Komunitas Tangan Di
Atas merupakan sebuah organisasi yang melakukan praktik kewirausahaan sosial,

Dilihat dari program-program yang didalamnya jelas telah menggunakan
kewirausahaan sosial yaitu : peluang, inovasi, kepemimpinan, value creation,
social benefits, dan profitability. Seain itu KTDA juga mengaplikasikan konsep
kewirausahaan tersebut dalam bentuk praktik kewiraushaaan sosial dengan
melakukan kegiatan seperti memberikan pendidikan bagi anak yang kurang
mampu, mengadakan sunatan masal, membuka peluang usaha di bidang
infrastruktur dan memberikan perubahan berkepanjangan pada lingkungan.

i

DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................v
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .....................................................................................8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................................................................8

D. Tinjauan Pustaka ...................................................................................................................9
E. Metodologi Penelitian ..........................................................................................................12
BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................................................21
A. Kewirausahaan Sosial ..........................................................................................................21
1. Definisi Kewirausahaan Sosial.......................................................................................21
2. Komponen Kewirausahaan Sosial ..................................................................................22
B. Tujuan Kewirausahaan Sosial ..............................................................................................36
BAB III GAMBARAN UMUM KOMUNITAS TANGAN DI ATAS .....................................42
A. Awal Mula Berdirinya Komunitas Tangan di Atas (KTDA) ...............................................42
B. Profil Komunitas Tangan di Atas (KTDA) ..........................................................................43
C. Deskripsi Program Komunitas Tangan di Atas (KTDA) .....................................................45
D. Pengurus Komunitas Tangan di Atas (KTDA) ....................................................................49
BAB IV TEMUAN LAPANGAN & ANALISIS .......................................................................51
A. Temuan Lapangan ................................................................................................................51
1. Kewirausahaan dalam Komunitas Tangan di Atas (KTDA)............................................51
a. Konsep Kewirausahaan dalam Komunitas Tangan di Atas (KTDA)..........................51
b. Tujuan Komunitas Tangan di Atas (KTDA) ………………………..………………54
v

Komponen Wirausaha ………………………………………………...………………..57


2.

a. Peluang ……………………...……………………………………………………..57
b. Inovasi ……………...…………………………………………………………...…62
c. Kepemimpinan …….………………………………………………………………64
d. Value Creation …………………………………………………………………….66
e. Social Benefit ……………………………………………………………………………….68
f. Provitability ………………………………………………………………………..69
3.

Tujuan Kewirausahaan Sosial ........................................................................................71

B. Analisa................................................................................................................................78
1. Kewirausahaan dalam Komunitas Tangan di Atas (KTDA).........................................78
2. Praktik Kewirausahaan Sosial dalam Komunitas Tangan di Atas (KTDA)………......79
3. Tujuan Kewirausahaan Sosial …………………………….………………………......85
BAB V PENUTUP........................................................................................................................88
A. Kesimpulan ...........................................................................................................................88
B. Saran .....................................................................................................................................90

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................91
LAMPIRAN

vi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Indonesia negara dengan 33 propinsi dan jumlah penduduk lebih dari 240
juta jiwa telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat, mulai tahun
2010 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Salah satu indikator yang
dipakai untuk mengukur pertumbuhan ini tingkat Produk Domestik Bruto (PDB),
yang mulai tahun 2010 telah bertumbuh di atas 6%.1
Tabel 1.1: Statistik Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB)

Deskripsi
PDB (dalam milyar USD))
PDB (perubahan % tahunan)
PDB per Kapita (dalam USD)


2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
364.6 332.2 510.2 539.6 755.1 893.0 917.9 910.5 888.5
5.5 6.3 6.0 4.6 6.2 6.2 6.0 5.6 5.0
1,590 1,861 2,168 2,263 3,125 3,648 3,701 3,624 3,492

Sumber: Data BPS Indonesia, Statistik Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Tahun
2006-2014

Merujuk Tabel 1.1 diatas, bahwasanya sejak tahun 2010-2014, PDB
Indonesia telah bertumbuh rata-rata 5.8% per tahunnya dan sejak tahun 2010,
untuk pertama kalinya Indonesia telah melewati PDB di angka $ 3000, dimana
jika merujuk pada data dari IMF (International Monetary Fund), Indonesia sudah
masuk ke negara kelas menengah.2 Menilik pengalaman negara lain, $3000 adalah
angka batas suatu negara

yang akan masuk jajaran negara berpendapatan

menengah. Ini terjadi karena negara dengan PDB yang telah mencapai level $3000
BPS Indonesia, “StatistikPertumbuhanDomestikBruto (PDB) Tahun 2006-2014, “

artikeldiaksespada 19 Feburari 2016darhttp://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/836
2
Yuswohady, Consumer 3000, (Jakarta : GramediaPers , 2012), h.5.
1

1

2

memiliki konsumen kelas menengah yang besar sehingga menjadi akselerator
lokomotif perekenomian. Konsumen kelas menengah itu pada umumnya memiliki
pendapatan yang belum dialokasikan, dimana rule of thumb yang berlalu umum
adalah 1/3 dari pendapatan per bulan, yang siap diinvestasikan dalam berbagai
bentuk mulai dari berwirausaha (entrepreneurship), tabungan, tanah & bangunan,
sampai reksadana. Peluang akan tumbuhnya kelas wirausaha baru inilah yang
berpotensi mendorong tumbuhnya industri tersebut secara meluas, yang pada
gilirannya menggerakkan laju pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. 3
Kemajuan

pembangunan,


ternyata

tidak

selamanya

menghasilkan

kesejahteraan bagi seluruh warga negara. Hingga hari ini, belum semua kebutuhan
dan kepentingan masyarakat mampu dipenuhi oleh pemerintah. Usaha dari pihak
pemerintah dan berbagai lembaga lainnya, belum cukup untuk menanggulangi
kecenderungan negatif seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah dan lain
sebagainya. Maka harapan terbaik untuk masa depan terletak pada kekuatan dan
efektivitas dari mereka yang termotivasi secara sosial, yang bersedia berjuang
demi perubahan cara kita hidup, berpikir dan bertingkahlaku. Maka, di berbagai
belahan dunia, lahirnya beragam praktik dan gerakan dengan benang merah yang
sama yaitu usaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan menyelesaikan beragam
permasalahan sosial secara mandiri. Ragam gerakan ini, kemudian dikenal dengan
nama kewirausahaan sosial. 4

Kewirausahaan sosial merupakan salah satu metode pengembangan
masyarakat yang sekarang ini digunakan oleh banyak lembaga di Indonesia.
Meskipun konsep ini telah muncul sejak tahun 1980-an di Eropa, namun baru
3

Yuswohady, Consumer 3000, (Jakarta : GramediaPers, 2012), h.20.
Hery Wibowo dan Soni A. Nulhaqim, Kewirusahaan Sosial: Merevolusi Pola Pikir dan
Menginisiasi Mitra Pembangunan Kontemporer, (Bandung: Unpad Press, 2015), h. 1
4

3

pada dekade 2000-an menjadi sebuah konsep matang dan digunakan sebagai cara
bagi

lembaga-lembaga

sosial

untuk


memberdayakan

diri

sekaligus

memberdayakan masyarakat sekitar. Secara sederhana, kewirausahaan sosial
adalah suatu metode yang menggabungkan kegiatan bisnis dan misi sosial. Dalam
pengertian tersebut, kewirausahaan sosial adalah upaya atau kegiatan bisnis yang
dilaksanakan oleh sebuah lembaga yang memiliki misi sosial. 5
Konsep praktik kewirausahaan yang berbasis sosial belakangan ini telah
menjadi konsep yang populer di berbagai Negara. Berbagai kalangan akademisi,
praktisi, media massa dan elite pemerintahan mulai memperbincangkan konsep
kewirausahaan sosial sebagai solusi inovatif dalam menyelesaikan permasalahan
sosial.

Kegagalan

dan


lambatnya

organisasi-organisasi

sosial

dalam

menyelesaikan permasalahan sosial membuat beberapa individu, organisasi atau
negara mulai memikirkan konsep kewirausahaan sosial. Organisasi sosial
cenderung memberikan bantuan yang bersifat filantropi, hal inilah yang disebutsebut sebagai pemicu ketidakberhasilan sebuah lembaga atau organisasi dalam
keberlanjutan program pengembangan di masyarakat. Kewirausahaan sosial
merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan sosial.6 Hal ini
dikarenakan kewirausahaan sosial adalah suatu bentuk usaha yang bertujuan untuk
melakukan perubahan sosial dengan menyelesaikan permasalahan sosial dengan

5

Asyhabuddin, MA, Berdaya sekaligus Memberdayakan: Kewirausahaan Sosial Berbasis
Pesantren(Studi Kewirausahaan Sosial dan Dampaknya terhadap kemandirian pesantren dan
Pengembangan Masyarakat sekitar di Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pesantren Al-Azhar
Malangdan
Pesantren
Putri
Al-Mawaddah
Ponorogo),
dari
http://scholarship.kemenag.go.id/peserta2015/AsyhabuddinfrmPROPOSAL%20DISERTASI.pdf,
diakses pada 8 Maret 2016.
6
Helfin Frinces, Kewirausahaan dan inovasi Bisnis, (Yogyakarta: Darussalam, 2004), h.4

4

menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan melalui praktik penciptaan lapangan
padat karya dalam rangka pengentasan kemiskinan.7
Berwirausaha juga telah disinggung dalam Al-Qur’an, pekerjaan berdagang
atau berwirausaha mendapat tempat terhormat dalam ajaran Islam, seperti yang
djelakan dalam hadits:
‫حّثنا قتيْبة بْن سعيّ عنْ مالك بْن أنس فيما ق ئ عليْه عنْ نافع عنْعبّْ الله بْن عم أّ س ل الله‬
ّ‫صل الله عليْه وسلم قال وه عل الْمنْب وه ي ْك الّّقة والتعّف عنْ الْمسْألة الْيّ الْعلْيا خيْ منْالْي‬
‫السّْل والْيّ الْعلْيا الْمنّْقة والسّْل السائلة‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dari Malik bin Anassebagaimana yang telah dibacakan kepadanya- dari Nafi' dari Abdullah bin Umar
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda di atas mimbar, beliau
menyebut tentang sedekah dan menahan diri dari meminta-minta. Sabda beliau:
"Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah. Tangan di atas
adalah tangan pemberi sementara tangan yang di bawah adalah tangan pemintaminta.8
Selain itu Islam juga mengatur wirausahawan muslim untuk memperhatikan
beberapa etika dan perilaku terpuji dalam perdagangan. Seperti yang diucapkan
oleh Imam Ghazali bahwa terdapat 8 sifat dan perilaku yang terpuji dalam
perdagangan yaitu pertama, sifat Takwa, Tawakkal, Zikir, dan Syukur. Kedua,
tidak mengambil laba yang lebih banyak. Ketiga, jujur. Keempat, niat suci dan
7

Sudrajad Rasyid, dkk, Kewirausahaan Santri: Bimbingan Santri Mandiri (Jakarta : PT.
Citratudha, 2006),h. 4
8

Mutiara Hadits, dari http://www.mutiarahadits.com/23/62/76/tangan-di-atas-lebih-baikdari-tangan-di-bahwa.htm, diakses pada 13 Maret 2017.

5

ibadah. Kelima, Azzam dan banun lebih pagi. Keenam, toleransi. Ketujuh,
berzakat dan berinfak. Kedelapan, silaturahmi.9
Sekian banyak komunitas yang muncul dan bergerak dalam bidang
kewirausahaan, namun masih sedikit yang mempunyai program pemberdayaan
dan program kewirausahaan sosial. Kebanyakan dari mereka hanya sebagai
tempat dan wadah untuk kooptasi dalam kerangka kerjasama bisnis dalam
mencapai tujuan yang bersifat keuntungan komersial. Salah satu komunitas yang
telah berdampak dalam menggabungkan antara semangat kewirausahaan dan nilai
sosial adalah Komunitas Tangan di Atas (KTDA).
KTDA adalah sebuah komunitas atau tempat bergabungnya para
wirausahawan Indonesia yang didirikan pada Januari 2006 oleh Badroni
Yuzirman dan 6 pengusaha lainnya di Jakarta. KTDA mempunyai visi
membentuk pengusaha-pengusaha tangguh dan sukses yang memiliki kontribusi
positif bagi peradaban. Sampai tahun 2014 telah bergabung tidak kurang dari
15.000 member di KTDA dan diantaranya terdapat sekitar 5.000 member terdaftar
secara resmi di database KTDA. Sampai tahun 2013, TDA telah hadir di 55 kota
di seluruh Indonesia dan di 4 negara yaitu KTDA Malaysia, KTDA Singapura,
KTDA Hongkong, KTDA Mesir, dan KTDA Australia. Melihat perkembangan
ekspansi dari KTDA di berbagai kota di Indonesia, sampai merambah ke luar
negeri, menunjukkan bahwa proses pengembangan dan penyebaran kultur
kewirausahaan telah terjadi secara eksponensial, bermula dari anggota di
dalamnya sampai keluar untuk merekrut para calon wirausahaan-wirausahaan
baru.
9

Aprijon, M.Ed, Kewirausahaan dan Pandangan Islam, dari http://ejournal.uinsuska.ac.id/index.php/Menara/article/download/406/387 diakses pada 14 Maret 2017.

6

Hal ini dapat dilihat dari berberapa indikator yang mengarah pada
terciptanya praktik penjalanan bisnis yang berbasis pemberdayaan lingkungan
sosial untuk para anggotanya dan mendidik serta mengedukasi para anggota dan
calon anggota bahwa kewirausahaan adalah hal yang telah menjadi siginifikan
dalam peran serta membangun ekonomi nasional. Selain itu, misi kewirausahaan
sosial

KTDA

adalah

menumbuhkembangkan

semangat

kewirausahaan,

menciptakan sinergitas diantara sesama anggota dan antara anggota dengan pihak
lain, berlandaskan prinsip high trust community, dan menumbuhkan jiwa sosial &
berbagi di antara anggota.
Selain itu KTDA memiliki beragam program dimana program-program
tersebut ada yang sudah ditentukan oleh pengurus tingkat Nasional, ada pula
program yang diinisiasi oleh pengurus tingkat daerah dan yang membuat program
dari KTDA ini menajdi menarik adalah karena program tersebut menyesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi yang terjadi di daerah tersebut. Program tersebut
diantaranya program reguler, program bulanan, program tiga bulanan, program
tahunan dan program insidential. Melalui serangkaian progam yang sudah
dijalankan oleh Komunitas Tangan di Atas, program-program tersebut memanglah
diarahkan untuk mengembangkan kompetensi dan skill para anggotanya untuk
meningkatkan produktivitas dalam rangka penyerapan tenga kerja, serta
melahirkan dan memberdayaan para wirausahawan baru yang dapat menciptakan
lapangan kerja yang semakin banyak untuk menjadikan masyarakat yang lebih
produktif.
KTDA

memiliki

komponen

kewirausahaan

sosial

diantaranya

menumbuhkan peluang bisnis bagi para wirausahawan, menumbuhkan inovasi,

7

menumbuhkan jiwa kepemimpinan, value creation, social benefit

dan

provitability. Masing-masing dari komponen kewirausahaan sosial yang dimiliki
KTDA tersebut diaplikasikan dalam bentuk praktik kewirausahaan sosial. Dimana
dala praktik tersebut memiliki tujuan diantaranya untuk mengentaskan
kemiskinan, meningkatkan aspek pendidikan bagi masyarakat yang tidak mampu
terlebih pada anak, meningkatkan aspek kesehatan, membuka peluang bagi para
wirausaha untuk memajukan usaha di bidang air bersih, mengembangkan usaha di
bidang infrastruktur dan pembangunan serta pengembangan lingkungan yang
berkelanjutan.
Berdasarkan data di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
pada praktik kewirausahaan sosial serta mengetahui bagaimana konsep
kewirausahaan sosial yang ada di KTDA dengan judul Kewirausahaan Sosial
Komunitas Tangan Di Atas (KTDA): Konsep dan Praktik.
B.

Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.

Pembatasan Masalah
Melihat luasnya pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan

yang penulis teliti, untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang
berkaitan dengan peneliti ini, karena peneliti menyadari adanya keterbatasan
waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti. Pembatasan masalah
dilakukan agar pengkajian dalam penelitian tidak terlampau jauh sehingga
menjadi lebih fokus dan efektif terhadap apa yang akan disimpulkan.
Penulis membatasi penelitian ini hanya pada Konsep dan Praktik
Kewirausahaan Sosial yang ada di KTDA.
2.

Perumusan Masalah

8

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep dan
praktik kewirausahaan sosial yang ada di KTDA?
C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep dan

praktik kewirausahaan sosial yang ada di KTDA.
2.

Manfaat Hasil Penelitian
a.

Manfaat teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama bagi penulis

sendiri dalam mendalami dan mengetahui bagaimana konsep dan
praktik kewirausahaan sosial yang ada di KTDA.
b.

Manfaat praktis
Sebagai acuan dalam pembinaan nilai kewirausahaan sosial,

khususnya sikap kemandirian bagi para anggota Komunitas Tangan di
Atas yang memiliki potensi SDA maupun SDM-nya. Dalam jangka
panjang semoga bagi para kaum muda bisa membentuk sebuah jiwa
kewirausahaan sosial untuk melahirkan karya-karya yang mandiri,
kreatif dan inovatif.

D.

TINJAUAN PUSTAKA
Setelah penulis melakukan studi kepustakaan, terdapat buku dan
beberapa artikel dari internet yang berhubungan dengan kewirausahaan
dan kewirausahaan sosial.

9

Penulis juga melakukan studi kepustakaan terhadap skripsi
terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan terutama yang melakukan
penelitian

yang

mengenai

peran

kewirausahaan

dan

pentingnya

berwirausaha.
Skripsi pertama berjudul Strategi Pengembangan Kewirausahaan
Pondok Pesantren Al-Ashiriyah Nurul Iman. Oleh: Nuraini, Jurusan
Perbankan Syariah,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Lulusan Tahun

2009. Penelitian yang dilakukan oleh Nuraini mengenai strategi
pengembangan kewirausahaan melalui usaha daur ulang sampah, pabrik
roti dan percetakan. Strategi pengembangan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman meliputi 4 tahap. Pertama,
perencanaan meliputi: menumbuhkan gagasan usaha, menetapkan tujuan,
mencari data dan informasi. Kedua, pemilihan jenis dan macam usaha.
Ketiga, pelaksanaan dan pengelolaan usaha. Keempat, pengembangan
usaha pondok pesantren yang meliputi: pengembangan pemasaran,
pengembangan dan peningkatan produksi, pengembangan dan peningkatan
modal, sistem evaluasi dan pengawasan. Manajemen pengelolaan
kewirausahaan pondok pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman yang
memberikan peran domain kepada santri sehingga terjadi proses belajar
kemandirian akan tetapi dalam hal orientasi akhir Pondok Pesantren AlAshiriyyah Nurul Iman tidak sesuai dengan konsep pengembangan
kewiraushaan pondok pesantren secara umum karena tidak melibatkan
santri putri, selain itu yang menjadi penghambat pengembangan
kewirausahaan yaitu mahalnya bahan-bahan produksi sehingga dapat

10

menghambat usaha di Pondok Pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman. Saran
peneliti dalam penelitian tersebut adalah Pondok Pesantren Al-Ashiriyyah
Nurul Iman diharapkan dapat mengelola dengan lebih baik lagi wirausaha
yang telah ada, agar suatu masa yang akan datang Pesantren Al-Ashiriyyah
Nurul Iman dapat lebih berkembang dan dapat menambah lagi wirausaha
yang lainnya.10
Skripsi kedua berjudul Sistem Pelatihan Kewirausahaan Kepada
Anak Jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Oleh: Fitria
Handayani. Jurusan Manajemen Dakwah. Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulusan Tahun 2013.
Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Handayani mengenai pelatihan dan
pelaksanaan sistem pelatihan kewirausahaan pada anak jalanan yang
diberikan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Berbagai macam
pelatihan yang diberikan oleh anak jalanan berupa pelatihan pembuatan
kue, pelatihan perbengkelan motor dan pelatihan kewirausahaan sablon.
Peneliti dapat menyimpulkan mengenai sistem pelatihan kewirausahaan
pada anak jalanan Yayasan Bina Insan Mandiri Depok yakni kegiatan
pelatihan diharapkan selain untuk menambah ketrampilan pemuda namun
juga dapat memperbaiki pola hidup dan bersikap sesuai dengan ajaran
Islam. Untuk itu Yabim menerapkan proses pembelajaran dari hati kehati
berupa diskusi, tahap perkenalan alat-alat pelatihan, cara pengolahan
produk dan sampai pada tahap pelatihan pengelolaan usaha. Sehingga

Nurul Iman, “Strategi Pengembangan Kewirausahaan di Pondok Pesantren AlAshiriyyah Nurul Iman,” (Skripsi S1 Jurusan Perbankan Syariah, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2009).
10

11

menciptakan pemuda yang mandiri, siap dan berakhlak dalam menghadapi
dan menjalani kehidupanya. Saran dari peneliti yaitu, lebih fokus terhadap
pelatihan-pelatihan yang sudah ada. Hal tersebut ditandai dengan masih
belum terdapatnya nomor izin pelatihan, struktur kepengurusan, serta
pembukuan anggaran. Kemudian lebih fokus untuk merangkul anak
jalanan yang masih belum mengenyam pendidikan dan sebaiknya waktu
pelatihan disesuaikan oleh waktu mereka biasa bekerja.11
Skripsi ketiga berjudul Pemberdayaan Kewirausahaan Terhadap
Santri

di

Pondok

Pesantren

Al-Ashiriyah.

Oleh:

Deden

Bazar

Badruzaman. Jurusan Perbankan Syariah. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Lulusan Tahun 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Deden Fajar
Badruzzaman mengenai pola pemberdayaan kewirausahaan di Pondok
Pesantren Al-Asyriyyah yang terdiri dari: Input yaitu, 1. Identifikasi
kebutuhan pelatihan kewirausahaan, dengan melihat tiga sisi: pertama
dilihat dari kebutuhan santri, kedua kebutuhan pesantren, ketiga kebutuhan
organisasi. 2. Penetapan sasaran, penetapan sasaran ini dilakukan secara
selektif, karena tidak keseluruhan santri bisa mengikutinya. Proses yaitu,
merancang program pemberdayaan, rancangan program terdiri dari
penyelenggara yaitu Pondok Pesantren Al-Ashiriyah Nurul Iman, dengan
tujuan

terwujudnya

kemandirian

dengan

menumbuhkan

jiwa

kewirausahaan santri. Pelaksanaan program pemberdayaan kewirausahaan
dilakukan dengan cara seminar, workshop, kemudian dipraktikkan di
lapangan dan unit-unit usaha yang ada. Adapun saran yang dapat diberikan
Fitria Handayani,” Sistem Pelatihan Kewirausahaan Kepada Anak Jalanan di Yayasan
Bina Insan Mandiri Depok,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Jakarta, 2013)
11

12

dari hasil penelitian ini yaitu, pengembangan kegiatan belajar mengajar
dalam

melaksanakan

pemberdayaan

kewirausahaan

dalam

upaya

menumbuhkan jiwa enterptreneur santri hendaknya menyeimbangkan
antara pembekalan teori dan praktik secara proposional, sehingga mereka
benar-benar mempunyai bekal untuk menjadi wirausahaan kelak. 12
Penulis menyadari bahwa literatur tersebut merupakan sumber
inspirasi dalam menyusun skripsi ini. berbeda dengan karya ilmiah yang
menjadi gagasan tersebut, penelitian yang penulis lakukan lebih
menekankan pada bagaimana konsep dan praktik kewirausahaan sosial yang
ada di KTDA.
E.

Metodologi Penelitian
1.

Pendekatan Penelitian
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan

kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berupaya menghimpun data, mengolah
dan menganalisa data secara kualitatif. Penulis dapat memiliki data yang
akurat dari pelaksanaan program dan praktik Komunitas Tangan di Atas.
Penulis bermaksud untuk meneliti secara mendalam mengenai peran dari
Komunitas Tangan di Atas dalam mengurangi pengangguran mengatasi
pengangguran dan menyelesaikan permasalahan sosial lingkungan di
masyarakat yang dilakukan oleh para anggota di dalamnya.
Sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor yang dikutip
Lexy J. Moleong bahwa pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian

Deden Bazar Badruzaman, “Pemberdayaan Kewirausahaan Terhadap Santri di Pondok
Pesantren Al-Ashiriyah,” (Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2009)
12

13

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang dapat dialami. Sedangkan menurut Krik dan
Miller seperti yang di kutip Lexy J. Moleong, mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan pada orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristilahannya.13
Istilah penelitian kualitatif menurut Strauss dan Corbin seperti yang
dikutip Lexy J. Moleong Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan
menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari
kuantifikasi (pengukuran).
Menurut prof. Dr. Sugiyono penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandasakan pada filsafat postpositivisme yaitu digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi.
2.

Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut

Whitney yang dikutip oleh Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan intepretasi yang tepat. Penelitian deskriptif
13

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif (Bandung PT Remaja Rosdakarya,
2009 ), h. 4

14

mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang
berlaku dan situasi tertentu dalam masyarakat, termasuk tentang hubunganhubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan, serta proses-proses
yang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.14
Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data dan
sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan,
instrumen yang penulis maksud adalah berbagai bentuk alat bantu dan
dokumentasi lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang hasil
penelitian terkait dengan persoalan-persoalan yang berkenaan dengan objek
penelitian.
3.

Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti melakukan penelitian lapangan selama 4 bulan, agar peneliti

dapat menghasilkan penelitian dengan sebaik mungkin dan tidak tergesagesa dalam melakukan penelitian. Adapun tempat yang dijadikan penelitian
ini ialah Komunitas Tangan di Atas yang memilki sekretariat di Gedung
UMKM Smesco Pancoran Jakarta.
4.

Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.

Data primer, yaitu berupa data yang diperoleh dari informan
atau sasaran penelitian melalui wawancara mendalam, dimana
penulis melakukan percakapan dua arah secara berulang dalam
suasana kesetaraan, akrab, dan informal terkait proses
kewirausahaan sosial.

14

Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003), h. 16

15

b.

Data sekunder, yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil
melalui sumber-sumber informasi tidak langsung. Data sekunder
yang penulis maksud adalah catatan atau dokumen-dokumen
yang diperoleh dari berbagai literatur, buku, majalah brosur,
karangan, ilmiah, arsip dan modul-modul yang berkaitan dengan
penelitian.

5.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a.

Wawancara mendalam, suatu cara pengumpulan data yang
digunakan

untuk

memperoleh

informasi

langsung

dari

sumbernya.15 Menurut Moleong yang dikutip oleh Haris
Hardiansyah bahwa wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan yaitu
peneliti

sendiri

dan

terwawancara

(interviewee)

yang

memberikan jawaban atas pertanyaan yang terdiri Ketua
Komunitas Tangan di Atas, perwakilan anggota komunitas (dua
pihak),

Pengamat

Kewirausahaan,

dan

Akademisi

Kewirausahaan Instrumen yang digunakan dalam wawancara
pedoman wawancara, handphone ataupun alat perekam.
b.

Studi Dokumentasi, salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen
yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang

15

Riduwan, Metode Teknik Menyusun Tesis (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 102

16

subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari
sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen
lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang
bersangkutan.16 Hal ini digunakan untuk memperoleh data yang
tidak diperoleh dengan wawancara dan observasi, tetapi hanya
diperoleh dengan cara melakukan penelusuran data dengan cara
menelaah buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet, dan foto
kegiatan yang bersumber dari lembaga dan dokumentasi yang
berkaitan dengan penelitian.
6.

Teknik pemilihan informan
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan

informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive
sampling yaitu memilih informan yang dipilih secara sengaja yang diambil
karena pertimbangan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.17 Pertimbangan
tertentu ini, saat penulis ingin mengambil informan anggota komunitas ini
adalah penulis berdiskusi dengan ketua Komunitas Tangan di Atas
mengenai siapa saja anggota komunitas yang bisa dijadikan informan.
Berikut adalah tabel rancangan informan dalam penelitian:

16

Haris Herdiansyah , Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta : Salemba Humanika,2012)

h.118
17

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.52

17

Tabel 1.3 Rancangan Informan
Informasi Yang
No.

Nama
Jabatan

Jumlah

Dicari
Profil
1.

Informan

Komunitas Ketua

Mustofa

Tangan di Atas, praktik Komunitas
dan

program

1 orang

Ramdhoni

yang Tangan di Atas

sudah dilakukan

Konsep
2.

3

Founder

dan

Kewirausahaan Sosial Pengamat

Roni
Yurizman dan

dalam KTDA

Yuswohady

Praktik Kewirausahaan Anggota KTDA

Edi Fajar. P

Sosial

2 orang

4 orang

Ade
Heri
Chandra
Jumlah

7.

7 orang

Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

18

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.18
Teknik pengelolaan data yang peneliti gunakan dalam mengelola data
penelitian ini adalah dari hasil wawancara dan dokumentasi, dan bahan
pustaka dengan menggunakan pola deskriptif analisis, yakni peneliti
mencoba mempaparkan semua data dan informasi yang diperoleh kemudian
menganalisa data dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis.
8.

Teknik Keabsahan Data
Burhan Bungin dalam bukunya penelitian kualitatif mengatakan

bahwa dalam melakukan penelitian kualitatif seringkali menghadapi
persoalan dalam menguji keabsahan hasil penelitian, hal ini disebabkan
banyak hal, yaitu: (1) subjektifitas penelitian merupakan hal yang dominan
dalam penelitian kualitatif, (2) alat penelitian yang diandalkan adalah
wawancara dan observasi, (3) sumber data kualitatif yang credible akan
mempengaruhi hasil akurasi penelitian.19 Menurut Patton dan Moleong
keabsahan data dapat dicapai dengan jalan membandingkan keadaan dan
prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.
Strategi

ini

digunakan

untuk

meningkatkan

kredibilitas

(derajat

kepercayaan) dengan menggunakan teknik triangulasi sumber. Dalam hal ini
jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil pembandingan tersebut
merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau pemikirian. Yang penting

18

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2006), h. 244
19
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial
lainnya (Jakarta: Kencana 2007), h. 253

19

di sini ialah bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaanperbedaan tersebut.20
F.

Teknik Penulisan Data
Adapun teknik penulisan dalam penelitian skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development
And Assurance)UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, cetakan pertama, 2007.

G.

SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah maka penulis membagi atas lima bab secara
rinci sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengutarakan tentang: Latar Belakang, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian,
Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang definisi kewirausahaan sosial, termasuk
komponen-komponen dalam kewirausahaan sosial yang terdiridari: peluang,
inovasi, kepemimpinan, value creation, social benefit, dan profitability serta
tujuan dari kewirausahaan sosial.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Bab ini membahas profil dari Komunitas Tangan di Atas yang
meliputi: sejarah singkat berdirinya, visi, misi, motto, tujuan, identitias

20

Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 330

20

lembaga, sarana dan prasarana, struktur organisasi, pembiayaan operasional
dan mitra atau kerja sama.
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN
Bab ini membahas tentang apa saja konsep kewirausahaan sosial
dalam KTDA, tujuan dari KTDA, dan komponen kewirausahaan sosial.
BAB V PENUTUP
Memberikan kesimpulan tentang bagaimana konsep dan praktik
kewirausahaan sosial yang dilakukan oleh KTDA.

BAB II
KERANGKA TEORI
Pada bab ini, penulis mencoba mengumpulkan dan menganalisis teori dan
pemikiran dari para ahli tentang kewirausahaan sosial, sebagai landasan yang
diperlukan untuk menganalisis dan menjawab rumusan masalah yang telah
dijelaskan di bab 1. Bab ini dibagi dalam dua bagian utama. Pertama, teori dan
pemikiran yang berkaitan dengan defini kewirausahaan sosial dan teori dan
pemikiran yang berkaitan dengan sisi inovasi dalam kewirausahaan sosial.
Kedua, tujuan kewirausahaan sosial siginifikan untuk diketahui untuk
untuk mengetahui apakah tujuan dari Komunitas Tangan di Atas sudah relevan
dengan prinsip-prinsip yang menjadi tujuan sebuah entitas menjalankan praktik
kewirausahaan sosial.
A.

Kewirausahaan Sosial
1.

Definisi Kewirausahaan Sosial
Menurut Wawan Dhewanto, kewirausahaan sosial adalah suatu bentuk

usaha yang bertujuan untuk melakukan perubahan sosial dengan
menyelesaikan permasalahan sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip
kewirausahaan sosial.1
Sedangkan kewirausahaan sosial menurut Juwaini, adalah individu
yang bervisi, berjiwa pengusaha, dan beretika yang mampu menciptakan

1

Wawan Dhewanto,dkk, Inovasi dan Kewirausahaan Sosial (Bandung,Alfabeta: 2013), h.43

21

22

inovasi sosial dan mampu mengubah sistem yang ada di masyarakat.2
Kewirausahaan sosial merupakan suatu proses yang menciptakan nilai sosial
dengan menggabungkan sumber daya yang terfokus untuk mengejar dan
mencari kesempatan. Untuk menciptakan nilai sosial ini dengan mengetahui
kebutuhan yang belum terpenuhi, selanjutnya dalam proses ini melibatkan
adanya produk dan jasa yang dihasilkan tetapi bisa juga yang merujuk pada
adanya pembentukan organisasi baru. Kewirausahaan sosial merupakan
solusi untuk mengatasi permasalahan sosial.
Kewirausahaan sosial adalah sebuah anomali, yang menantang
pemahaman umum tentang manusia dengan segala pemikiran dan
prilakunya. Aktivitas kewirausahaan sosial dipertimbangkan sebagai sebuah
kegiatan yang „aneh’ karena menabrak kelaziman; yaitu melakukan berbagai
kegiatan ekonomi, namun hasilnya untuk kesejahteraan orang lain.
Kelaziman pemikiran bahwa aktivitas ekonomi adalah untuk sebesarbesarnya kemakmuran pribadi, seakan ditabrak oleh hadirnya aktivitas ini.3
2.

Komponen Kewirausahaan Sosial
Paul C. Light mengasumsikan bahwa kewirausahaan sosial terbentuk

dari empat komponen besar yaitu kewirausahaan, ide/gagasan, peluang dan
organisasi.4 Dari beberapa definisi yang dirangkum oleh Okpra

dan

Halkias ini terdapat beberapa komponen yang membentuk definisi

2

Juwaini Ahmad, Social Enterprise (Bandung, Mizan Group: 2011), h.9
Hery Wibowo dan Sony A. Nulhaqim, Kewirausahaan Sosial: Merevolusi Pola Pikir
dan Menginisiasi Mitra Pembangunan Kontemporer, dari http://repository.unpad.ac.id/20298/1/6Kewirausahaan-Sosial.pdf, diakses pada 13 Maret 2016.
4
Budi Wibhawa,dkk, Social Entrepreneurship, Social Enterprise & Corporate Social
Responsibility (Bandung,Widya Padjajaran:2011), h.15
3

23

kewirausahaan

sosial.

Komponen-komponen

tersebut

kemudian

didefinisikan dalam sebuah skema seperti di bawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir dalam Kewirausahaan Sosial

Bagan diatas mencoba menggambarkan alur dalam sebuah konstruksi
dan arsitektur sebuah pemikiran dan implementasi gerakan kewirasusahaan
sosial, mulai dari munculnya ide-ide yang berbasis kreatifitas yang berasal
dari subjek yang memang melihat dan menemukan sebuah kesempatan
dalam rangka menghasilkan sebuah nilai tambah (added value), bukan
hanya

keuntungan

yang

bersifat

komersial

yang

dihasilkan

dan

dimanfaatkan secara pribadi semata, tetapi bagaimana keuntungan ini
bersifat sosial karena agregasi dan akumulasi dari beberapa organ
disekitarnya dan dampaknya bersifat umum dan bernilai pada masyarakat
pada umumnya. Efektifitas subjek dan kesempatan yang ada bersifat
hubungan yang saling simultan dan mempengaruhi dalam rangka

24

menghasilkan inovasi sosial berbasis kreatifitas. Hubungan ini kemudian
harus dijewantahkan melalui program-program yang komprehensif dan
konsisten dalam rangka menghasilkan keuntungan sosial untuk menambah
nilai

bagi

masyarakat.

diimplementasikan

haruslah

Program-program
direncanakan

dan

yang

disusun

disusun

dan

berdasarkan

kreativitas yang memilki inovasi sosial dan dibuat standar pengukuran yang
jelas spesifik sebagai baromater untuk melihat apakah sebuah program yang
dijalankan telah menjawab permasalahan sosial yang ada dan pencapaian
yang dihasilkan dalam menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat. Pada
akhirnya, tujuan jangka panjang yang ingin dicapai adalah sebuah
keuntungan sosial, bersifat umum, yang dapat dinikmati manfaat dan
dirasakan dampaknya bagi khalayak dan subjek yang menjalankannya.
Berikut penjelasan dari tiap elemen–elemen dalam sebuah alur pemikiran
kewirausahaan sosial, saling mempengaruhi diantaranya untuk membuat
satu kesatuan utuh dan komprehensif dalam prinsip penjalanan praktik
kewirausahaan sosial.
1.

Peluang (Opportunity)
Proses untuk mengembangkan sebuah usaha baru terjadi pada proses

kewirausahaan (entreupreneur process), yang melibatkan lebih dari sekedar
penyelesaian masalah dalam suatu posisi manajemen. Seorang pengusaha
harus menemukan, mengevaluasi, dan mengembangkan sebuah peluang
dengan mengatasi kekuatan yang menghalangi terciptanya suatu yang baru.
Proses ini memilki empat tahap yang berbeda: 1) Identifikasi dan evaluasi

25

peluang 2) Pengembangan rencana bisnis 3) Penetapan sumber daya yang
dibutuhkan 4) Manajemen perusahaan yang dihasilkan.5
Identitas peluang dan evaluasi merupakan tugas yang sangat sulit.
Sebagian besar peluang bisnis yang baik tidak muncul secara tiba-tiba
melainkan merupakan hasil ketajaman seseorang pengusaha melihat
kemungkinan pada beberapa kasus, pembentukan mekanisme yang dapat
mengidentifikasi peluang potensial.
Peluang dalam bahasa Inggris adalah opportunity yang berarti
kesempatan yang muncul dari sebuah kejadian atau momen. Inspirasi
merupakan sumber dari peluangInspirasi bisa muncul dari mana saja dan
kapan saja. Faktor-faktor yang mempengaruhi:6
1)

Faktor Internal, yang berasal dalam diri seseorang sebagai subjek,
antara lain:


Pengetahuan yang dimiliki:



Pengalaman dari individu itu sendiri;



Pengalaman saat ia melihat orang lain menyelesaikan masalah



Instuisi yang merupakan pemikiran yang muncul dari individu
itu sendiri.

2)

Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang dihadapi seseorang dan
merupakan objek untuk mendapatkan sebuah inspirasi bisnis, antara
lain:


Masalah yang dihadapi dan belum terpecahkan;

Donny Rosmiati, “Sikap, Motiasi, danminatberwirausahamahasiswa”, Jurnal Mahasiswa
Kewirausahaan,17:1, (Kupang, Maret 2015), 21-30
6
Zulekha, Izul, Peluang Usaha dalam Kewirausahaan Sosial, artikel diakses pada 17 Juli
2016 dari : https://www.idjoel.com/pengertian-peluang-usaha/, 2012.
5

26



Kesulitan yang dihadapi sehari-hari;



Kebutuhan yang belum terpenuhi baik untuk dirinya maupun
orang lain;



Pemikiran yang besar untuk menciptakan sesuatu yang baru.

Dalam kewirausahaan sosial, proses menemukan peluang adalah
mengidentifikasi isu-isu sosial yang penting dalam masyarakat, melakukan
sesuatu yang realitas, terjangkau dan menguntungkan bagi masyarakat.
Sebuah ide harus disesuaikan dengan peluang atau kebutuhan yang
tersedia. Peluang usaha sendiri dapat diartikan sebagai kesempatan atau
waktu yang tepat untuk dimanfaatkan oleh wirausaha guna memperoleh
keuntungan. Untuk menangkap peluang usaha perlu kerja keras dan
perngorbanan. Howorth menjabarkan proses yang harus dilakukan oleh
wirausaha sosial untuk menjalankan usahanya:
a) Mencari kesempatan
b) Mengembangkan konsep bisnis
c) Mencari tahu apa arti sukses dan bagaimana mengukurnya
d) Memperoleh sumber daya yang tepat
e) Peluncuran dan tumbuh
f) Mencapai tujuan
Menurut Martin dan Orsberg, kewirausahaan sosial memiliki tiga
komponen sebagai berikut 7:
a) Mengidentifikasi keseimbangan yang stabil meskipun menyebabkan
pengecualian
7

h.65

di

dalamnya,

marjinalisasi,

atau

penderitaan

Wawan Dhewanto,dkk, Inovasi dan Kewirausahaan Sosial (Bandung,Alfabeta:2013),

27

kemanusiaan yang tidak memiliki sarana keuangan, atau kekuatan
politik untuk mencapai manfaat perubahan itu sendiri.
b) Mengidentifikasi

solusi

dalam

keseimbangan

yang

salah,

mengembangkan proposisi nilai sosial, dan membawa tanggungan
untuk melewan hegemoni negara yang stabil.
c) Membangun hal yang baru, keseimbangan yang melepaskan beban,
dan meredakan penderitaan kelompok sasaran, meniru pemikiran
dan menciptakan ekosistem yang stabil serta memastikan masa
depan yang lebih baik untuk kelompok sasaran dan bahkan
masyarakat secara keseluruhan.
Peter Drucker dalam bukunga Innovation dan Entrepreneurship
Practice dan Principles mengungkapkan kewirausahaan adalah kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan melihat peluang
dari sebuah perubahan. Kunci keberhasilan dalam menangkap peluang
usaha adalah pengalaman dan pendekatan terhadap faktor manusia,
teknologi, komunikasi dan informasi. Untuk mendapatkan peluang usaha
sangat bergantung pada beberapa hal, antara lain:8
a) Minat
Ketertarikan seseorang atau yang menjadi fokus perhatian seseorang.
Misalnya, yang menjadi minat kita adalah masalah sosial, ekonomi,
politik, teknologi

8

Martono, Nanang, Sosiologi Perubahan Sosial, (Depok: Rajagrafindo Persada,2006), h. 41

28

b) Modal
Hal ini berkaitan dengan dana dan sumber daya yang dimiliki
individu atau organisasi.
c) Relasi
Hal ini berkaitan dengan jaringan atau hubungan yang menunjang
potensi pengembangan usaha. Contohnya: teman, keluarga, institusi.
2.

Inovasi (Innovation)
Inovasi adalah proses menemukan atau mengimplementasikan sesuatu

yang baru ke dalam situasi yang baru. Konsep kebaruan ini berbeda bagi
kebanyakan orang karena sifat nya relative (apa yang dianggap baru oleh
seseorang atau pada suatu konteks dapat menjadi sesuatu yang merupakan
lama bagi orang lain dalam konteks lain).
Inovasi adalah memikirkan dan melakukan sesuatu yang baru yang
menambah atau menciptakan nilai-nilai manfaat social maupun ekonomi.
Untuk menghasilkan perilaku inovatif seseorang harus melihat inovasi
secara mendasar sebagai proses yang dapat dikelola Proses inovasi terdiri
dari tiga tahap:9
1)Pencarian

ideadalah

tahap

membuat

ide-ide

baru

dan/atau

memperkuat ide yang sudah ada
2)Pemanenan ide adalah pengaplikasian ide-ide yang sudah terkumpul,
disaring, dan di evaluasi
3)Pengembangan dan implementasi idepenelitian, percobaan, perbaikan,
dan pengembangan dari suatu ide dan implementasinya

9

Reniati, Kreativitas Organisasi dan Innovasi Bisnis, (Jakarta: Alfabeta,2010), h. 32

29

Berinovasi yaitu memperkenalkan sesuatu yang baru dari sebuah ide,
metode, atau alat inovasi adalah kombinasi dari dua proses: pembuatan ide
dan pengimplementasiannya. Inovasi adalah perubahan yang dapat berupa,
suatu proses atau suatu lompatan besar menuju sesuatu yang diinginkan.
Inovasi membutuhkan kepemimpinan yang baik dan manajemen pada
semua level organisasi. Pemimpin yang baik dapat mempengaruhi orang
untuk lebih aktif dan semangat dalam pekerjaan mereka. Hal ini dapat
menuntun menuju pembuatan ide yang lebih baik. Kepemimpinan dalam
manajerial sangat dibutuhkan untuk memungkinkan terjadinya perubahan
yang dibutuhkan oleh para pemimpin. Setiap orang dapat berpartisipasi
dalam tim untuk membangun kreativitas dan inovasi. Semua orang mampu
untuk menggunakan kreativitas, pengalaman, kecerdasan mereka untuk
mengimplentasikan perubahan tersebut. Inovasi yang efektif membutuhkan:
a) Pencampuran ide-ide yang baru
b) Kemampuan untuk membuat segala sesuatu selesai
c) Pengiklanan yang baik
d) Fokus pembeli
e) Iklim organisasi yang kondusif
Lima faktor untuk membuat iklim inovasi yang benar adalah: 10
a)

Manajemen komitmen.
Top manajemen harus menunjukkan secara visual tentang pengakuan
dan komitmen pada inovasi, untuk mendukung dan memfasilitasi
perubahan pada semua level. Tanpa kepemimpinan yang menilai ide

10

Irwan Noor, Desain Inovasi,(Jakarta: ISBN,2013, h. 17

30

dan tanpa kepemimpinan yang secara konstan berjuang untuk tetap
memajukan

inovasi,

tidak

akan

ada

pertumbuhan

yang

menguntungkan
b)

Strategi perubahan yang positif

c)

Perspektif jangka panjang
Inovasi tidak harus reaktif tetapi inovasi merupakan bagian dari
rencana strategi jangka panjang dibawah arahan dari pemimpin dan
manajer yang baik.

d)

Fleksibilitas untuk menyesusaikan dengan perubahan
Fleksibilitas merupakan kunci dalam menghadapi perubahan dalam
organisasi. Ini dapat berarti meratakan hirarki dalam sistem
menajemen piramid dan mendorong pengambilan keputusan lebih ke
bawah. Efektif, membuka komunikasi pada semua level adalah esensi
dari fleksibilitas ini.

e)

Menerima kemungkinan dari semua resiko
Setiap ide yang muncul selalu disertai dengan resiko tetapi
kemungkinan kegagalan suatu ide bukan merupakan alasan untuk
tidak berinovasi. Manajer harus sadar akan resiko yang ada dan
memikirkan kemungkinan untuk menghilangkan potensi kegagalan
yang ada sebelum terlalu banyak kegagalan yang terjadi.
Bagaimanapun, sebuah manajemen tidak boleh terlalu menyalahkan

apabila terjadi kesalahan karena hal ini akan menghalangi inisiatif untuk
jangka panjang.

31

Di kewirausahaan sosial, para wirausahaan menggunakan solusi
inovatif untuk memecahkan masalah sosial masyarakat, inovasi dengan
menghasilkan produk layanan, atau sesuatu yang baru dan berebeda, a