PELAKSANAAN PERKAWINAN MARLUA-LUA SESUAI ADAT BATAK SIMALUNGUN DI DESA SONDI RAYA KECAMATAN RAYA.
PELAKSANAAN PERKAWINAN MARLUA-LUA SESUAI ADAT BATAK
SIMALUNGUN DI DESA SONDI RAYA KECAMATAN RAYA
Skripsi
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Yenni Ngena Kristina Ginting NIM. 308111090
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(2)
(3)
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu syarat tugas akhir dalam menyelesaikan perkuliahan pada Program S-1 di Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini ialah
“Pelaksanaan Pesta Perkawinan marlua-lua di Desa Sondi Raya Kecamatan raya, Kabupaten Simalungun”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan (UNIMED).
2. Bapak Drs. H. Restu, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNIMED. 3. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial (FIS) UNIMED.
4. Bapak Drs. Sugiharto, M.Si, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNIMED.
5. Bapak Drs. Liber Siagian, M.Si, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNIMED
6. Ibu Dra. Yusna Melianti, MH, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PP-Kn).
7. Bapak Parlaungan G. Siahaan SH.M Hum selaku Seketaris Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PP-Kn).
8. Bapak Drs. Buha Simamora, SH.MH, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan penuh kesabaran selalu memberi petunjuk-petunjuk, bimbingan-bimbingan serta saran-saran kepada penulis demi kesempurnaan skripsi ini. 9. Ibu Dra. Yusna Melianti, MH, Ibu Sri Hadiningrum, SH. M.Hum dan Drs
(5)
iii
10.Bapak/Ibu Dosen jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PP-Kn) yang telah membekali ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama dalam perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
11.Kepada Kepala Desa Bapak Sordiman Sinaga di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun dan Staf Pegawai beserta Sekretaris Desa yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data demi kesempurnaan skripsi ini.
12.Kepada Pengetua Adat Desa Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Bapak ST. Japiten Sumbayak telah memberikan sedikit waktunya dalam perolehan data dilapangan untuk kesempurnaan skripsi ini. 13.Kepada masyarakat Desa Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten
Simalungun telah memberikan sedikit waktunya dalam perolehan data dilapangan untuk kesempurnaan skripsi ini.
14.Yang teristimewa kepada Bapak ku tercinta Raskita Ginting dan mama ku tersayang Rani Dame br Tondang yang selama ini selalu memberikan dukungan, semangat, doa serta moril dan materil kepada penulis.
15.Buat Adek-adeku Amelia Ginting , Abram Suria Ginting, Agung Prawira Ginting, Andreas Serasi Ginting telah memberikan dukungan, doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
16.Yang teristimewa juga kepada Kekasihku Harlan Musa Hottua Pasaribu yang selama ini selalu memberikan dukungan, semangat, beserta motivasi kepada penulis selama perkuliahan.
17.Buat semua teman-teman dan Ibu/Bapak kos ku di jalan Rela Gg. Danau Toba No. 07 yaitu khususnya Cesilia, Benny, Rahmat,Vrega, Jesika Samosir, Lastri, Septina, Frianto, Amri Galingging yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa dalam penyusunan skripsi ini.
18.Buat Semua keluargaku terkhusus di Desa Namoriam Pancur Batu Medan yang telah memberikan dukungan dan doa dalam penulisan skripsi penulis ini.
19.Kepada sahabat dan adik-adikku yang telah memberikan dukungan yang terkhusus buat, Tarulina Simamora, Gokrulina Sitompul, Ida R. Simatupang,
(6)
Elvi Sembiring, Eva Siringo-ringo, Rifka Situmorang dan lain-lain yang tak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan dukungan, semangat dalam penulisan skripsi penulis ini.
20.Kepada teman-temanku Reguler A dan B 2008 yang telah banyak membantu penulis khususnya kepada Elvi Sembiring, Gokrulina Sitompul, Tarulina Simamora, Ida Simatupang, Enda Pradana, Aprianus Nadeak, Richard Saragih, dan teman-teman lainnya yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
Mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang ada, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, baik dari segi isi maupun tata bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk melengkapi skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat membantu dan memberi manfaat bagi para pembaca.
Medan, Agustus 2012 Penulis,
Yenni Ngena Kristina Ginting
(7)
v DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING --- i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN --- ii
KATA PENGANTAR --- iii
ABSTRAK--- iv
DAFTAR ISI --- v
DAFTAR TABEL --- vii
DAFTAR LAMPIRAN --- viii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang --- 1
B.Identifikasi Masalah --- 5
C.Pembatasan Masalah --- 5
D.Perumusan masalah --- 6
E.Tujuan Penelitian --- 6
F. Manfaat Penelitian --- 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis --- 8
1. Hukum perkawinan adatSimalungun --- 8
2. Pengertian Adat --- 12
3. Sistem Kemasyarakatan Simalungun Adat batak Simalungun 14 4. Pengertian Marlua-lua --- 14
(8)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.Lokasi Penelitian --- 20
B. Populasi dan Sampel --- 21
C. Variabel Penelitian dan Defenisi operasional --- 22
D.Teknik Pengumpulan Data --- 23
E. Teknik Analisis Data --- 24
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil penelitian --- 25
B. Pembahasaan Hasil Penelitian --- 33
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan --- 57
B. Saran --- 60
DAFTAR PUSTAKA --- 61 LAMPIRAN
(9)
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
Tabel 1. Luas Desa Sondi Raya Ditinjau dari
Pemanfaatan Lahan ... 25
Tabel 2. Sarana Jalan Desa Sondi Raya ... 26
Tabel 3. Alat Transportasi Yang Dimiliki Masyarakat ... 27
Tabel 4. Sarana Komunikasi Yang Dimiliki Masyarakat ... 28
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 29
Tabel 6. Jumlah Responden menurut Agama yang dianut ... 30
Tabel 7. Jumlah bangunan menurut agama yang dianut ... 30
Tabel 8. Jumlah Responden Persentase Komposisi penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ... 31
Tabel 9. Sarana pendidikan yang ada di tempat penelitian ... 32
Tabel 10. Tanggapan responden tentang Arti dari perkawinan marlua-lua ... 34
Tabel 11. Tanggapan Responden Tentang Bentuk-bentuk dari perkawinan marlua-lua ... 36
Tabel 12. Tanggapan Responden Tentang Alasan dari perkawinan marlua-lua ... 38
Tabel 13. Tanggapan Responden Tentang Faktor penyebab terjadinya perkawinan marlua-lua ... 39 Tabel 14. Tanggapan Responden Tentang Hamil
(10)
terjadinya perkawinan marlua-lua ... 41 Tabel 15. Tanggapan Responden Tentang Pihak orangtua
Si laki-laki kurang mampu untuk memenuhi biaya
dalam pesta merupakan salah satu faktorpenyebab terjadinya
perkawinan marlua-lua... 42 Tabel 16.Tanggapan Responden Tentang Jika dari awal
kedua orangtua tidak menyetujui hubungan antara Si laki-laki jadi Hela (menantunya laki-laki) dan Si perempuan jadi Parumaen (menantunya perempuan)
merupakan satu faktor terjadinya perkawinan Marlua-lua ... 43 Tabel 17. Tanggapan Responden Tentang Perjodohan
yang awalnya sudah dilakukan oleh kedua orangtua belah pihak merupakan satu faktor
terjadinya perkawinan Marlua-lua ... 44 Tabel 18 Tanggapan Responden Tentang Tata cara
pelaksanaan perkawinan marlua-lua ... 45
Tabel 19 Tanggapan Responden Tentang Tahapan-tahapan dalam tata acara pelaksanaan perkawinan marlua-lua
sebelum dan sesudah upacara perkawinan dilaksanakan ... 47 Tabel 20. Tanggapan Responden Tentang Dalam
perkawinan adat tidak dilaksanakan sesuai dengan
(11)
ix
Tabel 21. Tanggapan Responden Tentang Sanski Adat dari
perkawinan marlua-lua ... 49 Tabel 22. Tanggapan Responden Tentang Sanksi Agama
dari perkawinan marlua-lua ... 51 Tabel 23. Tanggapan Responden Tentang Cara
pemulihan dari sanksi bagi masyarakat yang
sudah pernah melaksanakan perkawinan marlua-lua ... 53 Tabel 24. Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden pada setiap
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket 2. Wawancara 3. Nota Tugas
4. Surat Penelitian dari Jurusan 5. Surat penelitian dari Fakultas
6. Surat Penelitian dari Tempat Penelitian 7. Surat Keterangan bebas Perpustakaan PPKn 8. Surat Keterangan bebas Perpustakaan UNIMED
9. Surat keterangan telah menyerahkan skripsi ke tempat penelitian 10.Persyaratan Keaslian Tulisan
(13)
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kawin adalah perilaku mahluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar manusia berkembang biak. Oleh karena itu perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan yang mengikuti perkembangan budaya manusia dalam kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,” perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk jangka waktu yang lama”. Menurut Saleh (2001 : 23), Perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri. Perkawinan juga merupakan kebutuhan bagi setiap manusia selain merupakan panggilan alamiah juga dianggap suci untuk meneruskan keturunan.
Djaren Saragih (1980: 26). mengatakan :“bahwa hukum perkawinan adat batak adalah keseluruhan kaidah- kaidah hukum yang menentukan prosedur apa yang harus ditemuh oleh orang laki-laki dan seorang wanita, didalam menuju kehidupan bersama dalam satu rumah tangga beserta akibat- akibat hukum yang
timbul sebagai nakibat dari proses itu”.
Menurut Nalom dalam Bukunya Adat Batak (1982:50). mengatakan :
“bahwa hukum perkawinan adat batak adalah upacara adat yang terpenting bagi orang batak oleh karena hanya orang nyang sudah kawin berhak mengadakan upacara adat nikah”.
(14)
Bahwa perkawinan atau dalam bahsa simalungun marhajabuon, dalam hukum adat batak simalungun bertitik tolak dari pemikiran (cita-cita) yaitu :
a. Melanjutkan atau meneruskan keturunan.
b. Sebagai perpautan tali perhubungan kekeluargaan dalam rangka family.
Dalam kehidupan masyarakat simalungun salah satu bentuk perkawinan yaitu kawin lari (Marlua-lua) seperti di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya. Kawin lari atau Marlua-lua
atas kesepakatan kedua calon mempelai sangat sering terjadi. kasus ini timbul karena orang tua tidak merestui si pemuda (laki-laki) atau si pemudi (perempuan) pilihan anaknya. Atau dengan kata lain, Kawin lari merupakan tindakan melarikan seorang wanita tanpa izin, yang bertujuan untuk hidup bersama maupun menikah. Menurut Hilman Hadikusuma, ( http //.Wikipedia .org/ wiki/ pelaksanan kawin lari. Hukum- adat. Com) diakses hari selasa, 08 Mei 2012: jam 15.00 WIB, bahwa latar belakang terjadinya kawin lari adalah dikarenakan :
1. Syarat-syarat pembayaran (tuhor/sinamot), pembiayaan dan upacara perkawinan yang
diminta pihak perempuan tidak dapat dipenuhi pihak laki-laki. 2. Perempuan belum diijinkan oleh orang tuanya untuk bersuami tetapi
dikarenakan keadaan perempuan bertindak sendiri.
3. Orang tua akan keluarga perempuan menolak lamaran pihak laki-laki, lalu perempuan bertindak sendiri.
4. perempuan yang telah bertunangan dengan seorang pemuda yang tidak disukai oleh si perempuan.
5. Perempuan dan laki-laki telah berbuat yang bertentangan dengan hak adat dan hukum agama (perempuan sudah hamil, dan lain-lain).
Berdasarkan pengertian perkawinan diatas maka dapat dikatakan bahwa perkawinan merupakan anugrah pemberian yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, karena Dialah yang memberi jalan hidup untuk mengubahnya jadi
(15)
3
indah, dengan kata lain perkawinan menurut Budaya Simalungun bukan hanya mengikuti ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan maksud membentuk keluarga bahagia dan sejahtera, tetapi menyangkut hubungan antara keluarga dari kedua belah pihak, serta membawa dampak yang luas dalam tata pergaulan dan adat-istiadat di tengah – tengah keluarga dan masyarakat pada umumnya. Demikianlah pentingnya arti perkawinan itu oleh karenanya harus dengan terang sesuai dengan kaidah- kaidah hukum dan aturan- aturan yang ada ditengah- tengah masyarakat, maupun adat-istiadat dan kesiapan yang telah terpelihara dengan baik.
Pelaksanaan perkawinan marlua-lua dalam Adat- istiadat Simalungun jika ditinjau dari segi hukum adat yang berlaku. Berbicara tentang adat zaman sekarang ini sering kali orang tua dulu sampai sekarang mengingatkan kepada anak-anak khususnya agar setiap orang harus belajar dari adat atau dengan kata lain yang paling umumnya, adat itu harus diingat jangan dilupakan, karena adat/suku kita sendiri ini adalah tempat dimana kita lahir. Jangan malu sebagai orang Batak Simalungun tetapi kita bangga akan tempat dimana kita dilahirkan khususnya orang Batak Simalungun. Adat-istiadat Simalungun jika dilihat dari segi perkawinan sampai sekarang relatif sama tata cara/proses pelaksanan perkawinan pada Batak Simalungun.
Tetapi kenyataannya sekarang ini masih ada orang atau masyarakat yang melakukan perkawinan marlua-lua khususnya di daerah Batak, seperti di daerah Simalungun. Dengan memperhatikan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
(16)
mengadakan penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Pesta Perkawinan Marlua-lua Sesuai Adat Batak Simalungun Di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya”. B. Identifikasi Masalah
Menurut Supranto (2003:180)” Agar bisa mengidentifikasikan masalah
dengan baik perlu dilakukan studi eksploisasi, yaitu dengan sengaja mencari seluruh kemungkinan faktor yang menjadi penyebab timbulnya persoalan atau
masalah”.
Dengan adanya identifikasi masalah dapat mempermudah penulis dalam melakukan analisis secara mendalam dan dapat menghindari istilah yang tidak tepat. Berdasarkan hal tersebut, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor penyebab terjadinya pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua. 2. Pengaruh Hukum Adat dalam perkawinan marlua-lua dalam adat Batak
Simalungun.
3. Bagaimana pelaksanan Proses tata cara Pelaksanaan Pesta Perkawinan
marlua-lua sesuai Hukum Adat Simalungun. C. Pembatasan Masalah
Mengenai pembatasan dalam masalah, menurut Supranto (2003:181) menyatakan :
Mengingat adanya keterbatasan sarana, prasarana, waktu, biaya, dan tenaga serta tidak tersedianya data dan teori yang mendukung. Disamping itu juga agar bisa dilakukan penelitian yang mendalam maka tidak semua atau faktor penyebab diteliti, perlu adanya pembatasan masalah.
(17)
5
Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini, Penulis membuat Rumusan Masalah adalah:
1. Faktor penyebab terjadinya pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua. 2. Proses tata cara Pelaksanaan Pesta Perkawinan marlua-lua sesuai
Hukum Adat Simalungun.
D. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah merupakan rumusan formal yang operasional dari masalah yang diteliti. Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatassan masalah maka diperoleh perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua (kawin lari) pada masyarakat Simalungun?
2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua sesuai Hukum Adat Simalungun?
E. Tujuan Penelitian
Menurut Ali (2000:9), “Tujuan penelitian sangat besar pengaruhnya
terhadap komponen atau elemen penelitian yang lain terutama metode, teknik, alat maupun generalisasi yang diperoleh, oleh karena itu diperlukan
ketajaman seseorang melalui kegiatan atau penelitian yang dilakukannya”.
Setiap penelitian mempunyai tujuan tertentu dalam melaksanakan penelitiannya, tujuan dalam penelitian dapatlah di ibaratkan sebagai kompas. Mengingat betapa pentingnya tujuan dalam penelitian, maka penulis menentukan tujuan dalam penelitian ini adalah:
(18)
1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya proses pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua.
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua sesuai Hukum Adat Simalungun.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka manfaat penelitian yang diharapkan penulis adalah :
1. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman hukum adat Simalungun khususnya dalam hal pelaksanaan adat perkawinan.
2. Sebagai bahan kajian maupun menambah literatur dalam bidang Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
3. Sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan tentang Pelaksanaan Pesta Perkawinan marlua-lua Sesuai Hukum Adat Masyarakat Batak Simalungun Di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya.
(19)
59 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan
1. Perkawinan adalah Anugrah dari pemberian Allah Tuhan kita yang terwujud/terbentuk dalam suatu ikatan lahir batin dari hubungan antara Suami dan Isteri (kedua mempelai/pengantin) yang sudah di berkati di Gereja, dan disaksikan oleh jemaat (Kuria) dalam Gereja tersebut. Dan mereka (kedua mempelai/pengantin) bukan lagi dua daging melainkan satu yang tidak boleh dipisahkan oleh manusia, kecuali kematian (berpisah karena sudah dipanggil Allah). Perkawinan Marlua-lua (kawin lari) sekarang ini masih ada di Simalungun. Yang mana pengertian dari marlua-lua (kawin lari) yaitu : tindakan melarikan diri, yang mana membawa Si laki-laki membawa pergi diam-diam Si perempuan ketempat( kekampung) Si laki-laki tanpa sepengetahuan orangtua Si perempuan maupun orangtua Si laki-laki. Salah satu penyebab ada/terjadinya marlua-lua (kawin lari) ini adalah masalah ekonomi, yang mana salah satu dari kedua belah pihak orangtua (Si paranak/ laki-laki) tersebut menilai bahwa orang tua Si perempuan (Parboru) misalnya adalah keturunan dari keluarga miskin. Maka dengan keadaan seperti ini perkawinan
marlua-lua (kawin lari) mempunyai dua (2) yaitu:
a. Marlua-lua itu ada yang diadatkan (berjalan sesuai dengan Adat simalungun)
Maksudnya adalah jika kedua belah pihak orangtua sama-sama tidak menyetujui hubungan antara Silaki-laki yang menjadi menantunya( Hela) dari orangtua perempuan atau Si perempuan yang menjadi menantunya (Parumaen) dari
(20)
orangtua Silaki-laki, maka silaki-laki ini bisa membujuk orangtuanya agar sudi kiranya merestui hubungan dengan si perempuan sampai kejenjang pernikahan dalam berumahtangga, begitu juga halnya dengan Si perempuan. Dalam hal ini jika orangtua dari silaki-laki maupun orangtua si perempuan sudah menyetujuinya maka dengan rasa hormat, maka dilaksanakan adat Simalungun sebagaimana mestinya.
b. Marlua-lua itu tidak diadatkan (adat tidak berjalan)
Maksudnya disini adalah hanya dilakukan pemberkataan di gereja saja, ini sering kali terjadi misalnya karena tidak ada izin atau restu (persetujuan) dari kedua belah pihak orangtua. Maka Adat dapat berjalan ketika kedua mempelai (Si perempuan dan si laki-laki ) sudah memiliki anak dari hubungan ikatan suami isteri, yang mana anak ini yang akan menjadi cucu (Pahoppu) dari kedua belah pihak orangtua mereka. Dan adat ini dijalankan jika ada rezeki (uang dari silaki-laki dan si perempuan tadi) untuk biaya adat nantinya, dan ini sering disebut dengan Mangadati/Manggalar adat (membayar adat).
2. Faktor yang mempengaruhi timbulnya perkawinan ( marlua-lua), adalah : a. Karena orangtua kurang mampu dalam biaya pesta atau mengenai biaya Tuhor/
Sinamot (jual beli)
b. Ada dari pihak orangtua baik dari Si perempuan maupun Si laki-laki, dari awalnya tidak menyetujui hubungan kedua anaknya (Si laki-laki dan Si perempuan) sampai ke jenjang pernikahan untuk membangun suatu rumah tangga yang baru.
(21)
61
c. Calon pengantin (Si laki-laki dan Si perempuan) sudah ada pelanggaran Adat, seperti Hamil di luar nikah.
d. Laki-laki dan Si perempuan satu marga, misalnya Sinaga dengan Sipayung (fakta di Daerah sondi raya)
e. Silaki-laki tidak menyukai boru tulangnya/ marboru Tulang yang sebelumnya sudah dijodohkan oleh kedua orangtuanya.
3. Alasan para orang tua khususnya tidak menyetujui adanya perkawinan
(marlua-lua) apabila terjadi sama Borunya (anak perempuannya), karena marlua-lua seringkali dikategorikan/diartikan Adat tidak berjalan sesuai
dengan mestinya, hanya sekedar Pamasuon (Pemberkatan di Gereja saja). Kalau diadatkan misalnya, itu waktu sudah ada biaya kedua mempelai ini nantinya maka adat bisa berjalan dengan lancar, hal ini disebut dengan Mangadati/ manggalar adat(membayar Adat).
4. Pengaruh Agama (Kristen Prostestan Simalungun) dalam pelaksanaan perkawinan (marlua-lua) di Desa Sondi Raya, memang Ada, seperti dari sisi positifnya Marlua-lua dalam Agama berjalan dengan lancar tapi dengan catatan Si perempuan dibawa oleh Silaki-laki kerumah pengurus Gereja. Dengan demikian orangtua harus hadir untuk membicarakan kapan daidakannya Pamasu-masuon Martupol ( Pemberkatan pernikahan), sesudah itu membicarakan mengenai Adat. Sedangkan dari sis negatifnya, misalnya jika salah satu dari orangtua (Pihak Perempuan) tidak menyetujui/ tidak datang kerumah pengurus Gereja yang mana tempat tinggal sementara Perempuan itu sebelum ada persetujuan dari kedua belah pihak orangtua. Pamasu-masuon
(22)
(pemberkatan Gereja) tidak dilaksanakan kecuali ada perwakilan dari keluarga Si perempuan menyetujui, atau dengan kata lain bisa diwakilkan saudaranya agar pelaksanaan Pamasu-masuon Gereja (Pemberkatan Gereja) dapat terlaksana baik sebagaimana mestinya.tetapi Adat tidak berjalan, hanya sekedar Pemberkatan Gereja saja dan ini sering dinamakan Perkawinan Marlua-lua (kawin lari) tidak berjalan adat/tidak diadatkan.
5. Tata cara pelaksanaan pesta perkawinan (marlua-lua) di desa sondi raya , kecamatan raya kabupaten simalungun ini, adalah Jika sudah ada persetujuan dari kedua mengenai hubungan Silaki-laki dan Si perempuan apalagi sampai pada pelaksanaan Adat, maka Adat dapat di jalankan/ di teruskan. Atau dengan kata lain kalau musyawarah berjalan dengan baik, antara kedua belah pihak maka adat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
6. Pengaruh hukum adat dalam perkawinan (marlua-lua) saat ini yaitu : sesuai dengan Istilah Adat Budaya Simalungun, menyatakan Adat Budaya Simalungun adalah nilai-nilai luhur yang didasari oleh Firman Tuhan (keagamaan) maka pihak Adat akan mendukung pernikahan yang sesuai dengan Adat.
7. Perbedaan pelaksanaan pesta perkawinan adat-istiadat simalungun dengan pelaksanaan perkawinan (marlua-lua) dulu dengan sekarang ini. Alasannya karena,
1. Adanya musyawarah saat pernikahan 2. Adat berjalan setelah pernikahan
(23)
63
8. Sanski bagi orang yang melakukan perkawinan (marlua-lua) sebelum mendapat restu dari kedua-belah pihak/ sebelum diadatkan sesuai dengan adat Simalungun, yang mana sanskinya adalah kalau adat belum dilaksanakan, maka mereka (Silaki-laki dan Si perempuan) tidak bisa menerima adat darimana pun. Misalnya, anaknya ingin berkeluarga (menjalin hubungan rumah tangga)/ menjalankan adat maka orangtua yang belum diadatkan sebelumnya harus lebih dahulu membayar utang adat (Manggalar Adat/ Mangadati).
9. Perkawinan (marlua-lua) dalam adat Simalungun itu adalah calon pengantin laki-laki dan pengantin perempuan yang didampingi oleh keluarga (Sanina/ Saudara dan Boru) orangtua pihak laki-laki membawa calon pengantin tersebut kerumah pengurus Gereja, dan kelemahan dari adanya perkawinan
(marlua-lua ) adalah tidak ada persetujuan orangtua kedua belah pihak mengenai
hubungan antara Si laki-laki dan Siperempuan atau dengan kata tidak diretui orangtua, dan Adat tidak dijalankan hanya sekedar pemberkatan di Gereja saja. Tetapi kalau jaman sekarang sudah jarang sekali ditemukan hal seperi perkawinan Marlua-lua (kawin lari) yang mana perkawinan marlua-lua (kawin lari) saat ini sudah rata-rata diadatkan meskipun sesame kedua orangtua belah pihak belum sepenuhnya menyetujui hubungan mereka (Silaki-laki dan Si perempuan). contohnya di desa sondi raya ini adalah Silaki-laki membawa diam-diam kekasihnya (Si perempuan) kerumah kekampung Silaki-laki, tetapnya kerumah Pengurus Gereja tanpa sepengetahuan dari sesama kedua belah pihak orangtua.
(24)
10. S istem kekerabatan/kemasyarakatan pada masyarakat di desa sondi raya ini yaitu:
1. STM (Serikat Tolong Menolong) 2. Gotong Royong
3. Sapangambei Manoktok Hitei (Kerjasama untuk kehidupan bersama).
B.Saran
Bertitik-tolak dari kesimpulan yang telah diutarakan diatas, maka saran-saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:
1. Walaupun pelaksanaan perkawinan marlua-lua sesuai Adat Batak Simalungun di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya pada umunya dapat dikatakan telah terlaksana dengan baik . Namun, hendaknya setiap masyarakat desa tersebut harus sadar dan mengerti betapa pentingnya Adat perkawinan dalam suatu upacara perkawinan.
2. Dalam rangka upaya pelestarian Budaya Bangsa, diharapkan kepada generasi muda agar tetap mempertahankan nilai-nilai budaya tersebut. Dalam hal ini termasuk Budaya Adat perkawinan Simalungun, setiap masyarakat Simalungun pada umunya dan masyarakat Desa Sondi Raya pada khususnya agar lebih mengerti dan menerapkan pelaksanaan fungsi Adat dalam upaya cara perkawinan, sebagaimana mestinya sehingga menjadi suatu keharusan dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dalam menyelenggarakan suatu upacara perkawinan hendaknya bekerjasama antara pengetua Adat selaku pemimpin dalam masyarakat dengan masyarakat
(25)
65
dengan masyarakat desa agar terpelihara sehingga akan memberikan hasil yang baik.
(26)
DAFTAR PUSTAKA
Anya, Peterson, (2007). The Antropology of Dance terjemahan F.X Widaryanto. Bandung : STSI Press
Aziz Alimut Hidayat. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa
Data. Surabaya : Salemba Media
S.H, Mueljatno. Prof (1996). Undang- Undang Pokok Perkawinan.jakarta: Bumi Aksara.
Sinaga, Salmon,Drs. (2008). Adat Ni Simalungun.Pematang Siantar: Presidium PMS
Ali, Muhammad. (2000). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta;
Darsono Sonykartika (2007) Estetika, Bandung : Rekayasa sains
Japiten Sumbayak. (2001). Refleksi Habonaron Do Bona Dalam Adat Budaya
Simalungun
Wikipedia http//:www.kebudayaan simalungun.com
(http//www.kesultanasahan.com/ jendela%20adat.htm)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_adat/pengertian-marlua-luas (adat simalungun).com
(1)
c. Calon pengantin (Si laki-laki dan Si perempuan) sudah ada pelanggaran Adat, seperti Hamil di luar nikah.
d. Laki-laki dan Si perempuan satu marga, misalnya Sinaga dengan Sipayung (fakta di Daerah sondi raya)
e. Silaki-laki tidak menyukai boru tulangnya/ marboru Tulang yang sebelumnya sudah dijodohkan oleh kedua orangtuanya.
3. Alasan para orang tua khususnya tidak menyetujui adanya perkawinan (marlua-lua) apabila terjadi sama Borunya (anak perempuannya), karena marlua-lua seringkali dikategorikan/diartikan Adat tidak berjalan sesuai dengan mestinya, hanya sekedar Pamasuon (Pemberkatan di Gereja saja). Kalau diadatkan misalnya, itu waktu sudah ada biaya kedua mempelai ini nantinya maka adat bisa berjalan dengan lancar, hal ini disebut dengan Mangadati/ manggalar adat(membayar Adat).
4. Pengaruh Agama (Kristen Prostestan Simalungun) dalam pelaksanaan perkawinan (marlua-lua) di Desa Sondi Raya, memang Ada, seperti dari sisi positifnya Marlua-lua dalam Agama berjalan dengan lancar tapi dengan catatan Si perempuan dibawa oleh Silaki-laki kerumah pengurus Gereja. Dengan demikian orangtua harus hadir untuk membicarakan kapan daidakannya Pamasu-masuon Martupol ( Pemberkatan pernikahan), sesudah itu membicarakan mengenai Adat. Sedangkan dari sis negatifnya, misalnya jika salah satu dari orangtua (Pihak Perempuan) tidak menyetujui/ tidak datang kerumah pengurus Gereja yang mana tempat tinggal sementara Perempuan itu
(2)
(pemberkatan Gereja) tidak dilaksanakan kecuali ada perwakilan dari keluarga Si perempuan menyetujui, atau dengan kata lain bisa diwakilkan saudaranya agar pelaksanaan Pamasu-masuon Gereja (Pemberkatan Gereja) dapat terlaksana baik sebagaimana mestinya.tetapi Adat tidak berjalan, hanya sekedar Pemberkatan Gereja saja dan ini sering dinamakan Perkawinan Marlua-lua (kawin lari) tidak berjalan adat/tidak diadatkan.
5. Tata cara pelaksanaan pesta perkawinan (marlua-lua) di desa sondi raya , kecamatan raya kabupaten simalungun ini, adalah Jika sudah ada persetujuan dari kedua mengenai hubungan Silaki-laki dan Si perempuan apalagi sampai pada pelaksanaan Adat, maka Adat dapat di jalankan/ di teruskan. Atau dengan kata lain kalau musyawarah berjalan dengan baik, antara kedua belah pihak maka adat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
6. Pengaruh hukum adat dalam perkawinan (marlua-lua) saat ini yaitu : sesuai dengan Istilah Adat Budaya Simalungun, menyatakan Adat Budaya Simalungun adalah nilai-nilai luhur yang didasari oleh Firman Tuhan (keagamaan) maka pihak Adat akan mendukung pernikahan yang sesuai dengan Adat.
7. Perbedaan pelaksanaan pesta perkawinan adat-istiadat simalungun dengan pelaksanaan perkawinan (marlua-lua) dulu dengan sekarang ini. Alasannya karena,
1. Adanya musyawarah saat pernikahan 2. Adat berjalan setelah pernikahan
(3)
8. Sanski bagi orang yang melakukan perkawinan (marlua-lua) sebelum mendapat restu dari kedua-belah pihak/ sebelum diadatkan sesuai dengan adat Simalungun, yang mana sanskinya adalah kalau adat belum dilaksanakan, maka mereka (Silaki-laki dan Si perempuan) tidak bisa menerima adat darimana pun. Misalnya, anaknya ingin berkeluarga (menjalin hubungan rumah tangga)/ menjalankan adat maka orangtua yang belum diadatkan sebelumnya harus lebih dahulu membayar utang adat (Manggalar Adat/ Mangadati).
9. Perkawinan (marlua-lua) dalam adat Simalungun itu adalah calon pengantin laki-laki dan pengantin perempuan yang didampingi oleh keluarga (Sanina/ Saudara dan Boru) orangtua pihak laki-laki membawa calon pengantin tersebut kerumah pengurus Gereja, dan kelemahan dari adanya perkawinan (marlua-lua ) adalah tidak ada persetujuan orangtua kedua belah pihak mengenai hubungan antara Si laki-laki dan Siperempuan atau dengan kata tidak diretui orangtua, dan Adat tidak dijalankan hanya sekedar pemberkatan di Gereja saja. Tetapi kalau jaman sekarang sudah jarang sekali ditemukan hal seperi perkawinan Marlua-lua (kawin lari) yang mana perkawinan marlua-lua (kawin lari) saat ini sudah rata-rata diadatkan meskipun sesame kedua orangtua belah pihak belum sepenuhnya menyetujui hubungan mereka (Silaki-laki dan Si perempuan). contohnya di desa sondi raya ini adalah Silaki-laki membawa diam-diam kekasihnya (Si perempuan) kerumah kekampung Silaki-laki, tetapnya kerumah Pengurus Gereja tanpa sepengetahuan dari sesama kedua belah pihak orangtua.
(4)
10. S istem kekerabatan/kemasyarakatan pada masyarakat di desa sondi raya ini yaitu:
1. STM (Serikat Tolong Menolong) 2. Gotong Royong
3. Sapangambei Manoktok Hitei (Kerjasama untuk kehidupan bersama). B.Saran
Bertitik-tolak dari kesimpulan yang telah diutarakan diatas, maka saran-saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:
1. Walaupun pelaksanaan perkawinan marlua-lua sesuai Adat Batak Simalungun di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya pada umunya dapat dikatakan telah terlaksana dengan baik . Namun, hendaknya setiap masyarakat desa tersebut harus sadar dan mengerti betapa pentingnya Adat perkawinan dalam suatu upacara perkawinan.
2. Dalam rangka upaya pelestarian Budaya Bangsa, diharapkan kepada generasi muda agar tetap mempertahankan nilai-nilai budaya tersebut. Dalam hal ini termasuk Budaya Adat perkawinan Simalungun, setiap masyarakat Simalungun pada umunya dan masyarakat Desa Sondi Raya pada khususnya agar lebih mengerti dan menerapkan pelaksanaan fungsi Adat dalam upaya cara perkawinan, sebagaimana mestinya sehingga menjadi suatu keharusan dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dalam menyelenggarakan suatu upacara perkawinan hendaknya bekerjasama antara pengetua Adat selaku pemimpin dalam masyarakat dengan masyarakat
(5)
dengan masyarakat desa agar terpelihara sehingga akan memberikan hasil yang baik.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Anya, Peterson, (2007). The Antropology of Dance terjemahan F.X Widaryanto. Bandung : STSI Press
Aziz Alimut Hidayat. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Surabaya : Salemba Media
S.H, Mueljatno. Prof (1996). Undang- Undang Pokok Perkawinan.jakarta: Bumi Aksara.
Sinaga, Salmon,Drs. (2008). Adat Ni Simalungun.Pematang Siantar: Presidium PMS
Ali, Muhammad. (2000). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta;
Darsono Sonykartika (2007) Estetika, Bandung : Rekayasa sains
Japiten Sumbayak. (2001). Refleksi Habonaron Do Bona Dalam Adat Budaya Simalungun
Wikipedia http//:www.kebudayaan simalungun.com
(http//www.kesultanasahan.com/ jendela%20adat.htm)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_adat/pengertian-marlua-luas (adat simalungun).com