PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MTS PADA POKOK BAHASAN GELOMBANG.

(1)

Hadi Iswanto, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN’S LEARNING IN

SCIENCE (CLIS) DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MTS PADA POKOK BAHASAN GELOMBANG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Fisika Sekolah Lanjutan

Oleh : HADI ISWANTO

NIM : 1102614

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MTS PADA POKOK BAHASAN GELOMBANG

Oleh: Hadi Iswanto

Universitas Pendidikan Indonesia, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam Konsentrasi Fisika Sekolah Pasca Sarjana

© Hadi Iswanto 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Hadi Iswanto, 2013

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MTs PADA POKOK BAHASAN GELOMBANG

HADI ISWANTO 1102614

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I,

Dr. Aloysius Rusli, M.Si

Pembimbing II,

Dr. Dadi Rusdiana, M.Si

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPA

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si NIP. 19580712 198303 2 002


(4)

PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Children’s Learning In Science (CLIS) Dengan Pendekatan Inkuiri Untuk Menungkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs Pada Pokok Bahasan Gelombang” ini beserta seluruh isinya adalah benar -benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.

Bandung, `Agustus 2013 Yang membuat pernyataan,


(5)

Hadi Iswanto, 2013

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Alhamdulillah, tesis yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Children’s Learning In Science (CLIS) dengan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs pada Pokok Bahasan Gelombang” dapat diselesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran sejauhmana penerapan model pembelajaran Children’s Learning In Science (CLIS) dengan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan keterampilan proses sains, serta untuk mencari solusi pembelajaran fisika yang disukai oleh siswa karena berdasarkan kenyataan sampai sekarang, mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang tidak disukai oleh siswa. Berbagai metode dan pendekatan yang dilakukan guru berupaya agar siswa tertarik pada pelajaran fisika dengan demikian kelak berpengaruh baik pada prestasi belajar siswa.

Penulis sangat menyadari dari serangkaian penelitian yang telah dilakukan sangat banyak kekurangan sehingga laporan tesis ini mungkin jauh dari kata kesempurnaan. Baik dari segi penyajian maupun subsatansi yang diungkapkan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi kemajuan pendidikan pada umumnya dan pendidikan fisika pada khususnya.

Bandung, Agustus 2013 Penulis,


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama penyusunan tesis ini telah banyak pihak yang memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis, baik secara moril maupun materil. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Aloysius Rusli, selaku dosen pembimbing I yang banyak meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran memberikan saran, masukan yang sangat bermanfaat selama menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak Dr. Dadi Rusdiana, M. Si., selaku dosen pembimbing II yang juga banyak meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan yang sangat menunjang penyelesaian tesis ini.

3. Ibu Prof.Dr. Hj. Anna Permana sari, M.Pd., Selaku Ketua Program Studi Pendidikan IPA yang memberikan dorongan, saran dan masukan dalam penyusunan tesis ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi IPA Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah banyak membekali ilmu kepada kami mahasiswa jurusan pendidikan fisika angkatan 2011, terima kasih atas bimbingannya.

5. Istriku yang cantik Mety Komalasari, S.Pd.I, Anakku tercinta Muhammad Silmi Haidar Hanif yang senantiasa selalu berdoa, memotivasi dan menjadi


(7)

Hadi Iswanto, 2013

sumber inspirasi, serta rela kehilangan sebagian besar waktu untuk bersamanya, demi mendorong keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi. 6. Ayahanda H. Ino Wiryono dan Ibunda Hj. Mastirah, Bapak H. Nuroni dan Mimi Hj. Umini, serta kakak dan adikku yang tidak pernah putus membantu dan mendoakan bagi keberhasilan penulis.

7. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhirnya tiada ucapan dan penghargaan yang pantas diberikan sebagai tanda terima kasih, penulis memohon kemurahan Allah SWT agar memberikan balasan yang berlipat ganda atas amal baik dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Amin.

Bandung, Agustus 2013


(8)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MTS PADA POKOK BAHASAN GELOMBANG

Hadi Iswanto (1102614) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Metode yang digunakan adalah quasi experiment yang dilakukan terhadap siswa pada salah satu MTs di Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat dengan jumlah 64 siswa, terdiri dari 32 siswa kelas kontrol dan 32 siswa kelas eksperimen. Data penelitian ini dikumpulkan melalui tes tertulis (pretest dan posttest), observasi, dan angket tanggapan guru serta siswa pada pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri. Rata-rata N-gain pemahaman konsep untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar 0,53 dan 0,41, rata-rata N-gain keterampilan proses sains 0,56 untuk kelas eksperimen dan 0,38 untuk kelas kontrol. Guru dan siswa menanggapi secara positif penerapan pembelajaran model CLIS dengan pendekatan inkuiri pada pokok bahasan gelombang. Kesimpulan diambil berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data menggunakan statistik. Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran Children’s Learning In Science (CLIS) dengan pendekatan inkuiri pada pokok bahasan gelombang dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa dibanding dengan pembelajaran konvensional. Sebagian besar siswa merasa senang dan termotivasi untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan menginginkan penerapan model CLIS dengan pendekatan inkuiri agar bisa diterapkan pada materi fisika lainnya. Dengan demikian penerapan model CLIS dengan pendekatan inkuiri efektif dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilam proses sains siswa serta memberikan stimulus yang positif pada siswa untuk belajar fisika.

Kata kunci: Model Pembelajaran CLIS dengan Pendekatan inkuiri, Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains


(9)

Hadi Iswanto, 2013

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ………... i

PERNYATAAN ……….. ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI……….... vii

DAFTAR TABEL.. ... x

DAFTAR GAMBAR ..……….... ... ……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN……….... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ….. ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian……….……... 7

D. Manfaat Penelitian ………. 7

E. Definisi Operasional …... ... 7

F. Asumsi.. ... 9

G. Hipotesis .. ... 10

BAB II. MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE (CLIS), PENDEKATAN INKUIRI, KETERAMPILAN PROSESSAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP……… 11

A. Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)………… . 11

B. Pembelajaran Konvensioanal ... 15

C. Keterampilan Proses Sains ... 16

D. Pemahaman Konsep ... 21

E. Pendekatan Inkuiri ... 24

F. Keterkaitan Model Pembelajaran CLIS, Pendekatan inkuiri, Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep ……… 27

G. Pokok Bahasan Gelombang ……… 30

H. Keterkaitan Karakteristik Pokok Bahasan Gelombang, Model Pembelajaran CLIS dengan Pendekatan Inkuiri, Pemahaman Konsep, dan Keterampilan Proses Sains ………. 39

H. Hasil Penelitian yang Relevan ……… 40

BAB III. METODE PENELITIAN... 43

A. Metode dan Desain Penelitian ... 43

B. Subjek dan Instrumen Penelitian ... 43

1. Subjek Penelitian ……….. 43

2. Instrumen Penelitian ………. 45

C. Prosedur Penelitian ... 46

1. Perencanaan Penelitian ……….. 46

2. Pelaksanaan Penelitian ……….. 48

D. Teknik Analisis Instrumen Penelitian ... 49


(10)

2. Reabilitas ………... 50

3. Tingkat Kemudahan ………. . 51

4. Daya Pembeda ………. . 51

E. Teknik Pengolahan Data …………. ... 52

1. Membuat Tabulasi Skor Data ……….. . 52

2. Menentukan Nilai... 52

3. Menentukan Nilai Maksimum, Minimum, Nilai Rata-rata, dan Standar Deviasi ... 52

4. Menghitung Presentasi Nilai Rata-rata Gain yang Dinormalisasikan ... 53

5. Menghitung Presentase Peningkatan Keterampilan Proses Sains dan Pemehaman konsep siswa ... 53

6. Uji Normalitas ... 53

7. Uji Homogenitas ... 54

8. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 54

F. Analisis Angket ... 55

G. Alur Penelitian ... 56

H. Hasil Instrumen ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Hasil Penelitian ... 59

1. Deskripsi Peningkatan Pemahaman Konsep Pokok Bahasan Gelombang Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Secara Umum ……….... 59

a. Deskripsi Peningkatan Pemahaman Konsep ………... 59

b. Uji Statistik Peningkatan Pemahaman Konsep ………….. 64

2. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Proses Sains Pada Pokok Bahasan Gelombang Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Secara Umum ………... 65

a. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Proses Sains ……… 65

b. Uji Statistik Peningkatan Keterampilan Proses Sains ..…. 72

B. Pelaksanaan ... 74

1. Deskripsi Aktivitas Siswa dan Guru Selama Kegiatan Model CLIS dengan Pendekatan inkuiri pada pokok bahasan gelombang ... 74

C. Pembahasan ... 75

1. Rata-rata nilai N-gain Pemahaman Konsep yang diperoleh dari penerapan model CLIS dengan pendekatan inkuiri pada pokok bahasan gelombang ……….. 75

2. Rata-rata nilai N-gain Keterampilan Proses Sainsp yang diperoleh dari penerapan model CLIS dengan pendekatan inkuiri pada pokok bahasan gelombang ……… 76

3. Aktivitas Siswa dan Guru pada Pembelajaran CLIS dengan Pendekatan Inkuiri ... 76


(11)

Hadi Iswanto, 2013

dengan Pendekatan Inkuiri ... 76

5. Keunggulan dan Kekurangan Model Pembelajaran CLIS dengan Pendekatan Inkuiri Pada Pokok Bahasan Gelombang ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Tahapan, Tujuan, dan Metode yang digunakan CLIS

dalam kegiatan Pembelajaran ... 14

Tabel 2.2. Jenis dan Indikator Keterampilam Proses Sains ... 17

Tabel 2.3. Pemahaman Konsep dan Indikatornya ... 23

Tabel 2.4.Kaitan antara tahapan Model Pembelajaran CLIS dengan Aspek- Aspek KPS dan Pemahaman Konsep yang Diteliti ... 28

Tabel 2.5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk pokok Bahasan Gelombang ... 30

Tabel 3.1 Desain Penelitian... 43

Tabel 3.2. Kategori Validitas Butir Soal ... 50

Tabel 3.3. Kategori Reliabilitas Tes ... 50

Tabel 3.4. Kategori Tingkat Kemudahan Soal ... 51

Tabel 3.5. Kategori Daya Pembeda ... 52

Tabel 3.6 Pengkategorian Presentase Rata-rata N Gain KPS dan Pemahaman Konsep Pada Pokok Bahasan Gelombang Siswa ... 53

Tabel 3.7. Kriteria Tanggapan Siswa ... 55

Tabel 4.1. Skor Pretest, Posttest dan <g> Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……. ... 59

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Pemahaman Konsep ... 60

Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Pemahaman Konsep ……… ... 64

Tabel 4.4. Hasil Uji Hipotesis Pemahaman Konsep ... 64

Tabel 4.5. Skor Pretest, Posttest dan <g> N-gain Keteramppilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……. ... 66

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Proses Sains ... 72

Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains ……… ... 73


(13)

Hadi Iswanto, 2013

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Model Pembelajaran CLIS ... 12

Gambar 2.2. Seorang menarik penggaris ke bawah………... 30

Gambar 2.3. Anak dan kursi akan bergerak bolak-balik……….... 31

Gambar 2.4. Bagan getaran ayunan ……… ………. 31

Gambar 2.5 Gaya yang bekerja pada balok yang bergetar..………... 33

Gambar 2.6. Membuat gelombang dengan tali ……… …… 34

Gambar 2.7 Kerikil yang dijatuhkan pada kolam ………. ……….. 34

Gambar 2.8. Alur ketika tali digerakkan .………. 35

Gambar 2.9. Bagian-bagian gelomabng transversal ………. 35

Gambar 2.10. Gelombang longitudinal pada pegas …...………. 36

Gambar 2.11. Bagian-bagian gelombang longitudinal ..………. 37

Gambar 2.12. Alur ketika tali digerakkan .………. 37

Gambar 3.1. Bagan Desain Peneliti ... 43

Gambar 3.2. Diagram Alur Penelitian ……….………... 56

Gambar 4.1. Perbandingan persentase Rata-rata Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Pemahaman Konsep Siswa kelas Eksperimen dan kelas Kontrol ...….………... 60

Gambar 4.2. Persentase skor aspek translasi ………. 61

Gambar 4.3. Persentase skor aspek interpretasi ……….. 62

Gambar 4.4. Persentase skor aspek ekstrapolasi ………. 63

Gambar 4.5. Perbandingan Skor Persentase rata-rata Pretest dan Posttest untuk Setiap indikator Pemahaman Konsep ... 63

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol ... 60

Gambar 4.6. Perbandingan persentase Rata-rata Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Keterampilan Proses Sains Siswa kelas Eksperimen dan kelas Kontrol .………. 66

Gambar 4.7. Persentase skor aspek Menerapkan Konsep ... 67

Gambar 4.8 Presentase skor aspek meramalkan ... 68

Gambar 4.9 Presentase skor aspek berkomunikasi ... 69

Gambar 4.10 Presentase skor aspek Interpretasi data... 70

Gambar 4.11 Presentase skor aspek Merencanakan Percobaan... 71

Gambar 4.12. Perbandingan Skor Persentase rata-rata Pretest dan Posttest untuk Setiap indikator Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol... 71


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Perangkat Pembelajaran Lampiran B : Instrumen Penelitian

Lampiran C : Data Hasil Uji Coba Instrumen dan Pretest-Posttest Lampiran D : Format Observasi dan Angket Tanggapan


(15)

1

Hadi Iswanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab professional setiap guru. Pengembangan kualitas manusia ini menjadi suatu keharusan, tetutama dalam memasuki ere globalisasi dewasa ini, diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu memperdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan.

Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan Menurut undang-undang (UU) No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas, 2003), menyatakan bahwa:

“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 (UU Sisdiknas, 2003), juga menyebutkan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.


(16)

2

Dalam proses pendidikan di sekolah sering kita jumpai beberapa masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran siswa di sekolah merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa dimana terjadi proses penyampaian pesan tertentu dari sumber belajar (misalnya guru) kepada penerima (siswa), dengan tujuan agar pesan (berupa topik-topik dalam mata pelajaran tertentu) dapat diterima oleh siswa (Suparno, 2006). Oleh karena itu, pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses komunikasi intensif antara guru dan siswa dengan memanipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.

Salah satu cabang dari Pembelajaran IPA adalah pembelajaran fisika sebagai diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran ini menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar memahami alam sekitar secara ilmiah. Sesuai dengan tujuan utama yang ingin dicapai dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP, 2006).

Dengan demikian sesuai hakikat pembelajaran IPA (Fisika) adalah proses, produk dan sikap. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah tidak hanya mementingkan penguasaan fisika terhadap fakta konsep dan teori IPA (sebagai produk) tetapi yang lebih penting adalah siswa mengerti proses bagaimana fakta dan teori-teori tersebut ditemukan. Dengan kata lain siswa harus mendapat pengalaman langsung dan menemukan sendiri proses tersebut (Depdiknas , 2006).

Pernyataan diatas selaras yakni dengan tujuan melatih para siswa untuk dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah dan memiliki keterampilan proses sains. Proses pembelajaran fisika bukan hanya sekedar transfer of knowledge dari pendidik kepada peserta didik secara tekstual, tetapi harus melibatkan aktivitas siswa saat


(17)

3

Hadi Iswanto, 2013

proses untuk mendapatkan pengetahuan itu sendiri. Mechling dan Oliver (Dahar, 1996) mengemukakan bahwa Keterampilan-keterampilan proses yang diajarkan dalam pendidikan sains memberikan penekanan-penekanan pada keterampilan berpikir yang dapat berkembang pada anak, sehingga anak dapat mempelajarinya dan ingin mengetahuinya.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di salah satu MTs Negeri di Kabupaten Indramayu ditemukan kenyataan bahwa:

1. Proses pembelajaran fisika yang terjadi di kelas secara umum masih berpusat pada guru sebagai pusat informasi. Dalam proses pembelajaran fisika biasanya guru berusaha memindahkan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa. Pola ini cenderung membuat siswa pasif karena siswa hanya melakukan kegiatan duduk, diam, dengar, catat dan hafal dalam menerima pengetahuan yang ditransfer guru, tanpa melalui pengolahan pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh siswa. 2. Rendahnya keterlibatan siswa dalam PBM, akibatnya fisika

dianggap sulit, kejenuhan, menakutkan yang akhirnya membuat siswa sulit memahami dan mudah lupa terhadap konsep yang telah diberikan, sehingga berakibat pada rendahnya pemahaman konsep dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata dengan diberikan tes pemahaman konsep diperoleh hasil 46,88 % siswa (30 dari 64 siswa) dengan kategori rendah, dan tes keterampilan proses sains sebanyak 49,21 % siswa (31 dari 63 siswa) dengan kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa di kelas VIII di MTs N “X” perlu ditingkatkan.

3. Guru mata pelajaran IPA-Fisika jarang melibatkan siswa dalam kegiatan praktikum untuk menemukan atau memverifikasi konsep yang sedang dipelajari. Sehingga berakibat tidak ada rasa keinginan untuk belajar dan tidak terlatihnya keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa sesuai tuntutan kurikulum IPA (Fisika).


(18)

4

Keterampilan-keterampilan dasar tersebut diantaranya keterampilan mengamati, menginterpretasi data, meramalkan, merencanakan eksperimen, mengajukan pertanyaan dan berkomunikasi. Keterampilan-keterampilan ini biasa disebut dengan keterampilan proses sains (KPS).

4. Wawancara tak terstruktur dengan guru IPA ditemukan bahwa guru merasa kesulitan untuk menanamkan konsep pada siswa. Wawancara dengan beberapa orang siswa, diketahui bahwa siswa merasa kesulitan memahami konsep fisika, mereka lebih senang mengerjakan soal-soal fisika yang sifatnya hitungan, dan mereka kurang senang jika dihadapkan pada soal-soal teoritis atau konsep.

5. Sarana dan prasarana pembelajaran fisika cukup mendukung, mulai dari laboratorium, alat-alat percobaan dan multimedia. Ketersediaan sarana dan pra sarana yang cukup memadai ini, memungkinkan pelaksanaan eksperimen dalam pembelajaran fisika. Tetapi pelaksanaannya masih dianggap kurang efektif.

Berdasarkan pertimbangan hasil studi pendahuluan tersebut, maka masalah penelitian ini difokuskan pada pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa yang masih rendah perlu ditingkatkan. Salah satu cara mengatasi yang terjadi adalah memperbaiki kualitas pembelajaran dengan permasalahan tersebut adalah menetapkan model pembelajaran yang efektif dan efisien, sebagai alternatif untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat memahami konsep serta meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa dalam fisika.

Untuk memahami konsep serta meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa dalam fisika. Guru dapat melakukan berbagai cara, misalnya dengan menggunakan model pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Dahlan dalam N. Nurlaela (2001) mengemukakan bahwa suatu model mengajar dapat diartikan


(19)

5

Hadi Iswanto, 2013

sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam penyusunan kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas.

Dalam penelitian ini sintaks yang digunakan adalah model pembelajaran Children’s Learning In Science (CLIS) dengan pendekatan inkuiri yang dikembangkan oleh kelompok CLIS di Inggris yang dipimpin oleh Driver (Tytler, 1996). Model pembelajaran CLIS dengan pendektan inkuiri merupakan model pembelajaran yang mempunyai karakteristik yang dilandasi pandangan konstruktivisme dengan memperhatikan pengalaman dan konsep awal siswa, pembelajaran berpusat pada siswa melalui aktivitas hands-on/minds-on dan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar (Needham, 1987). Menurut Driver (Scott, 1987; Needham, 1987), lima tahapan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri adalah: 1) tahap orientasi; 2) tahap pemunculan gagasan; 3) tahap penyusunan ulang gagasan yang terdiri dari tiga langkah yaitu: a) pengungkapan dan pertukaran gagasan, b) pembukaan situasi konflik, dan c) konstruksi gagasan baru dan evaluasi; 4) tahap penerapan gagasan; dan 5) tahap mengkaji ulang perubahan gagasan.

Penerapan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri berupaya untuk pembentukan “pengetahuan” konsep ke dalam memori siswa, agar konsep tersebut dapat bertahan lama dengan cara membangkitkan perubahan konseptual siswa dan mendorong siswa melakukan kegiatan penyelidikan, berfikir kritis, mengembangkan berbagai keterampilan dan melakukan penerapan konsep (Tomo, 1995; Syafrina, 2000). Karena itu, penerapan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri diharapkan dapat mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga memperkecil kemungkinan munculnya aktivitas negatif yang tidak dikehendaki dan dapat mempermudah menanamkan konsep fisika dalam proses pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri juga dapat mengajarkan IPA sebagai proses, produk, nilai


(20)

6

dan sikap sehingga dapat meningkatkan KPS dan pemahaman konsep siswa.

Konsep yang dipilih untuk menerapkan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri adalah getaran dan gelombang. Pemilihan tersebut berdasarkan karakteristik konsep pada pokok bahasan gelombang yang banyak mengandung konsep-konsep yang terdefinisi, fakta, dan hukum, serta materinya yang memerlukan kegiatan eksperimen untuk menguji konsepnya karena berhubungan dengan suatu proses dan banyak ditemukan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini yang menjadi alasan konsep pada pokok bahasan gelombang cocok diajarkan dengan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana dampak penerapan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri terhadap pemahaman konsep dan peningkatan keterampilan proses sains pada pokok bahasan Gelombang. Judul penelitian yang dipilih adalah “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MTS PADA POKOK BAHASAN GELOMBANG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah “ Bagaimana peningkatan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep gelombang siswa dengan penerapan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri?” Untuk menjawab rumusan masalah ini dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah perbandingan peningkatan pemahaman konsep antara siswa yang mendapatkan pembelajaran Model CLIS dengan pendekatan inkuiri


(21)

7

Hadi Iswanto, 2013

dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Gelombang?

2. Bagaimanakah perbandingan peningkatan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran Model CLIS dengan pendekatan inkuiri dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Gelombang?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran pada pokok bahasan gelombang dengan penerapan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran tentang potensi penggunann model CLIS dengan pendekatan inkuiri dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep siswa serta tanggapan siswa pada pokok bahasan gelombang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi bukti empirik mengenai pembelajaran IPA (Fisika) dengan model CLIS dengan pendekatan inkuiri dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains pada pokok bahasan gelombang yang dapat digunakan oleh pihak lain yang berkepentingan dengan hasil studi ini.

E. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran Children’s Learning In Science (CLIS) Model pembelajaran CLIS didefinisikan sebagai suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan praktikum, eksperimen, menyajikan, menginterpretasikan, memprediksi dan menyimpulkan dengan menggunakan LKS. Menurut Driver (Scott, 1987; Needham,


(22)

8

1987), model pembelajaran CLIS memuat sederetan tahap yang ditempuh untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa. Proses pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran CLIS dilaksanakan dalam 5 tahap yang terbagi ke dalam 7 langkah kegiatan inti guru dan siswa. Langkah-langkah tersebut adalah: (1) tahap orientasi; (2) tahap pemunculan gagasan; (3) tahap penyusunan ulang gagasan yang terbagi 3 bagian yaitu: (a) pengungkapan dan pertukaran gagasan, (b) pembukaan situasi konflik, dan (c) konstruksi gagasan baru dan evaluasi; (4) tahap penerapan gagasan; dan (5) tahap mengkaji ulang perubahan gagasan. Keterlaksanaan model pembelajaran CLIS oleh guru diamati oleh seorang observer dengan menggunakan lembar observasi. Sedangkan keterlaksanaan model pembelajaran CLIS oleh siswa diperoleh melalui hasil refleksi diri yang dilakukan oleh peneliti.

2. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori sains baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik maupun keterampilan sosial (Rustaman, dkk., 2005). Keterampilan proses sains siswa dijaring dengan menggunakan tes keterampilan proses sains berbentuk pilihan ganda yang dilakukan sebelum dan setelah pembelajaran konsep pada pokok bahasan gelombang dengan penerapan model pembelajaran CLIS. Keterampilan proses sains yang diteliti dalam penelitian ini meliputi 5 keterampilan yaitu: 1) menginterpretasi data dengan indikator menghubung-hubungkan hasil pengamatan, menemukan pola atau keteraturan dari suatu pengamatan dan menyimpulkan; 2) meramalkan dengan indikator mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada; 3) berkomunikasi dengan indikator berdiskusi, membaca grafik, tabel, atau diagram, menggambarkan data empiris dengan


(23)

9

Hadi Iswanto, 2013

grafik dan menjelaskan hasil percobaan; 4) merencanakan percobaan dengan indikator menentukan alat dan bahan, menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis, dan menentukan cara dan langkah kerja; serta 5) menerapkan konsep dengan indikator menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru (Rustaman, dkk., 2005).

3. Pemahaman konsep didefinisikan sebagai ukuran kemampuan siswa dalam mengenal dan memaknai suatu konsep. Siswa mampu memahami suatu pengetahuan baru ketika mereka mampu membangun hubungan antara pengetahuan yang baru diintegrasikan tersebut dengan skema dan kognitif yang sudah ada padanya. Pemahaman konsep ini diukur dengan tes pemahaman konsep berbentuk pilihan ganda yang dilakukan sebelum dan setelah pembelajaran pada pokok bahasan gelombang dengan penerapan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri. Pemahaman konsep yang diteliti dalam penelitian berdasarkan taksonomi Bloom 3 aspek pemahaman yaitu menerjemahkan (translation), menafsirkan (interpretation), dan mengekstrapolasi (extrapolation).

4. Pendekatan inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Pendekatan pada penelitian ini digunakan pada fase ketiga penyelidikan kelompok.

5. Pembelajaran konvensional sebagai model pembelajaran yang biasa digunakan disekolah tempat penelitian, yang biasanya didominasi oleh metode ceramah dan Tanya jawab dimana guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Guru lebih banyak berperan dalam hal menerangkan materi pelajaran, member contoh penyelesaian soal, serta menjawab semua permasalahan yang diajukan siswa.


(24)

10

F. Asumsi

Asumsi dasar yang mendasari dalam penelitian ini adalah model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri dapat lebih membentuk pengetahuan (konsep) ke dalam memori siswa agar konsep tersebut dapat bertahan lama. Model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

G. Hipotesis

Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini, adalah: 1. Hipotesis alternatif satu (Ha1) : (µ1 > µ2; α = 0,05)

Penggunaan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Hipotesis alternatif dua (Ha2) : (µ3 > µ4; α = 0,05)

Penggunaan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Keterangan :

µ1 = Rata-rata N Gain keterampilan proses sains pada model

pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri

µ2 = Rata-rata N Gain keterampilan proses sains pada

pembelajaran konvensional

µ3 = Rata-rata N Gain pemahaman konsep pada Model pembelajaran

CLIS dengan pendekatan inkuiri


(25)

43

Hadi Iswanto, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Eksperimen semu (quasi experiment)(Sugiyono, 2009). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized Control Group Pretest-Posttest Design. Desain penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok sampel, satu kelompok diberikan perlakuan eksperimen dan satu kelompok diberi perlakuan kontrol. Kelas eksperimen ialah kelas yang dalam pembelajarannya menggunakan model CLIS dengan pendekatan inkuiri. Sedangkan kelas kontrol yaitu kelas yang pada pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Untuk melihat pengaruh dari pemberian perlakuan eksperimen dan kontrol, maka baik terhadap kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diberikan tes awal dan tes akhir.Untuk tes awal dan tes akhir digunakan perangkat tes yang sama. Secara sederhana desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1. Bagan Desain Penelitian.

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen (E) O X1 O

Kontrol (K) O X2 O

Sumber: Arikunto S (2008) Keterangan:

O : Tes (Pretest dan posttest)

X1: Perlakuan (treatment) berupa menggunakan model CLIS dengan pendekatan inkuiri

X2: Perlakuan (treatment) berupa pembelajaran konvensional

B. Subjek dan Instrumen Penelitian 1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah Siswa MTs Negeri ”X” di Kab. Indramayu kelas VIII semester II tahun ajaran 2012/2013


(26)

44

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan proses sains, tes pemahaman konsep, lembar observasi, angket dan pedoman wawancara.

a. Tes keterampilan proses sains

Instrumen tes keterampilan proses sains digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) diberikan pembelajaran pada pokok bahasan gelombang. Item soal keterampilan proses sains yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. Indikator tes untuk melihat keterampilan proses sains siswa dibatasi pada keterampilan menginterpretasi data, meramalkan, berkomunikasi, merencanakan percobaan, dan menerapkan konsep (Rustaman, dkk., 2005). Instrumen tes yang digunakan baik pada pre-test maupun post-test merupakan tes yang sama, dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan keterampilan proses sains yang terjadi.

b. Tes pemahaman konsep

Instrumen tes pemahaman konsep digunakan untuk menentukan pemahaman konsep siswa sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) diberikan pembelajaran pada pokok bahasan gelombang. Instrumen tes pemahaman konsep yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda yang penyusunannya berdasarkan indikator pemahaman konsep pada taksonomi Bloom yang telah direvisi (Anderson et al, 2001) dan indikator pembelajaran yang hendak dicapai pada KTSP.

Perancangan item soal tes pemahaman konsep berpedoman pada taksonomi Bloom yang telah direvisi (Anderson et al, 2001) mengenai pemahaman konsep, yaitu menginterpretasikan, mencontohkan,


(27)

45

Hadi Iswanto, 2013

menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Instrumen tes yang digunakan baik pada pre-test maupun post-test merupakan tes yang sama, dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman konsep yang terjadi. c. Lembar observasi

Instrumen lembar observasi dalam penelitian ini yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan guru. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar dan mengamati keterlaksanaan penerapan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran serta suasana kelas dalam kegiatan pembelajaran.

d. Angket

Instrumen angket dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan tanggapan siswa terhadap pembelajaran pokok bahasan gelombang dan tanggapan guru mengenai model pembelajaran yang diterapkan. Angket siswa bertuiuan untuk mengungkap beberapa hal meliputi: 1) persepsi siswa terhadap kegiatan pembelajaran pokok bahasan gelombang; 2) motivasi dan aktivitas belajar siswa setelah kegiatan pembelajaran pokok bahasan gelombang; 3) kemudahan siswa dalam belajar atau menyelesaikan tugas-tugas fisika yang diberikan oleh guru; dan 4) ketertarikan siswa terhadap kegiatan pembelajaran pokok bahasan gelombang.

Angket tanggapan guru diberikan kepada guru JPA-Fisika yang kelasnya dipakai sebagai kelas penelitian. Angket guru bertujuan untuk mengungkap tanggapan guru terhadap model pembelajaran CLIS yang telah diterapkan pada pokok bahasan gelombang, meliputi: 1) kesan guru terhadap penerapan model pembeiajaran CLIS; 2) persepsi guru terhadap


(28)

46

penerapan model pembelajaran CLIS; dan 3) ketertarikan guru terhadap penerapan model pembelajaran CLIS.

Dalam penelitian ini, penulis hanya ingin mengetahui persentase siswa yang setuju dan tidak setuju terhadap pembelajaran pokok bahasan gelombang yang diajar dengan penerapan model pembelajaran CLIS dan persentase guru yang setuju dan tidak setuju terhadap penerapan model pembelajaran CLIS pada pokok bahasan gelombang.

e. Wawancara

Instrumen wawancara dalam penelitian ini terbagi dilakukan pada guru dan siswa digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai tanggapan lebih detail dari siswa tentang pembelajaran pokok bahasan gelombang dan tanggapan guru terhadap penerapan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri dalam proses belajar-mengajar yang akan dilakukan setelah kegiatan pembelajaran. Selain itu, juga wawancara dengan guru diperlukan untuk memperoleh gambaran kegiatan pembelajaran yang biasa diterapkan guru di kelas selama ini, dan sejauh pengetahuan guru mengenai metode pembelajaran dan bagaimana penerapannya dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

C. Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan yang telah ditempuh dalam penelitian ini meliputi tiga langkah, yaitu: perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan diakhiri dengan evaluasi atau analisis hasil penelitian.

1. Perencanaan penelitian

Langkah-langkah perencanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Melakukan studi pendahuluan berupa observasi pada tempat penelitian untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi sekolah dalam


(29)

47

Hadi Iswanto, 2013

kegiatan pembelajaran fisika serta keadaan sekolah dan jumlah kelas populasi yang dijadikan subyek penelitian juga kegiatan pembelajaran dan hasil belajar yang dicapai.

b. Merumuskan masalah dan alternatif pemecahan masalah berdasarkan hasil temuan studi pendahuluan.

c. Melakukan studi literatur untuk mengkaji temuan-temuan studi pendahuluan. Studi ini juga dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan model pembelajaran CLIS, keterampilan proses sains dan pemahaman konsep, serta pokok bahasan gelombang. Selain itu, juga yang berhubungan dengan teori-teori pengembangan penelitian dan hasil-hasil penelitian yang relevan. Hasil studi literatur, selanjutnya, digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran.

d. Menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran CLIS yang akan diterapkan untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan pemahaman pokok bahasan gelombang siswa. RPP yang telah dibuat kemudian didiskusikan dengan pembimbing dan guru mata pelajaran fisika kelas VIII.

e. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembelajaran.

f. Menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari kisi-kisi dan instrumen tes keterampilan proses sains dan pemahaman konsep fisika, lembar observasi guru, angket dan pedoman wawancara.

g. Mengkonsultasikan (pertimbangan/judgment) kisi-kisi dan instrumen tes ketejampijan proses sains dan pemahaman pokok bahasan gelombang yang telah dibuat berdasarkan kisi-kisi dan indikator yang dipilih kepada dosen pembimbing dan beberapa dosen ahli.

h. Melakukan uji coba instrumen tes keterampilan proses sains dan pemahaman konsep fisika pada subyek yang pernah mempelajari


(30)

48

materi gelombang.

i. Menganalisis hasil uji coba tes untuk melihat kualitas instrumen tes yang

meliputi reliabilitas tes, tingkat kemudahan item soal dan daya pembeda itemsoal dalam tes.

j. Penentuan instrumen dan perbaikan instnjmen yang akan digunakan sebagai instrumen tes penelitian berdasarkan hasil uji coba dan analisis instrumen.

2. Pelaksanaan penelitian

Penelitian ini sifatnya kolaborasi antara peneliti dan guru fisika. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Pemilihan sampel penelitian secara simple random sampling dari populasi siswa kelas VIII di MTS Negeri Lohbener Kabupaten Indramayu.

b. Memberikan pre-test keterampilan proses sains dan pemahaman konsep pada siswa yang menjadi sampel penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran.

c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada pokok bahasan gelombang dengan menerapkan model pembelajaran CLIS.

d. Melakukan observasi aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran. e. Memberikan post-test keterampilan proses sains dan pemahaman

konsep pada siswa setelah-pembelajaran pada pokok bahasan gelombang untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep siswa.

3. Evaluasi /analisis hasil penelitian

a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian untuk menguji hipotesis.


(31)

49

Hadi Iswanto, 2013

pustaka yang menunjang dan berdasarkan hasil analisis data.

c. Menginterprestasi data hasil penelitian dalam suatu laporan hasil penelitian.

D. Teknik Analisis Instrumen Penelitian

Pengujian kesahihan tes meliputi validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Untuk instrumen hasil belajar ranah kognitif dan keterampilan proses sains yang digabung yaitu berupa tes pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban dilakukan analisis instrumen terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrumen layak dipakai. Berikut langkah-langkah analisis yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini.

1. Validitas

Validitas merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instruimen sehingga mampu mengukur apa yang di ukur (Arikunto, 2001). Uji validitas tes yang digunakan adalah uji validitas isi dan uji validitas yang dihubungkan dengan kriteria. Untuk mengetahui uji validitas isi tes dilakukan judgement terhadap butir soal yang dilakukan oleh dosen dan guru bidang studi IPA Fisika. Dengan demikian, untuk mengetahui validitas yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik yaitu rumus korelasi Product Moment Pearson: (S. Arikunto, 2001).

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }………(3.1)

Keterangan

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang

dikorelasikan. X = skor tiap siswa

Y = skor total tiap butir soal N = jumlah siswa uji coba


(32)

50

Nilai r kemudian dibandingkan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung dari rumus di

atas lebih besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan sebaliknya. Kriteria

validitas item butir soal ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah (Arikunto,2008) 2. Reliabilitas

Reliabialitas menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data, dan apabila digunakan akan memberikan hasil yang tetap meskipun diteskan berulang kali. Reabilitas dihitung dengan dengan menggunakan rumus KR-20 (Khuder Richarson):

r11 =

                   

2 1 2 1 s q p s n n n i i i ………..(3.2)

(Arikunto, 2008 ) Dimana :

r 11 = Reliabilitas instrumen n soal

pi = Proporsi subjek yang menjawab soal ke i dengan benar qi = Proporsi subjek yang menjawab salah =1- pi

∑ pi qi = Jumlah hasil perkalian p dan q n = Banyaknya soal

s2 = Varian dari tes.

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut Arikunto (2008), seperti ditunjukkan pada Tabel 3.3.


(33)

51

Hadi Iswanto, 2013

Tabel 3.3. Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

Sangat Tinggi

Tinggi

Cukup

Rendah

Sangat Rendah

3. Tingkat Kemudahan

Uji tingkat kemudahan dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2008) :

...(3.3) dengan P adalah indeks kemudahan, B adalah banyaknya siswa yang menjawab soal benar dan Js adalah jumlah seluruh siswa peserta tes. Kategori tingkat kemudahan seperti ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Kategori tingkat kemudahan soal

Batasan Kategori

Soal Sukar

Soal Sedang

Soal Mudah

4. Daya Pembeda

Uji daya pembeda, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan (Arikunto, 2008) :

B A B B A A P P J B J B

D   

...(3.4) dengan D merupakan indeks daya pembeda, BA adalah banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar. BB adalah banyaknya peserta


(34)

52

tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar, JA merupakan banyaknya peserta tes kelompok atas, JB merupakan banyaknya peserta kelompok bawah, PA adalah proporsi kelompok atas yang menjawab benar, PB adalah proporsi kelompok bawah yang menjawab benar. Kategori daya pembeda seperti ditunjukkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

D 0 Sangat jelek

Jelek

Cukup

Baik

Baik sekali

Setelah data soal instrumen hasil uji coba diperoleh, skor totalnya diurutkan dari yang terbesar sampai terkecil. Karena jumlah siswa pada uji coba berjumlah 32 siswa, maka diambil 27% mulai urutan teratas sebagai kelompok atas dan dari urutan paling bawah diambil 27% sebagai kelompok bawah. Sehingga banyak siswa kelompok atas = banyaknya siswa kelompok bawah yaitu JA = JB = 4 siswa.

(Arikunto, 2008)

E. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian di analisis yang meliputi: 1. Membuat tabulasi skor data

Memeriksa hasil tes setiap siswa sekaligus memberikan skor pada lembar jawaban tes KPS dan pemahaman konsep di mana soal dengan jawaban benar diberi skor 1 dan soal dengan jawaban salah diberi skor 0. 2. Menentukan nilai

Dalam menentukan nilai KPS dan pemahaman konsep siswa rentang nilai yang digunakan untuk tes pilihan ganda dalam penelitian ini adalah 0-100 dengan rumus (Yustisia, 2007). sebagai berikut.


(35)

53

Hadi Iswanto, 2013

3. Menentukan nilai maksimum dan nilai minimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi untuk hasil tes KPS dan pemahaman konsep.

4. Menghitung persentase nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> keterampilan proses sains dan pemahaman konsep.

5. Mengitung persentase peningkatan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep siswa yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan gain yang dinormalisasi yaitu dengan rumus g faktor sebagai berikut.

………(3.6) Keterangan.

<g> = rata-rata gain yang dinormaJisasi <

SPost>= rata-rata nilai post-test <

SPre> = rata-rata nilai pre-test <

Smaks> = rata-rata nilai maksimum ideal

Untuk mengkategorikan persentase <g> keterampilan proses sains dan pemahaman konsep siswa digunakan pengkategorian yang dapat dilihat pada Tabel 3.6

Tabel 3.6

Pengkategorian Persentase Rata-Rata N-gain Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Pada Pokok Bahasan Gelombang Siswa

Persentase Kategori

<g> > 70,0 Tinggi 30,0 < <g> < 70,0 Sedang < g > < 30,0 Rendah

(Hake, 1999) 6. Uji Normalitas


(36)

54

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji kenormalan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Uji normalitas ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah sampel telah dapat mewakili populasi atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors dengan taraf signifikansi  = 0,05.

7. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam dua variabel yang berbeda bersifat homogen atau tidak. Pengujian ini dilakukan membandingkan Varians terbesar dengan terkecil.

8. Pengujian Hipotesis penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Penggunaan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. (Ha1); (µ1< µ2; α = 0.05)

b. Penggunaan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. (Ha2); (µ3< µ4; α = 0.05)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t (α = 0.05). Berdasarkan hasil penelitian data N Gain siswa yang didapat berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik dengan rumus yang digunakan adalah: (Sugiyono,2007)

| |

√ ⁄ ⁄ ...(3.8)

...(3.9)

Keterangan :


(37)

55

Hadi Iswanto, 2013

S = Simpangan Baku

S1 = Simpangan baku untuk data kelompok Eksperimen S2 = Simpangan baku untuk data kelompok Kontrol n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen

n2 = jumlah siswa kelompok kontrol

Kriteria pengujian : Jika t hitung > t tabel maka HA diterima pada taraf signifikansi α = 0.05 dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2– 2).

F. Analisis Angket

Angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap model Pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri. Pernyataan-pernyataan disusun berupa pernyataan tertutup tentang tanggapan siswa. Model skala sikap yang digunakan adalah model skala sikap (Likert) dengan empat pilihan jawaban, seperti dikemukakan oleh Arikunto (2008), yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).

Skala sikap siswa pada tiap butir pernyataan, dihitung, ditabulasi kemudian dibuat persentase. Untuk menghitung persentase hasil angket respon siswa tersebut menggunakan persamaan:

...(3.10)

Untuk memudahkan dalam menginterpretasi tanggapan tersebut, digunakan kriteria seperti pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Kriteria Tanggapan Siswa Alternatif

jawaban (%) Deskripsi

100 Seluruh responden 75 ≤ J < 100 Hampir seluruh responden

50 < J < 75 Sebagian besar responden 50 Setengah dari jumlah responden

25 ≤ J < 50 Hampir setengahnya dari jumlah responden 0 < J < 25 Sebagian kecil responden

0 Tidak seorang pun responden


(38)

56

G. Alur Penelitian

Secara garis besar tahap-tahap penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Pretest kelas Kontrol (K)

Pembelajaran Konvensional

Posttest Kelas Kontrol (K)

Peningkatan Pemahaman Konsep

Analisis Data

Pretest kelas Eksperimen (E)

Pembelajaran Model CLIS dengan pendekatan inkuiri

Posttest kelas eksperimen (E)

Peningkatan Pemahaman Konsep

Peningkatan Kemampuan keterampilan proses sains

Studi Pendahuluan

Penyusunan Perangkat Pembelajaran (RPP,Skenario) serta penyiapan alat dan bahan Perumusan Masalah

Penyusunan Instrumen penelitian dan validasi

LKS

Observasi

LKS

Angket Respon Siswa

Studi Literatur

Peningkatan Kemampuan keterampilan proses sains


(39)

57

Hadi Iswanto, 2013

H. Hasil Instrumen

Uji coba instrumen tes pemahaman konsep dan keterampilan proses sains dilakukan pada siswa kelas VIII yang sudah mempelajari materi gelombang di salah satu MTs Negeri di kabupaten Indramayu. Soal tes pemahamn konsep yang diujicobakan berjumlah 15 butir soal dan soal tes keterampilan proses sains yang diujicobakan berjumlah 15 butir soal masing-masing berbentuk pilihan ganda. Analisis instrumen dilakukan dengan menggunakan program excel, untuk menguji validitas, reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda soal. Hasil uji coba secara terperinci tertera pada lampiran C. Hasil uji coba soal pemahaman konsepdan keterampilan proses sains siswa dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Hasil Ujicoba Soal Tes Pemahaman Konsep dan Soal Tes Keterampilan Proses Sains pada pokok Bahasan Gelombang

Ujicoba Soal Tes Daya Pembeda

Tingkat Kemudahan Kategori Jumlah Kategori Jumlah

Penguasaan Konsep

Baik

sekali -

Sangat

sukar -

Baik 7 Sukar -

Cukup 8 Sedang 10

Kurang - Mudah 5

Keterampilan Proses Sains

Baik

sekali - Sukar -

Baik 6 Sedang 9

Cukup 9 Mudah 6

Kurang - Sangat


(40)

58

Uji coba soal tes pemahaman konsep pada pokok bahasan gelombang terdiri dari 15 soal berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan hasil uji coba, terdapat 15 soal valid dengan reabilitas 0,55 ( kategori cukup) Soal pemahaman konsep yang digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 15 soal. Hasil uji coba soal tes penguasaan konsep secara rinci tertera pada Lampiran C.

Uji coba soal tes keterampilan proses sains siswa pada pokok bahasan gelombang soal terdiri dari 15 soal berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan hasil uji coba diperoleh, terdapat 15 soal valid dengan reabilitas 0,52 (kategori cukup). Jumlah soal yang digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 15 soal. Hasil uji coba soal tes keterampilan proses sains siswa secara lengkap terdapat pada Lampiran C.


(41)

79

Hadi Iswanto, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Model Pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa dibanding pembelajaran konvensional pada pokok bahasan gelombang.

2. Model Pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa dibanding pembelajaran konvensional pada pokok bahasan gelombang

3. Secara keseluruhan, hampir semua siswa memberikan tanggapan setuju terhadap penerapan model pembelajaran Children Learning In Science dengan pendekatan inkuiri pada pokok bahasan gelombang

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menggunakan model pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri untuk pokok bahasan yang berbeda


(42)

80

2. Sebaiknya dilakukan pengembangan instrument penelitian yang dapat mengukur kemampuan lainnya, tidak terbatas pada pemahaman konsep dan keterampilan proses sains.

3. Dalam merancang rencana pembelajaran untuk pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri ini, diperlukan revisi untuk penyempurnaan isi rancangan kegiatan pada RPP, terutama penyesuaiaan waktu. Pada proses pembelajaran karena melakukan demonstrasi dan praktikum, diperlukan efisiensi waktu yang sudah dipersiapkan dengan penuh perhitungan sehingga benar-benar semua kegiatan yang dirancang dapat terlaksana dengan baik.

4. Tim pengamat (observer) yang terlibat dalam setiap pertemuan diusahakan tetap agar pengamatan dapat dilakukan secara maksimal dari setiap pembelajaran. 5. Beberapa soal perlu disempurnakan kembali agar lebih baik keadaan fisiknya


(43)

Hadi Iswanto, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Adrian. (2004). Artikel “Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa”. [online]. Tersedia di: http://artikel.us/art05_65.html. [diakses tanggal 21 Desember 2012]

Anderson, L.W., Krathawoohl, D.R., dan Bloom(2001). A Taxonomy for Learning

Teaching and Assesing, a revision of Bloom’s taxonomy of

educational objective. New York:Longman.

Arikunto, S. (2001). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek ). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Asrori, M. (2008). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Bettencourt, A. (1989). What is Constructivism and Why are They all Talking about it?. Michigan: Michigan State University Press.

Bloom, B. S. (1979). Taxonomy of Educational Objectives The Classification of Educational Goals. London: Longman Group LTD.

BSNP. (2006). Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Carin. (1993). Hakikat Pembelajaran IPA. [Online]. Tersedia:

http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/hakikat-pembelajaran-ipa.html. [diakses tanggal 19 Desember 2012]

Cullingford, C. (1995). The Effective Teacher. London and New York: Cassel Dahar, R.W. (1996). Teori – Teori Belajar, Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Standar Isi dan Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.

Diana, M. (2011). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) Di SMPN 1 Tanjungraja Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011. Tersedia: www.pdf-archive.com/2011/12/05/28...diana/28-merita-diana.pdf [diakses tanggal 21 Desember 2012]

Dimyati dan Mujiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


(44)

Driver, R. (1988). Theory into practice II: A constructivist approach to curriculum development. In P. Fensham (Ed.), Development and dilemmas in science education. New York: Falmer.

Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluation Research in Education Sixth Edition. Boston: McGraw-Hill.

Gitanisari, M. (2008). Penerapan Metode Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Glynn, S.M & Duit, R., (1995). Learning Science In The School: Research Reforming Practice. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers Mahwah.

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Tersedia: http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 [diakses tanggal 19 Juni 2012].

Istanti, D. (2010). Pengaruh Motivasi, Metode Pembelajaran Dan Lingkungan Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 1 Karanganom Klaten. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Semarang: Tidak diterbitkan.

Krisno, H. dan Moch. A., (2008). Ilmu Pengetahuan Alam: SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Lia, N. (2010). Model Pembelajaran Experiental KOLB untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecah Masalah Siswa SMP. Tesis SPs UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Matthews, M. (1994) Science Teaching. New York: Routledge.

Meltzer. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible”Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores” American Journal Physics.

Munaf, S. (2001). Diktat Perkuliahan Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Nalori, Helmi (2000). Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan soal-soal Listrik arus Searah. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nasution S. (1982). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta : Bina Aksara


(45)

Hadi Iswanto, 2013

Needham, R., in association with Hill, P. (1987). CLIS In The

Classroom“Teaching Strategies For Developing Understanding In

Science. Children’s Learning In Science Project: University of Leeds. Nenden, Supriyanto, dan Ilham A.,(2009) IPA : Untuk SMP/MTs Kelas VIII.

Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Ningsih, S.M. (2009). Penerapan Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII pada Materi Pokok Alat-Alat Optik. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FKIP UNHALU Kendari: Tidak Diterbitkan.

Osborne, R. and Freyberg, P. 1984. Learning in Science: The Implications of Children′s Science. New Zaeland: Heinemann Publishers.

Padila (1990) The Science Procces Skill (online). Tersedia : http://www. Narst. Org/publication/ research/ skill. cfm (15 januari 2012).

Pangabean, LP. (2001). Statistika Dasar. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan MIPA UPI

Piaget, J. (1971). Physchology and Epistemology. New York: The Viking Press. Purnawanti, Y. (2007). Penerapan Model Pembelajaran Children’s Learning In

Science (CLIS) dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Putri, C. U. (2009). Penerapan Metode Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rofingatun, S. (2006). Penerapan Metode Penemuan dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Rustaman, N., dan Rustaman A. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi.

Malang: UM Press.

Salwin, MD., (1996). Model Pembelajaran CLIS dalam upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Memahami dan Mengembangkan Konsep Fisika. Tesis Magister PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Santyasa, I. W. (2009). Pengembangan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Bagi Siswa SMA Dengan Pemberdayaan Metode Perubahan Konseptual Berseting Investigasi Kelompok. [online]. Tersedia di:


(46)

www.freewebs.com/.../PENGEMBANGAN_PEMAHAMAN_KONS EP.pdf [diakses tanggal 21 Juni 2011]

Scott, P. in association with Dyson, T. and Gater, S, P. (1987). A Constructivist View of Learning and Teaching in Science. Children’s Learning In Science Project: University of Leeds.

Semiawan, C., (1986). Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.

Setiawan, E.J (2012). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Inkuiri Terbimbing dapat Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman Konsep Gelombang Siswa Smp. Tesis Magister PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sudjana,, (2005) Metoda Statistik. Jakarta :Tarsito.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D”. Bandung: Alfabeta.

Suhandi, A. (2010). Materi Presentasi Perkuliahan Praktikum Fisika SL. Bandung: Tidak diterbitkan.

Suherman, E., . (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumaji,, (1997). Pendidikan Sains yang Humanistis “Persembahan 72 tahun Pater J.I.G.M Drost, S.J. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta: Kanisius.

Sund & Trowbridge. (1973). Teaching Science by Inquiry in The Secondary School. Columbus Ohio : Charles E. Merril Publishing Company. Suparno, P. (2006). Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik &

Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sutarno, M. (2011). Fenomena Fisika “Informasi Pendidikan & Sains Terkini” [online]. Tersedia di: http://fisika21.wordpress.com/ [diakses tanggal 14 September 2012]

Syafrina, A. (2000). Pengembangan Model pembelajaran CLIS untuk meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa kelas III sekolah dasar pada konsep hewan dan benda. Tesis Magister PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(47)

Hadi Iswanto, 2013

Tomo. (1995). Model Konstruktivis untuk Membangkitkan Perubahan Konseptual Siswa dalam Pengajaran IPA. Tesis Magister PPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Tytler, R., (1996). Constructivism and Conseptual Change Views of Learning In Science. Bandung: IMAPIPA PPS IKIP Bandung & PPS IKIP Bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

UU Sisdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Wasis, (2008). Contextual Teaching and Learning: Ilmu Pengetahuan Alam

Sekolah Menegah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VII Edisi 4. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Wibowo, F.C., (2012). Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kreatif. Tesis Magister PPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Wijaya, N. (1997). Penerapan Model Pembelajaran CLIS (Children’s Learning In Science) untuk Meningkatkan Konsepsi Siswa tentang Sumber Makanan dalam Pembelajaran IPA-SD. Tesis Magister PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Wikipedia Indonesia, [online]. tersedia di http: www.wikipedia.org.id/ .[di akses tanggal 31 Juli 2013]

Wonorahardjo, S. (2010). Dasar-Dasar Sains (Menciptakan Masyarakat Sadar Sains). Jakarta: Indeks.

Yustisia, Tim Pustaka. (2007). Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SD/MI, SMP, SMA/SMK. Yogyakarta: Pustaka


(1)

80

2. Sebaiknya dilakukan pengembangan instrument penelitian yang dapat mengukur kemampuan lainnya, tidak terbatas pada pemahaman konsep dan keterampilan proses sains.

3. Dalam merancang rencana pembelajaran untuk pembelajaran CLIS dengan pendekatan inkuiri ini, diperlukan revisi untuk penyempurnaan isi rancangan kegiatan pada RPP, terutama penyesuaiaan waktu. Pada proses pembelajaran karena melakukan demonstrasi dan praktikum, diperlukan efisiensi waktu yang sudah dipersiapkan dengan penuh perhitungan sehingga benar-benar semua kegiatan yang dirancang dapat terlaksana dengan baik.

4. Tim pengamat (observer) yang terlibat dalam setiap pertemuan diusahakan tetap agar pengamatan dapat dilakukan secara maksimal dari setiap pembelajaran. 5. Beberapa soal perlu disempurnakan kembali agar lebih baik keadaan fisiknya


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adrian. (2004). Artikel “Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa”. [online]. Tersedia di: http://artikel.us/art05_65.html. [diakses tanggal 21 Desember 2012]

Anderson, L.W., Krathawoohl, D.R., dan Bloom(2001). A Taxonomy for Learning

Teaching and Assesing, a revision of Bloom’s taxonomy of educational objective. New York:Longman.

Arikunto, S. (2001). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek ). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Asrori, M. (2008). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Bettencourt, A. (1989). What is Constructivism and Why are They all

Talking about it?. Michigan: Michigan State University Press.

Bloom, B. S. (1979). Taxonomy of Educational Objectives The Classification

of Educational Goals. London: Longman Group LTD.

BSNP. (2006). Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Carin. (1993). Hakikat Pembelajaran IPA. [Online]. Tersedia:

http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/hakikat-pembelajaran-ipa.html. [diakses tanggal 19 Desember 2012]

Cullingford, C. (1995). The Effective Teacher. London and New York: Cassel Dahar, R.W. (1996). Teori – Teori Belajar, Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Standar Isi dan Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.

Diana, M. (2011). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Penerapan

Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) Di SMPN 1 Tanjungraja Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011.

Tersedia: www.pdf-archive.com/2011/12/05/28...diana/28-merita-diana.pdf [diakses tanggal 21 Desember 2012]

Dimyati dan Mujiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


(3)

Driver, R. (1988). Theory into practice II: A constructivist approach to

curriculum development. In P. Fensham (Ed.), Development and

dilemmas in science education. New York: Falmer.

Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluation Research in

Education Sixth Edition. Boston: McGraw-Hill.

Gitanisari, M. (2008). Penerapan Metode Pembelajaran Missouri

Mathematics Project (MMP) dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Glynn, S.M & Duit, R., (1995). Learning Science In The School: Research

Reforming Practice. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates,

Publishers Mahwah.

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Tersedia: http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 [diakses tanggal 19 Juni 2012].

Istanti, D. (2010). Pengaruh Motivasi, Metode Pembelajaran Dan

Lingkungan Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 1 Karanganom Klaten. Skripsi

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Semarang: Tidak diterbitkan.

Krisno, H. dan Moch. A., (2008). Ilmu Pengetahuan Alam: SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Lia, N. (2010). Model Pembelajaran Experiental KOLB untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecah Masalah Siswa SMP.

Tesis SPs UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Matthews, M. (1994) Science Teaching. New York: Routledge.

Meltzer. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible”Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores” American Journal Physics.

Munaf, S. (2001). Diktat Perkuliahan Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Nalori, Helmi (2000). Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan soal-soal

Listrik arus Searah. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nasution S. (1982). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta : Bina Aksara


(4)

Needham, R., in association with Hill, P. (1987). CLIS In The

Classroom“Teaching Strategies For Developing Understanding In Science. Children’s Learning In Science Project: University of Leeds.

Nenden, Supriyanto, dan Ilham A.,(2009) IPA : Untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Ningsih, S.M. (2009). Penerapan Model Pembelajaran CLIS (Children Learning

In Science) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII pada Materi Pokok Alat-Alat Optik. Skripsi

Jurusan Pendidikan Fisika FKIP UNHALU Kendari: Tidak Diterbitkan.

Osborne, R. and Freyberg, P. 1984. Learning in Science: The Implications of Children′s Science. New Zaeland: Heinemann Publishers.

Padila (1990) The Science Procces Skill (online). Tersedia : http://www. Narst. Org/publication/ research/ skill. cfm (15 januari 2012).

Pangabean, LP. (2001). Statistika Dasar. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan MIPA UPI

Piaget, J. (1971). Physchology and Epistemology. New York: The Viking Press. Purnawanti, Y. (2007). Penerapan Model Pembelajaran Children’s Learning In

Science (CLIS) dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA

UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Putri, C. U. (2009). Penerapan Metode Pembelajaran Generatif untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Rofingatun, S. (2006). Penerapan Metode Penemuan dalam Pembelajaran

Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rustaman, N., dan Rustaman A. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Salwin, MD., (1996). Model Pembelajaran CLIS dalam upaya Meningkatkan

Kemampuan Siswa Memahami dan Mengembangkan Konsep Fisika. Tesis Magister PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Santyasa, I. W. (2009). Pengembangan Pemahaman Konsep dan Kemampuan

Pemecahan Masalah Fisika Bagi Siswa SMA Dengan Pemberdayaan Metode Perubahan Konseptual Berseting


(5)

www.freewebs.com/.../PENGEMBANGAN_PEMAHAMAN_KONS EP.pdf [diakses tanggal 21 Juni 2011]

Scott, P. in association with Dyson, T. and Gater, S, P. (1987). A

Constructivist View of Learning and Teaching in Science. Children’s Learning In Science Project: University of Leeds.

Semiawan, C., (1986). Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana

Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.

Setiawan, E.J (2012). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan

Inkuiri Terbimbing dapat Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman Konsep Gelombang Siswa Smp. Tesis Magister PPS

UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Sudjana,, (2005) Metoda Statistik. Jakarta :Tarsito.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D”. Bandung: Alfabeta.

Suhandi, A. (2010). Materi Presentasi Perkuliahan Praktikum Fisika SL. Bandung: Tidak diterbitkan.

Suherman, E., . (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumaji,, (1997). Pendidikan Sains yang Humanistis “Persembahan 72 tahun Pater J.I.G.M Drost, S.J. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta: Kanisius.

Sund & Trowbridge. (1973). Teaching Science by Inquiry in The Secondary

School. Columbus Ohio : Charles E. Merril Publishing Company.

Suparno, P. (2006). Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik &

Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sutarno, M. (2011). Fenomena Fisika “Informasi Pendidikan & Sains Terkini” [online]. Tersedia di: http://fisika21.wordpress.com/ [diakses tanggal 14 September 2012]

Syafrina, A. (2000). Pengembangan Model pembelajaran CLIS untuk

meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa kelas III sekolah dasar pada konsep hewan dan benda. Tesis Magister


(6)

Tomo. (1995). Model Konstruktivis untuk Membangkitkan Perubahan Konseptual

Siswa dalam Pengajaran IPA. Tesis Magister PPS IKIP

Bandung: Tidak diterbitkan.

Tytler, R., (1996). Constructivism and Conseptual Change Views of

Learning In Science. Bandung: IMAPIPA PPS IKIP Bandung &

PPS IKIP Bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

UU Sisdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Wasis, (2008). Contextual Teaching and Learning: Ilmu Pengetahuan Alam

Sekolah Menegah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VII Edisi

4. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Wibowo, F.C., (2012). Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis

Proyek untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kreatif. Tesis Magister PPS IKIP Bandung: Tidak

diterbitkan.

Wijaya, N. (1997). Penerapan Model Pembelajaran CLIS (Children’s Learning In

Science) untuk Meningkatkan Konsepsi Siswa tentang Sumber Makanan dalam Pembelajaran IPA-SD. Tesis Magister PPS UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Wikipedia Indonesia, [online]. tersedia di http: www.wikipedia.org.id/ .[di akses tanggal 31 Juli 2013]

Wonorahardjo, S. (2010). Dasar-Dasar Sains (Menciptakan Masyarakat

Sadar Sains). Jakarta: Indeks.

Yustisia, Tim Pustaka. (2007). Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tingkat