PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMA KARTIKA XIX-3 DAN SMK KARTIKA XIX-1 KOTA BANDUNG.

(1)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH

TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMA KARTIKA XIX-3 DAN SMK KARTIKA XIX-1 KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Administrasi Pendidikan

Oleh:

HANNA AMALIA MUSTOPA 0800862

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH

TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

DI SMA KARTIKA XIX-3 DAN SMK KARTIKA XIX-1

KOTA BANDUNG

Oleh

Hanna Amalia Mustopa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Hanna Amalia Mustopa 2013 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

DI SMA KARTIKA XIX-3 DAN SMK KARTIKA XIX-1 KOTA BANDUNG

Oleh :

Hanna Amalia Mustopa NIM. 0800862

Disetujui dan Disahkan oleh Dosen Pembimbing Pembimbing I

Dra. Yati Siti Mulyati, M.Pd NIP. 19520929 198403 2 001

Pembimbing II

Dr. Asep Suryana, M.Pd NIP. 19720321 199903 1 002

Mengetahui,


(4)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Dr. H. Endang Herawan, M.Pd NIP. 19600810 198603 1 001


(5)

i

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung”. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana iklim organisasi sekolah yang terjadi, bagaimana kinerja mengajar guru, serta seberapa besar pengaruh iklim organisasi sekolah terhadap kinerja mengajar guru yang berlangsung di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung.

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pengaruh iklim organisasi sekolah terhadap kinerja mengajar guru yang berlangsung di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang ditunjang oleh studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui angket tertutup dengan 5 skala penilaian (likert). Populasi yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 sebanyak 64 guru.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dihitung dengan menggunakan teknik WMS (Weight Means Scored) menunjukan bahwa rata-rata kecenderungan umum untuk variabel X (Iklim Organisasi Sekolah) sebesar 4,07 dan berada dalam kategori sangat baik. Sedangkan rata-rata kecenderungan umum untuk variabel Y (KinerjaMengajar Guru) sebesar 4,24 berada dalam kategori sangat baik.

Berdasarkan hasil pengujian normalitas distribusi data, diketahui bahwa variabel X dan Variabel Y berdistribusi normal. Dilihat dari perhitungan koefisien korelasi ( ) dengan menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,921 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara variabel X danvariabel Y, serta nilai uji signifikan sebesar 18,62 terbukti signifikan karena (18,62) > (1,671).

Besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y ditunjukan dari hasil perolehan analisis koefisien determinasi (KD) sebesar 84,86%, ini menggambarkan bahwa pengaruh iklim organisasi sekolah adalah sebesar 84,86% dan sisanya sebesar 15,14% dipengaruhi oleh faktor lain. Persamaan regresi Y atas X adalah ̂ = 40,97 + 0,22X , artinya setiap perubahan satu unit pada variabel X akan memberikan perubahan pada variabel Y sebesar 0,22 satuan.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitiannya yaitu terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara iklim


(6)

ii

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung

organisasi sekolah terhadap kinerja mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung.


(7)

vi

Hanna Amalia Mustopa, 2013

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN KATA MUTIARA

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 10

C.Tujuan Penelitian ... 10

D.Manfaat Penelitian ... 11

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 14

A.Konsep Iklim Organisasi Sekolah ... 14

1. Pengertian Iklim Organisasi Sekolah ... 14

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Organisasi ... 17

3. Dimensi Iklim Organisasi ... 19

B. Kinerja Mengajar Guru ... 22

1. Konsep Kinerja ... 22

2. Konsep Mengajar ... 24

3. Tahapan Pelaksanaan Mengajar ... 25

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ……….. 26

5. Penilaian Kinerja Guru ... 27

6. Kompetensi Guru ... 29

7. Manajemen Kinerja Guru ... 33

C.Kerangka Pemikiran ... 35

D.Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 38


(8)

vii

Hanna Amalia Mustopa, 2013

1. Lokasi Penelitian ... 38

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

B. Desain Penelitian ... 40

C.MetodePenelitian ... 41

1. Metode Deskriptif ... 42

2. Pendekatan Kuantitatif ... 43

3. Studi Kepustakaan ... 43

D.DefinisiOperasional ... 44

1. Iklim Organisasi Sekolah ... 45

2. Kinerja Mengajar Guru ... 46

E. InstrumenPenelitian ... 49

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 49

1. Pengujian Validitas ... 50

2. Pengujian Reabilitas ... 58

G.Teknik Pengumpulan Data ... 63

H.Teknik Pengolahan Data ... 65

1. Menghitung WMS ... 65

2. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku ... 66

3. Uji Normalitas Data ... 68

I. Analisis Data ... 70

1. Analisis Korelasi ... 70

2. Analisis Regresi ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

A.Analisis Data ... 73

1. Seleksi Data ... 73

2. Klasifikasi Data ... 74

B. Penyajian Hasil Pengolahan Data ... 77

1. Deskripsi Data Variabel Penelitian... 77

2. Uji Normalitas Distribusi Data ... 85

3. Uji Hipotesis Penelitian ... 88

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

1. Gambaran Iklim Organisasi Sekolah ... 92

2. Gambaran Kinerja Mengajar Guru ... 99

3. Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Mengajar Guru .. 106

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 109

A.Kesimpulan ... 109


(9)

viii

Hanna Amalia Mustopa, 2013

DAFTAR PUSTAKA ... 112

DAFTAR TABEL 3.1 Jumlah Responden Penelitian ... 39

3.2 Kisi-kisi Variabel X (Iklim Organisasi sekolah) ... 45

3.3 Kisi-kisi Variabel Y (Kinerja Mengajar Guru) ... 48

3.4 Hasil Uji Validitas Varibel X Item No.1……….….…. 52

3.5 Hasil Uji ValiditasVariabel X (Iklim Organisasi Sekolah) ... 54

3.6 Hasil Uji Validitas Varibel Y Item No.2…………..………..…… 55

3.7 Hasil Uji ValiditasVariabel Y (Kinerja Mengjar Guru) ... 57

3.8 Reabilitas Variabel X (Iklim Organisasi Sekolah) ... 59

3.9 Reabilitas Varibel Y (Kinerja Mengjar Guru) ... 61

3.10 Kriteria Pengukuran Alternatif Jawaban ... 64

3.11 Konsultasi Hasil Perhitungan WMS……… .. 66

3.12 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi……….……… 70

4.1 Rekapitulasi Jumlah Angket ... 74

4.2 Skor Mentah Iklim Organisasi Sekolah ... 75

4.3 Skor Mentah Kinerja Mengajar Guru ... 75

4.4 Skor Baku Iklim Organisasi Sekolah ... 76

4.5 Skor Baku Kinerja Mengajar Guru ... 76

4.6 Hasil Perhitungan WMS Variabel X ... 77

4.7 Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ... 79

4.8 Hasil Perhitungan WMS Variabel Y ... 81

4.9 Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ... 83

4.10 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Variabel X ... 86

4.11 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Variabel Y ... 87

4.12 Hasil Perhitungan Analisis Korelasi Variabel X dan Variabel Y ... 89

4.13 Tabel Bantuan Tingkat Hubungan Antar Variabel ... 89


(10)

ix

Hanna Amalia Mustopa, 2013

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 36

2.2 Skema Hipotesis Penelitian ... 37

3.1 Skema Desain Penelitian ... 40

4.1 Poligon Normalitas Distribusi Data Variabel X ... 87

4.2 Poligon Normalitas Distribusi Data Variabel Y ... 88


(11)

x

Hanna Amalia Mustopa, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen dan Angket Penelitian ... 114

a. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 114

b. Angket Penelitian ... 117

Lampiran 2 Hasil Uji Coba AngketPenelitian ... 125

a. Uji Validitas ... 125

b. Uji Reabilitas... 131

Lampiran 3 Pengolahan Data ... 135

a. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku ... 135

b. Uji Normalitas Distribusi Frekuensi ... 140

c. Pengujian Hipotesis Penelitian... 149

Lampiran 4 Daftar Tabel Statistik Lampiran 6 Korespondensi


(12)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk Tuhan YME yang kompleks, unik dan diciptakan dalam integrasi dua substansi yang tidak dapat berdiri sendiri. Substansi pertama disebut tubuh (fisik/jasmani) sebagai unsur materi, sedang substansi kedua disebut jiwa (rohani/psikis). Manusia membentuk organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain baik untuk kepentingan individu maupun kelompok layaknya sebuah organisasi sebagai suatu system yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau saling ketergantungan satu dengan yang lainya dalam proses mencapai tujuan.

Organisasi merupakan wadah interaksi personal baik dengan sesama maupun dengan lingkungan sosial yang mempengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai suatu tujuan. Hal ini sependapat dengan (Stephen P. Robbins 2006: 4) mengemukakan bahwa “organisasi adalah unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relative terus menerus untuk mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama”.

Namun setiap orang mempunyai watak yang berbeda-beda, perbedaan akan menimbulkan ketidaknyamanan antar personil dalam lingkup organisasi tetapi disisi lain organisasi merupakan hal terpenting karena merupakan suatu alat untuk bisa menyatukan persepsi, menyamakan pendapat meski seringkali banyak terjadinya perdebatan dan permasalahan yang mengganggu jalannya tujuan organisasi secara efektif. Dalam kondisi seperti ini banyak hal-hal yang perlu diperbaiki agar kelangsungan organisasi tetap bisa terjaga


(13)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

keharmonisanya antara satu dengan yang lainnya. Misalnya setiap guru mempunyai pandangan atau persepsi yang berbeda dalam menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan daya tangkap peserta didiknya, sebagian guru akan merasakan bahwa metode pembelajaran yang dia terapkan lebih bisa diikuti oleh siswa dibandingkan dengan metode pembelajaran guru lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan persepsi atau pandangan antara guru yang satu dengan yang lainnya. Persepsi ini selanjutnya disebut sebagai iklim organisasi. Menurut Wirawan (2007: 122) mengungkapkan bahwa:

Iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian mempengaruhi kinerja organisasi.

Setiap individu akan merasakan adanya gejala atau kondisi yang membawa mereka pada suatu persepsi yang menyatakan apakah di lingkungan organisasi yang mereka tempati sudah sesuai dengan apa yang direncanakan, apabila kondisi lingkungan organisasi tumbuh dengan adanya hubungan kerjasama yang baik diantara para personilnya maka kondisi organisasi akan tercipta dengan kondusif. keadaan ini disebut dengan iklim organisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Tagarui dan Litwin (Hendyat Soetopo 2010: 141) bahwa Iklim organisasi adalah suatu kualitas lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggotanya, mempengaruhi perilakunya, dan dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik organisasi.

Keadaan iklim organisasi yang kondusif akan menimbulkan perasaan nyaman dan menyenangkan bagi para personil organisasi sehingga para anggota organisasi akan lebih bersemangat dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya semaksimal mungkin. Oleh karena itu, memahami iklim organisasi oleh setiap anggota organisasi merupakan hal yang sangat penting.


(14)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Misalnya di dalam lingkungan sekolah iklim organisasi akan dirasakan oleh kepala sekolah, guru, siswa, staff tata usaha dan stakeholder sekolah lainnya.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal secara yang memberi layanan belajar kepada peserta didik dengan menggunakan semua sumber daya dan fasilitas yang tersedia serta dukungan lainnya untuk memperlancar kegiatan belajar dan mengajar. Guru dan kepala sekolah adalah komponen-komponen yang terlibat langsung dalam memberikan layanan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Kepala sekolah adalah penanggungjawab lembaga sekolah tingkat dasar dan menengah. Kepala sekolah memiliki tugas dan tanggungjawab terhadap mutu pendidikan, dengan cara memberikan arahan dan bimbingan atau pembinaan kepada guru-guru agar dapat memberikan layanan belajar yang bermutu untuk para siswanya.

Guru adalah komponen yang sangat menentukkan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai teladan bagi siswanya tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Wina Sanjaya (2011:24) mengemukakan “Sebagai pengelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman”. Peran guru yang strategis, menuntut kerja guru yang profesional, dan mampu mengembangkan ragam potensi yang terpendam dalam diri anak didik. Sedemikian besar peran guru dalam melakukan perubahan terhadap peradaban lewat anak didik yang akan menuntut kemajuan masa depan.

Peserta didik adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu di dalam lembaga pendidikan dasar dan menengah yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Sikap dan penampilan siswa yang berbeda-beda didalam kelas merupakan aspek lain yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran.


(15)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Pemahaman mengenai iklim organisasi oleh guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi guru tersebut ketika berada di sekolah. Sehingga hal ini akan memotivasi guru untuk meningkatkan kualitas mengajarnya dan selanjutnya akan menghasilkan mutu pendidikan yang baik.

Di Indonesia pada saat ini masih banyak permasalahan dalam bidang pendidikan yang seharusnya sudah mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Walaupun keberadaan pendidikan dari masa ke masa sudah mulai ada perkembangan namun tidak menutup kemungkinan adanya permasalahan yang dihadapi yang salah satunya disebabkan oleh kinerja guru dalam mengajar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana (2002:42) yang dikutip dari analisisnya Dr. S. Eko Widoyoko, MPd, menunjukkan bahwa: “Secara umum 76,6 % hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangn 32,43%, penguasaan materi pelajaranmemberikan sumbangan 32,38 % dan sikap guru terhadap mata pelajaran

memberikan sumbangan 8,60%”.

Kinerja mengajar guru merupakan kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Menurut Dasman Darmawan (2006:45) mengemukakan bahwa: Kinerja mengajar guru ditampilkan oleh beberapa indikator, yaitu: penguasaan terhadap kurikulum dan perangkat pengajarannnya, penguasaan materi pelajaran, penguasaan metode dan tekni penilaian, komitmen atau kecintaan guru terhadap tugasnya dan disiplin.

Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan karena mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Guru yang mempunyai kinerja yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa yang lebih baik, dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Menurut Moh. Uzer Suherman (2000:21) mengatakan bahwa tugas seorang guru meliputi tiga jenis tugas, yaitu tugas sebagai profesi, tugas guru dalam


(16)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

bidang kemanusiaan, dan tugas guru dalam bidang kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaranyang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

d. Menjunjung tinggi peraturan perundangan-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan

e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Guru dan Dosen Pasal 20)

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru, antara lain: kompetensi guru, motivasi kerja, kemampuan kerja, kompetensi guru, status sosial guru dan iklim organisasi. Dari beberapa faktor kinerja tersebut yang paling menarik untuk diteliti adalah iklim organisasi sekolah. Seorang guru dalam meningkatkan kinerjanya perlu didukung oleh iklim organisasi sekolah yang kondusif dan motivasi yang tinggi baik dari dalam diri maupun dari luar diri.

Dalam melaksanakan tugas mendidik, guru memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada yang bersemangat dan penuh tanggungjawab dalam melaksanakan tanggungjawab ada juga guru yang suka datang terlambat dan tidak mematuhi peraturan. Kondisi guru seperti itulah yang menjadi permasalahan di setiap lembaga pendidikan formal. Kondisi tersebut


(17)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

menuntut organisasi untuk mampu mengkondisikan atau menyiapkan sumber daya pendidik yang ada untuk mampu memberikan kinerja yang optimal.

Begitupun dalam lingkungan organisasi di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 adalah salah satu organisasi sekolah dibawah naungan yayasan yang sama yaitu Yayasan Kartika XIX dengan tujuan, latar belakang dan proses system kerja yang berbeda. Hal ini ditegaskan dalam PP No. 29 Tahun 1990 pasal 3 bahwa:

Tujuan Pendidikan Menengah Umum (SMA) adalah mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan jenjang pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi, sedangkan tujuan dari Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK) adalah lebih mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional. Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional ditegaskan pada Bab 1 pasal 1 bahwa:

Standar pendidikan nasional adalah kriteria minimal tentang system pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Republik Indonesia. Standar pendidikan nasional itu terdiri dari standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian.

Dalam hal ini peneliti mengambil salah satu standar yang sangat berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar dan pembelajaran diantara kedua sekolah ini yaitu Standar proses. Hal ini ditegaskan dalam PP No.19

Tahun 2005 Bab 1 Ayat 6 bahwa “Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

pendidikanuntuk mencapai standar kompetensi lulusan”. Melalui standar proses inilah setiap satuan pendidikan diatur bagaimana seharusnya proses pendidikan berlangsung. Dengan demikian standar proses dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya.


(18)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Dilihat dari standar prosesnya dalam hal kurikulum SMA dan SMK jelas berbeda, Struktur kurikulum SMA meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai dengan Kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri atas tiga program: (1) Program Ilmu Pengetahuan Alam, (2) Program Ilmu Pengetahuan Sosial, dan (3) Program Bahasa.

Dalam kurikulum SMK pada kelompok mata pelajaran yang spesifik meliputi 3 kelompok yaitu : Normatif, Adaptif, dan Produktif. Kelompok mata pelajaran Normatif adalah kelompok mata pelajaran yang membentuk peserta didik menjadi pribadi yang utuh yang memilki norma-norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Sedangakan kelompok mata pelajaran Adaptif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mamapu mengembangkan diri sesuai dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kelompok mata pelajaran Produktif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Nasional Indonesia (SKNI). Untuk mata pelajaran Normatif terdiri dari Pendidikan Agama, PPKn, Sejarah, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani. Adaptif terdiri dari Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Inggris, Komputer dan Kewirausahaan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 yang diperoleh dari para guru bahwa


(19)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

terlihat jelas kurikulum SMA dan SMK sangat berbeda. keadaan ini menganggu pada proses kegiatan belajar mengajar satu dengan yang lainnya karena letak 2 sekolah ini yang saling berdampingan. SMA dengan berbagai macam pengetahuan umumnya, berbanding terbalik dengan SMK yang lebih mengedepankan keahlian khusus seperti teknik mesin, elektro maupun informatika. Sehingga pada saat berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar siswa SMA merasa terganggu dengan siswa SMK yang sedang melakukan praktek karena jam pelajaran yang berbenturan dan menganggu kenyamanan siswa SMA maupun SMK.

Dilihat dari lingkungan fisiknya gedung sekolah SMA dan SMK ini berada pada titik yang sama bahkan tidak dibatasi oleh apapun, ruangan guru yang seharusnya menjadi ruang tertutup tetapi disini sifatnya terbuka karena bersebelahan satu dengan yang lainya, banyak hal yang berbeda dalam mengelola manajemen antara kedua sekolah ini, maka perlu adanya pembenahan untuk setiap unsure sekolah baik itu sarana prasarana maupun untuk keefektifan proses kegiatan belajar mengajar.

Hubungan sosial stakeholder 2 sekolah ini pun dari pimpinan, tenaga pendidik dan kependidikan dan para siswa kurang menciptakan keadaan organisasi yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Bisa dilihat di lapangan bahwa untuk upacara hari senin saja yang sudah rutin dan wajib dilaksanakan setiap sekolah, 2 sekolah ini hanya melaksanakan upacara bergantian 2 minggu sekali karena posisi sekolah mereka yang berada pada titik yang sama. Maka, jelas terlihat hubungan antara 2 sekolah ini kurang harmonis sehingga tidak menciptakan iklim organisasi yang baik dan bisa menyebabkan kurangnya motivasi para guru untuk mengajar anak didik mereka. Seperti halnya keadaan organisasi harus bisa menciptakan suatu iklim atau kondisi yang mendukung dan nyaman bagi para anggotanya untuk mencapai hasil yang optimal. (Para Guru SMA dan SMK: 2012)


(20)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Permasalahan tenaga kependidikan perlu diperhatikan mengingat salah satu unsur dari satuan kegiatan pendidikan nasional adalah tenaga pendidik. Keberadaannya dalam sistem pendidikan nasional diarahkan dan dikembangkan untuk memiliki kemampuan atau kompetensi khusus agar dapat memberikan pelayanan terbaik bagi siswanya. Hal ini berhubungan dengan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lia Vita (2007:97) dalam

skripsinya yang berjudul “Iklim Kerja Organisasi Sekolah terhadap Motivasi Mengajar Guru di SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung” yang menyatakan

bahwa:

Guru selalu semangat mengajar dengan adanya lingkungan organisasi sekolah yang nyaman. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan yang menyebutkan bahwa suasana sekolah yang nyaman mendorong semangat kerja guru meningkat. Hal ini berarti lingkungan kerja atau iklim kerja organisasi kondusif mendorong/memotivasi guru untuk lebih berprestasi optimal sesuai dengan kemampuannya ketika guru selalu semangat mengajar dengan adanya lingkungan sekolah yang kondusif. Berdasarkan uraian tersebut maka diperoleh nilai rata-rata secara keseluruhan 4,10 dan dapat disimpulkan bahwa kondisi motivasi mengajar di SMA Kartika Siliwangi 2 secara umum berada pada kategori sangat tinggi

Untuk itu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh bagaimana hubungan iklim organisasi antara 2 sekolah yang berada pada satu tempat terhadap kinerja mengajar guru yang ada di sekolah tersebut. Maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah terhadap

Kinerja Mengajar Guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1


(21)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Secara konseptual penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Iklim Organisasi, Kinerja Mengajar Guru dan pengaruhnya di lingkungan SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung.

2. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah merupakan gambaran umum mengenai ruang lingkup penelitian, pembatasan bidang penelitian dan penelaahan variable penelitian. Dengan demikian, permasalahan pokok yang ditetapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimana iklim organisasi di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung?

b. Bagaimana kinerja mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung?

c. Seberapa besar pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung?


(22)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Sejalan dengan perumusan masalah penelitian ini pun mempunyai tujuan agar mempunyai arah yang jelas dan tolak ukur keberhasilan yang bisa dijadikan pedoman, maka penelitian ini dikategorikn menjadi 2 tujuan, sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan informasi yang jelas dan akurat mengenai seberapa besar pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a.Untuk memperoleh informasi yang jelas tentang kondisi iklim organisasi di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung.

b.Untuk memperoleh informasi yang jelas tentang kinerja mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung. c.Untuk memperoleh informasi yang jelas tentang sebarapa besar

pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat peneliti kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu administrasi pendidikan, terutama mengenai efektivitas pelaksanaan


(23)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

iklim organisasi sekolah dalam meningkatkan kinerja mengajar guru dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

b. Manfaat Secara Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat :

1) Sebagai masukan bagi kepala sekolah untuk mengembangkan iklim organisasi sekolah dalam meningkatkan kinerja mengajar guru dengan membina dan mengembangkan tenaga pendidik, tenaga kependidikan, siswa, peran komite sekolah pada lembaga yang dikelolanya dalam peningkatan kualitas sekolah. 2) Sebagai bahan rujukan bagi peneliti dalam pengembangan ilmu

Administrasi Pendidikan secara praktis menyangkut iklim organisasi dan kinerja guru

3) Sebagai bahan rujukan bagi instansi yang berwenang dalam pengembangan ilmu Administrasi Pendidikan secara praktis menyangkut iklim organisasi dan kinerja guru.

E. Sistematika Penulisan

BAB I merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latarbelakang masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II menguraikan tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka berisi teori yang sedang dikaji yaitu konsep iklim organisasi sekolah dan konsep kinerja mengajar guru, dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Kerangka pemikiran merupakan tahapan yang ditempuh dalam merumuskan hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antar variable penelitian, setelah hubungan variable tersebut didukung oleh teori yang dirujuk barulah hipotesis dapat


(24)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

dirumuskan. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dirumuskan dalam penelitian.

BAB III berisi penjabaran yang rinci mengenai metodelogi penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian akan menguraikan hasil perhitungan yang diperoleh melalui pengumpulan data/angket terhadap indikator-indikator variabel X (Iklim Organisasi Sekolah) dan variabel Y (Kinerja Mengajar Guru) yang sesuai dengan rumus dan prosedur yang telah ditetapkan. Adapun isi yang tercakup dalam bab ini meliputi analisis data, penyajian hasil pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V merupakan kesimpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang berjudul “Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung.


(25)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Peran metodologi penelitian sangat menentukan dalam upaya menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian, dengan kata lain metodologi penelitian akan memberikan petunjuk terhadap pelaksanaan penelitian atau petunjuk bagaimana penelitian ini dilakukan.

Pada bab ini akan dikemukakan beberapa hal yang menyangkut metodologi penelitian meliputi lokasi, populasi, sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen dan teknik pengolahan data.

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi merupakan hal yang paling penting dalam suatu penelitian. Maka yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung di Jalan. Aceh Nomor 108 (Blk) Bandung.

2. Populasi Penelitian

Setiap kegiatan penelitian senantiasa memerlukan sumber data.Data yang diperoleh dari lapangan untuk kemudian dianalisis dan digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti atau untuk menjawab hipotesis dan mengambil kesimpulan. Sugiyono (2011:80) menyatakan bahwa: ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”

Pendapat lain dikemukakan oleh Arikunto (2010:173) menyatakan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Berdasarkan


(26)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

penjelasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek-objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh guru yang ada di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Populasi Penelitian

NO RESPONDEN JUMLAH (orang)

1 SMA Kartika XIX-3 20

2 SMK Kartika XIX-1 44

JUMLAH 64

(Sumber data: Bagian Tata Usaha SMA Kartika XIX-3 Dan SMK Kartika XIX-1)

3. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dengan menggunakan cara tertentu sehingga sumber data tersebut dapat mewakili seluruh populasi secara keseluruhan. Sejalan dengan pendapat dari Sugiyono (2011:81) yang mengatakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Jumlah sampel akan sangat bergantung pada berapa banyak jumlah populasi.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan data yang dapat mewakili populasi secara keseluruhan (representatif).Oleh Karena jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah kurang dari 100 orang, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(27)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

keseluruhan jumlah populasi yang menjadi subjek penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011:86) bahwa: “Jumlah anggota sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri”. Sejalan dengan pendapatnya Surakhmad (1998:100) bahwa: “Sampel yang jumlahnya sebesar jumlah populasi sering disebut sampel total”.

Berdasarkan pendapat diatas, maka sampel dalam penelitian ini mengambil seluruh populasi untuk dijadikan sumber data. Sampel sebanyak 64 orang guru yang berada di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung.

B. Desain Penelitian

Setiap penelitian harus direncanakan untuk itu diperlukan suatu desain penelitian. Desain penelitian merupakan rencana tentang cara melaksanakan penelitian. Menurut Nasution (2003:23) dijelaskan bahwa : “Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu”. Dengan adanya desain penelitian akan memberikan pegangan yang jelas kepada peneliti dalam melakukan penelitiannya. Berdasarkan definisi tersebut, maka desain penelitian ini adalah:


(28)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Berdasarkan Gambar 3.1 diatas dijelaskan bahwa Variabel X dalam penelitian ini adalah Iklim Organisasi Sekolah dan Variabel Y adalah Kinerja Mengajar Guru. Adapun yang dijadikan sub variabel X adalah Lingkungan Fisik, Lingkungan Sosial dan Lingkungan Organisasional. Sedangkan sub variabel Y adalah Perencanaan Pengajaran, Proses Pengajaran dan Evaluasi Pengajaran.

C. Metode Penelitian

Sebuah penelitian akan mencapai kriteria penelitian yang sesungguhnya apabila menggunakan metode penelitian yang tepat. Dengan metode penelitian yang tepat, diharapkan sebuah penelitian akan menjadi penelitian yang ilmiah, logis, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Surakhmad dalam Nasution (2003:31) menjelaskan bahwa:

Variabel X Iklim Organisasi Sekolah

• Menurut Wirawan (2007:128) Dimensi Iklim Organisasi meliputi:

• Lingkungan Fisik • Lingkungan Sosial • Lingkungan

Organisasional

Variabel Y Kinerja Mengajar Guru

• Menurut Sudjana (2002:20), Tahap Pelaksanaan Pengajaran terdiri dari: • Perencanaan Pengajaran • Pelaksanaan Pengajaran


(29)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Metode penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Maksud dari metode deskriptif berarti menggambarkan keadaan yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung. Sementara yang dimaksud dengan pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara pencatatan dan penganalisaan data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan perhitungan statistik yang didukung oleh studi kepustakaan dan alat pengumpul data berupa angket. Berikut merupakan penjelasan dari metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Metode Deskriptif

Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan masalah yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung, bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang terjadi sebagaimana mestinya pada saat penelitian dilakukan.

Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala atau fenomena yang terjadi di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung. Sudjana (2001: 64) mendefinisikan penelitian deskriptif adalah “Penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang”.

Ciri-ciri dari metode deskriptif seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003:61) yaitu :

a) Memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang atau masalah-masalah yang aktual.


(30)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

b) Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa, oleh karena itu metode ini sering disebut metode analisa.

Berdasarkan pendapat diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan kondisi yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi klinis oleh kepala sekolah dan kinerja mengajar guru sebagaimana adanya atau dapat mendeskripsikan fenomena seobyektif mungkin.

Adapun yang menjadi landasan peneliti menggunakan metode deskriptif yaitu :

1) Penelitian ini mengungkapkan masalah-masalah aktual yang teradi pada masa sekarang.

2) Dengan metode ini dapat memberikan gambaran tentang pengaruh iklim organisasi sekolah terhadap kinerja mengajar guru.

3) Memudahkan peneliti dalam pengolahan data karena data yang terkumpul bersifat homogen atau sama.

4) Metode ini selain dapat mengumpulkan data, menyusun data, menginterpretasikan data serta datanya dapat disimpulkan.

2. Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara pencatatan dan penganalisaan data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan perhitungan statistik. Menurut Izaak Latanussa dalam Sudjana (2004: 40) “Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan metode bilangan untuk mendeskripsikan observasi suatu objek atau variabel dimana bilangan menjadi bagian dari pengukuran”.Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana (2004:53) bahwa :

Metode Penelitian deskriptif dengan pendekatan secarakuantitatif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan


(31)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

peristiwa atau suatu kejadian yang terjadi pada saat sekarang dalam bentuk angka-angka yang bermakna.

Pendekatan kuantitatif merupakan upaya mengukur variabel-variabel yang ada dalam penelitian (variabel X dan variabel Y) untuk kemudian dicari hubungan antara variabel tersebut. Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas penelitian.

3. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh ketajaman berfikir dalam rangka menganalisa permasalahan melaluipenelaahan terhadap berbagai sumber tertulis melalui pendapat-pendapat para ahli yang dituangkan dalam buku dan sebagainya, juga untuk menunjang instrumen pengumpulan data dan memperdalam kajian terhadap permasalahan penelitian.Hal ini merujuk pada pendapat Surakhmad (1992 : 63) mengemukakan bahwa:

Penyelidikan bibliografis tidak dapat diabaikan sebab disinilah penyelidik berusaha menemukan keterangan mengenai segala sesuatu yang relevan dengan masalahnya, yakni teori yang dipakainya, pendapat para ahli, penyelidikan yang sedang berjalan atau masalah-masalah yang disarankan para ahli.

Melalui studi kepustakaan ini, dapat menunjang terhadap pemecahan permasalahan dan dijadikan acuan dalam bentuk teori dan landasan berfikir yang berisi tentang iklim organisasi sekolah dan kinerja mengajar guru.

Disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh studi kepustakaan sehingga


(32)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

hasilnya bisa sesuai dengan pokok permasalahan dan tujuan penelitian yang diharapkan.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan untuk menghindari salah pengertian dan menghindari kesalahpahaman persepsi dengan berbagai konsep yang ada, sehingga pemikiran penulis disajikan dengan jelas dan tidak bertentangan dengan konsep yang ada. Untuk itu agar terdapat keseragaman landasan berfikir antara peneliti dengan pembaca sesuai dengan judul penelitian, yaitu Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung.

Nazir dalam Sudjana (2002:52) mengemukakan bahwa “Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional”.

Sesuai dengan penjelasan diatas, adapun definisi operasional yang akan dijelaskan berdasakan variabel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Iklim Organisasi Sekolah

Iklim Organisasi menurut R. Tagiuri dan G. Litwin (Wirawan: 121) adalah: Kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi; mempengaruhi perilaku mereka dan dapat dilukiskan dalam pengertian satu set karakteristik atau sifat organisasi.

Sedangkan menurut Wirawan (2007: 122) mengungkapkan bahwa:

Iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tepat berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian mempengaruhi kinerja organisasi.


(33)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Sedangkan sekolah menurut Waini Rasyidin (Tatang Syarifudin 2008: 88) menyatakan bahwa “Sekolah adalah suatu satuan system (unit) sosial atau lembaga sosial yang kekhususan tugasnya ialah melakukan proses pendidikan.”

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Iklim Organisasi Sekolah dapat dikatakan sebagai persepsi atau keadaan lingkungan sekolah baik secara fisik maupun sosial oleh orang-orang yang ada didalam sekolah.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Variabel X (Iklim Organisasi Sekolah)

VARIABEL TEORI INDIKATOR SUB INDIKATOR

Variabel X (Iklim Organisasi

Sekolah)

Menurut Wirawan

(2007:128) Dimensi Iklim

Lingkungan Fisik

Keadaan Ruang Kerja

Media Pembelajaran


(34)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Organisasi meliputi:  Lingkungan Fisik  Lingkungan Sosial  Lingkungan

Organisasional

Jalan Menuju Sekolah

Bangunan Gedung Sekolah

Lingkungan Sosial

Hubungan Guru dengan Kepala Sekolah

Hubungan antar guru

Hubungan guru dengan peserta didik

Lingkungan Organisasional

Kepemimpinan

Kejelasan stuktur

Kegiatan rutinitas

2. Kinerja Mengajar Guru

Hasibuan (2001:34) mengemukakan: kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan pada atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan”.

Dalam hal ini kinerja yang dimaksud adalah kinerja mengajar guru. Pengertian mengajar menurut Sudjana (2004: 3) mengemukakan bahwa mengajar adalah: “Membimbing kegiatan siswa belajar, mengatur dan


(35)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa, sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar”.

Tugas guru tidak hanya mentransfer pengetahuan (transfer of

knowledge) akan tetapi lebih dari itu, yaitu membelajarkan anak supaya dapat

berpikir kreatif dan komprehensif, untuk membentuk kompetensi dan pencapaian makna yang tertinggi.

Secara umum menurut Syaiful Sagala (2010: 226), ada tiga pokok dalam strategi mengajar, yakni: “perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran”. Ketiga tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran. Jika, satu tahapan tersebut ditinggalkan, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi proses pengajaran.Kompetensi atau kemampuan profesional merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja mengajar guru yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kemampuan merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan penilaian atau evaluasi hasil pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Variabel Y (Kinerja Mengajar Guru)

Perencanaan Pengajaran

Menetapkan Tujuan Pengajaran dalam silabus dan RPP


(36)

Hanna Amalia Mustopa, 2013 Variabel Y (Kinerja Mengajar Guru) Menurut Sudjana (2002:20), Tahap Pelaksanaan Pengajaran terdiri dari:

 Perencanaan Pengajaran  Pelaksanaan

Pengajaran  Evaluasi

Pengajaran

Memilih dan Mengembangkan bahan pengajaran

Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai

Memilih dan mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai

Memanfaatkan sumber belajar

Pelaksanaan Pengajaran

Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat

Merancang pengelolaan kelas

Mengelola interaksi belajar mengajar

Memberi kesempatan pada keaktifan siswa

Mengembangkan pola komunikasi yang efektif

Evaluasi Pengajaran

Mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan belajar siswa Merencanakan prosedur, jenis dan

menyiapkan alat penilaian Menilai PBM yang telah

dilaksanakan


(37)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

kesulitan-kesulitan belajar siswa

E. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2011:137) menyatakan bahwa: “Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup terdiri dari 30 butir pernyataan untuk variabel X (Iklim Organisasi Sekolah) dan 30 butir pernyataan untuk variabel Y (Kinerja Mengajar Guru). Dimana setiap butir pernyataan mewakili aspek dalam penelitian ini.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang tingkat akurasinya meyakinkan, dibutuhkan alat pengumpul data (angket) yang baik.Baik tidaknya kualitas suatu alat pengumpul data (angket) ditentukan oleh dua kriteria utama yaitu validitas dan reliabilitas.

Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas suatu alat pengumpul data, peneliti perlu melakukan uji coba terhadap alat pengumpul data tersebut. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi, baik itu dalam pernyataan maupun dalam alternatif jawaban. Sugiono (2002: 97) menegaskan bahwa “Instrumen yang tidak diuji validitas dan reliabilitasnya bila digunakan untuk penelitian akan menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya”.

1. Uji Validitas Instrumen

Suatu instrumen disusun untuk mengumpulkan data yang diperlukan, sebab data merupakan alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu, suatu data


(38)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

harus memiliki tingkat kebenaran yang tinggi sebab akan menentukan kualitas penelititan. Uji validitas merupakan salah satu usaha penting yang harus dilakukan peneliti guna mengukur kevalidan dari instrumen.

Validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Akdon (2008 :143) menegaskan “Validitas diartikan lebih luwes yaitu mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan)”.

Validitas Konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel (Sofyan Siregar, 2010: 163) “Penentuaan validitas konstruk merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validitasi lainnya”

Cara menguji Validitas Konstruk yaitu, Langkah pertama, menghitung harga korelasi setiap butir dengan menggunakan Rumus Product

Momentsebagai berikut:

rxy =

√ √

(Akdon, 2008 : 145)

Keterangan :

N = jumlah responden X = skor setiap item Y = skor total

(∑X)² = kuadrat jumlah skor item ∑X² = jumlah kuadrat skor item ∑Y² = jumlah kuadrat skor item (∑Y)² = kuadrat jumlah skor total


(39)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Langkah kedua,menghitung Uji-t dengan rumus :

Keterangan :

Langkah selanjutnya jika sudah didapat hasil uji-t maka selanjutnya mencari nilai ttabel apabila diketahui signifiknsi untuk α = 0,05% dan derajat kebebasan (dk) = n – 2, dengan uji satu pihak. Kemudian membuat keputusan dengan membandingkannya thitung dengan ttabel dimana kaidah keputusannya adalah :

Jika : t hitung > t tabel berarti Valid, dan t hitung < t tabel berarti Tidak Valid

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas.Dibawah ini adalah hasil pehitungan uji validitas angket untuk variabel X (Iklim Organisasi Sekolah) dan variabel Y (Kinerja Mengajar Guru). Validitas tiap item untuk kedua variabel adalah sebagai berikut:

1) Variabel X (Iklim Organisasi Sekolah)

Dari hasil perhintungan data variabel X (Iklim Organisasi Sekolah) diperoleh skor dari 10 responden, masing-masing sebagai berikut:

114 74 82 118 122 107 120 128 150 106

thitung = thitung = nilai thitung

R = koefisien korelari hasil rhitung N = jumlah responden


(40)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Selanjutnya nilai skor total tersebut dikorelasikan dengan jumlah skor tiap item dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment. Adapun contoh perhitungan uji validitas variabel X untuk item no. 1 sebagai berikut:

Tabel 3.4

Uji Validitas Variabel X Item No.1

Item No. 1

No. X Y X2 Y2 XY

1 3 114 9 12996 342

2 1 74 1 5476 74

3 3 82 9 6724 246

4 4 118 16 13924 472

5 5 122 25 14884 610

6 4 107 16 11449 428

7 5 120 25 14400 600

8 2 128 4 16384 256

9 5 150 25 22500 750

10 2 106 4 11236 212

JUMLAH ∑X ∑Y ∑X2 ∑Y2 ∑XY

34 1121 134 129973 3990

=


(41)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

=

=

= 0,634

Setelah mendapatkan dengan rumus Product Moment maka selanjutnya peneliti menghitung uji-t dengan rumus:

=

=

= 2,33

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh adalah 2,33 Untuk dengan α = 0,05 dan dk = (n-2) = (10-2) = 8 diperoleh ttabel = 1,771 Sehingga kesimpulannya, item no. 1 dinyatakan valid karena

(2,33) > (1,771), untuk selanjutnya yaitu item no. 2 sampai

dengan no. 30 dihitung dengan menggunakan cara yang sama.

Setelah melalui proses perhitungan dapat disimpulkan bahwa item no. 1 sampai dengan no. 30 seluruh item lainnya dinyatakan valid karena > ..

Tabel 3.5


(42)

Hanna Amalia Mustopa, 2013 No

Item

Koefisien Korelasi (r

hitung)

t hitung t tabel Keputusan

1 0, 634 2,33 1.771 Valid

2 0,63 2,25 1.771 Valid

3 0,83 4,11 1.771 Valid

4 0,83 4,10 1.771 Valid

5 0,62 2,22 1.771 Valid

6 0,75 3,18 1.771 Valid

7 0,69 2,64 1.771 Valid

8 0,72 2,91 1.771 Valid

9 0,56 1,91 1.771 Valid

10 0,65 2,42 1.771 Valid

11 0,62 2,19 1.771 Valid

12 0,83 4,16 1.771 Valid

13 0,78 3,47 1.771 Valid

14 0,82 4,02 1.771 Valid

15 0,72 2,86 1.771 Valid

16 0,64 2,31 1.771 Valid

17 0,84 4,29 1.771 Valid

18 0,94 7,32 1.771 Valid

19 0,73 2,98 1.771 Valid

20 0,98 14,7 1.771 Valid

21 0,95 9,25 1.771 Valid

22 0,67 2,52 1.771 Valid


(43)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

24 0,79 3,59 1.771 Valid

25 0,67 2,49 1.771 Valid

26 0,76 3,28 1.771 Valid

27 0,81 3,84 1.771 Valid

28 0,66 2,48 1.771 Valid

29 0,69 2,67 1.771 Valid

30 0,68 2,59 1.771 Valid

2) Variabel Y (Kinerja Mengajar Guru)

Dari hasil perhintungan data variabel Y (Kinerja Mengajar Guru) diperoleh skor dari 10 responden, masing-masing sebagai berikut:

122 139 133 112 135 123 66 131 104 102

Selanjutnya nilai skor total tersebut dikorelasikan dengan jumlah skor tiap item dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment. Adapun contoh perhitungan uji validitas variabel Y untuk item no. 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Uji Validitas Variabel Y Item No.2 Item No. 2

No. X Y X2 Y2 XY

1 4 122 16 14884 488

2 5 139 25 19321 695

3 5 133 25 17689 665

4 4 112 16 12544 448


(44)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

6 4 123 16 15129 492

7 1 66 1 4356 66

8 5 131 25 17161 655

9 4 104 16 10816 416

10 5 102 25 10404 510

JUMLAH ∑X ∑Y ∑X2 ∑Y2 ∑XY

42 1167 190 140529 5110

=

=

=

= 0,8586

Setelah mendapatkan dengan rumus Product Moment maka selanjutnya peneliti menghitung uji-t dengan rumus:

=

=


(45)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

= 4,74

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh adalah 4,74 Untuk dengan α = 0,05 dan dk = (n-2) = (10-2) = 8 diperoleh ttabel = 1,771. Sehingga kesimpulannya item no. 2 dinyatakan valid karena (2,373) >

(1,771), untuk selanjutnya yaitu item no.1, no.3 sampai dengan no. 30

dihitung dengan menggunakan cara yang sama.

Setelah melalui proses perhitungan dapat disimpulkan bahwa item no. 1 sampai dengan item no.30, seluruh item dinyatakan valid karena >

Tabel 3.7

Uji Validitas Variabel Y (Kinerja Mengajar Guru)

No Item

Koefisien Korelasi (r

hitung)

t hitung t tabel Keputusan

1 0,80 3,65 1.771 Valid

2 0,86 4,74 1.771 Valid

3 0,81 3,84 1.771 Valid

4 0,83 4,20 1.771 Valid

5 0,79 3,55 1.771 Valid

6 0,75 3,20 1.771 Valid

7 0,83 4,20 1.771 Valid

8 0,81 3,84 1.771 Valid

9 0,82 4,05 1.771 Valid

10 0,64 2,34 1.771 Valid

11 0,77 3,36 1.771 Valid


(46)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

13 0,67 2,51 1.771 Valid

14 0,65 2,42 1.771 Valid

15 0,64 2,36 1.771 Valid

16 0,69 2,64 1.771 Valid

17 0,68 2,59 1.771 Valid

18 0,59 2,05 1.771 Valid

19 0,74 3,09 1.771 Valid

20 0,84 4,27 1.771 Valid

21 0,61 2,17 1.771 Valid

22 0,84 4,33 1.771 Valid

23 0,75 3,16 1.771 Valid

24 0,84 4,27 1.771 Valid

25 0,62 2,24 1.771 Valid

26 0,62 2,19 1.771 Valid

27 0,64 2,35 1.771 Valid

28 0,84 4,33 1.771 Valid

29 0,85 4,56 1.771 Valid

30 0,89 5,28 1.771 Valid

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten. Arikunto (2002: 154) berpendapat bahwa :

Instrumen yang reliabel, yaitu instrumen yang menghasilkan data yang benar, dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, berapa kalipun instrumen tersebut diambil, maka hasilnya akan menunjukkan tingkat keterandalan tertentu.


(47)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan teknik belah dua (split half), yakni butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok ganjil dan genap. Berikut Rumus yang digunakan untuk uji reabilitas (Akdon, 2008:148)

Keterangan :

r11 = reabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antara belahan ganjil dan genap

Uji reliabilitas instrument dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua dengan membagi dua menjadi kelompok skor item ganjil dan skor item genap. Selanjutnya kedua kelompok tersebut dikorelasikan dengan menggunakan rumus korelasi Spearman Brown. Pengujian realibilitas ini akan diuraikan sebagai berikut:

1) Variabel X (Iklim Organisasi Sekolah)

a. Dari hasil uji coba, diperoleh skor-skor sebagai berikut: 1) Skor Item Ganjil

62, 51, 55, 58, 64, 53, 62, 67, 75, 51 2) Skor Item Genap

51, 40, 43, 56, 56, 55, 57, 64, 75, 53

b. Mencari reliabilitas instrument, terlebih dahulu mencari korelasi Product

Moment antara belahan pertama dan kedua (genap dan ganjil), sebagai

berikut:

Tabel 3.8

Reabilitas Varibel X (Iklim Organisasi Sekolah)

r

11

=


(48)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

No. X

(Ganjil)

Y

(Genap) X2 Y2 XY

1 62 51 3844 2601 3162

2 51 40 2601 1600 2040

3 55 43 3025 1849 2365

4 58 56 3364 3136 3248

5 64 56 4096 3136 3584

6 53 55 2809 3025 2915

7 62 57 3844 3249 3534

8 67 64 4489 4096 4288

9 75 75 5625 5625 5625

10 51 53 2601 2809 2703

598 550 36298 31126 33464

=

=

=


(49)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

c. Setelah diketahui nilai korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua (genap dan ganjil), maka selanjutnya mencari reliabilitas instrument sebagai berikut:

=

= 0, 911

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka harga adalah 0,911 sedangkan apabila dk = 15-2 = 13 dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 0,55 Artinya (0,911) > (0,55), maka Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara skor item ganjil dan skor item genap, maka variabel X dapat dinyatakan reliabel.

2) Variabel Y (Kinerja Mengajar Guru)

a. Dari hasil uji coba, diperoleh skor-skor sebagai berikut: 1) Skor Item Ganjil

61, 69, 71,56, 65, 61, 45, 63 52,56 2) Skor Item Genap

46, 60, 53, 70, 55, 66, 51, 65, 58, 58

b. Mencari reliabilitas instrument, terlebih dahulu mencari korelasi Product

Moment antara belahan pertama dan kedua (genap dan ganjil), sebagai

berikut:

Tabel 3.9

Reabilitas Variabel Y (Kineja Mengajar Guru)


(50)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

No. X

(Ganjil)

Y

(Genap) X2 Y2 XY

1 61 46 3721 2116 2806

2 69 60 4761 3600 4140

3 71 53 5041 2809 3763

4 56 70 3136 4900 3920

5 65 55 4225 3025 3575

6 61 66 3721 4356 4026

7 45 51 2025 2601 2295

8 63 65 3969 4225 4095

9 52 58 2704 3364 3016

10 56 58 3136 3364 3248

599 582 36439 34360 34884

=

=


(51)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

c. Setelah diketahui nilai korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua (genap dan ganjil), maka selanjutnya mencari reliabilitas instrument sebagai berikut:

=

= 0,082

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka harga adalah 0,082 sedangkan apabila dk = 10-2= 8 dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 0,55 . Artinya (0,082) > (0,55), maka Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara skor item ganjil dan skor item genap, maka variabel Y dapat dinyatakan reliabel.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hermawan Wasito (Sofyan Siregar, 2010: 60), bahwa:

Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam penelitian. Data yang terkumpul akan digunakan sebagai bahasa analisis dan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, pengumpulan data harus dilakukan dengan sistematis, terarah, dan sesuai dengan masalah penelitian.

Telah dijelaskan hal tersebut bahwa dalam teknik pengumpulan data erat hubungannya dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan. Dalam penelitian, penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat (sesuai) dapat membantu pencapaian hasil (pemecahan masalah).Teknik pengumpulan data


(52)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

dalam penelitian inimenggunakan angket mengenai Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung.

Angket yaitu seperangkat daftar pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel penelitian (Arikunto, 2002: 200). Sejalan dengan pendapat Surakhmad (Arikunto, 2002: 202) yang mengemukakan bahwa: “Pada umumnya ada dua bentuk angket yaitu angket berstruktur dan angket yang tidak berstruktur”. Berdasarkan pendapat tersebut, untuk mengukur variabel X dan variabel Y, dalam penelitian ini digunakan angket berstruktur (tertutup) yang berisikan kemungkinan-kemungkinan atau jawaban yang telah tersedia, Seperti pendapat Sanafiah Faisal (Sofyan Siregar, 2010: 159) yang menyatakan bahwa:

Angket yang menghendaki jawaban pendek atau jawabannya diberikan dengan memberi tanda tertentu, disebut angket tertutup. Angket demikian bisanya meminta jawaban yang membutuhkan tanda “check” (√) pada item yang termasuk dalam alternatif jawaban.

Dalam menyusun angket, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan variabel yang akan diteliti, yaitu Iklim Organisasi Sekolah untuk variabel X dan Kinerja Mengajar Guru untuk variabel Y.

2. Menentukan sub variabel dan indikator dari setiap variabel.

3. Mengidentifikasi masing-masing indikator penelitian berdasarkan pada teori-teori yang telah dikemukakan pada BAB II

4. Menyusun kisi-kisi angket

5. Menyusun pernyataan-pernyataan dari setiap variabel, disertai dengan alternatif jawabannya.

6. Menetapkan kriteria pemasukan skor untuk setiap alternatif jawaban, yaitu sebagai berikut:


(53)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Tabel 3.10

Kriteria Pengkuruan Alternatif Jawaban Dari Likert Variabel X dan variabel Y

Alternatif Jawaban Bobot

Variabel X Variabel Y

Selalu 5 5

Sering 4 4

Kadang-kadang 3 3

Jarang 2 2

Tidak Pernah 1 1

H. Teknik Pengolahan Data Angket

Setelah seleksi semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data merupakan aspek yang paling penting untuk mendapatkan jawaban terhadap masalah yang diteliti sehingga dapat memberikan makna dan arti tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Surakhmad (Arikunto, 2002:129) bahwa :

Mengolah data adalah usaha konkrit untuk membuat data itu “berbicara” sebab betapapun besarnya jumlah dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai hasil fase pelaksanaan pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam suatu organisasi dan diolah menurut sistematika yang baik, niscaya data itu tetap merupakan bahan-bahan bisu “seribu bahasa”.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pengolahan data harus dilakukan dengan langkah-langkah secara sistematis sehingga peneliti dapat menggunakan data-data tersebut untuk membuat sebuah


(54)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

kesimpulan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan setelah data terkumpul adalah sebagai berikut:

a. Menghitung kecenderungan umum jawaban responden terhadap variabel penelitian dengan menggunakan teknik Weight Means Scored

(WMS)

Teknik Weight Means Scored (WMS) ini digunakan untuk menentukan kedudukan setiap item serta untuk menggambarkan keadaan atau kecenderungan tingkat kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun rumus dari WMS adalah sebagai berikut :

Dimana :

̅= Rata-rata skor responden

X = Jumlah Skor dari setiap alternatif jawaban responden n = Jumlah Responden

Setelah diketahui skor rata-rata harga ̅ dikonsultasikan dengan kriteria hasil perhitungan kecenderungan skor rata–rata yang masing-masing kriterianya adalah berikut:

Tabel 3.11

Konsultasi Hasil Perhitungan WMS

Rentang Nilai Kriteria Penafsiran

Variabel X Variabel Y

4,01 - 5,00 Sangat baik Selalu Selalu


(55)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

( ̅)

3,00 - 4,00 Baik Sering Sering

2,01 - 3,00 Cukup baik Kadang-kadang Kadang-kadang

1,01 - 2,00 Rendah Jarang Jarang

0,01 - 1,00 Sangat rendah Tidak Pernah Tidak Pernah

Sumber: Sugiyono (2003:214)

b. Mengubah Skor Mentah menjadi skor baku untuk setiap variabel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku untuk setiap variabel penelitian, menurut Akdon (2008:178) menggunakan rumus:

Keterangan :

Ti = skor baku yang dicari X = skor rata-rata

S = simpangan baku Xi = skor Mentah

Untuk menggunakan rumus tersebut, maka akan ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mencari skor terbesar dan skor terkecil

2) Menentukan nilai rentangan (R) yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah

3) Menentukan banyaj kelas interval (BK) dengan rumus : BK = 1 + (3,3) log n

4) Menentukan panjang kelas interval (P) yaitu rentang (R) dibagi banyak kelas interval (BK), dengan rumus :


(56)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

( ̅)

5) Mencari skor rata-rata (mean) dengan menggunakan rumus :

6) Mencari simpangan baku atau Standar deviasi dengan menggunakan rumus :

7) Mengubah data ordinal menjadi data interval dengan rumus :

c. Uji Normalitas Distribusi Data

Hasil pengujian terhadap normalitas distribusi data akan memberikan implikasi pada teknik statistik yang digunakan. Dalam hal ini Surakhmad dalam Arikunto(2002: 95) mengemukakan bahwa :

Tidak semua populasi (maupun sampel) menyebar secara normal. Dalam hal ini digunakan teknik (yang diduga) menyebar normal teknik statistik yang dipakai sering di sebut teknik parametrik, sedangkan untuk penyebaran tidak normal dipakai teknilk non parametrik yang tidak terikat oleh bentuk penyebaran.

̅


(57)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Untuk mengetahui dan menentukan apakah pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analitik parametrik atau non parametrik maka dilakukan uji normalitas distribusi data yang menggunakan rumus chi kuadrat (X²) sebagai berikut :

Keterangan :

X² = Kuadrat Chi yang dicari Fo = Frekunsi hasil Penelitian Fe = Frekuensi yang diharapkan

Langkah – langkah yang digunakan dalam menggunakan rumus diatas adalah sebagai berikut:

1. Membuat tabel distribusi frekuensi yang beguna dalam memberikan harga-harga untuk menghitung mean dan simpangan baku.

2. Membuat batas bawah kiri interval dan batas skor kanan interval, yaitu dengan cara angka skor kiri interval kurang 0,5 kemudian skor kanan inteval ditambah 0,5.

3. Mencari Z untuk batas kelas, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

Z = Angka standar. BK = Batas kelas.

̅ = rata-rata distribusi. S = simpangan baku.


(58)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

4. Mencari luas O-Z dari daftar frekuensi.

5. Mencari luas tiap interval dengan cara mencari selisih luas O-Z kelas interval yang berdekatan untuk tanda Z yang sejenis dan menambah luas O-Z untuk tanda yang tidak sejenis.

6. Mencari Ei, (frekuensi yang diharapkan) dengan cara mengalikan luas interval dengan (n) tiap kelas interval (fi) pada tabel distribusi frekuensi. 7. Mencari Chi-kuadrat dengan cara menjumlahkan hasil perhitungan,

dengan rumus sebagai berikut:

8. Menentukan keberartian dengan cara membandingkan hitung dengan tabel. Kriteria pengauain yang digunakan adalah :

Jika hitung < , maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa data dari variabel terdebut adalah distribusi normal, sedangkan sebaliknya jika

hitung > , maka dapat diambil kesimpulan bahwa data dari variabel tersebut adalah berdistribusi tidak normal.

I. Analisis Data

1. Analisis Korelasi

Kegunaan dari uji korelasi adalah untuk mengetahui tentang keterkaitan antar variabel dalam suatu penelitian dan menunjukan kuat lemahnya hubungan antar variabel serta memperlihatkan arah korelasi antara variabel yang diteliti. Analisis korelasi berkaitan erat dengan analisis regresi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam perhitungan analisis korelasi adalah :


(59)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

a. Mencari korelasi antara variabel X dengan variabel Y dengan menggunakan rumus korelasi koefisien product moment sebagai berikut:

b. Menafsirkan koefisien korelasi yang diperoleh dengan pedoman berdasarkan r product moment, yang dikemukakan oleh Sugiono (2004:214), sebagai berikut:

Tabel 3.12

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,800 – 1,000 Sangat Kuat

0,600 – 0,799 Kuat

0,400 – 0,599 Cukup Kuat

0,200 – 0,399 Rendah

0,000 – 0,199 Sangat Rendah

c. Menguji tingkat signifikasi koefisien korelasi, yang digunakan untuk mengetahui keberartian derajat hubungan antara variabel X dan variabel Y yang ditunjukan dengan koefisien korelasi. Adapun rumus yang digunakan seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004:214). Adalah sebagai berikut :


(1)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab V merupakan akhir dari rangkaian kajian terhadap masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Di samping itu untuk melengkapi kajian ini, akan dikemukakan juga beberapa rekomendasi yang dipandang relevan dalam penelitian.

A.KESIMPULAN

Berdasarkan pengolahan data, analisis data dan pengujian hipotesis yang diperoleh dari penelitian dengan judul “Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung”, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil perhitungan Iklim Organisasi Sekolah dengan menggunakan Weighted Means Scored (WMS), diketahui dari nilai rata-rata kecendereungan jawaban responden pada masing-masing sub variabel yaitu Lingkungan Fisik, Lingkungan Sosial dan Lingkungan Organisasional. Menggambarkan bahwa Iklim Organisasi Sekolah di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung berada pada kategori Sangat Baik.

2. Berdasarkan hasil perhitungan Kinerja Mengajar Guru dengan menggunakan Weighted Means Scored (WMS) diketahui dari nilai rata-rata kecendereungan jawaban responden pada masing-masing sub variabel yaitu pada tahap perencanaan pengajaran, pelaksanaan pengajaran dan evaluasi pengajaran.Menggambarkan bahwa kinerja mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika berada pada kategori Sangat Baik.

3. Koefisien korelasi antara Iklim Organisasi Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung dihitung dengan menggunakan rumus Product Moment maka dihasilkan nilai sebesar 0,921, hasil perhitungan tersebut tergolong pada kategori


(2)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

korelasi Sangat Kuat dan koefisien determinasinya sebesar 84,86%. Hal ini menunjukan bahwa adanya ketertarikan antara kinerja mengajar guru dengan iklim organisasi sekolah yang dapat digolongkan pada kategori sangat kuat. Serta menunjukan bahwa kinerja mengajar guru dipengaruhi oleh iklim organisasi sekolah sebesar 84,86% dan selebihnya 15,14% dipengaruhi oleh faktor lain.

B. REKOMENDASI

Berdasarakan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan. Peneliti ingin mengemukakan beberapa rekomendasi yang bermanfaat bagi kemajuan Sekolah di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Bandung. Adapun rekomendasi yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut:

1. Dilihat dari hasil penelitian ini terdapat indikator yang harus diperhatikan secara mendalam yaitu mengenai penggunaan Media Pembelajaran yang memiliki nilai rata-rata sebesar 3,69 dengan kategori Baik yang dinilai masih kurang dalam implikasinya pada saat kegiatan belajarmengajar berlangsung. Untuk menanggapi hal ini, kepala sekolah bersama dengan para guru harus bisa menyiapkan waktu luang untuk mempelajari dan berlatih bagaimana menggunakan media pembelajaran yang sudah seharusnya dilakukan pada setiap KBM berlangsung seperti menggunakan Power Point, Slide, Video yang berkaitan dengan pelajaran.

2. Kepala Sekolah dan Guru Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung harus meningkatkan komunikasi antara guru dengan kepala sekolah, guru dengan guru maupun pihak sekolah dengan masyarakat agar terciptanya iklim organisasi yang harmonis karena dari hasil penelitian Indikator Kepemimpinan berada pada nilai 3,81 pada kategori Baik.

3. Guru di Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung perlu meningkatkan dan memanfaatkan dalam penggunaan media karena pembelajaran sebanyak-banyaknya berinteraksi dengan media sebagai


(3)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bagian dari sumber belajar untuk melengkapi, memelihara dan memperkaya proses pembelajaran.

4. Pada proses evaluasi pembelajaran diharapkan guru lebih mengetahui kesulitan belajar siswa dengan cara melakukan pendekatan kepada siswa supaya siswa merasa nyaman ketika diberi materi pelajaran tambahan. 5. Dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu,

bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat belajar dari kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini, agar penelitian yang dilakukan dapat lebih baik lagi.


(4)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (1993). Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta: Rineka Cipta Akdon. (2005). Aplikasi Statistik Dan Metode Penelitian Untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruci

Fathurrohman, Pupuh (2012). Guru Profesional, Bandung: PT. Refika Aditama Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Depdiknas. (2003). Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Elex Media Computindo.

Mulyasa, E. (2004:80). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Reece, Ian & Walker, Stephen (1997). Teaching, Training and Learning: A Practical Guide. Sunderland: Business Education Publisher Ltd.

Sudjana, Nana. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Surakhmad, Winarno. (1979). Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Tarsito.

Mangkunegara, Anwar. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Jakarta: Rosda Karya. Nana Sudjana. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Nasution. (1987). Berbagai pendekatan dalam PBM. Jakarta: Bina Aksara.

Pidarta, Made. (1987). Berbagai Pendekatan dalam PBM. Jakarta: Bina Aksara.

Hasibuan, Malayu. (2001). Kinerja. (online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/kineja. (17 Febuari 2012).

Purwanto, Ngalim. (1987). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.


(5)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Depdiknas. (2003).Permendiknas No 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan

Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah [Online]

Depdiknas (2003).Permendiknas No 19 Tahun 2007 Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh

Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah [Online]

Mangkuprawira, Sjafri. (2007). Kinerja Apa Itu?. [Online]. Tersedia: http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/29/kinerja-apa-itu/

Robbins, Stephen P. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia Sahertian, P.A. (2000). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Saudagar, Fachrudin. (2011). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Gaung Persada Soetopo, Hendyat. (2010). Perilaku Organisasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset

Siregar, Syofian. (2010). Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sudrajat, Akhmad. (2008). Manajemen Kinerja Guru. (online). Tersedia: http://akhmad sudrajat.wordpress.com/2008/02/02manajemen-kinerja-guru/(17 Febuari 2012).

Sugiyono.2007. Metode Penelitian Administrasi, dilengkapi dengan metode R dan D. Bandung: Alfabeta.

Tim Dosen UPI. (2008). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI.

Vita, Lia (2007). Iklim Kerja Organisasi Sekolah terhadap Motivasi Mengajar Guru di SMA

Kartika Siliwangi 2 Bandung. Bandung: Administrasi Pendidikan

Wirawan (2007). Budaya dan Iklim Organisasi: Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat


(6)

Hanna Amalia Mustopa, 2013

Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar guru di SMA Kartika XIX-3 dan SMK Kartika XIX-1 Kota Bandung