PENGARUH FREE CASH FLOW DAN PROFITABILITAS TERHADAP DIVIDEN PAYOUT RATIO PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

Yunita Eka Diansari

Abstraksi

Kebijakan dividen atau keputusan dividen pada hakikatnya adalah

menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham,

dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan. Untuk tahun 2009 ini

perusahaan manufaktur juga mengalami perubahan yang fluktuatif yaitu

diantaranya, Direktur Keuangan Kimia Farma Rusdi Rosman menambahkan

dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2009, pemerintah selaku

pemegang saham menetapkan target setoran lebih tinggi dari dividen 2008. “

Setoran dividen Kimia Farma ditetapkan 30% dari laba bersih tahun ini. Kalau

diizinkan, kami minta keringanan seperti PT Indofarma Tbk yang dividennya

0%,”. Karena kondisi tersebut di atas, maka mengindikasikan bahwa adanya aliran

kas bebas yang besar dalam suatu perusahaan belum tentu menunjukkan bahwa

perusahaan tersebut akan membagikan dividen dengan jumlah yang lebih besar

dibandingkan dengan ketika perusahaan memiliki aliran kas bebas yang kecil.

Tujuan penelitian ini adalah 1).Untuk mengetahui pengaruh free cash flow

terhadap dividen payout ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di

Bursa Efek Indonesia. 2).Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap

dividen payout ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek

Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan keuangan perusahaan

manufaktur yang go publik di BEI dari periode tahun 2006 sampai dengan tahun

2008 yang berjumlah 151 perusahaan manufaktur. Sampel yang diambil adalah

sebesar 15 laporan keuangan perusahaan manufaktur. Data yang dipergunakan

adalah data sekunder yaitu data berupa dokumentasi perusahaan yang diserahkan

ke Bursa Efek Indonesia.Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah analisis

regresi berganda.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan

bahwa : 1). Free Cash Flow (X

1

) tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend

Payout Ratio (Y).2. Profitabilitas (X

2

) berpengaruh signifikan terhadap

Dividend Payout Ratio (Y).

.


(2)

hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul “

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN PROFITABILITAS TERHADAP

DEVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA” telah terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi

Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberi bimbingan, dukungan, petunjuk serta bantuan

baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, Ms. Selaku Ketua Jurusan Fakultas

Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

4.

Bapak Dr. H. Ali Maskun, SE, MS, Selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan saran, nasehat serta bantuan bimbingan skripsi kepada

peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.


(3)

6.

Kepada kedua Orang Tuaku dan adikku yang telah memberikan dukungan

baik moril ataupun materiil.yang tidak mungkin penulis uraikan dengan

kata-kata.

7.

Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi

terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-persatu.

terima kasih atas semua dukungan, doa, semangat dan pengertiannya yang

telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran

dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan.

Surabaya, April 2010

Penulis


(4)

DAFTAR ISI ………...

ii

DAFTAR TABEL ………....

iii

DAFTAR GAMBAR ………....

iv

DAFTAR LAMPIRAN ………....

v

ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang ………...

1

1.2

Perumusan Masalah ………... .

6

1.3

Tujuan Penelitian ……….. .

6

1.4

Manfaat Penelitian ……….... .

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Penelitian Terdahulu ………... 8

2.2

Landasan Teori ………... 9

2.2.1. Pasar Modal ………... ..

9

2.2.1.1 Fungsi Pasar Modal …………...

9

2.2.1.2 Manfaat Pasar Modal ...

10

2.2.1.3 Instrumen Pasar Modal...

15

2.3 Laporan Keuangan... 16

2.3.1. Tujuan Laporan Keuangan... 16

2.2.3.1 Perangkat Pokok Laporan Keuangan... 18

2.2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan... 21

2.3.2. Analisis Laporan Keuangan... 22

2.4 Analisis Rasio Keuangan... 28

2.4.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan... 28

2.4.1.1 Keunggulan Dan Keterbatasan Analisa Rasio

Keuangan... 29


(5)

2.6. Deviden... 34

2.6.1. Pengertian Dividen... 34

2.6.1.1 Teori Kebijakan Dividen... 34

2.6.1.2 Dividend Payout Ratio... 38

2.7. Profitabilitas... 39

2.7.1 Pengertian Profitabilitas... 39

2.8. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividen Payout Ratio... 41

2.8.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Dividen Payout Ratio... 42

2.9 Kerangka Pikir ……….. .44

2.10 Hipotesis ………... .45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi operasional dan Pengukuran Variabel …………... .

46

3.2 Teknik Penentuan Sampel………... .

48

3.3 Teknik Pengumpulan Data……….. .

49

3.4 Uji Normalitas... 50

3.5 Uji Asumsi Klasik... 50

3.6 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ...

52

3.7 Uji Hipotesis ………...

53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ………. .

55

4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ……….. .

55

4.1.2 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI) ……….. .

55

4.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ……... 57

4.1.4 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) ……..

57

4.1.5 Gambaran Umum Perusahaan Sampel ……….. 60

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ……….

70

4.2.1 Free Cash Flow (X

1

) ………... .

71


(6)

4.3 Analisis Dan Pengujian Hipotesis ………... 74

4.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda ………... 74

4.3.2 Koefisien Determinansi...

75

4.3.3 Uji Asumsi Klasik ………... .

76

4.3.4 Uji Normalitas...…………... 78

4.3.5 Uji Hipotesis Uji t...

80

4.4 Pembahasan ………... 76

4.4.1 Pengaruh Free Cash Flow terhadap Deviden Payout Ratio 81

4.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Deviden Payout Ratio... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ………... 83

5.2. Saran ………...

83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(7)

yang go publik di Bursa Efek Indonesia ... 5

Tabel 2. Free Cash Flow (X

1

) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2006-2008 …………...………... 71

Tabel 3. Profitabilitas (X

2

) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2006-2008 ………....…………....……... 72

Tabel 4. Deviden Payout Ratio (Y) Perusahaan Manufaktur di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2005-2008 ………... 73

Tabel 5. Koefisien Rregresi Linier Berganda...………... 74

Tabel 6. Nilai Koefisien Determinasi (R-square/R

2

... 76

Tabel 7. Hasil Uji Multikolinearitas... 77

Tabel 8. Hasil Uji Durbin Waston... 77

Tabel 9. Hasil Uji Heteroskedasititas ... 78

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas ... 79

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas setelah transformasi data... 79

Tabel 12.Uji t Hasil Analisis Regresi... 80


(8)

(9)

viii

Lampiran 2 : Uji Normalitas

Lampiran 3 : Uji Asumsi Klasik


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Masalah keagenan dapat menimbulkan konflik yang melibatkan berbagai pihak, konflik dapat terjadi antara manajer dengan pemegang saham, antara manajer bersama-sama pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas, antara pemegang saham dengan para kreditur, juga antara manajer dengan stakeholders’ lainnya. Jensen (1986) mengemukakan bahwa manajer

memiliki insentif untuk memperbesar perusahaan melebihi ukuran optimalnya sehingga mereka tetap melakukan investasi meskipun memberikan net present

value negatif. Overinvestment semacam ini dilakukan dengan menggunakan dana

yang dihasilkan dari sumber internal perusahaan yaitu aliran kas bebas untuk menghindari pengawasan yang berhubungan dengan penambahan modal dari luar perusahaan.

Padahal dana semacam ini seharusnya dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk peningkatan dividen atau pembelian kembali saham perusahaan. Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan berbagai faktor. Menurut Gitman (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan adalah debt covenant,

likuiditas, posisi kas, prospek pertumbuhan perusahaan, dan kuasa kendali para pemegang saham yang memiliki mayoritas saham perusahaan.


(11)

Kebijakan dividen atau keputusan dividen pada hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan (Levy dan Sarnat, 1990). Pembayaran dividen khususnya cash dividend kepada para pemegang saham

sangat tergantung pada posisi kas yang tersedia, hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2001) yang menyatakan bahwa di antara beberapa faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio, hanya faktor posisi kas (cash position) dan Debt to Equity Ratio yang berpengaruh signifikan. Posisi kas yang

benar-benar tersedia bagi para pemegang saham akan tergambar pada free cash

flow yang dimiliki oleh perusahaan.

Free Cash Flow (aliran kas bebas) menggambarkan tingkat fleksibilitas

keuangan perusahaan. Jensen (1986) mendefinisikan aliran kas bebas sebagai kas yang tersisa setelah seluruh proyek yang menghasilkan net present value positif

dilakukan. Perusahaan dengan aliran kas bebas berlebih akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya karena mereka dapat memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan lain. Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa diduga lebih survive dalam situasi yang buruk. Sedangkan aliran kas bebas negatif berarti sumber dana internal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi perusahaan sehingga memerlukan tambahan dana eksternal baik dalam bentuk hutang maupun penerbitan saham baru.

Sedangkan menurut Ross et al (2000) didalam jurnal Rosdini ( 2009), aliran kas bebas merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusi kepada


(12)

kreditor atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau investasi pada aset tetap. Aliran kas bebas menunjukkan gambaran

bagi investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar strategi menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan.

Berbagai kondisi perusahaan dapat mempengaruhi nilai aliran kas bebas, misalnya bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dengan tingkat pertumbuhan rendah maka aliran kas bebas ini seharusnya didistribusikan kepada pemegang saham, tetapi bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dan tingkat pertumbuhan tinggi maka aliran kas bebas ini dapat ditahan sementara dan bisa dimanfaatkan untuk investasi pada periode mendatang.

Laba sebaiknya tidak dibagikan sebagai deviden seluruhnya dan sebagian harus disisihkan untuk diinvestasikan kembali. Laba ditahan (retained earning)

merupakan salah satu dari sumber dana yang berasal dari modal sendiri dan merupakan modal yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan deviden kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat deviden yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya.

Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap didalam perusahaan, berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran deviden adalah semakin kecil.


(13)

Untuk tahun 2009 ini perusahaan manufaktur juga mengalami perubahan yang fluktuatif yaitu diantaranya, Direktur Keuangan Kimia Farma Rusdi Rosman menambahkan dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2009, pemerintah selaku pemegang saham menetapkan target setoran lebih tinggi dari dividen 2008. “ Setoran dividen Kimia Farma ditetapkan 30% dari laba bersih tahun ini. Kalau diizinkan, kami minta keringanan seperti PT Indofarma Tbk yang dividennya 0%,” ujarnya. Selanjutnya, harga saham PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk kemarin jatuh 17,65% atau Rp120 ke level Rp560 per saham karena tertekan aksi jual yang dipicu oleh harga pelaksanaan rights issue sebesar Rp 525 per saham. Arsip Berita.Com/12/2009.

Berikut adalah data dividen payout ratio perusahaan manufaktur dalam

kurun waktu 3 tahun :

Tabel 1. Data DPR Perusahaan Manufaktur (Million Rupiah) 2006-2008

EPS DPS DPR

No. Perusahaan Manufaktur 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 1 PT.Fast Food Indonesia, Tbk 154 230 281 20 45 57 0.130 0.196 0.203

2 PT.Mayora Indah, Tbk 122 185 256 35 40 50 0.287 0.216 0.195

3 PT.Multi Bintang Indonesia,Tbk 3,492 4,005 10,551 2,640 3,600 15,000 0.756 0.899 1.422

4

PT.Sinar Mas Agro Resources and

Technology (SMART),Tbk 219 344 364 46 5 180 0.210 0.015 0.495

5 PT.Gudang Garam, Tbk 524 750 977 250 250 350 0.477 0.333 0.358

6 PT. Sepatu Bata, Tbk 1,551 2,660 12,120 435 6,361 816 0.280 2.391 0.067 7 PT. Colorpark Indonesia, Tbk 25 32 66 5 10 20 0.200 0.313 0.303

8 PT.Semen Gresik (PERSERO), Tbk 2,184 299 425 0 150 215 0.000 0.502 0.506 9 PT.Sumi Indo Kabel, Tbk 145 253 319 35 100 125 0.241 0.395 0.392

10 PT.Metrodata Electronics, Tbk 10 14 15 3 3 1 0.300 0.214 0.067

11 PT.Indo Kordsa,Tbk 41 87 211 12 63 125 0.293 0.724 0.592

12 PT.Tunas Ridean, Tbk 16 136 176 5 55 168 0.313 0.404 0.955

13 PT.United Tractor, Tbk 326 524 800 85 150 220 0.261 0.286 0.275 14 PT. Merck, Tbk 3,863 3,995 4,403 2,000 2,300 5,350 0.518 0.576 1.215

15 PT.Tempo Scan Pacific, Tbk 61 62 71 25 25 15 0.410 0.403 0.211


(14)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa deviden yang dibagikan oleh perusahaan manufaktur hanya sebagian saja sebagaimana contoh adalah PT. SMART, Tbk pada tahun 2007 deviden yang dibagikan adalah sebesar Rp.68.800,- (dalam jutaan) kemudian turun sebesar Rp.2.200,- melorot drastis. Akan tetapi, banyak pemegang saham mengandalkan deviden untuk membayar berbagai biaya, dan mereka akan sangat terganggu jika aliran deviden tidak stabil, selanjutnya, tindakan mengurangi deviden agar dana tersedia untuk investasi modal dapat mengirimkan isyarat yang tidak tepat, dan hal itu bisa menurunkan harga saham. Jadi, memaksimumkan harga saham mengharuskan perusahaan menyeimbangkan kebutuhan dana untuk internal dan keinginan para pemegang saham. Perusahaan dengan laba dan arus kas yang mudah berubah enggan membuat komitmen untuk meningkatkan deviden setiap tahun.

Berbagai kondisi perusahaan dapat mempengaruhi nilai aliran kas bebas, misalnya bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dengan tingkat pertumbuhan rendah maka aliran kas bebas ini seharusnya didistribusikan kepada pemegang saham, tetapi bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dan tingkat pertumbuhan tinggi maka aliran kas bebas ini dapat ditahan sementara dan bisa dimanfaatkan untuk investasi pada periode mendatang.

Karena kondisi tersebut di atas, maka mengindikasikan bahwa adanya aliran kas bebas yang besar dalam suatu perusahaan belum tentu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut akan membagikan dividen dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan ketika perusahaan memiliki aliran kas bebas yang kecil.


(15)

Sehingga penulis tertarik untuk meneliti dengan judul ”Pengaruh Free Cash Flow (aliran kas bebas) Dan Profitabilitas Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik Di BEI”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, Maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah free cash flow berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada

perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada

perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh free cash flow terhadap dividen payout ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap dividen payout ratio

pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain :

1. Manfaat bagi peneliti

Dari hasil kegiatan mempelajari, meneliti, serta membandingkan teori-teori yang telah didapat selama kuliah di perguruan tinngi, dan


(16)

diharapkan dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang terjadi di perusahaan.

2. Manfaat bagi perusahaan

Dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan kepada pihak manajemen perusahaan manufaktur sehingga dapat melakukan pengelolahan modalnya dengan lebih baik lagi.

3. Bagi investor

Dapat memberikan informasi dan sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan modalnya bagi perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh cash flow terhadap dividen payout ratio perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam proposal ini menggunakan acuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh:

Rosdini, (2009), dengan judul “Pengaruh Free Cash Flow Terhadap dividen Payout Rasio” . Rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimanakah pengaruh Free cash flow terhadap dividen payout ratio. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi liniear sederhana.

Hasil penelitian ini Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa Free Cash Flow memiliki pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Pengaruh free cash flow terhadap dividend payout ratio bersifat positif artinya semakin tinggi free cash flow maka semakin tinggi dividend payout ratio atau semakin rendah free cash flow maka semakin rendah dividend payout ratio.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh, Lesmana, Adi.(2006). Dengan judul “Analisis hubungan antara kepemilikan saham Minoritas dan dividend payout ratio dengan laba Sebagai variabel pemoderasi”. Rumusan masalah yang diajukan adalah apakah interaksi antara laba dan kepemilikan saham minoritas memiliki pengaruh terhadap dividend payout ratio di Indonesia.

Hasil penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa proteksi investor di Indonesia termasuk dalam kategori lemah. Dengan demikian, hasil penelitian ini


(18)

diharapkan dapat menumbuhkan harapan para investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanamkan. Yang secara agregat, hal tersebut akan mengakibatkan aliran masuk modal (capital inflows) ke suatu negara mengalami kenaikan sedangkan aliran keluar (capital outflows) dari suatu negara mengalami penurunan.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pasar Modal

Menurut Darmadji dan M. Fakhruddin, (2001:01): “Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri”. Pada dasarnya, surat berharga di pasar modal dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk yaitu :

1. Surat berharga yang bersifat penyertaan atau ekuitas (equity)

2. Surat berharga yang bersifat utang atau sering juga disebut sebagai surat berharga pendapatan tetap (fixed income).

Surat berharga yang bersifat ekuitas umumnya dikenal dengan saham sedangkan surat berharga fixed income dikenal dengan obligasi. Sedangkan surat berharga lainnya merupakan turunan dari kedua bentuk tersebut, misalnya saham preferen, obligasi konversi, warrant, sekuritas turunan.

2.2.1.1. Fungsi Pasar Modal

Menurut M. Fakruddin dan Harianto, (2001:01): fungsi pasar modal adalah :

1. Sarana untuk menghimpun dana-dana dari masyarakat untuk disalurkan ke dalam kegiatan-kegiatan produktif.


(19)

2. Sumber pembiayaan yang mudah dan cepat bagi dunia usaha dan pembangunan nasional.

3. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan kesempatan kerja.

4. Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi. 5. Menekan tingginya tingkat bunga.

6. Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal.

7. Memperkokoh beroperasinya mekanisme finansial market dalam menata sistem moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana sewaktu-waktu diperlukan oleh bank sentral.

2.2.1.2. Manfaat Pasar Modal

Menurut Anoraga dan Piji Pakarti (1995:12), Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, emiten, pemerintah, maupun lembaga penunjang (PAU-UGM, 26-27 Januari 1990), adalah sebagai berikut :

a. Manfaat pasar modal bagi Investor, sebagai berikut :

1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain.

2. Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.

3. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dalam RUPS bila diadakan bagi pemegang


(20)

obligasi.

4. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misal dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi risiko.

b. Manfaat pasar modal bagi Emiten, sebagai berikut :

1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.

2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.

3. Tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana perusahaan.

4. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.

5. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.

6. Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan.

7. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi.

8. Tidak ada beban finansial yang tetap.

9. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.

10. Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu. 11. Profesionalisme dalam manajemen meningkat.

c. Manfaat pasar modal bagi pemerintah, sebagai berikut : 1. Mendorong laju pembangunan.


(21)

2. Mendorong investasi. 3. Penciptaan lapangan kerja.

4. Memperkecil Debt Service Ratio (DSR).

5. Mengurangi beban anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

d. Sedangkan manfaat pasar modal bagi Lembaga Penunjang, sebagai berikut : Berkembangnya pasar modal juga akan mendorong perkembangan lembaga penunjang menjadi lebih profesional dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang masing-masing. Keberhasilan pasar modal tidak terlepas dari peran lembaga penunjang. Adapun yang termasuk lembaga penunjang tersebut antara lain adalah : 1. BAPEPAM

Lembaga ini merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengawasi pasar modal indonesia. BAPEPAM merupakan singkatan dari Badan Pengawas Pasar Modal, setelah sebelumnya merupakan singkatan dari Badan Pelaksana Pasar Modal. Perubahan ini terjadi pada akhir tahun 1990.

2. Bursa Efek

Merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas. Di indonesia terdapat dua bursa efek yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya yang akhirnya menjadi BEI. Masing-masing mempunyai persyaratan tersendiri agar suatu sekuritas bisa didaftarkan di bursa tersebut. Di bursa


(22)

itulah bertemu pembeli dan penjual sekuritas. 3. Akuntan Publik

Peran akuntan publik yang pertama adalah memeriksa laporan keuangan dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan. Di pasar modal dituntut pendapat wajar tanpa syarat terhadap laporan keuangan dari perusahaan yang akan menerbitkan atau yang telah terdaftar di bursa.

4. Underwriter

Perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas di bursa (perusahaan tersebut disebut sebagai emiten) tentu ingin agar sekuritas yang dijualnya laku semua, sehingga dana yang diperlukan bisa diperoleh. Untuk menjamin agar penerbitan (emisi) sekuritas yang pertama kali tersebut dikatakan (dilakukan di pasar perdana) terjual. Kalau tidak terjual, underwriter itulah yang akan membeli sisanya. Karena underwriter menanggung risiko harus membeli sekuritas yang tidak terjual.

5. Wali Amanat

Jasa Wali Amanat diperlukan untuk penerbitan obligasi. Wali Amanat mewakili kepentingan pembeli obligasi. Pemikirannya adalah karena pembeli obligasi pada dasarnya adalah kreditor dan kredit yang diberikan tidak dijamin dengan agunan apapun. Untuk meminimumkan agar kredit tersebut tidak macet-macet berarti bahwa obligasi yang di beli tidak dilunasi oleh perusahaan yang


(23)

menerbitkan, maka ada pihak yang mewakili para pembeli obligasi dalam melakukan semacam penilaian terhadap perusahaan yang akan menerbitkan obligasi. Wali Amanat inilah yang melakukan penilaian terhadap “keamanan” obligasi yang di beli oleh para pemodal.

6. Notaris

Jasa notaris diperlukan untuk membuat berita acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan menyusun pernyataan keputusan-keputusan RUPS. Bagaimanapun juga keputusan-keputusan untuk menjual sekuritas ke pasar modal (istilah yang sering dipergunakan adalah “go public“) merupakan peristiwa yang penting dan karenanya perlu memperoleh persetujuan dari para pemegang saham.

7. Konsultan Hukum

Konsultan hukum diperlukan jasanya agar jangan sampai perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum dengan pihak lain. Juga keabsahan dokumen-dokumen perusahaan perlu di periksa oleh konsultan hukum tersebut.

8. Lembaga Clearing

Perdagangan sekuritas tidak mungkin dilakukan dengan melakukan perpindahan fisik sekuritas-sekuritasnya yang di perdagangkan. Sekuritas-sekuritas akan disimpan oleh suatu lembaga dan lembaga tersebut bertugas untuk mengatur “arus” sekuritas tersebut.


(24)

2.2.1.3. Instrumen Pasar Modal

Menurut Anoraga (2001:54) yang dimaksud dengan instrumen pasar modal adalah semua surat-surat berharga (securities) yang diperdagangkan di bursa. Instrumen pasar modal ini umumnya bersifat jangka panjang.

Pada dasarnya efek dapat berupa :

a. Saham merupakan tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas. b. Saham preferen yaitu saham yang memberikan prioritas tertentu kepada

pemegangnya atas hal pembagian dividen.

c. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan yang diberi pinjaman (emiten). d. Bukti right merupakan salah satu dari opsi yang memberikan hak

kepada para pemegang saham untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh emiten pada proporsi harga tertentu.

e. Opsi yaitu selembar kertas berharga yang memungkinkan investor untuk membeli atau menjual suatu saham dengan harga tertentu pada waktu tertentu atau mungkin sebelumnya.

f. Warrant merupakan opsi jangka panjang yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham atas nama dengan harga tertentu. g. Obligasi konversi merupakan obligasi yang memberikan hak kepada

pemegang saham untuk mengkorvesikan atau menukar dengan saham setelah membayar suatu jumlah tertentu. Misalnya setiap obligasi bisa dikonversi menjadi 2 saham biasa setelah tanggal tertentu dengan harga


(25)

konversi yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.3. Laporan Keuangan

Menurut Baridwan (1990:17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan / proses pelaporan , merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan.

2.3.1. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Belkaoui (2000:126) tujuan laporan keuangan dikelompokkan menjadi tujuan khusus dan tujuan umum serta tujuan kualitatif. Tujuan tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut :

1. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan lain dalam posisi laporan keuangan.

2. Tujuan Umum laporan keuangan adalah :

• Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban suatu perusahaan supaya dapat menilai kekuatan dan kelemahannya, menunjukkan pembelanjaan dan


(26)

investasinya, menilai kemampuannya, memenuhi tanggung jawabnya dan menunjukkan dasar pertumbuhannya.

• Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat menaksir penghasilan yang potensial dari perusahaan.

• Menyediakan lain-lain informasi yang diperlukan mengenai perubahan sumber-sumber ekonomi serta perubahan kewajiban. • Mengungkapkan informasi lain yang relevan bagi kebutuhan para

pemakai laporan keuangan.

3. Tujuan kualitatif laporan keuangan adalah sebagai berikut :

a. Relevan, berarti menyeleksi informasi yang lebih mungkin membantu para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi mereka.

b. Dapat dimengerti, yang menyatakan bahwa tidak hanya informasi yang terpilih saja yang harus dapat dimengerti, akan tetapi para pemakainya harus dapat memahaminya.

c. Dapat dituju, bahwa hasil akuntansi dapat dibuktikan kebenarannya oleh alat ukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.

d. Netral, bahwa informasi akuntansi diperuntukkan bagi kebutuhan umum, bukan untuk kebutuhan tertentu saja.

e. Tepat waktu, penyampaian informasi harus cepat dan tepat dalam pengambilan keputusannya.

f. Dapat diperbandingkan, yang berarti perbedaan tidak boleh ada akibat perbedaan perlakuan akuntansi keuangan.


(27)

g. Kelengkapan, seluruh informasi yang layak memenuhi persyaratan tujuan kualitatif lainnya harus dilaporkan.

Menurut Baridwan (1999:17) laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

2.3.1.1. Perangkat Pokok Laporan Keuangan

Laporan keuangan sangatlah penting dan harus dijelaskan dalam pelaporan keuangan perusahaan, yaitu :

a. Neraca

Menurut Hanafi ( 2003 : 50 ) neraca adalah meringkaskan posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal atau periode tertentu, neraca tersebut menampilkan sumber daya ekonomis (asset), kewajiban ekonomis (hutang), modal saham, dan hubungan antar item tersebut.

Sedangakan menurut Munawir (2002 : 39 ) neraca adalah laporan yang menyajikan smber-sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau aktiva, kewajiban-kewajibannya atau hutang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau modal pemilik pada suatu saat tertentu.

Unsur-unsur yang terkandung dalam neraca menurut Hanafi (2003 : 53) yang diklasifikasikan sebagai berikut :

1). Ativa / asset, yang meliputi : a. Aktiva lancar


(28)

b. Investasi jangka panjang

c. Bangunan, pabrik, dan peralatan d. Aktiva tak berwujud

e. Aktiva lainnya 2). Hutang

a. Hutang lancar

b. Hutang jangka panjang c. Hutang lainnya

3). Modal saham

a. Modal saham disetor (1) Saham nominal

(2) Agio atau capital surplus b. Laporan Laba / Rugi

Hanafi ( 2003 : 56 ) pengertian laba-rugi adalah meringkaskan hasil dari kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu. Laporan laba-rugi ini sering dipandang sebagai laporan akuntansi yang paling penting dalam laporan tahunan, kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencakup aktivitas rutin atau operasional, di samping aktivitas-aktivitas yang sifatnya tidak rutin dan jarang muncul.

Pengertian laba / rugi menurut Astuti (2004 : 17) adalah laporan yang mengikhtiarkan pendapatan dan beban perusahaan


(29)

selama periode akuntansi tertentu, yamg umumnya setiap kuartal atau setiap tahun.

Unsur-unsur yang terdapat dalam laporan laba-rugi, adalah sebagai berikut :

1). Penghasilan atau pendapatan 2). Hara pokok penjualan 3). Biaya-biaya usaha

4). Penghasilan dan biaya non operating

5). Pos-Pos insidentil, misalnya laba / rugi dari penjualan surat-surat berharga, koreksi atas laba yang diperoleh.

c. Laporan Aliran Kas

Menurut Hanafi (2003:59-61) pengertian laporan aliran kas adalah menganalisis aliran kas masuk dan keluar suatu perusahaan dan untuk melihat efek kas dari kegiatan operasional, investasi, dan pendanaan suatu perusahaan selama periode tertentu. Metode yang biasa digunakan adalah metode tidak langsung.

Aliran kas untuk aktivitas investasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1). Penerimaan dari emisi surat berharga (obligasi, saham) 2). Pembayaran deviden

3). Pelunasan hutang atau obligasi


(30)

Aliran kas masuk operasi : (a). Pengumpulan dari pelanggan

(b). Bunga atau deviden yang dikumpulkan Aliran kas keluar operasi :

(a). Pembayaran ke pemasok (supplier) atau karyawan (b). Pembayaran bunga

(c). Pembayaran pajak pendapatan

2.3.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Baridwan (2000 : 3) tujuan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Berguna bagi investor dan kreditur yang ada dan potensial dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan untuk investasi, pemberian kredit dan keputusan lainnya.

2. Dapat membantu investor dan kreditur yang ada dan potensial dan pemakai lainnya untuk menaksir jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan uang di masa yang akan datang yang berasal dari deviden atau bunga dan dari penerimaan uang yang berasal dari penjualan, pelunasan,atau jatuh temponya surat-surat berharga atau pinjaman-pinjaman.

3. Menunjukan sumber-sumber ekonomi dari suatu perusahaan, klaim atas sumber-sumber tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber-sumber ke perusahaanlain dan ke pemilik perusahaan), dan pengaruh transaksi-transaksi, kejadian-kejadian


(31)

dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas sumber-sumber tersebut.

2.3.2. Analisis Laporan Keuangan

Sebelum mengadakan analisis terhadap suatu laporan keuangan, penganalisis harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut. Penganalisis juga harus mempunyai kemampuan atau kebijaksanaan yang cukup di dalam mengambil suatu kesimpulan, di samping harus memeperhatikan perubahan tingkat harga yang terjadi. Agar dapat menganalisis laporan keuangan perusahaan dengan hasil yang memuaskan, maka perlu mengetahui latar belakang dari data keuangan tersebut.

Menurut Hanafi, (2003 : 70), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis laporan keuangan, sebagai berikut :

1. Analisis harus mengidentifikasikan adanya trend-trend tertentu dalam laporan keuangan .

2. Diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik atau tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan.

3. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan hati-hati sangatlah penting. Mencari informasi sekitar aktivitas perusahaan.

4. Analisis membutuhkan informasi tambahan di luar laporan keuangan. Analisis laporan keuangan memiliki beberapa keterbatasan, yaitu sebagai berikut :


(32)

1. Data yang dicatat dan dilaporkan oleh laporan keuangan mendasarakan pada harga perolehan (historical cost).

2. Penyusunan laporan keuangan juga didasarkan pada beberapa alternatif metode akuntansi, (misalnya metode FIFO, LIFO, dan rata-rata prsediaan).

3. Upaya perbaikan dapat dilakukan oleh pihak manajemen untuk memperbaiki laporan keuangan sehingga laporan keuangan terlihat jelas dan baik.

4. Banyak perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau anak perusahaan yang bergerak pada bidang usaha (industri). Untuk perusahaan semacam ini, analisis akan kesulitan memilih pembandingnya karena perusahaan tersebut bergerak pada beberapa industri.

5. Inflasi atau deflasi akan mempengaruhi laporan keuangan, terutama yang berkaitan dengan rekening-rekening jangka panjang seperti investasi jangka panjang.

6. Rata-rata industri merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam industri.

Menurut Sawir, (2005 : 45-46) ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu :

1. Analisis Horisontal (Perbandingan Laporan Keuangan)

Adalah analisis dengan cara membandingkan neraca dan laporan laba / rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan, sehingga dapat


(33)

diperoleh gambaran selama beberapa tahun terskhir apakah telah terjadi kenaikan atau penurunan.

2. Analisis vertikal (per komponen)

Adalah analisis yang dilakukan dengan jalan menghitung proporsi po-pos dalam neraca dengan suatu jumlah tertentu dari neraca atau proporsi dari unsur-unsur tertentu laporan laba / rugi dengan jumlah tertentu dari laporan laba / rugi.

Adapun teknik-teknik analisis yang biasa digunakan dalam laporan keuangan menurut Munawir (1997 : 36-37) adalah sebagai berikut :

1. Analisis perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.

2. Tren atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya, apakh menunjukan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.

3. Laporan keuangan prosentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya juga untuk mengetahui strutur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.


(34)

4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.

5. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.

6. Analisis rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba / rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tesebut.

7. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.

8. Analisis break-even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.

Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemua itu adalah merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk


(35)

menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Menurut Harahap (2002 : 194) analisa laporan keuangan memiliki sifat-sifat, antara lain :

1. Fokus laporan adalah adalah laba / rugi, neraca, arus kas yang merupakan akumulasi transaksi dari kejadian historis, dan penyebab terjadinya dalam suatu perusahaan.

2. Prediksi, analisa harus mengkaji implikasi kejadian yang sudah berlalu terhadap dampak dan prospek perkembangan keuangan perusahaan di masa yang akan datang.

3. Dasar analisa adalah laporan keuangan yang memiliki sifat dan prinsip tersendiri sehingga hasil analisa sangat tergantung pada kualitas laporan.

Sedangkan kegunaan analisa laporan keuangan menurut Harahap (2002 : 195-196) dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).


(36)

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yamg diperoleh dari luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating).

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.

7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.

9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.

10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.


(37)

2.4. Analisis Rasio Keuangan

2.4.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Perencanaan adalah kunci kesuksesan bagi manajer keuangan. Rencana keuangan mungkin mempunyai bermacam-macam bentuk, tetapi suatu rencana yang baik harus dihubungkan dengan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Oleh karena itu rencana tersebut harus dimulai dari analisis keuangan pada perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio yang akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan rasio perbandingan yang digunakan secara standart (Munawir, 1997 : 64).

Rasio keuangan merupakan alat utama dalam analisis keuangan, karena analisis ini dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan keuangan perusahaan (Muslich, 2003 : 44).Rasio keuangan dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba / rugi saja, atau pada neraca dan laba / rugi. Setiap analisis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu (Husnan, 1998 : 560).

Analisis rasio keuangan, menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba / rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini, analisis rasio


(38)

juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan investor dan memberikan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh (Sawir, 2005 : 6).

Penganalisis keuangan dalam mengadakan analisis keuangan pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara perbandingan, menurut Munawir (2002 : 83), yaitu :

1. Analisis Time Series

Adalah analisa rasio keuangan untuk beberapa periode sehingga akan terlihat prestasi perusahaan tersebut akan cenderung meningkat, menurun atau cenderung konstan dalam beberapa periode tersebut. 2. Analisis Cross Section

Adalah analisa rasio keuangan dengan membandingkan antar informasi atau data untuk satu periode, kemudian hasilnya dibandingkan dengan rasio pembanding antara lain rasio pada perusahaan sejenis atau rasio rata-rata industri.

2.4.1.1. Keunggulan Dan Keterbatasan Analisa Rasio Keuangan

Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut seperti diuraikan oleh Harahap (2002 : 298), yaitu :

1. Rasio merupakan angka-angka dan ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.


(39)

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.

5. Menstandarisir ukuran perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

Di samping keunggulan yamg dimiliki analisis rasio ini, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya. Adapun keterbatasan analisis rasio menurut Harahap (2002 : 298-299), antara lain :

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan juga menjadi keterbatasan analisis seperti :

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subyektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dari rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.


(40)

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan

menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4. Jika data yang tersedia tidak sinkron maka akan kesulitan dalam menghitung rasio.

5. Jika dua atau lebih perusahaan dibandingkan teknik dan metode yang digunakan berbeda maka perbandingan dapat menimbulkan kesalahan.

2.4.1.2. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio itu banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis. Apabila dilihat dari sumbernya dimana rasio itu dibuat, maka rasio-rasio dapat digolonkan menjadi enam jenis menurut (Copeland dan Weston, 1999 : 225), yaitu :

1. Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo.

2. Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang.

3. Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya.


(41)

4. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur aktivitas manajemen yang diyunjukkan oleh laba yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi perusahaan.

5. Rasio Pertumbuhan, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memepertahankan posisi ekonominya di dalam pertumbuhan ekonomi dan industri.

6. Rasio Penilaian, adalah rasio uang mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang malampui pengeluaran biaya investasi.

Sedangkan menurut Riyanto (1997 : 330) rasio dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang bersumber atau yang berasal dari neraca. 2. Rasio-rasio laporan laba / rugi (income statement ratios), yaitu rasio

yang disusun dari data yang berasal dari laporan laba / rugi.

3. Rasio-rasio antar laporan (intern statement ratios), yaitu rasio-rasio yamg disusun dari data yang berasal dari neraca dan data yang berasal dari laporan laba / rugi.

2.5. Free Cash Flow

2.5.1. Pengertian Free Cash Flow

Jensen (1986) mendefinisikan free cash flow adalah aliran kas yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan.


(42)

Free cash flow ini lah yang sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Ketika free cash flow tersedia, manajer disinyalir akan menghamburkan free cash flow tersebut sehingga terjadi inefisiensi dalam perusahaan atau akan menginvestasikan free cash flow dengan return yang kecil (Smith & Kim, 1994). White et al (2003) mendefinisikan free cash flow sebagai aliran kas diskresioner yang tersedia bagi perusahaan. Free cash flow adalah kas dari aktivitas operasi dikurangi capital expenditures yang dibelanjakan perusahaan untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini. Free cash flow dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan (growth-oriented), pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham baik dalam bentuk dividen.

Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen. Ross et al (2000) mendefinisikan free cash flow sebagai kas perusahaan yang dapat didistribusi kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau investasi pada aset tetap. Free cash flow menunjukkan gambaran bagi investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar “strategi” menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan. Bagi perusahaan yang melakukan pengeluaran modal, free cash flow akan mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan manakah yang masih mempunyai kemampuan di masa depan dan yang tidak (Uyara dan Tuasikal, 2003) Free cash flow dikatakan


(43)

mempunyai kandungan informasi bila free cash flow memberi signal bagi pemegang saham. Dapat dikatakan pula bahwa free cash flow yang mempunyai kandungan informasi menunjukkan bahwa free cash flow mampu mempengaruhi hubungan antara rasio pembayaran dividen dan pengeluaran modal dengan earnings response coefficients (Uyara dan Tuasikal, 2003).

2.6. Dividen

2.6.1. Pengertian Dividen

Menurut Gitman (2003) dividen kas yang dibayarkan merupakan penilaian investor atas suatu saham. Dividen kas mencerminkan arus kas kepada pemegang saham dan menginformasikan kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang. Karena retained earnings (saldo laba) adalah salah satu bentuk pendanaan internal, maka keputusan mengenai dividen dapat mempengaruhi kebutuhan pendanaan eksternal perusahaan. Dengan demikian, semakin besar dividen kas yang dibayarkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula jumlah pendanaan eksternal yang dibutuhkan melalui pinjaman hutang atau penjualan saham.

Pendefinisian dividen yang senada diungkapkan oleh Ross et al (1999), Ross menyatakan bahwa dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pemiliknya, baik dalam bentuk kas maupun saham. Dividen dikatakan juga sebagai “komponen pendapatan” dari return investasi pada saham.

2.6.1.1. Teori Kebijakan Dividen

Dividen merupakan adalah pembayaran dari perusahaan kepada para pemegang saham atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah


(44)

kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan (Sutrisno, 2001). Dalam banyak hal, dividen sering diperlakukan sebagai pertimbangan terakhir setelah pertimbangan investasi dan pertimbangan pembiayaan lainnya, sehingga timbul the residual value theory of dividend. Disamping itu, ada juga yang mempertimbangkan pembagian dividen kas untuk mengurangi masalah keagenan.

Gitman (2003) memberikan definisi kebijakan dividen sebagai suatu perencanaan tindakan perusahaan yang harus dituruti ketika keputusan dividen harus dibuat. Sedangkan Lee dan Finerty (1990) mengartikan kebijakan dividen sebagai suatu keputusan perusahaan apakah akan membagikan earnings yang dihasilkan kepada para pemegang saham atau akan menahan earnings untuk kegiatan reinvestasi dalam perusahaan.

Dengan demikian, kebijakan dividen merupakan penggunaan laba bersih setelah pajak yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa besar bagian laba bersih yang akan digunakan untuk membiaya investasi perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba yang diperolehnya dalam bentuk dividen, maka akan mengurangi retained earnings dan selanjutnya mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperolehnya, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar.

Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa


(45)

mendatang sehingga dapat memaksimumkan harga saham perusahaan. Berikut ini adalah pemaparan mengenai beberapa teori kebijakan dividen:

1. Hipotesis Kontrak

Konsep dasar hipotesis kontrak digambarkan oleh Myers (1977, dalam Smith & Watts 1992) sebagai berikut: IOS perusahaan merupakan call option (hak untuk melakukan pembelian atau investasi di masa mendatang pada tingkat harga tertentu) yang nilainya bergantung pada kecenderungan bahwa manajemen akan melaksanakan kesempatan tersebut. Jika perusahaan memiliki hutang yang berisiko tinggi dan dengan hutang tersebut perusahaan melaksanakan pilihan untuk menjalankan proyek yang memiliki net present value positif, maka akan terdapat kemungkinan terjadinya penurunan nilai perusahaan.

Hubungan antara kebijakan investasi dan dividen dapat diidentifikasi melalui arus kas perusahaan, yaitu semakin besar jumlah investasi dalam satu periode tertentu, akan semakin kecil dividen yang diberikan. Dengan demikian perusahaan yang bertumbuh (aktif melakukan kegiatan investasi) diidentifikasi sebagai perusahaan yang free cash flownya rendah (Jensen, 1986 dalam Smith dan Watts 1992) dengan pembayaran dividen yang rendah pula. Argumentasi mengenai hipotesis kontrak adalah new issue market merupakan salah satu cara menurunkan biaya agensi, karena berarti terjadi peningkatan pengawasan terhadap manajer oleh pemegang saham yang jumlahnya menjadi lebih banyak atau hak kontrol yang lebih besar bagi pemegang saham. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki pilihan


(46)

pertumbuhan yang rendah akan segan atau jarang melakukan new issue market. Salah satu cara mempertahankan nilai modal saham yang ada adalah dengan membayar dividen lebih tinggi (Rozef 1982 dan Easterbrook 1984, dalam Smith & Watts 1992).

2. Hipotesis Pecking Order

Hipotesis Pecking Order yang dikemukakan oleh Myers & Majluf (1984) di dalam Hartono (1999) menyatakan bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan untuk membayar dividen relatif rendah dalam rangka memiliki dana internal lebih banyak untuk membiayai proyek-proyek investasinya. Bahkan bagi perusahaan bertumbuh, peningkatan dividen dapat menjadi berita buruk (bad news) karena diduga perusahaan telah mengurangi rencana investasinya (Kalay 1982, dalam Hartono 1999).

3. Hipotesis Sinyal

Hipotesis sinyal yang dikemukakan oleh Miller & Rock (1985) di dalam Hartono (1999) menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas tinggi akan membayar dividen lebih tinggi. Jika sinyal meningkat karena adanya disparitas informasi antara manajer dengan investor, maka perusahaan yang memiliki disparitas informasi besar yang biasanya merupakan perusahaan yang memiliki pilihan pertumbuhan yang kecil akan membayarkan dividen lebih tinggi (hubungan negatif) sebagai sinyal bahwa kondisi perusahaan baik.


(47)

4. Residual Dividend policy

Kebijakan ini menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan merupakan sisa dari laba perusahaan setelah dikurangkan dengan yang dibayarkan untuk membiayai perencanaan modal perusahaan (Weston dan Brigham, 1993). Artinya, perusahaan membayarkan dividen hanya jika terdapat kelebihan dana atas laba perusahaan yang digunakan untuk membiayai proyek yang telah direncanakan. Dasar dari kebijakan ini adalah bahwa investor lebih menyukai perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali laba daripada membagikannya dalam bentuk dividen apabila laba yang diinvestasikan kembali tersebut dapat menghasilkan return yang lebih tinggi daripada return rata rata yang dapat dihasilkan investor dari investasi lain dengan risiko yang sebanding. 2.6.1.2. Dividend Payout Ratio

Free Cash Flow didefinisikan oleh Jensen (1986) sebagai kelebihan dana kas setelah dipakai untuk mendanai seluruh proyek yang memberikan net present value positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan. Pengertian senada diungkapkan oleh Brown (1996) yang mendefinisikan aliran kas bebas sebagai cash flow yang dihasilkan dari operasi bisnis yang sedang berjalan dan tersedia untuk didistribusikan kembali kepada pemegang saham tanpa mempengaruhi tingkat pertumbuhan perusahaan saat ini.

Dividend Payout Ratio merupakan indikasi atas persentase jumlah pendapatan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas (Gitman, 2003). Dividend Payout Ratio (DPR) ini


(48)

ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun, penentuan DPR berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak.

Dividend Payout Ratio =

share Earningper

rshare Dividendpe

Definisi Dividend Payout Ratio menurut Van Horne & Machowicz Jr. (1998:483) Dividend Payout Ratio adalah: “Annual cash dividends divided by annual earnings; or alternatively Dividend per Share divided by Earning per Share. The ratio indicates the percentage of a company’s earnings that’s paid out to shareholder in cash.” Jadi, Dividend Payout Ratio merupakan persentase dividen tunai yang dibayarkan dibagi laba tahun berjalan. Dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan, akan mempengaruhi besarnya kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham adalah suatu free cash flow.

2.7. Profitabilitas

2.7.1. Pengertian Profitabilitas

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dari sini permasalahannya menyangkut efektifitas manajemen dalam menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih seperti yang tercatat dalam neraca. Efektifitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih – yang didefinisikan dengan berbagai cara – terhadap aktiva yang


(49)

digunakan untuk menghasilkan laba. Hubungan seperti itu merupakan salah satu analisis yang memberikan gambaran lebih, walaupun sifat dan waktu dari nilai yang ditetapkan pada neraca cenderung menyimpangkan hasilnya. Bentuk paling mudah dari analisis. Profitabilitas adalah menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca.

Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan Profitabilitas adalah keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ukuran return on investment (ROI). Analisa ROI dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu tehnik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komperehensif). ROI merupakan salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Munawir 2000:89). Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan deviden karena deviden adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu deviden akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan.


(50)

Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu deviden yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempengaruhi devidend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai deviden (Sudarsi 2002:79).

Profitability adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitability dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Return On Investment, yang merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. PR atau ROI dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROI =

s TotalAsset

ertax Earningaft

…………. Satria (1994:51)

2.8. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividen Payout Ratio

Posisi kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham akan tergambar pada free cash flow yang dimiliki oleh perusahaan Free Cash Flow (aliran kas bebas) menggambarkan tingkat fleksibilitas keuangan perusahaan. Jensen (1986) Perusahaan dengan aliran kas bebas berlebih akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya karena mereka dapat memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan lain. Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa diduga lebih survive dalam situasi yang buruk. Sedangkan aliran kas bebas negatif berarti sumber dana internal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi


(51)

perusahaan sehingga memerlukan tambahan dana eksternal baik dalam bentuk hutang maupun penerbitan saham baru.

Berbagai kondisi perusahaan dapat mempengaruhi nilai aliran kas bebas, misalnya bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dengan tingkat pertumbuhan rendah maka aliran kas bebas ini seharusnya didistribusikan kepada pemegang saham, tetapi bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dan pertumbuhan tinggi maka aliran kas bebas ini dapat ditahan sementara dan bisa dimanfaatkan untuk investasi pada periode mendatang.

2.8.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Dividen Payout Ratio

Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan deviden karena deviden adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu deviden akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu deviden yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempengaruhi devidend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai deviden (Sudarsi, 2002:79). Bahwa dapat ditarik suatu kesimpulan jika deviden yang diambilkan dari keuntungan bersih maka besarnya keuntungan perusahaan akan mempengaruhi devidend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai deviden. Menurut Jensen et al. (1992) didalam dewi (2008), yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden karena


(52)

semakin tinggi laba maka semakin tinggi pula cash flow dalam perusahaan maka diharapkan perusahaan akan membayar deviden yang tinggi.


(53)

2.9. Kerangka Berpikir

ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIK DI BURSA

EFEK INDONESIA

• Dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan, akan mempengaruhi besarnya kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham adalah suatu free cash flow. Van Horne & Machowicz Jr. (1998:483) • Jensen (1986) mendefinisikan free cash flow adalah aliran kas

yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan.

• Profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Munawir 2000:89).

Free Cash Flow (X1)

Kebijakan Dividen (Y)

Analisis Regresi Linier Berganda

Uji t

Berpengaruh Tidak Berpengaruh


(54)

2.10. Hipotesis

Berdasarkan pada perumusan masalah dan landasan teori yang diajukan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Di duga bahwa Free Cash Flow berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.

2. Di duga bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap dividen payout ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia


(55)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan pengukuran Variabel

Yang dimaksud dengan definisi operasional adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional berdasarkan teori yang ada dan pengalaman empiris. Dalam penelitian ini definisi operasional terdiri dari:

1. Free Cash Flow (X) adalah aliran kas yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan.

Free Cash Flow diukur dengan membagi Free Cash Flow dengan Total Assets pada periode yang sama dengan tujuan agar lebih comparable bagi perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel, sehingga penghitungan Free Cash Flow menjadi relatif terhadap size perusahaan, dalam hal ini diukur dengan Total Assets. Ukuran Free Cash Flow sebagaimana merujuk kepada Ross et.al. (2000) didalam Rosdini (2009) adalah:

Free Cash Flow = cash flow from operations – (net capital expenditure + changes in working capital)

dimana:

Cash flow from operations (aliran kas operasi) = nilai bersih kenaikan/penurunan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan.


(56)

Net capital expenditure (pengeluaran modal bersih) = nilai perolehan aktiva tetap akhir – nilai perolehan aktiva tetap awal.

Changes in working capital (perubahan modal kerja) = modal kerja akhir tahun –modal kerja awal tahun.

2. Profitability adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitability dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Return On Investment, yang merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. PR atau ROI dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROI =

s TotalAsset

ertax Earningaft

…………. Satria, (1994:51)

Rasio ROI dihitung dengan menggunakan skala rasio 3. Dividen Payout Ratio (Y)

Merupakan persentase dividen tunai yang dibayarkan dibagi laba tahun berjalan. Dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan, akan mempengaruhi besarnya kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.

Dividend Payout Ratio =

share Earningper

rshare Dividendpe

... (Gitman, 2003)


(57)

3.2. Teknik Penentuan Sampel a. Populasi

Yang menjadi populasi dan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang go publik di BEI dari periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 yang berjumlah 151 perusahaan manufaktur.

b. Sampel

Sampel penelitian ini adalah keseluruhan sampel yang berasal dari populasi dalam penelitian ini. Dalam penelitian menggunakan teknik purposive sampling dimana pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik yang telah ditentukan, yaitu perusahaan manufaktur yang go publik di BEI dari periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.

Pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Memiliki data laporan keuangan terlengkap dalam kurun waktu selama 3 tahun, dari tahun 2006 sampai tahun 2008.

2. Dipilih perusahaan yang mengumumkan dividen pada tahun pengamatan. Dari 151 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel adalah perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :

a. PT.Fast Food Indonesia, Tbk b. PT.Mayora Indah, Tbk

c. PT.Multi Bintang Indonesia,Tbk

d. PT.Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART),Tbk e. PT.Gudang Garam, Tbk


(58)

f. PT. Sepatu Bata, Tbk

g. PT. Colorpark Indonesia, Tbk h. PT.Semen Gresik (PERSERO), Tbk i. PT.Sumi Indo Kabel, Tbk

j. PT.Metrodata Electronics, Tbk k. PT.Indo Kordsa,Tbk

l. PT.Tunas Ridean, Tbk m. PT.United Tractor, Tbk n. PT. Merck, Tbk

o. PT.Tempo Scan Pacific, Tbk

3.3.Teknik Pengumpulan Data a. Jenis data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data berupa dokumentasi perusahaan yang diserahkan ke Bursa Efek Indonesia.

b. Sumber data

Sumber data yang diambil dari Bursa Efek Indonesia berupa : 1 Laporan keuangan.

2 Dividen perusahaan manufaktur periode tahun 2006-2008 c. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu dengan mempelajari catatan dan dokumen perusahaan.


(1)

15. PT. Tempo Scan Pacific, Tbk

PT Tempo Scan Pacific Tbk (Perusahaan) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 20 Mei 1970, dengan nama PT Scanchemie dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 Tahun 1968, yang diubah dengan Undang-undang No. 12 Tahun 1970, berdasarkan akta notaris Ridwan Suselo, S.H., No. 37. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.5/27/4 tanggal 13 Februari 1971, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 25, Tambahan No. 148 tanggal 26 Maret 1971.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1.Free Cash Flow (X1) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008

Free Cash Flow diukur dengan membagi Free Cash Flow dengan Total Assets pada periode yang sama dengan tujuan agar lebih comparable bagi perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel, sehingga penghitungan Free Cash Flow menjadi relatif terhadap size perusahaan, dalam hal ini diukur dengan Total Assets. Ukuran Free Cash Flow sebagaimana merujuk kepada Ross et.al. (2000) adalah:

Free Cash Flow = cash flow from operations – (net capital expenditure + changes in working capital)


(2)

71

Tabel 2 : Free Cash Flow (X1) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008

Free cash flow No Nama Perusahaan

2006 2007 2008

1 PT.Fast Food Indonesia, Tbk 227926783 153207716 -3366066 2 PT.Mayora Indah, Tbk -1002650158210 -1,35435E+12 -2,07576E+12 3 PT.Multi Bintang Indonesia,Tbk 20830732 20900327 20638910 4

PT.Sinar Mas Agro Resources and

Technology (SMART),Tbk -3346508673767 -6,26863E+12 -6,4223E+12 5 PT.Gudang Garam, Tbk 2303257253 2299731716 2300985003 6 PT. Sepatu Bata, Tbk -136133417 -202698419 -367959507 7 PT. Colorpark Indonesia, Tbk -92840719047 -1,02066E+11 -1,85849E+11 8 PT.Semen Gresik (PERSERO), Tbk -3303227115 -4567379806 -7232918441 9 PT.Sumi Indo Kabel, Tbk -379014780849 -3,68641E+11 -5,27999E+11 10 PT.Metrodata Electronics, Tbk -327779203642 -6,4955E+11 -4,32382E+11 11 PT.Indo Kordsa,Tbk -80534146 -1655495278 -392111068 12 PT.Tunas Ridean, Tbk 1394371488 1393665962 1394233852 13 PT.United Tractor, Tbk 5995170576 5992699172 5981178595 14 PT. Merck, Tbk -222753220 -290122325 -310039713 15 PT.Tempo Scan Pacific, Tbk -2067960353657 -2,28629E+12 -2,40059E+12

Sumber: Lampiran 1

Dari tabel di atas diketahui bahwa mulai tahun 2006-2008 untuk Free Cash Flow pada tahun 2006 PT. United Tractor Tbk mencatat nilai paling tinggi sebesar 5995170576, pada tahun 2007 PT. United Tractor Tbk mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 5992699172, pada tahun 2008 adalah PT. United Tractor Tbk sebesar 5981178595.

4.2.2.Profitabilitas (X2) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008

Profitability adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitability dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Return On Investment, yang merupakan ukuran


(3)

efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

ROI =

s TotalAsset

ertax Earningaft

…………. Satria, (1994:51)

Tabel 3 : Profitabilitas (X2) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008

Profitabilitas (ROI) No Nama Perusahaan

2006 2007 2008

1 PT.Fast Food Indonesia, Tbk 0,1425 0,1629 0,1596 2 PT.Mayora Indah, Tbk 0,0602 0,0748 0,0671 3 PT.Multi Bintang Indonesia,Tbk 0,1205 0,1357 0,2361 4

PT.Sinar Mas Agro Resources and

Technology (SMART),Tbk 0,1182 0,1226 0,1044 5 PT.Gudang Garam, Tbk 0,0464 0,0603 0,0781 6 PT. Sepatu Bata, Tbk 0,0743 0,1041 0,3920 7 PT. Colorpark Indonesia, Tbk 0,0575 0,0582 0,0777 8 PT.Semen Gresik (PERSERO), Tbk 0,1728 0,2085 0,2380 9 PT.Sumi Indo Kabel, Tbk 0,0752 0,1315 0,1535 10 PT.Metrodata Electronics, Tbk 0,0280 0,0245 0,0232 11 PT.Indo Kordsa,Tbk 0,0120 0,0252 0,0567 12 PT.Tunas Ridean, Tbk 0,0078 0,0567 0,0684 13 PT.United Tractor, Tbk 0,0827 0,1148 0,1165

14 PT. Merck, Tbk 0,3061 0,2703 0,2629

15 PT.Tempo Scan Pacific, Tbk 0,1099 0,1004 0,1081 Sumber: Lampiran 2

Dari tabel di atas diketahui bahwa mulai tahun 2006-2008 untuk Profitabilitas (ROI) pada tahun 2006 PT. Merck Tbk mencatat nilai paling tinggi sebesar 0,3061, pada tahun 2007 PT. Merck Tbk mencatat nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 0,2703, pada tahun 2008 adalah PT. Sepatu bata Tbk sebesar 0,3920.


(4)

73

4.2.3.Devidend Payout Ratio (Y) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008

Merupakan persentase dividen tunai yang dibayarkan dibagi laba tahun berjalan. Dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan, akan mempengaruhi besarnya kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.

Dividend Payout Ratio =

share Earningper

rshare Dividendpe

... (Gitman, 2003)

Tabel 4 : Dividend Payout Ratio (Y) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008

Dividend Payout Ratio No Nama Perusahaan

2006 2007 2008

1 PT.Fast Food Indonesia, Tbk 0,1299 0,1957 0,2028 2 PT.Mayora Indah, Tbk 0,2869 0,2162 0,1953 3 PT.Multi Bintang Indonesia,Tbk 0,7560 0,8989 1,4217 4

PT.Sinar Mas Agro Resources and

Technology (SMART),Tbk 0,2100 0,0145 0,4945 5 PT.Gudang Garam, Tbk 0,4771 0,3333 0,3582 6 PT. Sepatu Bata, Tbk 0,2805 2,3914 0,0673 7 PT. Colorpark Indonesia, Tbk 0,2000 0,3125 0,3030 8 PT.Semen Gresik (PERSERO), Tbk 0,0000 0,5017 0,5059 9 PT.Sumi Indo Kabel, Tbk 0,2414 0,3953 0,3918 10 PT.Metrodata Electronics, Tbk 0,3000 0,2143 0,0667 11 PT.Indo Kordsa,Tbk 0,2927 0,7241 0,5924 12 PT.Tunas Ridean, Tbk 0,3125 0,4044 0,9545 13 PT.United Tractor, Tbk 0,2607 0,2863 0,2750

14 PT. Merck, Tbk 0,5177 0,5757 1,2151

15 PT.Tempo Scan Pacific, Tbk 0,4098 0,4032 0,2113 Sumber: Lampiran 3

Dari tabel di atas diketahui bahwa mulai tahun 2006-2008 untuk Devidend Payout Ratio pada tahun 2006 PT.Multi Bintang Indonesia,Tbk mencatat nilai paling tinggi sebesar 0,7560, pada tahun 2007 PT. Sepatu Bata, Tbk mencatat


(5)

Anoraga, Panji dan Piji Pakarti, 2001. Pengantar Pasar Modal, Edisi Revisi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Astuti Dewi, 2005, Manajemen Keuangan Perusahaan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Baridwan, 2000, Intermadiate Acconting, Penerbit BPFE, Yogyakarta Belkaoui, 2000, Teori Akuntansi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Brown, Gordon T. (1996). Free Cash Flow Appraisal Better Way? The Appraisal Journal. Easterbrook, F. (1984). Two Agency-Cost Explanations of Dividends. American Economic Review. Vol 16.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy Fakhrudin M., 2001, Pasar Modal Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Dewi Sisca Christianty, 2008, Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Deviden, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 10, No 1. Fakhruddin,M dan Hadianto M.Sopian, 2001, Perangkat dan Model Analisis

Investasi Pasar Modal, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.

Gujarati, Damodar dan Zain Sumarno, 1995, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gitman, Lawrence J. (2003). Principles of Managerial Finance. 10th edition. Addison Wesley.

Gunawan Arif, 2009, “Kimia Farma minta dividen turun“. ( www.Bataviase.co.id, diakses tanggal 21 Desember 2009).

Hasnawati,Sri (2004). Pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan

kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta.

Disertasi. Universitas Padjadjaran

Hanafi Mamduh, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Penerbit AMP-YKPN, Jakarta.

Harahap Sofyan S, 2002, Analisis Kritis Atas Laporan Keeuangan, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Husnan Suad, 2004, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.


(6)

Jensen, Michael C. (1986). Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeovers. American Economic Review. May, vol. 76(2): 323-329. Lee dan Finerty. (1990). Corporate Finance Theory, Methods and Applications.

Harcourt Brace Jovanovich. USA.

Levy, H. dan Sarnat, M. (1990). Capital Investment and Financial Decision. Fourth edition. Prentice Hall.

Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Muslich Mohammad, 1994, Manajemen Keuangan Modern: Analisa,

Perencanaan dan Kebijaksanaan, Penerbit PAU-EK-UI, Jakarta.

Riyanto, 2003, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Jogyakarta.

Ross, S. (1977). The Determinant of Financial Structure: The Incentive Signaling Approach. Bell Journal of Economics. Spring: 23-40.

Rosdini, Dini. 2009. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividen Payout Ratio. Research Days, Fakultas Of Economic Padjajaran University, Bandung Satria Salusra, 1994, Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi

Kerugian Di Indonesia, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

Jakarta.

Sawir Agnes, 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Perusahaan, Penerbit Gramedia, Jakarta.

Sumarsono, 2002, Metode Penelitian Akuntansi, Edisi Revisi, BPFE, Jogyakarta. Sutrisno, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia,

Yogyakarta.

Smith, Ruchard L dan Kim, Joo Hyun. (1994). The Combined Effects of Free Cash Flow and Financial Slack of Bidder and Target Stock Returns.

Journal of Business. 17.

Uyara, Ali Sani dan Askam Tuasikal. (2003). Moderasi Aliran Kas Bebas terhadap Hubungan Rasio Pembayaran Dividen dan Pengeluaran Modal dengan Earnings Response Coefficients. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 6 No. 2.

Widarjono, Agus, 2005, Ekonometrika : Teori Dan Aplikasi, Edisi pertama, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.

Weston, J Fred & Brigham, Eugene F. (1993). Essentials of Managerial Finance. Weston, J Fred & Copeland, Thomas, 1992, Manajemen Keuangan, Edisi


Dokumen yang terkait

PENGARUH FREE CASH FLOW TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH FREE CASH FLOW TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2013.

0 4 13

PENGARUH FREE CASH FLOW TERHADAP DIVIDEND PAYOUT PENGARUH FREE CASH FLOW TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2001-2007.

0 4 11

ANALISIS FREE CASH FLOW, PROFITABILITAS,LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 74

ANALISIS FREE CASH FLOW, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 80

ANALISIS FREE CASH FLOW, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 74

ANALISIS FREE CASH FLOW, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 80

ANALISIS PENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO, ASSET STRUCTURE, PROFITABILITAS DAN FREE CASH FLOW TERHADAP REALISASI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 94

PENGARUH AGENCY COST, PROFITABILITY, DAN FREE CASH FLOW TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 98

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN PROFITABILITAS TERHADAP DIVIDEN PAYOUT RATIO PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 16

ANALISIS FREE CASH FLOW, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 21