ANALISIS PENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO, ASSET STRUCTURE, PROFITABILITAS DAN FREE CASH FLOW TERHADAP REALISASI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan oleh : 0613010008/FE/EA WINGKY L D POLLY

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh : 0613010008/FE/EA WINGKY L D POLLY

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

i

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi dengan judul : “Analisis Pengaruh Divident Payout Ratio, Asset Structure, Profitability, dan Free Cash Flow Terhadap Realisasi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia”. dengan baik.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE. MSi, selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 4. Ibu Dra. Ec. Eko Riyadi, MAks, selaku Dosen Pembimbing dan sekaligus

Dosen Wali yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan penulisan ini.


(4)

ii mahasiswa.

6. Bapak dan Ibu yang telah memberi semangat dan doa serta kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Seluruh staf di Bursa Efek Indonesia yang telah mengijinkan penulis melakukan penulisan di Bursa Efek Indonesia dan telah memberikan data-data perusahaan yang dibutuhkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas kebaikan dengan limpahan Rahmat-Nya yang berlipat ganda, Amin.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi akademika UPN “Veteran” umumnya, serta bagi mahasiswa Program Studi Akuntansi khususnya.

Surabaya, Mei 2010


(5)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 14

2.2.1. Laporan Keuangan ... 14

2.2.2. Jenis Laporan Keuangan ... 15

2.2.3. Sifat Laporan Keuangan ... 16

2.2.4. Tujuan Laporan keuangan ... 17

2.2.5. Tujuan Laporan Keuangan Menurut SAK ... 18

2.2.6. Pengertian Leverage Keuangan ... 19


(6)

iv

2.4. Kebijakan Deviden ... 25

2.4.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen 26 2.4.2. Berbagai Kebijakan Deviden ... 28

2.4.3. Struktur Aktiva (Asset Structure) ... 29

2.4.4. Profitabilitas ... 29

2.4.5. Free Cash Flow ... 30

2.4.6. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan ... 30

2.4.7. Pengaruh Struktur Asset (Asset Structure) Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan ... 31

2.4.8. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan ... 32

2.4.9. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan ... 33

2.5. Kerangka Konseptual ... 33

2.6. Hipotesis ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 35

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 37

3.2.1. Populasi ... 37


(7)

v

3.3.2. Sumber Data ... 39

3.3.3. Pengumpulan Data ... 39

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 40

3.4.1. Uji Normalitas ... 40

3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 40

3.4.3. Teknik Analisis ... 43

3.4.4. Uji Hipotesis ... 44

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 47

4.1.1. PT. Bekasi Asri Pemula Tbk ... 47

4.1.2. PT. Bumi Serpong Damai Tbk ... 48

4.1.3. PT. Bakrieland Development Tbk ... 49

4.1.4. PT. Ciputra Surya Tbk ... 50

4.1.5. PT. Duta Pertiwi Tbk ... 51

4.1.6. PT. Gowa Makassar Tourism Development Tbk... 52

4.1.7. PT. Metro Supermarket Realty Tbk ... 53

4.1.8. PT. Pudjiadi Prestige Limited Tbk ... 55

4.1.9. PT. Ciputra Property Tbk ... 56

4.2. Analisis Hasil Penelitian... 57

4.2.1. Kebijakan Hutang Perusahaan (Y) ... 57


(8)

vi

4.2.5. Free Cash Flow (X4) ... 62

4.3. Analisis dan Uji hipotesis ... 64

4.3.1. Uji Normalitas ... 64

4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 65

4.3.3. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 67

4.3.4. Uji F dan Uji t ... 68

4.3.4.1. Uji F ... 68

4.3.4.2. Uji t ... 70

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

4.4.1. Implikasi ... 72

4.4.2. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ... 76

4.4.3. Keterbatasan Penelitian ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 79

5.1. Kesimpulan ... 79

5.2. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA


(9)

vii

Tabel 1.1. Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Mengalami

Perubahan Kebijakan Hutang Periode 2005-2008 ... 5

Tabel 3.1. Kriteria Uji Durbin Watson ... 43

Tabel 4.1. Data Debt to Equity Ratio Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 Sampai Tahun 2008 58 Tabel 4.2. Data Dividend Payout Ratio Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 Sampai Tahun 2008 59 Tabel 4.3. Data Asset Structure Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 Sampai Tahun 2008 60 Tabel 4.4. Data Profitabilitas Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 Sampai Tahun 2008 61 Tabel 4.5. Data Free Cash Flow Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2005 Sampai Tahun 2008 63 Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas... 64

Tabel 4.7. Nilai VIF (Variance Inflation Factor) ... 65

Tabel 4.8. Hasil Pengujian Glejser ... 66

Tabel 4.9. Hasil Uji Durbin Watson ... 66

Tabel 4.10. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 67

Tabel 4.11. Hasil Uji F ... 69

Tabel 4.12. Hasil Uji t ... 70 Tabel 4.13. Rangkuman Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu 77


(10)

viii


(11)

ix Lampiran 1 : Data Mentah Perusahaan Lampiran 2 : Data Penelitian

Lampiran 3 : Input Regresi dan Nilai Residual Lampiran 4 : Output Uji Normalitas

Lampiran 5: Output Uji Regresi Linier Berganda


(12)

x

DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh

Wingky L. D. Polly ABSTRAK

Suatu perusahaan menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan disisi lain juga membayarkan dividen kepada para pemegang saham tetapi kedua tujuan tersebut bertentangan. Sebab jika makin tinggi dividen yang dibayarkan kepada pemilik berarti semakin sedikit laba yang ditahan yang dapat dipergunakan sebagai modal sendiri pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menguji secara empiris apakah terdapat pengaruh antara Dividend Payout Ratio, Asset Structure, Profitability dan Free cash flow terhadap Kebijakan Hutang dan untuk mengetahui dan menguji secara empiris manakah diantara variabel Dividend Payout Ratio, Asset Structure, Profitability dan Free Cash Flow yang mempunyai pengaruh dominan terhadap Kebijakan Hutang.

Perusahaan Properti dan Real Estate yang go publik di BEI periode 2005-2008 merupakan populasi dari penelitian dan 9 perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar pada BEI pada tahun 2005-2008 yang dijadikan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel Dividend Payout Ratio (X1), Asset Structure (X2), Profitabilitas (X3) dan Free Cash Flow (X4) secara simultan dan parsial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan (Debt to Equity Ratio) (Y) sehingga hipotesis ke-1, 2, 3, 4 dan 5 tidak teruji kebenarannya.

Kata Kunci : Dividend Payout Ratio, Asset Structure, Profitability dan Free Cash Flow, Kebijakan Hutang Perusahaan (Debt to Equity Ratio)


(13)

1

1.1.Latar Belakang Masalah

Manajer dan pemegang saham selalu berbeda kepentingan, yang dikenal dengan konflik keagenan ( Jensen, 1986). Konflik keagenan akan mempengaruhi kedua pihak untuk memaksiksimalkan kesejahteraannya masing-masing. Kekhawatiran pemegang saham berkaitan dengan kendali atas sumber daya perusahaan yang dipegang oleh manajer, sehingga ada kemungkinan manajer akan mengambil keputusan yang merugikan pemegang saham untuk melakukan tindakan – tindakan yang memanfaatkan sumber daya perusahaan untuk kesejahteraannya sendiri. Pemegang saham berusaha mengatasi masalah tersebut dengan melakukan pengwasan terhadap manajer.

Biaya yang ditanggung pemegang saham untuk mengawasi manajer yang dikenal dengan Monitoring Cost, sangat besar. Menurut Jensen (1986) salah satu cara untuk memperkecil biaya pengawasan yang ditanggung oleh pemegang saham adalah dengan melibatkan pihak ketiga dalam pengawasan tersebut. Keterlibatan pihak luar akan mempersempit ruang gerak manajer untuk melakukan tindakan-tindakan dan mengambil keputusan yang menguntungkan dirinya sendiri.

Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan yang diputuskan manajer dan nilai perusahaan jangka panjang. Setiap kesempatan investasi menunjukkan


(14)

investasi perusahaan atau opsi pertumbuhan. Keputusan penting yang dihadapi oleh manajer (keuangan) dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal yaitu suatu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi hutang, saham preferen dan saham biasa. Dalam pelaksanaan dan pengembangan usaha, industri properti dan real estate memerlukan modal yang secara umum terdapat dua bentuk sumber pembiayaan pada perusahaan yaitu sumber pembiayaan internal perusahaan dan sumber pembiayaan eksternal.

Sumber intern yaitu dana yang berasal dari dalam perusahan yang berasal dari laba, dimana pemenuhan kebutuhan modal diambilkan dari dana yang dihasilkan oleh perusahaan sendiri. Dalam hal ini sumber intern sering disebut sebagai sumber utama untuk mendanai kegiatan operasioanal perusahaan. Namun seiring dengan perkembangan ekonomi serta tuntutan perkembangan usaha, dana yang berasal dari dalam perusahaan tersebut tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, perusahaan berusaha mencari tambahan dana yang berasal dari sumber ekstern yaitu dana yang berasal dari luar perusahaan dengan cara meminjam kepada kreditur atau melalui penerbitan saham.

Manajer harus mampu memghimpun dana baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar perusahaan secara efisien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Biaya modal yang timbul dari keputusan yang dilakukan oleh manajer. Ketika manajer


(15)

menggunakan hutang, maka biaya modal yang timbul sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur. Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas (Saidi, 2004:44).

Suatu perusahaan menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan disisi lain juga membayarkan dividen kepada para pemegang saham tetapi kedua tujuan tersebut bertentangan. Sebab jika makin tinggi dividen yang dibayarkan kepada pemilik berarti semakin sedikit laba yang ditahan yang dapat dipergunakan sebagai modal sendiri pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas. Persentase dividen yang dibayarkan terhadap laba bersih atau laba setelah pajak (earning after tax) disebut Dividend Payout Ratio.

Ross et al (2000) mendefinisikan bahwa Free Cash Flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada asset tetap. Free cash flow biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaaan kepentingan diantara kedua belah pihak, yaitu pemegang saham menginginkan sisa dana tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Manajer berkeinginan dana yang ada digunakan untuk


(16)

investasi pada proyek-proyek yang menguntungkan karena pada masa mendatang akan menambah insentif bagi manajer.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal (Saidi, 2004:48).

Menurut Riyanto (1995:22) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

Penelitian ini menggunakan data keuangan perusahaan Properti dan

Real Estate sebagai obyek penelitian dengan periode tahun penelitian mulai tahun 2005-2008. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya persaingan pada industri Properti dan Real Estate yang ditandai dengan semakin maraknya pembangunan di sektor perumahan saat ini, sehingga banyak perusahaan yang mengalami kenaikan hutang sebagai salah satu bentuk pengembangan usaha dengan membutuhkan dana tambahan. Dibawah ini merupakan data Perusahaan Properti dan Real Estate yang mengalami kenaikan hutang pada periode 2005-2008 :


(17)

Tabel 1.1. Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Mengalami perubahan kebijakan Hutang Periode 2005-2008

No NAMA PERUSAHAAN TAHUN KEBIJAKAN HUTANG

(DER)

1 PT. Bekasi Asri Pemula Tbk 2005 2006 2007 2008 0 183,74 2,79 1,19 2 PT. Bumi Serpong Damai Tbk 2005

2006 2007 2008 1,83 2,18 1,84 1,11 3 PT. Bakrieland

Development Tbk 2005 2006 2007 2008 1,01 0,79 0,36 0,7 4 PT. Ciputra Surya Tbk 2005

2006 2007 2008 0,97 0,64 0,41 0,44 5 PT. Duta Pertiwi Tbk 2005

2006 2007 2008 1,65 1,48 1,37 0,81 6 PT. Gowa Makassar Tourism

Development Tbk 2005 2006 2007 2008 2,54 2,33 2,21 2,09 7 PT. Metro Supermarket

Realty Tbk 2005 2006 2007 2008 0,47 0,32 0,29 0,26 8 PT. Pudjiadi Prestige

Limited Tbk 2005 2006 2007 2008 0,67 0,31 0,25 0,17 9 PT. Ciputra Property Tbk 2005

2006 2007 2008 1,7 0,65 0,12 0,08

Sumber : data olah

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa terjadi kenaikan hutang perusahaan Properti dan Real Estate selama 4 tahun berturut-turut pada periode 2005-2008. Permasalahannya yang timbul adalah apakah dividen


(18)

payout ratio berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan. Sebab Manajer perusahaan menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan di sisi lain juga membayarkan dividen kepada pemegeng saham tetapi kedua tujuan tersebut seringkali menjadi bertentangan. Jika makin tinggi dividen yang dibayarkan kepada para pemilik berarti semakin sedikit laba yang ditahan yang dapat dipergunakan sebagai modal sendiri sehingga pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas. Dimana pembayaran dividen akan mempengaruhi kebijakan pendanaan karena pembayaran dividen akan mengurangi cash flow perusahaan, akibatnya perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya akan mencari alternatif sumber pendanaan yang relevan melalui hutang.

Kemudian yang menimbulkan masalah adalah jika Profitability perusahaan rendah akan mengakibatkan meningkatnya hutang untuk kelangsungan operasi perusahaan. Dan selanjutnya adalah Asset Structure, structure asset yang ada pada perusahaan akan berpengaruh terhadap kebijakan hutang yang dilakukan oleh perusahaan. Jumlah kekayaan dapat dijadikan jaminan perusahaan, artinya kreditur akan lebih mudah memberikan pinjaman bila disertai dengan jaminan yang besar, pihak kreditor dalam mempertimbnagkan pemberian pinjaman akan memperhatikan Asset Structure.


(19)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraiakan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Pengaruh

Divident Payout Ratio, Asset Structure, Profitability dan Free Cash Flow

berpengaruh terhadap realisasi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI.

1.2.Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka permasalahan yang dapat di kemukakan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI?

2. Apakah Asset Structure berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI?

3. Apakah Profitability berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI?

4. Apakah Free Cash Flow berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI?

5. Manakah diantara variabel Dividend Payout Ratio, Asset Structure, Profitability dan Free Cash Flow berpengaruh dominan terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI?


(20)

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris apakah terdapat pengaruh antara Dividend Payout Ratio terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI.

2. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris apakah terdapat pengaruh antara Asset Structure terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI.

3. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris apakah terdapat pengaruh antara Profitability terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI.

4. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris apakah terdapat pengaruh antara Free Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI.

5. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris manakah diantara variabel

Dividend Payout Ratio, Asset Structure, Profitability dan Free Cash Flow

yang mempunyai pengaruh dominan terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI.


(21)

1.4.Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah pengatahuan tentang kabijakan hutang dan variabel yang dapat mempengaruhinya dalam hubungannya dengan struktur modal

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharpakan dapat memberikan tambahan referensi dan dapat memberikan ide untuk pengembangan teori lebih lanjut.

3. Bagi perusahaan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak manajemen perusahaan serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuta kebijakan hutang.

4. Bagi investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pertimbangan dalam membuat keputusan investasi, khususnya setelah mengetahui perilaku manajemen dalam perusahaan tersebut.


(22)

10 2.1. Penelitian Terdahulu

A. Wahidahwati (2002)

1. Judul: “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Intitusional pada Kebijakan Hutang : Sebuah Perspektif Theory Agency”

2. Rumusan Masalah:

Rumusan masalahnya adalah apakah Managerial Ownership dan Institutional Investor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang (struktur modal) perusahaan pada industry manufaktur yang Go Publik di BEJ?

3. Hasil Penelitian:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pengambilan kebijakan pendanaan, maka perusahaan yang menjadi sample telah melakukan kebijakan pendanaan kombinasi dari hutang modal sendiri. Dengan mempertimbangkan manajerial Ownership, serta Variable Control Firm Profit, maka perusahaan akan melakukan pemenuhan dana dengan modal sendiri khususnya dana internal dari laba ditahan. Selanjutnya bila sumber dari modal sendiri tidak mencukupi maka dengan mempertimbangkan variable Firm Size,


(23)

Asset Structure, Firm Growth, Tax Rate, Earning Volatility dan Stock Volatility.

B. Saidi (2004)

1. Judul: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strukture Modal pada Perusahaan Manufaktur Go Publik di BEJ tahun 1997-2002

2. Rumusan Masalah:

Rumusan masalahnya yaitu apakah Ukuran Perusahaan (Size), Risiko Bisnis (Business Risk), Pertumbuhan Aktiva (Growth of Assets), Profitabilitas (Profitability) dan Struktur Kepemilikan (Ownership Structure) berpengaruh terhadap modal baik secara simultan maupun parsial?

3. Hasil Penelitian:

1. Bahwa secara simultan Ukuran Perusahaan, Resiko Bisnis, Pertumbuhan Aktiva, Profitabilitas dan Struktur Kepemilikan Perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal.

2. Risiko bisnis tidak diperhatikan oleh manajer dalam pengambilan keputusan mengenai struktur modal, hal ini tampak dari pengaruh parsial dari resiko bisnis terhadap struktur modal yang tidak signifikan.

C. Novita Mega Natalia (2008)

1. Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang (Struktur Modal) Perusahaan Manufaktur yang Go Publik Di BEI


(24)

2. Rumusan Masalah :

1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara kepemilikan manejerial (Manajerial Ownership), kepemilikan institusional (Manajerial Institusional). Dividen payout, structure asset terhadap kebijakan hutang? 2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara

kepemilikan manajerial (Manajerial Ownership), kepemilikan institusional (manajerial Institusional). Deviden payout, structure asset terhadap kebijakan hutang? 3. Manakah diantara variable tersebut yang memiliki

pengaruh paling dominan terhadap hutang perusahaan? 3. Kesimpulan :

1. Bahwa kepemilikan manajerial (manajerial ownership), kepemilikan istitusional (manajerial Institusional). Dividen payout, structure asset berpengaruh secara nyata terhadap kebijakan hutang.

2. Bahwa tidak terdapat pengaruh secara parsial terhadap kepemilikan manajerial dan dividend payout ratio terhadap hutang.

3. Bahwa kepemilikan intitusional dan struktur asset berpengaruh secara parsial terhadap hutang perusahaan. 4. Bahwa variable bebas yang dominan pengaruhnya terhadap


(25)

D. Tarjo dan Jogiyanto (2003)

1. Judul : Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Publik di Indonesia. 2. Rumusan Masalah

1. Apakah Free Cash Flow berdampak terhadap kebijakan hutang pada perusahaan yang memiliki kesempatan investasi rendah?

2. Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi hubungan antara Free Cash Flow dan kebijakan hutang ?

3. Apakah kepemilikan manajerial yang merupakan alat pemonitoran pengganti berdampak langsung terhadap kebijakan hutang perusahaan?

3. Kesimpulan

1. Variable Free Cash Flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan yang memiliki kesempatan rendah investasi rendah

2. Variable ukuran perusahaan berhubungan positif dengan kebijakan utang secara statistic signifikan.

3. Variabel kepemilikan manajerial mampu digunakan untuk mengendalikan kas keagenan penggunaan hutang.


(26)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2001:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Bagi para analis, Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainyapun dilakukannya ia tidak akan dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahaan. Oleh karena itu maka yang paling penting adalah media laporan keuangan ini. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu.

Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan bagian laba ditahan atau laporan modal sendiri dan laporan perubahan posisi keuangan atau laporan sumber dan penggunaan dana. (Jumingan, 2008: 4)


(27)

2.2.2. Jenis Laporan Keuangan

Jenis laporan keuangan utama dan pendukung ini dapat disebutkan sebagai berikut (Harahap, 2001:106):

1. Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu.

2. Perhitungan Laba/Rugi yang menggambarkan jumlah hasil, Biaya dan Laba/Rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.

3. Laporan Sumber dan Penggunaan dana. Disini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode.

4. Laporan Arus Kas. Disini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam satu periode.

5. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang. 6. Laporan Laba Ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak

dibagikan kepada pemilik saham.

7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau Modal dalam perusahaan perseroan.

8. Dalam suatu kajian dikenal Laporan Kegiatan Keuangan. Laporan ini menggambarkan transaksi laporan kauangan perusahaan yang mampengaruhi kas atau ekuivalen kas.


(28)

2.2.3. Sifat Laporan Keuangan

Akutansi keuangan mamberikan informasi yang bersifat baku, terstandar dan bertujuan umum (General Purpose). Format informasinya sudah memiliki pola yang ditetapkan lembaga resmi yang berhak menyusun standart pelaporan akutansi. Di indonesia disebut SAK (Standar Akutansi Indonesia) dikeluarkan IAI. Laporan dari akutansi keuangan ini dilindungi dan diawasi oleh pemerintah karena ia menyangkut kepentingan umum. Laporan yang dikeluarkan akutansi keuangan dimanfaatkan masyarakat dalam menilai saham suatu perusahaan. Oleh karena itulah maka tidak bisa begitu saja dikeluarkan laporan yang dipercaya sebelum ada proses penyaksian (attest function) atau audit yang dilakukan oleh akuntan publik terdaftar yang juga kehadiranya diatur oleh pemerintah. Di Indonesia dimonitor oleh Departemen Keuangan dan IAI. (Harahap, 2001:127)

Kekuatan laporan keuangan menurut Harahap (2001:129) sebagai informasi untuk tujuan pemakai umum yang dipercaya pada saat yang sama juga mengandung kelemahan. Kelemahannya terletak pada informasi yang dikeluarkannya karena bersifat umum dan melayani semua pihak yang bisa memliki perbedaan dan preferensi terhadap suatu informasi. Bagi manajer yang mengelola kegiatan perusahaan keterbatasan “general purpose“ ini terletak pada kekuatan standar penyusunan yang baku tadi, karena dapat mendangkalkan informasi yang seharusnya diketahui secara lebih dalam, rinci dan komprehensif. Untuk maksud pengambilan


(29)

keputusan sehari-hari, manajer tertentu tidak merasa cukup dengan informasi yang ada. Ia perlu informasi daru berbagai sumber dan dari sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu dia tidak bisa terikat dengan prinsip penyusunan laporan yang diatur oleh SAK tadi. Dari sinilah muncul akutansi manajemen.

2.2.4. Tujuan Laporan keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut berbagai sumber dapat dilihat penjelasan di bawah ini :

Prinsip Akutansi Indonesia (1984) dalam Harahap (2001:132) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan itu adalah sebagai berikut : 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya

mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2. Untuk memberikan inforamasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dala rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan keuangan yang membantu para pemakai laporan didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivasi pembiayaan dan investasi.


(30)

5. Untuk mengukapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akutansi yang dianut perusahaan.

APB Statement No 4 (AICPA) menggambarkan tujuan laporan keuangan dengan membaginya menjadi dua yaitu :

1. Tujuan umum

“Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akutansi yang diterima” 2. Tujuan khusus

“Memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi lainnya yang relevan”.

2.2.5. Tujuan Laporan Keuangan Menurut SAK

Menurut Harahap (2001:134), tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagaian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum


(31)

menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

2.2.6. Pengertian Leverage Keuangan

Menurut Riyanto (1995:331) leverage dimaksudkan untuk mengukur sampel seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Sartono (2001:120) menyatakan bahwa Financial Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunayi leverage berarti meggunakan modal sendiri 100%. Penggunaan utang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi yaitu :

1. Pemberian kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan.

2. Dengan menggunakan utang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban


(32)

tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan ikut meningkat.

3. Dengan menggunakan utang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan.

2.3. Struktur Modal

2.3.1. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal perusahaan merupakan salah satu faktor fundamental dalam operasi perusahaan. Struktur modal suatu perusahaan ditentukan oleh kebijakan pembelanjaan (Financing Policy) dari manajer keuangan yang senantiasa dihadapkan pada pertimbangan baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang mencakup tiga unsur penting, yaitu (Harnanto, 1995:306 dalam Muhammad Rizal, 2002) :

1. Keharusan untuk membayar balas jasa atas penggunaan modal kepada pihak yang menyediakan dana tersebut, atau sifat keharusan untuk pembayaran biaya modal.

2. Sampai seberapa jauh kewenangan dan campur tangan pihak penyedia dana itu dalam mengelola perusahaan.

3. Resiko yang dihadapi perusahaan.

Fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi penting bagi perusahaan dalam kegiatan perusahaan. Dalam mengelola fungsi keuangan salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi


(33)

dan mengembangkan usahanya. Pemenuhan dana ini bisa bersumber dari dana sendiri, modal saham maupun dengan hutang, baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.

Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan berpengaruh terhadap resiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan meningkatkan Leverage maka perusahaan ini dengan sendirinya akan meningkatkan resiko keuangan perusahaan. Dan sebaliknya perusahaan harus memperhatikan masalah pajak, karena sebagian ahli berpendapat bahwa penggunaan modal yang berlebihan akan menurunkan tingkat Profitabilitas. Untuk itu sebagian manajer tidak sepenuhnya mendanai perusahaannya dengan modal tetapi juga disertai penggunaan dana melalui hutang baik itu hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang karena terkait dengan sifat penggunaan dari hutang tersebut yaitu bersifat mengurangi pajak.

2.3.2. Teori Struktur Modal a. Agency Theory

Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jansen dan William H. Meckling pada tahun 1976 (Horne dan Wachowicz, 1998 ;482 dalam Saidi, 2001), manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pedagang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada


(34)

agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi. Biaya agensi menurut (Horne dan Wachowic, 1998;482 dalam Saidi, 2001) adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham.

Menurut (Horne dan Wachowicz 1998;482 dalam Saidi, 2001), salah satu pendapat dalam teori agensi adalah siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti tanggungan pemegang saham. Sebagai misal, pemegang obligasi, mengantisipasi biaya pengawasan, serta membebankan bunga yang lebih tinggi. Semakin besar peluang timbulnya pengawasan, semakin tinggi tingkat bunga, dan semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang saham. Biaya pengawasan berfungsi sebagi diisensif dalam penerbitan obligasi, terutama dalam jumlah yang besar. Jumlah pengawasan yang diminta pemegang obligasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah obligasi yang beredar.

b. Signaling Theory

Isyarat atau signal menurut (Brigham dan Houston, 1999;36 dalam Saidi, 2001) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan


(35)

yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Dalam (Brigham dan Houston, 1999;36 dalam Saidi, 2001), perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

c. Asymmetric Information Theory

Asymmetric Information atau ketidaksamaan informasi menurut (Brigham dan Houston, 1999;35 dalam Saidi, 2001) adalah situasi di mana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. Asimetri informasi ini terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada para pemodal (Husnan, 1996;325 dalam Saidi, 2001). Dengan demikian, pihak manajemen mungkin berpikir bahwa harga saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal). Kalau hal ini yang diperkirakan


(36)

terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir untuk lebih baik menawarkan saham baru sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal dari yang seharusnya.

Tetapi pemodal akan menafsirkan kalau perusahaan menawarkan saham baru, salah satu kemungkinannya adalah harga saham saat ini sedang terlalu mahal (sesuai dengan persepsi pihak manajemen). Sebagai akibatnya para pemodal akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga yang lebih rendah. Karena itu emisi saham baru akan menurunkan harga saham.

d. Pecking Order Theory

Secara singkat teori ini menyatakan bahwa : (a) Perusahaan menyukai Internal Financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan), (b) Apabila pendanaan dari luar (eksternal financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target Debt to Equity Ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan. Menurut Myers (1996) perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan


(37)

penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada packing order theory adalah : Internal Fund (dana internal), Debt (hutang), dan Equity (modal sendiri) (Kaaro, 2003;53 dalam Saidi, 2001).

Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh “sorotan dan publisitas publik” sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru (Suad Husnan, 1996;325), hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan haraga saham lama. Kedua, manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal, dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan adanya informasi asimetrik antara pihak manajemen dengan pihak pemodal.

2.4. Kebijakan Deviden

Suatu perusahaan menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan di sisi lain juga membayarkan dividen kepada para pemegang saham tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan, sebab jika makin tinggi dividen yang dibayarkan kepada pemilik berarti semakin sedikit laba yang ditahan yang dapat dipergunakan sebagai modal sendiri


(38)

sehingga pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan perusahaan dalam menghasilkan profotabilitas. Presentase dividen yang dibayarkan terhadap laba bersih atau laba setelah pajak (Earning After Tax) disebut dengan dividend payout ratio.

Dengan demikian melalui pembayaran dividen (kebijakan dividen) adalah salah satu cara untuk mangurangi agency cost karena konflik antara manajemen dengan pemegang saham akan berkurang Easterbrook (1984) dalam jurnal Ismiyati dan Hanafi (2003:268).

2.4.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Menurut Riyanto (1995:267) faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Posisi likuiditas perusahaan

Posisi kas atau likuiditas dari perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen merupakan cash outflow. Maka semakin kuat posisi likuiditas perusahaan berarti semakin besar lemempuan untuk membayar dividen.

2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang

Apabila suatu perusahaan akan memperoleh hutang baru atau menjual obligasi baru untuk membiayai perluasan perusahaan, sebelumnya harus sudah direncanakan bagaimana caranya untuk


(39)

membayar kembali hutang tersebut. Hutang dapat dilunasi pada hari jatuh temponya dengan mengganti hutang tersebut dengan hutang baru atau alternative dengan cara perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi hutang tesebut.

3. Tingkat pertumbuhan perusahaan

Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan “earning”nya dari pada dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham.

4. Pengawasan terhadap perusahaan

5. Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber intern saja dengan alasan jika dibiayai dengan dana yang berasal dari penjualan saham baru akan melemahkan control dari kelompok dominan di dalam perusahaan. Demikian pula jika dibiayai dengan utang akan membesar risiko financialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha memperhankan control terhadap perusahaan berrarti akan mengurangi Dividend Payout Ratio.


(40)

2.4.2. Berbagai Kebijakan Deviden

Menurut Riyanto (1995:269) macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain :

1. Kebijakan dividen yang stabil

2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu.

3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan

4. Kebijakan dividen yang fleksibel.

Teori kebijakan dividen menurut Myron Gordon dan John Litner mengemukakan bahwa tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor akan meningkatkan sebagai akibat penurunan pembayaran dividen. Investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain. Teori Gordon-Lintner ini dikenal dengan nama “Bird in the Hand Theory”. Gordon –Lintner beranggapan bahwa investor memandang satu burung ditangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara. Mereka berpendapat bahwa kemungkinan capital gains yang diharpakan lebih besar resikonya disbanding dividend yield yang pasti (Sartono, 2001 :284).


(41)

2.4.3. Struktur Aktiva (Asset Structure)

Besar kecilnya jenis-jenis aktiva yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam perusahaan juga ditentukan atau dipengaruhi oleh jenis-jenis dan jumlah dari sumber-sumber peermodalan yang digunakan untuk membiayainya (Riyanto, 1995:298). Pada perusahaan, untuk mengetahui komposisi aktiva digunakan rumus rasio anatar aktiva lancar dan aktiva tetap. Oleh karena itu komposisi aktiva perusahaan merupakan unsur penting yang harus dipertimbangkan didalam perusahaan usaha mengatur tingkat risiko finasial yang bersangkutan dengan struktur permodalannya, seperti halnya pasiva yang menggambarkan sumber-sumber permodalan dengan pihak siapa perusahaan itu memperoleh modalnya.

2.4.4. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemempuan perusahaan dalam memperoleh laba. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal (Saidi, 2004:48). Profitabilitas dinyatakan dalam rasio, rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.


(42)

2.4.5. Free Cash Flow

Ross et al. (2000) mendefinisikan bahwa free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada asset tetap. Free cash flow biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan kepentingan dinatara kedua belah pihak, yaitu pemegang saham menginginkan sisa dana tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Manajer berkeinginan dana yang digunakan untuk investasi pada proyek-proyek yang menguntungkan karena pada masa mendatang akan menambah insentif bagi manajer. Free cash flow belum banyak mendapat perhatian di Indonesia karena perusahaan-perusahaan tidak melaporkan secara aksplisit. Berbeda dengan praktik di Amerika Serikat, free cash flow sudah cukup mendapat perhatian terbukti telah ada badan independen seperti Value Line Investment Survey yang mengumumkan free cash flow secara yang dimiliki yang dimiliki perusahaan.

2.4.6. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan.

Kebijakan dividen (dividend payout) berkaitan dengan keputusan mengenai seberapa besar laba perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham atau menahannya untuk diinvestasikan kembali ke dalam


(43)

perusahaan. Apabila dividen yang dibayarkan semakin tinggi, maka dana yang tersedia untuk reinvestasi akan semakin rendah. Perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah besar maka untuk membiayai investasinya diperlukan tambahan dana melalui hutang sehingga kebijakan dividen mempengaruhi kebijakan hutang secara searah (Ismiyanti dan Hanafi, 2003:264), sedangkan menurut Wahidahwati (2002:10) menyatakan bahwa pembayaran dividen muncul sebagai pengganti utang di dalam struktur modal, pembayaran dividen akan mengurangi sumber-sumber dana yang dikendalikan oleh manajer, sehingga mengurangi kekuasaan manajer dan membuat pembayaran dividen mirip dengan monitoring capital market yang terjadi jika perusahaan memperoleh modal baru sehingga mengurangi biaya keagenan.

2.4.7. Pengaruh Struktur Asset (Asset Structure) Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan

Struktur asset yang ada pada perusahaan akan berpengaruh terhadap kebijakan hutang yang dilakukan oleh perusahaan. Jumlah kekayaan dapat dijadikan jaminan perusahaan, artinya kreditur akan lebih mudah memberikan pinjaman bila disertai dengan jaminan yang besar, maka akan mengurangi risiko kebangkrutan. Perusahaan yang struktur aktivanya lebih fleksibel akan cenderung menggunakan hutang lebih besar dari pada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel karena kreditur akan member pinjaman bila ada jaminan (Wahidahwati, 2002:10)


(44)

2.4.8. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan

Profitabilitas akan berpengaruh terhadap kebijakan suatu perusahaan. Jika keuntungan yang diperoleh perusahaan rendah maka tingkat kebijakan hutang perusahaan akan semakin tinggi, hal ini disebabkan perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya dan sebaliknya jika keuntungan yang diperoleh perusahaan semakin tinggi maka tingkat kebijakan hutang perusahaan akan semakin rendah dikarenakan perusahaan mengalokasikan keuntungan untuk sumber dana internal (Saidi, 2004:48).

Menurut (Arifin, 2005:78) apapun jenis industrinya, perusahaan yang paling tinggi profitabilitasnya adalah yang porsi hutang paling rendah. Maka dalam suatu industry profitabilitas berhubungan terbalik dengan leverage.

Pecking order theory dalam Saidi (2004:46) yang dikenalkan pertma kali oleh oleh Donalson pada tahun (1961) secara singkat teori ini menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan), apabila pendanaan dari luar di perlukan maka perusahaan barulah akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi baru akhirnya apabila masih belum mencukupi barulah saham baru diterbitkan.


(45)

2.4.9. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Menurut Jensen (1986) menyatakan bahwa perusahaan dengan free cash flow besar cenderung akan mempunyai level hutang yang lebih akan menurunkan agency cost free cash flow. Penurunan tersebut menurunkan sumber-sumber discreationary, khususnya aliran kas dibawah kendali menajemen. Disisi lain, perusahaan dengan tingkat free cash flow rendah akan mempunyai level utang rendah sebab mereka tidak harus mengandalkan utang sebagai mekanisme untuk menurunkan agency cost of free cash flow.

2.5. Kerangka Konseptual

Dari teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat membantu peneliti membuat kerangka pikir penelitian yang didukung oleh premis-premis sebagai berikut :

a. Premis 1

Perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah besar maka untuk membiayai investasinya diperlukan tambahan dana melalui hutang sehingga kebijakan dividen mempengaruhi kebijakan hutang secara searah (Ismiyati dan Hanfi, 2003:264).

b. Premis 2

Asset structure mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan debt ratio (Wahidahwati, 2002:5)


(46)

c. Premis 3

Profitabilitas mempunyai hubungan yang negative dan pengaruh yang signifikan terhadap Debt Ratio. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi diharapkan dapat menghasilkan dana untuk menutup investasi yang dilakukan tanpa menggunakan hutang (Saidi, 2004:48)

d. Premis 4

perusahaan dengan Free Cash Flow besar cenderung akan mempunyai level hutang yang lebih akan menurunkan Agency Cost Free Cash Flow (Jensen, 1986)

2.6. Hipotesis

1. Diduga bahwa terdapat pengaruh antara Dividend Payout Ratio terhadap kebijakan hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI

Dividend Payout Ratio (X1)

Asset Structure (X2)

Profitabilitas (X3)

Free Cash Flow (X4)

Kebijakan Hutang (Y)


(47)

2. Diduga bahwa terdapat pengaruh antara Asset Structure terhadap kebijakan hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI

3. Diduga bahwa terdapat pengaruh antara Profitabilitas terhadap kebijakan hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI

4. Diduga bahwa terdapat pengaruh antara Free Cash Flow terhadap kebijakan hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI.

5. Diduga bahwa variable profitability mempunyai pengaruh yang dominan daripada Asset Structure, Profitabilitas, dan Free Cash Flow terhadap kebijakan hutang Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI.


(48)

36

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Variabel terikat (Y) adalah Kebijakan Hutang Perusahaan

Rasio kabijakan hutang yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio.

Rasio ini digunakan untuk menggambarkan kebijakan hutang perusahaan.Rumusnya :

DER = 100%

Equity Hutang Total

×

2. Variabel bebas (X) yang digunakan terdiri dari :

a. Dividend Payout Ratio (X1

Dividen menunjukkan seberapa besar laba perusahaan dibagikan kepada pemegang saham. Variable ini diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR). Laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen yang merupakan rasio antara dividen yang dibayarkan dengan laba setelah pajak (earning after tax) rumusnya :

)

Dividend Payout Ratio (DPR) = 100% Tax

After Earning

Dividen

×

b. Asset Structure (X2

Variable ini diukur dengan menggunakan hasil bagi antara Fixed asset terhadap total asset (Wahidahwati, 2006:6) rumusnya:


(49)

Asset = 100% Asset Total Asset Fixed × c. Variabel Profitabilitas (X3

Profitabilitas didefinisikan sebagai kemempuan perusahaan dalam memperoleh laba. Variabel ini diukur dengan perbandingan antara laba operasi dengan aktiva, rumusnya:

Profitabilitas =

) % 100 Asset Total Income Operating × d. Free Cash Flow (X4

Free Cash Flow merupakan kelebihan yang diperlukan untuk mendanai semua proyek yang memiliki net present value positif. Free cash flow dihitung dengan menggunakan rumus Ross et al (2000), yaitu:

FCF

)

it = AKOit-PMit-NWCit

Keterangan : FCFit =Free Cash Flow

AKOit=Aliran kas operasi perusahaan i pada tahun t PMit =Pengeluaran modal perusahaan i pada tahun t NWCit

3.2. Teknik Penentuan Sampel

= Modal Bersih Perusahaan i pada tahun t

3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya


(50)

(Sugiyono, 2003 : 55). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah perusahaan Properti dan Real Estate yang go publik di BEI periode 2005-2008 sebanyak 47 perusahaan.

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Dari sejumlah populasi yang di jadikan obyek penelitian di ambil sampel sebanyak 9 perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar pada BEI pada tahun 2005-2008. Dalam penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan atas tujuan tertentu (Sugiyono, 2003:61), dengan pertimbangan dan kriteria tertentu, antara lain:

1. Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia.

2. Memiliki laporan keuangan lengkap selama periode 2005-2008. 3. Mengalami kenaikan hutang selama peride 2005-2008.

Berdasarkan Kriteria diatas, maka jumlah perusahaan yang memenuhi persyaratan dalm penelitian ini berjumlah 9 perusahaan selama periode penelitian 2005-2008, yaitu sebagai berikut:

1. PT. Bekasi Asri Pemula Tbk. 2. PT. Bumi Serpong Damai Tbk. 3. PT. Bakrieland Development Tbk. 4. PT. Ciputra Surya Tbk.

5. PT. Duta Pertiwi Tbk.

6. PT. Gowa Makassar Tourism Development Tbk. 7. PT. Metro Supermarket Realty Tbk

8. PT. Pudjiadi Prestige Limited Tbk 9. PT. Ciputra Property Tbk


(51)

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diambil untuk memperoleh bahan atau keterangan data dengan cara mempelajari serta mencatat dari data dokumen dan laporan keuangan dari masing–masing perusahaan yang diserahkan dari BEI. Adapun data sekunder yang diambil, meliputi:

1. Data perkembangan kebijakan hutang perusahaan Property dan Real Estate yang diteliti yaitu periode 2005 – 2008.

2. Laporan keuangan perusahaan Property dan Real Estate yang diteliti per 31 Desember selama periode 2005 – 2008.

3.3.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini data sekunder tersebut berupa laporan keuangan Property dan Real Estate Tahun 2005-2008 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, selama 4 tahun ICMD (Indonesia Capital Market Directory).

3.3.3. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang pergunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Teknik pengumpulan data secara dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen – dokumen dengan cara mencari dan mengumpulkan data dengan mengambil data –


(52)

data yang sudah dipublikasikan oleh pemerintah, industri atau sumber – sumber individual. Data ini diambil atau digunakan sebagian dari data yang telah di catat atau dilaporkan.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak, untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan metode Komolgorov Smirnov (Sumarsono 2004:40).

Pedoman dalam mengambil keputusan adalah:

a. Nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.

b. Nilai signifikan (nilai probabilitas) lebih dari 5%, maka distribusi adalah normal.(Sumarsono, 2004:43).

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus di penuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda, yaitu :

a. Tidak boleh ada autokorelasi. b. Tidak boleh ada multikolinieritas


(53)

c. Tidak boleh ada heterokedastisitas.

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.

1. Multikolinieritas

Tujuan uji multikolinieritas adalah menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. karena dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi apakah terjadi multikolinieritas atau tidak, dapat digunakan uji multikolinieritas. (Ghozali, 2006: 91).

Menurut Ghozali (2006: 91), deteksi adanya multikolinieritas adalah multikolinieritas dapat dilihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya.tolerance mengukur nilai variabilitas variabel inpenden yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama nilainya dengan VIF tinggi (karena VIF = 1 / Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adannya multikolinieritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.


(54)

2. Heterokedastisitas

Tujuan uji ini heterokedastisitas adalah menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Diantara cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah menggunakan Uji Glejser (Ghozali, 2006: 108).

Menurut Ghozali (2006: 108), deteksi adanya heterokedastisitas adalah :

- Nilai probabilitas > 5% tidak mengandung adanya heterokedastisitas.

Nilai probabilitas < 5 % mengandung adanya heterokedastisitas 3. Autokorelasi

Tujuan uji autokorelasi ini adalah untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara korelasi penganggu pada tahun ini dengan periode tahun sebelumnya. Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji Durbin Watson. (Ghozali, 2006: 95).


(55)

Untuk mendiagnosa adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3.1 : Kriteria Uji Durbin Watson Nilai d Kesimpulan

0 < d < dL Ada autokorelasi positif dL ≤ d ≤ dU Tidak ada kesimpulan dU < d < 4-dU Tidak ada autolorelasi 4-dU≤ d ≤ 4-dL Tidak ada kesimpulan 4-dL < d < 4 Ada autokorelasi negatif

Gambar 3.1 : Kurva Uji Autolorelasi

3.4.3. Teknik Analisis

Teknik analisa yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Dikarenakan dalam analisis pemilihan regresi linier berganda dapat menerangkan ketergantungan satu variabel terikat (Y) yaitu Kebijakan Hutang dengan satu atau lebih variabel bebas (X), yang meliputi empat variabel bebas yaitu DPR, AS, Profitability dan Free Cash Flow.

Ada autokorelasi positif

Daerah keragu-raguan

Daerah keragu-raguan

Ada autokorelasi negatif

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada autokorelasi negatif


(56)

Sesuai dengan tujuan dan hipotesis yang diajukan peneliti, maka kaitan antara variabel penelitian dapat digunakan kedalam model sebagai berikut :

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + ei Keterangan :

Y : Kebijakan Hutang

X1 : Dividend Payout X2 : Asset Structure X3 : Profitabilitas X4 : Free Cash Flow

β : Konstanta

β1,β2, : Koefisien Regresi ei

3.4.4. Uji Hipotesis

: Variabel Pengganggu

a. Uji kecocokan model

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menganalisis kecocokan model yang digunakan dengan variabel Dividend PayoutRatio (X1), Asset Structure (X2), Profitabilitas (X3) dan Free Cash Flow (X4

1) H

) terhadap Kebijakan Hutang (Y) digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut:

0 : bj = 0 ( tidak terdapat pengaruh X1, X2, X3 , ... H

terhadap Y) 1 : bj ≠ 0 ( terdapat pengaruh X1, X2, ... terhadap Y )


(57)

2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.

3) Dengan F hitung sebesar :

F hit =

( )

(

)

(

)

k n R k R − − 2 −

2

1

1

Keterangan :

F hi t= F hasil perhitungan R2

4) Kriteria pengujian sebagai berikut : = koefisien regresi

k = jumlah variabel n = jumlah sampel

a. Apabila nilai probabilitas ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

b. Apabila nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1

b. Uji t

diterima

Digunakan untuk melihat pengaruh masing – masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan prosedur sebagai berikut :

1. H0 : β1,β2, = 0 ( tidak ada pengaruh X1,X2 H

,... terhadap Y) 1 : β1,β2, ≠ 0 ( ada pengaruh X1,X2

2. Tingkat signifikan = 10 % dengan derajat bebas = ( n-k ), dimana n : jumlah data dan k : jumlah variabel bebas


(58)

3. t hitung

( )

i i

Se β β

=

Keterangan :

t hitung : t hasil perhitungan βi : Koefisien regresi Se(βi) : Standart error 4. Kriteria pengujian :

a. Apabila nilai probabilitas ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

b. Apabila nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima


(59)

47

4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. PT. Bekasi Asri Pemula Tbk

PT Bekasi Asri Pemula (Perusahaan) didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 909 tanggal 20 Oktober 1993 dibuat dihadapan Ny. Hj. Nazli Alida Lubis, S.H. notaris di Bekasi. Akta Pendirian telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-4547.HT.01.01.Th.94 tanggal 11 Maret 1994 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 54 tanggal 8 Juli 1994, Tambahan No. 4097/1994. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, dan perubahan anggaran dasar terakhir No. 30 tanggal 28 Pebruari 2007 diadakan Risalah Rapat mengenai peningkatan modal dasar saham dan modal ditempatkan berdasarkan akta No. 30 yang dibuat di hadapan Drs. Wijanto Suwongso, S.H., notaris di Jakarta dengan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tanggal 5 April 2007 dengan No. W7-03629 HT.01.04-TH.2007. Dan perubahan anggaran dasar terakhir berdasarkan akta No. 160 tanggal 29 Oktober 2007 tentang Risalah Rapat atas perubahan susunan pengurus yang dibuat di hadapan Drs. Buntario Tigris, S.H, S.E, M.H, Notaris di Jakarta. Dan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tanggal 1 Nopember 2007 dengan No. C-01935


(60)

HT.01.04-TH.2007 serta: berdasarkan Surat Keterangan Perum Percetakan Negara RI tanggal 6 Desember 2007 menyatakan bahwa akan diumumkan dalam Berita Negara RI No. 101 tanggal 18 Desember 2007, Tamabahan No. 12316/2007.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha Perusahaan adalah dalam bidang real estat, perdagangan, pembangunan, industri, percetakan, agrobisnis, pertambangan dan jasa angkutan. Perusahaan mulai melakukan kegiatan komersial sejak tahun 2004 dan kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan sampai dengan saat ini adalah real estat. Perusahaan dan Anak Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor pusatnya beralamat di Gedung Tomang Tol Lt. 2, Jalan Arjuna Nomor 1, Tanjung Duren Selatan, Jakarta Barat.

4.1.2. PT. Bumi Serpong Damai Tbk

Perusahaan didirikan oleh 10 (sepuluh) perusahaan pengembang (“Para Pendiri”) yang tergabung sebagai pemegang saham Perusahaan, yaitu: PT Anangga Pertiwi Megah, PT Nirmala Indah Sakti, PT Serasi Niaga Sakti, PT Aneka Karya Amarta, PT Metropolitan Transcities Indonesia, PT Apta Citra Universal, PT Pembangunan Jaya, PT Bhineka Karya Pratama, PT Simas Tunggal Centre dan PT DIAN Swastatika Sentosa. Para Pendiri seperti tersebut di atas telah diberi izin lokasi dan izin pembebasan tanah dalam 10 (sepuluh) Surat Keputusan Pemberian Izin Lokasi berdasarkan Surat Keputusan Badan Pertanahan Nasional untuk


(61)

lokasi lahan yang terletak di Kecamatan Serpong, Kecamatan Legok dan Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang untuk keperluan pembangunan perumahan/kota baru. Surat-surat Keputusan Izin Lokasi tersebut di atas diberikan kepada Para Pendiri sebagai pihak yang tergabung dalam Perusahaan dan karenanya Para Pendiri telah mempercayakan Perusahaan untuk melaksanakan pembangunan perumahan/ kota baru agar mencapai pengembangan secara terencana dan terpadu sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota Serpong Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang No. 4 tahun 1989 tanggal 1 Juni 1989 dan perubahannya yang terakhir yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang No. 4 tahun 1996 tanggal 29 Agustus 1996.

4.1.3. PT. Bakrieland Development Tbk

PT Bakrieland Development Tbk. (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 12 Juni 1990 dengan Akta Notaris John Leonard Waworuntu, S.H., No. 209. Akta pendirian Perusahaan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2 1978.HT.01.01.TH.91 tanggal 31 Mei 1991 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 93, tanggal 19 Nopember 1991. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, antara lain, mengenai perubahan nama dari PT Elang Realty Tbk. menjadi PT Bakrieland Development Tbk. yang diaktakan dengan


(62)

Akta Notaris Harun Kamil, S.H., No. 29 tanggal 3 April 1997, yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-3097.HT.01.04.Th.97 tanggal 25 April 1997, dan perubahan terakhir dengan Akta Notaris Sutjipto, S.H.,M.Kn., No. 216 tanggal 23 Juni 2008 mengenai penyesuaian seluruh Anggaran Dasar sesuai dengan Undang-undang No.40/2007.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasarnya, Perusahaan bergerak dalam bidang pembangunan, perdagangan dan jasa, termasuk usaha jasa manajemen dan penyertaan pada perusahaan yang berhubungan dengan usaha real estat dan properti, serta dalam bidang infrastruktur. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor pusat Perusahaan berlokasi di Gedung Wisma Bakrie 1 Lantai 6 dan 7, Jalan H.R. Rasuna Said Kav. B1, Jakarta Selatan. Saat ini Perusahaan dan Anak perusahaan memiliki properti yang terletak di Jakarta, Bogor, Bali, Malang, Sukabumi, Bekasi,Lampung, Batam, Balikpapan dan Tangerang. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990.

4.1.4. PT. Ciputra Surya Tbk

PT Ciputra Surya Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 1 Maret 1989, berdasarkan Akta Notaris Hobropoerwanto, SH No.1. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-546.HT.01.01.TH.90 tanggal 3 Februari 1990, dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 86, Tambahan No. 4424


(63)

tanggal 26 Oktober 1990. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, diantaranya adalah berdasarkan Akta No. 50 tanggal 30 Mei 2007 yang dibuat dihadapan notaris Fathiah Helmi, SH, mengenai peningkatan modal dasar perusahaan dari Rp 800 milyar yang terbagi atas 3,2 milyar saham menjadi Rp 1.978 milyar yang terbagi atas 7,912 milyar saham. Akta perubahan terakhir adalah Akta Pernyataan keputusan RUPSLB no. 141 tanggal 24 Juni 2008 dari notaris DR. Misahardi Wilamarta, SH , MH, MKn , LLM, dimana para pemegang saham menyetujui untuk mengubah dan menyusun Anggaran Dasar Perseroan antara lain dalam rangka penyesuaian dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan di bidang Pasar Modal.

Sesuai dengan Pasal 3 dari Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan mencakup, antara lain, perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan penjualan kawasan perumahan (real estat), perkantoran, pertokoan dan pusat niaga beserta fasilitas-fasilitasnya. Perusahaan berkedudukan di Surabaya, Jawa Timur, dan proyeknya yaitu CitraRaya berlokasi di Lakarsantri, Surabaya. Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tanggal 1 Maret 1993.

4.1.5. PT. Duta Pertiwi Tbk

PT. Duta Pertiwi Nusantara (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta No. 45 tanggal 18 Maret 1982 dari Jahja Irwan Sutijono, S.H., notaris di


(64)

Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. C2-12-HT-01.04 th.86 tanggal 4 Januari 1986. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan akta No. 19 tanggal 17 Nopember 2005 dari Fathiah Helmi, S.H., notaries di Jakarta, mengenai perubahan nilai nominal saham. Perubahan anggaran dasar tersebut telah mendapatkan persetujuan dari menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. C-00098HT.01.04 TH 2006 tanggal 03 Januari 2006.

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi industri lem, barang-barang kimia dan pertambangan. Perusahaan berdomisili di Pontianak, Kalimantan Barat. Lokasi pabrik di Jl. Adisucipto Km. 10,6 Pontianak, sedangakan Kantor Pusat beralamat di Jl. Tanjungpura No. 263 D, Pontianak. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1987. Hasil Produksi Perusahaan dipasarkan di dalam negeri. Pada periode laporan yang disajikan tidak terdapat ekspansi maupun penciutan usaha.

4.1.6. PT. Gowa Makassar Tourism Development Tbk

PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 14 Mei 1991 berdasarkan akta notaris Haji Abdullah Ashal, S.H. No. 34 yang kemudian diubah dengan akta notaris Dorcas Latnan, S.H. NO. 5 tanggal 7 Agustus 1998. Akta pendirian dan perubahannya tersebut disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam suratnya No. C-2288 HT.01.01.Th


(65)

99. tanggal 3 Februari 1999 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia NO. 44 tanggal 1 Juni 1999, Tambahan No. 3221. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris Maria Josefina Grace Kawi Tandiari, S.H. No. 43 tanggal 22 Juni 2001, mengenai perubahan dalam proses penunjukan komisaris dan direksi Perusahaan dari setiap lima tahun menjadi setiap tahun. Akta pendirian dan perubahannya tersebut telah diterima oleh Menteri Kehakiman dalam suratnya No. C-14317.HT.01.04.Th.2001 tanggal 27 November 2001.

Sesuai dengan Pasal 3 anggaran Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang investasi dan pengembangan real estat dan properti. Perusahaan berdudukan di Makassar, Sulawesi Selatan dengan kantor pusat Perusahaan berlokasi di Jalan Metro Tanjung Bunga Kav. 3-5. Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tanggal 21 Juni 1997.

4.1.7. PT. Metro Supermarket Realty Tbk

PT Metro Supermarket Realty didirikan dengan nama PT Melawai Indah Plaza berdasarkan Akta Notaris Hadi Moentoro Sarjana Hukum No. 9 tanggal 7 Februari 1980 dan akta perubahan No. 16 tanggal 20 Mei 1980. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/277/15, tanggal 3 Juni 1980 dan telah didaftar pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 3055, tanggal 4


(66)

Juni 1980. Anggaran Dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, antara lain dengan Akta Notaris Sutjipto Sarjana Hukum No. 135, tanggal 27 Nopember 1992 mengenai perubahan nama perusahaan menjadi PT Metro Supermarket Realty. Perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-9916.HT.01.04.Th.92, tanggal 4 Desember 1992. Perubahan terakhir dengan Akta Notaris Nyonya Poerbaningsih Adi Warsito, Sarjana Hukum No. 259, tanggal 21 Oktober 1994 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-17054.HT.01.04.Th.94, tanggal 21 Nopember 1994. Perseroan dan anak perusahaan bergerak di bidang perdagangan pasar swalayan, sewa dan pengelolaan gedung, investasi dan pengembangan property dan real estat.

Kegiatan usaha komersial Perseroan dimulai sejak tahun 1982 yang berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat di Jl. H. Samanhudi, Jakarta. Perusahaan telah melakukan penawaran umum sejumlah 1.500.000 saham di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1991 sesuai dengan surat dari Ketua Bapepam No. S- 2096/PM/1991 tanggal 30 Nopember 1991. Pada tanggal 12 Agustus 1992, perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya (company listing) pada Bursa Efek Indonesia dan pada tanggal 19 April 1993, perusahaan telah membagikan saham bonus sejumlah 5.400.000 saham yang berasal dari agio saham. Pada tanggal 3 Desember 1993, perusahaan telah melakukan Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka


(67)

Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu kepada Pemegang Saham (Right Issue) sejumlah 7.560.000 saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham. Pada tanggal 28 Desember 1994, perusahaan telah membagikan saham bonus sejumlah 31.752.000 saham yang berasal dari agio saham.

Sesuai dengan Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham tanggal 14 Juni 1996 (Akta Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, S.H. No. 85) memutuskan untuk membatalkan pencatatan saham (delisting) di Bursa Efek Surabaya.

4.1.8. PT. Pudjiadi Prestige Limited Tbk

PT. Pudjiadi Prestige Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan Akte Notaris Miryam Magdalena Indriani Wiardi SH, No.21 tanggal 11 September 1980 dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.Y.A.5/156/12 tanggal 22 Januari 1983. Anggaran Dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham No.13 tanggal 30 September 2002 yang dibuat dihadapan Weliana Salim, SH, notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.C-19179.HT.01.04.Th 2002 tanggal 3 Oktober 2002. Perubahan anggaran dasar ini dilakukan dalam rangka Penawaran Umum Saham seri B melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) kepada masyarakat.


(68)

Sesuai dengan Pasal 2 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi bidang pembangunan perumahan, perkantoran dan apartemen. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1981. Pada saat ini, Perusahaan bergerak dalam bidang real estat, kontraktor dan penyewaan ruangan/apartemen. Perusahaan berkantor di Jayakarta Tower lt. 21 Jl. Hayam Wuruk 126 Jakarta. Website : www.pudjiadiprestige.co.id dan e-mail : prestige@cbn.net.id. Perusahaan menyewakan Apartement Jayakarta Plaza, Senopati Apartement, Kemang Apartment dan Prapanca Apartment. Perusahaan, melalui anak perusahaan juga memiliki Hotel Sol Elite Marbella yang berlokasi di Anyer, Banten, yang dikelola oleh management Sol Elite Group. Melalui anak perusahaan, Perusahaan juga memiliki proyek real estat di Highland Park.

4.1.9. PT. Ciputra Property Tbk

PT Ciputra Property (“Perusahaan”) didirikan dengan nama “PT Citraland Property” berdasarkan Akta Notaris R. Arie Soetardjo, S.H., No. 119 tanggal 22 Desember 1994, yang diperbaharui dengan Akta Notaris yang sama No. 27 tanggal 3 Februari 1995, dan disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. C2-2447.HT.01.01.TH.95 tanggal 16 Februari 1995 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 8, Tambahan No. 471, tanggal 28 Januari 2000. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan terakhir berdasarkan Akta Notaris Dr. Misahardi Wilamarta, S.H. MH. MKn. LLM,


(1)

Tabel 4.13: Rangkuman Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Obyek Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Wahidahwati

(2002)

Perusahaan manufaktur yang go public di BEJ

Managerial ownership dan instutional investor, kebijakan hutang (struktur modal)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pengambilan kebijakan pendanaan, maka perusahaan yang menjadi sample telah melakukan kebijakan pendanaan kombinasi dari hutang modal sendiri. Dengan mempertimbangkan manajerial ownweship, serta variable control firm profit, maka perusahaan akan melakukan pemenuhan dana dengan modal sendiri khususnya dana internal dari laba ditahan.

Selanjutnya bila sumber dari modal sendiri tidak mencukupi maka dengan mempertimbangkan variable firm size, asset structure, firm growth, tax rate, earning volatility dan stock volatility.

2 Saidi (2004)

Perusahaan Manufaktur Go Publik di BEJ

Ukuran perusahaan (size), risiko bisnis (business risk), pertumbuhan aktiva (growth of assets), profitabilitas (profitability) dan struktur kepemilikan (ownership structure), modal

Bahwa secara simultan ukuran perusahaan, resiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap structure modal

Risiko bisnis tidak diperhatikan oleh manajer dalam pengambilan

keputusan mengenai struktur modal, hal ini tampak dari pengaruh parsial dari resiko bisnis terhadap struktur modal yang tidak signifikan 3 Novita Mega

Natalia (2008)

Perusahaan Manufaktur yang Go Publik Di BEI

Kepemilikan manejerial (manajerial ownership), kepemilikan

institusional (manajerial Institusional). Dividen payout, structure asset, kebijakan hutang

Bahwa kepemilikan manajerial (manajerial ownership), kepemilikan istitusional (manajerial Institusional). Dividen payout, structure asset berpengaruh secara nyata terhadap kebijakan hutang.

Bahwa tidak terdapat pengaruh secara parsial terhadap kepemilikan manajerial dan dividend payout ratio terhadap hutang.

Bahwa kepemilikan intitusional dan struktur asset berpengaruh secara parsial terhadap hutang perusahaan. Bahwa variable bebas yang dominan pengaruhnya terhadap hutang perusahaan adalah struktur asset.


(2)

78

Lanjutan Tabel 4.13: Rangkuman Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Obyek Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 4 Tarjo dan

Jogiyanto (2003)

Perusahaan Publik di Indonesia

Free cash flow, ukuran perusahaan, kebijakan hutang perusahaan

Variable free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan yang memiliki

kesempatan rendah investasi rendah. Variable ukuran perusahaan

berhubungan positif dengan kebijakan utang secara statistic signifikan.

Variabel kepemilikan manajerial mampu digunakan untuk mengendalikan kas keagenan penggunaan hutang

5 Wingky L. D. Polly (2010)

Perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia

Dividend Payout Ratio, Asset Structure, Profitabilitas, Free Cash Flow, kebijakan hutang perusahaan

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Dividend Payout Ratio, Asset Structure,

Profitabilitas dan Free Cash Flow terhadap kebijakan hutang perusahaan

Sumber : Peneliti

4.4.3. Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang membawa dampak pada hasil penelitian yaitu pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling, sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini relatif sedikit yaitu sembilan perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia, yang dapat berdampak pada generalisasi hasil penelitian.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel Dividend Payout Ratio (X1), Asset Structure (X2), Profitabilitas (X3) dan Free Cash Flow (X4) secara simultan dan parsial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan (Debt to Equity Ratio) (Y), sehingga dapat disimpulkan bahwa :

1. Hipótesis ke-1 : “Diduga bahwa terdapat pengaruh antara dividend payout ratio terhadap kebijakan hutang pada perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI”, tidak teruji kebenarannya

2. Hipótesis ke-2 : “Diduga bahwa terdapat pengaruh antara asset structure terhadap kebijakan hutang pada perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI”, tidak teruji kebenarannya.

3. Hipotesis ke-3 : “Diduga bahwa terdapat pengaruh antara profitabilitas terhadap kebijakan hutang pada perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI”, tidak teruji kebenarannya.

4. Hipotesis ke-4 : “Diduga bahwa terdapat pengaruh antara free cash flow terhadap kebijakan hutang pada perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI”, tidak teruji kebenarannya.


(4)

80

5. Hipotesis ke-5 : “Diduga bahwa variabel profitability mempunyai pengaruh yang dominan daripada asset structure, profitabilitas dan free cash flow terhadap kebijakan hutang pada perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di BEI”, tidak teruji kebenarannya.

5.2. Saran

1. Bagi perusahaan, sebaiknya perusahaan mempertimbangkan Dividend

Payout Ratio, Asset Structure, Profitabilitas dan Free Cash Flow untuk

memenuhi kebutuhan pendanaannya melalui penggunaan hutang.

2. Bagi penelitian yang akan datang, hendaknya menambah variabel bebas lainnya seperti : Risiko Perusahaan yang diukur dengan Earning Before Interest and Taxes dan Penjualan, dikarenakan kedua variable tersebut sangat berpengaruh terhadap Net Income perusahaan yang dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur dalam penentuan kebijakan hutang perusahaan pada periode selanjutnya.


(5)

Anonim, 2008. Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Dan Skripsi Jurusan Akutansi UPN Jawa Timur.

Arifin, Zaenal, 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal Edisi Pertama. Penerbit Ekonisia. Yogyakarta.

Atmaja, Lukas setia, 2008. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Penerbit Andi Yogyakarta.

Bringham, Eugene F dan Huston, JF, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Cetakan Ke-4, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Ghozali, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, edisi 11, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Harahap, Sofyan Safri, 2002, Sistem Informasi Manajemen, Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Penerbit YKPN, Yogyakarta.

Ismiyati, Fitri dan Hanafi, Mamduh M. 2003. Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Istitusional, Resiko, Kebijakan Hutang dan Hutang dan

Kebijakan Deviden : Analisis Persamaan Simultan. Simposium Nasional

Akutansi VI

Itan, Iskandar, 2003. The Influence of Financial Performance to The Price of

LQ 45 Stock at Jakarta Stock Exchane. Simposium Nasional Akuntansi

VI. Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003.

Karsana, Yosef Widya dan Supriyadi, 2005. Analisis Moderasi Set Kesempatan Investasi Terhadap Hubungan Antara Kebijakan Dividen dengan

Tingkat Lverage Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis dan Ekonomi

Vol XI, No 2 September :243-253

Kasmir dan Jakfar, 2003, Studi Kelayakan Bisnis, Prenada Media. Jakarta Nazir, M.1988. Metode Penelitian Ghalia Indonesia, Indonesia.


(6)

Ross, Stephen A., Randolph W., dan Bradford, D. Jordan. 2000. Fundamentals of Corporate Finance. Irwin McGraw-Hill, Boston. Fifth Edition.

Saidi, 2004, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada

Perusahaan Manufaktur yang Go Publik di BEJ tahun 1997-2002.

Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol 1, No 1, Maret :44-58.

Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan teori dan Apilkasi dan keuangan modern ,Buku Satu, Penerbit Salemba Empat

Suharyadi dan Purwanto, 2003, Statistica Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Buku satu. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Sulaiman. Wahid, 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS. Penerbit Andi Yogyakarta

Wahidahwati, 2002. Pengaruh Pengaruh Kepemilikan Manjeerial dan Kepemilikan Intitusional pada Kebijakan Hutang : Sebuah Perspektif Theory Agency” .Jurnal Riset Akutansi Indonesia Vol 5 No 1 Januari :1-16.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI 2011-2013

2 94 91

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Return On Equity dan Managerial Ownership Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 46 97

PENGARUH FREE CASH FLOW TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH FREE CASH FLOW TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2013.

0 4 13

PENGARUH FREE CASH FLOW TERHADAP DIVIDEND PAYOUT PENGARUH FREE CASH FLOW TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2001-2007.

0 4 11

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN PROFITABILITAS TERHADAP DIVIDEN PAYOUT RATIO PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 84

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Return On Equity dan Managerial Ownership Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Return On Equity dan Managerial Ownership Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Return On Equity dan Managerial Ownership Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 15

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN PROFITABILITAS TERHADAP DIVIDEN PAYOUT RATIO PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 16

ANALISIS PENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO, ASSET STRUCTURE, PROFITABILITAS DAN FREE CASH FLOW TERHADAP REALISASI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 21