Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

BAB II
PENGATURAN PERUSAHAAN BERBASIS DISTRIBUSI PENJUALAN
LANGSUNG MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA

A. Tinjauan Umum Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung
1. Definisi perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung
Dilihat dari berbagai ciri sistem perusahaan berbasis distribusi penjualan
langsung, ada beberapa hal yang menurut hemat penulis memberikan pesona atau
daya tarik kepada mereka yang belum mendapat pekerjaan, atau mereka yang
sudah bekerja, dan ingin menambah penghasilannya. Dengan bekerja di sebuah
perusahaan konvensional, baik swasta maupun negeri, belum menjamin
peningkatan taraf hidup yang diharapkan, karena rendahnya tingkat gaji bagi para
pekerja di Indonesia. Sistem penjualan langsung merupakan aktivitas penjualan
barang atau produk secata langsung kepada konsumen, dimana aktivitas
penjualan tersebut dilakukan oleh seorang penjual langsung yang disertai
penjelasan, presentasi dan demo produk. 14
Multi Level Marketing (MLM) dikenal sebagai bisnis penjualan langsung
(direct selling), karena pelaksanaan penjualan produk dilakukan secara langsung
oleh wiraniaga kepada konsumen, tidak melalui perantara, tidak melalui
swalayan, kedai atau warung, tetapi langsung kepada pembeli. 15


14

R. Serfianto D., Iswi Hariyani, Cita Yustisia, Multi Level Marketing Money Game &
Skema Piramid (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2011), hlm. 15-16.
15
Yusuf Tarmizi, Strategi MLM Secara Cerdas dan Halal (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2000), hlm. 4.

21
Universitas Sumatera Utara

22

Penjualan langsung (direct selling) merupakan istilah formal yang
digunakan di dunia internasional dalam penyelenggaraan kegiatan usaha MLM.
Hal ini selain disebabkan karena faktor sejarah, juga karena perusahaan MLM
pada umumnya memiliki reputasi tergabung dalam Asosiasi Penjualan Langsung.
Asosiasi Penjualan Langsung tersebut salah satunya adalah Asosiasi Penjualan
Langsung Indonesia (selanjutnya disebut APLI) yang sekaligus termasuk anggota
Asosiasi Penjualan Langsung dunia yaitu WFDSA (World Federation of Direct

Selling Association). 16 Ketentuan mengenai penyelenggaraan penjualan langsung
di Indonesia diatur dalam Permendag 32/2008. Adapun defenisi dari penjualan
langsung berdasarkan Pasal 1 angka 1 Permendag 32/2008 adalah sebagai berikut
: 17
“Penjualan langsung (Direct Selling) adalah metode penjualan barang
dan/atau jasa tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan
mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan
hasil penjualan kepada konsumen di luar lokasi eceran tetap.”
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Permendag 32/2008 yang telah disebutkan
sebelumnya setiap perusahaan yang bergerak di bidang direct selling atau MLM
bekerja sama dengan mitra usahanya untuk mendapat keuntungan dengan cara
memberi uang ataupun barang sebagai imbalan kepada mitra usahanya dengan
menggunakan target ataupun diukur dari total hasil penjualan kepada konsumen
dan pengembangan jaringan pemasaran yang telah dicapai oleh mitra usahanya
tersebut.
16

Andrias Harefa, Menapaki Jalan DS-MLM (Yogyakarta: Gradien Books, Yogyakarta,
2007), hlm. 25.
17

Pasal 1 Permendag 32/2008

Universitas Sumatera Utara

23

2. Sejarah lahirnya perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung
Penjualan langsung telah dikenal sejak manusia melakukan pertukaran
dalam bentuk natura (barter barang dengan barang) hingga manusia mengenal
uang sebagai alat pembayaran yang dapat diterima secara umum. Pertukaran
dalam bentuk natura (barter barang dengan barang) merupakan aktivitas ekonomi
yang diterapkan dalam sistem ekonomi pasar. Sistem ini sebagai bentuk
pertukaran ekonomi yang mengiringi pertumbuhan perusahaan telah berkembang
pesat hingga menampilkan wajahnya yang paling modern yaitu MLM. 18
Istilah penjualan langsung (direct selling) memang lebih dulu muncul
dibanding MLM. Istilah penjualan langsung (direct selling) merujuk pada
aktivitas penjualan barang-barang atau produk langsung kepada konsumen,
dimana aktivitas penjualan tersebut dilakukan oleh seorang penjual langsung
(direct seller) dengan disertai penjelasan, presentasi atau demo produk. Praktekpraktek penjualan langsung (direct selling) sesungguhnya sudah berlangsung
sejak zaman dahulu kala. Esensinya adalah adanya tenaga penjual independen

yang menjualkan produk atau barang dari produsen tertentu kepada konsumen. 19
Penjualan langsung (direct selling) dalam bentuknya yang sekarang
pertama kali muncul dengan beroperasinya The California Perfume Company di
New York tahun 1886 yang didirikan oleh Dave McConnel. 20 McConnell inilah
yang memiliki ide mempekerjakan Mrs. Albee sebagai California Perfume Lady
yang pertama dengan cara menjual langsung kepada konsumen dari rumah ke
18

M. Fachrur Rozi, Kontroversi Bisnis MLM, Cetakan Pertama (Yogyakarta: Pilar Media,
2006), hlm. 14-15.
19
APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia, apli-blog.blogspot.co.id/2007/12/visidan-misi-apli-asosiasi-penjualan.html?m=1 (diakses pada tanggal 15 Februari 2016)
20
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

24

rumah. Perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi Avon pada tahun 1939,

sementara Mrs. Albee sendiri dianggap sebagai pioneer metode penjualan direct
selling.
Perkembangan berikutnya, muncul perusahaan Nutrilite tahun 1934 di
California dengan metode penjualan baru, yaitu memberi komisi tambahan pada
distributor independen yang berhasil merekrut, melatih, dan membantu anggota
baru itu untuk ikut menjual produk. Metode baru ini memungkinkan seorang
distributor terus merekrut anggota baru dengan kedalaman dan keluasan yang
tidak terbatas. Produk pertama yang mereka jual adalah vitamin dan makanan
tambahan Nutrilite. 21 Saat itu, Nutrilite Products Inc. merupakan salah satu
perusahaan di Amerika yang dikenal telah menggunakan metode penjualan secara
bertingkat. Dengan modal awal yang relatif tidak besar, seorang tenaga penjual
biasa mendapatkan penghasilan melalui dua cara. Pertama, keuntungan diperoleh
dari setiap program makanan tambahan yang berhasil dijual ke konsumen.
Kedua, dalam bentuk potongan harga dari jumlah produk yang berhasil dijual
oleh distributor yang direkrut dan dilatih oleh seorang tenaga penjual dari
perusahaan. Pada tahun 1945 direct selling mulai diperkenalkan oleh Karl
Ramburg. 22
Selanjutnya pada pertengahan tahun 1950, organisasi dalam perusahaan
Nutrilite mengalami guncangan. Momentum ini merupakan awal berdirinya
Amway pada tahun 1959. Amway didirikan oleh Rich DeVos dan Jay Van

Andel, berdasarkan suatu keyakinan, bahwa kesuksesan memasarkan suatu
21

Sejarah Sistem Jualan Langsung, http://www.drhafizosman.com/2012/02/sejarahsistem-jualan-langsung-multi.html (diakses pada tanggal 18 Februari 2016).
22
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

25

produk adalah menjualnya secara langsung kepada pelanggan. Berdasarkan
pengalaman berharga yang diperoleh dari Nutrilite, mereka memulai usaha yang
sederhana dengan menempati sebuah gudang di kota Ada, Michigan, dengan
produk awal LOC (Liquid Organic Cleaner), suatu cairan pembersih
biodegradable yang aman untuk lingkungan. Usaha ini kemudian berkembang
menjadi Amway Corporation, sebuah perusahaan yang berskala Internasional
berada di 80 negara dan teritori dengan metode penjualan yang sama, yang
kemudian lebih dikenal dengan metode penjualan MLM. Perkembangan sistem
MLM ini sangat sedikit dijadikan objek studi kaum akademis, termasuk dalam

aspek hukumnya.
Penjualan langsung (direct selling) memang memberikan kesempatan
kepada setiap orang, yang semula tidak diperhitungkan di dunia perdagangan.
Bisnis ini menawarkan kemudahan bagi setiap orang, dengan cara yang
sederhana, untuk menambah penghasilan mereka. Penjualan langsung (direct
selling) memperbolehkan orang berbisnis dengan produk atau jasa yang unik dan
inovatif, membawa mereka ke pasar tanpa mengeluarkan biaya iklan di media
masa yang sangat besar dan tanpa harus bersaing di toko-toko pengecer. Suatu
metode distribusi eceran dengan sentuhan pribadi yang sudah menyebar ke
seluruh pelosok dunia. 23 Dengan cara unik dan inovatif, penjualan langsung
(direct selling) telah menjadi metode penjualan yang sukses selama 50 tahun.
Nilai kegiatan usaha penjualan langsung (direct selling) melebihi 100 miliar dolar
AS dan lebih dari 40 juta rakyat diseluruh dunia bergabung dalam kegiatan usaha
23

M. Rozani PC, Mind Therapy for MLM (Jakarta: Penerbit Hikmah P.T Mizan Publika
Anggota IKAPI, 2007), hlm. 6.

Universitas Sumatera Utara


26

penjualan langsung (direct selling). 24 Dari 500 jutawan Amerika, 20 persennya
terlibat dalam kegiatan usaha penjualan langsung (direct selling). Dari 100
perusahaan terbesar, 37 persennya berjalan di usaha penjualan langsung (direct
selling). 25
Menurut John Naitsbitt, penulis buku Mega Trend 2000, dalam pasaran
Asia tahun 1990-2000, hanya ada tiga jenis bisnis yang berkuasa, yaitu
telekomunikasi, komputer, dan produksi obat-obatan yang berasaskan usaha
penjualan langsung (direct selling). Di Malaysia, jumlah usaha industri penjualan
langsung pun kini melebihi 10 triliun rupiah. Angka ini memberi petanda positif
bahwa sudah saatnya MLM menjadi industri yang paling berhasil di dunia.
Penjualan langsung merupakan jalur alternatif bagi perusahaan untuk
mendistribusikan produk dan jasanya ke pasaran dengan acara memasarkan
barang/jasa langsung kepada pelanggan (jalur distribusi yag lain termasuk
supermarket, toko retail, door to door sales dan lain-lain).

B. Ruang Lingkup Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung
Penjualan langsung (Direct Selling) menurut rumusan WFDSA, “is the
marketing and selling of products directly to consumers away from a fixed retail

location”, yang artinya adalah pemasaran dan penjualan produk (barang dan/atau

24

APLI Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia, www.apli.or.id (diakses pada tanggal 26
Februari 2016).
25
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

27

jasa) secara langsung kepada konsumen di tempat yang terpisah dari lokasi
penjualan eceran. 26
APLI melihat ada dua bentuk penjualan langsung antara lain : 27
1. Single level marketing (pemasaran satu ingkat), merupakan metode
pemasaran barang dan/atau jasa dari sistem penjualan langsung melalui
program pemasaran berbentuk satu tingkat, dimana mitra saha mendapatkan
komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan barang dan/atau

jasa yang dilakukannya sendiri.
2. Multi level marketing (pemasaran multi tingkat), merupakan metode
pemasaran barang dan/atau jasa dari sistem penjualan langsung melalui
program pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana mitra usaha
mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan
barang dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan di
dalam kelompoknya.
Menurut WFDSA, konsumen mendapatkan keuntungan dari penjualan
langsung karena kemudahan dan pelayanan yang disediakan, termasuk
demonstrasi pribadi dan penjelasan produk, pengiriman ke rumah, dan jaminan
kepuasan pembelian. Berbeda dengan waralaba, biaya bagi seorang individu
untuk memulai bisnis penjualan independen langsung biasanya sangat rendah
dengan persediaan sedikit atau tidak diperlukan atau komitmen kas lainnya untuk

26

About Direct Selling, http://www.wfdsa.org/about_dir_sell/?fa=whatisds (diakses
tanggal 12 Maret 2016).
27
Bisnis Penjualan Langsung Direct Selling, http://perilakuorganisasi.com/bisnis-,

penjualan-langsung-direct-selling.html (diakses pada tanggal 12 Maret 2016).

Universitas Sumatera Utara

28

memulai. Sistem penjualan langsung ini juga dikenal memiliki 3 (tiga) macam,
yaitu : 28
1. One of one, dalam sistem ini seorang penjual, yang merupakan
agen/anggota/kontraktor yang mandiri atau lepas, menarik konsumen yang
berpotensi di area khusus berdasarkan pendekatan orang ke orang. Mereka
menawarkan produk, serta mendapat komisi atau basis lain. Pendapatan
mereka dapat juga diperoleh dari selisih harga pembelian ke supplier dan
penjualan ke konsumen. Cara ini sering digunakan oleh para member
broker/marketing associate suatu agen properti (ERA, Lj. Hooker, Coldwell
Banker, dan sebagainya), dan para agen asuransi (Prudential, Sequis Life,
Jiwasraya, dan sebagainya).
2. Party plan, pada metode seorang penjual, karyawan lepas atau tetap, bertugas
mencari atau menjadi tuan rumah yang mengundang sekelompok orang di
rumahnya dalam rangka sales party untuk mendemonstrasikan produk.
Penghasilan si penjual juga atas dasar selisih harga eceran. Si tuan rumah
biasanya diberikan hadiah sebagai tanda terima kasih sesuai dengan nilai
penjualan tertentu. Model ini sering digunakan oleh distributor peralatan
rumah tangga, kosmetika, minuman kesehatan, dan nutrisi kesehatan. PT.
Imawi Benjaya, yang mengusung merek Tupperware dengan produk kemasan
plastik, merupakan salah satu dari perusahaan yang sukses dan cukup terkenal
di kalangan ibu-ibu rumah tangga, di dalam menerapkan metode penjualan
ini.
28

Bisnis Penjualan Langsung Direct Selling, http://perilakuorganisasi.com/bisnispenjualan-langsung-direct-selling.html (diakses pada tanggal 12 Maret 2016).

Universitas Sumatera Utara

29

3. Multi level marketing (MLM) atau System Networking, adalah penjualan
secara bertingkat dari distributor mandiri yang memiliki peluang untuk
mendapatkan penghasilan dalam dua cara. Pertama, penjualan produk
langsung ke konsumen. Kedua, distributor bisa menerima potongan harga
atas dasar jumlah produk/jasa yang dibeli oleh anggota kelompok bisnis
untuk penjualan atau pemakaian, termasuk jumlah penjualan pribadi. Atau
dalam

arti

lain,

MLM

atau

Network

Marketing

adalah

kegiatan

mendistribusikan, menjual atau menyuplai produk/jasa melalui individu yang
ditunjuk sebagai agen atau distributor. Agen ini dibayar dalam bentuk komisi,
diskon, bonus dan reward lainnya, berdasarkan jumlah penjualan dan
kemampuannya merekrut agen. Perekrut disebut upline, sedangkan yang
direkrut disebut downline. Dalam sistem MLM, upline juga mendapatkan
reward dari besarnya penjualan downline yang berada di bawahnya langsung,
dan penjualan downline tidak langsung (yang levelnya berada dua tingkat
atau lebih di bawahnya).
Secara khusus model pemasaran MLM ini, di Indonesia sendiri
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat dahsyat, serta terbukti
menjadi salah satu industri yang turut menjadi pilar perekonomian yang patut
diperhitungkan. Terbukti banyak pemasar yang sukses di bidang ini memulai dari
nol, dan rata-rata mereka berusia di bawah 40 tahun. Nama-nama MLM seperti
Tianshi, CNI, Sophie Martin, Amway, Forever Young, merupakan beberapa
nama yang banyak dikenal oleh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

30

Kekuatan dari sistem direct selling adalah tradisi kemandiriannya layanan
ke konsumen dan komitmen untuk pertumbuhan kewirausahaan dalam sistem
pasar bebas. Sistem direct selling menawarkan peluang usaha kepada mereka
yang mencari alternatif untuk mendapatkan penghasilan tanpa melihat suku, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, umur maupun pengalaman.
Sistem ini menawarkan peluang untuk mendapatkan penghasilan dengan
bekerja paruh waktu maupun penuh waktu. Dalam banyak kasus, peluang direct
selling ini berkembang menjadi suatu ‘karir’ yang memuaskan bagi mereka yang
mencapai kesuksesan dan memilih untuk bekerja secara full time.
Metode ini mempunyai kelebihan antara lain operasinya lebih fleksibel
karena penjual dapat

mengamati reaksi

pelanggan dan menyesuaikan

pendekatannya, usaha yang sia-sia dapat diminimalkan, pelanggan yang berminat
biasanya langsung membeli, dan penjual dapat membina hubungan jangka
panjang dengan pelanggannya. Di dalamnya terkandung praktik salesmanship,
negotiating, dan relationship marketing, yang sangat dibutuhkan pada era
persaingan pasar bebas.
Selain itu, keuntungan lain dari sistem ini yaitu penjual dapat menikmati
kebebasan waktu, kebebasan dalam menentukan keuntungan, memperoleh
pelatihan gratis dari perusahaan/sponsor, dan memperbolehkan orang berbisnis
dengan produk atau jasa yang unik dan inovatif, membawa mereka ke pasar tanpa
mengeluarkan biaya iklan dan media massa yang sangat besar, dan tanpa harus
bersaing di toko-toko pengecer. Di sisi pelanggan, biasanya penjual akan
mendatangi langsung si calon pelanggan, sehingga mereka tidak perlu repot-repot

Universitas Sumatera Utara

31

keluar rumah. Mereka akan mendapatkan penjelasan akan produk sejelasjelasnya, dan mereka juga bisa langsung menanyakan ketidakjelasannya ketika
penjual sedang mempresentasikan produk yang dijualnya.
Meskipun demikian, sistem direct selling atau MLM ini juga menghadapi
masalah-masalah seperti orang yang terganggu karena penjualan yang agresif,
timbulnya citra buruk bagi industri bila ada salah satu penjual yang menipu
pelanggannya, mengganggu privacy orang lain, dan kadangkala terjadi pula ada
beberapa penjual yang memanfaatkan atau mengeksploitasi pembeli impulsif atau
pembeli yang kurang mengerti teknologi. Selain itu, terdapat beberapa faktor lain
yang menyebabkan kegagalan MLM dan jenis direct selling lainnya. Manajemen
yang buruk karena kurangnya pengalaman serta komitmen yang diperlukan.
Kurangnya komunikasi secara efektif dengan para distributor, serta kegagalan
memotivasi para distributor. Produk-produk yang dijual mutunya rendah atau
pasarnya terbatas.

C. Pengaturan Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung
Menurut Hukum Positif Indonesia
1. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Pengaturan bidang penjualan langsung di Indonesia terdapat dalam KUH
Perdata (Burgelijk Wetboek). Transaksi jual-beli tidak terlepas dari konsep
perjanjian secara mendasar sebagaimana termuat dalam Pasal 1313 KUHPerdata
yang menegaskan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana

Universitas Sumatera Utara

32

satu orang atau lebih mengikatkan dirinya dengan satu orang atau lebih. Unsurunsur dari perjanjian menurut Abdulkadir adalah sebagai berikut : 29
a. Terdapat pihak-pihak yang sedikit-dikitnya dua orang.
b. Adanya persetujuan antara pihak-pihak tersebut.
c. Adanya tujuan yang akan dicapai
d. Adanya prestasi yang akan dilaksanakan
e. Memiliki bentuk tertentu, lisan atau tulisan.
f. Memiliki syarat-syarat sebagai isi perjanjian.
Adapun bentuk-bentuk dari perjanjian, antara lain: 30
a. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban
pokok bagi kedua belah pihak. Misalnya perjanjian jual beli (Pasal 14571540 KUHPerdata) dimana kedua belah pihal yaitu pihak penjual dan
pembeli masing-masing harus memenuhi prestasinya, prestasi penjual
yaitu harus menyerahkan barang dan prestasi pembeli yaitu harus
membayar harga barang.
b. Perjanjian obligator adalah perjanjian dimana pihak -pihak sepakat
mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak
lain. Menurut KUHPerdata perjanjian jual beli saja belum lagi
mengakibatkan beralihnya hak milik atas suatu benda dari penjual kepada
pembeli. Fase ini baru merupakan kesepakatan dan harus diikuti dengan
perjanjian penyerahan (perjanjian kebendaan).

29

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1990), hlm.

79.
30

Ibid., hlm. 80.

Universitas Sumatera Utara

33

c. Perjanjian

kebendaan

adalah

perjanjian

dengan

mana

seorang

menyerahkan haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain, yang
membebankan kewajiban pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut
kepada pihak lain. Penyerahan itu sendiri merupakan perjanjian
kebendaan. Dalam hal perjanjian jual beli benda tetap, maka perjanjian
jual belinya disebutkan juga perjanjian jual beli sementara.
d. Perjanjian konsensual adalah perjanjian dimana diantara kedua belah pihak
telah tercapai persesuaian kehendak untuk menngadakan perikatan.
Menurut KUHPerdata perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan
mengikat. 31
Pasal 1320 KUHPerdata menentukan adanya 4 (empat) syarat sahnya
suatu perjanjian, yaitu: 32
a. Adanya kata sepakat
Supaya kontrak menjadi sah maka para pihak harus sepakat terhadap
segala hal yang terdapat di dalam perjanjian. 33 Pada dasarnya kata sepakat adalah
pertemuan atau persesuaian kehendak antara para pihak di dalam perjanjian.
Seseorang dikatakan memberikan persetujuannya atau kesepakatannya jika ia
memang menghendaki apa yang disepakati. 34

31

Mariam Darus Badrulzaman et.al, Kompilasi Hukum Perikatan (Bandung: Penerbit PT.
Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 66.
32
Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan Pola Kemitraan dan Badan Hukum
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), hlm. 113.
33
Sudargo Gautama, Indonesian Business Law (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995),
hlm. 76.
34
J. Satrio, Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian- Buku I) (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 1955), hlm. 164.

Universitas Sumatera Utara

34

Mariam Darus Badrulzaman melukiskan pengertian sepakat sebagai
persyaratan kehendak yang disetujui (overeenstemende wilsverklaring) anta
pihak-pihak. Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran (offerte).
Dan pernyataan pihak yang menerima penawaran dinamakan akseptasi
(acceptatie). 35 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penawaran dan akseptasi
merupakan unsur yang sangat penting untuk menentukan lahirnya perjanjian. Di
samping itu, kata sepakat dapat diungkapkan dalam berbagai cara, yaitu secara
lisan, tertulis, dengan tanda, dengan simbol dan dengan diam-diam.
b. Kecakapan untuk membuat perikatan
Pasal 1329 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap orang adalah cakap
untuk membuat perjanjian, kecuali apabila menurut undang-undang dinyatakan
tidak cakap. Kemudian Pasal 1330 menyatakan bahwa ada beberapa orang yang
tidak cakap untuk membuat perjanjian, yakni: 36
1) Orang yang belum dewasa.
2) Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan.
3) Perempuan yang sudah menikah.
Kecakapan disini artinya para pihak yang membuat perjanjian haruslah
orang-orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subyek hukum. Pada dasarnya
semua orang menurut hukum cakap untuk membuat perjanjian, yang tidak cakap
adalah orang-orang yang ditentukan oleh hukum sebaliknya, yaitu anak-anak,

35
36

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis (Bandung: Alumni, 1994), hlm. 24.
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),

hlm. 29.

Universitas Sumatera Utara

35

orang dewasa yang ditempatkan di bawah pengawasan (curatele), dan orang sakit
jiwa. 37
Buku III KUHPerdata tidak menentukan tolok ukur kedewasaan tersebut.
Ketentuan tentang batasan ditemukan dalam Buku I KUHPerdata tentang Orang.
Berdasarkan Buku I Pasal 330 KUHPerdata, seseorang dianggap dewasa jika dia
telah berusia 21 tahun atau kurang dari 21 tahun tetapi telah menikah. Anak-anak
adalah mereka yang belum dewasa yang menurut Pasal 330 KUHPerdata belum
berumur 21 (dua puluh satu) tahun. Namun meskipun belum berumur 21 (dua
puluh satu) tahun apabila seseorang telah atau pernah menikah dan dicatat maka
dianggap sudah dewasa, berarti cakap untuk membuat perjanjian. 38
Akibat hukum dari ketidakcakapan dalam membuat perjanjian adalah
bahwa perjanjian yang telah dibuat itu dapat dimintakan pembatalannya kepada
Hakim. Jika pembatalan tidak dimintakan oleh pihak yang berkepentingan,
sepanjang tidak dimungkiri oleh pihak yang berkepentingan, perjanjian itu tetap
berlakubagi pihak-pihak.
c. Suatu hal tertentu
Syarat sahnya perjanjian yang ketiga adalah adanya suatu hal tertentu (een
bepaald onderwerp), suatu hal tertentu adalah hal bisa ditentukan jenisnya
(determinable). 39 Pasal 1333 KUHPerdata menentukan bahwa suatu perjanjian
harus mempunyai pokok suatu benda (zaak) yang paling sedikit dapat ditentukan
jenisnya. Suatu perjanjian harus memiliki objek tertentu dan suatu perjanjian

37

Ibid.
Undang-Undang Tentang Perkawinan, UU No. 14, LN No. 14 Tahun 1974, TLN No.
3019, Pasal 7 ayat (1).
39
Sudargo Gautama, Op.Cit., hlm. 79.
38

Universitas Sumatera Utara

36

haruslah mengenai suatu hal tertentu (certainty of terms), berarti bahwa apa yang
diperjanjikan, yakni hak dan kewajiban kedua belah pihak. Barang yang
dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit dapat ditentukan jenisnya
(determinable).
Secara umum, suatu hal tertentu dalam kontrak dapat berupa hak, jasa,
benda atau sesuatu, baik yang sudah ada ataupun belum ada, asalkan dapat
ditentukan jenisnya (determinable). Perjanjian untuk menjual sebuah lukisan
yang belum dilukis adalah sah. Suatu kontrak dapat menjadi batal ketika batas
waktu suatu kontrak telah habis dan kontrak tersebut belum terpenuhi.
J. Satrio menyimpulkan bahwa apa yang dimaksud dengan suatu hal
tertentu dalam perjanjian adalah objek prestasi (performance). Isi prestasi
tersebut harus tertentu atau paling sedikit dapat ditentukan jenisnya
(determinable). 40
d. Kausa hukum yang halal
Syarat sahnya perjanjian yang keempat adalah adanya kausa hukum yang
halal. Jika objek dalam perjanjian itu illegal, atau bertentangan dengan kesusilaan
atau ketertiban umum, maka perjanjian tersebut menjadi batal. Sebagai
contohnya, perjanjian untuk membunuh seseorang mempunyai objek tujuan yang
illegal, maka kontrak ini tidak sah. 41 Menurut Pasal 1335 Jo 1337 KUHPerdata
menyatakan bahwa suatu kausa dinyatakan terlarang jika bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.

40

J. Satrio, Op.Cit., Buku II, hlm. 41.
Sudargo Gautama, Op.Cit., hlm. 80.

41

Universitas Sumatera Utara

37

Suatu kausa dinyatakan bertentangan dengan undang-undang, jika kausa
di dalam perjanjian yang bersangkutan isinya bertentangan dengan undangundang yang berlaku. Untuk menentukan apakah suatu kausa perjanjian
bertentangan dengan kesusilaan (geode zeden) bukanlah hal yang mudah, karena
istilah kesusilaan tersebut sangat abstrak, yang isinya bisa berbeda-beda antara
daerah yang satu dan daerah yang lainnya atau antara kelompok masyarakat yang
satu dan lainnya. Selain itu penilaian orang terhadap kesusilaan dapat pula
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman. 42
Pengaturan mengenai perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung
ini dalam KUHPerdata lebih menekankan kepada perjanjian yang dilakukan
antara konsumen, mitra usaha dan perusahaan penjualan langsung tersebut.
Hubungan antara mitra usaha dengan perusahaan harus sesuai dengan perjanjian
yang dibuat berdasarkan Buku III KUHPerdata tentang perikatan. Hubungan
antara mitra usaha dan perusahaan penjualan langsung tersebut harus sesuai
dengan asas kebebasan berkontrak yang terdapat dalam Buku III KUHPerdata.
Ketentuan yang mengatur tentang perjanjian terdapat dalam Buku III
KUHPerdata, yang memiliki sifat terbuka, artinya ketentuan-ketentuannya dapat
dikesampingkan, sehingga berfungsi mengatur saja. Sifat terbuka dari
KUHPerdata ini tercermin dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang
mengandung asas kebebasan berkontrak, maksudnya setiap orang bebas untuk
menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan

42

J. Satrio, Op.Cit., Buku II, hlm. 109.

Universitas Sumatera Utara

38

peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesusilaan dan ketertiban umum,
serta selalu memperhatikan syarat sahnya perjanjian.
2. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan
Pengaturan mengenai penjualan langsung dapat dilihat pada Bab IV
Bagian Kedua Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
(selanjutnya disebut UU Perdagangan) yang mengatur tentang distribusi barang.
Adapun hal-hal yang diatur dalam Pasal 7 UU Perdagangan adalah sebagai
berikut :
a. Distribusi barang yang diperdagangkan di dalam negeri secara tidak
langsung atau langsung kepada konsumen dapat dilakukan melalui
pelaku usaha distribusi.
b. Distribusi barang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan menggunakan rantai distribusi yang bersifat umum
distributor dan jaringannya, agen dan jaringannya dan waralaba.
c. Distribusi barang secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan menggunakan pendistribusian khusus melalui sistem
penjualan langsung secara single level dan multilevel.
Pasal 8 menjelaskan bahwa barang dengan hak distribusi eksklusif yang
diperdagangkan dengan sistem penjualan langsung hanya dapat dipasarkan oleh
penjual resmi yang terdaftar sebagai anggota perusahaan penjualan langsung.
Begitu juga dalam Pasal 9 dan Pasal 10 dijelaskan bahwa pelaku usaha distribusi
dilarang menerapkan sistem skema piramida dalam mendistribusikan barang dan
distribusi barang yang dilakukan oleh pelaku usaha harus sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

39

ketentuan peraturan perundang-undangan serta etika ekonomi dan bisnis yang
berlaku.
3. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(selanjutnya disebut UU Perlindungan Konsumen) yang diatur lebih kepada hak
dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha. Apabila terjadi wanprestasi antara
perusahaan dan/atau mitra usaha dengan konsumen maka telah terdapat upaya
penyelesaian untuk mengatasi hal tersebut. Tujuan perlindungan konsumen antara
lain : 43
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri.
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan

diri dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan

dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
d. Menumbuhkan

kesadaran

pelaku

usaha

mengenai

pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggungjawab dalam berusaha.
e. Menetapkan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.

43

Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 74.

Universitas Sumatera Utara

40

Meningkatkan

f.

kelangsungan

kualitas
usaha

barang

produksi

dan/atau
barang

jasa

yang

menjamin

dan/atau

jasa,

kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
Hak dan kewajiban konsumen tercantum pada Pasal 4 dan Pasal 5, antara
lain dijelaskan sebagai berikut :
a. Hak konsumen meliputi : 44
1) hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
2) hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan;
3) hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
4) hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau
jasa yang digunakan;
5) hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7) hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
8) hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
9) hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
b. Kewajiban-kewajiban konsumen antara lain : 45
1) membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan
dan keselamatan;
2) beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau
jasa;
3) membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4) mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.

44

Pasal 4 UU Perlindungan Konsumen
Pasal 5 UU Perlindungan Konsumen

45

Universitas Sumatera Utara

41

4. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor:32/M-DAG/PER/8/2008
tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan Dengan Sistem
Penjualan Langsung
Pengaturan penjualan langsung dalam Permendag 32/2008 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan Dengan Sistem Penjualan
Langsung merupakan salah satu bentuk upaya perlindungan konsumen dari
pemerintah terkait kegiatan penjualan langsung. Konsideran Permendag 32/2008
tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan. Dengan sistem penjualan
langsung menyatakan bahwa dalam rangka penataan, peningkatan tertib usaha,
perlindungan konsumen, kepastian hukum, dan penciptaan iklim usaha yang
kondusif guna mendorong peningkatan investasi di bidang perdagangan, perlu
mengatur mengenai penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem
penjualan langsung. Permendag 32/2008 ini berisikan bab-bab yang mengatur
mengenai penjualan langsung yaitu pada Bab II berisi persyaratan kegiatan usaha
perdagangan dengan sistem penjualan langsung.
Bab II Pasal 2 berisikan kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan
berbasis distribusi penjualan langsung, yakni sebagai berikut : 46
1) Memiliki atau menguasai kantor dengan alamat yang benar, tetap, dan
jelas.
2) Melakukan penjualan barang dan/atau jasa dan rekruitmen mitra usaha
melalui sistem jaringan.
3) Memiliki program pemasaran yang jelas, transparan, rasional, dan
tidak berbentuk skema jaringan pemasaran terlarang.
4) Memiliki kode etik dan peraturan perusahaan yang lazim di bidang
usaha penjualan langsung.
5) Memiliki barang dan/atau jasa yang nyata dan jelas dengan harga yang
layak dan wajar.
46

Pasal 2 Permendag 32/2008

Universitas Sumatera Utara

42

6) Memenuhi ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.
7) Memberikan komisi, bonus, dan penghargaan lainnya berdasarkan
hasil kegiatan penjualan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh
mitra usaha dan jaringannya sesuai dengan yang diperjanjikan.
8) Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaannya.
9) Memiliki ketentuan tentang harga barang dan/atau jasa yang dijual
dalam mata uang Rupiah dan berlaku untuk mitra usaha dan
konsumen.
10) Menjamin mutu dan pelayanan jual kepada konsumen atas barang
dan/atau jasa yang dijual.
11) Memberikan alat bantu penjualan (starter kit) kepada setiap mitra
usaha yang paling sedikit berisikan keterangan mengenai barang
dan/atau jasa, program pemasaran, kode etik, dan/atau peraturan
perusahaan.
12) Memberikan tenggang waktu selama 10 (sepuluh) hari kerja kepada
calon mitra usaha untuk memutuskan menjadi mitra usaha atau
membatalkan pendaftaran dengan mengembalikan alat bantu
penjualan (starter kit) yang telah diperoleh dalam keadaan seperti
semula.
13) Memberikan tenggang waktu selama 7 (tujuh) hari kerja kepada mitra
usaha dan konsumen untuk mengembalikan barang, apabila ternyata
barang tersebut tidak sesuai dengan yang diperjualbelikan.
14) Membeli kembali barang, bahan promosi (brosur, katalog, atau
leaflet), dan alat bantu penjualan (starter kit) yang dalam kondisi
layak jual dari harga pembelian awal mitra usaha ke perusahaan
dengan dikurangi biaya administrasi paling banyak 10% (sepuluh
persen) dan nilai setiap manfaat yang telah diterima oleh mitra usaha
berkaitan dengan pembelian barang tersebut, apabila mitra usaha
mengundurkan diri atau diberhentikan oleh perusahaan
15) Memberi kompensasi berupa ganti rugi dan/atau penggantian kerugian
akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
yang diperdagangkan, akibat kesalahan perusahaan yang dibuktikan
dengan perjanjian.
16) Memberi kompensasi berupa ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai
dengan perjanjian.
17) Melaksanakan pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan para mitra usaha, agar bertindak dengan
benar, jujur, dan bertanggungjawab.
18) Memberikan kesempatan yang sama kepad semua mitra usaha untuk
berprestasi dalam memasarkan barang dan/atau jasa.
19) Melakukan pendaftaran atas barang dan/atau jasa yang akan
dipasarkan pada instanti yang berwenang, sesuai peraturan perundangundangan.

Universitas Sumatera Utara

43

20) Mencantumkan nama perusahaan yang memasarkan dengan sistem
penjualan langsung.
Program pemasaran kegiatan penjualan langsung harus memenuhi
ketentuan paling sedikit memiliki alur distribusi barang dan/atau jasa yang jelas
dari perusahaan sampai dengan kepada konsumen akhir, dan jumlah komisi
dan/atau bonus atas hasil penjualan yang diberikan kepada mitra usaha dan
jaringan pemasaran di bawahnya paling banyak 40% (empat puluh persen) dari
jumlah nilai penjualan barang dan/atau jasa perusahaan kepada mitra usaha.
Perusahaan yang bergerak dalam kegiatan usaha penjualan langsung harus
memiliki Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (SIUPL). Berdasarkan pada Pasal
9 Permendag 32/2008 yang mengatur sebagai berikut : 47
1) Setiap perusahaan wajib memiliki SIUPL.
2) SIUPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku di seluruh
wilayah Negara Republik Indonesia.
3) Perusahaan yang baru melakukan kegiatan usaha perdagangan
dengan sistem penjualan langsung diberikan SIUPL Sementara
dengan masa berlaku selama 1 (satu) tahun.
4) SIUPL Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
ditingkatkan menjadi SIUPL Tetap dengan masa berlaku selama
perusahaan menjalankan kegiatan usahanya, apabila perusahaan
telah melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan program
pemasaran, kode etik, dan peraturan perusahaan.
5) Peningkatan SIUPL Sementara menjadi SIUPL Tetap diajukan 30
(tiga puluh) hari kerja sebelum masa berlakunya berakhir atau
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum SIUPL
Sementara habis masa berlakunya.
6) Perusahaan yang telah mendapatkan SIUPL Tetap sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) wajib melakukan pendaftaran ulang setiap
5 (lima) tahun.
Perlindungan

konsumen

dalam

perusahaan

penjualan

langsung

sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 32/M-

47

Pasal 9 Permedag 32/2008

Universitas Sumatera Utara

44

DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan
Dengan Sistem Penjualan Langsung memuat jenis sanksi yang berbeda dengan
perlindungan konsumen yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perlindungan konsumen dalam penjualan
langsung sebagaimana diatur dalam Permendag 32/2008 tidak memuat sanksi
pidana tetapi hanya memuat sanksi administratif yang berupa peringatan tertulis,
pemberhentian sementara, pencabutan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung
(SIUPL).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

1 92 99

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

1 22 123

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 9

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 2

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 1 23

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 53

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 2 7

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 1 1

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 0 20

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 0 3