Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia harus berusaha dan berupaya untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya, yaitu dengan cara melakukan kegiatan ekonomi atau
bisnis. Tentu dalam menjalankan bisnisnya manusia dituntut untuk mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Mencari keuntungan merupakan usaha yang
sah-sah saja, tetapi yang terpenting dalam menjalankan usaha tersebut tidak
mengenyampingkan hukum, melanggar hukum atau sering disebut dengan istilah
legal or illegal. 1 Di satu pihak kegiatan ekonomi meliputi usaha individuindividu, perusahaan-perusahaan dan perekonomian secara keseluruhan untuk
memproduksi barang dan jasa yang mereka butuhkan. Di lain pihak, kegiatan
ekonomi meliputi pula kegiatan untuk menggunakan barang dan jasa yang
diproduksikan dalam perekonomian. Dengan demikian kegiatan ekonomi dapat
didefenisikan sebagai kegiatan seseorang atau suatu perusahaan ataupun suatu
masyarakat untuk memproduksi barang dan/atau jasa maupun mengkonsumsi
barang dan/atau jasa tersebut. 2
Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan
khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan
berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Di samping itu,

1


Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis (Jakarta: PT. Mitra Wacana Media, 2012),

hlm. 13.

2

Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi
PT.Rajagrafindo Persada, 1994), hlm. 4.

Teori

Pengantar

(Edisi

Ketiga)

(Jakarta:


1
Universitas Sumatera Utara

2

globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi
telekomunikasi dan informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi
barang dan/atau jasa melintasi batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang
dan/atau jasa yang ditawarkan bervariasi, baik produksi luar negeri maupun
produksi dalam negeri. Kondisi yang demikian pada satu pihak mempunyai
manfaat bagi konsumen karena kebutuhan konsumen akan kebutuhan barang dan/
atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan
untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan
keinginan dan kemampuan konsumen. 3 Kebutuhan masyarakat akan fasilitas
beserta infastruktur untuk menopang kelangsungan hidupnya ini pada gilirannya
memaksa manusia itu sendiri untuk menemukan cara yang tepat dalam mencapai
kebutuhannya, yaitu dengan meningkatkan perekonomian melalui pendirian
perusahaan yang bergerak di bidang industri, perdagangan ataupun jasa yang
tujuannya untuk mengolah segala sumber daya yang tersedia serta memanfaatkan
dengan efisien dan efektif.

Keadaan-keadaan yang memaksa manusia itu, bagi sebagian pelaku usaha
menuntut mereka untuk berupaya lebih keras dalam mempertahankan
pelanggan/konsumen, atau mempertahankan pasar serta memperoleh kawasan
pasar baru yang lebih luas yang merupakan keinginan bagi setiap produsen atau
pelaku-pelaku usaha terutama perusahaan-perusahaan, mengingat makin ketatnya
persaingan untuk berusaha. Persaingan yang makin ketat ini juga dapat
memberikan dampak negatif terhadap konsumen pada umumnya. Menurut
3

Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2008), hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara

3

Merriam Webster Disctionary, bisnis diartikan sebagai suatu aktivitas
pembuatan, pembelian atau penjualan barang dan jasa yang kemudian
dipertukarkan dengan uang, kerja atau aktivitas yang merupakan bagian dari
pekerjaan. 4

Aktivitas pembuatan, pembelian atau penjualan barang ini menurut cara
penjualan suatau barang ada 2 (dua) macam yaitu : 5
1. Perdagangan barang/jasa dengan sistem penjualan langsung (direct selling).
Jenis perdagangan ini adalah aktivitas perdagangan yang secara langsung
tanpa melalui perantara. Hubungan yang terjalin adalah langsung dari
produsen dengan konsumen.
2. Perdagangan barang/jasa dengan sistem pejualan tidak langsung (indirect
selling). Jenis perdagangan ini adalah aktivitas perdagangan yang dilakukan
dengan perantara. Perantara yang dimaksud ini seperti aktivitas menitipkan
barang ke pengecer atau penunjukan distributor untuk pendistribusian dan
penjualan barang tersebut.jadi, hubungan yang terjalin disini adalah produsen
dengan perantara lalu perantara dengan konsumen.
Pada saat ini sasaran setiap negara, setiap perusahaan (setiap produsen)
adalah menuju pada pemasaran global. Orientasi pemasaran global pada dasarnya
dapat merubah berbagai konsep, cara pandang dan cara pendekatan mengenai
banyak hal termasuk strategi pemasaran. Salah satu strategi pemasaran yang
sedang marak sejak awal krisis moneter 1997/1998 hingga saat ini adalah sistem
4

Merriam Webster Inc, Merriam Webster Dictionary (Springfield: Merriam-Webster,

1997), hlm. 158.
5
Pengertian Direct Selling, MLM, dan Jenis-Jenisnya, http:// infobisniswaralaba.
blogspot.com/2012/10/pengertian-direct-selling-mlm-dan-jenis.html? m=1 (diakses tanggal 23
Februari 2016).

Universitas Sumatera Utara

4

penjualan langsung (direct selling) atau multi level marketing (selanjutnya
disebut MLM).
Disamping itu juga terjadi perubahan pada tujuan pemasaran, yaitu dari
laba menjadi keuntungan pihak berkepentingan. Untuk itu harus memanfaatkan
pelanggan yang ada termasuk pesaing, kebijakan yang berlaku, peraturan
pemerintah serta kekuatan makro, ekonomi, sosial, politik secara luas.
Ketertarikan masyarakat Indonesia menyambut maraknya bisnis penjualan
langsung dapat dimengerti dengan akal sehat, sebab kegiatan bisnis ini jika
dikelola dengan benar memang dapat memberikan penghasilan relatif besar bagi
para pelakunya bahkan tanpa memandang latar belakang pendidikan, umur,

kondisi fisik, dan sebagainya, penghasilan para pelaku usaha maupun mitra
perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung dapat melebihi gaji para
eksekutif perusahaan konvensional. 6
Kekuatan dari sistem penjualan langsung (direct selling) adalah tradisi
kemandiriannya layanan kepada konsumen dan komitmen untuk pertumbuhan
kewirausahaan dalam sistem pasar bebas. Sistem ini menawarkan peluang untuk
mendapatkan penghasilan dengan bekerja paruh waktu maupun penuh waktu.
Penyelenggaraan kegiatan bisnis penjualan langsung serta kedudukan mitra
usahanya di Indonesia diatur berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan, antara
lain Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 32/M-DAG/PER/8/2008 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan
Langsung (selanjutnya disebut Permendag 32/2008).
6

R. Serfianto D. Purnomo (et.al.), Multi Level Marketing Money Game & SkemaPiramid,
Cetakan ke 1 (Jakarta: Kompas Gramedia, 2011), hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

5


Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Permendag 32/2008, yakni : ”Penjualan
langsung (direct selling) adalah metode penjualan barang dan/atau jasa tertentu
melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja
atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen
di luar lokasi eceran tetap”, maksudnya adalah setiap perusahaan yang bergerak
di bidang penjualan langsung bekerja sama dengan mitra usahanya untuk
mendapat keuntungan dengan cara memberi uang ataupun barang sebagai
imbalan kepada mitra usahanya dengan menggunakan target ataupun diukur dari
total hasil penjualan kepada konsumen dan pengembangan jaringan pemasaran
yang telah dicapai oleh mitra usahanya tersebut.
Definisi mitra usaha sendiri tercantum dalam Pasal 1 angka 4 Permendag
32/2008, yaitu : 7
”Mitra usaha adalah anggota mandiri jaringan pemasaran atau penjualan
yang berbentuk badan usaha atau perseorangan dan bukan merupakan
bagian dari struktur organisasi perusahaan yang memasarkan atau menjual
barang dan/atau jasa kepada konsumen akhir secara langsung dengan
mendapatkan imbalan berupa komisi dan/atau bonus atas penjualan.”
Berdasarkan pasal diatas yang menyebutkan tentang definisi mitra usaha
secara umum, mitra usaha dianggap sebagai pedagang perantara atau pembantu

pengusaha. Hal itu dapat dilihat dengan jelas dalam praktiknya, bahwa hak dan
tanggung jawab mitra usaha itu berbeda-beda tergantung kontrak yang dibuat
dengan perusahaan induknya, namun terdapat beberapa poin yang bisa membuat

7

Pasal 1 Permendag 32/2008

Universitas Sumatera Utara

6

seorang mitra usaha bisa dikategorikan baik sebagai pedagang keliling, agen
perniagaan, distributor, makelar, maupun komisioner. Kegiatan bisnis penjualan
langsung juga terkait dengan mitra usaha, baik mitra usaha maupun pihak ketiga
harus mendapatkan perlindungan hukum agar mereka dapat terhindar dari
produk-produk yang tidak bermutu dan tidak memenuhi standar yang ditetapkan
oleh pemerintah.
Guna menjamin adanya perlindungan hukum tersebut, pemerintah
membentuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta badan

Standardisasi Nasional (BSN). BPOM dan BSN adalah lembaga pemerintah non
departemen (LPND) yang berada di bawah presiden dan bertanggung jawab
secara langsung kepada presiden. BPOM bertugas mengawasi produk obat dan
makanan (termasuk minuman, obat/jamu tradisional, kosmetika, suplemen
kesehatan, dan NAPZA/Narkotika, Psikotropika, Zat Aditiv). BPOM juga
bertugas menetapkan standarisasi produk, khususnya dalam hal ini adalah produk
obat dan makanan yang sering menjadi komoditas perusahaan MLM. Sedangkan
BSN bertugas melakukan standardisasi produk secara umum agar sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI).
Dilihat dari segi segala prosedur yang harus dilalui sebuah perusahaan
berbasis distribusi penjualan langsung untuk dapat beroperasi, prosesnya dapat
dikatakan sangat rumit dan panjang, selain menempuh jalur administratif seperti
persyaratan dalam kedudukan direksi dan komisaris perusahaan serta
permodalan, perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung juga harus

Universitas Sumatera Utara

7

memenuhi syarat materiil dalam proses perizinan terhadap barang dan/atau jasa

yang mereka perdagangkan.
Jika konsumen menderita kerugian berupa terjadinya kerusakan,
pencemaran, atau kerugian financial dan kesehatan karena mengonsumsi produk
yang diperdagangkan, produsen sebagai pelaku usaha wajib memberikan
penggantian kerugian, baik dalam bentuk pengembalian uang, penggantian
barang, perawatan, maupun dengan pemberian santunan. Hal ini merupakan
kewajiban mutlak bagi produsen untuk memberi penggantian kepada konsumen.
Namun, pada kenyataannya ada beberapa kasus dimana konsumen yang merasa
dirugikan menuntut mitra usaha yang secara langsung melakukan komunikasi
dalam proses jual-beli produk yang diperdagangkan. mitra usaha selayaknya
mendapatkan perlindungan hukum karena kecacatan produk yang diterima
konsumen belum tentu terjadi karena kesalahan mitra usaha itu sendiri.
Berdasarkan uraian singkat inilah maka penulisan ini ditujukan untuk
membahas mengenai perlindungan hukum terhadap mitra usaha dalam
perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung atas tuntutan ganti rugi oleh
konsumen yang disebabkan karena kegagalan produk. Dalam sistem penjualan
langsung/berjenjang diharapkan agar pemerintah membuat suatu landasan yang
merumuskan dan mengatur mengenai kedudukan serta batas-batas hak dan
tanggung jawab mitra usaha secara jelas, karena menentukan kedudukan mitra
usaha merupakan kebutuhan praktik yang penting dalam perbuatan hukum.


Universitas Sumatera Utara

8

B. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diangkat di dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimana pengaturan perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung
menurut hukum positif Indonesia ?
2. Bagaimana kedudukan hukum mitra usaha dalam perusahaan berbasis
distribusi penjualan langsung ?
3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap mitra usaha dalam perusahaan
berbasis distribusi penjualan langsung atas tuntutan ganti rugi oleh konsumen
yang disebabkan karena kegagalan produk ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan perusahaan berbasis distribusi
penjualan langsung menurut hukum positif di Indonesia.
b. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan hukum mitra usaha dalam
perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung.
c. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap mitra usaha
dalam perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung atas tuntutan
ganti rugi oleh konsumen yang disebabkan karena kegagalan produk.
2. Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain :

Universitas Sumatera Utara

9

a. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam bidang ilmu hukum pada umumnya, khususnya hukum ekonomi
agar dapat menyesuaikan dengan dinamisme masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan dan dijadikan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
awal bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang.
b. Secara praktis
1) Bagi pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada
pemerintah selaku regulator, dalam hal pengawasan terhadap pelaku
usaha yang bergerak dengan sistem penjualan langsung sehingga
diharapkan pemerintah bijak dalam memberikan perlindungan dan
pengaturan yang tepat dan efisien baik kepada pelaku usaha, maupun
mitra usaha dan pihak ketiga dengan tidak merugikan ataupun
menghambat kegiatan perdagangan.
2) Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas bagi
masyarakat dan pelaku usaha mengenai kedudukan dan perlindungan
hukum terhadap mitra usaha dalam sistem penjualan langsung.

D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan penelusuran di perpustakaan Fakultas
Hukum USU, penelitian masalah tentang Perlindungan Hukum terhadap Mitra

Universitas Sumatera Utara

10

usaha dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan
Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk belum
pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama dalam bentuk skripsi.
Namun, ditemukan skripsi di Departemen Hukum Ekonomi dan Departemen
Hukum Perdata yang melakukan penulisan yang menyangkut multi level
marketing.
Adapun judul skripsi yang ada di perpustakaan Fakultas Hukum USU
antara lain :
1. Nama

: Wisely

Tahun

: 2005

Judul

: Analisa Yuridis Terhadap Praktik Money Game dalam Transaksi
Perdagangan Berbasis Multi Level Marketing

2. Nama

: Amalia Sari

Tahun

: 2008

Judul

:Tanggung Jawab Hukum Pelaku Usaha dalam Multi Level
Marketing Atas Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Riset pada
Perusahaan Multi Level Marketing Syariah Ahad-Net Salur Sut
06)

3. Nama
Tahun

: Henny Sekartati
: 2009

Universitas Sumatera Utara

11

Judul

: Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi
Multi Level Marketing (Studi Kasus pada Perusahaan Multi Level
Marketing ELKEN)

Penulisan skripsi ini memiliki perbedaan dengan penulisan skripsi yang
pernah ditulis sebelumnya. Penulisan skripsi ini membahas mengenai
perlindungan hukum terhadap mitra usaha dalam perusahaan berbasis distribusi
penjualan langsung yang diajukan oleh konsumen jika terdapat kecacatan dalam
produk yang dijual. Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada
dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya
ilmiah yang asli. Bila dikemudian hari ditemukan judul yang sama, maka dapat
dipertanggungjawabkan sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan
1. Penjualan langsung
Kegiatan usaha penjualan langsung (direct selling) merupakan salah satu
bentuk usaha swasta yang ada di Indonesia. Ada 3 (tiga) jenis sistem usaha yang
umumnya dipraktekkan saat ini, yaitu : 8
a. Perusahaan tradisional, dimana seseorang mengenmabangkan sistemnya
sendiri.
b. Usaha waralaba (franchise), dimana seseorang membeli sebuah sistem
yang sudah ada.

8

Robert T.Kiyosaki dan Sharon L, The Cashflow Quadrant (Jakarta: PT. Garmedia
Pustaka Utama, 2006), hlm. 95.

Universitas Sumatera Utara

12

c. Usaha penjualan langsung (direct selling), dimana seseorang membeli dan
menjadi bagian sebuah sistem yang sudah ada.
Penjualan langsung (direct selling) adalah proses pemasaran produk secara
langsung kepada konsumen biasanya di rumah mereka atau rumah orang lain, di
tempat kerja mereka dan tempat-tempat lain di luar lokasi-lokasi permanen
pengecer, biasanya melalui penjelasan atau peragaan produk-produk oleh seorang
penjual langsung. Sistem penjualan langsung ini juga dikenal memiliki 3 (tiga)
macam yaitu : 9
a. One of one, dalam sistem ini seorang penjual yang merupakan agen/
anggota/ kontraktor yang mandiri atau lepas, menarik konsumen yang
berpotensi di area khusus berdasarkan pendekatan orang ke orang. Mereka
menawarkan produk, serta mendapat komisi atau basis lain. Cara ini sering
diterapkan oleh para agen asuransi, broker, agen properti, dan lain-lain.
b. Party plan, dalam metode ini seorang pejual bertugas mencari atau
menjadi tuan rumah yang mengundang sekelompok orang dirumahnya
dalam rangka sales party untuk mendemonstrasikan produk. Model ini
sering digunakan oleh distributor peralatan rumah tangga, kosmetika,
minuman kesehatan, dan lain-lain.
c. Multi level marketing, dalam sistem penjualan ini produk yang
diperjualbelikan berada di tangan agen/ distributor mandiri yang ditunjuk.
Agen ini kemudian dibayar dalam bentuk komisi, diskon, bonus dan
reward lainnya, berdasarkan penjulan dan kemampuannya merekrut agen.
9

Pengertian Direct Selling, MLM, dan Jenis-Jenisnya, http:// infobisniswaralaba.
blogspot.com/2012/10/pengertian-direct-selling-mlm-dan-jenis.html? m=1 (diakses tanggal 23
Februari 2016).

Universitas Sumatera Utara

13

Perbedaan antara penjualan langsung dengan jaringan pemasaran terlarang
menurut Permendag 32/2008 :
a. Perusahaan penjualan langsung memiliki atau menguasai kantor dengan
alamat yang benar, tetap dan jelas serta memiliki program pesaran yang
jelas, transparan, dan rasional (Pasal 2 poin a dan b), sedangkan jaringan
pemasaran terlarang kantornya sering berpindah-pindah serta tidak
memiliki program pemasaran yang jelas, transparan dan rasional.
b. Perusahaan penjualan langsung memiliki kode etik dan peraturan
perusahaan yang lazim berlaku di bidang usaha penjualan langsung (Pasal
2 poin d), sedangkan jaringan pemasaran terlarang tidak memiliki kode
etik yang berlaku di bidang usaha penjualan langsung.
c. Perusahaan penjualan langsung memiliki barang dan/atau jasa yang nyata
dan jelas dengan harga yang layak dan wajar serta memiliki ketentuan
tentang harga barang dan/atau jasa yang dijual dalam mata uang Rupiah
(Rp) dan berlaku untuk mitra usaha/member dan konsumen (Pasal 2 poin e
dan i), sedangkan jaringan pemasaran terlarang menggunakan barang
dan/atau jasa hanya sebagai kedok saja dan terdapat beberapa yang
menggunakan mata uang Dollar ($).
d. Perusahaan

penjualan

langsung

memberikan

komisi,

bonus

dan

penghargaan lainnya berdasarkan hasil kegiatan penjualan barang dan/atau
jasa yang dilakukan oleh mitra usaha dan jaringannya sesuai dengan
diperjanjikan ( Pasal 2 poin g), sedangkan jaringan pemasaran terlarang
memperoleh imbalan yang berasal atau didapatkan terutama dari hasil

Universitas Sumatera Utara

14

partisipasi

orang

lain

yang

bergabung

kemudian

atau

sesudah

bergabungnya mitra usaha tersebut, dan bukan dari hasil kegiatan
penjualan barang dan/atau jasa.
e. Pada perusahaan penjualan langsung jumlah komisi dan/atau bonus atas
hasil penjualan yang diberikan kepada seluruh mitra usaha dan jaringan di
bawahnya paling banyak 40% (empat puluh persen) dari jumlah nilai
penjualan barang dan/atau jasa perusahaan kepada mitra usaha ( Pasal 3
poin b), sedankan pada jaringan pemasaran terlarang mitra usaha yang
bergabung mendapatkan presentasi komisi yang berbeda-beda berdasarkan
siapa yang duluan bergabung.
f. Perusahaan penjualan langsung wajib memiliki Surat Izin Usaha Penjualan
Langsung (SIUPL) sesuai ketentuan Pasal 9 poin 1, sedangkan jaringan
pemasaran terlarang biasanya hanya menggunakan Surat Izin Usaha
Penjualan (SIUP).
2. Mitra usaha
Mitra usaha adalah anggota mandiri jaringan pemasaran atau penjualan
yang berbentuk badan usaha atau perseorangan dan bukan merupakan bagian dari
struktur organisasi perusahaan yang memasarkan atau menjual barang dan/atau
jasa kepada konsumen akhir secara langsung dengan mendapatkan imbalan
berupa komisi dan/atau bonus atas penjualan.
Kegiatan penyaluran barang atau pemasaran suatu produk yang
dikeluarkan oleh perusahaan agar sampai kepada pihak ketiga biasanya dilakukan
oleh pedagang perantara. Pedagang perantara memberikan jasa dalam hal

Universitas Sumatera Utara

15

pembelian maupun penjualan dengan melayani arus produk dari produsen ke
pihak ketiga, juga secara aktif membantu pemindahan hak kepemilikan.
Pedagang perantara juga menyediakan berbagai jasa untuk supplier maupun
pelangganya, diantaranya adalah menyediakan jasa pergudangan, memberikan
informasi pasar, yang semuanya memberikan manfaat yang tidak kecil bagi
supplier dan pelanggan. 10 Dalam penelitian ini penulis mengarah kepada mitra
usaha yang disebutkan sebagai pedagang perantara dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (selanjutnya disebut KUHD) sebagai acuan dasar hukum positif
di Indonesia.
3. Konsumen
Istilah “konsumen” berasal dari Bahasa Belanda “konsument”, Bahasa
Inggris “costumer”, yang berarti “pemakai”. Di Amerika Serikat kata ini dapat
diartikan lebih luas lagi sebagai “korban pemakaian produk yang cacat”, baik
korban pembeli, bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan juga korban bukan
pemakai, karena perlindungan hukum dapat dinikmati pula bahkan oleh korban
yang bukan pemakai. 11 Dalam arti yang lebih luas, konsumen adalah setiap orang
pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan.

10

William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Edisi Ketujuh, Jilid 2 (Jakarta: Erlangga,
1995), hlm. 5.
11
Usman Rachmadi, Hukum Ekonomi dalam Dinamika (Jakarta: Djambatan, 2000), hlm.
200.

Universitas Sumatera Utara

16

F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang mendukung dan sesuai
dengan permasalahan yang diteliti, metode yang digunakan dalam penelitian
adalah :
1. Jenis dan sifat penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yaitu
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder. Penelitian hukum ini dinamakan juga penelitian hukum kepustakaan.12
Sifat penelitian yang melekat pada penulisan skripsi ini adalah penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang
seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Penelitian
tersebut maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar
dapat membantu di dalam memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka
menyusun teori baru. 13
2. Data penelitian
Data merupakan bahan yang sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah
skripsi. Data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder.
Data sekunder, adalah data yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung
yang berasal dari bahan hukum primer seperti perundang-undangan dan bahan
hukum sekunder seperti pendapat-pendapat para ahli atau doktrin serta bahan
hukum tersier seperti kamus-kamus sepert Kamus Besar Bahasa Indonesia dan

12

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 13-14.
13
Ibid., hlm. 10.

Universitas Sumatera Utara

17

Black’s Law Dictionary. Adapun yang menjadi data sekunder dalam penulisan
skripsi ini antara lain :
a. Bahan-bahan hukum primer, yaitu berupa perundang-undangan, yang
terdiri dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang; Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan; dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Peraturan di bawah undang-undang tentang
penyelenggaraan

perdagangan

dengan

sistem

distribusi

penjualan

langsung, yaitu Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 32/MDAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan
dengan Sistem Penjualan Langsung, Peraturan Menteri Perdagangan RI
Nomor 47/M-DAG/PER/9/2009 tentang Perubahan Atas Permendag
32/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan
Sistem Penjualan Langsung, Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor
13/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan
Surat Izin Usaha Penjualan Langsung.
b. Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang berkaitan dengan
bahan hukum primer dan dapat membantu dalam menganalisis bahan
hukum primer, misalnya hasil penelitian, bahan pustaka (literatur) dan
publikasi hukum lainnya yang berkaitan dengan sistem penjualan langsung
dan pertanggungjawaban mitra usaha.

Universitas Sumatera Utara

18

c. Bahan hukum tersier yang berupa bahan-bahan yang memberi informasi
dan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan sekunder antara lain
kamus hukum, ensiklopedia, artikel, majalah, koran, dan situs internet.
3. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan di dalam penulisan skripsi ini
digunakan teknik pengumpulan data library research. Teknik pengumpulan data
dengan

library

research

adalah

metode

dimana

dilakukan

kegiatan

mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan bantuan bahan-bahan bacaan yang
ada di perpustakaan, seperti buku-buku, tulisan-tulisan, serta perundangundangan yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. Selain itu juga turur
menggunakan fasilitas teknologi yaitu media internet (online) dengan mencari
berbagai situs yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
4. Analisis data
Peneliti melakukan analisis terhadap data yang telah diperoleh dengan
menggunakan analisis yuridis normatif, yaitu suatu metode penelitian yang
bertitik tolak dari norma-norma, asas-asas serta peraturan-peraturan yang ada
sebagai norma hukum positif, yang kemudian dianalisis secara kualitatif yang
merupakan analisis data yang berasal dari kepustakaan dibandingkan dengan
fakta yang ada, untuk memperjelas data dan kemudian diambil kesimpulan dari
analisis.

Universitas Sumatera Utara

19

G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat
sesuai dengan pembahasan, maka dibuat sistematika secara teratur dalam bagianbagian yang semuanya saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistematika
atau gambaran tersebut dibagi dalam beberapa bab, dimana pada masing-masing
bab menguraikan beberapa masalah-masalah. Adapun gambaran isi atau
sistematika tersebut adalah sebagai berikut :
Bab I mengenai pendahuluan. Dalam bab ini berisikan pembukaan yang
pada pokoknya menguraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan dan
manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan dan yang terakhir
adalah gambaran ini yang merupakan sistematika penulisan.
Bab II tentang pengaturan perusahaan berbasis distribusi penjualan
langsung menurut hukum positif Indonesia. Bab ini berisikan penjelasanpenjelasan tentang pengaturan perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung
menurut hukum positif Indonesia. Dimana pada bab ini pada pokoknya
menguraikan tinjauan umum perusahaan distribusi penjualan langsung, ruang
lingkup perusahaan distribusi penjualan langsung dan pengaturan perusahaan
distribusi penjualan langsung menurut hukum positif Indonesia.
Bab III tentang kedudukan hukum mitra usaha dalam perusahaan berbasis
distribusi penjualan langsung. Bab ini berisikan penjelasan mitra usaha secara
umum, kode etik mitra usaha pada perusahaan berbasis distribusi penjualan
langsung, kedudukan hukum mitra usaha serta hak, kewajiban dan tanggung
jawab mitra usaha dalam perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung.

Universitas Sumatera Utara

20

Bab IV tentang perlindungan hukum terhadap mitra usaha dalam
perusahaan berbasis distribusi penjualan langsung atas tuntutan ganti rugi oleh
konsumen yang disebabkan karena kegagalan produk. Dalam bab ini pada
pokoknya menguraikan mengenai kerugian yang mungkin diderita konsumen
serta perjanjian kerjasama antara mitra usaha dan perusahan berbasis distribusi
penjualan langsung.
Bab V berisikan kesimpulan dan saran. Bab ini pada pokoknya
menguraikan kesimpulan dari skripsi ini dan kemudian diberikan saran-saran
yang mungkin berguna bagi para pembaca.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

1 92 99

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

1 22 123

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 9

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 2

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 1 23

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 53

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 2 7

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 1 1

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 0 24

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 0 3