Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan industri dan perdagangan nasional yang dilaksanakan saat
ini merupakan bagian pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
yang berlangsung di dalam era perdagangan dan investasi dunia makin bebas.
Keadaan demikian menimbulkan peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan
industri dan perdagangan nasional.
Kebijaksanaan dan upaya pemerintah khususnya dari sub sektor
perdagangan dalam negeri diarahkan sistem dan tata perdagangan yang didukung
oleh peraturan perundangan, pemantapan lembaga perdagangan, pembinaan dunia
usaha termasuk penciptaan kondisi persaingan usaha yang sehat, perlindungan
konsumen, peningkatan penggunaan produksi dalam negeri, mewujudkan
pola/tata perdagangan dan sistem distribusi yang mantap, dengan tetap
memperhatikan berbagai perkembangan dan perubahan yang terjadi utamanya
memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas dunia.
Satu pihak kegiatan ekonomi meliputi usaha individu-individu,
perusahaan-perusahaan

dan


perekonomian

secara

keseluruhan

untuk

memproduksi barang dan jasa yang mereka butuhkan. Lain pihak, kegiatan
ekonomi meliputi pula kegiatan untuk menggunakan barang dan jasa yang
diproduksikan dalam perekonomian. Dengan demikian kegiatan ekonomi dapat
didefinisikan sebagai kegiatan seseorang atau suatu perusahaan ataupun suatu

1
Universitas Sumatera Utara

2

masyarakat untuk memproduksi barang dan jasa maupun mengkonsumsi

(menggunakan) barang dan jasa tersebut.1
Sejalan dengan perkembangan perdagangan dunia dan upaya peningkatan
efisiensi pemasaran dalam memenangkan persaingan, telah berkembang sistem
usaha penjualan langsung (direct selling) yang lebih dikenal dengan multi level
marketing (selanjutnya disebut sebagai MLM). Sistem usaha penjualan langsung

(direct selling ) ini sudah cukup lama berkembang di Indonesia. Namun karena
kurang tersosialisasi, sehingga masih banyak masyarakat yang belum memahami
perdagangan dengan menggunakan sistem penjualan langsung tersebut. Tidak
heran banyak masyarakat yang sangat awam mengenai usaha MLM ini, akibatnya
banyak bermunculan di media-media mengenai berita wanprestasi maupun tindak
pidana penipuan yang berkedok sistem MLM tersebut yang dilakukan oleh orangorang yang tidak bertanggungjawab.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (selanjutnya
disebut UU Perdagangan) Bagian Kedua, mengenai distribusi barang yang
diperdagangkan di dalam negeri secara tidak langsung atau langsung (direct
selling) kepada konsumen dapat dilakukan melalui pelaku usaha distribusi.2

Distribusi barang secara tidak langsung dilakukan dengan menggunakan rantai
distribusi yang bersifat umum distributor dan jaringannya, agen dan jaringannya
atau


waralaba.3 Distribusi barang secara langsung dilakukan dengan

1

Sadono Sukino, Mikro Ekonomi Teori Pengantar (edisi ketiga) (Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada,1994), hlm. 4.
2
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 7 ayat (1)
3
Ibid., Pasal 7 ayat (2)

Universitas Sumatera Utara

3

menggunakan pendistribusian khusus melalui sistem penjualan langsung (direct
selling) secara single level atau multilevel.4

Menurut penjelasan Pasal 7 ayat (1), (2) dan (3) UU Perdagangan bahwa

yang dimaksud dengan “distribusi tidak langsung” adalah kegiatan pendistribusian
barang yang dilakukan oleh pelaku usaha distribusi kepada konsumen melalui
rantai distribusi yang bersifat umum sehingga setiap pelaku usaha distribusi dapat
memperoleh margin (distributor, subdistributor, produsen pemasok, pengecer dan
pedagang keliling ); dan/atau komisi (agen, sub-agen dan pedagang keliling).
Yang dimaksud dengan “distribusi langsung” adalah kegiatan pendistribusian
barang

dengan

sistem

penjualan

langsung

atau

menggunakan


sistem

pendistribusian secara khusus. Yang dimaksud dengan “pelaku usaha distribusi”
adalah Pelaku Usaha yang menjalankan kegiatan distribusi barang di dalam negeri
dan ke luar negeri, antara lain distributor, agen, eksportir, importir, produsen
pemasok, subdistributor, sub-agen dan pengecer. Yang dimaksud dengan
“penjualan langsung” (direct selling) adalah sistem penjualan barang tertentu
melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja
atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen di
luar lokasi eceran. Yang dimaksud dengan “penjualan langsung (direct selling)
secara single level” adalah penjualan barang tertentu yang tidak melalui jaringan
pemasaran berjenjang. Yang dimaksud dengan “penjualan langsung (direct
selling) secara multilevel” adalah penjualan barang tertentu melalui jaringan

pemasaran berjenjang yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja atas

4

Ibid., Pasal 7 ayat (3)


Universitas Sumatera Utara

4

dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan barang kepada
konsumen.
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 32/MDAG/PER/8/2008 Pasal 1 angka 1 menyebutkan tentang pengertian penjualan
langsung (direct selling ) adalah metode penjualan barang dan/atau jasa tertentu
melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha yang berkerja
atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen
diluar lokasi eceran tetap. Pelaksanaan usaha penjualan langsung ini, tidak
terlepas dari adanya hubungn hukum yang terjadi dibalik itu semua, hubungan
hukum antara perusahaan dengan mitra usaha ataupun dengan calon mitra usaha
atau konsumen. Hubungan hukum tersebut timbul karena adanya perjanjian antara
para pihak, yaitu pihak perusahaan sebagai pemilik usaha penjualan langsung dan
pihak mitra usaha/member yang menjalankan kegiatan usaha penjualan langsung.
Dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut
sebagai KUHPerdata) disebutkan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain. 5
Kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung

diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara perusahaan dan mitra
usaha/member dengan memperhatikan kode etik dan peraturan perusahaan (Pasal
4 angka 1 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 32/MDAG/PER/8/2008).

Perkembangan

usaha

penjualan

langsung

ini

telah

memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional melalui penciptaan
5

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Jakarta : PT.Pradny

Paramita, 2001), hlm. 338.

Universitas Sumatera Utara

5

kesempatan kerja/lapangan usaha baru. Namun di sisi lain, juga dapat
menimbulkan dampak

negatif yang merupakan penyimpangan-penyimpangan

atas sistem usaha penjualan langsung itu sendiri yang dilakukan oleh pengusaha
yang menjalankan

usaha dengan berkedok sistem usaha penjualan langsung

melalui kegiatan penghimpunan dana masyarakat atau penggandaan uang yang
disebut “jaringan pemasaran terlarang”.
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 32/MDAG/PER/8/2008 Pasal 1 angka 12 menyebutkan tentang pengertian jaringan
pemasaran terlarang adalah kegiatan usaha dengan nama atau istilah apapun

dimana keikutsertaan mitra usaha berdasarkan pertimbangan adanya peluang
untuk memperoleh imbalan yang berasal atau didapatkan terutama dari hasil
partisipasi orang lain yang bergabung kemudian atau sesudah bergabungnya mitra
usaha tersebut dan bukan dari hasil kegiatan penjualan barang dan/atau jasa.
Sisi lain, kondisi ini akan memaksa para pelaku usaha untuk mencari
metode pemasaran yang efektif guna menambah minat beli konsumen terhadap
barang dan/atau jasa yang mereka tawarkan. Metode-metode yang kurang bijak
pun sering kali digunakan yang dimana hal tersebut dapat menimbulkan kerugian
bagi konsumen. Dengan demikian, upaya-upaya untuk melindungi konsumen
merupakan sesuatu hal yang dianggap penting dan mutlak harus segera dicari
solusinya. Melihat permasalahan ini, Indonesia pun meresponnya dengan
mengesahkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (selanjutnya disebut sebagai UUPK). UUPK ini diharapkan dapat
mengatasi sedemikian kompleksnya permasalahan konsumen yang ada di

Universitas Sumatera Utara

6

Indonesia dan dapat menjadi landasan hukum bagi


pemerintah dan lembaga

perlindungan konsumen.
Pelaku usaha begitu dengan mudahnya mengabaikan atau melanggar
ketentuan-ketentuan yang ada di dalam UUPK, seperti mengabaikan kewajibankewajiban pelaku usaha dan melanggar hak-hak konsumen. Kewajiban-kewajiban
yang masih dilanggar yaitu kewajiban untuk menjamin mutu barang dan/atau jasa
yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu
barang dan/atau jasa yang berlaku dan kewajiban untuk memberi jaminan
dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan. Sedangkan
pelanggarannya yaitu pelanggaran atas hak konsumen untuk mendapatkan
informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang yang
akan dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan.
Ketentuan mengenai jaminan /garansi diatur dalam Pasal 25 UUPK yang
isinya sebagai berikut:
1. Pelaku usaha yang memproduksi barang yang pemanfaatannya berkelanjutan
dalam batas waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun wajib menyediakan suku
cadang dan/atau fasilitas purna jual dan wajib memenuhi jaminan atau garansi
sesuai dengan yang diperjanjikan.
2. Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas

tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan konsumen apabila pelaku usaha tersebut;
a.

tidak menyediakan atau lalai menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas
perbaikan;

Universitas Sumatera Utara

7

b.

tidak memenuhi atau gagal memenuhi jaminan atau garansi

yang

diperjanjikan.
Sehubungan dengan substansi dari pasal ini, maka ditarik suatu
kesimpulan bahwa kewajiban menyediakan suku cadang atau fasilitas purna jual
yang dimaksud tidak tergantung ada atau tidaknya ditentukan dalam perjanjian.
Artinya meskipun para pihak tidak menentukan hal ini dalam perjanjian mereka,
konsumen tetap memiliki hak menuntut ganti rugi kepada pelaku usaha yang
bersangkutan berdasarkan perbuatan melanggar hukum, apabila kewajiban
menyediakan suku cadang atau fasilitas purna jual tersebut diabaikan pelaku
usaha.

Sedangkan

ketentuan

mengenai

jaminan

atau

garansi,

UUPK

menggantungkan pada substansi perjanjian para pihak.6 Kemitraan sebagaimana
tersebut di atas, mengandung makna bahwa tanggung jawab moral pengusaha
menengah/besar untuk membimbing dan membina pengusaha kecil mitranya agar
mampu mengembangkan usahanya sehingga mampu menjadi mitra yang handal
untuk menarik keuntungan dan kesejahteraan bersama.
Tanggung jawab kemitraan terhadap pemberian garansi memberikan
tuntutan ganti rugi yang telah ditentukan lebih dahulu dalam suatu perjanjian.
Sehingga dalam hal ini, permasalahan jaminan yang sering didengar dengan kata
garansi pun merupakan salah satu permasalahan dibidang perlindungan konsumen
yang wajib ditangani oleh pemerintah. Berangkat dari adanya kesenjangan antara
harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein) sebagaimana uraian di atas dan
mengingat

betapa pentingnya kartu jaminan/garansi purna jual dalam upaya

6

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 157-158.

Universitas Sumatera Utara

8

untuk melindungi kepentingan konsumen. Maka penulis merasa tertarik untuk
membahas lebih dalam mengenai “Pertanggungjawaban Mitra Usaha Dalam
Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung Terhadap Pemberian Garansi
Atas Produk Yang Diperdagangkan”.

B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas di dalam skripsi ini adalah:
1.

Bagaimana pengaturan perjanjian kemitraan dalam hukum Indonesia?

2.

Bagaimana pengaturan hukum terhadap garansi produk dalam usaha
perdagangan dengan sistem penjualan langsung ?

3.

Bagaimana perlindungan dan pemberian garansi terhadap perusahaan oleh
mitra usaha dalam kegiatan usaha perdagangan berbasis penjualan langsung?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penulisan ini dilakukan dengan tujuan dan manfaat yang hendak dicapai,
yaitu:
1.

Tujuan penulisan
Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan diatas

maka tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a.

Untuk mengetahui pengaturan perjanjian kemitraan dalam hukum
Indonesia.

b.

Untuk mengetahui pengaturan hukum terhadap garansi produk dalam
usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung.

Universitas Sumatera Utara

9

c.

Untuk mengetahui perlindungan dan pemberian garansi terhadap
perusahaan oleh mitra usaha dalam kegiatan usaha perdagangan berbasis
penjualan langsung.

2.

Manfaat penulisan
Mengenai manfaat akan hasil penelitian skripsi ini terhadap rumusan

permasalahan yang sudah diuraikan dapat dibagi menjadi dua jenis manfaat, yaitu:
a.

Manfaat teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan teoritis bagi
pembaca untuk menambah pengetahuan beserta pemahaman
mengenai pertanggungjawaban mitra usaha dalam perusahaan
berbasis penjualan langsung terhadap pemberian garansi atas produk
yang diperdagangkan
2) Merupakan bahan untuk penelitian lanjutan, baik sebagai bahan
dasar maupun bahan perbandingan bagi penelitian yang lebih luas.

b.

Manfaat praktis
1) Bagi pemerintah, agar menyadari peran tanggung jawab mengenai
permasalahan dunia

usaha

sebagai

penunjang pembangunan

pertumbuhan ekonomi.
2) Bagi pelaku usaha, agar memahami peran sebagai pelaku usaha
dalam perjanjian kemitraan menurut sistem hukum di Indonesia

D. Keaslian Penulisan
Pembahasan skripsi ini dengan judul “Pertanggungjawaban Mitra Usaha
Dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung Terhadap Pemberian Garansi

Universitas Sumatera Utara

10
Atas Produk Yang Diperdagangkan”, merupakan karya ilmiah yang belum pernah
diangkat menjadi judul skripsi di lingkungan Strata 1 Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Analisa perjanjian kemitraan dan garansi dalam skripsi memang
telah sering diangkat. Misalnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara sendiri beberapa diantaranya yaitu : Jaminan Produk Dalam Jual
Beli Barang Elektronik Laptop (Hasibuan, Rotua H. S. 110200194); Layanan
Purna Jual Dalam Kerangka Hukum Perlindungan (Nasution, Anggi Iskandarsyah,
110200252); Tinjauan Yuridis Pertanggung Jawaban Pelaku Usaha Terhadap
Produknya (Studi Kasus PT. Indofood Medan) (Khori Tifani Lubis, 090200138);.
Kesamaan skripsi-skripsi tersebut adalah mengangkat permasalahan dari UndangUndang No.37 Tahun 2004 namun substansi yang dibahas tidaklah sama. Skripsi
ini memang akan dibahas juga mengenai perlindungan konsumen, namun
pembahasan tersebut hanya merupakan sub bab dari permasalahan utama tepatnya
akan dibahas dalam terjadinya pertanggungjawaban mitra usaha dalam perusahaan
berbasis penjualan langsung terhadap pemberian garansi atas produk yang
diperdagangkan. Selain itu masing-masing skripsi di atas juga membahas
mengenai
Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat
Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
maka diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai
“Pertanggungjawaban Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Penjualan
Langsung Terhadap Pemberian Garansi Atas Produk Yang Diperdagangkan”.
Adanya alasan tersebut diatas maka pembahasan yang dibahas di dalam skripsi ini

Universitas Sumatera Utara

11

dikatakan murni hasil pemikiran penulis yang dikaitkan dengan teori-teori hukum
yang berlaku maupun doktrin-doktrin yang yang ada, dalam rangka melengkapi
tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan apabila ternyata dikemudian hari terdapat
judul yang sama dan permasalahan yang sama maka penulis akan bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap skripsi ini.

E. Tinjauan Pustaka
1.

Kemitraan
Kemitraan adalah suatu sikap menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan

hubungan jangka panjang, suatu kerjasama bertingkat tinggi, saling percaya,
dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan
bisnis bersama.7 Kemitraan juga diartikan sebagai suatu strategi bisnis yang
dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk
meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling
membesarkan.8 Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan
sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalma
menjalanan etika bisnis. Hal demikian sesuai dengan pendapat Ian Linton yang
mengatakan bahwa Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis di mana
pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis
bersama.9
7

http://lalightsman.blogspot.co.id/2013/02/pola-pola-kemitraan-dalam-pengembangan.
html, (diakses tanggal 19 Maret 2016).
8
Muhammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi (Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan, 2000), hal 43
9
Ibid., hlm. 12.

Universitas Sumatera Utara

12

Bisnis Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh
dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan
bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan atau
menguntungkan. Bisnis kemitraan ini untuk meningkatkan kemampuan usaha
kecil agar menjadi kuat dan juga mandiri, dengan pemanfaatan dana bergulir dari
Perseroan. Bisnis kemitraan sendiri terdiri dari lima pola, yaitu bisnis inti plasma
(usaha besar sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil dan
menengah yang menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan, sarana produksi,
pemeberian

bimbingan),

pola

subkontrak

(usaha

kecil

dan

menengah

memproduksi komponen yang diperlukan oleh usaha besar sebagai bagian dari
produksinya), pola dagang umum (usaha besar memasarkan hasil produksi usaha
kecil dan menengah), pola keagenan (usaha kecil dan menengah diberi hak khusus
untuk memasarkan barang dan jasa usaha besar sebagai mitranya), pola waralaba
(pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merk dagang dan saluran
distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba). Dari kelima pola bisnis
kemitraan di Indonesia lebih banyak yang menggunakan bisnis kemitraan pola
keagenaan dan pola waralaba. Di samping banyaknya jenis bisnis yang bisa
dipilih, modal untuk memulai bisnis kemitraan pola ini juga tidak terlalu besar 10
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong
atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompokkelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
10

http://www.miung.com/2014/10/bisnis-kecil-yang-menguntungkan-dengan.html,
(diakses tanggal 19 Maret 2016).

Universitas Sumatera Utara

13

tertentu. Ada berbagai pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI)
meliputi: 11
a. kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal
antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan
”mitra” atau ”partner”.
b. Kemitraan

adalah

proses

pencarian/perwujudan

bentuk-bentuk

kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara
sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor,
kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk
bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan,
prinsip, dan peran masing-masing.
d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau
organisasi

untuk

bekerjasama

mencapai

tujuan,

mengambil

dan

melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang
berupa

resiko

maupun

keuntungan,

meninjau

ulang

hubungan

masingmasing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila
diperlukan.
Konsep kemitraan merupakan terjemahan kebersamaan ( partnership) atau
bagian dari tanggungjawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya sesuai
dengan konsep manajemen berdasarkan sasaran atau partisipatif. Karena sesuai
dengan konsep manajemen partisipatif, perusahaan besar harus juga bertanggung
11

Notoatmodjo, S., Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (Jakarta: Rineka Cipta.
2007), Hlm. 45.

Universitas Sumatera Utara

14

jawab mengembangkan usaha kecil dan masyarakat pelanggannya, karena pada
akhirnya hanya konsep kemitraan (partnership) yang dapat menjamin eksistensi
perusahaan besar, terutama untuk jangka panjang.12 Mirza dan Sulistiyarini
(1997:42) mengemukakan bahwa perusahaan disebut bertanggungjawab secara
sosial, ketika manajemennya memiliki visi atas kinerja operasional yang tidak
hanya sekedar merealisasikan profit, tapi juga suatu keharusan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi setiap pihak yang bermitra usaha
baik sebagai pionir maupun sebagai mitra, tidak hanya dilakukan hanya sekedar
belas kasihan oleh yang kuat terhadap yang lemah, tetapi kemitraan seyogyanya
terjalin kinerja karena kehendak bisnis yang dibarengi dengan rasa tanggungjawab
sosial yang kuat.
2. Perusahaan
Perusahaan adalah suatu pengertian ekonomi yang banyak dipakai dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut KUHD), namun
KUHD sendiri tidaklah memberikan penafsiran maupun penjelasan resmi tentang
apakah perusahaan itu. Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, maka perusahaan didefenisikan sebagai
“setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap,
terus-menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah negara
Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.”13

12

B.N, Marbun, Kamus Politik (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1996), hlm. 34-35.
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2006), hlm. 1.
13

Universitas Sumatera Utara

15

Perusahaan merupakan salah satu sendi utama dalam kehidupan
masyarakat modern karena perusahaan merupakan salah satu pusat kegiatan
manusia guna memenuhi kehidupannya. Selain itu perusahaan juga merupakan
salah satu sumber pendapatan negara melalui pajak dan wadah bagi penyaluran
tenaga kerja. Oleh karena itu, eksistensi dan peran perusahaan di dalam
masyarakat sangat besar.14
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara
tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba,
baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan maupun badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan
berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.15 Perusahaan didirikan
mempunyai maksud dan tujuan yang hendak dicapai, yang utamanya adalah untuk
memperoleh laba /keuntungan. Maksud dan tujuan tersebut dirumuskan oleh para
pendiri yang nantinya merupakan pemegang saham perseroan itu. Perusahaan
melaksanakan kegiatan usahanya sebagaimana terperinci dalam anggaran dasar
untuk mencapai maksud dan tujuan masing-masing perseroan tersebut.
Berangkat dari pembahasan mengenai perusahaan sebelumnya, maka
dapat diartikan unsur-unsur perusahaan adalah sebagai berikut :16
a.

Badan usaha. Badan usaha yang menjalankan kegiatan dalam bidang
perekonomian itu mempunyai bentuk hukum tertentu, seperti Perusahaan

14

Sri Rejeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan (Bandung : Mandar Maju,
2000), hlm. 2.
15
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan, Pasal 1 angka 1.
16
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002), hlm.
10-12.

Universitas Sumatera Utara

16

Dagang, Firma, Persekutuan Komanditer, Perseroan Terbatas, Perusahaan
Umum, Perusahaan Perseroan, dan Koperasi.
b.

Kegiatan dalam bidang perekonomian. Kegiatan ini meliputi perindustrian,
perdagangan, dan jasa.

c.

Terus-menerus. Kegiatan dalam bidang perekonomian itu dilakukan secara
terus-menerus, artinya sebagai mata pencaharian, tidak insidential, bukan
pekerjaan sambilan.

d.

Bersifat tetap. Bersifat tetap artinya kegiatan itu tidak berubah atau
berganti dalam waktu singkat melainkan juga dalam jangka waktu yang
lama atau panjang.

e.

Terang-terangan. Terang-terangan artinya ditunjukan kepada dan diketahui
oleh umum, bebas berhubungan dengan pihak lain, diakui dan dibenarkan
oleh pemerintah berdasarkan undang-undang.

f.

Keuntungan atau laba Setiap kegiatan menjalankan kegiatan perusahaan
tentu menggunakan sejumlah modal. Dengan modal perusahaan,
keuntungan (profit) atau laba dapat diperoleh. Hal ini merupakan tujuan
utama suatu perusahaan menjalankan kegiatan usahanya.

g.

Pembukuan Pembukuan merupakan catatan mengenai hak dan kewajiban
yang berkaitan dengan kegiatan usaha suatu perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa perusahaan
merupakan bentuk badan usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat
tetap dan terus menerus atau jangka panjang. Setiap perusahaan memiliki tujuan
yaitu memperoleh keuntungan sebesar-besarnya atau laba. Perusahaan tersebut

Universitas Sumatera Utara

17

memiliki unsur-unsur perusahaan yang wajib dipenuhi oleh setiap badan usaha
yang menjalankan kegiatan dalam bidang perekonomian yang mempunyai bentuk
badan hukum tertentu, seperti Perusahaan Dagang, Firma, Persekutuan
Komanditer, Perseroan Terbatas, Perusahaan umum, Perusahaan perseroan dan
Koperasi.
3. Garansi
Kata garansi berasal dari bahasa inggris guarantee yang berarti jaminan
atau tanggungan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, garansi mempunyai arti
tanggungan, sedang dalam ensiklopedia Indonesia, garansi adalah bagian dari
suatu perjanjian dalam jual beli, dimana penjual menanggung kebaikan atau
keberesan barang yang dijual untuk jangka waktu yang ditentukan. Pada dasarnya
jaminan produk adalah bagian dari hukum jaminan. Hukum jaminan sendiri
meliputi dua pengertian yaitu hukum jaminan kebendaan dan hukum jaminan
perorangan. Jaminan kebendaan meliputi piutang-piutang yang diistimewakan,
gadai dan hipotek. Sedangkan jaminan perorangan meliputi penanggungan utang
(borgtoch) termasuk juga perikatan tanggung menanggung dan perjanjian
garansi.17
Jaminan produk yang pada dasarnya bila dikaitkan dengan KUHPerdata
merupakan bagian dari hukum jaminan. Jaminan yang dimaksud adalah jaminan
produk dalam jual beli produk elektronik yang biasa dikenal dengan istilah
garansi.

17

Rachmadi, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm 24-25.

Universitas Sumatera Utara

18

Dalam KUHPerdata garansi termasuk pada bagian jaminan perorangan,
yang diatur pada buku III KUHPerdata. Garansi adalah bagian dari suatu
perjanjian, maka termasuk didalam buku ke III KUHPerdata mengenai perikatan
(van verbintenissen ). Perjanjian garansi diatur dalam Pasal 1316 KUHPerdata.
Garansi ini sangat berharga sebab dengan adanya garansi, selain jaminan
kualitas produk tersebut juga mempengaruhi harga jual dan minat pembeli suatu
produk. Dengan adanya garansi, nilai jual suatu produk akan bertambah dan
keberadaan garansi tersebut dapat meningkatkan minat konsumen untuk
membelinya. Suatu produk yang sejenis akan sangat berbeda dari segi harga bila
yang satu memilki garansi dan yang lain tidak. Harga produk yang tidak
bergaransi biasanya lebih rendah dari yang bergaransi, namun demi keamanan dan
terjaminnya kualitas suatu produk, konsumen biasanya memilih produk yang
bergaransi.
4. Penjualan langsung (direct selling)
Sistem penjualan langsung mulai dikembangkan oleh Henry Heinz di
perusahaan Heinz Company yang ia dirikan di Sharpsburg, Pennsylvania, AS pada
tahun 1869.18 Heinz membangun sebuah organisasi penjualan beranggotakan 400
orang salesman untuk menjual secara langsung berbagai produk sayuran seperti
kecap, saus dan acar kepada orang-orang yang tidak membuatnya untuk
kebutuhan sendiri.19

18

http://www.articlesnatch.com/Article/Marketing-Multilevel, diakses tanggal 13
Januari 2016. (Diakses tanggal 5 Januari 2016).
19
http://www.articlesnatch.com/, (Diakses tanggal 5 Januari 2016)

Universitas Sumatera Utara

19

Di Indonesia, ketentuan mengenai penyelenggaraan penjualan langsung
diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Permendag)
No.

32/M-DAG/PER/8/2008.

Adapun

definisi

dari

penjualan

langsung

berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Permendag No. 32/M-DAG/PER/8/2008 adalah
sebagai berikut:
“Penjualan langsung (direct selling ) adalah metode penjualan barang
dan/atau jasa tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan
mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan
hasil penjualan kepada konsumen di luar lokasi eceran tetap.”

F. Metode Penelitian
Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan
untuk mengetahui dan memahami segala kehidupan, atau lebih jelasnya penelitian
merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, menguji,
serta mengembangkan ilmu pengetahuan.20
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah
dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang
digunakan antara lain:
1.

Spesifikasi penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif disebut juga dengan

penelitian doktrinal (doctrinal research ) yaitu suatu penelitian yang memusatkan
pada analisis hukum baik hukum yang tertulis dalam buku (law in books) maupun

20

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : Universitas Indonesia
(UI) Pers, 1986), hlm. 250.

Universitas Sumatera Utara

20

hukum yang diputuskan oleh hakim melalui putusan pengadilan (law is decided by
the judge through the judicial process ).21Penelitian ini bersifat deskriptif yang

bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat individu suatu gejala, keadaan
atau kelompok tertentu. Deskriptif analitis berarti bahwa penelitian ini
menggambarkan suatu peraturan hukum dalam konteks teori-teori hukum dan
pelaksanaannya serta menganalisis fakta secara cermat tentang perjanjian
kemitraan dan garansi atas produk yang diperdagangkan berbasis penjualan
langsung. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pendekatan yuridis, yang merupakan pendekatan yang mengkonsepsikan hukum
sebagai norma, kaidah maupun azas dengan tahapan berupa studi kepustakaan
dengan

pendekatan

menggabungkan

dari

dengan

berbagai
studi

literatur.

kepustakaan

Metode
(library

penelitian
research)

juga
dengan

menggunakan media literatur yang ada maupun jurnal ilmiah elektronik lainnya
seperti internet dan tinjauan yuridis.
2.

Sumber data
Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data

sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data
sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil
penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. 22
Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan di bidang kepailitan, antara lain:

21

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Gratifi
Press, 2006), hlm.118.
22
Ibid., hlm. 30.

Universitas Sumatera Utara

21

a.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).

b.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

c.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

d.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 32/MDAG/PER/8/2008

tentang

Penyelenggaraan

Kegiatan

Usaha

Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung
e.

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum berupa
buku-buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan
pembahasan skripsi ini.

f.

Bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu bahan hukum yang
memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum
primer dan/atau bahan hukum sekunder yakni kamus hukum dan Kamus
Besar Bahasa Indonesia.

3.

Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library

reaseacrh) yaitu serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan

membaca,

menelaah,

mengklarifikasi,

mengidentifikasi

dan

dilakukan

pemahaman terhadap bahan-bahanhukum yang berupa peraturan perundangundangan serta buku-buku literatur yang adarelevansinya dengan permasalahan
penelitian. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebutkemudian dibuat ringkasan
secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari
teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori,

Universitas Sumatera Utara

22

pendapat-pendapat

atau

penemuan-penemuan

yang

berhubungan

dengan

permasalahan penelitian.23
4.

Analisis data
Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan

dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan
menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya
melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar
sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan
bahan hukum yang ada. Mengolah dan menginterpretasikan data guna
mendapatkan kesimpulan dari permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan
saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang
dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.24

G. Sistematika Penulisan
Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar memberikan
kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan memperoleh
manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan satu kesatuan yang saling
berhubungan satu dengan yang lain.
Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut:

23

Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum (Medan :
Universitas Sumatera Utara, 2010), hlm. 24.
24
Ibid., hlm. 24-25.

Universitas Sumatera Utara

23

BAB I merupakan pendahuluan. Pada bab pendahuluan ini menguraikan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan, manfaat penulisan, keaslian penulisan,
tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II merupakan pembahasan terhadap perjanjian-perjanjian dalam
hubungan kemitraan dalam hukum di Indonesia. Pada bab ini dibahas hal-hal yang
berkaitan dengan perjanjian pada umumnya, perjanjian kemitraan, perjanjian
kemitraan dalam hukum di Indonesia
BAB III merupakan pembahasan terhadap tinjauan hukum terhadap
garansi produk dalam usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung. Bab
ini memberikan penjelasan mengenai kegiatan usaha perdagangan dengan sistem
penjualan langsung dan garansi atas produk
BAB IV merupakan pembahasan terhadap perlindungan dan pemberian
garansi terhadap perusahaan oleh mitra usaha dalam kegiatan usaha perdagangan
berbasis penjualan langsung. Bab ini berisikan tentang tanggung jawab mitra
usaha dalam pemberian garansi, perlindungan terhadap perusahaan atas pemberian
garansi , akibat hukum terlanggarnya kewajiban pemberian garansi.
BAB V merupakan kesimpulan dan saran. Pada bab terakhir ini, akan
dikemukakan kesimpulan dari bagian awal hingga bagian akhir penulisan yang
merupakan ringkasan dari subtansi penulisan skripsi ini, dan saran-saran yang
berikan dengan masalah yang dibahas.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

1 92 99

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

1 22 123

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 9

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 2

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 53

Pertanggungjawaban Mitra Usaha dalam Perusahaan Berbasis Penjualan Langsung terhadap Pemberian Garansi atas Produk yang Diperdagangkan

0 0 6

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 2 7

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 1 1

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 0 20

Perlindungan Hukum Terhadap Mitra Usaha Dalam Perusahaan Berbasis Distribusi Penjualan Langsung Atas Tuntutan Ganti Rugi oleh Konsumen yang Disebabkan Karena Kegagalan Produk

0 0 24