Analisis Pendapatan serta Strategi Pengembangan Kambing Potong pada Kelompok Peternak di Kabupaten Serdang Bedagai Chapter III V

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September
2016. Lokasi penelitian adalah di kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera
Utara.
Metode Penentuan Sampel
Pemilihan daerah penelitian yaitu pada Kecamatan dengan populasi ternak
kambing potong yang tinggi yaitu Kecamatan Dolok Masihul, Kecamatan dengan
populasi ternak kambing potong yang sedang yaitu Kecamatan Pegajahan dan
Kecamatan dengan populasi ternak kambing potong yang rendah yaitu Kecamatan
Dolok Merawan. Metode penarikan responden yang digunakan adalah sebagai
berikut : Pada tahap pertama pemilihan 3 desa dari setiap kecamatan dengan
penentuan desa yang terdapat populasi ternak kambing yang tinggi, sedang dan
rendah. Desa yang terdapat pada kecamatan Dolok Masihul yaitu Desa
KotaTengah (populasi tinggi), Desa Sarang Ginting (populasi sedang) dan Desa
Blok 10 (populasi rendah). Desa yang terdapat pada kecamatan Pegajahan yaitu
Desa Bingkat (populasi tinggi), Desa Sukasari (populasi sedang) dan Desa
Petuaran (rendah). Desa yang terdapat pada kecamatan Dolok Merawan yaitu
Desa Bandarawan (populasi tinggi), Desa Bah Damar (populasi sedang) dan Desa
Panglong (populasi rendah). Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan faktor
spontanitas, artinya siapa saja yang secara sengaja bertemu dengan penulis dan
sesuai dengan karakteristik (ciri-cirinya), maka peternak tersebut dapat digunakan
20
Universitas Sumatera Utara

sebagai sampel (responden). Adapun pengambilan sampel responden pada
kelompok peternak dilakukan dengan menggunakan metode sampel. Jumlah
responden peternak pada kelompok peternak yang diambil dalam penelitian ini
adalah 30 responden pada setiap kecamatan, sehingga jumlah responden untuk
kelompok peternak adalah 90 orang.
Penentuan sampel penelitian berdasarkan Arikunto, S (2002) yang
menyatakan : “Apabila subjeknya kurang dari 100, diambil semua sekaligus
sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika jumlah subjek besar maka dapat
diambil 20-30 persen peternak untuk dijadikan sampel.
Menurut Wirartha (2006) menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan
menggunakan data statistik ukuran sampel paling kecil 30% sudah dapat mewakili
populasi. Jika jumlah subjek besar maka dapat diambil 20-30 persen peternak
untuk dijadikan sampel. Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan

pengisian daftar kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai
instansi terkait. Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lapangan
diolah dan ditabulasi.
Berikut daftar kecamatan dan jumlah peternak pada kelompok peternak
yang dikumpulkan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 2.

21
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Populasi Peternak pada Kelompok Peternak yang Dikumpulkan Dalam
Penelitian
No
1
2
3

Kecamatan
Dolok Masihul
Pegajahan
Dolok Merawan

Jumlah

Populasi Peternak
(Orang)
109
102
105
316

Sampel
(Orang)
30
30
30
90

Sumber : Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) Kabupaten Serdang
Bedagai (2015)

Pengumpulan Data dan Informasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh diperoleh langsung dari monitoring responden
melalui wawancara dan pengisian daftar kuisioner yang telah disusun sebelumnya.
Persyaratan responden dalam penelitian ini adalah para kelompok peternak di
kabupaten serdang bedagai. Data tersebut meliputi

umur peternak, tingkat

pendidikan, status pekerjaan, pengalaman beternak, keikutsertaan dalam pelatihan,
pelaksanaan pencatatan (recording), penjualan kambing betina produktif dan
jumlah ternak kambing potong yang dipelihara peternak.
Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan
Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai, Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Serdang Bedagai dan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan
Pangan (BP2KP) kabupaten serdang bedagai serta beberapa literatur-literatur yang
relevan yang diperoleh melalui jurnal, hasil penelitian, internet dan buku rujukan.

22
Universitas Sumatera Utara


Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data pada penelitian ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahap
analisis yaitu :
Analisis Deskriptif
Mengetahui faktor produksi/input (bibit, kandang, pakan, modal, tenaga
kerja) kelompok peternak menggunakan analisis deskriptif.
Analisis Pendapatan
Pendapatan kelompok peternak dihitung dengan dengan rumus :
Pd = TR – TC

Keterangan:
Pd = Adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak
kambing potong (rupiah/tahun)
TR = Adalah total penerimaan yang diperoleh peternak kambing potong
(rupiah/tahun)
TC = Adalah biaya yang dikeluarkan peternak kambing potong (rupiah/tahun)
(Soekartawi, 2003).
Analisis Perbandingan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)
Analisis R/C Rasio merupakan perbandingan antara penerimaan (revenue)
dan biaya (cost). Menurut Rahim dan Hastuti (2007) yaitu :


R/C rasio =

23
Universitas Sumatera Utara

Keterangan:
R/C Rasio

= Revenue Cost Rasio

TR

= Total revenue (Total Penerimaan)

TC

= Total Cost (Total Biaya)

Dengan kriteria:

Jika R/C < 1 usaha mengalami kerugian/layak
Jika R/C > 1 usaha mengalami keuntungan/tidak layak
Jika R/C = 1 usaha mengalami titik impas

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan pada Kelompok
Peternak di Kabupaten Serdang Bedagai.
Analisis faktor-faktor produksi ini dilakukan untuk menjelaskan hubungan
output dengan input atau faktor produksinya. Menurut Soekartawi et al., (2002),
pemilihan model produksi hendaknya dapat memenuhi syarat berikut : (1) dapat
dipertanggung jawabkan; (2) mempunyai dasar logis secara fisik maupun
ekonomis; (3) mudah dianalisis; (4) mempunyai implikasi ekonomi.
Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model fungsi Cobb
Douglas. Menurut Soekartawi (2002), fungsi Cobb-Douglas merupakan suatu
fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel; variabel yang satu
disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut
variabel independen, yang menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan antara X dan
Y biasanya dilakukan dengan cara regresi. Persamaan model fungsi Coobdouglas,
dirumuskan sebagai berikut :

24

Universitas Sumatera Utara

Y = a + bX1 + bX2 + bX3 + bX4 + bX5 + bX6 +µ

Keterangan :
Y =

Pendapatan Peternak (Rp/tahun)

a

Konstanta

=

X1 =

Biaya Bibit (Rp/Tahun)

X2 =


Biaya Tetap (Rp/Tahun)

X3 =

Biaya Variabel (Rp/Tahun)

X4 =

Harga Penjualan Ternak Kambing dan Kompos (Rp/Tahun)

µ

Error

=

Alasan pemilihan persamaan model fungsi Cobb-Douglas dalam penelitian
ini karena model fungsi ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
1) Penyelesaian fungsi produksi relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi

lain, karena dapat diubah ke dalam bentuk linier.
2) Hasil pendugaan garis fungsi akan menghasilkan koefisien regresi yang
sekaligus menunjukan elastisitas.
3) Besaran elastisitas tersebut juga sekaligus menunjukan return to scale.
Sebelum melakukan analisis maka harus ditentukan terlebih dahulu faktorfaktor produksi yang diduga mempengaruhi pendapatan peternak pada kelompok
peternak di Kabupaten Serdang Bedagai. Berikut faktor-faktor produksi yang
diduga mempengaruhi pendapatan peternak pada kelompok peternak yaitu:

25
Universitas Sumatera Utara

Biaya Bibit (Rp/Tahun)
Biaya bibit adalah biaya diperhitungkan dalam pembelian bibit ternak pada
setiap awal tahun. Biaya bibit diduga memiliki hubungan terhadap pendapatan
peternak.
Biaya Tetap (Rp/Tahun)
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang sifatnya
tetap tidak tergantung dari besar kecilnya produksi. biaya yang dikeluarkan terdiri
dari biaya penyusutan kandang dan biaya peralatan. Biaya-biaya ini diduga
memiliki hubungan terhadap pendapatan peternak.

Biaya Variabel (Rp/Tahun)
Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecinya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh yang terdiri dari biaya pakan, biaya
obat-obatan, biaya tenaga kerja, biaya listrik dan biaya transportasi. Biaya-biaya
ini diduga memiliki hubungan terhadap pendapatan peternak.
Harga penjualan ternak kambing (Rp/Tahun)
Harga penjualan ternak adalah besaran biaya yang akan diterima peternak
ketika menjual ternak yang dipelihara. Harga jual kambing diduga memiliki
hubungan terhadap pendapatan peternak.

26
Universitas Sumatera Utara

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier,
yang secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah
ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan
yang terbentuk. Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik yang
terdiri dari :
Uji Normalitas
Uji normalitas untuk mengetahui normal tidaknya distribusi faktor
gangguan (residual). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik
adalah dengan grafik histogram dan melihat normal probability plot yaitu dengan
membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi normal. Sedangkan uji
statistik dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewnes.
Uji Multikolinieritas
Interpretasi dari persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada
asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling
berkorelasi. Jika dalam sebuah persamaan terdapat multikolinieritas, maka akan
menimbulkan beberapa akibat, untuk itu perlu dideteksi multikolinieritas dengan
besaran-besaran regresi yang didapat, yakni :
a) Variasi besar (dari taksiran OLS)
b) Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar maka standar error besar,
sehingga interval kepercayaan lebar)

27
Universitas Sumatera Utara

c) Uji-t tidak signifikan. Suatu variabel bebas yang signifikan baik secara
subtansi maupun secara statistik jika dibuat regresi sederhana, bisa tidak
signifikan karena variasi besar akibat kolinieritas. Bila standar error terlalu
besar, maka besar pula kemungkinan taksiran koefisien regresi tidak
signifikan
d) R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari uji-t.
e) Terkadang nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai yang
tidak sesuai dengan substansi, sehingga tidak menyesatkan interpretasi.
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik Scatterplot. Dasar analisisnya dapat dilihat :
a) Jika titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian

memyempit)

maka

mengidentifikasikan

telah

terjadi

heterokedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka nol pada sumbu y maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Uji Kesesuaian
Suatu masalah yang erat hubungannya dengan penaksiran koefisien regresi
adalah kesesuaian (goodness of fit) regresi sample secara keseluruhan. Kebaikan
sesuai diukur dengan koefisien determinasi R2 yang mengatakan proporsi variasi

28
Universitas Sumatera Utara

variabel tidak bebas yang dijelaskan oleh variabel yang menjelaskan. R2 ini
mempunyai jangkauan antara 0 dan 1, semakin dekat ke 1 maka semakin baik
kesesuiannya.
Pengujian satistik dilakukan dengan menggunakan uji-t (t-test) dan uji-F
(F test) serta perhitungan nilai koefisien determinasi R2. Uji-t dimaksud untuk
mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Sedangkan uji-F
dimaksudkan untuk mengetahui signikasi statistik koefisien regresi secara
bersama. Koefisien determinasi R2 bertujuan untuk melihat kekuatan variabel
bebas menjelaskan variabel tidak bebas.
a) Jika F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima H1 ditolak yang artinya variabel
independen yang diuji secara simultan tidak mempengaruhi variabel
dependen, dengan kata lain variabel independen tidak signifikan pada tingkat
kepercayaan α tertentu jika F- hitung < F-tabel (α = 0,05).
b) Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak H1 diterima yang artinya, variabel
independen yang diuji secara simultan berpengaruh terhadap variabel
dependen, dengan kata lain variabel independen signifikan pada tingkat
kepercayaan α tertentu jika F- hitung > F-tabel (α = 0,05).
c) Jika t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima H1 ditolak yang artinya variabel
independen yang diuji secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependen,
dengan kata lain

variabel

independen

tidak

signifikan

pada

tingkat

kepercayaan α tertentu jika t- hitung < t-tabel (α = 0,05).
d) Jika t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak H1 diterima yang artinya, variabel
independen yang diuji secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen,

29
Universitas Sumatera Utara

dengan kata lain variabel independen signifikan pada tingkat kepercayaan
α tertentu jika t- hitung > t-tabel (α = 0,05).
Tahapan Perencanaan Strategis
Proses penyusunan strategis dilakukan dengan melalui tiga tahapan
analisis, yaitu tahap masukan, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan.
Pada penyusunan strategis ini dilakukan pertemuan bersama dengan para pejabat
dari Dinas Pertanian dan Peternakan, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Serdang Bedagai serta pihak yang terkait lainnya seperti
ketua/pengurus kelompok peternak untuk menyusun faktor internal (kekuatan,
kelemahan) dan eksternal (peluang dana ncaman) peternak kambing potong di
Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk jelasnya, proses penyusunan perencanaan
strategis dapat dilihat pada kerangka formulasi strategis seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Kerangka Penyusunan Formula Strategis.
TAHAP PEMASUKAN DATA
Matriks Evaluasi
Faktor Internal
(IFAS)

Matriks Evaluasi
Faktor External
(EFAS)
TAHAP ANALISIS
TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Tahap Pemasukan Data
Tahap input terdiri dari Evaluasi faktor internal (IFAS) dan Evaluasi
Faktor eksternal (EFAS). Hasil yang diperoleh dari dua matriks ini menjadi
informasi input untuk matriks tahap pemaduan dan tahap keputusan selanjutnya.

30
Universitas Sumatera Utara

Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matrik Faktor Strategi
Eksternal (EFAS)
Matriks IFAS digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal
usahaternak sedangkan matriks EFAS digunakan untuk mengidentifikasi faktorfaktor eksternal. Langkah-langkah yang dilakukan dalam membentuk matriks
IFAS dan EFAS terdiri dari:
1.

Faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta faktor ekternal
yang menjadi peluang dan ancaman ditempatkan pada kolom pertama

2.

Memberikan bobot terhadap faktor-faktor tersebut. Penentuan bobot
dilakukan dengan cara mengajukan nilai bobot variabel strategis dari faktor
eksternal dan internal tersebut kepada pihak usaha ternak. Bobot yang
diperoleh berada pada kisaran antara 0,0 (tidak penting), sampai 1,0
(terpenting) pada setiap variabel. Bobot yang diberikan pada setiap variabel
menunjukkan kepentingan relatif dari variabel tersebut terhadap keberhasilan
perkembangan usaha ternak. Jumlah dari semua bobot harus sama dengan 1,0.
Bobot tersebut diberikan berdasarkan keadaan usaha ternak.

3.

Memberikan rating 1 sampai 4 pada kolom ketiga untuk faktor internal dan
faktor eksternal. Pemberian rating ini digunakan untuk menunjukkan
efektifitas usaha ternak dalam merespons faktor-faktor tersebut. Pada matriks
IFAS untuk kekuatan yang bersifat positif (+) menggunakan skala 1 =
kekuatan kecil, 2 = kekuatan sedang, 3 = kekuatan besar, dan 4 = kekuatan
sangat besar. Skala untuk kelemahan merupakan kebalikan dari skala
kekuatan yang bersifat negatif (-) yaitu 1 = kelemahan yang sangat berarti, 2
= kelemahan yang cukup berarti, 3 = kelemahan kurang berarti, 4 =
kelemahan yang tidak berarti. Pada matriks EFAS untuk peluang yang
31
Universitas Sumatera Utara

bersifat positif menggunakan skala 1 = peluang kecil, 2 = peluang sedang, 3 =
peluang peluang tinggi, dan 4 = peluang sangat tinggi. Sedangkan ancaman
yang bersifat negatif (-) merupakan kebalikan dari skala peluang, yaitu: 1 =
ancaman sangat besar, 2 = ancaman besar, 3 = ancaman sedang, 4 = ancaman
kecil.
4.

Mengalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan skor.

5.

Menjumlah skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan.

Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strtegi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknees) dan ancaman (threats).
Proses pengambilan keputusan (strategic planner) harus menganalisis faktor –
faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam
kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut analisis situasi. Model yang paling
populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2001). Matriks
ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini.

32
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Matrik SWOT
Faktor
Internal

Strengths (S)

Weakness (W)

Faktor kekuatan internal

Faktor kelemahan
internal

Strategi (SO)

Strategi (WO)

Faktor
Eksternal
Ciptakan strategi

Opportunility (O)
Faktor peluang
Eksternal

Ciptakan strategi yang
yang meminimalkan
menggunakan kekuatan

kelemahan untuk

untuk memanfaatkan

memanfaatkan
peluang.

peluang.
Treathts (T)
Faktor ancaman
Eksternal

Strategi (WT)

Strategi (ST)

Ciptakan strategi

Ciptakan strategi yang

yang meminimalkan

menggunakan kekuatan

kelemahan untuk

untuk mengatasi ancaman

menghindari
ancaman

Rangkuti

(2001)

menyatakan

bahwa

analisis

SWOT

merupakan

identifikasi yang bersifat sistematis dari faktor – faktor kekuatan dan kelemahan
dalam perusahaan serta peluang dan ancaman lingkungan luar untuk
menghasilkan empat jenis alternatif strategi yaitu :
Strategi S-O

= Merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang

Strategi W-O

= Merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan
memanfaatkan peluang.

33
Universitas Sumatera Utara

Strategi S-T

= Merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman.

Strategi W-T

= Merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk
menghindari ancaman.

Matrik Grand Strategi
Matrik Grand Strategi ini digunakan agar diperoleh koordinat posisi
strategi yang akan digunakan. Koordinat ditentukan dari skor faktor strategi
internal dan eksternal. Untuk lebih jelas dapat dilihat Gambar 1 dibawah ini.

Peluang

2. Turnaround

1. Agresif

Kelemahan

Kekuatan
3.Difensif

4. Diversifikasi

Ancaman
Gambar 2. Penentuan Matrik Grand strategi
Keterangan :
Kuadran 1 : Strategi Agresif yaitu strategi memanfaatkan kekuatan untuk
meraih peluang yang ada.
Kuadran 2 : Strategi Turnaround yaitu memamfaatan peluang dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
34
Universitas Sumatera Utara

Kuadran 3 :

Strategi Difensif yaitu strategi berusaha menghindari ancaman dan
meminimalkan kelemahan yang ada.

Kuadran 4 : Strategi Diversifikasi yaitu strategi mengatasi ancaman dengan
meraih peluang yang ada.
Tahap Pengambilan Keputusan
Setelah tahapan-tahapan terdahulu dibuat dan dianalisis, maka tahap
selanjutnya disusun daftar prioritas yang harus diimplementasikan. Pada tahap ini,
mengkaji ulang dari empat strategi (SO, ST, WO, WT) yang telah dirumuskan
dalam tahap analisis. Setelah itu diambil keputusan dalam menentukan strategi
yang paling menguntungkan, efektif dan efesien bagi organisasi berdasarkan
matriks SWOT.
Defenisi dan Batasan Operasional
Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari
kesalahpahaman istilah-istilah yang terdapat dalam tesis ini.
Definisi Operasional
1.

Peternak

dalam

penelitian

mengembangbiakkan,

ini

adalah

membudidayakan

orang
kambing

yang

memelihara,

potong

untuk

mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut dilakukan di
Kecamatan Dolok Masihul, Kecamatan Pegajahan dan Kecamatan Dolok
Merawan di Kabupaten Serdang Bedagai.
2.

Kelompok peternak adalah kumpulan peternak yang tumbuh berdasarkan
keakraban, keserasian, kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber

35
Universitas Sumatera Utara

daya alam untuk bekerjasama meningkatkan usaha tani/ternak dan
kesejahteraannya.
3.

Penerimaan adalah hasil produk kambing potong yang dihasilkan oleh
ternak kambing potong peternak yaitu penjualan kambing dan kotoran
kambing.

4.

Biaya produksi adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan selama masa
produksi hingga menghasilkan produk.

5.

Biaya Biaya tetap (fixed costs), adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan
dalam kegiatan produksi dan penggunaanya tidak habis dalam satu masa
produksi. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan bangunan/kandang dan
biaya penyusutan peralatan yang digunakan.

6.

Biaya variabel (variable costs) adalah biaya yang dikeluarkan yang besar
kecilnya mempengaruhi jumlah produksi. Biaya tetap meliputi biaya bibit,
biaya pakan, biaya listrik, biaya obat-obatan, biaya tenaga kerja dan biaya
transportasi.

7.

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.

8.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi suatu usaha/kegiatan. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats).

9.

Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha
ternak kambing potong yang berasal dari dalam, terdiri dari kekuatan dan
kelemahan

36
Universitas Sumatera Utara

10.

Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha
ternak kambing potong yang berasal dari luar, terdiri dari peluang dan
ancaman

11.

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan yang
berkaitan dengan tujuan jangka panjang, pendayagunaan dan lokasi
sumberdaya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.

Batasan Operasional
1.

Penelitian dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera
Utara.

2.

Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai dengan
September 2016.

3.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan kelompok peternak kambing
potong yang diteliti adalah biaya bibit, biaya tetap, biaya variabel dan harga
penjualan ternak.

4.

Responden yang dijadikan sampel adalah peternak kambing potong terdiri
dari peternak yang bergabung dalam kelompok peternak di Kabupaten
Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

37
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Daerah Kabupaten Serdang Bedagai
Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 20 57’’
Lintang Utara, 30 16’’ Lintang Selatan, 980 33’’ - 990 27’’ Bujur Timur dengan
ketinggian berkisar 0 –500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Serdang
Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 (190.022 Ha) yang terdiri dari 17
Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan, Ibukota Kabupaten Sedang Bedagai terletak
di Kecamatan Sei Rampah yaitu Kota Sei Rampah. Seperti umumnya daerahdaerah lainnya yang berada dikawasan Sumatera Utara, Kabupaten Serdang
Bedagai termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim yaitu pada
musim kemarau dan musim hujan (BPS Kabupaten Serdang Bedagai 2010).
Secara administratif Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa
daerah, yaitu :
Sebelah Utara

: Selat Malaka

Sebelah Timur

: Kabupaten Batu Bara dan Simalungun

Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun
Sebelah Barat

: Kabupaten Deli Serdang

Gambaran Umum Responden
Peternak yang dijadikan sampel adalah peternak yang bergabung dalam
kelompok ternak di Kecamatan Dolok Masihul, Kecamatan Pegajahan dan
Kecamatan Dolok Merawan. Dilakukan secara accidental (penelusuran) kepada
90 orang responden. Adapun karakteristik peternak yang diperoleh yaitu:

38
Universitas Sumatera Utara

Umur
Data karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan umur
disajikan pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Karakteristik Responden di Lokasi Penelitian Berdasarkan Umur
No
1
2
3
4
5

Usia Responden
(Tahun)
20 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
>60
Total

Jumlah
(Orang)
8
29
42
11
0
90

Persentase
(%)
9
32
47
12
0
100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diperoleh bahwa umur responden pada
kelompok peternak antara 20 – 30 tahun berjumlah 8 orang atau sebesar 9 persen,
umur responden 31 – 40 tahun berjumlah 29 orang atau sebesar 32 persen, umur
responden 41 – 50 tahun berjumlah 42 orang atau sebesar 47 persen, umur
responden 51 – 60 tahun berjumlah 11 orang atau sebesar 12 persen dan
responden yang berumur diatas 60 tahun responden tidak diperoleh atau sebesar 0
persen.
Rata-rata umur responden pada kelompok peternak dalam pada umumnya
masih tergolong pada umur yang masih produktif yaitu antara 41 – 50 tahun
sebanyak 42 orang. Karmila (2013) menyatakan bahwa umur merupakan salah
satu indikator yang menunjukkan kemampuan fisik seseorang. Umur seorang
peternak dapat berpengaruh pada produktifitas kerja mereka dalam kegiatan usaha
peternakan. Umur juga erat kaitannya dengan pola pikir peternak dalam
menentukan sistem manajemen yang akan di terapkan dalam kegiatan usaha
peternakan.

39
Universitas Sumatera Utara

Pendidikan
Data karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan tingkat
pendidikan disajikan pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Karakteristik Responden di Lokasi Penelitian Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
No
1
2
3
4

Jumlah
(Orang)
21
25
44
0
90

Pendidikan Terakhir
SD
SMP
SMA
P. TINGGI
Total

Persentase
(%)
23
28
49
0
100

Berdasarkan Tabel 6 dapat diperoleh bahwa tingkat pendidikan responden
pada kelompok peternak yang lulusan SD berjumlah 21 orang atau sebesar 23
persen, lulusan SMP berjumlah 25 orang atau sebesar 28 persen, lulusan SMA
berjumlah 44 orang atau sebesar 49 persen dan lulusan perguruan tinggi tidak
diperoleh atau sebesar 0 persen.
Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan responden
pada kelompok peternak adalah lulusan SMA. Sari (2014) menyatakan bahwa
tingkat pendidikan suatu penduduk atau masyarakat sangat penting artinya, karena
dengan tingkat pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap kemampuan
berfikir seseorang, dalam artian mengembangkan dan meningkatkan taraf hidup
melalui kreatifitas berfikir dan melihat setiap peluang dan menciptakan suatu
lapangan pekerjaan. Soekartawi (2003) menambahkan tingkat pendidikan
peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka
terhadap inovasi dan teknologi baru.

40
Universitas Sumatera Utara

Status Pekerjaan
Data karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan status
pekerjaan disajikan pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Karakteristik Responden di Lokasi Penelitian Berdasarkan Status
Pekerjaan
No

Status Pekerjaan

1
2
3
4
5
6

Petani
Wiraswasta
Buruh
Karyawan
Pedagang
Peternak
Total

Jumlah
(Orang)
56
17
7
4
2
4
90

Persentase
(%)
63
19
8
4
2
4
100

Berdasarkan Tabel 7 dapat diperoleh bahwa status pekerjaan responden
pada kelompok peternak yang bekerja sebagai petani berjumlah 56 orang atau
sebesar 63 persen, bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 17 orang atau sebesar 19
persen, bekerja sebagai buruh berjumlah 7 orang atau sebesar 8 persen, bekerja
sebagai karyawan berjumlah 4 orang atau sebesar 4 persen, bekerja sebagai
pedagang berjumlah 2 orang atau sebesar 2 persen dan bekerja sebagai peternak
berjumlah 4 orang atau sebesar 4 persen.
Dari hasil survei yang diperoleh rata-rata peternak pada kelompok
peternak mempunyai pekerjaan utama sebagai petani yaitu sebanyak 117 orang.
Hal ini menunjukkan beternak kambing hanya sebagai pekerjaan sambilan
sehingga peternak tidak dapat fokus mengelola usaha peternakannya.

41
Universitas Sumatera Utara

Pengalaman Beternak
Data karakteristik responden di lokasi penelitian berdasarkan pengalaman
beternak disajikan pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Karakteristik Responden di Lokasi Penelitian Berdasarkan Pengalaman
Beternak
No
1
2
3
4

Pengalaman Beternak
(Tahun)
0
1 – 10
11 – 20
>20
Total

Jumlah
(Orang)
0
83
7
0
90

Persentase
(%)
0
92
8
0
100

Berdasarkan Tabel 8 dapat diperoleh bahwa pengalaman beternak
responden pada kelompok peternak peternak yang memiliki pengalaman 1 – 10
tahun berjumlah 83 orang atau sebesar 92 persen, pengalaman 11 – 20 tahun
berjumlah 7 orang atau sebesar 8 persen dan pengalaman peternak diatas 20 tahun
tidak diperoleh atau sebesar 0 persen.
Berdasarkan hasil survei yang diperoleh rata-rata peternak pada kelompok
peternak memiliki pengalaman beternak 1 – 10 tahun berjumlah 165 orang.
Febrina (2011) menyatakan bahwa umumnya pengalaman beternak diperoleh dari
orang tuanya secara turun temurun. Pengalaman beternak yang cukup lama
memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap
manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik.
Pengalaman beternak sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Semakin
lama seseorang memiliki pengelaman beternak akan semakin mudah peternak
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya.

42
Universitas Sumatera Utara

Keikutsertaan Dalam Pelatihan
Keikutsertaan peternak dalam pelatihan tentang peternakan yang diperoleh
peternak disajikan pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Keikutsertaan Dalam Pelatihan yang Diikuti Responden di Lokasi
Penelitian
No
1
2

Keikut sertaan
dalam Pelatihan
Pernah
Belum
Total

Jumlah
(Orang)

Persentase
(%)

30
60

33
67

90

100

Berdasarkan Tabel 9 dapat diperoleh bahwa responden pada kelompok
peternak sebanyak 30 orang atau 33 persen pernah mengikuti pelatihan tentang
peternakan sedangkan 60 orang atau 67 persen belum pernah mengikuti pelatihan.
Hal ini disebabkan karena ketersediaan dana dan program pemerintah yang belum
menyentuh pada aspek pelatihan dan pengembangan teknologi. Peternak yang
belum bergabung dalam kelompok peternak sulit untuk mengakses berbagai
program pemerintah untuk pelatihan tentang peternakan karena banyak petugas
penyuluh hanya memberikan informasi kepada ketua atau pengurus kelompok
peternak untuk disampaikan pada setiap anggota kelompok dan sulit untuk
melakukan penyuluhan dan pelatihan bagi peternak yang belum tergabung dalam
suatu kelompok peternak.

43
Universitas Sumatera Utara

Penjualan Kambing Betina Produktif
Penjualan kambing betina produktif yang dilakukan responden disajikan
pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Penjualan Kambing Betina Produktif di Lokasi Penelitian
No
1
2

Penjualan Kambing
Produktif
Pernah
Tidak Pernah
Total

Jumlah
(Orang)
26
64
90

Persentase
(%)
29
71
100

Berdasarkan Tabel 10 dapat diperoleh bahwa responden kelompok
peternak sebanyak 26 peternak atau sebesar 29 persen pernah menjual kambing
betina produktif dan sebanyak 64 peternak atau sebesar 71 persen yang tidak
pernah menjual kambing betina produktif. Peternak dari kelompok yang tidak
pernah menjual kambing betina produktif sebanyak 86 peternak. Berdasarkan
hasil survei yang diperoleh rata-rata peternak pada kelompok peternak tidak
menjual betina produktif karena peternak mengandalkan betina produktif untuk
dikawinkan dan menghasilkan anak yang akan dipelihara dan dibesarkan untuk
dijual atau dipergunakan untuk menggantikan induk yang tidak produktif lagi.
Sebagian peternak juga telah mendapatkan penyuluhan dari Dinas Pertanian dan
Peternakan agar tidak menjual kambing betina yang masih produktif. Pada
umumnya peternak yang menjual kambing betina produktif karena beberapa
alasan diantaranya karena terdesak kebutuhan ekonomi rumah tangga dan
kambing betina yang sakit.

44
Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan Pencatatan (Recording)
Pencatatan (recording) sangat membantu peternak dalam pengelolaan
usaha ternak kambing, karena dengan adanya pencatatan maka peternak dapat
mengetahui kapan ternaknya dikawinkan, kebuntingan, kelahiran dan penyapihan
anak, status penyakit yang pernah diderita, pencegahan dan pengobatan penyakit
dan catatan lainnya yang berhubungan dengan pengembangan usaha peternakan.
Ada tidaknya pencatatan (recording) yang telah dilakukan oleh peternak disajikan
pada Tabel 11 berikut ini.
Tabel 11. Pelaksanaan Pencatatan (Recording) yang Dilakukan Oleh Responden
di Lokasi Penelitian
No
1
2

Pencatatan (Recording)

Jumlah
(Orang)
24
66
90

Ada
Tidak ada
Total

Persentase
(%)
27
73
100

Berdasarkan Tabel 11 dapat diperoleh bahwa responden pada kelompok
peternak yang melakukan pencatatan sebanyak 24 peternak atau sebesar 27 persen
dan sebanyak 66 orang atau sebesar 73 persen tidak ada melakukan pencatatan.
Berdasarkan hasil survei yang diperoleh rata-rata peternak pada kelompok
peternak tidak melakukan pencatatan dalam pengelolaan usaha ternak kambing
mereka karena kurangnya perhatian peternak terhadap sistem recording.
Jumlah Ternak yang Dimiliki
Kepemilikan

ternak

kambing

potong

yang

dimiliki

responden

menggambarkan besarnya ternak yang dimiliki. Adapun jumlah kepemilikan
ternak kambing yang dipelihara

responden di lokasi penelitian berdasarkan

jumlah ternak yang dimiliki disajikan pada Tabel 12 berikut ini.
45
Universitas Sumatera Utara

Tabel 12. Jumlah Ternak Kambing Potong yang Dimiliki Responden di Lokasi
Penelitian
No
1
2
3
4

Jumlah Ternak
(Ekor)
2 – 10
10 – 20
21 – 30
> 31
Total

Jumlah
(Orang)
34
31
21
4
90

Persentase
(%)
38
34
23
5
100

Berdasarkan Tabel 12 dapat diperoleh bahwa responden pada kelompok
peternak sebanyak 34 peternak atau sebesar 38 persen memiliki ternak kambing
potong antara 2 – 10 ekor, sebanyak 31 peternak atau sebesar 34 persen memiliki
ternak kambing potong antara 10 – 20 ekor, sebanyak 21 peternak atau sebesar 23
persen memiliki ternak kambing potong antara 21 – 30 ekor dan sebanyak 4
peternak atau sebesar 5 persen memiliki ternak kambing potong lebih dari 31
ekor. Dari hasil survei yang diperoleh menunjukkan bahwa responden pada
kelompok peternak rata-rata memiliki ternak kambing sebanyak 2 – 10 ekor.
Jenis Bibit Ternak Kambing yang dimiliki
Bibit merupakan salah satu kunci keberhasilan dari usaha peternakan.
Ternak yang dipilih untuk digunakan sebagai bibit harus didasarkan pada sifatsifat produksi tinggi guna memperoleh produksi yang maksimal. Adapun jenis
bibit kambing potong yang dimiliki responden disajikan pada Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Jenis Bibit Kambing Potong yang Dipelihara Responden di Lokasi
Penelitian
No
1
2

Jenis Bibit
Ternak kambing
Jawarandu
Kacang
Total

Jumlah Ternak
(ekor)
1094
293
1.387

Persentase
(%)
79
21
100

46
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 13 tersebut menunjukkan responden pada kelompok
peternak memelihara kambing jenis Jawarandu sebanyak 1.094 ekor atau sebesar
79 persen dan kambing jenis Kacang sebanyak 293 ekor atau sebesar 21 persen.
Dari hasil survei menunjukkan bahwa responden pada kelompok peternak ratarata memiliki kambing potong jenis jawarandu.
Perkandangan
Sistem pemeliharaan di daerah penelitian yaitu pemeliharaan yang
dikandangkan tanpa digembalakan (sistem intensif) dan pemeliharaan yang
dikandangkan sambil digembalakan (sistem semi intesif). Adapun sistem
pemeliharaan yang dilakukan peternak di lokasi penelitian disajikan pada Tabel
14 berikut ini.
Tabel 14. Sistem Pemeliharaan yang Dilakukan Responden di Lokasi Penelitian
No
1
2

Sistem Pemeliharaan

Jumlah
(orang)
51
39
90

Intensif
Semi intensif
Total

Persentase
(%)
57
43
100

Berdasarkan Tabel 14 tersebut menunjukkan responden pada kelompok
peternak memelihara kambing secara intensif sebanyak 51 orang atau sebesar 57
persen dan peternak memelihara kambing secara semi intensif sebanyak 39 orang
atau sebesar 43 persen. Dari hasil survei yang diperoleh menunjukkan bahwa
responden pada kelompok peternak rata-rata memelihara kambing secara intensif
(pemeliharaan yang dikandangkan tanpa digembalakan). Dengan sistem ini
peternak dapat mengontrol ternak kambing mereka.
Dalam pemeliharaan ternak kebersihan sangat perlu diperhatikan.
Kandang yang bersih merupakan cara pencegahan dari serangan penyakit dan
47
Universitas Sumatera Utara

memberi kenyamanan pada ternak. Tindakan ini harus dilakukan secara rutin pada
kandang yang ditempati oleh ternak. Adapun kebersihan kandang yang dilakukan
peternak di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 15 berikut.
Tabel 15. Pembersihan Kandang yang Dilakukan Responden di Lokasi Penelitian
No
1
2
3
4
5
6

Pembersihan Kandang

Jumlah
(orang)
50
7
13
12
7
1
90

1 kali setiap hari
2 kali setiap hari
1-2 kali dalam seminggu
3-5 kali dalam seminggu
1-2 kali dalam sebulan
3-5 kali dalam sebulan
Total

Persentase
(%)
56
8
14
13
8
1
100

Berdasarkan Tabel 15 tersebut menunjukkan responden pada kelompok
peternak yang melakukan pembersihan kandang 2 kali sehari sebanyak 7 orang
atau sebesar 8 persen, sebanyak 50 orang atau sebesar 56 persen melakukan
pembersihan kandang 1 kali sehari, sebanyak 12 orang atau sebesar 13 persen
melakukan pembersihan kandang 3-5 kali seminggu, sebanyak 13 orang atau
sebesar 14 persen melakukan pembersihan kandang 1-2 kali seminggu, sebanyak
1 orang atau sebesar 1persen melakukan pembersihan kandang 3-5 kali sebulan
dan sebanyak 7 orang atau sebesar 8 persen melakukan pembersihan kandang 1-2
kali sebulan.
Berdasarkan hasil survei yang diperoleh kebanyakan peternak melakukan
pembersihan kandang 1 kali sehari yaitu pada pagi hari ataupun sore hari. Ratarata kandang yang digunakan peternak adalah tipe panggung. Menurut peternak
kandang tipe ini sangat cocok untuk diterapkan karena memudahkan perawatan,
pengawasan dan pembersihan kotoran kambing. Kelebihan dari kandang
panggung adalah kandang menjadi lebih bersih karena kotoran jatuh ke bawah,

48
Universitas Sumatera Utara

kebersihan ternak lebih terjamin, lantai kandang selalu kering, kuman dan parasit
serta jamur dapat ditekan.
Kandang yang digunakan untuk usaha ternak kambing sebagian besar
milik sendiri. Bahan yang digunakan peternak untuk membuat kandang yaitu
bambu dan kayu. Rata-rata peternak menggunakan bambu karena bambu mudah
didapat, tahan lama dan apabila harus membeli biaya yang dikeluarkan relatif
murah. Bahan penggunaan atap kandang bervariasi yang terdiri dari rumbia dan
seng. Bahan yang digunakan untuk membuat lantai kandang juga menggunakan
bahan dari pohon bambu. Kandang yang dibuat peternak mampu bertahan selama
5 tahun.
Pakan
Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan daun
daunan tertentu yang disukai kambing seperti daun nangka, daun ubi, daun pisang
dan daunan leguminosa. Pemanfaatan hijauan pakan sebagai makanan ternak
kambing harus disuplementasikan dengan makanan tambahan atau konsentrat agar
kebutuhan nutrisi terhadap pakan dapat terpenuhi. Tujuan suplementasi makanan
tambahan dalam pakan ternak kambing adalah untuk meningkatkan daya guna
makanan atau menambah nilai gizi makanan, menambah unsur makanan yang
defisien serta meningkatkan konsumsi dan kecernaan makanan.

49
Universitas Sumatera Utara

Pemberian konsentrat yang dilakukan kelompok peternak dapat dilihat
pada Tabel 16 berikut ini.
Tabel 16. Pemberian Konsentrat yang Diberikan Responden di Lokasi Penelitian
No
1
2

Pemberian Konsentrat
Memberi
Tidak memberi
Total

Jumlah Peternak
(orang)
46
44
90

Persentase
(%)
51
49
100

Berdasarkan Tabel 16 tersebut menunjukkan responden pada kelompok
peternak memberikan konsentrat pada ternak kambing mereka sebanyak 46 orang
atau sebesar 51 persen sedangkan yang tidak memberikan konsentrat sebanyak 44
orang atau sebesar 49 persen. Dari hasil yang diperoleh peternak pada kelompok
peternak yang memberikan konsentrat terbilang masih sedikit. Hanya sebagian
kecil peternak yang memberikan konsentrat. Adapun konsentrat yang sering
diberikan peternak berupa berupa ampas ubi, ampas tahu, bungkil dan dedak padi
pada ternaknya. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan dari peternak untuk
membeli makanan tambahan atau konsentrat yang harganya cukup mahal.
Pakan yang biasa diberikan oleh peternak antara lain rumput lapang dan
rumput gajah. Biasanya dalam sehari peternak memberikan pakan sebanyak dua
kali yaitu pada waktu pagi sekitar pukul 07.00 dan menjelang sore. Sebagian dari
peternak juga memberikan tambahan hijauan selain rumput. Peternak memberikan
pakan hasil samping hasil pertanian (limbah hasil sisa pertanian) berupa daun ubi,
kulit ubi, daun pisang, daun jagung dan jenis kacang-kacangan yaitu lamtoro dan
jenis kacang-kacangan lainnya. Tambahan pakan hasil sisa pertanian yang
diberikan kelompok peternak dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini.

50
Universitas Sumatera Utara

Tabel 17. Pemberian Tambahan Pakan Hasil Sisa Pertanian yang Diberikan
Responden di Lokasi Penelitian
No Pemberian tambahan
pakan hasil pertanian
1 Memberi
2 Tidak memberi
Total

Jumlah Peternak
(orang)
71
19
90

Persentase
(%)
79
21
100

Berdasarkan Tabel 17 tersebut menunjukkan responden pada kelompok
peternak memberikan tambahan pakan hasil sisa pertanian pada ternak kambing
mereka sebanyak 71 orang atau sebesar 79 persen sedangkan yang tidak
memberikan hasil sisa pertanian pada ternak kambing mereka sebanyak 19 orang
atau sebesar 21 persen. Dari hasil yang diperoleh rata-rata pada kelompok
peternak memberikan tambahan pakan hasil sisa pertanian pada ternak kambing
mereka.
Adapun jenis tambahan lainnya berupa nutrisi (vitamin dan mineral) yang
merupakan nutrisi atau substansi organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
ternak yang normal, nutrisi tersebut mendukung untuk pertumbuhan dan
membantu menjalankan fungsi alami dari sistem tubuh. Bila ternak kekurangan
mineral maka pertumbuhan ternak akan terhambat sehingga berefek kepada
terganggunya proses reproduksi dan produksi dan apabila ternak kekurangan
vitamin biasanya akan menyebabkan gangguan fisiologis, terutama sistem enzim.
Selain tambahan nutrisi (vitamin dan mineral) peternak juga memberikan
tambahan obat-obatan untuk pengobatan ternak. Tambahan lainnya berupa nutrisi
(vitamin dan mineral) serta obat-obatan yang diberikan peternak disajikan pada
Tabel 18 berikut ini.

51
Universitas Sumatera Utara

Tabel 18. Pemberian Tambahan Nutrisi (Vitamin dan Mineral) dan Obat-obatan
yang Diberikan Responden di Lokasi Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7

Pemberian tambahan
nutrisi dan obat-obatan
Vitamin
Mineral
vitamin dan mineral
obat-obatan
obat-obatan dan vitamin
obat-obatan, vitamin
dan mineral
Tidak ada memberi
Total

Jumlah
(orang)
22
7
1
2
16
11

Persentase
(%)
24
8
1
2
18
12

31
90

34
100

Berdasarkan Tabel 18 tersebut menunjukkan responden pada kelompok
peternak sebanyak 22 orang peternak atau sebesar 24 persen hanya memberikan
vitamin, 7 orang peternak atau sebesar 8 persen hanya memberikan mineral, 1
orang peternak atau sebesar 1 persen memberikan vitamin dan mineral, 2 orang
peternak atau sebesar 2 persen memberikan obat-obatan, 16 orang peternak atau
sebesar 18 persen memberikan obat-obatan dan vitamin, 11 orang peternak atau
sebesar 12 persen memberikan obat-obatan, vitamin dan mineral sedangkan 31
orang peternak atau sebesar 34 persen tidak memberikan tambahan nutrisi
(vitamin dan mineral) serta obat-obatan. Dari hasil survei yang diperoleh
kebanyakan responden pada kelompok peternak banyak memberikan tambahan
nutrisi (vitamin dan mineral) serta obat-obatan.
Modal
Menurut Rahardi (2003) modal merupakan sejumlah barang, jasa dan uang
yang dimiliki untuk mengawali sebuah langkah usaha di bidang peternakan.
Modal memegang peranan penting dan merupakan tulang punggung usaha

52
Universitas Sumatera Utara

peternakan. Data karakteristik di lokasi penelitian berdasarkan modal dapat dilihat
pada Tabel 19 berikut ini.
Tabel 19. Modal Responden di Lokasi Penelitian
No
1
2

Modal Peternak

Jumlah
(orang)
22
68
90

Bantuan pemerintah
Sendiri
Total

Persentase
(%)
24
76
100

Berdasarkan Tabel 19 tersebut menunjukkan responden pada kelompok
peternak sebanyak 22 orang peternak atau sebesar 24 persen mendapatkan
bantuan dari pemerintah (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang
Bedagai) sebanyak 68 orang peternak atau sebesar 76 persen dari modal sendiri.
Adapun jenis bantuan yang diterima responden kelompok dari bantuan pemerintah
disajikan pada Tabel 20 berikut ini.
Tabel 20. Jenis Bantuan yang Diterima Responden di Lokasi Penelitian
No
1
2

Jenis Bantuan pemerintah

Jumlah
(orang)
12
10
22

Bibit
Uang tunai
Total

Persentase
(%)
55
45
100

Berdasarkan Tabel 20 tersebut menunjukkan responden pada kelompok
peternak sebanyak 12 orang peternak atau sebesar 55 persen mendapatkan
bantuan dari pemerintah (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang
Bedagai) berupa bibit ternak dan 10 orang peternak atau sebanyak 45 persen
mendapatkan bantuan berupa uang tunai yang dipakai peternak sebagai modal
untuk membeli bibit ternak kambing.

53
Universitas Sumatera Utara

Tenaga Kerja
Tabel 21. Penggunaan Tenaga Kerja untuk Memelihara Ternak Kambing di
Lokasi Penelitian
No
1
2
3

Penggunaan Tenaga Kerja

Jumlah
(orang)
69
19
2
90

1 orang
2 orang
3 orang
Total

Persentase
(%)
77
21
2
100

Berdasarkan Tabel 21 tersebut menunjukkan responden pada kelompok
peternak sebanyak 69 orang peternak atau sebesar 77 persen menggunakan tenaga
kerja sebanyak 1 orang, sebanyak 19 orang peternak atau sebesar 21 persen
menggunakan tenaga kerja sebanyak 2 orang dan sebanyak 2 orang peternak atau
sebesar 2 persen menggunakan tenaga kerja sebanyak 3 orang. Penggunaan untuk
tenaga kerja pada pada kelompok yang digunakan dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga.
Hasil Analisis Pendapatan pada Kelompok Peternak di Kabupaten Serdang
Bedagai
Pendapatan adalah sejumlah uang yang diperoleh setelah semua biaya
tertutupi apabila hasil pengurangan positif berarti untung, sebaliknya apabila hasil
pengurangannya negatif berararti rugi. Adapun besarnya pendapatan peternak
kambing potong pada kelompok peternak di Kabupaten Serdang Bedagai dapat
dilihat pada Tabel 22.

54
Universitas Sumatera Utara

Tabel 22. Rata-rata Pendapataan Masing-masing Peternak Responden
Jenis Biaya
Biaya Bibit
Biaya Tetap
a. Penyusutan Kandang
b. Penyusutan Peralatan
Total Biaya Tetap
Biaya Variabel
a. Biaya Pakan
b. Biaya Obat-obatan dan Vitamin
c. Biaya Tenaga Kerja
d. Biaya Listrik
e. Biaya Transportasi
Total Biaya Variabel
Total Biaya
Penerimaan
Nilai akhir ternak
Penjualan ternak
Penjualan Kompos
Total Penerimaan
Pendapatan

Biaya
(Rp/Thn)
Rp. 5.586.563

Persentase
(%)
100

Rp. 1.478.125
Rp. 652.688
Rp. 2.130.813

69,37
30,63
100

Rp. 410.938
Rp. 71.525
Rp. 1.743.797
Rp. 372.875
Rp. 820.000
Rp. 3.419.135
Rp. 11.136.511

12,01
2,09
51,01
10,90
23,99
100

Rp. 10.788.500
Rp. 6.071.250
Rp. 220.316
Rp. 17.080.066
Rp. 5.943.555

63,17
35,54
1,29
100

Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani-peternak yang
sifatnya tetap tidak tergantung dari besar kecilnya produksi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Soekartawi (1995) yang menyatakan bahwa biaya tetap umumnya
didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap
ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tetap
yang dikeluarkan pada kedua usaha peternakan di Kabupaten Serdang Bedagai
terdiri dari penyusutan kandang dan penyusutan peralatan.
Biaya penyusutan kandang yang dikeluarkan ditentukan oleh luas kandang
yang dimiliki peternak dan masa pakai kandang tersebut. Biaya kandang yang
dimiliki responden berkisar antara Rp. 600.000 sampai Rp. 6.000.000. dengan

55
Universitas Sumatera Utara

rataan sebesar Rp. 1.478.125/tahun. Nilai kandang ternak kambing bervariasi
tergantung pada bahan dan ukuran kandangnya. Kandang yang digunakan
responden untuk usaha ternak kambing sebagian besar milik sendiri. Bahan yang
digunakan peternak untuk membuat kandang yaitu bambu dan kayu. Rata-rata
peternak menggunakan bambu karena bambu mudah didapat, tahan lama dan
apabila harus membeli biaya yang dikeluarkan relatif murah. Bahan penggunaan
atap kandang bervariasi yang terdiri dari rumbia dan seng. Bahan yang digunakan
untuk membuat lantai kandang juga menggunakan bahan dari bambu. Kandang
yang dibuat peternak rata-rata mampu bertahan selama 5 tahun.
Biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan ditentukan jumlah peralatan
peralatan yang dimiliki responden dan masa tahan pakai peralatan tersebut. Biaya
peralatan yang dimiliki responden berkisar antara Rp. 40.000 sampai Rp.
6.000.000. dengan rataan sebesar Rp. 652.688 /tahun. Peralatan yang digunakan
responden rata-rata mampu bertahan selama 1 tahun. Kelengkapan peralatan yang
digunakan peternak pada kelompok cukup lengkap, hal ini dikarenakan peternak
mendapatkan

penyuluhan

dari

pemerintah

agar

peternak

meningkatkan

pengeluaran untuk kelengkapan peralatan kandang sehingga biaya peralatan
kandang pada kelompok cukup besar. Kelengkapan peralatan yang umumnya
digunakan berupa timbangan ternak, timbangan pakan, cangkul, angkong, sekop,
sabit, ember plastik, drum dan selang air mesin pencacah rumput dan lain-lain.
Biaya Variabel
Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya biaya untuk sarana produksi
(pakan, obat obatan, biaya operasional kendaraan, listrik dan upah tenaga kerja).
56
Universitas Sumatera Utara

Pakan yang digunakan peternak responden terdiri dari pakan utama dan pakan
tambahan (konsentrat) pakan utama yang sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu
rumput dan daun daunan tertentu seperti daun nangka, daun ubi, daun pisang dan
daunan leguminosa. Adapun konsentrat yang sering diberikan peternak berupa
berupa ampas ubi, ampas tahu, bungkil kelapa dan dedak.
Penggunaan biaya untuk pakan pada kelompok diperoleh dengan rataan
sebesar

Rp.

410.938/tahun.

Peternak

responden

pada

umumnya

tidak

mengeluarkan biaya untuk memperoleh pakan utama ini karena diperoleh
langsung dari alam dan diambil sendiri. P