Analisis Komparasi Nilai Tambah Produk Olahan Tahu Dan Tempe (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat)

6
 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kacang Kedelai
Kacang kedelai terkenal dengan nilai gizinya yang kaya dan merupakan salah satu
makanan yang mengandung 8 asam amino yang penting dan dibutuhkan oleh
tubuh manusia. Tidak seperti makanan lain yang mengandung lemak jenuh dan
tidak dapat dicerna yang terdapat pada sebagian besar makanan hewan, kacang
kedelai tidak mengandung kolestrol, mempunyai rasio kalori rendah dibandingkan
protein dan bertindak sebagai makanan yang tidak menggemukkan bagi penderita
obesitas. Kacang kedelai juga mengandung kalsium, besi, potassium, phosphorus
dan vitamin B kompleks serta memiliki keunikan yaitu terbebas dari racun kimia
(Adisarwanto, 2008).
Pemanfaatan lahan sawah irigasi teknis sampai saat ini belum optimal, sebagian
masih memiliki pola tanam padi-padi-beras, dengan demikian indeks pertanaman
masih di bawah 300. Sebagian pola tanamnya yaitu padi-padi-padi. Pola tanam
yang demikian sangat membahayakan bagi perkembangan hama dan penyakit
tanaman, karena tidak terputusnya siklus hidup OPT padi. Oleh sebab itu sangat
dianjurkan pada lahan sawah irigasi teknis menggunakan pola tanam padi-padipalawija atau sayuran dataran rendah. Salah satu tanaman palawija yang

dianjurkan adalah kacang kedelai, sehingga pola tanamnya menjadi padi-padikedelai.
Kedelai dianjurkan sebab dapat diperoleh beberapa keuntungan, yaitu:
a) Dapat meningkatkan pendapatan petani.
b)

Menambah kesempatan kerja bagi buruh petani.

6
Universitas Sumatera Utara

7
 

c)

Mengurangi impor kedelai.

d)

Menambah kesuburan tanah.


e)

Dapat memutuskan siklus hama dan penyakit padi.

2.2. Pengolahan Komoditas Pertanian
Salah satu sifat komoditas pertanian adalah mudah rusak, sehingga perlu langsung
dikonsumsi atau diolah terlebih dahulu. Pengembangan industri pengolahan
sangat diperlukan untuk mengaitkan sektor pertanian dengan sektor industri.
Industri pengolahan akan berkembang dengan baik jika kedua sektor tersebut
memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Menurut Soekartawi (1999), ada banyak manfaat dari sebuah proses pengolahan
komoditas pertanian, dan hal tersebut menjadi penting

karena pertimbangan

sebagai berikut:
1.

Meningkatkan Nilai Tambah


Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh
produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses.
Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas
pengolahan

(pengupasan,

pengirisan,

tempat

penyimpanan,

keterampilan

mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain). Sedangkan bagi pengusaha ini
menjadikan kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai
tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik
domestik maupun pasar luar negeri.


Universitas Sumatera Utara

8
 

2. Kualitas Hasil
Salah satu tujuan dari pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan kualitas
hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan keinginan
konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan adanya
perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri.
3. Penyerapan Tenaga Kerja
Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap
Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja
yang relatif besar pada kegiatan pengolahan.
4. Meningkatkan Keterampilan
Dengan

keterampilan


mengolah

hasil,

maka

akan

terjadi

peningkatan

keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh
hasil penerimaan usahatani yang lebih besar.
5. Peningkatan Pendapatan
Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total
penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya
petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas hasil
penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar.
Pengolahan Tahu

Tahu merupakan bahan makanan yang cukup digemari karena enak dan bergizi.
Oleh karena itu, kualitas dan kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh varietas yang
digunakan, proses pemeraman, tipe bahan koagulasi, serta tekanan dan suhu
koagulasi (Adisarwanto, 2005).

Universitas Sumatera Utara

9
 

Tahu merupakan salah satu sumber protein yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh manusia. Tahu terbuat dari sari kedelai yang diolah sedemikian
rupa sehingga menghasilkan tahu yang kita konsumsi sehari-hari (Panji, 2012).
Pengolahan Tempe
Tempe merupakan makanan tradisional yang telah dikenal masyarakat Indonesia
sejak dulu. Produk ini berbahan baku utama kedelai dan merupakan hasil dari
proses fermentasi. Terdapat tiga faktor pendukung dalam proses pembuatan tempe
yaitu bahan baku yang diurai, mikroorganisme, dan keadaan lingkungan tumbuh.
Bahan baku yang dimaksud yaitu keping-keping biji kedelai yang telah direbus,
mikroorganisme berupa kapang tempe Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae,

Rhizopus stolonifer, dan keadaan lingkungan tumbuh seperti suhu 300C, pH awal
6,8 serta kelembapan nisbi 70 – 80 %. (Sarwono, 1994).
2.3. Landasan Teori
2.3.1 Nilai Tambah
Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu produk atau komoditas karena
mengalami proses pengolahan, pengangkutan, ataupun penyimpanan dalam suatu
produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan sebagai
selisih antara nilai produk dengan nilai bahan baku dan input lainnya, tidak
termasuk tenaga kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk
pengolahan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor teknis dan faktor
pasar. Faktor teknis terdiri dari kapasitas produksi, penerapan teknologi, kualitas
produk, kualitas bahan baku, dan input penyerta. Sedangkan faktor pasar meliputi
harga jual produk, harga bahan baku, nilai input lain, dan upah tenaga kerja
(Hayami et all, 1987).

Universitas Sumatera Utara

10
 


Besarnya nilai tambah erat kaitannya dengan kualitas tenaga kerja yang berupa
keahlian dan keterampilan, teknologi yang digunakan dalam proses pengolahan
serta kualitas bahan baku. Kualitas tenaga kerja akan mempengaruhi besarnya
imbalan bagi tenaga kerja dan kinerja produksi perusahaan dilihat dari
keterampilan dan keahliannya. Besar kecilnya imbalan bagi tenaga kerja juga
dilihat dari teknologi yang digunakan. Apabila teknologi yang digunakan adalah
padat karya, maka proporsi tenaga kerja akan lebih besar daripada proporsi
keuntungan bagi perusahaan. Sedangkan apabila teknologi yang digunakan padat
modal, maka proporsi tenaga kerja menjadi semakin kecil daripada proporsi
keuntungan perusahaan.
Kualitas bahan baku juga mempengaruhi besarnya nilai tambah yang dilihat dari
produk akhir yang dihasilkan. Produk dengan kualitas yang baik, harganya akan
lebih tinggi dan akhirnya akan memperbesar nilai tambah yang diperoleh
(Soeharjo, 1991).
2.3.2 Pendapatan
Menurut Soekartawi (2005), menyatakan bahwa pendapatan (Pd) adalah selisih
antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi, Pd = TR – TC. Penerimaan
usahatani (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga
jual (Py).
Menurut Sukirno (1996), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima

oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode, baik harian, mingguan,
bulanan, ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan, antara lain:
1) Pendapatan petani (family farm income), diperoleh dari selisih penerimaan
usahatani dengan biaya alat-alat luar (biaya pengeluaran).

Universitas Sumatera Utara

11
 

2) Pendapatan bersih (net income), diperoleh dari selisih penerimaan usahatani
dengan biaya alat-alat luar dan upah tenaga kerja dalam keluarga.3
3) Keuntungan pengusaha (profit), diperoleh dari selisih penerimaan usahatani
dengan biaya alat-alat luar, upah tenaga kerja dalam keluarga, dan bunga
modal yang dipergunakan.
Setelah produsen menghasilkan output dari setiap kegiatan produksi yang
dilakukan maka output tersebut akan dijual kepada konsumen. Dengan demikian,
produsen akan memperoleh pendapatan (penerimaan) dari setiap output yang
dijual. Pendapatan yang diterima oleh produsen sebagian untuk membayar biaya biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Membahas masalah penerimaan
atau revenue ada beberapa konsep penting yang perlu diperhatikan menurut

Pracoyo dan Rubenfeld (2008):
1) Pendapatan total atau total revenue (TR) : pendapatan yang diterima oleh
produsen dari setiap penjualan outputnya. Total revenue merupakan hasil kali
antara harga dengan output . TR = P . Q
2) Pendapatan rata-rata atau average revenue (AR) : pendapatan produsen per
unit output yang dijual. AR = TR/Q = P. Dengan demikian, AR merupakan
harga jual output per unit.
3) Pendapatan marjinal atau marginal revenue (MR) : perubahan pendapatan
yang disebabkan oleh tambahan penjualan satu unit output.
Untuk memperoleh ingkat pendapatan yang diinginkan, maka seharusnya
mempertimbangkan harga jual dari produksinya, melakukan perhitungan terhadap

Universitas Sumatera Utara

12
 

semua unsur biaya selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya
(Fadholi, 1990).
Pendapatan yang diharapkan tentu saja memiliki nilai positif dan semakin besar

nilainya semakin baik, meskipun besar pendapatan tidak selalu mencerminkan
efisiensi yang tinggi karena pendapatan yang besar mungkin juga diperoleh dari
investasi yang jumlahnya besar pula. Untuk mengukur keberhasilan usahatani
biasanya dilakukan dengan melakukan analisis pendapatan usahatani. Dengan
melakukan analisis pendapatan usahatani dapat diketahui gambaran keadaan
aktual usahatani sehingga dapat melakukan evaluasi dengan perencanaan kegiatan
usahatani pada masa yang akan datang.
2.3.3 Biaya
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang
relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh
banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya tenaga kerja. Total
biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC
= FC + VC.
2.3.4 Harga
Harga pasar suatu komoditi dan jumlah yang diperjualbelikan ditentukan oleh
permintaan dan penawaran dari komoditi tersebut. Dengan harga pasar
dimaksudkan harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Sugiarto, 2000).

Universitas Sumatera Utara

13
 

2.4. Penelitian Terdahulu

1) Penelitian yang dilakukan oleh Sandra Siagian (2012) Tentang Masalah dan
Prospek Pengolahan Kedelai, menyatakan bahwa nilai tambah yang dihasilkan
pada industri pengolahan susu kedelai lebih tinggi dibandingkan dengan
industri pengolahan tahu dan tempe.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Evan Triputra (2011) mengenai nilai tambah
pengolahan kedelai menjadi tempe lebih tinggi dibandingkan pengolahan
kedelai menjadi tahu. Dimana nilai tambah pengolahan kedelai menjadi tempe
yang diperoleh adalah Rp 8.103,1,- dengan rasio nilai tambahnya 53,79%
sedangkan nilai tambah pengolahan kedelai menjadi tahu adalah Rp 7.833,71,dengan rasio nilai tambah sebesar 50,56%.
2.5. Kerangka Pemikiran
Kacang kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati dan minyak nabati
bagi tubuh. Kacang kedelai dapat dioalah menjadi beberapa produk yaitu antara
lain tahu, tempe, tauco, susu kedelai, kecap. Dalam pengolahan kacang kedelai
menjadi tahu dan tempe membutuhkan biaya bahan baku dan biya penunjang. Hal
ini mempengaruhi perbedaan nilai tambah masing-masing produk olahan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka pemikiran berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

14
 

Kacang Kedelai

Proses Pengolahan

Tahu 

Tempe 

Biaya Bahan Baku
Bahan Penunjang

Value Added
Value Added
----------------------------------------------Tempe 
Tahu 

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan : Menyatakan Hubungan

:

Menyatakan Perbandingan :

---------

Universitas Sumatera Utara

15
 

2.6. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)

Nilai tambah pengolahan Kacang kedelai menjadi tahu lebih besar dari
tempe.

Universitas Sumatera Utara