LAPORAN PRAKTIKUM DETEKSI PATOGEN PADA B

LAPORAN PRAKTIKUM DETEKSI PATOGEN PADA BENIH KEDELAI
DENGAN METODE INKUBASI
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Perbenihan III

KELAS D
KELOMPOK 4

Tiara Aditya Elma

A-071

Sakti Pamungkas

A- 105

Mona Nofrianda

A-108

Gugun Gunawan


A-129

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
KATA PENGANTAR
1

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia–Nya penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini tentunya tidaklah lepas dari bantuan
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang menuju sempurnanya laporan ini senantiasa kami
harapkan. Akhir kata, penulis mohon maaf bila dalam laporan ini terdapat katakata
yang kurang berkenan. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bemanfaat bagi
penulis pada khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.
Jatinangor, 15 Oktober 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

2

KATA PENGANTAR ...............................................................................

2

DAFTAR ISI..............................................................................................

3

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 4-5
A. Latar Belakang ................................................................................. .... 4-5
B. Tujuan....................................................................................................

5


II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6-11
2.1 Benih Sehat........................................................................................... 6
2.2 Patogen Benih Kedelai.......................................................................... 6-8
2.3 Pengujian Kesehatan Benih........ .......................................................... 8-11
III. METODE PRAKTIKUM..................................................................... 12-13
3.1 Waktu dan Tempat................................................................................

12

3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................

12

3.3 Cara Kerja............................................................................................. 12-13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................

14-17

4.1 Hasil Pengamatan.................................................................................


14-15

4.2 Pembahasan..........................................................................................

16-17

V. PENUTUP.............................................................................................

18

5.1 Kesimpulan .........................................................................................

18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

19

BAB I


3

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Benih berperan penting dalam menghasilkan tanaman yang memiliki
kualitas tinggi. Benih dikatakan sehat salah satunya kalau benih tersebut bebas
dari patogen. Patogen pada benih memiliki arti yang sangat penting dalam dunia
pertanian. Hal ini disebabkan karena benih merupakan sumber awal pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Benih yang sehat akan menghasilkan produktivitas
yang optimal, sebaliknya untuk benih yang tidak sehat dapat mengakibatkan
beberapa kerugian dalam pelaksanaan usaha tani, sehingga produktivitas tanaman
menurun.
Beberapa jenis penyakit penting yang merugikan pada tanaman dapat
berasal dari benih yang telah terinfeksi sebelumnya. Benih yang terinfeksi patogen
dapat menjadi sumber inokulum penyakit untuk tanaman di sekitarnya. Untuk
mengatasi masalah tersebut maka penggunaan benih berkualitas baik yang tidak
mengandung patogen merupakan salah satu cara yang dianjurkan. Benih yang
berkualitas telah melalui beberapa uji benih, salah satunya adalah uji kesehatan
benih.

Pengujian kesehatan benih bertujuan untuk mengetahui status kesehatan dari
suatu kelompok benih. Pengujian ini perlu dilakukan karena banyak
mikroorganisme terbawa benih yang bersifat patogenik (ISTA, 2010).
Metode pengujian kesehatan benih yang digunakan tergantung pada jenis
benih, jenis patogen yang mungkin terbawa benih dan tujuan pengujian. Pengujian
kesehatan benih melalui deteksi keberadaan patogen pada benih dapat melalui
berbagai macam cara, di antaranya adalah pemeriksaan benih kering, pemeriksaan
suspensi yang diperoleh dari pencucian benih, dan inkubasi dengan metode kertas
hisap, media agar, dan pemeriksaan gejala kecambah. Penentuan metode tersebut
dimaksudkan agar deteksi dan identifikasi patogen terbawa benih dapat dilakukan
dengan mudah dan akurat. Pengujian untuk benih dapat digunakan lebih dari satu
metode pengujian kesehatan benih.

4

Pengujian kesehatan benih bertujuan untuk mengetahui status kesehatan
dari suatu kelompok benih. Pengujian ini perlu dilakukan karena banyak
mikroorganisme terbawa benih yang bersifat patogenik. Patogen yang terbawa
oleh benih dapat berupa cendawan, bakteri, virus dan nematode (ISTA, 2010).
Metode pengujian kesehatan benih yang digunakan tergantung pada jenis benih,

jenis patogen yang mungkin terbawa benih dan tujuan pengujian.
Penentuan metode tersebut dimaksudkan agar deteksi dan identifikasi
patogen terbawa benih dapat dilakukan dengan mudah dan akurat. Hal tersebut
berarti pengujian untuk pengujian suatu contoh benih dapat digunakan lebih dari
satu metode pengujian kesehatan benih. Prinsip dari pengujian kesehatan benih
diantaranya yaitu dilakukan atas permintaan dari pelanggan, hanya dilakukan
untuk mendeteksi patogen dan penyakit fisiologis tertentu, apabila contoh kirim
telah mendapat perlakuan dengan pestisida atau perawatan lain maka pengirim
harus menyebutkannya dan pengujian dilakukan dengan menggunakan metode
dan alat yang sudah dipastikan kelayakannya untuk digunakan (BPMBTPH, 2004;
dan ISTA, 2010).
B. Tujuan
a) Melakukan pemeriksaan kesehatan benih kedelai yang belum bersertifikat
(benih dari petani).
b) Mengamati jenis patogen yang terbawa benih kedelai yang belum
bersertifikat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


5

2.1 Benih Sehat
Benih sehat didefinisikan sebagai benih yang secara fisiologis mempunyai
daya tumbuh dan vigor yang tinggi, serta tidak terkontaminasi atau terinfeksi
patogen.Dalam kaitan keberadaan patogen, Neergard (1977)membedakan menjadi
patogen terbawa benih (seed-borne pathogen), yaitu apabila patogen terbawa
benihmelalui kontaminasi pada permukaan biji atau terdapat dalam jaringan kulit
biji.Apabila patogen terdapat di dalam embrio biji dan ditularkan ke kecambah
yang tumbuh dari biji tersebut disebut patogen tular biji (seed transmitted
pathogen). Adakalanya patogen yang terbawa biji (pada permukaan/di dalam kulit
biji) menginfeksi kecambah yang baru tumbuh sehingga menular ke tanaman
muda.
Tanda benih sehat antara lain terlihat dariwarna kulit biji mengkilat, bernas
(tidak keriput), ukuran biji normal, kulit biji utuh (tidak retak/pecah), tidak terjadi
perubahanwarna (discolorisation) atau busuk, dan tidak terdapat organ patogen
berupa hifa dan badan buah jamur. Benih yang sehat sangat penting dalam
produksi tanaman pertanian karena benih merupakan titik awal untuk
mendapatkan tanaman yang sehat. Oleh karena itu benih harus bebas dari infeksi
dan kontaminasi jamur dan bakteri. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh jamur

dan bakteri terbawa benih adalah pertumbuhan tanaman yang kurang baik dan
tersedianya sumber inokulum jamur dan bakteri sejak awal tanaman tumbuh di
lapangan. Selain itu, mikroorganisme terbawa benih juga dapat menurunkan
kualitas benih seperti menurunnya daya kecambah benih, kerusakan bentuk fisik
dan warna benih, bahkan beberapa mikroorganisme tertentu tidak saja
menurunkan kualitas benih tetapi juga menyebabkan benih yang terinfeksi itu
menjadi sangat beracun (Sutopo, 1993).
2.2 Patogen Benih Kedelai
Mardinus (2003) menyatakan bahwa patogen terbawa benih dapat
mengakibatkan beberapa hal yaitu: 1. turunnya kualitas benih yang disebabkan
oleh rusaknya bentuk fisik dan warna benih, misalnya Cercospora kikuchii yang
menyebabkan berubahnya warna benih kedelai menjadi ungu, 2. menurunnya

6

persentase perkecambahan disebabkan oleh benih abnormal atau adanya gejala
damping off pada kecambah, dan 3. adanya toksin (racun) pada benih yang dapat
merusak kualitas benih dan tidak aman untuk dikonsumsi. Patogen yang
menyerang benih tidak hanya merusak endosperm, tetapi juga akan mengganggu
titik tumbuh atau embrio. Akibatnya bibit-bibit yang baru tumbuh tidak mampu

untuk menembus dan muncul ke permukaan tanah.
Jenis patogen yang banyak menyebabkan penyakit pada benih kedelai
adalah jamur. Soekarno (2000) dalam Navitasari (2007) melaporkan bahwa jamur
patogen terbawa benih kedelai yaitu Aspergillus spp., Fusarium spp., dan
Colletotrichum spp. Menurut Semangun (2008), jamur-jamur terbawa benih
kedelai yaitu Alternaria longissima, Culvularia erogrostidis, Colletotrichum
dematium, C. truncatum, C. geniculata, C. intermedia, C. lunata, C. pallescens,
Epicoccum purpurascens, Fusarium equiseti, F. moniliforme, F. solani,
Myrothecium

verrucaria,

Macrophomia

phaseolina,

Stemphylium

sp.


Peronospora manchuria, Phomopsis sojae, dan Pestalotia theae.
Mardinus (2003) dan Semangun (2008) menyatakan bahwa Fusarium
moniliforme dan Colletotrichum dematium merupakan jamur patogen yang umum
menyerang benih kedelai. Fusarium moniliforme menyebabkan busuk pada biji.
Selanjutnya dijelaskan bahwa jamur patogen penyebab penyakit busuk pada biji
memproduksi konidia pada permukaan tanaman inang. Konidia tersebut
disebarkan oleh angin dan air hujan. Jika tidak terdapat tanaman inang, jamur
dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dalam fase hifa atau
piknidia dan peritesia yang berisi spora. Pada lingkungan yang sesuai bagi
perkembangannya, spora akan keluar dan melakukan infeksi awal melalui luka
atau membentuk sejenis apresoria yang mampu mempenetrasi jaringan tanaman.
Biji yang terinfeksi jamur patogen ini bila ditanam akan menyebabkan
penyakit busuk batang. Biji kedelai yang terinfeksi Colletotrichum dematium,
apabila berkecambah maka keping bijinya akan mengalami bercak-bercak hitam
yang mengendap pada biji, yang pada cuaca lembab akan membentuk massa spora
berwarna merah jambu. Spora menginfeksi titik tumbuh dan menyebabkan bibit
mati. Colletotrichum dematium mempunyai aservulus hitam dengan rambut (seta)
berwarna cokelat, banyak terbentuk pada permukaan bagian tanaman yang sakit

7

apabila cuaca lembab. Konidiumnya hialin, bersel tunggal, bengkok, dan
berukuran 20-22 x 4 um (Semangun, 2008).
Selanjutnya Semangun (2008) menyatakan pula bahwa Macrophomia
phaseolina dapat menyebabkan benih mengalami gejala bercakbercak hitam dan
cacat pada kulit benih. Phomopsis sojae menyebabkan benih mengalami
perubahan warna, cacat, pipih, dan sebagian atau seluruhnya ditutupi oleh
miselium berwarna putih. Menurut Mardinus (2003), Peronospora manchuria
memperlihatkan gejala embun tepung pada benih dan dapat terlihat sangat jelas
pada pagi hari yang dingin dan lembab. Jamur ini dapat bertahan sampai beberapa
musim dalam bentuk oospora pada daun dan biji.
2.3 Pengujian Kesehatan Benih
Pengujian kesehatan benih bertujuan untuk mengetahui status kesehatan
dari suatu kelompok benih. Pengujian ini perlu dilakukan karena banyak
mikroorganisme terbawa benih yang bersifat patogenik. Patogen yang terbawa
oleh benih dapat berupa cendawan, bakteri, virus, dan nematoda (ISTA,2010).
Pengujian benih dalam kondisi lapang biasanya kurang memuaskan karena
hasilnya tidak dapat diulang dengan konsisten. Karena itu, pengujian di
laboratorium dilaksanakan dengan mengendalikan faktor lingkungan agar
mencapai perkecambahan yang teratur, cepat, lengkap bagi kebanyakan contoh
benih. Kondisi yang terkendali telah distandardisasi untuk memungkinkan hasil
pengujian yang dapat diulang sedekat mungkin kesamaannya. Terdapat
bermacam-macam metode uji perkecambahan benih, setiap metode memiliki
kekhususan tersendiri sehubungan dengan jenis benih yang diuji, jenis alat
perkecambahan yang digunakan, dan jenis parameter viabilitas benih yang dinilai.
Perkecambahan

pada

dasarnya

merupakan

pertumbuhan

embrio

atau

bibittanaman, sebelum berkecambah tanaman relatif kecil dan dorman.
Perkecambahan ditandai dengan munculnya radikula dan plumula.
Biasanya radikula keluar dari kulit benih, terus ke bawah dan membentuk sistem
akar. Plumula muncul ke atas dan membentuk sistem tajuk. Pada tahap ini proses
respirasi mulai terjadi. Cadangan makanan yang tidak dapat dilarutkan diubah
agar dapat dilarutkan, hormon auxin terbentuk pada endosperm dan kotiledon.
8

Hormontersebut

dipindah

ke

jaringan

meristem

dan

digunakan

untuk

pembentukan sel baru dan membebaskan energi kinetik (Edmond et al.dalam Tim
Penyusun Udayana , 1975).
Cendawan yang terbawa benih dapat menimbulkan penyakit pada tanaman
sebelum benih berkecambah, pada waktu tanaman masih muda atau menjelang
berbunga atau berbuah. Selain dapat menyebabkan penyakit pada tanaman
itusendiri, cendawan dapat pula menjadi sumber infeksi untuk tanaman lain.
Cendawan dapat mempertahankan diri di lapang misalnya pada sisa tanaman
dangulma. Pada keadaan ini cendawan akan menjadi sumber inokulum.
Meskipunsaat penanaman menggunakan benih yang sehat, tetap terserang
penyakit. Cendawan terbawa benih dapat bertahan lama di lapang (Sutopo, 2002.).
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan
dibagimenjadi factor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat
genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor
eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang
simpan (Copeland dan Donald, l985).Menurut (Soemardi. R. 1992), masalah yang
dihadapi dalam penyimpananbenih makin kompleks sejalan dengan meningkatnya
kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan
resiko terserang cendawan. Benih adalah bersifat higroskopis, sehingga benih
akan mengalami kemundurannya tergantung dari tingginya faktor-faktor
kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana benih disimpan.
Berdasarkan studi literatur (BPMBTPH, 2004; BB-PPMBTPH, 2010; dan
Harahap, 2010) teknik pengujian kesehatan benih untuk mendeteksi patogen
(khusunya cendawan) terbawa benih dapat dikelompokan menjadi:
1. Metode Tanpa Inkubasi
a. Metode Pengamatan Secara Visual terhadap Benih Kering
Metode ini digunakan untuk mendeteksi cendawan yang menyebabkan
gejala khas pada benih misalnya disklorisasi atau perubahan warna pada kulit
benih, perubahan ukuran, dan bentuk benih. Sebagai tambahan metode ini
berguna untuk mengetahui adanya serangan/infestasi serangga benih atau
kerusakan benih atau melihat adanya perlakuan benih dengan pestisida.
9

Metode ini berkaitan langsung dengan kegiatan analisis kemurnian benih
(purity), yaitu apakah benih tercampur dengan benda-benda dan benih lainnya
dalam proses pemberian sertifikasi benih.
b. Metode Pencucian Benih
Metode pencucian benih terutama dilakukan untuk mendeteksi
cendawan-cendawan yang membentuk struktur di permukaan benih. Pengujian
dapat dilakukan secara cepat dan mudah, namun pengujian dengan cara ini
memiliki keterbatasan karena cendawan yang berada di dalam jaringan benih
tidak dapat diketahui atau terdeteksi. Hasil pengujian tersebut tidak dapat
menggambarkan tingkat infeksi dan infestasi patogen pada benih.

2. Metode Inkubasi
a.

Metode Media Kertas (Blotter test)
Pemeriksaan cendawan dengan metode ini paling banyak digunakan

karena mudah dilaksanakan dengan biaya relatif murah dan hampir semua jenis
cendawan yang terbawa benih dapat diuji. Patogen yang dapat diketahui dengan
metode ini adalah: Aspergillus, Alternaria, Ascochyta, Botrytis, Botryodiplodia,
Cladosporium,

Colletotrichum,

Dreshslera,

Fusarium,

Macrophomina,

Rhizoctonia, Pheronospora dan Phoma. Terdapat dua cara yang dilakukan pada
metode ini, antara lain: metode inkubasi dengan media kertas standar dan
metode inkubasi dengan media kertas dengan pendinginan.
b. Metode Media Agar
Dalam metode media agar inokulum terbawa benih dideteksi berdasarkan
karakteristik koloni pada media agar yang berkembang dari benih. Secara
umum prinsipnya sama dengan prinsip dari pengujian dengan media kertas.
c. Metode Media Pasir
Pengujian ini dapat memberikan informasi yang lebih mendekati kondisi di
lapangan. Metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama sekitar ± 2 minggu.
Metode ini sesuai untuk patogen terbawa benih yang membutuhkan waktu
inkubasi yang lebih lama. Media yang digunakan adalah tanah pasir atau batu

10

bata yang sudah disterilisasi kemudian dibasahi dengan air steril yang cukup
hingga tidak memerlukan penyiraman selama inkubasi. Suhu yang digunakan
umumnya rendah yaitu (10 - 120 C) untuk merangsang tumbuhnya cendawan.
3. Uji Gejala pada Bibit/Kecambah
Patogen dapat menghasilkan gejala pada bibit/kecambah baik pada akar,
kotiledon, atau hipokotil. Benih yang terinfeksi pada kondisi yang terinfeksi pada
kondisi yang menguntungkan dapat menghasilkan gejala pada bibit sama dengan
gejala di lapangan, sehingga metode ini dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi yang mewakili penampakan di lapangan.
Sejumlah cendawan terbawa benih sering menghasilkan gejala infeksi atau
serangan pada kecambah atau bibit tanaman. Gejala terjadi pada akar, batang,
daun atau seluruh bagian kecambah atau bibit tanaman. Pada berbagai kejadian
inokulum cendawan terbawa benih menyebabkan kematian tanaman atau
kecambah.
Media tumbuh yang digunakan untuk pengujian gejala pada bibit /
kecambah adalah media pasir, bata merah, campuran pasir, dan tanah serta media
buatan seperti agar cair.

BAB III

11

METODE PRAKTIKUM
3.1

Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan di Labolatorium Nematologi yang berlokasi di

Gedung Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada
tanggal 19 November 2015 dan bekerja sesuai kelompok yang sudah ditentukan.
3.2

Alat dan Bahan
Alat :

-

Pinset 3 buah

-

Bunsen 1 buah

-

Tissue

-

Selotip
Bahan:

-

Benih kedelai 35 butir

-

Petridish yang di dalamnya berisi PDA steril 2 buah

-

Petridish yang di dalamnya berisi media kertas 1 buah

-

Aquades steril

-

Hand sprayer yang berisi alkohol 70% 1 buah

-

Larutan klorok 2%

3.3

Cara Kerja

A. Metode agar datar dengan klorok
1. 10 benih kedelai dicelupkan kedalam larutan klorok 2% selama 1
menit.
2. Dicuci menggunakan aquadest dan dikeringanginkan.
3. Menyusun secara rapih benih membentuk spiral yang telah
dikeringanginkan ke dalam petridish yang telah berisi media PDA.
4. Petridish diinkubasikan dalam suhu ruangan.
5. Pengamatan dilakukan 8 HSI (identifikasi jenis pathogen jamur atau
bakteri) terbawa benih, warna koloni patogen (dokumentasi yang
lengkap dan jelas) pada masing-masing perlakuan.

12

6. Menghitung presentase jumlah benih yang terinfeksi untuk masingmasing patogen (gejala yang sama).
B. Metode agar tanpa klorok
1. 10 benih kedelai disusun dengan rapih membentuk spiral ke dalam
petridish yang telah berisi media PDA.
2. -Petridish diinkubasikan dalam suhu ruangan.
3. Pengamatan dilakukan 8 HIS (identifikasi jenis pathogen jamur atau
bakteri) terbawa benih, warna koloni patogen (dokumentasi yang
lengkap dan jelas) pada masing-masing perlakuan.
4. Menghitung presentase jumlah benih yang terinfeksi untuk masingmasing patogen (gejala yang sama).
C. Media inkubasi dengan media kertas
1. Media kertas disiapkan dengan ukuran petridish dan disterilisasi.
2. 10 benih kedelai dicelupkan ke dalam larutan klorok 2% selama 1
menit, kemudian dibilas menggunaka naquadest.
3. Benih kedelai disusun secara rapih diatas kertas tersebut.
4. Inkubasikan dalam suhu ruangan.
5. Pengamatan dilakukan 8 HIS (identifikasi jenis paotgen jamur atau
bakteri) terbawa benih, warna koloni patogen (dokumentasi yang
lengkap dan jelas) pada masing-masing perlakuan.
6. Menghitung presentase jumlah benih yang terinfeksi untuk masingmasing patogen (gejala yang sama).
D. Uji gejala pada bibit
1.

5 benih kedelai direndam ke dalam aquadest selama 1 menit.

2.

Benih kedelai dikeringanginkan terlebih dahulu.

3.

Benih kedelai ditanam ke dalam media tanah steril.

4.

Amati perkecambahan dan perkembangan tanaman selama 14 hari
amati apabila ada kelainan fisiologis.

5.

Perhitungan jumlah benih yang terinfeksi dengan menggunakan
rumus :

13

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Pengamatan dilakukan setalah benih diinkubasi selama 8 hari untuk
melihat adanya patogen jamur dan 14 hari untuk adanya virus yang menyerang
pada benih kedelai yang ditanam pada petridish. Pada pengamatan dilakukan
identifikasi jenis patogen dan warna patogen pada tiap perlakuan, selain itu juga
dilakukan perhitungan persen infeksi. Berikut hasil pengamatan:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Benih
Pengamatan Tanggal 3 Desember 2015
Perlakuan
A
(kroloks +
media agar)
B
(tanpa kroloks
+ media agar)
C
(kloroks +
media kertas)
D
(dicuci di
aquades +
media tanah)

Tumbuh

Benih
Terinfeksi

Keterangan

10

5

benih terinfeksi oleh jamur patogen yang
berwarna hitam keabu abuan

10

7

benih terinfeksi oleh jamur patogen yang
berwarna hitam keabu abuan

10

0

tidak adanya benih yang terinfeksi oleh
jamur patogen atau yang lainnya

2

1

tidak dapat diamati adanya virus atau
tidak karena benih mati

14

Dari data diatas dapat disimpulkan persen infeksi:
a. Perlakuan A
% Infeksi

=

100%
=
=

Jumlah benih yang terinfeksi
Jumlah benih yang diinkubasikan

X

5
X 100
10
50%

b. Perlakuan B
% Infeksi

=

100%
=
=

Jumlah benih yang terinfeksi
Jumlah benih yang diinkubasikan

X

7
X 100
10
70%

c. Perlakuan C
% Infeksi

=

100%
=
=

Jumlah benih yang terinfeksi
Jumlah benih yang diinkubasikan

X

0
X 100
10
0%

d. Perlakuan D
% Infeksi

=

100%
=
=

Jumlah benih yang terinfeksi
Jumlah benih yang diinkubasikan

X

1
X 100
5
20%

15

4.2 Pembahasan

16

Berdasarkan hasil pengamatan diatas menunjukan benih yang terinfeksi
pada perlakuan A (kroloks + media agar) yaitu 50%, setengah dari benih yang
ditanam terinfeksi terlihat kondisinya sedikit membusuk dan terdapat tanda dari
patogen yaitu hifa jamur yang berwarna hitam keabu-abuan, koloni dari patogen
tersebut berbentuk bulat. Pada perlakuan B (tanpa kloroks + media agar) ; benih
yang terinfeksi terlihat sedikit membusuk dan terdapat tanda dari patogen tersebut
trinfeksi patogen dengan terlihatnya hifa jamur yang berwarna hitam keabuabuan, koloni dari patogen tersebut berbentuk bulat. Pada perlakuan C (kloroks +
media kertas) yaitu 0%; benih tidak ada yang terinfeksi, dan semua tumbuh
dengan baik (sehat). Sedangkan pada perlakuan D (perlakuan dicuci aquades +
media tanah steril) terdapat beberapa beni yang tumbuh, dari 5 benih yang
ditanam oleh kelompok 1 tumbuh 2 benih yang tumbuh.
Pada benih yang terkontaminasi patogen menunjukan benih yang busuk
dan terdapat tanda bahwa adanya hifa pada benih yang ditanam di petridish, hal
tersebut menyebabkan benih mengalami kerusakan yang disebabkan oleh jamur.
Setelah dilakukannya identifikasi dari tanda yang terlihat pada petridish
yang terkontaminasi patogen diketahui bahwa jenis patogen nya yaitu Aspergillus
flavus. Bentuk mikroskopis jamur Aspergillus flavus yaitu penyebaran koloni
miselia pada jamur ini menyebarkan kesegala arah, bentuk miselianya seperti
kapas, warna konidianya berwarna hitam, biasanya warna hifanya hitam sampai
hijau. Jamur Aspergillus flavus atau jamur yang teridentifikasi menyerang
mempunyai koloni dengan diameter terbesarpada media 3,5 cm dalam
pengamatan 8 HSI (Hari Setelah Inkubasi).
Kesehatan benih dapat dipertahankan dengan beberapa perlakuan (seed
treatment) seperti perlakuan fisik, kimia dan biologi. Hal tersebut dilakukan untuk
memenuhi standar mutu benih. Adisarwanto (2005) menyatakan bahwa ciri-ciri
benih kedelai bermutu baik secara fisik yaitu
a) warna biji cerah mengkilat dan tidak kusam
b) ukuran biji seragam dan bernas benih murni
c) tidak tercampur dengan kotoran atau benda lain
17

d) tidak bercampur dengan benih varietas lain
e) benih tidak retak, tidak pecah dan tidak ada bercak.
Mardinus (2005) menyatakan bahwa patogen terbawa benih dapat
mengakibatkan beberapa hal yaitu
a. turunnya kualilas benih yang disebahkan oleh rusaknya bentuk
fisik dan warna benih misalnya Cercospora kikuchii yang
menyebabkan berubahnya warna benih kedelai menjadi berwarna
ungu
b. menurunnya persentase perkecambahan disebabkan oleh benih
abnormal atau adanya gejala damping off pada kecambah
c. adanya toksin (racun) pada benih yang dapat merusak kualitas
benih dan tidak aman untuk dikonsumsi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengujian kesehatan benih bertujuan untuk mengetahui status kesehatan
dari suatu kelompok benih. Pengujian ini perlu dilakukan karena banyak
mikroorganisme terbawa benih yang bersifat patogenik. Dari hasil pengamatan
pada benih yang terkontaminasi patogen menunjukan benih yang busuk dan
terdapat tanda bahwa adanya hifa pada benih yang ditanam di petridish, hal
tersebut menyebabkan benih mengalami kerusakan yang diketahui setelah
dilakukan identifikasi yaitu jamur Aspergillus flavus.

18

DAFTAR PUSTAKA
Suharti, Tati dan Megawati. “Identifikasi Cendawan untuk Menguji Kesehatan
Benih”. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan: Bogor
Cahyadi, W. 2007. Kedelai: Khasiat dan Teknologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Kartasapoetra, A. 2003. Teknologi Benih. Jakarta: Rineka Cipta
Mardinus. 2003. Patologi Benih dan Jamur Gudang. Padang: Andalas University
Press.
Saleh, Nasir. 2008. Penggunaan Benih Sehat sebagai Sarana Utama Optimasi
Pencapaian Produktivitas Kedelai, Iptek Tanaman Pangan Vol. 3 No. 2 –
2008
Situmeang, Meilan, Azis Purwantoro dan Sri Sulandari. 2014.

The Effect of Heat

Treatment on Germination and Health of Soybean Seed (Glycine max (L.)

19

Merrill), Vegetalika Vol.3 No.3, 27 – 37, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta

Diakses tanggal : 17 Desember 2015, pukul : 17:31 WIB.

20

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124