ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM (1)

ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM
A. Definisi Etika Komunikasi Islam
Pengertian etika (etimologi), berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos”. Yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan dengan perkataan moral
yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”,
yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang
baik dan menghindari hal-hal yang buruk.
Komunikasi berasal dari perkataan Yunani, yaitu communicare yang bermaksud
menjadikan sesuatu itu milik bersama dimana penyampai menyampaikan sesuatu message
kepada pendengar, pendengar pula bertindak dengan memberi maklum balas yang
berkesesuaian. Bercakap, mendengar, menonton, membaca, menulis, berdo’a, menilai diri
dan sebagainya juga adalah aktivitas komunikasi.
Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan
menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Maka komunikasi Islam menekankan
pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara (how), dalam hal ini
tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Pesan-pesan keislaman yang
disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman),
syariah (Islam), dan akhlak (ihsan). Pesan-pesan keislaman yang disampaikan tersebut
disebut sebagai dakwah. Dakwah adalah pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi
manusia mengikuti islam.
Dalam konteks komunikasi di masyarakat, ada 2 kata yang dirasa perlu untuk dibicarakan

disini yaitu etika dan komunikasi. Kata etika diartikan sebagai: (1)himpunan asas-asas nilai
atau moral. (2)kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak, (3)nilai mengenai benar
dan salah yang dianut golongan atau masyarakat, (4)norma, nilai, kaidah atau ukuran tingkah
laku yang baik. etika menyangkut persoalan tata susila, tetapi ia tidak membuat seseorang
lebih baik. etika hanya menunjukkan baik buruknya perbuatan seseorang.
Ketika etika dikaitkan dengan komunikasi, maka etika itu menjadi dasar pijakan dalam
berkomunikasi. Etika memberikan landasan moral dalam membangun tata susila terhadap
semua sikap dan perilaku seseorang dalam komunikasi. Dengan demikian, tanpa etika
komunikasi itu tidak etis. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas, dapat saya
simpulkan bahwa etika komunikasi islam adalah tata cara berkomunikasi yang sesuai dengan
standar nilai moral atau akhlak dalam menilai benar atau salah perilaku seseorang

disampaikan dengan mengandung unsur islami mengarahkan manusia kepada kemaslahatan
dunia dan akhirat.

B. Urgensi Etika Komunikasi Perspektif Islam
Dalam etika-etika komunikasi islam ada 6 jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan)
yaitu:
1. Qaulan Sadidan (perkataan benar, lurus, jujur).
Kata “qaulan sadidan” disebut dua kali dalam Al-Qur’an. Pertama, Allah menyuruh manusia

menyampaikan qaulan sadidan dalam urusan anak yatim dan keturunan, terdapat dalam
Firman Allah QS. An-Nisa ayat 9:
‫عل سي ودهوم سفل وي ستل سلقوا الل ل سسه سول وي سلقوللوا سقوول سسدديددا‬
‫سول وي س و‬
‫خسش ال ل سدذيسن ل سوو تسسرلكوا دمون سخل ودفدهوم لذدلري لسدة دضسعادفا سخالفوا س‬
Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap
(kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan
hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadidan)”.
Kedua, Allah memerintahkan qaulan sadidan sesudah taqwa: “Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah qaulan sadidan. Nanti Allah akan
membaikkan amal-amal kamu, mengampuni dosa kamu. Siapa yang taat kepada Allah dan
Rasul-Nyaia akan mendapat keuntungan yang besar.
Apa arti qaulan sadidan? Qaulan sadidan artinya pembicaraan yang benar, jujur, (Picthall
menerjemahkannya “straight to the point”), lurus, tidak bohong, tidak berbelit-belit. Prinsip
komunikasi yang pertama menurut Al-Quran adalah berkata yang benar. Ada beberapa makna
dari pengertian yang benar:


Sesuai dengan kriteria kebenaran

Arti pertama benar adalah sesuai dengan kebenaran. Dalam segi substansi mencakup

faktual, tidak direkayasa atau dimanipulasi. Sedangkan dari segi redaksi, harus menggunakan
kata-kata yang baik dan benar, baku dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Buat kita
orang islam, ucapan yang benar tentu ucapan yang sesuai dengan Al-Qur’an, As-Sunnah, dan

ilmu. Jadi, kalau kita sedang berdiskusi dalam perkuliahan maupun organisasi harus merujuk
pada Al-Qur’an, petunjuk dan ilmu.


Tidak bohong

Arti kedua dari qaulan sadidan adalah ucapan yang jujur, tidak bohong. Nabi Muhammad
saw bersabda: “Jauhi dusta karena dusta membawa kamu pada dosa, dan dosa membawa
kamu pada neraka. Lazimlah berkata jujur, karena jujur membawa kamu kepada kebajikan,
membawa kamu pada surga.” Meskipun kepada anak-anak kita tidak dianjurkan berbohong
kepada mereka, bahkan seharusnya kita mengajarkan kejujuran kepada mereka sejak dini.
2. Qaulan Balighan (perkataan yang membekas pada jiwa, tepat sasaran, komunikatif, mudah
mengerti).
Ungkapan ini terdapat dalam QS An-Nisa ayat 63 yang berbunyi:

‫عن ولهوم سودعوظلهوم سولقول ل سلهوم دفي أ سن ولفدسدهوم سقوول بسدليدغا‬
‫لأول سدئسك ال ل سدذيسن ي سوعل سلم الل ل سله سما دفي لقللودبدهوم سفأ س و‬
‫عدروض س‬
Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.
Kata “baligh” dalam bahasa arab artinya sampai, mengenai sasaran atau mencapai tujuan.
Apabila dikaitkan dengan qaul (ucapan atau komunikasi), “baligh” berarti fasih, jelas
maknanya, terang, tepat menggunakan apa yang dikehendaki. Oleh karena itu prinsip qoulan
balighan dapat diterjemahkan sebagai prinsip komunikasi yang efektif.
Jalaluddin Rahmat memerinci pengertian qaulan baligha menjadi dua, qaulan baligha
terjadi bila da’i (komunikator) menyesuaian pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak
yang dihadapinya sesuai dengan frame of reference and field of experience. Kedua, qaulan
baligha terjadi bila komunikator menyentuh khalayaknya pada hati dan otaknya sekaligus.
Jika dicermati pengertian qaulan baligha yang diungkapkan oleh jalaluddin rahmat tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa kata Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang
efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight
to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya
bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas
komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.


Sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita harus melihat stuasi dan kondisi yang tepat
dan menyampaikan dengan kata-kata yang tepat. Bila bicara dengan anak-anak kita harus
berkata sesuai dengan pikiran mereka, bila dengan remaja kita harus mengerti dunia mereka.
Jangan sampai kita berdakwah tentang teknologi nuklir dihadapan jamaah yang berusia lanjut
yang tentu sangat tidak tepat sasaran, malah membuat mereka semakin bingung. Gaya bicara
dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu harus dibedakan dengan saat
berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak
sama dengan saat berbicara di depan mahasiswa.
Rasulullah sendiri memberi contoh dengan khotbah-khotbahnya. Umumnya khotbah
Rasulullah pendek, tapi dengan kata-kata yang padat makna. Nabi Muhammad menyebutnya
“jawami al-qalam”. Ia berbicara dengan wajah yang serius dan memilih kata-kata yang
sedapat mungkin menyentuh hati para pendengarnya. Irbadh bin Sariyah, salah seorang
sahabatnya bercerita: “Suatu hari Nabi menyampaikan nasihat kepada kami. Bergetarlah hati
kami dan berlinang air mata kami. Seorang diantara kami berkata Ya Rasulullah, seakan-akan
baru kami dengar khotbah perpisahan. Tambahlah kami wasiat”. Tidak jarang disela-sela
khotbahnya, Nabi berhenti untuk bertanya kepada yang hadir atau memberi kesempatan
kepada yang hadir untuk bertanya. Dengan segala otoritasnya, Nabi adalah orang yang
senang membuka dialog.
3. Qaulan Masyura (perkataan yang ringan).

Dalam komunikasi, baik lisan maupun tulisan, mempergunakan bahasa yang mudah,
ringkas dan tepat sehingga mudah dicerna dan dimengerti. Dalam Al-Qur’an ditemukan
istilah qaulan maisura yang merupakan salah satu tuntunan untuk melakukan komunikasi
dengan mempergunakan bahasa yang mudah dimengertidan melegakan perasaan.
Dalam Firman Allah dijelaskan:
‫عن ولهلم ابودتسغاسء سروحسمةة دمون سر دبلسك تسورلجوسها سفلقول ل سلهوم سقوول سمي ولسودرا‬
‫سودإ ل سما تلوعدرسض لسن س‬
Artinya: “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas”. (QS. Al-Israa’:
28).
Maisura seperti yang terlihat pada ayat diatas sebenarnya berakar pada kata yasara, yang
secara etimologi berarti mudah atau pantas. Sedangkan qaulan maisura menurut Jalaluddin
Rakhmat, sebenarnya lebih tepat diartikan “ucapan yang menyenangkan,” lawannya adalah

ucapan yang menyulitkan. Bila qaulan ma’rufa berisi petunjuk via perkataan yang baik,
qaulan maisura berisi hal-hal yang menggembirakan via perkataan yang mudah dan pantas.
Dakwah dengan qaulan maisura yang artinya pesan yang disampaikan itu sederhana,
mudah dimengerti dan dapat dipahami secara spontan tanpa harus berpikir dua kali. Pesan
dakwah model ini tidak memerlukan dalil naqli maupun argument-argumen logika. Dakwah
dengan pendekatan ini harus menjadi pertimbangan mad’u misalnya yang dihadapi itu terdiri

dari orang yang tergolong didzalimi haknya oleh orang-orang yang lebih kuat dan masyarakat
yang secara sosial berada dibawah garis kemiskinan, lapisan masyarakat tersebut sangat peka
dengan nasihat yang panjang, karenanya da’i harus memberikan solusi dengan membantu
mereka dalam dakwah bil hal.
4. Qaulan Layyina (perkataan yang lemah lembut).
Perintah menggunakan perkataan yang lemah lembut ini terdapat dalam AlQur’an:
‫خسشى‬
‫سفلقول ل سله سقوول ل س دي لدنا ل سسعل ل سله ي ستسسذك لسلر أ سوو ي س و‬
Artinya: ”Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". (Thaahaa:44).
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara
lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang
yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima
pesan komunikasi kita.
Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Qaulan Layina berarti
pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan,
sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak,
meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang kasar.
Rasullulah selalu bertutur kata dengan lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau ucapkan
sangat menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan,

yang dimaksud layina ialah kata-kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau
lugas, apalagi kasar.
Komunikasi yang tidak mendapat sambutan yang baik dari orang lain adalah komunikasi
yang dibarengi dengan sikap dan perilaku yang menakutkan dan dengan nada bicara yang
tinggi dan emosional. Cara berkomunikasi seperti ini selain kurang menghargai orang lain,
juga tidak etis dalam pandangan agama. Dalam perspektif komunikasi, komunikasi yang

demikian, selain tidak komunikatif, juga membuat komunikan mengambil jarak disebabkan
adanya perasaan takut di dalam dirinya.
Islam mengajarkan agar menggunakan komunikasi yang lemah lembut kepada siapa pun.
Dalam lingkungan apapun, komunikator sebaiknya berkomunikasi pada komunikan dengan
cara lemah lembut, jauh dari pemaksaan dan permusuhan. Dengan menggunakan komunikasi
yang lemah lembut, selain ada perasaan bersahabat yang menyusup ke dalam hati komunikan,
ia juga berusaha menjadi pendengar yang baik.
Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata
kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi. Allah melarang bersikap keras dan
kasar dalam berdakwah, karena kekerasan akan mengakibatkan dakwah tidak akan berhasil
malah ummat akan menjauh.
5. Qaulan Karima (perkataan yang mulia).
Islam mengajarkan agar mempergunakan perkataan yang mulia dalam berkomunikasi

kepada siapapun. Perkataan yang mulia ini seperti terdapat dalam ayat Al-Qur’an (QS. AlIsra ayat 23) yaitu:
‫ف سول تسن وسهورلهسما‬
‫سوسقسضى سربلسك سأل تسوعبللدوا دإل دإ لسياله سودبال وسوالدسدي ودن دإوحسسادنا دإ ل سما ي سبول لسغ لسن دعن وسدسك ال ودكبسسر أ سسحلدلهسما أ سوو دكللهسما سفل تسلقول ل سلهسما أ ل ل ة‬
‫سولقول ل سلهسما سقوول ك سدريدما‬
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan engkau membentak
keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perktaan yang baik”.
Dengan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa qaulan karimah adalah
perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar,
lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam konteks jurnalistik dan penyiaran, Qaulan Karima
bermakna mengunakan kata-kata yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari
“bad taste”, seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.
Dalam perspektif dakwah maka term pergaulan qaulan karima diperlakukan jika dakwah
itu ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia lanjut. Seseorang da’i
dalam perhubungan dengan lapisan mad’u yang sudah masuk kategori usia lanjut, haruslah
bersikap seperti terhadap orang tua sendiri, yakni hormat dan tidak kasar kepadanya, karena

manusia meskipun telah mencapai usia lanjut, bisa saja berbuat salah atau melakukan hal-hal

yang sesat menurut ukuran agama.
Komunikasi yang baik tidak dinilai dari tinggi rendahnya jabatan atau pangkat seseorang,
tetapi ia dinilai dari perkataan seseorang. Cukup banyak orang yang gagal berkomunikasi
dengan baik kepada orang lain disebabkan mempergunakan perkataan yang keliru dan
berpotensi merendahkan orang lain. Permasahan perkataan tidak bisa dianggap ringan dalam
komunikasi. Karena salah perkataan berimplikasi terhadap kualitas komunikasi dan pada
gilirannya mempengaruhi kualitas hubungan sosial. Bahkan karena salah perkataan hubungan
sosial itu putus sama sekali.
6. Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik).
Qaulan ma’rufa dapat diterjemahkan dengan ungkapan yang pantas. Kata ma’rufa
berbentuk isim maf’ul yang berasal dari madhinya, ’arafa. Salah satu pengertian mar’ufa
secara etimologis adalah al-khair atau al-ihsan, yang berarti yang baik-baik. Jadi qawlan
ma’rufa mengandung pengertian perkataan atau ungkapan yang baik dan pantas.
Jalaluddin rahmat menjelaskan bahwa qaulan ma’rufan adalah perkataan yang baik. Allah
menggunakan frase ini ketika berbicara tentang kewajiban orang-orang kaya atau kuat
terhadap orang-orang miskin atau lemah. Qaulan ma’rufa berarti pembicaraan yang
bermamfaat memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukan pemecahan
terhadap kesulitan kepada orang lemah, jika kita tidak dapat membantu secara material, kita
harus dapat membantu psikologi. Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang
bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat). Sebagai muslim yang beriman, perkataan

kita harus terjaga dari perkataan yang sia-sia, apapun yang kita ucapkan harus selalu
mengandung nasehat, menyejukkan hati bagi orang yang mendengarnya. Jangan sampai kita
hanya mencari-cari kejelekan orang lain, yang hanya bisa mengkritik atau mencari kesalahan
orang lain, memfitnah dan menghasut.
Kata Qaulan Ma`rufa disebutkan Allah dalam ayat Al-Qur'an (QS. Al-Ahzab ayat 32)
ialah:
‫خسضوعسن دبال وسقوودل سفي سوطسمسع ال ل سدذي دفي سقل ودبده سمسرضض سولقل وسن سقوول سموعلرودفا‬
‫سيا دنسساسء الن لسدبدلي ل سوستل لسن ك سأ سسحةد دمسن ال دن لسسادء دإدن اتل سسقي وتل لسن سفل تس و‬
Artinya: “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika
kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang
baik.”

reference
rohmah ftriyani., etika komunikasi dalam perspektif islam, diakses melalui academi.edu.,
pada tanggal 19 desember 2015.

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Dari mulai
kita bangun tidur sampai kemudian tertidur kembali, komunikasi selalu menjadi kegiatan
utama kita entah itu komunikasi verbal atau non verbal, entah itu komunikasi antar pribadi
atau komunikasi organisasi.
Hal seperti ini memang telah menjadi kodrat kita sebagai seorang manusia yang memang
tidak dapat hidup sendiri. Kita selalu membutuhkan orang lain disekitar kita, walaupun hanya
untuk sekedar melakukan obrolan basa-basi karena manusia adalah makhluk sosial dan dari
dalam interaksi itulah manusia lambat laun menciptakan nilai-nilai bersama yang kemudian
disebut sebagai kebudayaan.
Dalam nilai-nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan mengatur
tata cara kita berkomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati dan menjunjung tinggi etika
sebagai sebuah tanda penghargaan pada lawan bicara kita. Namun terkadang pemakaian
sesuatu yang kita anggap sebuah etika dapat berakibat pada sesuatu yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan kesalahpahaman antar sesama. Mengapa hal itu bisa
terjadi? Padahal tujuan kita menggunakan etika adalah untuk mencoba menghargai khalayak.
Pemakaian etika dalam konteks komunikasi antar pribadi memiliki paradoks tersendiri. Di
lain pihak, hal ini dapat menjadi hal yang positif namun terkadang sesuatu yang negatif dan
cenderung merusak dan memperburuk keadaan juga dapat terjadi. Berbagai hal dinilai
bertanggung jawab atas hal ini. Dari mulai cara kita berkomunikasi antar sesama sampai pada
saat kita menggunakan etika dalam berinteraksi.
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Menyandang predikat sebagai mahkluk sosial, manusia selalu terlibat dan berinteraksi dengan
orang lain baik secara kelompok maupun secara personal. Dalam keterlibatannya dalam
interaksi antar pribadi, manusia melakukan pertukaran pesan melalui berbagai macam simbol
yang disepakati bersama dimana penggunaan pancaindra yang dimiliki dapat secara
maksimal dan saling memberikan umpan balik. Komunikasi yang memang terjadi di dalam
lingkup kecil ( hanya antara 2-3 orang) ini memiliki pengaruh yang besar dalam
perkembangan psikologis dan mutu hubungan kita dengan orang lain.
ETIKA

Banyak orang beranggapan bahwa dalam sebuah pembicaraan, kita harus menggunakan etika
untuk menghargai dan menghormati lawan bicara. Ada sebuah teori yang mendefinisikan
etika sebagai, “sebuah cabang ilmu filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma, moral
yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya”. Dalam teori ini, etika memiliki 3
tujuan, yaitu:
· Membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung jawabkan
· Membantu manusia mengambil sikap dan tindakan secara tepat dalam hidup ini
· Tujuan akhir untuk menciptakan kebahagiaan.
Terlepas setuju atau tidaknya kita dengan teori diatas, namun ada hal yang bisa kita sepakati
bahwa etika berhubungan dengan moral,”sistem tentang bagaimana kita harus hidup secara
baik sebagai manusia.”
ETIKA KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Persoalan etika yang potensial selalu melekat dalam setiap bentuk komunikasi antar pribadi
sehingga komunikasi dapat dinilai dalam dimensi benar-salah, melibatkan pengaruh yang
berarti terhadap manusia lain, sehingga komunikator secara sadar memilih tujuan-tujuan
tertentu yang ingin dicapai dan cara-cara komunikasi guna mencapai tujuan tersebut. Apakah
seorang komunikator bertujuan menyampaikan informasi, meningkatkan pemahaman
seseorang, memudahkan keputusan yang bebas pada orang lain, menawarkan nilai-nilai yang
penting, memperlihatkan eksistensi dan relevansi suatu persoalan sosial, memberikan sebuah
jawaban atau program aksi atau memicu pertikaian—persoalan etika yang potensial terpadu
dalam upaya-upaya simbolik sang komunikator. Demikianlah keadaannya pada sebagian
besar komunikasi pribadi, baik komunikasi antara 2 orang, dalam kelompok kecil, dalam
retorika gerakan sosial maupun dalam hubungan masyarakat.
Bahkan muncul ungkapan bahwa manusia adalah satu-satunya hewan” yang secara harfiah
dapat disebut memiliki nilai”. Lebih khusus lagi, barangkali esensi tertinggi manusia adalah
homo ethicus, manusia adalah pembuat penilaian etika. Tetapi muncul pertanyaan, mengapa
mempersoalkan etika dalam komunikasi antar pribadi? Jelas, dengan menghindari
pembicaraan mengenai etika dalam komunikasi, orang akan bersandar pada berbagai macam
pembenaran: (1) setiap orang tahu bahwa teknik komunikasi tertentu adalah tidak etis jadi
tidak perlu dibahas; (2) karena yang penting dalam komunikasi hanyalah masalah kesuksesan
maka masalah etika tidak relevan; (3) penilaian etika hanyalah masalah penilaian individu
secara pribadi sehingga tak ada jawaban pasti; dan (4) menilai etika orang lain itu
menunjukkan keangkuhan atau bahkan tidak sopan.
Secara potensial timbul ketegangan antara ” kenyataan” dan “keharusan”, antara yang aktual
dan yang ideal. Mungkin terdapat ketegangan antara apa yang dilakukan setiap orang dengan
apa yang menurut kita harus dilakukan oleh orang tersebut. Mungkin terdapat konflik antara
komunikasi yang kita pandang berhasil dan penilaian teknik tersebut tidak boleh digunakan
karena cacat menurut etika. Kita mungkin terlalu menekankan pemahaman tentang sifat dan
efektivitas teknik, proses dan metode komunikasi dengan mengorbankan perhatian pada
masalah etika tentang penggunaan teknik-teknik seperti itu. Kita harus menguji bukan hanya
bagaimana, melainkan juga apakah kita secara etis harus , memakai berbagai macam metode
dan pendekatan. Masalah “apakah”, jelas bukan hanya penyesuaian khalayak, melainkan

maslah etika. Kita boleh merasa bahwa tujuan-tujuan etika itu tidak dapat dicapai secara
nyata sehingga tidak banyak manfaatnya.
Bagaimana para peserta dalam sebuah transaksi komunikasi pribadi menilai etika dari
komunikasi itu, atau bagaimana para pengamat luar menilai etikanya, akan berbeda-beda
tergantung pada standar etika yang mereka gunakan. Sebagian diantara bahkan mungkin akan
memilih untuk tidak mempertimbangkan etika. Namun demikian, masalah etika yang
potensial tetap ada meskipun tidak terpecahkan atau tidak terjawab.
Apakah seorang komunikator menginginkan penilaian etika atau tidak? Komunikan
umumnya akan menilai, secara resmi ataupun tidak resmi, upaya komunikator berdasarkan
standar etika yang relevan menurut mereka. Jika bukan karena alasan lain, selain alasan
pragmatik, yakni untuk kesempatan meningkatkan kesuksesan , komunikator perlu
mempertimbangkan kriteria etis para khalayaknya.
KESIMPULAN
Pemahaman yang berbeda mengenai nilai-nilai etika yang ada membuat setiap orang dapat
memiliki penilaian yang berbeda terhadap setia etika komunikasi. Dalam komunikasi antar
pribadi penggunaan etika haruslah berhati-hati karena bukanlah tidak mungkin bahwa
pemahaman etika kita berbeda dengan komunikan. Kurangnya pemahaman antar sesama
dapat memunculkan miss communication yang akan berujung pada timbulnya berbagai
macam prasangka dan salah paham.
Dalam berbagai macam perbedaan tersebut, kita harus mampu beradaptasi dengan cepat.
Nilai-nilai yang membentuk etika harus kita pahami dengan benar karena sebenarnya tidak
ada komunikasi yang tidak menggunakan nilai-nilai etika di dalamnya, setiap bentuk
komunikasi selalu menggunakan etika walaupun dalam kadarnya masing-masing sesuai
dengan konteks, tujuan dan situasi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
L.JOHANSEN, RICHARD. 1996. Etika Komunikasi, Penerbit Rosda, Bandung
BLAKE, REED H. dan HAROLDSEN. EDWIN O. 2003. Taksonomi Konsep
Komunikasi, Penerbit Papyrus, Surabaya
CUTLIP, SCOTT M. dan CENTER, ALLEN H. 2006. Effective Public Relation,
Prenada Media Grup, Jakarta

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu cara individu untuk melakukan interaksi
dengan

individu

yang

lain.

Tanpa

komunikasi,

individu

akan

sulit

mengungkapkan keinginan, pendapat dan menjalankan hubungan silaturahmi
dengan individu lain. Komunikasi sangat erat hubungannya dengan kehidupan
sosial individu. Bayangkan, apa yang terjadi jika antara satu individu dengan
individu yang lain tidak mengetahui bagaimana cara berkomunikasi, kehidupan
sosial tidak akan terjadi, informasi tidak didapatkan dan masyarakat akan
menjalani kehidupan yang membosankan karena tidak dapat mencurahkan ide,
pendapat dan perasaan mereka.
Komunikasi erat kaitanya dengan sistem indera, misalnya pendengaran.
Untuk dapat memahami apa yang dikatakan secara verbal, kita harus
mendengarkan. Jika pendengaran terganggu maka akan sulit untuk memahami
informasi yang disampaikan secara lisan. Masih banyak lagi contoh hubungan
komunikasi dengan sistem indera.
Perkembangan

teknologi

memungkinkan

masyarakat

untuk

menyampaikan informasi dalam jarak jauh. Komunikasi dapat dilakukan dengan
menggunakan media massa ataupun elektronik, hanya saja tidak selamanya
komunikasi yang dilakukan ini efektif. Hal ini tergantung pada situasi dan kondisi
yang sedang kita alami.
B.

Rumusan Masalah

1.

Apa itu komunikasi?

2.

Penjelasan perkembangan setelah berkomunikasi

3.

Apa itu Makna Komunikasi?

4.

Sebutkan pengertian komunikasi Verbal yang Efektif?

5.

Berikan beberapa contoh Konmunika

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etiket
alam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata
“etiket”, yaitu: Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan
barang-barang

(dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang

barang itu. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu
diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.
B.

Kode etik profesi
merupakan sarana untuk membantu para pelaksana seseorang sebagai
seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga
hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi, Kode etik profesi
memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Kode etik profesi mencegah campur
tangan

pihak

diluar

organisasi

profesi

tentang

hubungan

etika

dalam

keanggotaan profesi.

C. Pengertian Etika Komunikasi
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang mengatur
tentang

tata

cara

manusia

bergaul.

Tata

cara

pergaulan

untuk

saling

menghormati biasa kita kenal dengan sebutan sopan santun, tata krama,
protokoler, dan lain-lain.
Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator
dengan komunikan agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak
yang dirugikan kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan
adat kebiasaan yang berlaku serta tidak bertentangan dengan hak asasi manusia
secara umum
Tata cara pergaulan, aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam
bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak baik, dinamakan etika.
Istilah etika berasal dari kata ethikus (latin) dan dalam bahasa Yunani disebut

ethicos yang berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku manusia.

Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik
dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat.
Beberapa pendpat para ahli mengenai pengertian etika antara lain sebagai
berikut:
a.

Pendapat Drs. D.P. Simorangkir
Etika atau etik adalah pandangan manusia dalam berperilaku menurut
ukuran dan nilai yang baik.

b.

Pendapat Drs. Sidi Cjajalba
Etika ialah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari
segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

c.

Pendapat Dr. A. Voemans
Etika dan etik terdapat hubungan yang erat dengan masalah pendidikan.

D. Etiket
Istilah etika dan etiket ada kalanya digunakan untuk pengertian yang
sama

dalam

kehidupan

sehari-hari.

Etika

lebih

luas

pengertian

dan

penggunaannya daripada etiket.
Istilah etiket, berasal dari kata etiquette (Perancis), yang berarti kartu

undangan,

yang

biasa

digunakan

oleh

raja-raja

Perancis

ketika

menyelenggarakan pesta. Dalam perkembangan selanjutnya istilah etiket tidak
lagi berarti kartu undangan. Etiket artinya lebih menitikberatkan pada cara-cara
berbicara yang sopan, cara berpakaian, cara duduk, cara menerima tamu di
rumah/di kantor dan sopan santun lainnya. Etiket ini sering disebut pula tata

krama. Maksudnya kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan
pergaulan setempat. Tata mempunyai arti adat, aturan, norma, peraturan,
sedangkan krama berarti tindakan, perbuatan. Dengan demikian tata krama
berarti sopan santun, kebiasaan sopan santun atau tata sopan santun.
Kesadaran manusia mengenai baik buruk disebut kesadaran etis atau kesadaran
moral.

Etiket merupakan sejumlah peraturan kesopanan yang tidak tertulis,
namun

harus

diketahui,

diperhatikan

dan

ditaati

dalam

kehidupan

bermasyarakat. Etiket juga berisi sejumlah aturan yang lama mengenai tingkah
laku perorangan dalam masyarakat beradab berupa tata cara formal atau tata
krama lahiriah untuk mengatur hubungan antar pribadi sesuai dengan status
sosialnya.
Etiket didukung oleh nilai-nilai berikut:
a.

Nilai-nilai kepentingan umum.

b.

Nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, kebaikan

c.

Nilai-nilai kesejahteraan

d.

Nilai-nilai kesopanan, harga menghargai

e.

Nilai-nilai pertimbangan rasional, mampu membedakan sesuatu yang bersifat
rahasia dan yang bukan rahasia.

E.

Perbedaan antara etika dengan etiket

a.

Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia.
Etiket menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta
ditentukan dalamsebuah kalangan tertentu. Etika tidak terbatas pada cara
melakukan sebuah perbuatan, etika memberi norma tentang perbuatan itu
sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan
atau tidak boleh dilakukan.

b.

Etiket hanya berlaku untuk pergaulan.
Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain. Barang yang
dipinjamharus dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa.

c.

Etiket bersifat relative.
Yang

dianggap

tidak

sopan

dalam

sebuahkebudayaan,

dapat

saja

dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti
“jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat
ditawar-tawar.

d.

Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan
etika memandang manusia dari segi dalam.
Penipu misalnya tutur katanyalembut, memegang etiket namun menipu.
Orang dapat memegang etiketnamun munafik sebaliknya seseorang yang
berpegang pada etika tidakmungkin munafik karena seandainya dia munafik
maka dia tidak bersikapetis. Orang yang bersikap etis adalah orang yang
sungguh-sungguh baik.

a.

Etiket hubungan primer
Aturan” etika yang mengatur hubungan langsung yang diperlukan
perusahaan untuk melaksanakan fungsi dan misinya yang utama yaitu
memproduksi barang dan jasa

b.

Hubungan sekunder
Aturan” etika yang mengatuk hubungan intern perusahaan dengan
ekstern perusahaan misalnya hubungan antara produsen dengan konsumen

a.

Etiket hubungan penjual dengan pelanggan Meliputi hal”

1.

Penggunaan kemasan yang beragam dan berbeda-beda membuat konsumen

2.
3.
4.

sulit untuk membedakan perbandingan harga dengan produknya
Perlu memberikan informasi penjelasan
Promosi dilakukan dengan jujur dan bersaing dengan sehat
Pemberian service/garansi

b.

Etiket hubungan perusahaan dengan karyawan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Recruitment (Penarikan)
Training (latihan)
Promosi / Kenaikan pangkat
Transfer
Demosi/penutunan pangkat
Layoff (Pemutusan hubungan kerja/PHK)

c.

Etiket hubungan dengan investor
Posting Perusahaan berbentuk PT harus memberikan informasi yang baik
dan jujur kepoada para investornya

d.

Etiket hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan

Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama jawaban pajak
adalah hubungan yang bersifat finansial. Hubungan ini merupakan hubungan
yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan yang berupa neraca dan
laporan rugi laba. Misalnya laporan finansial tersebut haruslah disusun secara
baik dan benar sehingga tidak terjadi kecenderungan ke arah penggelapan
pajak.
F.

Etika Komunikasi
Etika komunikasi perkantoran merupakan suatu rangkuman istilah yang
mempunyai pengertian tersendiri, yakni norma, nilai atau ukuran tingkah laku
yang baik dalam kegiatan komunikasi dalam kegiatan komunikasi di suatu
perkantoran. Pada dasarnya komunikasi perkantoran dapat berlangsung secara
lisan maupun tertulis. Secara lisan dapat terjadi secara langsung (tatap muka),
maupun dengan menggunakan media telepon. Secara tertulis misalnya dengan
mempergunakan surat. Baik komunikasi langsung maupun tidak langsung,
norma etika perlu diperhatikan.
Komunikasi perkantoran merupakan proses komunikasi antara pimpinan
dengan anggota, antar anggota, maupun antar unsur pimpinan. Untuk menjaga
agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar tidak menimbulkan dampak
negatif, maka diperlukan etika berkomunikasi. Cara paling mudah menerapkan
etika komunikasi perkantoran ialah, semua anggota dan pimpinan perkantoran
perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:

1.

Tata krama pergaulan yang baik

2.

Norma kesusilaan dan budi pekerti

3.

Norma sopan santun dalam segala tindakan
Apabila etika dan tata krama berlaku di mana saja dan kapan saja, maka
dalam ruang lingkup ini komunikasi dengan orang lain dalam pergaulan
masyarakat maupun dalam kehidupan perkantoran merupakan arena yang
benar-benar menuntut jatah diterapkannya etika. Karena itu ada orang yang
mengatakan bahwa antara etika dan komunikasi dalam pergaulan merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dimanapun orang berkomunikasi, selalu
memerlukan pertimbangan etis, agar lawan bicara dapat menerima dengan baik.
Berkomunikasi tidak selamanya mudah, apalagi jika kita tidak mengetahui jati
diri mereka yang kita hadapi, tentu kita akan menebak-nebak dan merancang

persiapan komunikasi yang sesui dengan tuntutan etis kedua belah pihak. Ketika
kita paham tentang karakter orang yang kita hadapi kita akan lebih mudah
berusaha menamppilkan diri sebaik-baiknya dalam berkomunikasi.
Hak untuk berkomunikasi di ruang publik merupakan hak yang paling
mendasar. Jika hak itu tidak dijamin akan memberi kebebasan berpikir sehingga
tidak mungkin bisa ada otonomi manusia. Hak untuk berkomunikasi di ruang
publik ini tidak bisa dilepaskan dari otonomi demokrasi yang didasarkan pada
kebebasan untuk berekspresi (B. Libois, 2002:19). Jadi, untuk menjamin otonomi
demokrasi ini hanya merupakan bagian dari upaya untuk menjamin otonomi
demokrasi tersebut.
Etika komunikasi selalu dihadapkan dengan berbagai masalah, yaitu
antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab terhadap pelayanan publik.
Etika komunikasi memiliki tiga dimensi yang terikat satu dengan yang lain, yaitu:
1.

Aksi komunikasi
Aksi komunikasi yaitu dimensi yang langsung terikat dengan perilaku aktor
komunikasi (wartawan, editor, agen iklan, dan pengelola rumah produksi).
Perilaku aktor komunikasi hanya menjadi salah satu dimensi etika komunikasi,
yaitu bagian dari aksi komunikasi. Aspek etisnya ditunjukkan pada kehendak baik
ini diungkapkan dalam etika profesi dengan maksud agar ada norma intern yang
mengatur profesi.

2.

Sarana
Dalam masalah komunikasi, keterbukaan akses juga ditentukan oleh
hubungan kekuasaan. Penggunaan kekuasaan dalam komunikasi tergantung
pada penerapan fasilitas baik ekonomi, budaya, politik, atau teknologi (bdk. A.
Giddens, 1993:129). Semakin banyak fasilitas yang dimilki semakin besar akses
informasi, semakin mampu mendominasi dan mempengaruhi perilaku pihak lain
atau publik.

3.

Tujuan
Dimensi tujuan menyangkut nilai demokrasi, terutama kebebasan untuk
berekspresi, kebebasan pes, dan juga hak akan informasi yang benar. Dalam
negara demokratis, para aktor komunikasi, peneliti, asosiasi warga negara, dan
politis harus mempunyai komitmen terhadap nilai kebebasan tersebut.

Komunikasi merupakan salah satu bidang yang sangat penting dalam
kegiatan kantor melihat hakikat kantor sebagai kumpulan orang yang bersamasama menyelenggarakan kegiatan kantor atau kegiatan ketatusahaan. Seorang
manajer harus dapat berkomunikasi secara efektif dengan semua pegawai
kantor baik sacara horizontal maupun vertikal atau secara diagonal. Pengurusan
informasi (information handling) yakni menyampaikan dan penerimaan berita
akan berjalan dengan baik bila dalam kantor itu terdapat komunikasi yang
efektif.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi ialah suatu proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang
mengandung arti dari seseorang komunikator kepada komunikan dengan tujuan
tertentu. Komunikasi mempunyai komponen-komponen agar komunikasi dapat
berjalan dengan baik, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Komunikator atau pengirim pesan
Pesan atau informasi
Media atau saluran
Komunikan atau penerima pesan
Umpan balik atau feedback
Gangguan
Etika menurut para ahli adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan
mana yang buruk. Pengertian lain tentang etika ialah sebagai studi atau ilmu
yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai
baik dan mana pula yang dinilai buruk. Etika dalam perkembangannya sangat

mempengaruhi kehidupan manusia. Etika pada akhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang
pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek
atau sisi kehidupan kita.
Aliran etika menurut John C. Merill (1975: 79-88) antara lain deontologis,

teleologis, egoisme, dan utilitarisme. Deontologis artinya suatu tindakan secara
hakiki mengandung nilai sendiri apakah baik atau buruk. Aliran teleologis melihat
nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi dilihat atas tindakan itu. Aliran

egoisme artinya tindakan dikategorikan etis dan baik, apabila menghasilkan
terbaik bagi diri sendiri. Aliran utilitarisme yaitu yang memandang suatu
tindakan itu baik jika akibatnya baik bagi orang banyak.
Profesi menurut De George adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai
kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu
keahlian. Kode etik merupakan standar moral bagi setiap anggota profesi yang
dituangkan secara formal, tertulis dan normatif dalam suatu bentuk aturan main.
Disusunnya kode etik profesi ialah merupakan komitmen terhadap tanggung
jawab pelaksanaan tugas dan kewajiban. Fungsi kode etik profesi ialah
memandu, mendampingi, memberi arah tingkah laku anggota profesi agar tidak
keluar dari etika yang menjadi panutan.
Etika komunikasi perkantoran merupakan suatu rangkuman istilah yang
mempunyai pengertian tersendiri, yakni norma, nilai atau ukuran tingkah laku
yang baik dalam kegiatan komunikasi dalam kegiatan komunikasi di suatu
perkantoran. Untuk menjaga agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar
tidak menimbulkan dampak negatif, maka diperlukan etika berkomunikasi. Cara
paling mudah menerapkan etika komunikasi perkantoran ialah, semua anggota
dan pimpinan perkantoran perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1.
2.
3.

Tata krama pergaulan yang baik
Norma kesusilaan dan budi pekerti
Norma sopan santun dalam segala tindakan

BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan aspek yang penting dalam hubungan manusia, manusia secara
umum merupakan mahluk sosial, artinya manusia tidak dapat hidup secara individual, dengan

kata lain komunikasi berfungsi sebagai arus informasi timbal balik dari seorang individu ke
individu lainnya dengan adanya komunikasi maka akan memudahkan hubungan tersebut,
manusia secara naluri membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya namun dalam
penyampaian informasi, tidak semua manusia mampu menyampakan informasi tersebut
dengan mudah, terkadang seorang individu mengalami kendala, baik berupa pemilihan kata,
penyampaian yang tidak efektif, pemborosan kata, faktor perasaan ataupun maksud berbeda
dari pemikiran individu tersebut dengan informasi yang dipaparkan. semua hal tersebut
merupakan hambatan komunikasi seorang individu yang perlu ditangani, untuk mengetahui
lebih jelasnya perlu disimak beberapa point penting, yang perlu kita penuhi, agar komunikasi
berjalan lancar, efektif serta efisien (tidak bertele-tele).
BAB II
ETIKA BERKOMUNIKASI
A. Pengertian Etika.
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di
mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.St. John of Damascus (abad ke7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan
kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak
jarang berbeda dengan pendapat orang lain.Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk
mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah
etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku
manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik
dan buruk terhadap perbuatan manusia.Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: metaetika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi
penggunaan nilai-nilai etika).*sumber ( wikipedia.org )

B. Pentingnya Etika Dalam Berkomunikasi.
Etika dalam berkomunikasi sudah merupakan hal yang wajib adanya, sebagai
komunikator kita perlu memahami perasaan atau psikologi dari lawan bicara kita, dengan
adanya rasa pemahaman dan rasa penghargaan maka komunikasi akan terjalin lebih mudah,

dan jika komunikasi telah terjalin dengan mudah maka proses transaksi informasi pun akan
lebih efektif.
Pentingnya etika dapat dilihat jika seseorang berkomunikasi, kita tentu lebih menghargai
orang yang berbicara dengan sopan ketimbang orang yang berbicara dengan kasar atau tidak
sopan, seorang komunikan akan ragu untuk terbuka dengan orang yang memiliki kredibilitas
yang rendah, penyampaian pesan yang tidak valid juga akan menyulitkan seorang komunikan
dalam menangkap pesan maka dari itu kita perlu mengetahui etika apasaja yang perlu kita
penuhi sebelum berkomunikasi.

C. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Berkomunikasi.
Ada beberapa hal pokok yang mana kita selaku komunikator perlu lakukan dan perlu
aplikasikan dalam kehidupan, antara lain :
a.

Fokus pada lawan bicara
Fokus dalam berkomunikasi merupakan kunci agar informasi yang disampaikan komunikator
kepada kita berjalan lebih efektif, orang yang cinderung tidak memperhatikan lawan
bicaranya biasanya kehilangan beberapa potong informasi yang disampaikan dan terjadi
kesenjangan antara kedua belah pihak, biasanya pihak yang menyampaikan informasi
(komunikator) secara perasaan akan tersinggung dengan kita dan secara otomatis kesalahan
fatal informasi (informasi yang salah) yang masuk dapat berdampak langsung dengan
pengplikasian kita.

b. Fokus pada masalah
Dalam beberapa kasus komunikasi beberapa individu melupakan pokok permasalah yang
ingin dibicarakan hal ini terjadi karena informasi yang seharusnya disampaikan terlalu
melenceng dari yang dibicarakan (basa-basi), perlu adanya penyusunan konsep sebelum
berbicara dengan orang lain, komunikasi ini biasanya disebut dengan komunikasi yang tidak
efisien karena informasi yang dimiliki tidak sesuai dengan apa yang dibicarakan
komunikator. Maka dari itu perlu adanya focus masalah, yaitu tidak mencampur adukkan
masalah lain yang tidak memilik kaitan dengan informasi tersebut.
c.

Jangan menimpali pembicaraan.
Komunikan yang baik adalah komunikan yang mau mendengarkan dengan bijaksana
perkataan dari komunikator, menghargai apa yang dikatakannya dan tidak menimpali atau
menyela perkataannya sebelum selesai.

d. Saling menghargai
Biasanya dalam proses ini dua individu (komunikan dan komunikator) perlu saling
memahami satu sama lain dalam model komunikasi dipaparkan dalam konsep field
experience yaitu konsep kesamaan, dimana tingkat efektifitas komunikasi akan terjalin lebih

tinggi jika dua individu memiliki kesamaan yang besar, sebagai contoh seorang collecor
barang antik tentu akan lebih cenggung berkomunikasi dengan seorang pecinta ayam hias
dari pada seorang collector lainnya. Namun meski demikian jika kita dan orang lain tidak
memiliki faktpr kesamaan, kita harus tetap menjaga etika dengan menghargai tiap ucapan
orang tersebut dengan menyimak dan mendengarkan apa yang dikatakannya, dengan
demikian rasa pengahargaan akan timbul pula pada orang yang kita hargai tersebut.

e.

Selingi Dengan Humor
Ada kalanya dalam berkomunikasi kita merasa bosan dengan informasi yang disampaikan
tentu ini bukan kesalahan pendengar namun dalam proses penyampaian informasi tersebut
kurang bumbu yang menarik pendengar, dalam hal ini kita perlu menyelinginya dengan
candaan atau gurauan agar para pendengar atau komunikan tidak merasa bosan dengan apa
yang kita sampaikan.

D. Hal-Hal Yang Perlu Dihindari Dalam Berkomunikasi
Dalam berkomunikasi dengan orang lain ada etika tersendiri yang harus kita pegang, kita
selaku individu perlu menjaga perasaan lawan bicara kita agar mereka tidak tersinggung
ataupun salah paham dengan maksud dan tujuan kita. Adapun point-point berikut ditujukan
kepada lawan bicara yang biasanya baru kita temui, baru kita kenal ataupun kurang akrab
dengan orang tersebut diantaranya :
a.

Penggunaan kalimat informal (tidak baku)
Dalam proses transaksi informasi seorang individu termasuk kepada orang yang tidak dikenal
atau belum memiliki kedekatan sama sekali, kita perlu menggunakan kalimat baku atau
formal agar orang lain merasa dihargai.

b. Berbicara sambil melakukan hal lain
Etika sopan santun sangat berlaku pada point ini, orang tentu akan merasa tersinggung saat
jika kita dengan sibuk makan dan dalam saat bersamaan berbicara dengan lawan bicara kita.
c.

Terlalu banyak basa-basi

Dalam beberapa kasus, ada beberapa orang yang cinderung lebih menyukai penyampaian
langsung (to the point) sebuah informasi, meski sebagian juga menyukai basa-basi, namun
dalam komunikasi formal kita tidak memerlukan basa-basi kita hanya perlu memaparkan
garis besarnya.
d. Berbicara dengan nada kasar
Berbicara dengan nada kasar tidak perlu penjelasan lebih lanjut, orang tentu tidak akan suka
jika dibentak dan dimaki.
e.

Nada memerintah
Dalam hal ini orang cinderung tidak sadar menggunakan kalimat-kalimat memerintah yan
seharusnya kita hindari karena bisa menyinggung lawan bicara sebagai contoah “bapak harus
lebih kompeten dalam mengajar” kalimat tersebut jelas berisi kalimat perintah.

f.

Tidak boleh menghakimi
Dalam komunikasi kita tidak boleh mengajukan kalimat yang menghakimi seprti “bapak pasti
korupsi.!” atau “tentu bapak telah melakukan hal yang keji..” dan sebagainya

g. Manage intonasi
Perlu adanya control dengan nada suara kita, tidak boleh terlalu tinggi (akan terkesan
membentak) dan tidak boleh terlalu rendah (terkaesan berbisik). Perlu nada yang sesuai dan
nyaman didengar.

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar
seseorang

dengan

orang

lain.

Dengan

adanya

komunikasi,

maka

terjadilah hubungan sosial karena bahwa manusia itu adalah sebagai
makhluk sosial, diantara satu dengan yang lainnya saling membutuhkan,
sehingga terjadinya interaksi timbal balik.
Dalam hubungan seseorang dengan orang lain terjadi proses
komunikasi diantaranya. Tetapi ketika sedang melakukan komunikasi
terkadang tidak memperhatikan etika-etika komunikasi dengan baik. Hal
ini yang terkadang orang salah menafsirkan isi dari informasi yang
diberikan

atau

pun

yang

didengarkannya.

Terlebih

lagi

ketika

berkomunikasi dalam ruang lingkup perkantoran. Cara yang paling
mudah menerapkan etika komunikasi dalam perkantoran ialah, semua
anggota dan pimpinan perkantoran perlu memperhatikan beberapa hal
berikut ini:
1.

Tata krama pergaulan yang baik

2.

Norma kesusilaan dan budi pekerti

3.

Norma sopan santun dalam segala tindakan
Dalam suatu organisasi penerapan etika komunikasi dibutuhkan
untuk semua bentuk kegiatan kerja. Etika komunikasi yakni etika
komunikasi

yang

terjadi

dan

berlangsung

dalam

kantor

( offic