PENINGKATAN KREATIVITAS DALAM MENULIS PU

PENINGKATAN KREATIVITAS DALAM MENULIS PUISI DENGAN
MEDIA FILM DOKUMENTER PADA SISWA SMA
Ema Septiani
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang
PENDAHULUAN
Waluyo (2003:1) mengungkapkan bahwa puisi adalah karya sastra dengan
bahasa yang dipadatkan, dipersingkat dan diberi irama dengan bunyi yang padu
dan pemilihan kata-kata kias. Sedangkan menulis puisi adalah salah satu
pembelajaran sastra yang menuangkan gagasan atau ide-ide penulis ke dalam
bentuk puisi. Menulis puisi sebagai salah satu pembelajaran sastra dewasa ini
masih menemui banyak hambatan.
Pembelajaran sastra pada umumnya kurang diminati oleh guru maupun
peserta didik. Atmazaki (2005) menyebutkan bahwa masalah yang
sering terjadi adalah bahwa pembelajaran sastra belum mampu
membuka mata siswa terhadap daya tarik sastra. Kalau sekedar
menghafal nama pengarang, judul karya, dan periodisasi sastra
saja memang belum cukup menarik bagi siswa. Sekedar
menentukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra,
tanpa mengaitkannya dengan pengalaman siswa juga belum

mampu membuka mata siswa. Sekedar membaca puisi atau
menentukan rima juga belum mampu memunculkan kreativitas
pada siswa.
Menurut Suryatin (1992:52-53) ketidaktercapaian pengajaran sastra di
persekolahan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor guru, siswa dan
sarana. Khusus mengenai faktor guru, Suryatin, mengidentifikasikan empat hal
yang diduga keras menjadi penyebabnya, yaitu : 1) rendahnya minat baca guru
terhadap karya sastra, 2) kurangnya guru belajar teori sastra, 3) kurangnya guru
mengapresiasikan karya sastra serta, 4) guru dihadapkan luasnya cakupan materi
1

kurikulum yang harus disampaikan padahal porsi waktu yang tersedia untuk
bahasan sastra sangat terbatas.
Selain faktor-faktor yang sifatnya internal, menurut Ismail (2003 : 9), hal
lain yang turut memperparah kemerosotan pengajaran sastra dalam hampir kurun
waktu 60 tahun ini, diakibatkan hidup suburnya paradigma “pengunggulan
berlebih kepada jurusan eksakta, dalam dunia pendidikan kita”. Akibat adanya
pandangan tersebut maka tidak heran jika sastra akhirnya dipandang sebelah mata
saja dalam konteks pendidikan di negeri ini.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, pembelajaran sastra menjadi

pembelajaran kedua yang dianggap minoritas karena sastra masih kurang
diunggulkan dibandingkan dengan eksakta, selain itu kurangnya minat baca,
sarana seperti buku-buku antologi yang mendukung, sarana-sarana untuk
pementasan drama, pembelajaran sastra memerlukan porsi waktu yang lama, dan
kurangnya keterampilan bersastra yang dimiiki oleh guru bahasa Indonesia.
Untuk itu, harus segera dicari solusi untuk mengatasi masalah ini. Guru
harus lebih kreatif dalam pembelajaran sastra. Salah satunya dengan
memanfaatkan media pembelajaran yang inovatif dan dapat membantu
megembangkan kreativitas peserta didik dalam bersastara. Salah satu karya sastra
yang kurang diminati adalah puisi. Proses penciptaan puisi dianggap sulit dan
harus memiliki kemahiran tertentu. Sehingga puisi semakin dijauhi baik itu oleh
guru atau peserta didik.
Puisi adalah salah satu seni yang tua. Puisi hadir sejak manusia
menemukan kesenangan dalam bahasa. Puisi bukan metode komunikasi yang
sederhana tetapi merupakan pengalaman yang unik. Puisi merupakan karya sastra
yang mengandung keindahan serta sering dikaitkan dengan curahan pemikiran
yang terdalam dari Sang Penulis.
Dalam perkembangannya dewasa ini puisi puisi tidak berbicara atas nama
institusi apa pun melainkan atas nama seseorang yang mempertahankan
idelisasinya sendiri dalam menyoroti kehidupan dalam masyarakat, termasuk di

dalamnya kritik sosial. Bagi para penyair, karya sastra adalah wadah paling tepat

2

untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintah. Puisi adalah salah satu yang
paling digemari.
Selain dapat menuangkan pikiran atau gagasan, peserta didik juga dapat
menyumbangkan pemikirannya terhadap pemerintahan yang berjalan di negara
kita. Puisi ini berbentuk puisi kritik sosial. Adanya puisi dengan berbagai tema
yang merupakan gambaan situasi saat ini,peserta didik dapat makin peka terhadap
keadaan yang ada di kalangan masyarakat serta menyuarakan pendapatnya.
Selama ini minat peserta didik dalam menulis puisi masih sangat kurang.
Hal ini dikarenakan pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang menarik
sehingga peserta didik berpandangan bahwa menulis puisi adalah hal yang sulit
karena mereka tidak pandai menuangkan ide-ide menjadi sebuah tulisan yang
berbentuk puisi. Pembelajaran yang kurang menarik ini juga menyebabkan
kreatifitas peserta didik dalam menulis puisi semakin rendah. Mereka lebih
banyak berpikir mengenai kata-kata apa yang harus mereka tulis, bukan menulis
apa yang ada dipikiran mereka. Hambatan tersebut berasal dari peserta didik
maupun guru. Peserta didik kurang berminat terhadap pembelajaran Menulis

Puisi. Peserta didik kurang tertarik, merasa kesulitan dalam menuangkan
gagasan/ide ke dalam larik-larik puisi yang disebabkan oleh minimnya
perbendaharaan kata dan peserta didik kurang memiliki kosakata yang memadai.
Selain itu peserta didik juga mengalami kesulitan dalam memilih kata yang tepat
dan sesuai untuk menulis puisi serta tidak memahami bagaimana merangkaikan
kata-kata menjadi sebuah puisi.
Biasanya seorang guru dalam pembelajaran menulis puisi akan
memberikan tema kepada peserta didik, kemudian peserta didik menulis puisi
secara mandiri. Kebanyakan peserta didik merasa bosan akan situasi ini. Mereka
pun hanya membuat puisi sekadar untuk memenuhi tugas saja. Hal ini semakin
diperparah karena puisi tersebut tidak dievaluasi oleh guru. Peserta didik tidak
pernah tahu apakah puisi mereka sudah bagus atau belum.
Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi adalah
dengan menggunakan media film dokumenter. Film dokumenter yaitu film yang
mendokumentasikan kenyataan. Film dokumenter memilki banyak tema yang

3

bervariasi, sehingga dengan adanya variasi ini diharapkan dapat menjadi sarana
untuk meningkatkan kreativitas peserta didik dalam menulis puisi.

PEMBAHASAN
Hakikat Puisi
Menurut Waluyo (2003:1) puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang
dipadatkan, dipersingkat dan diberi irama dengan bunyi yang padu dam pemilihan
kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata betul-betul dipilih agar memiliki kekuatan
pengucapan. Walaupun singkat atau padat tapi memiliki kekuatan.
Hudson (dalam Aminuddin, 209:134) mengungkapkan bahwa puisi adalah
salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian
untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan
garis dan warna dalam menggambarkan gagasan penulisnya.
Dianie Abdul (dalam Jalil, 1990:11) berpendapat bahwa sebuah karya puisi
merupakan pancaran kehidupan sosial, gejolak kejiwaan dan segala aspek yang
ditimbulkan oleh adanya interaksi baik secara langsung ataupun tidak langsung,
secara sadar atau tidak dalam suatu masa atau periode tertentu. Sehingga pancaran
itu sendiri berlaku untuk sepanjang masa selama nilai-nilai estetis dari sebuah
karya puisi itu berlaku dalam masyarakat.
Robert Frost (dalam Badrun, 1989:1) berkata bahwa sebuah puisi diawali
dengan kesenangan dan diakhiri dengan kebijaksanaan. Puisi sering tidak
memperlihatkan tema dan makna.
Puisi merupakan karya seni yang puitis. Kata puitis sudah mengandung

keindahan yang khusus untuk puisi. Pradopo (dalam Badrun, 1989:1) mengatakan
bahwa sesuatu itu disebut puisi jika membangkitkan perasaan, menarik perhatian,
menimbulkan tanggapan jelas atau secara umum menimbulkan keharuan.
Puisi pada hakikatnya mengkomunikasikan pengalaman yang pentingpenting karena puisi lebih terpusat dan terorganisasi. Fungsi tersebut bukanlah
menerangkan sejumlah pengalaman tetapi membiarkan kita untuk terlibat secara
imajinatif dalam pengalaman itu. Hal ini berarti bahwa dengan imajinasi kita
4

dapat hidup dengan lebih sempurna, lebih dalam, lebih kaya dan penuh kehatihatian.
Menurut Badrun (1989:2) puisi merupakan bahasa multimensional, yang
mampu menembus pikiran, perasaan dan imajinasi manusia. Oleh sebab itu puisi
hadir untuk memberikan kehidupan dan kesenangan manusia. Bertolak dari hal
itu, puisi merupakan karya seni yang memiliki sifat dan ciri tersendiri. Justru
dengan sifat dan ciri itulah puisi agak berbeda dengan karya-karya lainnya. Puisi
pada dasarnya menyangkut tifa hal berikut: (1) pemikiran, ide, atau emosi, (2)
bentuk, (3) kesan yang kesemuanya itu terungkap lewat media bahasa.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra
yang paling tua cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media
penyampaian yaitu bahasa yang dipadatkan, dipersingkat dan diberi irama dengan
bunyi yang padu dam pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata betul-betul

dipilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat atau padat tapi
memiliki kekuatan. Oleh sebab itu puisi hadir untuk memberikan kehidupan dan
kesenangan manusia. Bertolak dari hal itu, puisi merupakan karya seni yang
memiliki sifat dan ciri tersendiri. Justru dengan sifat dan ciri itulah puisi agak
berbeda dengan karya-karya lainnya.
Proses Penciptaan Puisi
Menurut Jalil (1990:17), dalam proses penciptaan sebuah puisi terlebih
dahulu yang perlu kita pahami adalah mengenai hidup dan kehidupan sosial.
Karena dari sebuah puisi yang baik di dalamnya tercermin bagian dari bentuk
serta proses hidup dan perikehidupan sosial dengan maksud menyampaikan segala
aspirasi yang timbul. Baik yang ada dalam diri si penyair maupun gejolak yang
ada dalam masyarakat, yang kedua pihak ini terekrut dalam suatu lingkungan
sosial.
Adapun proses penciptaan puisi menurut Jalil (1990: 18) antara lain,
pertama, pengalaman. Pengalaman adalah suatu hal yang sangat penting bagi
seorang penyair untuk mengetahui secara aktual setiap peristiwa yang berkaitan
dengan apa yang akan dituangkan dalam sebuah karya puisi, yang lebih utama

5


mengalami sendiri. Dengan mengetahui jenis suatu peristiwa, maka tidak akan
susah menapsirkan suatu peristiwa itu dan bila mengalaminya sendiri maka di sini
akan timbul refleksi inspirasi.Oleh karenanya dalam proses penciptaan sebuah
puisi, unsur pengalaman sangatlah penting. Baik unsur pengalaman itu kita cari
sendiri ataupun pengalaman itu tidak sengaja dicari.
Kedua, penafsiran. Pengertian penafsiran di sini adalah suatu kebulatan
pikiran yang sementara dan pandangan sementara pula terhadap suatu peristiwa
atau pengalaman yang mampu untuk diungkapkan secara tertulis.
Ketiga, penilaian. Pada realitasnya dalam menilai suatu peristiwa tiap
individu amatlah berbeda sektor-sektor yang dipandangnya. Namun, hakikatnya
penilaian merupakan penentuan keyakinan benar atau tidaknya suatu peristiwa.
Keempat, penghayatan. Sejak semula orang yang memiliki hasrat atau
minat untuk membuat puisi, sebetulnya sampai penilaian pada penilaian pada
suatu peristiwa sudah dapat untuk mencurahkan segala ide atau inspirasi dalam
sebuah karya puisi. Penghayatan adalah menegakkan keutuhan suatu peristiwa
dengan seutuh-utuhnya.
Kelima, memutuskan. Seorang penyair memutuskan gagasan atau idenya
dari suatu peistiwa terhadap karya puisi, terletak pada pertimbangan atas peristiwa
yang dihadapinya. Persoalannya adalah mengenai sikap si penyair serta reksinya
terhadap lingkngan sosial yang aktual.

Keenam, pencurahan. Yang dimaksud pencurahan di sini, yaitu bersatunya
segala aspek dan terekrutnya semua proses yang telah bulat, sehingga segala
inspirasi itu sudah jelas dapat dituangkan ke dalam bentuk karya puisi.
Jadi, bagi seoarang pencipta harus mempertimbangkan pencurahan karya
puisinya apabila karya puisi itu untuk dipublikasikan, karena penikmat puisi erat
sekali kaitannya dengan peristiwa sosial dan kedudukannya horizontal dengan
karya puisi. Sedangkan peristiwa sosial itu sendiri merupakan topik yang kita
ungkapkan melalui proses penciptaan.

Film Dokumenter

6

Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah
"dokumenter" pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert
Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran John Grierson, di New York
Sun pada tanggal 8 Februari 1926.
Di Perancis, istilah dokumenter digunakan untuk semua film non-fiksi,
termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan. Berdasarkan definisi ini,
film-film pertama semua adalah film dokumenter. Mereka merekam hal seharihari, misalnya kereta api masuk ke stasiun. pada dasarnya, film dokumenter

merepresentasikan kenyataan. Artinya film dokumenter berarti menampilkan
kembali fakta yang ada dalam kehidupan.
Jenis-jenis film dokumenter antara lain laporan perjalanan, sejarah,
biografi atau potret, nostalgia, rekonstruksi, investigasi, perbandingan dan
kontradiksi, ilu pengetahuan, musik, dokudrama, buku harian, dan association
picture story. Dalam pembelajaran ini, film dokumenter yang digunakan adalah
genre ilmu pengetahuan dan biografi atau potret.
Film dokumenter genre ilmu pengetahuan. Film dokumenter genre ini
sesungguhnya yang paling dekat dengan masyarakat Indonesia, misalnya saja
pada masa Orde Baru, TVRI sering memutar program berjudul Dari Desa Ke
Desa ataupun film luar yang banyak dikenal dengan nama Flora dan Fauna.
Tapi sebenarnya film ilmu pengetahuan sangat banyak variasinya lihat saja akhir
tahun 1980-an ketika RCTI (pada masa itu masih menjadi televisi berbayar)
memutar program Beyond 2000, yaitu film ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan teknologi masa depan. Saat itu beberapa kalangan cukup terkejut sebab
pengetahuan yang mereka dapatkan berbeda dari dokumenter yang mereka lihat di
TVRI.
Film dokumenter genre biografi atau potret. Sesuai dengan namanya, jenis
ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema
utama biasanya seseorang yang dikenal luas – di dunia atau masyarakat tertentu –

atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek
lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang merujuk kepada hal yang sama
untuk menggolongkannya. Pertama, potret yaitu film dokumenter yang mengupas

7

aspek human interest dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya
peristiwa–peristiwa yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. Isinya
bisa berupa sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh.
Misalnya saja film Fog of War (2003) karya Errol Morris yang menggambarkan
pemikiran strategi hidup dari Robert S. McNamara, mantan Menteri Pertahanan di
masa pemerintahan Presiden John. F Kennedy dan Presiden Lyndon Johnson.
Selain itu ada beberapa film yang berwujud potret seperti Salvador Dali: A Soft
Self-Portrait (1970) karya Jean-Christophe Averty, Maria Callas: La Divina – A
Portrait (1987) karya Tony Palmer, Zidane : A 21st Century Portrait (2006) yang
disutradarai Douglas Gordon serta Phillipe Parreno dan lain sebagainya.
Peningkatan Kreativitas dalam Menulis Puisi dengan Media Film
Dokumenter pada Siswa SMA
Peningkatan kreativitas dalam menulis puisi dengan media film
dokumenter ini dimaksudkan untuk memberi solusi bagi guru sehingga
pembelajaran menulis puisi menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan
menarik, serta karya puisi peserta didik pun dapat meningkat kualitasnya. Tujuan
utama dari pembelajaran ini adalah agar puisi yang dicipta oleh peserta didik pun
dapat lebih bervarasi dan tidak hanya berkutat pada dunia percintaan yang
monoton.
Film dokumenter yang merupakan dokumentasi dari kenyataan memiliki
berbagai macam tema yang menarik untuk dijadikan sebuah puisi. Peserta didik
dapat mengembangkan ide yang ada dalam film dokumenter sehingga menjadi
sebuah ide yang menarik. Contohnya puisi mengenai kritik sosial, sindiran
terhadap pemerintah, ungkapan keprihatinan terhadap kondisi masyarakat,
kegelisahan karena kemerosotan pendidikan, strata sosial, keadilan yang diinjakinjak, korupsi, dan lain sebagainya.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran menulis puisi dengan media
film dokumenter ini adalah sebagai berikut, (1) peserta didik diperlihatkan film
dokumenter oleh guru. Film dokumenter yang diperlihatkan terdiri dari beberapa
film dengan tema yang berbeda. Misalnya pendidikan, politik, sosial, kenakalan

8

remaja, dan sebagainya, (2) peserta didik mengamati film dokumenter.
Pengamatan yang dlakukan meliputi isi atau amanat dan juga detail cerita yang
diperlihatkan dalam video tersebut. Video diputar dua kali, agar siswa yang masih
belum mengamati dengan seksama dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan
baik, (3) peserta didik menentukan kata kunci yang terdapat dalam salah satu tema
film untuk proses menulis puisi. Kata kunci yang ditulis dapat berupa tema atau
semacam gagasan utama dari setiap adegan film dokumenter, (3) peserta didik
menentukan tema salah satu tema film dokumenter yang akan dijadikan puisi.
Dari beberapa film yang telah disajikan, siswa memilih salah satu film yang akan
ditulis ke dalam sebuah puisi. Cerita dalam film ini tidak ditulis mentah-mentah
menjadi sebuah puisi, melainkan diambil intisarinya kemudian dipadatkan dalam
bentuk kata-kata indah sehingga menjadi puisi yang baik dan menarik, (4) peserta
didik menguraikan salah satu film dokumenter yang dipilih menjadi sebuah puisi.
Selanjutnya, mengatasi permasalahan klasik yang terjadi dalam
pembelajaran menulis puisi, yaitu guru tidak pernah mengevaluasi puisi karya
peserta didik. Setelah pembelajran ini berlangsung, guru membaca semua puisi
peserta didik kemudian mengevalusi satu-persatu puisi dan memberi masukan
kepada peserta didik yang bertujuan untuk memberi wawasan mengenai penulisan
puisi. Kemudian guru menentukan salah satu puisi terbaik untuk diberi
penghargaan atau reward. Sebelumnya guru telah mengumumkan pemberian
penghargaan ini di awal pembelajaran agar peserta didik terpacu semangatnya
dalam menulis puisi.
Penghargaan yang diberikan dapat berupa tambahan nilai atau poin, bisa
juga dengan pemberian buku. Misalnya buku antologi puisi dari penyair-penyair
terkenal.
Pemberian reward atau penghargaan ini bertujuan agar siswa lebih tertarik
dalam menulis puisi, berlomba-lomba untuk menulis puisi yang baik dan tida
hanya sekadar memenuhi tugas dari guru. Sedangkan evaluasi bertujuan agar
siswa mengetahui sejauh mana kemampuan mereka dalam menulis puisi.
PENUTUP

9

Peserta didik yang masih menemui masalah dalam menulis puisi yaitu
kurangnya kepemilikan kosakata dan inspirasi tentunya akan sangat terbantu
dengan pembelajaran ini. Inspirasi dapat diperoleh dari tayangan film dokumenter
yang diputarkan oleh guru. Sehingga tema dan ide puisi yang ditulis oleh peserta
didik dapat bervariasi dan tidak monoton. Selain itu pembelajaran sastra
khususnya menulis puisi memerlukan evaluasi dalam setiap akhir pembelajaran.
Sehingga siswa mengetahui apakah puisi yang telah mereka tulis sudah baik atau
belum. Selain itu evaluasi ini berfungsi agar siswa mau dan mampu menulis puisi
tidak hanya sebagai pemenuhan tugas mata pelajatan, tetapi juga sebagai suatu
hobi dan kebutuhan.
Guru bahasa Indonesia perlu mengembangkan pembelajaran yang kreatif
dan inovatif. Salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran yang
menarik dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Guru juga harus mampu
mengembangkan potensi anak dalam bidang sastra dan bukan hanya kebahasaan.
Pandangan yang telah lama beredar di kalangan siswa bahwa pembelajaran sastra
itu sulit dan tidak menarik juga harus mampu dihilangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Badrun, Ahmad. 1989. Teori Puisi. Jakarta: Depdikbud.
Jalil, Dianie Abdul. 1990. Teori dan Periodesisasi Puisi Indonesia. Bandung:
Angkasa.
Suryatin, H.E. 1997. Efektivitas Model Mengajar Resepsi dan Pendekatan
Resepsi Sastra dalam Pengajaran Sastra untuk Meningkatkan

10

Kemampuan Apresiasi Sastra (Rangkuman Disertasi). Bandung: PPSIKIP.
Waluyo, J. Herman. 2003. Apresiasi Puisi Panduan Untuk Pelajar dan
Mahapeserta didik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wardiana, Rini. 2012. Menulis Puisi Melalui Teknik Pembelajaran Simpan
Pinjam. Jurnal Penelitian. SMP Negeri 2 Bulukerto.

11