PENGANTAR PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN P
PENGANTAR PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
BAB I
PENGANTAR PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
A. Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan salah satu
fungsi yang terpenting dalam usaha mencapai tujuan perusahaan.
Yang dimaksud dengan perencanaan dan pengendalian produksi yaitu
merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah
direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Perencanaan produksi
adalah aktivitas untuk menetapkan produk yang diproduksi, jumlah
yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan sumbersumber yang dibutuhkan. Pengendalian produksi adalah aktivitas yang
menetapkan kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam
memenuhi rencana, kemampuan produksi berjalan sesuai rencana,
melakukan
perbaikan
rencana.
Tujuan
utamanya
adalah
memaksimumkan pelayanan bagi konsumen, meminimumkan investasi
pada persediaan, perencanaan kapasitas, pengesahan produksi dan
pengesahan pengendalian produksi, persediaan dan kapasitas,
penyimpanan dan pergerakan material, peralatan, routing dan proses
planning, dan sebagainya.
B. Tujuan dan Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Produksi
1. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi
Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi adalah sebagai
berikut:
a. Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien
dan efektif.
b. Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal
seoptimal mungkin.
c. Mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas.
d. Untuk dapat
perusahaan.
memperoleh
keuntungan
2. Fungsi perencanaan dan pengendalian produksi
yang
cukup
bagi
Fungsi dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah:
a. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai
fungsi dari waktu.
b. Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan ramalan
permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan tersebut jika
terjadi penyimpangan.
c. Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku yang
akan dibeli.
d. Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis.
e. Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat tertentu.
f. Memonitor
persediaan,
tingkat
dan
persediaan,
melakukan
membandingkannya
revisi
rencana
produksi
dengan
pada
rencana
saat
yang
ditentukan.
g. Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan mesin dan tenaga
kerja yang terperinci.
C. Tingkatan Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Sistem pengendalian dan perencanaan produksi terbagi ke dalam tiga
tingkatan:
1.
Perencanaan jangka panjang (long range planning)
Perencanaan ini meliputi kegiatan peramalan usaha, perencanaan
jumlah produk dan penjualan, perencanaan produksi, perencanaan
kebutuhan bahan, dan perencanaan finansial.
2.
Perencanaan jangka menengah (medium range planning)
Perencanaan jangka menengah meliputi kegiatan berupa
perencanaan kebutuhan kapasitas (capacity reqiurement planning),
perencanaan kebutuhan material (material requirement planning),
jadwal induk produksi (master production schedule), dan
perencanaan kebutuhan distribusi (distribution requirement
planning).
3.
Perencanaan jangka pendek (short range planning)
Perencanaan jangka pendek berupa kegiatan penjadwalan perakitan
produk akhir (final assembly schedule), perencanaan dan
pengendalian input-output, pengendalian kegiatan produksi,
perencanaan dan pengendalian purchase, dan manajemen proyek.
Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi meliputi:
1.
Peramalan kuantitas permintaan
2.
Perencanaan pembelian/pengadaan: jenis, jumlah, dan waktu
3.
Perencanaan persediaan (inventory): jenis, jumlah, dan waktu
4.
Perencanaan kapasitas: tenaga kerja, mesin, fasilitas
5.
Penjadwalan produksi dan tenaga kerja
6.
Penjaminan kualitas
7.
Monitoring aktivitas produksi
8.
Pengendalian produksi
9.
Pelaporan dan pendataan
D. Pengertian Sistem Manufaktur
Istilah manufaktur banyak digunakan di kalangan industri dan
akademis, namun pengertian manufaktur masih rancu hingga saat ini.
Pengertian mengenai manufaktur yaitu sebagai berikut :
1. Manufaktur (manufacturing) adalah kumpulan operasi dan aktivitas
yang saling berhubungan untuk membuat suatu produk, meliputi :
Perancangan produk, pemilihan material, perencanaan proses,
perencanaan produksi, produksi, inspeksi, manajemen, dan
pemasaran.
2. Produksi (manufacturing production) adalah serangkaian proses
yang dilakukan untuk membuat produk.
3. Proses produksi manufaktur (manufacturing process) adalah
aktivitas sistem manufaktur terkecil yang dilakukan untuk membuat
produk, yaitu proses permesinan maupun proses pembentukan
lainnya.
4. Rekayasa manufaktur (manufacturing engineering) adalah kegiatan
perancangan, operasi, dan pengendalian proses manufaktur.
5. Sistem manufaktur (manufacturing system) adalah suatu organisasi
yang melaksanakan berbagai kegiatan manufaktur yang saling
berhubungan, dengan tujuan menjembatani fungsi produksi
dengan fungsi-fungsi lain di luar fungsi produksi, agar dicapai
performansi produktivitas total sistem yang optimal, seperti : waktu
produksi, ongkos, dan utilitas mesin. Aktivitas sistem manufaktur
termasuk perancangan, perencanaan, produksi, dan pengendalian.
Fungsi lain di luar sistem manufaktur, yaitu: akuntansi, keuangan,
dan personel.
E. Klasifikasi Sistem Manufaktur
Terdapat berbagai klasifikasi sistem manufaktur, antara lain:
1.
Tipe produksi
Bertrand, Wortman & Wijngaard (1990) mengklasifikasikan sistem
manufaktur berdasarkan tipe produksi menjadi 4 kategori, yaitu:
a. Make to Stock (MTS)
Pada strategi MTS, persediaan dibuat dalam bentuk produk akhir
yang siap dipak. Siklus dimulai ketika perusahaan menentukan
produk, kemudian menentukan kebutuhan bahan baku, dan
membuatnya untuk disimpan. Konsumen akan memesan produk
jika harga dan spesifikasi produk sesuai dengan kebutuhannya.
Operasi difokuskan pada kebutuhan pemenuhan tingkat
persediaan dan order yang tidak diidentifikasi pada proses
produksi. Sistem produksi mengembangkan tingkat persediaan
yang didasarkan pada order yang akan datang, bukan pada
order sekarang. Pada strategi ini, resiko persediaan lebih besar.
Contoh produk: makanan, minuman, mainan, dan lain-lain.
b. Assemble to Order (ATO)
Strategi ATO, semua subassembly masuk pada persediaan.Ketika
order suatu produk datang, perusahaan dapat dengan cepat
merakit komponen menjadi produk jadi. Strategi ini digunakan
oleh perusahaan yang mempunyai produk modular, yang dapat
dirakit
menjadi
beberapa
produk
akhir.
Strategi
ini
mempunyai ’moderate risk’ terhadap investasi persediaan.
Operasi lebih difokuskan pada modul atau part. Contoh produk:
automobile, elektronik, komputer komersil, restoran fast food
yang menyediakan beberapa paket makanan, dan lain-lain.
c. Make to Order (MTO)
Strategi MTO mempunyai persediaan tetapi hanya dalam bentuk
desain produk dan beberapa bahan baku standar, sesuai dengan
produk yang telah dibuat sebelumnya. Aktivitas proses
berdasarkan order konsumen. Aktivitas proses dimulai pada saat
konsumen menyerahkan spesifikasi produk yang dibutuhkan dan
perusahaan akan membantu konsumen menyiapkan spesifikasi
produk, beserta harga dan waktu penyerahan. Apabila telah
dicapai kesepakatan, maka perusahaan akan mulai membuat
komponen dan merakitnya menjadi produk dan kemudian
menyerahkan kepada konsumen. Pada strategi ini, resiko
terhadap investasi persediaan kecil, operasionalnya lebih fokus
pada keinginan konsumennya. Contoh produk: komponen mesin,
komputer untuk riset, dan lain-lain.
d. Engineering to Order (ETO)
Dalam ETO, tidak ada persediaan. Produk belum dibuat sebelum
ada
order.
Ketika
order
datang,
perusahaan
akan
mengembangkan desain produk berserta waktu dan biaya yang
diperlukan. Apabila rancangannya disetujui konsumen, maka
produk baru dibuat. Strategi ini tidak mempunyai resiko (zero
risk) persediaan. Dan cocok untuk produk baru atau unik.
Misalnya: Kapal, komputer untuk militer, prototype mesin baru,
dan lain-lain. Operasi lebih difokuskan pada spesifikasi order dari
konsumen daripada partnya itu sendiri. Penggambaran masingmasing strategi ini dapat dilihat pada gambar 1.1, dan
karakteristiknya dapat dilihat pada tabel 1.1.
Gambar 1.1. Klasifikasi Sistem Manufaktur Berdasarkan Tipe Produksi
Tabel 1.1. Karakteristik Berbagai Sistem Manufaktur
Karakteristi
k
MTS
ATO
Keluarga
produk
tertentu
MTO
ETO
Produk
Standard
Tidak
punya Customizedtot
keluarga
al
produk,customiz
ed
Kebutuhan
produk
Dapat
diramalkan
Tidak
dapat
diramalkan
Kapasitas
Dapat
direncanakan
Tidak
dapat
direncanakan
Waktu
produksi
Tidak
penting Penting
bagi pelanggan
Penting
Sangat
penting
Kunci
persaingan
Logistik
Perakitan
akhir
Fabrikasi,
perakitan akhir
Seluruh proses
Kompleksitas
Distribusi
Perakitan
Manufaktur
Engineering
Operasi
komponen
Ketidakjelasa
n Operasi
Terendah
Tertinggi
Fokus
manajemen
puncak
Marketing/distrib
usi
Inovasi
Fokus
manajemen
menengah
Kontrol stock
MPS dan Shop
order
control,
pelangga
pelanggan
n
Kapasitas
Kontrak order
pelanggan
floor Manajemen
proyek
a. Sistem Manufaktur MTO-repetitif
Sistem manufaktur Make to Order (MTO) adalah sistem
manufaktur yang beroperasi berdasarkan pesanan. Sistem
manufaktur ini dibagi lagi menjadi MTO non-repetitif dan MTO
repetitif. Beberapa parameter yang membedakan kedua sistem
MTO ini dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2. Perbedaan antara Sistem Produksi MTO Repetitif & Non-Repetitif
MTO Repetitif
Karakteristik
pesanan
Pesanan
dalam
singkat
MTO NonRepetitif
berulang Pesanan
tidak
waktu berulang
atau
berulang
dalam
jangka panjang
Tindakan
untuk Dilakukan dengan Dilakukan
dengan
mengulang setup
meningkatkan
meningkatkan
efisiensi setup dan
efisiensi setup
mengatur orderyan
g akan diproses
Kedua sistem MTO ini umumnya memiliki sistem produksi job
shop, agar bisa mengakomodasikan order dengan ukuran yang
kecil dan spesifikasi setiap order yang berbeda. Akan tetapi,
untuk beberapa sistem manufaktur MTO yang berperan sebagai
sub-kontraktor dapat memiliki sistem produksi flow shop, karena
adanya kesamaan proses dalam sistem order yang diterima,
misalnya sub-kontraktor produk semi konduktor, perusahaan
pembuat tirai alumunium untuk jendela rumah dengan berbagai
ukurannya, dan pabrik pengolahan karet alami.
Sistem produksi flow shop umumnya merupakan sistem
produksi untuk sistem manufaktur make to stock (MTS) yang
cenderung untuk memproduksi produk-produk dalam jumlah
besar dan variasi yang sedikit. Pada sistem manufaktur MTS,
peningkatan performansi stasiun kerja dilakukan dengan
memeperbaiki cara kerja yang dilakukan di setiap stasiun.
Sistem manufaktur MTO dapat juga memiliki sistem
produksi flow shop, tetapi peningkatan performansi stasiun kerja
tidak hanya dilakukan dengan memperbaiki cara kerja melainkan
juga dengan mengatur urutan order-order yang akan diproses.
Parameter-parameter lain yang membedakan sistem MTO
repetitif dengan sistem MTS dapat dilihat pada tabel 1.3.
Tabel 1.3. Perbedaan antara Sistem Manufaktur MTO Repetitif
Flow Shop dan Make to Stock Flow Shop
MTO Repetitif Flow
Shop
MTS Flow Shop
Respons
terhadap
fluktuasi deman
d
Memperkecil waktu
penyelesaian
Mencari jumlah
inventori yang
sesuai
Persediaan
produk jadi
Tidak ada (siklus
pemesanan besar)
ada
Saat
mulai Jika ada pesanan
proses produksi
Sesuai hasil
peramalan
Jumlah
yang Tergantung jumlah
diproduksi
pesanan
Sesuai hasil
perencanaan
produksi
Perencenaan
produksi
Perencanaan kapasitas
Perencanaan
jumlah yang
diproduksi
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa sistem
produksi untuk sistem manufaktur MTO dapat berupa job
shopmaupun flow shop yang ditentukan oleh karakteristik urutan
pengertian setiap order. Sistem MTO repetitif memiliki sistem
produksi job shop, apabila urutan pengerjaannya tidak mengikuti
suatu aliran urutan pengerjaan tertentu, sedangkan sistem
produksi flow
shop diterapkan
jika
urutan
pengerjaan
setiap ordermengikuti urutan pengerjaan tertentu. Sistem MTO
repetitif job shop dengan urutan pengerjaan yang tidak
mengikuti aliran tertentu mempunyai variasi urutan pengerjaan
yang lebih tinggi dibandingkan MTO repetitif flow shop, sehingga
perkiraan saatorder akan diproses di stasiun kerja tertentu untuk
MTO repetitifjob shop akan relatif lebih komplek dibandingkan
dengan MTO repetitif flow shop.
2.
Volume produksi
Bedworth & Bailey, 1987 mengklasifikasikan sistem manufaktur
menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Produksi massa
Laju serta tingkat produksi pada produksi massa umumnya
tinggi, permintaan terhadap produk yang dihasilkan tinggi, dan
peralatan umumnya mempunyai fungsi khusus. Keahlian tenaga
kerja tidak terlalu tinggi sebagai akibat dari fungsi peralatan
yang khusus.
b. Produksi batch
Ukuran lot produksi adalah medium. Tujuan dilakukannya
produksi batch adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen
terhadap produk-produk yang diperlukan secara kontinu.
Peralatan umumnya mempunyai fungsi umum tetapi dirancang
untuk tingkat produksi yang tinggi.
c. Produksi job shop
Tingkat produksi rendah, peralatan mempunyai fungsi umum,
keahlian yang diperlukan tenaga kerja cukup tinggi, biasanya
membuat berdasarkan pesanan.
3.
Aliran produksi
Fogarty et al. (1991) mengklasifikasikan sistem manufaktur
berdasarkan aliran proses menjadi 3 tipe disain manufaktur
tradisional, yaitu:
a. Fixed Site (Project)
Pada tipe project, material, tools, dan personel dialokasikan pada
produk yang dibuat. Secara ekstrim dikatakan bahwa tidak ada
aliran produk pada tipe ini, tetapi masih terdapat urutan operasi.
Bentuk operasi pada project digunakan ketika terdapat
kebutuhan khusus/spesial yang memerlukan kreativitas dan
keunikan. Hal ini sulit diotomasikan pada proses manufaktur,
karena hanya dilakukan satu kali. Project memerlukan biaya
tinggi dengan perencanaan dan pengendalian yang sulit, sebab
berat pada tahap definisi initial dengan tingkat perubahanperubahan dan inovasi yang tinggi.
b. Job Shop (Jumbled Flow)
Pada proses job shop, man dan machine dikelompokkan menjadi
stasiun kerja (semua bor pada satu stasiun kerja, gerinda, dan
sebagainya). Aliran produk dan job hanya pada stasiun kerja
yang dibutuhkan. Keuntungannya, dengan mesin yang berfungsi
umum
(general-purpose
equipment)
dan
operator
berketerampilan tinggi membuat proses manufaktur job shop
fleksibel dalam merespon perubahan disain dan volume pesanan
konsumen. Kerugiannya, tidak efisien.
Gambar 1.2. Proses Job Shop (Oden, HW, 1993)
c. Flow Shop, meliputi: small batch line flow, large
batch (repetitive)line flow, dan continuous line flow.
Flow Shop disusun dari stasiun kerja dalam urutan operasi untuk
membuat produk. Semua produk mengikuti standar produk yang
ditentukan. Lintas rakitan automobile merupakan contoh bagus
untuk proses flow shop.
Gambar 1.3. Proses Flow Shop (Oden, HW, 1993)
3 tipe flow shop adalah:
1) Small-Batch Line Flow, mempunyai semua karakter flow shop,
tetapi tidak semua memproses produk yang sama secara
terus menerus. Memproses beberapa produk dengan ukuran
batch kecil, dengan kebutuhan setup per batch. Digunakan
ketika biaya proses bisa dipertimbangkan, permintaan part
rendah, dan non-diskrit. Contohnya adalah farmasi.
2) Large-Batch (Repetitive) Line Flow, memproduksi
diskrit dalam volume besar tetapi tidak kontinu.
produk
3) Continuous Line Flow merefer pada proses kontinu dari fluida,
bedak, logam, dan lain-lain. Biasa digunakan pada industri
gula, minyak, dan logam lainnya.
Tabel 1.4. Karakteristik Proses
Job Shop
Batch
Flow
SmallBatch
Line
Flow
LargeBatch
(Repetiti
ve)
Continuo
us
Kelebihan
Kualitas
tinggi
Kualitas
tinggi
Kualitas
tinggi
Biaya
bersaing
Biaya
rendah
Variasi
Fleksibilit
as tinggi
Fleksibilit
as
sedang
Fleksibilit
as
sedang
Fleksibilita
s rendah
Standard
Implikasi
Biaya
tinggi
Biaya
tinggi
Biaya
sedang
Otomasi
Otomasi
Permesina
n
Berfungsi
umum
Berfungsi
umum
Berfungsi
umum
Berfungsi
khusus
Berfungsi
khusus
Strategi
Make
Order
to Assemble
to Order
Assemble
to Order
Make
Stock
to Make
Stock
to
Sumber: Fogarty, 1991
4.
Tata letak (lay out)
Groover, (1987) mengklasifikasikan sistem manufaktur berdasarkan
tata letak menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Fixed position layout
Fixed position layout disebut juga layout dengan posisi tetap.
Artinya pengaturan fasilitas produksi dalam membuat produk,
dengan meletakkan produk yang dibuat tetap atau tidak
dipindah-pindah. Mesin, karyawan, dan fasilitas produksi lain
yang berpindah mengelilingi produk yang dikerjakan sesuai
dengan kebutuhan. Contoh: pembuatan produk pesawat terbang,
kapal laut, dan lain-lain. Fixed position layout dapat dilihat pada
gambar 1.4a.
b. Process layout
Process
layout disebut
juga
layout
fungsional. Artinya
pengaturan letak fasilitas produksi di dalam pabrik didasarkan
atas fungsi bekerjanya setiap mesin atau fasilitas produksi yang
ada. Mesin atau fasilitas yang memiliki fungsi yang sama
dikelompokkan dan diletakkan pada tempat yang sama. Layout
ini biasanya digunakan untuk membuat barang yang beragam.
Dalam layout ini arus barang selalu berubah, tergantung pada
kebutuhan mesin yang digunakan untuk membuat suatu produk.
Contoh: berbagai produk dan besi. Process layout dapat dilihat
pada gambar 1.4b.
c. Product flow layout
Product flow layout disebut juga layout garis. Artinya pengaturan
letak mesin-mesin atau fasilitas produksi dalam suatu pabrik
didasarkan atas urut-urutan proses produksi dalam membuat
suatu produk. Produk yang dikerjakan setiap hari selalu sama
dan arus produk yang dikerjakan juga selalu sama, seolah-olah
menyerupai garis, meskipun tidak selalu berupa garis
lurus.Product flow layout dapat dilihat pada gambar 1.4c.
Gambar 1.4. Tipe-tipe tata letak pabrik (Groover, 1987)
(a) fixed position layout, (b) Process layout (c) Product flow layout
F. Strategi Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Perencanaan
(planning)
merupakan
tahap
awal
dalam
manajemen, yaitu menentukan tujuan terukur dan memutuskan cara
pencapaiannya. Sehingga planning merupakan awal dari pelaksanaan
dan pengendalian. Tanpa perencanaan, maka tidak akan ada dasar
pelaksanaan dan evaluasi pencapaian hasil. Pelaksanaan (execution)
adalah pelaksanaan dari rencana dan pengendalian merupakan proses
membandingkan antara hasil aktual dengan hasil yang diharapkan dan
memutuskan
langkah
berikutnya. Planning, execution,
dan controlmerupakan proses iteratif yang seharusnya dilakukan
secara terus menerus.
Hirarki perencanaan meliputi:
1. Issues perencanaan strategis
a. Perencanaan produk yang akan dibuat
b. Perancangan sistem manufaktur
2. Issues perencanaan taktis
a. Perincian rencana strategis
b. Disagregasi rencana agregat
c. Penentuan planned order releases
3. Issues perencanaan pelaksanaan
a. Dispaching planned order releases
b. Day-by-day basis
c. Minimizing manufacturing lead time and work in process
Gambar 1.5. Hirarki
Perencanaan dalam
Perencanaan & Pengendalian
Produksi.
Middle managementberperan
sebagaidecoupler
Gambar 1.6. FungsiMiddle managementsebagai decoupler
G. Proses Manufaktur Baru
Sekarang telah berkembang disain proses manufaktur baru, yaitu:
1.
Flexible Manufacturing System (FMS)
Flexible Manufacturing System (FMS) adalah disain proses
manufaktur yang bersifat fleksibel dan dikontrol dengan
menggunakan komputer. Minimal ada 3 komputer yang harus ada
dalam Flexible Manufacturing System (FMS).
a. Adanya rangkaian proses produksi yang terdiri atas beberapa
macam pusat kerja dan diatur dengan menggunakan
komputer.Biasanya dengan CNC Machines.
b. Pengangkutan barang dilakukan secara otomatis,
dengan AGV atau Automated Guided Vehicles.
biasanya
c. Bongkar muat dan pengambilan barang dilakukan secara
otomatis, biasanya dengan AS/AR atau Automated Storage and
Retreival System.
2.
Agile Manufacturing System (AMS)
AMS merupakan perusahaan yang akan mencapai keuntungan yang
dicapai FMS tetapi tanpa otomasi intensif. AMS lebih merupakan
sebuah filosofis dibanding sekumpulan hardware. Dalam satu
industri, AMS biasa akan menggunakan JIT (Just in Time), pada shop
floor pada saat eksekusi, sebab teknologinya dapat dipakai dengan
biaya yang efektif (cost efective). Secara umum, AMS merupakan
sistem manufaktur yang mempunyai kapabilitas yang lengkap
dalam merespon permintaan konsumen.
Sistem Manufaktur Masa Depan (SMMD) dapat dilihat pada gambar
1.7.
Gambar 1.7. Sistem Manufaktur Masa Depan
Beberapa bagian dalam sistem manufaktur masa depan antara lain:
1. EDI (Electronic Data Interchane) adalah sistem informasi dengan
menggunakan komputer yang dihubungkan dengan telepon atau
alat komunikasi yang lain.
2. CAD (Computer Aided Design) adalah pembuatan disain produk
dengan menggunakan bantuan komputer. Dengan bantuan
komputer dapat dibuat gambar disain dengan mudah serta
perhitungan penggunaan bahan, daya tahan produk, dan informasi
lain yang berhubungan dengan desain produk yang dibuat.
3. CAM (Computer Aided Manufacturing) adalah penggunaan komputer
untuk merencanakan, mengatur, dan mengontrol kerja mesin, alatalat, dan arus produk dalam proses produksi.
4. CAPP (Computer Aided Process Planning) adalah penggunaan
komputer untuk proses perencanaan yang berhubungan dengan
pembuatan suatu produk.
5. CAI (Computer Aided Inspection) adalah penggunaan komputer
untuk melakukan pemeriksaan produk jadi sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan.
H. Rangkuman
1. Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan perencanaan
kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan
dapat terlaksana dengan baik.
2. Tujuan utama perencanaan dan pengendalian produksi adalah
memaksimumkan pelayanan bagi konsumen, meminimumkan
investasi pada persediaan, perencanaan kapasitas, pengesahan
produksi dan pengesahan pengendalian produksi, persediaan dan
kapasitas,
penyimpanan
dan
pergerakan
material,
peralatan, routingdan proses planning.
3. Sistem pengendalian dan perencanaan produksi dalam sistem
manufaktur terbagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu perencanaan
jangka panjang (long range planning), perencanaan jangka
menengah (medium range planning), dan perencanaan jangka
pendek (short range planning).
4. Perencanaan dan pengendalian produksi pada sistem manufaktur
dipengaruhi oleh bentuk tipe produksinya, yaitu Make to
Stock(persediaan dibuat dalam bentuk produk akhir yang siap
dipak), Make to Order (mempunyai persediaan tetapi hanya dalam
bentuk desain produk dan beberapa bahan baku standar, sesuai
dengan produk yang telah dibuat sebelumnya), Assemble to
Order (semua
subassembly
masuk
pada
persediaan),
dan Engineering to Order(tidak ada persediaan, produk belum
dibuat sebelum ada order).
5. Perencanaan dan pengendalian produksi pada sistem manufaktur
dipengaruhi pula oleh jenis volume produksi (produksi massa,
produksi batch, produksi job shop), aliran produksi (fixed
Site/project) ,job shop /jumbled flow, flow shop), dan tata letak
(fixed positionlayout, process layout, product flow layout).
6. Disain proses manufaktur baru, yaitu Flexible Manufacturing
System(FMS) dan Agile Manufacturing System (AMS) merupakan
sistem manufaktur yang berkembang guna merespon permintaan
konsumen.
I. Bahan Acuan
1.
Bedworth, David D., and Bailey, James E., 1987, Integrated Production,
Control Systems: Management, Analysis and Design, 2nd Edition, John
Wiley & Sons.
2.
Fogarty, Donald W., Blackstone Jr., John H.; Hoffmann, Thomas R.
1991, Production & Inventory Management, 2nd Edition., South-Western
Publishing Co.
3.
Groover, MP., 1987, Automation, Production Systems, and Computer
Integrated Manufacturing, Prentice Hall.
4.
Oden, HW et all, 1993, Handbook of Material & Capacity
Requirement Planning, Mc. Graw Hill Inc.
5.
Sipper, Daniel, and Bulfin Jr., Robert L., 1997, Production; Planning,
Control and Integration, McGraw-Hill.
BAB I
PENGANTAR PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI
A. Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan salah satu
fungsi yang terpenting dalam usaha mencapai tujuan perusahaan.
Yang dimaksud dengan perencanaan dan pengendalian produksi yaitu
merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah
direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Perencanaan produksi
adalah aktivitas untuk menetapkan produk yang diproduksi, jumlah
yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan sumbersumber yang dibutuhkan. Pengendalian produksi adalah aktivitas yang
menetapkan kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam
memenuhi rencana, kemampuan produksi berjalan sesuai rencana,
melakukan
perbaikan
rencana.
Tujuan
utamanya
adalah
memaksimumkan pelayanan bagi konsumen, meminimumkan investasi
pada persediaan, perencanaan kapasitas, pengesahan produksi dan
pengesahan pengendalian produksi, persediaan dan kapasitas,
penyimpanan dan pergerakan material, peralatan, routing dan proses
planning, dan sebagainya.
B. Tujuan dan Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Produksi
1. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi
Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi adalah sebagai
berikut:
a. Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien
dan efektif.
b. Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal
seoptimal mungkin.
c. Mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas.
d. Untuk dapat
perusahaan.
memperoleh
keuntungan
2. Fungsi perencanaan dan pengendalian produksi
yang
cukup
bagi
Fungsi dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah:
a. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai
fungsi dari waktu.
b. Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan ramalan
permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan tersebut jika
terjadi penyimpangan.
c. Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku yang
akan dibeli.
d. Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis.
e. Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat tertentu.
f. Memonitor
persediaan,
tingkat
dan
persediaan,
melakukan
membandingkannya
revisi
rencana
produksi
dengan
pada
rencana
saat
yang
ditentukan.
g. Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan mesin dan tenaga
kerja yang terperinci.
C. Tingkatan Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Sistem pengendalian dan perencanaan produksi terbagi ke dalam tiga
tingkatan:
1.
Perencanaan jangka panjang (long range planning)
Perencanaan ini meliputi kegiatan peramalan usaha, perencanaan
jumlah produk dan penjualan, perencanaan produksi, perencanaan
kebutuhan bahan, dan perencanaan finansial.
2.
Perencanaan jangka menengah (medium range planning)
Perencanaan jangka menengah meliputi kegiatan berupa
perencanaan kebutuhan kapasitas (capacity reqiurement planning),
perencanaan kebutuhan material (material requirement planning),
jadwal induk produksi (master production schedule), dan
perencanaan kebutuhan distribusi (distribution requirement
planning).
3.
Perencanaan jangka pendek (short range planning)
Perencanaan jangka pendek berupa kegiatan penjadwalan perakitan
produk akhir (final assembly schedule), perencanaan dan
pengendalian input-output, pengendalian kegiatan produksi,
perencanaan dan pengendalian purchase, dan manajemen proyek.
Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi meliputi:
1.
Peramalan kuantitas permintaan
2.
Perencanaan pembelian/pengadaan: jenis, jumlah, dan waktu
3.
Perencanaan persediaan (inventory): jenis, jumlah, dan waktu
4.
Perencanaan kapasitas: tenaga kerja, mesin, fasilitas
5.
Penjadwalan produksi dan tenaga kerja
6.
Penjaminan kualitas
7.
Monitoring aktivitas produksi
8.
Pengendalian produksi
9.
Pelaporan dan pendataan
D. Pengertian Sistem Manufaktur
Istilah manufaktur banyak digunakan di kalangan industri dan
akademis, namun pengertian manufaktur masih rancu hingga saat ini.
Pengertian mengenai manufaktur yaitu sebagai berikut :
1. Manufaktur (manufacturing) adalah kumpulan operasi dan aktivitas
yang saling berhubungan untuk membuat suatu produk, meliputi :
Perancangan produk, pemilihan material, perencanaan proses,
perencanaan produksi, produksi, inspeksi, manajemen, dan
pemasaran.
2. Produksi (manufacturing production) adalah serangkaian proses
yang dilakukan untuk membuat produk.
3. Proses produksi manufaktur (manufacturing process) adalah
aktivitas sistem manufaktur terkecil yang dilakukan untuk membuat
produk, yaitu proses permesinan maupun proses pembentukan
lainnya.
4. Rekayasa manufaktur (manufacturing engineering) adalah kegiatan
perancangan, operasi, dan pengendalian proses manufaktur.
5. Sistem manufaktur (manufacturing system) adalah suatu organisasi
yang melaksanakan berbagai kegiatan manufaktur yang saling
berhubungan, dengan tujuan menjembatani fungsi produksi
dengan fungsi-fungsi lain di luar fungsi produksi, agar dicapai
performansi produktivitas total sistem yang optimal, seperti : waktu
produksi, ongkos, dan utilitas mesin. Aktivitas sistem manufaktur
termasuk perancangan, perencanaan, produksi, dan pengendalian.
Fungsi lain di luar sistem manufaktur, yaitu: akuntansi, keuangan,
dan personel.
E. Klasifikasi Sistem Manufaktur
Terdapat berbagai klasifikasi sistem manufaktur, antara lain:
1.
Tipe produksi
Bertrand, Wortman & Wijngaard (1990) mengklasifikasikan sistem
manufaktur berdasarkan tipe produksi menjadi 4 kategori, yaitu:
a. Make to Stock (MTS)
Pada strategi MTS, persediaan dibuat dalam bentuk produk akhir
yang siap dipak. Siklus dimulai ketika perusahaan menentukan
produk, kemudian menentukan kebutuhan bahan baku, dan
membuatnya untuk disimpan. Konsumen akan memesan produk
jika harga dan spesifikasi produk sesuai dengan kebutuhannya.
Operasi difokuskan pada kebutuhan pemenuhan tingkat
persediaan dan order yang tidak diidentifikasi pada proses
produksi. Sistem produksi mengembangkan tingkat persediaan
yang didasarkan pada order yang akan datang, bukan pada
order sekarang. Pada strategi ini, resiko persediaan lebih besar.
Contoh produk: makanan, minuman, mainan, dan lain-lain.
b. Assemble to Order (ATO)
Strategi ATO, semua subassembly masuk pada persediaan.Ketika
order suatu produk datang, perusahaan dapat dengan cepat
merakit komponen menjadi produk jadi. Strategi ini digunakan
oleh perusahaan yang mempunyai produk modular, yang dapat
dirakit
menjadi
beberapa
produk
akhir.
Strategi
ini
mempunyai ’moderate risk’ terhadap investasi persediaan.
Operasi lebih difokuskan pada modul atau part. Contoh produk:
automobile, elektronik, komputer komersil, restoran fast food
yang menyediakan beberapa paket makanan, dan lain-lain.
c. Make to Order (MTO)
Strategi MTO mempunyai persediaan tetapi hanya dalam bentuk
desain produk dan beberapa bahan baku standar, sesuai dengan
produk yang telah dibuat sebelumnya. Aktivitas proses
berdasarkan order konsumen. Aktivitas proses dimulai pada saat
konsumen menyerahkan spesifikasi produk yang dibutuhkan dan
perusahaan akan membantu konsumen menyiapkan spesifikasi
produk, beserta harga dan waktu penyerahan. Apabila telah
dicapai kesepakatan, maka perusahaan akan mulai membuat
komponen dan merakitnya menjadi produk dan kemudian
menyerahkan kepada konsumen. Pada strategi ini, resiko
terhadap investasi persediaan kecil, operasionalnya lebih fokus
pada keinginan konsumennya. Contoh produk: komponen mesin,
komputer untuk riset, dan lain-lain.
d. Engineering to Order (ETO)
Dalam ETO, tidak ada persediaan. Produk belum dibuat sebelum
ada
order.
Ketika
order
datang,
perusahaan
akan
mengembangkan desain produk berserta waktu dan biaya yang
diperlukan. Apabila rancangannya disetujui konsumen, maka
produk baru dibuat. Strategi ini tidak mempunyai resiko (zero
risk) persediaan. Dan cocok untuk produk baru atau unik.
Misalnya: Kapal, komputer untuk militer, prototype mesin baru,
dan lain-lain. Operasi lebih difokuskan pada spesifikasi order dari
konsumen daripada partnya itu sendiri. Penggambaran masingmasing strategi ini dapat dilihat pada gambar 1.1, dan
karakteristiknya dapat dilihat pada tabel 1.1.
Gambar 1.1. Klasifikasi Sistem Manufaktur Berdasarkan Tipe Produksi
Tabel 1.1. Karakteristik Berbagai Sistem Manufaktur
Karakteristi
k
MTS
ATO
Keluarga
produk
tertentu
MTO
ETO
Produk
Standard
Tidak
punya Customizedtot
keluarga
al
produk,customiz
ed
Kebutuhan
produk
Dapat
diramalkan
Tidak
dapat
diramalkan
Kapasitas
Dapat
direncanakan
Tidak
dapat
direncanakan
Waktu
produksi
Tidak
penting Penting
bagi pelanggan
Penting
Sangat
penting
Kunci
persaingan
Logistik
Perakitan
akhir
Fabrikasi,
perakitan akhir
Seluruh proses
Kompleksitas
Distribusi
Perakitan
Manufaktur
Engineering
Operasi
komponen
Ketidakjelasa
n Operasi
Terendah
Tertinggi
Fokus
manajemen
puncak
Marketing/distrib
usi
Inovasi
Fokus
manajemen
menengah
Kontrol stock
MPS dan Shop
order
control,
pelangga
pelanggan
n
Kapasitas
Kontrak order
pelanggan
floor Manajemen
proyek
a. Sistem Manufaktur MTO-repetitif
Sistem manufaktur Make to Order (MTO) adalah sistem
manufaktur yang beroperasi berdasarkan pesanan. Sistem
manufaktur ini dibagi lagi menjadi MTO non-repetitif dan MTO
repetitif. Beberapa parameter yang membedakan kedua sistem
MTO ini dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2. Perbedaan antara Sistem Produksi MTO Repetitif & Non-Repetitif
MTO Repetitif
Karakteristik
pesanan
Pesanan
dalam
singkat
MTO NonRepetitif
berulang Pesanan
tidak
waktu berulang
atau
berulang
dalam
jangka panjang
Tindakan
untuk Dilakukan dengan Dilakukan
dengan
mengulang setup
meningkatkan
meningkatkan
efisiensi setup dan
efisiensi setup
mengatur orderyan
g akan diproses
Kedua sistem MTO ini umumnya memiliki sistem produksi job
shop, agar bisa mengakomodasikan order dengan ukuran yang
kecil dan spesifikasi setiap order yang berbeda. Akan tetapi,
untuk beberapa sistem manufaktur MTO yang berperan sebagai
sub-kontraktor dapat memiliki sistem produksi flow shop, karena
adanya kesamaan proses dalam sistem order yang diterima,
misalnya sub-kontraktor produk semi konduktor, perusahaan
pembuat tirai alumunium untuk jendela rumah dengan berbagai
ukurannya, dan pabrik pengolahan karet alami.
Sistem produksi flow shop umumnya merupakan sistem
produksi untuk sistem manufaktur make to stock (MTS) yang
cenderung untuk memproduksi produk-produk dalam jumlah
besar dan variasi yang sedikit. Pada sistem manufaktur MTS,
peningkatan performansi stasiun kerja dilakukan dengan
memeperbaiki cara kerja yang dilakukan di setiap stasiun.
Sistem manufaktur MTO dapat juga memiliki sistem
produksi flow shop, tetapi peningkatan performansi stasiun kerja
tidak hanya dilakukan dengan memperbaiki cara kerja melainkan
juga dengan mengatur urutan order-order yang akan diproses.
Parameter-parameter lain yang membedakan sistem MTO
repetitif dengan sistem MTS dapat dilihat pada tabel 1.3.
Tabel 1.3. Perbedaan antara Sistem Manufaktur MTO Repetitif
Flow Shop dan Make to Stock Flow Shop
MTO Repetitif Flow
Shop
MTS Flow Shop
Respons
terhadap
fluktuasi deman
d
Memperkecil waktu
penyelesaian
Mencari jumlah
inventori yang
sesuai
Persediaan
produk jadi
Tidak ada (siklus
pemesanan besar)
ada
Saat
mulai Jika ada pesanan
proses produksi
Sesuai hasil
peramalan
Jumlah
yang Tergantung jumlah
diproduksi
pesanan
Sesuai hasil
perencanaan
produksi
Perencenaan
produksi
Perencanaan kapasitas
Perencanaan
jumlah yang
diproduksi
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa sistem
produksi untuk sistem manufaktur MTO dapat berupa job
shopmaupun flow shop yang ditentukan oleh karakteristik urutan
pengertian setiap order. Sistem MTO repetitif memiliki sistem
produksi job shop, apabila urutan pengerjaannya tidak mengikuti
suatu aliran urutan pengerjaan tertentu, sedangkan sistem
produksi flow
shop diterapkan
jika
urutan
pengerjaan
setiap ordermengikuti urutan pengerjaan tertentu. Sistem MTO
repetitif job shop dengan urutan pengerjaan yang tidak
mengikuti aliran tertentu mempunyai variasi urutan pengerjaan
yang lebih tinggi dibandingkan MTO repetitif flow shop, sehingga
perkiraan saatorder akan diproses di stasiun kerja tertentu untuk
MTO repetitifjob shop akan relatif lebih komplek dibandingkan
dengan MTO repetitif flow shop.
2.
Volume produksi
Bedworth & Bailey, 1987 mengklasifikasikan sistem manufaktur
menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Produksi massa
Laju serta tingkat produksi pada produksi massa umumnya
tinggi, permintaan terhadap produk yang dihasilkan tinggi, dan
peralatan umumnya mempunyai fungsi khusus. Keahlian tenaga
kerja tidak terlalu tinggi sebagai akibat dari fungsi peralatan
yang khusus.
b. Produksi batch
Ukuran lot produksi adalah medium. Tujuan dilakukannya
produksi batch adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen
terhadap produk-produk yang diperlukan secara kontinu.
Peralatan umumnya mempunyai fungsi umum tetapi dirancang
untuk tingkat produksi yang tinggi.
c. Produksi job shop
Tingkat produksi rendah, peralatan mempunyai fungsi umum,
keahlian yang diperlukan tenaga kerja cukup tinggi, biasanya
membuat berdasarkan pesanan.
3.
Aliran produksi
Fogarty et al. (1991) mengklasifikasikan sistem manufaktur
berdasarkan aliran proses menjadi 3 tipe disain manufaktur
tradisional, yaitu:
a. Fixed Site (Project)
Pada tipe project, material, tools, dan personel dialokasikan pada
produk yang dibuat. Secara ekstrim dikatakan bahwa tidak ada
aliran produk pada tipe ini, tetapi masih terdapat urutan operasi.
Bentuk operasi pada project digunakan ketika terdapat
kebutuhan khusus/spesial yang memerlukan kreativitas dan
keunikan. Hal ini sulit diotomasikan pada proses manufaktur,
karena hanya dilakukan satu kali. Project memerlukan biaya
tinggi dengan perencanaan dan pengendalian yang sulit, sebab
berat pada tahap definisi initial dengan tingkat perubahanperubahan dan inovasi yang tinggi.
b. Job Shop (Jumbled Flow)
Pada proses job shop, man dan machine dikelompokkan menjadi
stasiun kerja (semua bor pada satu stasiun kerja, gerinda, dan
sebagainya). Aliran produk dan job hanya pada stasiun kerja
yang dibutuhkan. Keuntungannya, dengan mesin yang berfungsi
umum
(general-purpose
equipment)
dan
operator
berketerampilan tinggi membuat proses manufaktur job shop
fleksibel dalam merespon perubahan disain dan volume pesanan
konsumen. Kerugiannya, tidak efisien.
Gambar 1.2. Proses Job Shop (Oden, HW, 1993)
c. Flow Shop, meliputi: small batch line flow, large
batch (repetitive)line flow, dan continuous line flow.
Flow Shop disusun dari stasiun kerja dalam urutan operasi untuk
membuat produk. Semua produk mengikuti standar produk yang
ditentukan. Lintas rakitan automobile merupakan contoh bagus
untuk proses flow shop.
Gambar 1.3. Proses Flow Shop (Oden, HW, 1993)
3 tipe flow shop adalah:
1) Small-Batch Line Flow, mempunyai semua karakter flow shop,
tetapi tidak semua memproses produk yang sama secara
terus menerus. Memproses beberapa produk dengan ukuran
batch kecil, dengan kebutuhan setup per batch. Digunakan
ketika biaya proses bisa dipertimbangkan, permintaan part
rendah, dan non-diskrit. Contohnya adalah farmasi.
2) Large-Batch (Repetitive) Line Flow, memproduksi
diskrit dalam volume besar tetapi tidak kontinu.
produk
3) Continuous Line Flow merefer pada proses kontinu dari fluida,
bedak, logam, dan lain-lain. Biasa digunakan pada industri
gula, minyak, dan logam lainnya.
Tabel 1.4. Karakteristik Proses
Job Shop
Batch
Flow
SmallBatch
Line
Flow
LargeBatch
(Repetiti
ve)
Continuo
us
Kelebihan
Kualitas
tinggi
Kualitas
tinggi
Kualitas
tinggi
Biaya
bersaing
Biaya
rendah
Variasi
Fleksibilit
as tinggi
Fleksibilit
as
sedang
Fleksibilit
as
sedang
Fleksibilita
s rendah
Standard
Implikasi
Biaya
tinggi
Biaya
tinggi
Biaya
sedang
Otomasi
Otomasi
Permesina
n
Berfungsi
umum
Berfungsi
umum
Berfungsi
umum
Berfungsi
khusus
Berfungsi
khusus
Strategi
Make
Order
to Assemble
to Order
Assemble
to Order
Make
Stock
to Make
Stock
to
Sumber: Fogarty, 1991
4.
Tata letak (lay out)
Groover, (1987) mengklasifikasikan sistem manufaktur berdasarkan
tata letak menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Fixed position layout
Fixed position layout disebut juga layout dengan posisi tetap.
Artinya pengaturan fasilitas produksi dalam membuat produk,
dengan meletakkan produk yang dibuat tetap atau tidak
dipindah-pindah. Mesin, karyawan, dan fasilitas produksi lain
yang berpindah mengelilingi produk yang dikerjakan sesuai
dengan kebutuhan. Contoh: pembuatan produk pesawat terbang,
kapal laut, dan lain-lain. Fixed position layout dapat dilihat pada
gambar 1.4a.
b. Process layout
Process
layout disebut
juga
layout
fungsional. Artinya
pengaturan letak fasilitas produksi di dalam pabrik didasarkan
atas fungsi bekerjanya setiap mesin atau fasilitas produksi yang
ada. Mesin atau fasilitas yang memiliki fungsi yang sama
dikelompokkan dan diletakkan pada tempat yang sama. Layout
ini biasanya digunakan untuk membuat barang yang beragam.
Dalam layout ini arus barang selalu berubah, tergantung pada
kebutuhan mesin yang digunakan untuk membuat suatu produk.
Contoh: berbagai produk dan besi. Process layout dapat dilihat
pada gambar 1.4b.
c. Product flow layout
Product flow layout disebut juga layout garis. Artinya pengaturan
letak mesin-mesin atau fasilitas produksi dalam suatu pabrik
didasarkan atas urut-urutan proses produksi dalam membuat
suatu produk. Produk yang dikerjakan setiap hari selalu sama
dan arus produk yang dikerjakan juga selalu sama, seolah-olah
menyerupai garis, meskipun tidak selalu berupa garis
lurus.Product flow layout dapat dilihat pada gambar 1.4c.
Gambar 1.4. Tipe-tipe tata letak pabrik (Groover, 1987)
(a) fixed position layout, (b) Process layout (c) Product flow layout
F. Strategi Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Perencanaan
(planning)
merupakan
tahap
awal
dalam
manajemen, yaitu menentukan tujuan terukur dan memutuskan cara
pencapaiannya. Sehingga planning merupakan awal dari pelaksanaan
dan pengendalian. Tanpa perencanaan, maka tidak akan ada dasar
pelaksanaan dan evaluasi pencapaian hasil. Pelaksanaan (execution)
adalah pelaksanaan dari rencana dan pengendalian merupakan proses
membandingkan antara hasil aktual dengan hasil yang diharapkan dan
memutuskan
langkah
berikutnya. Planning, execution,
dan controlmerupakan proses iteratif yang seharusnya dilakukan
secara terus menerus.
Hirarki perencanaan meliputi:
1. Issues perencanaan strategis
a. Perencanaan produk yang akan dibuat
b. Perancangan sistem manufaktur
2. Issues perencanaan taktis
a. Perincian rencana strategis
b. Disagregasi rencana agregat
c. Penentuan planned order releases
3. Issues perencanaan pelaksanaan
a. Dispaching planned order releases
b. Day-by-day basis
c. Minimizing manufacturing lead time and work in process
Gambar 1.5. Hirarki
Perencanaan dalam
Perencanaan & Pengendalian
Produksi.
Middle managementberperan
sebagaidecoupler
Gambar 1.6. FungsiMiddle managementsebagai decoupler
G. Proses Manufaktur Baru
Sekarang telah berkembang disain proses manufaktur baru, yaitu:
1.
Flexible Manufacturing System (FMS)
Flexible Manufacturing System (FMS) adalah disain proses
manufaktur yang bersifat fleksibel dan dikontrol dengan
menggunakan komputer. Minimal ada 3 komputer yang harus ada
dalam Flexible Manufacturing System (FMS).
a. Adanya rangkaian proses produksi yang terdiri atas beberapa
macam pusat kerja dan diatur dengan menggunakan
komputer.Biasanya dengan CNC Machines.
b. Pengangkutan barang dilakukan secara otomatis,
dengan AGV atau Automated Guided Vehicles.
biasanya
c. Bongkar muat dan pengambilan barang dilakukan secara
otomatis, biasanya dengan AS/AR atau Automated Storage and
Retreival System.
2.
Agile Manufacturing System (AMS)
AMS merupakan perusahaan yang akan mencapai keuntungan yang
dicapai FMS tetapi tanpa otomasi intensif. AMS lebih merupakan
sebuah filosofis dibanding sekumpulan hardware. Dalam satu
industri, AMS biasa akan menggunakan JIT (Just in Time), pada shop
floor pada saat eksekusi, sebab teknologinya dapat dipakai dengan
biaya yang efektif (cost efective). Secara umum, AMS merupakan
sistem manufaktur yang mempunyai kapabilitas yang lengkap
dalam merespon permintaan konsumen.
Sistem Manufaktur Masa Depan (SMMD) dapat dilihat pada gambar
1.7.
Gambar 1.7. Sistem Manufaktur Masa Depan
Beberapa bagian dalam sistem manufaktur masa depan antara lain:
1. EDI (Electronic Data Interchane) adalah sistem informasi dengan
menggunakan komputer yang dihubungkan dengan telepon atau
alat komunikasi yang lain.
2. CAD (Computer Aided Design) adalah pembuatan disain produk
dengan menggunakan bantuan komputer. Dengan bantuan
komputer dapat dibuat gambar disain dengan mudah serta
perhitungan penggunaan bahan, daya tahan produk, dan informasi
lain yang berhubungan dengan desain produk yang dibuat.
3. CAM (Computer Aided Manufacturing) adalah penggunaan komputer
untuk merencanakan, mengatur, dan mengontrol kerja mesin, alatalat, dan arus produk dalam proses produksi.
4. CAPP (Computer Aided Process Planning) adalah penggunaan
komputer untuk proses perencanaan yang berhubungan dengan
pembuatan suatu produk.
5. CAI (Computer Aided Inspection) adalah penggunaan komputer
untuk melakukan pemeriksaan produk jadi sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan.
H. Rangkuman
1. Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan perencanaan
kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan
dapat terlaksana dengan baik.
2. Tujuan utama perencanaan dan pengendalian produksi adalah
memaksimumkan pelayanan bagi konsumen, meminimumkan
investasi pada persediaan, perencanaan kapasitas, pengesahan
produksi dan pengesahan pengendalian produksi, persediaan dan
kapasitas,
penyimpanan
dan
pergerakan
material,
peralatan, routingdan proses planning.
3. Sistem pengendalian dan perencanaan produksi dalam sistem
manufaktur terbagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu perencanaan
jangka panjang (long range planning), perencanaan jangka
menengah (medium range planning), dan perencanaan jangka
pendek (short range planning).
4. Perencanaan dan pengendalian produksi pada sistem manufaktur
dipengaruhi oleh bentuk tipe produksinya, yaitu Make to
Stock(persediaan dibuat dalam bentuk produk akhir yang siap
dipak), Make to Order (mempunyai persediaan tetapi hanya dalam
bentuk desain produk dan beberapa bahan baku standar, sesuai
dengan produk yang telah dibuat sebelumnya), Assemble to
Order (semua
subassembly
masuk
pada
persediaan),
dan Engineering to Order(tidak ada persediaan, produk belum
dibuat sebelum ada order).
5. Perencanaan dan pengendalian produksi pada sistem manufaktur
dipengaruhi pula oleh jenis volume produksi (produksi massa,
produksi batch, produksi job shop), aliran produksi (fixed
Site/project) ,job shop /jumbled flow, flow shop), dan tata letak
(fixed positionlayout, process layout, product flow layout).
6. Disain proses manufaktur baru, yaitu Flexible Manufacturing
System(FMS) dan Agile Manufacturing System (AMS) merupakan
sistem manufaktur yang berkembang guna merespon permintaan
konsumen.
I. Bahan Acuan
1.
Bedworth, David D., and Bailey, James E., 1987, Integrated Production,
Control Systems: Management, Analysis and Design, 2nd Edition, John
Wiley & Sons.
2.
Fogarty, Donald W., Blackstone Jr., John H.; Hoffmann, Thomas R.
1991, Production & Inventory Management, 2nd Edition., South-Western
Publishing Co.
3.
Groover, MP., 1987, Automation, Production Systems, and Computer
Integrated Manufacturing, Prentice Hall.
4.
Oden, HW et all, 1993, Handbook of Material & Capacity
Requirement Planning, Mc. Graw Hill Inc.
5.
Sipper, Daniel, and Bulfin Jr., Robert L., 1997, Production; Planning,
Control and Integration, McGraw-Hill.