URGENSI REFORMASI HUKUM ISLAM DI INDONES

BOOK REVIEW
Judul

: Reformasi Hukum Islam
di Indonesia
Penulis
: Dr.H.Abdul Manan,SH.,S.IP,MHum
Cetakan
: Pertama, 2006
Penerbit
: PT.Raja Grafindo Persada Jakarta
Tebal Buku : xxvi,370 hlm, 21 cm
ISBN
: 979-769—039-3
Peresensi
: Rahmani Timorita Yulianti

URGENSI REFORMASI
HUKUM ISLAM DI INDONESIA
Dalam sejarah perkembangan hukum Islam pernah mengalami stagnasi
perkembangannya, yang diakibatkan oleh suatu paham bahwa pintu ijtihad

telah tertutup Pada masa ini masyarakat Islam hanya mengandalkan hukum
Islam dari hasil pemikiran para mujtahid zaman dahulu yang jauh berbeda
dengan seting sosial dan geografisnya dengan zaman sekarang. Sebagian
masyarakat masih menganggap bahwa segala sesuatu yang terdapat di
dalam kitab-kitab fiqih merupakan hal yang sakral dan tidak seorangpun
yang berkompeten merubahnya. Dengan paham ini pula seseorang tidak
diperbolehkan mengikuti pendapat madzab lain. Bahkan kecenderungan
yang terjadi adalah mereka sangat sulit untuk menerima perubahan yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat sat ini.
Fenomena tersebut berimplikasi juga bagi perkembangan hukum
Islam di Indonesia. Pembaruan hukum Islam di Indonesia agak lamban
perkembangannya dibandingkan dengan Negara-negara Islam di Timur
Tengah dan Afrika Utara. Keterlambatan tersebut menurut Abdul Manan

270

Al-Mawarid Edisi XVI Tahun 2006

Book Review …


_sebagai penulis buku yang diberi judul “ Reformasi Hukum Islam Di
Indonesia “ ini, beliau mengutip dari Hasballah Thaib ( 2002 : 12)_ disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu pertama masih kuatnya anggapan bahwa taqlid
(mengikuti pendapat ulama terdahulu) masih cukup untuk menjawab
persoalan-persoalan kontemporer, disamping banyak ulama merasa lebih
aman mengikuti pendapat ulama terdahulu daripada mengikuti pendapat
orang banyak tetapi merasa was-was atas kebenarannya, kedua hukum
Islam di Indonesia dalam konteks sosial politik masa kini selalu mengundang
polemik berada pada titik tengah antara paradigma agama dan paradigma
Negara. Bila dianggap sebagai paradigma negara, hukum Islam harus siap
menghadapi masyarakat yang plural, ketiga persepsi sebagian masyarakat
yang mengidentikkan fiqih sebagai hasil kerja intelektual agama yang
kebenarannya relatif dengan syariat yang merupakan produk Allah dan
bersifat absolute
Dengan pertimbangan bahwa zaman sekarang sudah jauh berbeda
dengan zaman imam madzab dan para fuqahak, pemikiran-pemikiran hukum
sudak banyak yang tidak relevan dengan zaman sekarang. Maka pada
masa sekarang mutlak perlu diadakan perubahan hukum Islam dengan
ijtihad dan pemikiran baru dalam memahami hukum Allah untuk dipakai
dalam mengatur kehidupan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Usaha untuk aktualisasi hukum Islam dilakukan setidak-tidaknya
menjembatani jarak antara hukum Islam sebagai ajaran teoritis sebagaimana
tertuang dalam kitab-kitab fiqih sebagai pemikiran mujtahid ratusan tahun
yang lalu, dengan kebutuhan masyarakat masa kini dan sesuai dengan
kebijakan politik hukum Negara Indonesia.
Sebagian para pakar hukum Islam di Indonesia sering melemparkan
gagasan tentang pembaruan ajaran Islam dengan memakai berbagai istilah
pembaruan seperti, restrukturisasi, reinterpretasi, redefinisi dan modernisasi.
Gagasan pembaruan tersebut menurut Abdul Manan (2006 : 6) yang dikutip
dari Masfuk Zuhdi (1995:1-2) dimaksudkan dengan dasar bahwa Islam itu
agama Allah yang sudah sempurna Akan tetapi setelah Nabi Muhammad
SAW wafat banyak ayat Al Qur’an yang dipandang oleh kaum modernis
sebagai ayat yang perlu diinterpretasi ulang agar sesuai dengan persoalanpersoalan kontemporer. Pembaruan pemikiran hukum Islam dapat juga
dilakukan dengan cara memperbarui hasil-hasil pemikiran (ijtihad) para
pemikir Islam (Mujtahidin) dahulu yang sekarang tidak relevan lagi dengan
kepentingan umum (Maslahah ‘ammah), perkembangan masyarakat serta
kemajuan jaman.
Menurut Abdul Manan (hlm.6) terdapat tiga dimensi yang harus
dilihat jika hukum Islam akan diperbarui dalam pengerttian fiqih. Pertama,
perubahan secara menyeluruh pada doktrin, yaitu merubah nilai-nilai yang

terkandung dalam fiqih yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi, situasi,
tempat dan waktu harus diperbarui agar sesuai dengan kondisi zaman,

Al-Mawarid Edisi XVI Tahun 2006

271

Book Review …

kedua pembaruan dalam cara penerapannya, dalam hal ini Abdul Manan
memberikan contoh dalam kecenderungan mengutamakan penerapan
fatwa atau syarah ulama yang sudah tidak relevan lagi dengan konteks
zaman, maka harus ditinggalkan, ketiga pembaruan pada kaidah (aturan)
yang sesuai dengan kondisi dan situasi sosial masyarakat Indonesia dan
dilegalisasi oleh instansi yang berwenang sehingga mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat (Hlm.7).
Ketiga dimensi pembaruan tersebut dapat dijadikan sebagai agenda
besar dalam pembaruan hukum Islam di Indonesia yang berada pada tiga
tempat yaitu pertama tersebar dalam kitab-kitab fiqih yang ditulis oleh para
fuqahak ratusan tahun yang lalu, kedua berada dalam peraturan perundangundangan Negara yang memuat hokum Islam seperti Undang-undang No.I

tahun 1974 tentang perkawinan, peraturan pemerintah no.9 tahun 1975,
Kompilasi Hukum Islam dan sebagainya, ketiga terdapat dalam berbagai
putusan Hakim Pengadilan Agama yang telah berbentuk yurisprudensi.
Namun ketiga sumber hukum Islam di Indonesia tersebut, pada realitasnya
sering terjadi kontroversi pada penerapanya baik antara fiqih dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau antara fiqih dengan
putusan Pengadilan Agama, bahkan antara putusan Pengadilan Agama
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Hlm.11). Kontroversi
tersebut sangat membahayakan bagi keberlangsungan suatu penegakan
hukum di lingkungan Pengadilan Agama. Sehingga dapat menimbulkan sikap
antipati masyarakat pencari keadilan terhadap Peradilan Agama. Oleh karena
itulah sudah saatnya diadakan pembaruan hukum Islam di Indonesia yang
kodifikatif dan unifikatif serta berdimensi filosofis, yuridis dan sosiologis.

Aspek Metodologis, Legalisasi dan Yurisprudensi
Buku yang ditulis oleh Abdul Manan ini diangkat dari gabungan antara
hasil penelitian disertasinya pada program S3 Ilmu Hukum Universitas
Sumatera Utara Medan, pada tahun 2004 dan beberapa makalahnya yang
telah diseminarkan oleh Perguruan Tinggi di Medan dan Jakarta. Buku ini
diterbitkan dengan maksud untuk memberi informasi kepada para pembaca

tentang reformasi hukum Islam di Indonesia yang telah mulai dilaksanakan
beberapa waktu yang lalu, pada saat ini dan prospek hukum Islam di masa
yang akan datang.
Menurut Abdul Manan (Hlm.viii) hal ini penting, mengingat kedudukan
dan peranan hukum Islam di era globalisasi semakin strategis peluangnya
terutama dalam bidang hukum keluarga, perwakafan, kewarisan, sadaqah
dan persoalan-persoalan yang menyangkut ekonomi Syari’ah dan beberapa
bidang hukum pidana yang telah diberlakukan di provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Perubahan hukum Islam terjadi dalam berbagai bentuk,
diantaranya melalui proyeksi fatwa, peraturan perundang-undangan,

272

Al-Mawarid Edisi XVI Tahun 2006

Book Review …

kegiatan ilmiah dan penelitian serta melalui yurisprudensi Lembaga Peradilan
Agama. Perubahan hukum Islam akan terus terjadi di masa yang akan datang
sebagai implikasi dari berubahnya situasi dan kondisi dalam kehidupan

masyarakat.
Buku ini menggunakan metode deduktif dalam penyusunan kajian pada
bab-babnya. Pada Bab I diberi judul Pendahuluan dengan mengemukakan
eksistensi Hukum Islam di Indonesia dengan pendekatan historis. Secara
spesifik dalam pendahuluan ini dikemukakan peran Peradilan Agama masa
sebelum Kemerdekaan Indonesia yang pada waktu itu diberi nama Lembaga
Tahkim kemudian berubah menjadi Ahlul Hilli Wal Aqdi hingga peran
Peradilan Agama masa pasca Kemerdekaan Indonesia sampai masa kini
(hlm.1 – 34). Dalam penelusurannya tersebut Abdul Manan mengidentifikasi
beberapa persoalan dalam upaya pembaruan Hukum Islam di Indonesia,
yaitu sebagai berikut :
1. Mengapa terjadi pembaruan Hukum Islam dan faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi peraturan-peraturan hukum dilingkungan Peradilan
Agama menjadi objek pembaruan hukum Islam di Indonesia ?
2. Bagaimana pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang menjadi
kompetensi Peradilan Agama di Indonesia ? Peraturan tersebut apakah
sudah berperan aktif dalam pembaruan hukum Islam di Indonesia ?
3. Bagaimana peranan Hakim Peradilan Agama dalam pembaruan hokum
Islam di Indonesia ?
4. Bagaimana penerimaan masyarakat Islam terhadap peraturan-peraturan

hukum yang menjadi kompetensi Peradilan Agama dan putusan-putusan
Peradilan Agama dalam pembaruan hokum Islam di Indonesia ? (Hlm.1415).
Teori yang dipergunakan sebagai pisau analisis dalam buku ini
adalah teori maslahah yaitu maslahah yang secara eksplisit tidak ada satu
dalilpun baik yang mengakuinya maupun yang menolaknya. Maslahah
ini tidak disebutkan dalam nash secara tegas. Selain teori maslahah, juga
digunakan teori Utilitarianisme, Teori Sosiological Jurisprudence serta Teori
Qaul Qadim dan Qaul Jadid. Teori Utilitarianisme dikemukakan oleh Jeremy
Bentham (Hlm.20). Teori ini berpendapat bahwa manusia akan bertindak
untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi
penderitaan. Ukuran baik buruknya suatu perbuatan manusia tergantung
pada apakah perbuatan itu mendatangkan kebahagiaan atau tidak. Menurut
Jeremy dalam buku ini (Hlm.20) bahwa pembentuk undang-undang
hendaknya dapat melahirkan undang-undang yang dapat mencerminkan
keadilan bagi semua individu. Dengan prinsip tersebut suatu perundangundangan hendaknya dapat memberikan kebahagiaan yang terbesar bagi
masyarakat. Sedangkan teori Sociological Jurisprudence adalah teori
yang mempelajari pengaruh hukum terhadap masyarakat dan sebagainya
dengan pendekatan dari hukum ke masyarakat. Teori ini dikemukakan oleh

Al-Mawarid Edisi XVI Tahun 2006


273

Book Review …

Eugen Ehrlich yang berpendapat bahwa terdapat perbedaan antara hukum
positif di satu pihak dengan hukum yang hidup dalam masyarakat dipihak
lain. Hukum positif akan mempunyai daya efektif dalam pemberlakuannya
apabila selaras dengan hukum yang berlaku di masyarakat ( Hlm.22).
Sedangkan teori ketiga yang digunakan sebagai teori pendukung oleh buku
ini adalah teori Qaul Qadim dan teori Qaul Jadid yang dikemukakan oleh
Imam Syafii. Imam Syafii membedakan Qaul Qadim dengan Qaul Jadid
berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Imam
Syafii pada periode pertumbuhannya di Bagdad disebut Qaul Qadim yang
banyak tertuang pada Al Risalah Al Qadimah. Sedangkan fatwa-fatwa yang
dikeluarkan setelah beliau berada di Mesir disebut Qaul Jadid yang tertuang
dalam Risalah Jadidah (Hlm.24-25).
Bab II buku ini merupakan tinjauan umum tentang hukum Islam yang
membahas tentang Meluruskan konsep hukum Islam, Sumber-sumber
hukum Islam, Karakteristik hukum Islam, Tujuan hukum Islam dan konsep

keadilan dalam Islam. Pada kajian ini Abdul Manan mengajak kepada para
pembaca untuk meluruskan konsep tentang hukum Islam. Hal tersebut
penting mengingat telah terjadi kekacauan persepsi yang meliputi arti dan
ruang lingkup pengertian Syariah Islam yang kadang-kadang diartikan sama
dengan hukum Islam, Fiqih, bahkan sering disamakan dengan Ad Din.
Kerancuan ini berpotensi menimbulkan kekeliruan dalam penerapannya
bahkan dapat memicu saling menyalahkan antar penegak hukum di
lingkungan Peradilan Agama. Ajakan tersebut sebenarnya bukan satusatunya dilakukan oleh penulis buku ini, penulis terdahulu; A.Qodri Azizy
(2002:47) telah memperjelas istilah, esensi dan posisi antara hukum Islam
yang identik dengan fiqih di satu sisi dan syari”ah (wahyu Allah) di sisi
lain. Keadaan tersebut dikemukakan juga oleh Yahya Harahap dalam Cik
Hasan Bisri (2003:3) bahwa kerancuan persepsi ini bukan hanya terjadi di
lingkungan masyarakat awam saja tetapi di kalangan ulama, lingkungan
pendidikan dan perguruan tinggi bahkan di lingkungan peradilan Agama.
Oleh karena itu Muhammad Daud Ali (1993:3) merekomendasikan perlu
adanya klarifikasi dalam memberikan konsep yang jelas tentang Syari’ah,
Fiqih, Ad din, Qanun dan Hukum Islam seperti yang telah diperinci lagi oleh
penulis buku ini (Hlm 39-65).
Sedangkan Bab III membahas tentang aspek-aspek pembaruan
hukum Islam dimulai dari Konsep Pembaruan, Faktor-faktor penyebab

pembaruan, Peranan ijtihad dalam pembaruan, Metode ijtihad dalam
pembaruan, dan konsep pembaruan hukum Islam di Indonesia yang
didominasi oleh pembaruan yang dilakukan melalui perundang-undangan
dan putusan Pengadilan Agama sebagai hasil ijtihad para Hakim serta kajian
yang sering dilakukan oleh beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia.
Pada Bab IV Abdul Manan mengemukakan tentang Tipologi
pembaruan hukum Islam yang membahas tipologi melalui ensiklopedi fiqih,

274

Al-Mawarid Edisi XVI Tahun 2006

Book Review …

tipologi melalui proyeksi peraturan-perundang-undangan melalui proyeksi
fatwa, melalui kajian ilmiah dan penelitian dan melalui yurisprudensi lembaga
Peradilan Agama yang telah dilaksanakan sejak tahun 1974 dengan
disahkan dan dilaksanakannya Undang-undang Nomor I tahun 1974 tentang
Perkawinan.
Adapun Bab V mengkaji tentang Metodologi pembaruan hukum Islam
menurut konsep Fazlur Rahman,tesis-tesis pokok tentang epistemology
pembaruan hukum Islam, menguji pemikiran Fazlur Rahman terhadap gerakan
pembaruan hukum Islam di Republik Indonesia dan implementasi pemikiran
Fazlur Rahman terhadap perkembangan hukum Islam di Indonesia.
Bab VI digunakan untuk menginformasikan tentang Pembaruan hukum
Islam di beberapa Negara Islam seperti di Republik Turki, Republik Arab
Mesir, Malaysia dan Negara Republik Indonesia.
Pada Bab VII Abdul Manan merasa penting untuk mengemukakan
teori Maslahah Mursalah dan Maslahah Mulghah dalam pembaruan hukum
Islam. Baik mengenai konsep, kedudukan dan pandangan madzab rasional
tentang kedua teori tersebut.
Dalam Bab VIII berisi paparan yang menginformasikan peran aktif
Peradilan Agama dalam pembaruan hukum Islam di Indonesia. Hal inilah
yang merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan buku ini
mengingant Abdul Manan selain seorang akademisi beliau juga sebagai
praktisi hukum mulai di lingkungan Pengadilan Agama sampai sekarang
di Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selama ini melihat dan
mengalami langsung kendala dan kontroversi dalam penerapan peraturan
perundang-undangan di Peradilan Agama.
Buku ini diakhiri dengan Bab IX yang berisi kesimpulan yang
merupakan resume dari pembahasan di beberapa babnya yang berupaya
menjawab persolan-persoalan sehubungan agenda pembaruan hukum
Islam di Indonesia.
Buku ini mendorong perkembangan metodologi pelaksanaan pendidikan
dan pengajaran ilmu hukum di Indonesia. Lebih spesifik lagi kontribusinya
terhadap pembaruan hukum Islam di Indonesia, yang sebenarnya telah
lama digagas oleh para akademisi dan praktisi hukum di Indonesia yang
gelisah dengan fenomena kontrofersi tarik ulur, antara pentingnya akselerasi
dalam berijtihad yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi objektif
masyarakat, dengan kepatuhan tetap bertahan dengan hukum yang telah
ada meski tidak konteks lagi dengan perkembangan jaman.
Secara substansi buku ini memang padat dan komprehensif, apalagi
dilihat dari jumlah babnya. Sehingga memberi kesan kepada para pembaca
bahwa penulis buku ini mempunyai obsesi yang kuat akan suatu perubahan
baik dari sisi filosofis, metodologis, legalisasi dan yurisprudensi dalam
implementasi pembaruan hukum Islam di Indonesia.
Terlepas dari kekurangannya seperti dalam pemilihan kata, penerapan

Al-Mawarid Edisi XVI Tahun 2006

275

Book Review …

Kaidah Ejaan Yang Disempurnakan, serta terdapat beberapa kalimat yang
diulang-ulang dalam beberapa babnya, buku ini sangan memberikan
kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berminat memperdalam hukum
Islam kontemporer, baik para mahasiswa, akademisi, para ulama, praktisi
hukum, maupun masyarakat pemerhati kajian hukum Islam di Indonesia. Satu
catatan akhir yang dapat disampaikan di sini adalah, kecenderungan penulis
buku ini terhadap teori ijtihad dengan menggunakan metode maslahah
mursalah dan maslahah mulghah adalah suatu yang niscaya diterapkan
dalam pembaruan hukum Islam di Indonesia yang responsif.
Rahmani Timorita Yulianti.

276

Al-Mawarid Edisi XVI Tahun 2006