IMPLEMENTASI TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014

ISSN: 2087-118X

IMPLEMENTASI TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI SECARA
TERPADU MELALUI ELABORASI KONSEP PERAMPIAN PURA
KEHEN BANGLI-BALI 1)
Sang Putu Kaler Surata2), I Ketut Arnawa2), I Ketut Widnyana2), I Dewa Nyoman Raka2)
I Made Maduriana3)1) Program Ipteks bagi Wilayah tahun kedua;2) Universitas Mahasaraswati Denpasar;
3)

IKIP Saraswati Tabanan-Bali. Email: suratak@yahoo.com

Ringkasan eksekutif
Tujuan kegiatan ipteks bagi wilayah (IbW) tahap III di Kelurahan Cempaga dan Kubu Bangli adalah
mengimplementasikan model Tri Dharma Perguruan Tinggisecara terintegrasi (community service and
research-based learning).
Teori jejaring kerja pura subak, konsep ekopedagogi, dan model
pembelajaran lintas budaya menjadi sumber inspirasi dan elaborasi (penggalian, pendalaman,
pengkajian, ekstrapolasi dan implementasi) kegiatan tersebut. Fokus utama adalah konsep
perampian(jejaring kerja)Pura Kehen dengan 32 pura lain yang tersebar pada 4 Kelurahan dan 4 Desa

di sekitar Kota Bangli. Kegiatan yang dilaksanakan Juni sampai Desember 2013 menggunakan metode
pelatihan, pendampingan, pelibatan, dan sosialisasi. Luaran IbW berupa buku perampian Pura Kehen,
sekaa teruna(karang taruna) yang terlatih menabuh gong semar pegulingan dan seni tarisakral
Calonarang Tantri, kesatuan tafsir puja astawa (mantra pemujaan) di Pura Kehen, prasasti batu dengan
aksara Bali di Pura Kehen, dan buku ajar untuk siswa yang mengintegrasikan antara hasil penelitian
Partnership Engagement for Enhanced in Research (PEER-USAID), dan IbW. Model ini menunjukkan
bahwa Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat dilaksanakan secara terpadu dalam bentuk kegiata n yang
kecil, lokal tetapi aksi nyata.
Kata kunci: jejaring kerja pura, ekopedagogi, pedagogi lintas budaya, elaborasi, dan aksi nyata.

engagement), dan institusi (institutional
engagement) dapat tercapai.
Tulisan ini memaparkan kegiatan ipteks
bagi wilayah (IbW) sebagai implementasi
model TDP secara terpadu. Konsep perampian
(jejaring kerja) Pura Kehen digunakan sebagai
studi kasus dalam merancang model, melalui
kegiatan
berskala
kecil,

memanfaatkan
keunggulan kearifan tradisional, dan bersifat
aksi yang nyata.

PENDAHULUAN
Sampai saat ini kegiatan pengabdian
kepada masyarakat (PkM) yang dilakukan oleh
berbagai
perguruan,
cenderung
belum
terintegrasi denganbidang pendidikan dan
penelitian. Bahkan pada banyak kasus, kegiatan
PkM perguruan tinggi justru menyerupai
kegiatan PkM yang dilakukan oleh institusi lain,
termasuk jenjang pendidikan yang lebih rendah:
bersifat tentatif, seremonial, tidak ada umpanbalik, dan kurang berkelanjutan. Padahal Tri
Dharma Perguruan Tinggi (TDP) seharusnya
dilaksanakan secara terpadu sebagai cerminan
kesatuan fungsi dari ketiga pilar perguruan

tinggi tersebut. Apalagi dalam Undang-undang
Nomor 12 tahun 2012 (tentang pendidikan
tinggi),menyebutkan
PkM
dilaksanakan
berdasarkan penalaran dan hasil penelitian.
Dengan demikian, dibutuhkan rancang bangun
PkM perguruan tinggi yang terpadu dengan
bidang
pendidikan
dan
penelitian
sehinggaprinsip pelibatan individu (personality
engagement),
masyarakat
(community

SUMBER INSPIRASI
Sumber inspirasi kegiatan adalah teori jejaring
kerja pura subak, konsep ekopedagogi, dan

model pembelajaran lintas budaya. Teori
jejaring kerja pura subak mengungkapkan
bahwa rangkaian pura subak yang saling terkait
satu dan yang lain, bukan hanya berfungsi
sebagai sarana ritual, tetapi memiliki peranan
praktis dalam pengelolaan kawasan secara
terpadu (Lansing, 2006, 2007), Ekopedagogi
adalah prinsip pendidikan yang mengarah pada
literasi ekologi, literasi budaya, dan literasi

25

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014

ISSN: 2087-118X

teknologi (Kahn, 2008). Sedangkan model
pembelajaran lintas budaya merupakan strategi
belajar dengan meniadakan sekat pembatas
antargenerasi, disiplin ilmu, lokal, regional dan

nasional (Surata et al., 2013, Surata, 2013a,b).
Berdasarkan inspirasi di atas, disusun
kegiatan PkM dengan fokus pada elaborasi
konsep perampian (jejaring kerja) Pura Kehen
Bangli, dengan asumsi bahwa konsep jejaring
kerja pura di Bali bukan hanya berlaku bagi
pura subak, tetapi terdapat pada berbagai pura
yang lain, termasuk Pura Kehen Bangli.
Elaborasi berarti kegiatan menggali, memahami,
mengesktrapolasi, dan memanfaatkan secara
mendetail melalui kepedulian yang mendalam.
Elaborasi dikembangkan dengan menggunakan
prinsip ekopedagogi, dan pembelajaran lintas
budaya.
Tujuan kegiatan IbW tahap III (IbWIII)
menyusun
buku
perampian
untuk
disosialisaikan

kepada
generasi
muda,
memfasilitasi sarasehan kesatuan tafsir puja
astawa (mantra pemujaan), mendampingi
pelatihan dan pementasan kesenian sakral
Calonarang Tantri, membangun prasasti batu
dengan tulisan Aksara Bali sebagai sebagai
identitas dan menambah keunikan Pura Kehen,
dan menyusun buku untuk mengintegrasikan
kegiatan IbW (pengabdian) dalam satu unit
TDP.

secara partisipatif dengan melibatkan beberapa
pemuda setempat untuk melakukan wawancara
dan mengambil foto 32 pura yang tersebar pada
4 kelurahan, dan 4 desa di sekitar Kota Bangli.
Mereka juga dilibatkan secara aktif dalam
penyusunan naskah buku. Pendampingan dan
pelatihan gong semar pegulingan dan kesenian

Calonarang Tantri melibatkan ratusan sekaa
teruna dari Banjar Pande Bangli. Tim IbW
mendatangkan seorang pelatih gong dan
seorang pelatih tari dalam melatih sekaa teruna
tersebut.
Penyusunan kesatuan tafsir puja
astawa dilakukan dengan penelusuran berbagai
pustaka terkait dengan Pura Kehen, diskusi
dengan pemuka adat, dan lokakarya kesatuan
tafsir dengan mendatangkan lima pendeta yang
dianggap
memiliki
kemampuan
dalam
memahami prasasti dan tafsir mantra pemujaan
berdasarkan prasasti tersebut. Pembuatan
prasasti batu dilakukan dengan mendatangkan
material batu dari Pulau Jawa dan undagi (ahli)
yang menulis Aksara Bali pada batu dari Desa
Manukaya Gianyar. Penyusunan buku lanskap

budaya dilakukan oleh ketua tim dengan
mengintegrasikan hasil kegiatan penelitian yang
didanai dari hibah kompetitif Partnership
Engagement for Enhanced in Research (PEERUSAID), dan kegiatan IbW tahap I dan II.

METODE

Buku Perampian (Jejaring Kerja) Pura
Kehen

KARYA UTAMA DAN ULASAN
KARYA UTAMA

Kegiatan IbWIII berlangsung selama tujuh
bulan (Juni-Desember 2013) di sekitar Pura
Kehen Bangli, sekitar 45 kilometer timur laut
Kota Denpasar. Pura tersebut berlokasi di kaki
Bukit Bangli, dan berada tepat pada perbatasan
antara Kelurahan Cempaga dan Kelurahan
Kubu, Kabupaten Bangli. Berdasarkan prasasti

dan berbagai peninggalan sejarah Pura Kehen
termasuk pura kuno yang telah dibangun lebih
dari 2500 tahun lalu(ribuan tahun sebelum
Agama Hindu masuk ke Bali). Arstitektur pura
yang berundak-undak dengan candi gelung
(pintu masuk) besar dengan ratusan tangga yang
dihiasi dengan ratusan patung menjadikan pura
ini sebagai salah satu obyek wisata unggulan di
Kabupaten Bangli.
Kegiatan IbW menggunakan berbagai
metode. Penyusunan buku perampian dilakukan

Buku perampain Pura Kehen merupakan buku
tipis dengan tebal 50 halaman, dan dilengkapi
dengan berbagai foto berkualitas, yang diambil
oleh seorang fotografer muda asal kawasan
setempat. Buku ini mendeskrepsikan secara
singkat 32 pura yang termasuk dalam konsep
perampian (jejaring kerja) Pura Kehen (Gambar
1, kiri). Pura perampian terbentang dari Pura

Bukit Panakan di Kelurahan Kubu (bagian
utara) sampai Pura Bukit Jati di Desa Guliang
(sisi selatan), dari Pura Taman Sari di Desa
Sidembunut (Timur) sampai Pura Bukit
Demulih di Desa Demulih (barat).Salah satu
pura terkenal yang mendapat banyak kunjungan
dari Umat Hindu untuk melakukan upacara
melukat (membersihkan diri lahir dan batin)
adalah Pura Sudamala, berlokasi di dasar Tukad

26

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014

Sangsang, sekitar tiga kilometer barat laut kota
Bangli.
Konsep perampian merupakan satu
kearifan
tradisional
masyarakat

Bangli
mengkoordinasikan kawasan menjadi satu unit
kesatuan. Pura perampian berfungsi sebagai
pura jajar kemiri(jejaring kerja pura) yang
memperkuat peranan Pura Kehen sebagai pura
kahyangan jagat Bangli. Jajar kemiri berarti
seperti isi juringan dari daging buah kemiri,
yang tidak bisa dipisahkan antara satu dan yang
lain. Konsep perampian atau jajar kemiri
merupakan implementasi dari Tri Hita Karana
(filsafat Hindu Bali) dengan memposisikan
kawasan tersebut sebagai satu kesatuan
spiritual, sosial dan ekologi (Lansing& de Vet,
2012).

ISSN: 2087-118X

Sarasehan Tafsir Prasasti &Puja Astawa
di Pura Kehen
Prasasti di Pura Kehen, terdiri atas Prasasti
Kehen A, B, dan C (Gedong Kertia, 1981).
Prasasti Kehen A merupakan prasasti kelima di
Bali yang berangka tahun, setelah Prasasti
Sukawana, Bebetin, Trunyan A, dan Trunyan B.
Prasasti Kehen A berangka Isaka 804 (Tahun
883 Masehi) ditulis dengan Aksara Bali Kuno,
bukan Huruf Sansekerta (seperti yang sering
ditulis oleh beberapa ahli). Dalam Prasasti
Kehen disebutkan istilah Hyang Api (Dewa
Api), Hyang Tanda (Dewa Air), dan Hyang
Karimama (Dewa Angin). Kata “Hyang”
merupakan istilah Bali Kuno untuk sebutan
“pura”. Adanya ketiga dewa tersebut
memperkuat bukti bahwa Pura Kehen sudah
menjadi tempat persembahyangan sejak jaman
Bali Kuno (Bali sebelum memperoleh pengaruh
Kerajaan Majapahit). Pada saat itu, yang
disembah adalah dewa yang dianggap
mempengaruhi langsung kehidupan mereka
(api, air, dan udara). Dengan begitu puja astawa
di Pura Kehen mengarah kepada Tuhan Yang
Mahaesa dalam manifestasi sebagai ketiga dewa
tersebut (Ida Pedanda Wayahan Bun,
pers.comm., 24 Nopember 2013).
Diperkirakan tempat persembahyangan
pertama terletak di puncak bukit Bangli
(sekarang menjadi Pura Hyang Ukir ). Pada
kawasan itu terdapat kumpulan batu besar yang
ditata secara teratur. Batu tersebut bukan
berfungsi sebagai agnihorta (persembahyangan
dengan sarana api suci), seperti yang sering
disebutkan oleh berbagai kalangan. Hal itu
disebabkan pada bagian tengah batu tidak
terdapat cekungan untuk agnihorta . Batu yang
ditata demikian merupakan ciri khas tempat
persembahyangan dari orang Austronesia
(termasuk nenek-moyang dari sebagian besar
orang Bali sekarang).
Adanya tempat persembahyangan di bagian
puncak Bukit Bangli, mencerminkan peran
sentral Bukit Bangli bagi Kabupaten Bangli.
Dengan demikian seharusnya pelestarian
kawasan tersebut perlu diperhatikan. Pemkab
Bangli tidak cukup hanya memberikan bantuan
pada upacara keagamaan di Pura Kehen, namun
yang tidak kalah penting adalah membuat dan
menegakkan aturan agar kawasan sekitar Bukit

Pelatihan Gamelan “Semar
Peguliangan”, dan Pementasan
“Calonarang Tantri
Calonarang Tantri merupakan kesenian
sakral yang hanya dipentaskan tiga tahun sekali
di Pura Kehen, dan setahun sekali di
perempatan jalan utama Kota Bangli, yang
berlokasi di sebelah utara Banjar Adat Pande
Bangli. Calonarang Tantri berkisah tentang
peperangan abadi dharma (kebenaran) melawan
adharma (kejahatan). Keunikan dari ceritera
Tantri adalah memvisualisasikan berbagai
binatang yang bisa berbicara sebagaimana
layaknya manusia.
Sejak puluhan tahun Calonarang Tantri
tidak pernah dipentaskan lagi, karena sekaa
teruna (generasi muda) tidak berminat
menekuni kesenian tersebut. Di samping sulit,
kesenian tersebut juga jarang dipentaskan. Hal
itu menyebabkan minat sekaa teruna untuk
menekuni seni budaya Calonarang Tantri makin
menurun. Sejak 2011 (IbW tahap I) seni sakral
ini dibangkitkan, dan pada 2012 (IbW tahap II)
telah dipentaskan di Pura Kehen (Surata dkk, in
press).
Awal 2013 pengemong pura
memperoleh bantuan gong semar pegulingan
melalui dana Bansos seorang anggota DPRD
Bali. Tim IbW memfasilitasi pelatihan dan
pementasan Calonarang Tantri yang diiringi
gong semar pegulingan pada akhir Juni 2013
(IbWIII) (Gambar 1, tengah).

27

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014

ISSN: 2087-118X

pemerintahan kabupaten. Yang menjadi raja
saat itu adalah raja wilayah Bali(bukan hanya
Kabupaten Bangli). Revisi ulang tahun Bangli
seharusnya mengarah kepada sejarah Kerajaan
Bangli yang sekarang menjadi wilayah
Kabupaten Bangli. Dengan begitu, umur
Kabupaten Bangli jauh lebih muda dibanding
angka yang tertulis dalam Prasasti Kehen C.

Bangli tidak berubah fungsi, apalagi jika
digunakan untuk fungsi yang berlawanan
dengan makna kesucian kawasan. Hasil
sarasehan lain adalah mengenai ulang tahun
Kota Bangli, yang mengacu pada Prasasti C
Pura Kehen (Caka 1126 atau 1205 Masehi),
yaitu ketika era Raja Bali yang ke-18 (Bethara
Guru Sri Adhikunti Kentana). Pada prasasti itu,
hanya disebut pakraman (setingkat desa), belum

Gambar 1. Lokasi 32 pura dalam buku perampian Pura Kehen (kiri), sekaa teruna latihan gong semar
pegulingan (tengah), narasumber dan peserta sarasehan kesatuan tafsir puja astawa Pura Kehen
(kanan).
dirangkum dalam konsep ekopedagogi: literasi
ekologi, literasi budaya, dan literasi teknologi
(Kahn, 2008, Surata, 2012). Pada saat ini buku
sedang disebarkan kepada guru dan siswa di
Bali melalui teknik membaca buku secara kritis
dan kreatif. Diharapkan pada akhir tahun 2014,
minimal menghasilkan lima skripsi (S1) tentang
berbagai pembelajaran kritis dan kreatif
berbasis buku tersebut.

Buku Lanskap Budaya: Integrasi
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Buku lanskap budaya subak (dicetak
3000 eksemplar oleh Unmas Press) merupakan
buku ajar yang terutama ditujukan kepada
siswa, guru, dan mahasiswa calon guru. Buku
tersebut memuat berbagai kegiatan penelitian
(terutama yang didanai dari hibah PEERUSAID), dan PkM (IbW tahap I dan II), yang

Gambar 2. Isi buku lanskap budaya subak: terintegrasi dengan IbW tahap 1 (kiri), dan tahap II (kanan)
.
menyesuaikan dengan candi gelung dan teras
Prasasti Batu dalam Aksara Bali
berundak-undak yang terletak di halaman luar
Prasasti batu bertuliskan Aksara Bali
Pura Kehen (Gambar 3). Dengan begitu selain
dimaksudkan untuk memberikan identitas khas,
khas, unik dan bernilai sejarah, prasasti juga
dan unik yang memberikan informasi sekaligus
diharapkan menambah nilai sakral dan estetika
juga melestarikan aksara sesuai dengan yang
Pura Kehen.
tertulis pada prasasti. Prasasti batu dibuat

28

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014

ISSN: 2087-118X

Gambar 3. Prasasti batu di jaba sisi Pura Kehen (kiri), tulisan aksara Bali pada prasasti batu (kanan)
pelibatan individu (personality engagement),
masyarakat (community empowerment), dan
institusi
(institusional
empowerment).
Keberhasilan model di atas tergantung pada
seberapa jauh kegiatan TDP dapat dilakukan
secara terintegrasi. Karena itu, PkM seharusnya
mengacu pada bidang pendidikan dan
penelitian, sebagaimana juga kedua dharma
tersebut memanfaatkan PkM sebagai referensi.
Implementasi TDP seharusnya membentuk
siklus yang saling berhubungan, dan saling
memperkuat antara ketiga dharma tersebut.
Bukan sebaliknya, dilaksanakan secara linier,
yang terpisah dan tidak saling berhubungan
.

Prasasti yang terbuat dari batu utuh seberat
lebih dari dua ton bertuliskan aksara Bali
sebagai berikut:
“Pura Kehen. Linggih Ida Bethara Hyang
Tanda”
“ Icaka jeladi long bujage”
Artinya Pura Kehen sebagai tempat berstana
Hyang Tanda (Tuhan Yang Maha Esa dalam
manifestasi beliau sebagai dewa air). Kata
“isaka ” berarti tahun menurut kalender Bali,
atau 79 tahun di belakang kalender Masehi.
Kata “jeladi” berarti 4 (empat), “long” berarti 0
(nol), dan “bujage berarti (8) delapan. Jika
ketiga angka itu digabung maka diperoleh Isaka
408. Namun bukan berarti Pura Kehen sudah
berdiri sejak Isaka 408 atau Tahun 487 Masehi.
Sebagai aksara Bali Kuno istilah jeladi, long,
bujage harus dibaca mulai dari kanan ke kiri
atau sama dengan membaca tulisan dalam
Bahasa Arab. Ketiga kata itu dibaca sebagai
bujage, long, jeladi atau 804(Jro Gede Kehen,
pers. comm, 27 Desember 2013). Dengan
demikian Pura Kehen sudah berdiri sejak Isaka
804 (Tahun 883 Masehi), seperti yang tertulis
dalam Prasasti Kehen A.

UCAPAN TERIMA KASIH
Hibah IbWIII berasal dari DIPA DP2M Dikti
Kemdikbud 2013. Sedangkan dana pendamping
berasal dari Balai Konservasi Budaya,
Pemerintah Propinsi Bali (melalui bantuan
sosial bidang kebudayaan). Buku Lanskap
Budaya Subak didanai dari Hibah PEERUSAID. Ucapan terima kasih disampaikan
kepada mahasiswa, pemuka agama, tokoh adat,
dan masyarakat di Kelurahan Cempaga & Kubu
yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan
ini.

KESIMPULAN
Elaborasi konsep perampian Pura Kehen
menunjukkan bahwa PkM dapat dilaksanakan
secara terintegrasi dengan bidang penelitian,
dan pembelajaran (community-service and
research-based learning ). Berbagai teori
tentang
kearifan
tradisional
yang
dikembangkan oleh pakar asing perlu
diimplementasikan
dalam
bentuk
yang
sederhana, lokal tetapi nyata. Pada satu sisi hal
itu dapat memudahkan pemahaman tentang
aspek sains dalam kearifan tradisional. Pada sisi
yang lain, implementasi dapat mendorong

DAFTAR PUSTAKA
Gedong Kertia, Singaraja. 1981. Salinan
prasasti perunggu Pura Kehen dalam
Bahasa Indonesia dan Bahasa Bali.
Kahn, R. (2008). From Education for
Sustainable Development to Ecopedagogy:
Sustaining Capitalism or Sustaining Life?
Green Theory & Praxis: The Journal of
Ecopedagogy Volume 4 (1), diakses dari
http://antiochla.academia.edu/ecopedagogy,
pada 19 Mei 2012.
Lansing, J. S., & de Vet, T. A. (2012). The
functional role of Balinese Water Temples:

29

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014

ISSN: 2087-118X

Surata, S. P. K. (2013b). Incorporating Bali’s
Subak into Primary and Secondary School
Curriculum. Poster yang dipresentasikan
dalam the Asia Regional PEER Science
Participants’ Conference in Bangkok.
Hosted by the National Academies, USA
Thailand, 30 Sep- 4 Oct 2013.

A response to critics. Human Ecology, 40,
453-467.
Lansing, J. S. (2006). Perfect Order:
Recognizing Complexity in Bali. Princeton:
Princeton University Press.
Lansing, J. S. (2007). Priests and
Programmers: Technologies of Power
in
the EngineeredLandscape of Bali. 2nd Edit.
Princeton: Princeton University Press.

Surata, S.P.K. (2013c). Surata, S.P.K. (2013).
Lanskap Budaya Subak: Belajar dari Masa
Lalu untuk Membangun Masa Depan .
Denpasar: Unmas Press.

Surata, S. P. K., Jayantini, I. G. A. R., Lansing,
J. S. (2013). Sustainable Learning:
Encourage
Teacher
Training
in
Incorporating Traditional Knowledge into
Modern
Science.
Makalah
yang
dipresentasikan dalam The International
Conference on Education and Research.
Hosted by the Seoul National University,
Seoul 16-19 October 2013.

Surata, S.P.K., Arnawa, I K., Widnyana, I K.,
Raka I D.N, & Maduriana, I M. “Ngayah”:
Pelibatan mahasiswa calon guru dalam
implementasi ipteks bagi wilayah berbasis
pendidikan
untuk
pembangunan
berkelanjutan, dan pariwisata budaya.
Jurnal Aplikasi Ipteks “Ngayah” (in press).

Surata, S.P.K. (2013a). Pembelajaran Lintas
Budaya: Penggunaan Subak sebagai Model
“Ecopedagogy”.
Paper
yang
dipresentasikan pada Kongres Kebudayaan
Bali ke-2 di Inna Bali Beach Hotel, Sanur
Denpasar, 24-25 Sept2013.

.

30

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI LOAD BALANCING DAN FAIL OVER UNTUK MENDUKUNG PRAKTIKUM JARKOM 2

6 80 14

IMPLEMENTASI MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 STUDI KASUS PENGONTROL SUHU ALIRAN AIR DALAM PIPA DENGAN METODE KONTROL FUZZY LOGIK

28 240 1

PERAN PERAWAT DALAM IMPLEMENTASI KOLABORATIF PEMBERIAN TERAPI INSULIN SEBAGAI TINDAKAN DALAM PENURUNAN KADAR GULA DALAM DARAH PADA KLIEN DENGAN HIPERGLIKEMI DI RUANG AIRLANGGA RSUD KANJURUHAN KEPANJEN TAHUN 2012

1 55 23

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

DISKRIMINASI PEREMPUAN MUSLIM DALAM IMPLEMENTASI CIVIL RIGHT ACT 1964 DI AMERIKA SERIKAT

0 34 14

IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN MENGENAL UNSUR BANGUN DATAR KELAS II SDN LANGKAP 01 BANGSALSARI

1 60 18

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI TANJUNG KARANG PERKARA NO. 03/PID.SUS-TPK/2014/PT.TJK TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DANA SERTIFIKASI PENDIDIKAN

6 67 59