KAJIAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU IKAN CAKALANG ASAP Katsuwonus pelamis L DI KABUPATEN GORONTALO

1

2

KAJIAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU IKAN CAKALANG ASAP
(Katsuwonus pelamis L.) DI KABUPATEN GORONTALO
Rieny Sulistijowati S.* dan Lukman Mile*
*Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Negeri Gorontalo
email: rinysulistijowati@gmail.com

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pada unit pengolahan ikan asap di Kabupaten Gorontalo yang
bertujuan untuk 1. Mengetahui mutu dan keamanan bahan baku maupun produk ikan asap; 2.
Mengetahui tingkat penerapan Program Kelayakan Dasar; 3. Mengetahui korelasi antara
sudut post rigor mortis dengan nilai organoleptik bahan baku; 4. Mengetahui korelasi ganda
antara nilai organoleptik bahan baku dan tingkat penerapan Program Kelayakan Dasar
dengan nilai organoleptik produk; 5. Mengetahui korelasi masing-masing antara pendidikan
dan pengalaman usaha para pengolah dengan tingkat penerapan Program Kelayakan Dasar; 6.
Menentukan Critical Control Points (CCP) pada pengolahan ikan asap di Kabupaten
Gorontalo. Metode penelitian adalah observasi dengan subyek penelitiannya adalah unit

pengolahan ikan asap di Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 3 unit tersebar di Kecamatan
Telaga Biru,Tilango dan Pilohayanga. Seluruh unit pengolahan dijadikan sampel penelitian,
pengujian meliputi uji organoleptik ikan asap berdasarkan SNI 2725.1:2009; uji kandungan
total bakteri (Total Plate Count) berdasarkan SNI 01-2332.3-2006; uji total kapang (Total
Plate Count) berdasarkan SNI 2332.7:2009;uji histamin; berdasarkan SNI 2354.10:2009 uji
kadar air berdasarkan SNI-01-2354.2-2006.Hasil penelitian menunjukkan seluruh unit
pengolahan ikan asap belum memenuhi seluruh persyaratan Program Kelayakan Dasar yaitu
7;
Kadar air untuk UPI B >60%; Nilai TPC bakteri 1x103 koloni/g; Histamin < 90 µg/g; TPC
kapang 90%. Korelasi pendidikan tenaga pengolah ikan
asap dan nilai kelayakan dasar tidak ada korelasi.Titik control kritis terdapat pada tahap
penerimaan bahan baku. Untuk seluruh UPI ikan asap perlu ditingkatkan kelayakan dasar
antara lain konstruksi bangunan, sanitasi hygiene peralatan, karyawan dan lingkungan kerja.
Kata kunci: Mutu, pengasapan, ikan tongkol

467

tempat pengasapan ikan seperti tungku

1. Pendahuluan

Pengasapan ikan berbahan baku

pengasapan dan bahan pengasapan belum

cakalang adalah salah satu cara mengolah

sesuai dengan ketentuan Standar Nasional

dan

cukup

Indonesia (SNI) sehingga menghasilkan

populer di Gorontalo dan Sulawesi. Tujuan

produk yang dihasilkan kurang menarik

pengasapan pada ikan ada tiga hal;


konsumen. Hal lainya adalah terbatasnya

Pertama, mengolah ikan agar siap untuk

sarana sanitasi seperti air bersih, minimnya

dikonsumsi langsung; kedua, memberi cita

pengetahuan

rasa

produksi

mengawetkan

yang

khas


ikan

agar

yang

lebih

disukai

pengolah

yang

baik

tentang
dan

cara


kurangnya

konsumen; ketiga, memberikan daya awet

kapasitas es yang secara langsung dapat

melalui

berpengaruh terhadap mutu produk yang

pemanasan,

pengeringan

dan

reaksi kimiawi asap dengan jaringan

dihasilkan.


daging ikan pada saat proses pengasapan
berlangsung. Usaha pengolahan ikan asap
berpotensi untuk dikembangkan. Salah
satu aspek yang perlu dikaji adalam
pengembangan

usaha

tersebut

adalah

sistem pengendalian mutu ikan asap.
Umumnya

kegiatan pengolahan

Berdasarkan latar belakang tersebut
sebagai bagian dari unit usaha, unit

pengolahan ikan asap tentunya harus
memberikan

jaminan

terhadap

mutu

produk. Hal ini dapat terlaksana apabila
unit-unit pengolahan ikan asap mengacu
pada

kesepakatan

untuk

menerapkan

ikan asap yang dijumpai di kabupaten


Sistem Pengawasan Mutu sesuai dengan

Gorontalo, seperti sumber bahan baku,

konsep Hazard Analise Critical Control

fasilitas tempat pengolahan, sumber air

Point (HACCP), dengan demikian dapat

bersih, bahan pengasapan dan tenaga kerja

melakukan perbaikan-perbaikan terhadap

kurang menunjukkan peranannya dalam

kondisi yang ada maka penting sekali

pengawasan mutu produk. Berdasarkan


untuk mengetahui dan mempelajari system

penelitian pendahuluan yang dilakukan

pengendalian mutu yang diterapkan pada

menunjukkan daya serap pasar rendah

unit pengolahan ikan asap yang berada di

karena mutu produk yang dihasilkan

Kabupaten Gorontalo.

rendah.

Selain

fungsional


banyak

yang berhubungan

pemeliharaan
penerimaan

itu

mutu
bahan

seperti
baku

dan

fasilitas
dengan

tempat
tempat

pengolahan kurang memadai. Kondisi
467

Pada penelitian utama dilakukan uji

2. Metode Penelitian

produk meliputi uji mikrobiologi TPC

2.1 Bahan dan Alat

bakteri dan TPC kapang; Uji Histamin; Uji

Penelitian ini menggunakan ikan
asap yang diperoleh dari unit pengolahan

Kadar air. Selanjutnya menentukan CCP
pada proses pengolahan ikan asap.

ikan asap di Kabupaten Gorontalo. Media
Pengujian

Mikrobiologi

dan

kimia

menggunakan regen di LPPMHP Propinsi
Gorontalo

Seperti

NaCl,

PDA,

NA,

Prosedur Kerja
(SNI

1. Uji Organoleptik Ikan Asap
2725.1-2009)

Aquades, dll. Alat – alat yang digunakan

Untuk mengetahui mutu ikan asap secara

dalam penelitian ini adalah peralatan gelas

subyektif,

dilakukan

pengujian

(pipet, labu ukur, gelas ukur, gelas piala,

organoleptik.

Pengujian

organoleptik

tabung reaksi dan tungku pengasapan serta

merupakan cara pengujian dengan indera

sarana pengolahan di unit pengolahan ikan

manusia

asap

pengukuran daya penerimaan terhadap

2.2 Metode Penelitian

makanan. Sasaran alat indera ditujukan

Adapun penjabaran tahapan penelitiannya

sebagai

alat

utama

untuk

terhadap, daging, bau dan tekstur dengan
panelis yang digunakan adalah panelis

sebagai berikut:

semi terlatih yang berjumlah minimal 7
1. Penelitian pendahuluan

orang. Metode uji organoleptik ikan segar

Pada penelitian pendahuluan dilakukan

dipakai standar uji skoring (scoring test)

observasi terhadap ikan asap yang dijual di

yaitu dengan menggunakan skala angka 1

pasar untuk mendapatkan respon para

(satu) sebagai nilai terendah dan angka 9

konsumen degan cara wawancara dan

(sembilan) untuk nilai tertinggi. Batas

kuisioner. Selanjutnya dilakukan observasi

penolakan untuk produk adalah 5 (lima)

pada

artinya

unit

kelayakan

pengolahan

berupa

bangunan

dan

pengolahan,sanitasi.
merupakan

bagian

Uji
dari

studi

bila

produk

yang

di

uji

sarana

memperoleh nilai sama/lebih kecil dari 5

organoleptik

maka produk tersebut bermutu jelek/tidak

penelitian

layak di konsumsi (BSN, 2006). Skala

pendahuluan yang telah dilakukan oleh tim

angka

peneliti. Hasil penelitian organoleptik

dicantumkan

diperoleh nilai yang dipersyaratkan SNI di

organoleptik

mana nilai organoleptik ikan asap yaitu 7.

langsung memberikan penilaian pada score

dan

spesifikasi

asap

score

sheet

kemudian

panelis

dalam
yang

ikan

2. Penelitian Utama
468

sheet

tersebut.

Pada

score

sheet

Pengambilan

sampel

daging

ikan

dicantumkan spesifikasi dari produk yang

dilakukan dengan menggunakan pinset dan

merupakan keterangan yang jelas singkat

gunting

dan tepat yang terdapat

dimasukkan ke dalam plastik steril dan

informasi,

steril,

kemudian

sampel

instruksi dan responsi.

ditambahkan 250 mL NaCl fisiologis lalu

Untuk mencari nilai mutu ditentukan

dihomogenkan dengan stomacher selama 3

dengan mencari hasil rata – rata penilaian

menit. Penghitungan sel bakteri dilakukan

panelis pada taraf kepercayaan 95%.

dengan membuat seri pengenceran dalam

Untuk mendapatkan selang nilai mutu rata

larutan NaCl fisiologis. Satu mL sampel

– rata dari setiap panelis maka perlu

dicuplik ke dalam deretan pengenceran 10 -

perhitungan sebagai berikut.

1

– 10-9 yang masing-masing berisi 9 mL

fisiologis.
Tiga pengenceran terakhir
< µ < X + 1,96 x SNaCl
/
= 95%

a. x S /
P ( X – 1,96

pada sampel masing- masing dilakukan

b.

plating, lalu diinkubasi pada suhu 37oC
Keterangan : P

=

Selang nilai

selama 24 - 48 jam.

mutu rata – rata
X

= Nilai mutu rata –

S

= Simpangan baku

rata
Jumlah Bakteri per gram Sampel:

nilai mutu
n

=

Jumlah

1,96

= Koefisien

panelis

standar deviasi pada taraf 95%
2.

Perhitungan

Jumlah

Kontaminan (TPC) pada

Bakteri
Ikan

Asap (SNI 01-2332.3-2006 )
Sampel dihitung jumlah sel bakteri
kontaminannya dengan mengambil sampel
25 g daging ikan kemudian dihitung
jumlah bakterinya dengan metode Total
Plate Count (TPC) pada cawan petri

Dimana
N= adalah jumlah koloni produk,
dinyatakan dalam koloni per ml atau
koloni per g.
�C adalah jumlah koloni pada semua
cawan dihitung

n1 adalah jumlah cawan pada pengenceran
pertama yang dihitung
n2 adalah cawan pada pengenceran kedua
yang dihitung
d adalah pengenceran pertama
dihitung

yang

dengan medium Nutrien Agar (NA).
469

lebih dari 100 mm Hg selama selama 16Perhitungan Total Plate Count (TPC)
kapang Pada Ikan Asap (SNI 01-2332.32006 )
Prinsip: Pertumbuhan jamur aerob dan
anaerob

(psikrofilik,

mesofilik

dan

24 jam. Penentuan berat air dihitung secara
gravimetri berdasarkan selisih berat contoh
sebelum dan sesudah contoh dikeringkan.
Uji

Histamin

dengan

metode

Spektroflorometri (SNI 2354.10:2009)

termofil) setelah contoh ditumbuhkan pada
media agar dan diinkubasi pada suhu

Histamin

diekstrak

dari

jaringan

mikroorganisme

daging contoh menggunakan metanol dan

(misalnya anaerob fakultatif, mesofil )

sekaligus mengkonversi histamin ke dalam

suhu 30oC ±1oC selama 2x24 jam, maka

bentuk OH. Zat-zat histamin selanjutnya

jamur

dan

dimurnikan melalui resin penukar ion dan

membentuk

diubah ke bentuk derivatnya dengan

sesuai

lingkungan

tersebut

akan

berkembang biak

tumbuh

dengan

koloni yang dapat langsung dihitung.

senyawa OPT. Besarnya fluoresensi diukur

Penentuan Angka Lempeng Total dapat

secara

dilakukan cara agar tuang/pour plate yaitu

gelombang exitasi 350 nm dan 444 nm.

dengan menanamkan contoh ke dalam

Konsentrasi histamin dihitung dengan
rumus:

cawan petri terlebih dahulu kemudian

fluorometri

Kadar

panjang

iU Sampel- A

ditambahkan media agar.
Perhitungan

pada

air

metode

B

Histamin (mg/Kg) =

× Fp

gravimetri pada Ikan Asap (SNI 012354.2-2006)

gr sampel
Keterangan : IU = Absorban sampel

Prinsip: Molekul air dihilangkan melalui

A dan B = Koefisien regresi linier

pemanasan dengan oven tidak vakum pada
suhu 105oC dengan tekanan udara tidak

Fp = Faktor pengenceran

Penentuan Critical Control Point (CCP) Proses Ikan Asap (Codex Alimentarius, 2009)

470

Tabel Penentuan CCP Ikan Asap
No

Tahapan

Q1

Q2

Q3

Q4

CCP

Ya/tidak

Ya/tdk

Ya/tdk

Ya/tdk

CCP/bukan

Ya/tidak

Ya/tdk

Ya/tdk

Ya/tdk

CCP/bukan

Proses
1.

Penerimaan
Bahan Baku
Sortir

2.

mutu

dan ukuran
Pencucian

3.

Penimbangan

Ya/tidak

Ya/tdk

Ya/tdk

Ya/tdk

CCP/bukan

4.

Penggaraman

Ta/tdk

Ya/tdk

Ya/tdk

Ya/tdk

CCP/bukan

5.

Pengasapan

Ya/tdk

Ya/tdk

Ya/tdk

Ya/tdk

CCP/bukan

6.

Pengemasan

Ya/tdl

Ta/tdk

Yatdk

Ya/tdk

CCP/bukan

Analisis Data

umum

tingkat

Data primer dikumpulkan dengan cara

Kelayakan Dasar seperti tersaji pada Tabel

observasi

1.

dan

wawancara,

dan

data

penerapan

Program

sekunder dikumpulkan dengan cara studi

Tabel 1. Deskripsi Umum Tingkat

literatur. Data primer dianalisis dengan

Penerapan Program Kelayakan Dasar

menggunakan

analisis

deskriptif

pada Pengolahan Ikan Asap di Kabupaten

kuantitatif, Analisis statistika deskriptif
dan analisis korelasi.

Gorontalo
Lokasi Unit
Pengolah Ikan
Asap

3. Hasil dan Pembahasan

A

Tingkat
Penerapan
Program
Kelayakan
Dasar (%)
52

B

54

C

69

3.1 Tingkat Penerapan Kelayakan Dasar
Unit Pengolahan Ikan Asap
Studi kelayakan dasar dilakukan bertujuan
untuk

mengetahui

pengolahan.

kondisi

Prosedur

tempat

operasional

sanitasi/higiene dan cara berproduksi pada
pengolahan

di

penelitian

kelayakan dasar pada Tabel 1 diperoleh

Gorontalo dibandingkan dengan Program

data bahwa UPI A telah melaksanakan

Dasar,

asap

data

Kabupaten

Kelayakan

ikan

Berdasarkan

diperoleh

deskripsi
468

kelayakan dasar 52%, UPI B 54% dan UPI

memiliki

C 69%.

Diketahui bahwa seluruh unit

permanen yang merupakan bantuan dari

pengolahan ikan asap belum memenuhi

instansi terkait, penanganan bahan baku

seluruh persyaratan Program Kelayakan

dari TPI ke unit pengolahan menggunakan

Dasar. Seharusnya minimum persyaratan

pendinginan

yang harus dipenuhi dari persyaratan yang

kebersihan lingkungan dan karyawannya

dituangkan adalah 80% (Dirjen Perikanan,

cukup baik. Hal tersebut didukung oleh

1993). Hasil wawancara dengan pemilik

pelatihan yang telah mereka ikuti dari

dan pengolah ikan di UPI C menjelaskan

dinas Perikanan maupun intansi lainnya.

bahwa mereka sering mengikuti pelatihan
oleh instansi terkait perihal cara mengolah

bangunan

es,

pengasapan

serta

ikan

lingkungan

3.2 Mutu Bahan Baku Ikan Asap
Nilai Organoleptik bahan baku ikan

yang baik serta peran sanitasi pada

asap adalah ikan tongkol

karyawan selama pengolahan.

dan ikan

cakalang segar. Data nilai organoleptik
Secara

keseluruhan

persyaratan

A,B dengan C. UPI A dan B ruang

ikan segar ditampilkan pada Tabel 2 dan
Gambar 1.

pengasapannya belum permanen, masih
terbuat dari bangunan sederhana terdiri

Tabel 2. Data Nilai Organoleptik Ikan
Segar

dari tiang-tiang bamboo dan atap daun
kelapa. Penanganan bahan baku dari TPI
Lokasi

ke unit pengolahan tanpa pendinginan

menggunakan es, serta sanitasi lingkunganTelaga Biru
pengolahan

belum

terjaga,

kurangnyaTilango

fasilitas sanitasi. Untuk UPI C telahPilohalangan

Ulangan 1

Ulangan 2

Total

Rataan

8.11

7.57

15.68

7.84

8.18

7.93

16.11

8.1

8.33

8.19

16.52

8.26

468

Gambar 1. Histogram Organoleptik Ikan Segar

Berdasarkan

Gambar

Histogram

lendir, bau, tekstur daging. Bahan baku

oganoleptik ikan segar bahan baku ikan

ikan segar umumnya diperoleh dari TPI

asap untuk ketiga unit pengolah ikan asap

Gorontalo.

di Kabupaten Gorontalo menunjukkan

umumnya ikan yang tidak terjual pada pagi

nilai di atas 7, artinya secara organoleptik

hari yang diterapkan pada ketiga UPI

ikan segar yang dipakai masih memenuhi

umumnya sama. Ada beberapa aspek yang

persyaratan SNI ikan segar dilihat dari

membedakan kelayakan dasar dari UPI

penilaian

dan dimanfaatkan untuk ikan asap.

penampakan,

1.

mata,

insang,

Ikan

segar

yang

dipakai

rasa, tekstur, jamur dan lendir. Adapun
data

hasil uji organoleptik keempat

sampel ikan cakalang asap dapat dilihat

3.3 Mutu Produk Ikan Asap

pada Tabel 3 dan Gambar 2.

Nilai Organoleptik Ikan asap
Analisis

organoleptik

dilakukan

Tabel 3. Data Nilai Organoleptik Ikan
Asap

oleh

panelis semi terlatih sebanyak 10 orang.
Penilaian pada analsis organoleptik ini Lokasi

Ulangan 1

Ulanhgan 2

Total

Rataan

berdasarkan uji mutu hedonik dengan

A

7.5

7.4

14.9

7.45

parameter yang diujikan dalam pengujian

B

7.86

7.9

15.8

7.88

C

8.13

8.1

16.2

8.12

organoleptik meliputi penampakan, bau,

468

Gambar 2. Histogram Organoleptik Ikan Asap
Berdasarkan histogram organoleptik

menyebabkan pembentukan warna, rasa

ikan asap dari ketiga lokasi UPI ikan asap

dan aroma ikan asap yang spesifik.

di Kabupaten Gorontalo di atas nilai 7,

Semakin lama waktu pengasapan dan

artinya masih memenuhi syarat SNI -01-

banyaknya

2346-2006 ikan asap yaitu 7. Perbedaan

digunakan

akan

nilai organoleptik dari setiap lokasi UPI

bertambahnya

komponen

disebabkan oleh perbedaan bahan baku

menempel pada ikan, sehingga warna, rasa

dimana UPI A dan B ikan cakalang

dan aroma yang dihasilkan juga akan

sedangkan UPI C ikan tongkol. Selain itu

berbeda dari tiap produsen, dikarenakan

metode pengasapan dimana UPI A dan B

metode proses pengasapan yang digunakan

menggunakan kayu bakar sedangkan UPI

juga berbeda. Begitupun dengan tekstur,

C campuran kayu bakar dan sabut kelapa

semakin lama waktu pengasapan, diduga

sehingga menghasilkan cita rasa yang

akan menyebabkan berkurangnya kadar air

berbeda

parameter

ikan asap sehingga dapat menyebabkan

organoleptik ikan cakalang asap antar

tekstur menjadi lebih keras. Sebaliknya

produsen diduga akibat jenis bahan bakar

bila kadar air tinggi menyebabkan tekstur

dan kepadatan asap yang menempel pada

menjadi lebih lunak.

ikan.

pula.

Senyawa

Perbedaan

volatil

pada

asap

(contohnya karbonil dan fenol) diduga
akan bereaksi dengan komponen protein
pada

ikan,

hal

ini

kemudian

akan

dalam

bahan

pengasap

yang

menyebabkan
asap

yang

Ikan

asap

memiliki

perbedaan

hal

rasa,

dikarenakan adanya

senyawa volatil yang beragam (Giullén

468

dan Errecalde, 2002). Perbedaan sumber

organoleptik

bahan

akan

dikemukakan oleh Simko (2005) yang

berbeda.

menyatakan bahwa beberapa faktor yang

Selanjutnya akan menghasilkan perbedaan

mempengaruhi kualitas produk ikan asap,

sifat

diantaranya

bakar

yang

menghasilkan

asap

sensoris.

digunakan
yang

Hal

tersebut

dapat

ikan

yaitu

asap.

yang

Seperti

berhubungan

diasumsikan bahwa reaksi antara senyawa

dengan proses pengasapan, seperti jenis

karbonil

umum

kayu/bahan bakar, komposisi asap, suhu,

berperan terhadap pembentukan warna

kelembaban, kecepatan dan kepadatan

pada permukaan produk asap, sedangkan

asap. Selain itu, adanya perbedaan tingkat

senyawa fenolik yang terserap ke dalam

penilaian panelis terhadap produk ikan

produk berperan menghasilkan rasa dan

asap, juga dapat dipengaruhi oleh adanya

aroma produk asap. Senyawa volatil

kebiasaan makan dan tradisi tiap daerah

spesifik khususnya senyawa fenolik yang

terhadap penerimaan dalam hal makanan.

dan

protein,

secara

dikombinasikan dengan teknik pengasapan
yang

berbeda,

secara

langsung

Kadar Air Ikan Asap
Nilai kadar air ikan asap dari ketiga

mempengaruhi karakteristik ikan asap
(Kjällstrand

dan

Petersson,

2001).

UPI

asap

di

Kabupaten

Gorontalo

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat

ditampilkan pada Tabel 4 dan Gambar 3.

dikatakan bahwa faktor teknik atau cara

Berdasarkan

pengasapan

pada

ditemukan perbedaan kadar air ikan asap

jumlah senyawa volatil pada ikan asap

dari ketiga lokasi UPI yaitu 52.96%,

sehingga

73.65% dan 43.51%.

sangat

dapat

berpengaruh

mempengaruhi

data

yang

diperoleh

468

Gambar 3. Histogram Kadar Air Ikan Asap
2725.1.2009

pengasapan yang tidak seragam, serta

persyaratan kadar air ikan asap maksimal

kualitas bahan pengasap yang digunakan

60%. Artinya untuk UPI A dan C telah

berbeda-beda seperti perbedaan kadar air.

memenuhi persyaratan mutu kadar air

Faktor-faktor

sedangkan

menyebabkan perbedaan kualitas ikan

Berdasarkan

UPI

SNI

B

belum

memenuhi

persyaratan karena nilainya di atas 60%
yaitu 73.65%. Beberapa faktor yang
memengaruhi kadar air ikan asap adalah

tersebut

diduga

akan

cakalang yang dihasilkan.
Total Plate Count Bakteri Ikan Asap

jenis ikan dan lama pengasapan. Dimana

Total bakteri ikan asap dari UPI

jenis ikan yang digunakan dari UPI B

asap Kabupaten Gorontalo diperoleh data

cakalang ukuran di atas 1 kg dan lama

seperti pada Tabel 5 dan Gambar 4.

pengasapan kurang dari 3 jam dan selama
pengasapan

panas

untuk

pengasapan

Tabel 5. Data TPC Ikan
Asap (koloni/g)

kurang sehingga air yang terserap oleh
Ulangan
1

Ulangan
2

A

7000

12000

19000

9500

yang sering dijumpai yaitu lama waktu

B

18000

12000

30000

15000

proses yang tidak seragam, jumlah bahan

C

2800

3400

6200

3100

asap tidak maksimal.
Lokasi

Seperti dikemukakan oleh Isamu, et

Total

Rataan

al. (2012) bahwa beberapa permasalahan

pengasap yang tidak seragam, suhu ruang
468

Gambar 4. Histogram TPC Ikan Asap

Pada Gambar 4 tampak bahwa jumlah

paas seperti Bacillus yang memiliki spora

bakteri pada ikan asap yang diperoleh dari

masih bertahan hidup. Apalagi setelah ikan

ketiga UPI asap berbeda-beda, Nilai TPC

asap

tertinggi dari UPI B 15.000 atau 1.5x104

pengemasan yang baik. Tingginya jumlah

koloni/g, kemudian UPI A 9500 atau

bakteri pada ikan asap kemungkinan

3

masak

tidak

diikuti

dengan

9.5x10 koloni/g dan paling rendah nilai

disebabkan telah terjadi kontaminasi dari;

TPC dari UPI C 3.100 atau 3.1x103

lingkungan, pekerja, peralatan dan wadah

koloni/g. Jika melihat persyaratan SNI

yang digunakan selama proses penanganan

2725.1.2009 TPC ikan asap maksimal

ikan sebelum pengasapan dan sesudah

1x105. Walaupun semua sampel ikan asap

pengolahan ikan asap. Meskipun demikian

dari ketiga UPI masih di bawah ambang

setelah proses pengasapan, asap yang

batas namun perlu dicermati berdasarkan

terkandung pada daging ikan asap dapat

studi kelayakan sanitasi dan hygiene

menekan pertumbuhan

semuanya masih kurang. Sehingga rentan

TPC.

terkontakinasi bakteri selama pengolahan

kandungan yang ada pada asap yang dapat

maupun

menghambat

transportasi.

Meskipun

TPC

bakteri yang tidak tahan panas tidak dapat

Hal

ini

jumlah bakteri

disebabkan

pertumbuhan

karena

bakteri

(Sulistijowati et al,2011).

hidup, tetapi untuk bakteri yang resisten
467

Tabel 6. Data Kadar Histamin (µg/g)

Kandungan Histamin Ikan Asap
Hasil

penelitian

kandungan
Lokasi

Ulangan 1

pada Tabel 6, di mana histamin UPI A

A

89.82

89.6

179.42

89.71

89.71 µg/g, UPI B 72.37 µg/g dan UPI C

B

69.87

74.88

144.75

72.375

C

49.88

69.9

119.78

59.89

histamine ikan asap diperoleh data seperti

59.89 µg/g.

Ulangan 2

Total

Rataan

Gambar 5. Histogram Histamin Ikan Asap

Berdasarkan

kandungan

keberadaan senyawa histidin (C6H9N3O2)

Kabupaten

dalam daging ikan. Histidin adalah asam

Gorontalo tampak cukup tinggi untuk UPI

amino esensial yang ditemukan pada

A diikuti UPI B dan UPI C. Berdasarkan

protein hewan. Keberadaannya didalam

SNI 2725.1.2009 persyaratan histamine

tubuh manusia untuk produksi sel darah

ikan asap maksimal 100 mg/kg, sehingga

merah

sampel dari ketiga lokasi UPI tersebut

pertumbuhan dan memperbaiki jaringan,

masih

SNI.

serta untuk melindungi tubuh dari masalah

Histamin ini menjadi sangat pengting

kerusakan syaraf akibat radiasi (Satriyo et

untuk

kelompok

al, 2012). Berdasarkan pernyataan tersebut

Scombroide karena tidak terlepas dari

dapat dikatakan bahwa senyawa histidin

histamine

histogram

ikan

jauh

ikan

di

asap

dari

bawah

asap

standar

dari

dan

sel

darah

putih,

untuk

468

merupakan

senyawa

yang

sangat

dibutuhkan oleh tubuh dalam menjaga

Tabel 7. Data TPC Kapang Ikan Asap
(koloni/g)

kesehatan.
Lokasi
A

Ulangan
1
40

Ulangan
2
39

Total
79

Rataan
39.5

yang aman untuk dikonsumsi adalah

B

28

28

31

28

60%; Nilai TPC bakteri
1x103 koloni/g; Histamin < 90µg/g; TPC
kapang 90%
5. Korelasi pendidikan tenaga pengolah
ikan asap dan nilai kelayakan dasar tidak
ada korelasi.

(>100 ppm) pada suhu di atas 15 °C
dengan lama < 24 jam dan spesies yang

6. Titik control kritis terdapat pada tahap

memproduksi histamin dalam jumlah kecil

penerimaan bahan baku.

(< 25 ppm) pada temperatur 30 °C selama

4.2 Saran

> 48 jam. Karena itu setelah ikan mati,
Untuk seluruh UPI ikan asap perlu

pendinginan dan pembekuan yang cepat,
merupakan tindakan yang sangat penting
dalam strategi mencegah pembentukan
scombrotoxin.
terbentuk

bila

Histamin
ikan

tidak

selalu

akan

disimpan

dibawah suhu 5 °C (Taylor, 2002).

ditingkatkan kelayakan dasar antara lain
konstruksi bangunan, sanitasi hygiene
peralatan, karyawan dan lingkungan kerja.
5. Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih, penulis sampaikan
kepada Direktorat Jenderal Perguruan

4. Simpulan dan Saran

Tinggi

Kementerian

Pendidikan

dan

4.1 Simpulan

Kebudayaan

1. seluruh unit pengolahan ikan asap

penelitian

belum

Universitas Negeri Gorontalo tahun 2013.

memenuhi

seluruh

persyaratan

yang
ini

telah

melalui

membiayai
dana

PNBP

Program Kelayakan Dasar yaitu