KONFLIK PEMBEBASAN LAHAN DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) KOTA PALU | Lembah | GeoTadulako 9007 29527 1 SM

KONFLIK PEMBEBASAN LAHAN
DALAM PEMBANGUNAN
KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)
KOTA PALU

NURAFWA YUDITA LEMBAH

JURNAL

PROGRAM STUDI STRATA 1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2017

1

ABSTRAK

Nurafwa Yudita Lembah, 2017. Konflik Pembebasan Lahan dalam Pembangunan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu Skripsi, Program Studi S1 Pendidikan Geografi, Jurusan

Pendidikan Ilmu PengetahuanSosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Tadulako, Pembimbing (I) Aziz Budianta (II) Iwan Alim Saputra.

Penelitian dilaksanakan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tahap I, Kelurahan Baiya,
Kecamatan Tawaeli Kota Palu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, luas
dan sebaran lahan yang belum terbebas dengan pemetaan dan analisis peta; analisis faktor
penyebab belum selesainya pembebasan lahan; dan merumuskan strategi pemecahan masalah
konflik pembebasan lahan . Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan
pendekatan keruangan. Populasi dalam penelitian ini merupakan pemilik lahan (sebanyak 186)
yang berada di wilayah KEK Kota Palu Tahap I (Kel. Baiya, Kec. Tawaeli). Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik non random sampling dengan mengambil sampel pemilik
lahan yang belum membebaskan lahannya sebanyak 72 responden. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lahan Pembangunan KEK Kota Palu Tahap I belum semua terbebaskan.
Hal ini merujuk pada luas dan sebaran lahan yang belum terbebas seluas 131.292,3 m2
(13,129 Ha) yang tersebar di RT 12 dan RT 11 RW 06; Faktor penghambat belum
terbebasnya lahan antara lain: (1) Belum sesuainya Uang Ganti Rugi (UGR) yang diharapkan
masyarakat dari penyelenggara KEK; (2) Keberadaan tanah “budel” (tanah belum
bersertifikat yang disebabkan oleh kepemilikan lahan atau tanah keluarga secara bersama); (3)
Adanya pengakuan hak milik atas tanah namun tanpa bukti berupa sertifikat; (4) dan adanya
isu bahwa KEK ini akan dikelola oleh pihak swasta sehingga menimbulkan pro dan kontra

dari masyarakat; Langkah strategis pemecahan masalah pembebasan lahan agar tidak
menimbulkan konflik yaitu: musyawarah untuk mufakat untuk penentuan kesepakatan harga;
kontrol pemerintah terhadap pihak swasta; transparansinya rencana pembangunan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu; dan sinergitas antara masyarakat yang belum
terbebaskan lahannya dengan penyelenggara KEK (Pemerintah).
Kata Kunci: Konflik, Pembebasan Lahan, Kawasan Ekonomi Khusus

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: nurafwa.yudita16@gmail.com

2

ABSTRACT

Nurafwa Yudita Lembah, 2017. The Conflict Land Release in Special Economic Zones (SEZ)
Development in Palu. Skripsi, Geography Education Study Program, Social Science Educatio
Department, Teacher Training and Education Faculty, Tadulako University. Under
Supervisions of (1) Aziz Budianta and (2) Iwan Alim Saputra.
This research was conducted in Special Economic Zones stage I in Baiya village of Tawaeli
district. This research aims to identify the location, extent and distribution of land that has

not been freed with map mapping analysis; factor analysis was the cause of the completion of
land acquisition; and to make a strategy to solve the problem of land acquisition conflict.
This research used survey method with spatial approach. The population in this study was
186 land owners at Special Economic Zones in Palu stage I (Baiya village Tawaeli district).
Sampling was done by non random sampling technique by taking samples of land owners
who has not released the land as many as 72 respondents. The research results show that
land development in Special Economic Zones of Palu stage I has been unreleased yet. I refers
to the extent and distribution of land that has not been cleared area of 131.293,3 m2 (13,129
Ha) that spread in Neighborhood Groups 12 and Neighborhood Groups 11 Community
Groups 06. Inhibiting factors have not been free of land, among others: (1) Not match the
money conpensation expected of the community from the organizers of SEZ; (2) The existence
of “budel” land (land not yet certified due to ownership of land or family land together); (3)
The recognition of property rights to land without evidence of certificates; (4) and the issue
thas SEZ will be managed by the private sector so as to cause the pros cons of the community.
Strategic steps to solve land aquisition problems so as not to cause conflict; deliberation
agreement to determine price agreement, goverment control over the private sector, and
transparency of development plan Special Economic Zones in Palu.
Keywords: Conflict, Land Acquisition, Special Economic Zones

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.

Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: nurafwa.yudita16@gmail.com

3

Pendahuluan
Provinsi Sulawesi Tengah terus memacu pertumbuhan ekonomi wilayah. Beragam kebijakan
strategis dan program-program pembangunan terus digalakan agar mampu mendongkrak
kemajuan perekonomian daerah. Data resmi yang dirilis Bank Indonesia akhir Agustus 2015
menyebutkan bahwa perekonomian Sulawesi Tengah semakin meningkat dimana pada
triwulan pertama mampu mencapai pertumbuhan dua digit, yakni sebesar 17,76 persen.
Triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah hanya sebesar 9,51
persen.Pencapaian target pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah saat ini merupakan hasil
kerja keras bersama antara pemerintah daerah, pihak swasta, para pelaku usaha, perbankan
serta seluruh elemen masyarakat Sulawesi Tengah.
Guna mempercepat pembangunan perekonomian di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah dan
untuk menunjang percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional telah ditetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Kota Palu dipilih sebagai kawasan ekonomi khusus karena lokasinya yang memiliki
keunggulan antara lain keunggulan dari segi geoekonomi karena wilayah yang berdampingan
dengan Pelabuhan Pantoloan yang terletak di Teluk Palu, keunggulan geostrategis, dan lokasi

yang terletak pada Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang dilayari pelayaran
internasional. Kawasan Ekonomi Khusus tersebut memiliki status sebagai kawasan ekonomi
khusus untuk logistik, industri agro, industry pengolahan pertambangan dan industri
manufaktur yang baru diluncurkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2014. Berdasarkan
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Palu Tahun 2010 – 2030 (Perda No. 16
Tahun 2011) wilayah yang menjadi pusat Kawasan Ekonomi Khusus tepatnya berada di
Kecamatan Tawaeli.
Permasalahan utama yang muncul berkaitan dengan pembangunan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) di Kota Palu ialah masalah penyediaan lahan yaitu terkait dengan mekanisme
pembebasan lahan dari 1500 Ha luas usulan KEK, meliputi 400 Ha telah dibebaskan
(sebagian telah dimanfaatkan); 600 Ha tanah negara; dan

500 Ha

dalam tahap

pembebasan (Administrator KEK Kota Palu, 2014).
Persoalan pembebasan tanah atau pengadaan tanah menyangkut dua dimensi yang harus
ditempatkan secara seimbang yaitu kepentingan pemerintah dan kepentingan warga
masyarakat. Dua pihak yang terlibat yaitu penguasa dan rakyat harus sama-sama

memperhatikan dan mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai hal tersebut.
Apabila hal tersebut tidak diindahkan akan timbul persoalan-persoalan seperti yang kita baca

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: nurafwa.yudita16@gmail.com

4

dalam publikasi media masa dimana pihak penguasa dengan keterpaksaannya melakukan
tindakan yang dinilai bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) dan sebagainya.
Rakyat mau tidak mau harus melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang diyakininya
sebagai hak yang harus dipertahankan.
Hambatan-hambatan ini tentu saja menuai konflik antara masyarakat dengan pihak
penyelenggara pembangunan KEK Kota Palu. Belum ditemukannya titik terang yang ada
membuat pemerintah setempat turun tangan kembali. Perwakilan dari masyarakat yang
tanahnya sulit untuk dibeli mengajukan protes terhadap pemerintah, aksi protes ini berisi
permintaan masyarakat untuk meninjau ulang ukuran dan harga tanah yang sesuai. Mediasi
dengan cara tersebut masih belum mampu juga untuk meyakinkan masyarakat mengenai
pembangunan ini, hanya beberapa rumah saja yang mau menyetujui jalan tengah yang
diberikan oleh pemerintah.Tinjauan ulang yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai

dengan peraturan dan harga tanah yang berlaku. Masyarakat sulit sekali untuk menerima
negosiasi pembebasan lahan tersebut demi berjalannya pembangunan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Kota Palu. Selalu saja ada alasan yang dijadikan untuk menghambat
pembangunan ini. Selain harga tanah yang mereka minta dengan harga yang mahal, ada
beberapa penduduk yang mengklaim tanah eksisting merupakan milik mereka sehingga
menghambat pembangunan KEK Palu.
Berdasarkan data awal yang didapatkan terkait dengan upaya pembebasan lahan, hingga saat
ini pemerintah masih terfokus untuk pembangunan KEK tahap 1 (awal) yaitu seluas 100 Ha
dengan tujuan untuk menyediakan lahan kepada investor yang serius berinvestasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik meneliti kondisi pembebasan lahan tahap
1 di Kecamatan Tawaeli Kota Palu terkait dengan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Kota Palu dengan judul penelitian “Konflik Pembebasan Lahan dalam Pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu”.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penelitian survei
dan menggunakan pendekatan keruangan. Metode ini bertujuan untuk mengungkapkan suatu
keadaan atau masalah sesuai apa adanya serta mengungkapkan fakta-fakta yang berhubungan
dengan fenomena yang diteliti melalui pendeskripsian, pengembangan secara sistematis
faktual dan akurat.


Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: nurafwa.yudita16@gmail.com

5

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder dan data primer. Data
sekunder didapatkan melalui studi literatur untuk mengetahui informasi mengenai gambaran
umum dan kondisi fisik sosial. Data primer berupa hasil pengamatan dilapangan yang
didapatkan dari survei lapangan.
Data yang telah berhasil diperoleh, selanjutnya dikumpulkan menjadi satu dan kemudian di
analisis dengan cara analisis deskriptif kualitatif. Hasil data yang dianalisis ialah berupa data
kepemilikan lahan dan masterplan pembangunan KEK Kota Palu lalu diolah bersama data
hasil wawancara terhadap pemilik lahan (masyarakat) dan penyelenggara KEK (pemerintah),
yang kemudian data tersebut diekstraksikan dengan menggunakan teknik pemetaan sehingga
dapat diketahui lokasi, sebaran dan luas lahan yang belum terbebaskan serta faktor-faktor yang
menyebabkan belum terbebasnya lahan untuk pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Palu Tahap I. Berdasarkan data tersebut dapat menghasilkan pemecahan masalah atau
solusi terkait masalah pembebasan lahan dalam pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Kota Palu


Hasil dan Pembahasan
Lokasi, Luas Lahan dan Sebaran Lahan yang Belum Terbebas untuk Pembangunan
KEK Kota Palu Tahap I
Pembangunan

Kawasan

Ekonomi

Khusus (KEK) Kota Palu tahap I
berlokasi di Kelurahan Baiya. Hingga
saat ini pembangunan KEK Kota
terhambat oleh masalah pembebasan
lahan. Beberapa lokasi lahan yang
belum terbebas yaitu terletak di RT
12 dan RT 11 RW 06 Kelurahan
Baiya Kecamatan Tawaeli. Luas dan
sebaran lahan yang belum terbebas untuk pembangunan KEK Palu tahap I diketahui melalui
tahapan sebagai berikut: data kepemilikan lahan diubah menjadi data spasial yaitu data yang

memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian
penting yang berbeda dari data yang lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi
deskriptif (atribut). Langkah-langkahnya ialah dengan mencocokan data kepemilikan lahan
dengan pemilik dan lokasi lahan, kemudian mengambil koordinat lokasi dengan menggunakan
GPS, lalu data tersebut diolah dengan menggunakan aplikasi pemetaan ArcGIS. Hasil
Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: nurafwa.yudita16@gmail.com

6

penggabungan data tersebut dapat dilihat pada Gambar 1, ektraksi data spasial dari
penggabungan beberapa lahan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Ekstrasi Data Spasial dari Penggabungan Beberapa Lahan
2)

Lahan
1
2
3
4

5
6
Jumlah

Luas (M
2.811,19
2.273,01
58.511,95
30.872,42
20.493,4
16.330,73
131.292,3

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017

Faktor Penghambat Belum Terbebasnya Lahan untuk Pembangunan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Palu Tahap I
Pengetahuan Masyarakat Tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu
Pengetahuan masyarakat tentang KEK Kota Palu sangat penting, agar masyarakat tahu apa
saja fungsi dan manfaat KEK. Sehingga dalam proses membebaskan lahan akan lebih mudah
baik untuk masyarakat maupun penyelenggara KEK Kota Palu (Pemerintah).
Berdasarkan kuesioner mengenai pengetahuan masyarakat tentang KEK Kota Palu yang
disebarkan kepada 72 responden yaitu pemilik lahan yang belum terbebaskan lahannya di
pembangunan KEK tahap 1, melalui 7 pertanyaan dengan 3 kriteria jawaban menggunakan
analisis Sturges, diperoleh Range (R) atau jangkauan antara nilai maksimal, sehingga
diperoleh panjang intervalnya adalah 3,6. Cara menetukan kelas interval dapat dilihat pada
lampiran 3. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka data dikelompokkan dalam 3
kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Selanjutnya diperoleh hasil seperti pada tabel 2
sebagai berikut:
Tabel 2 Pengetahuan masyarakat tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu
No.
1

Kategori
Rendah

(≥9,6)

Frekuensi
11

Persentase
15,28

2

Sedang (9,6˃X 12,4 ≥)

58

80,56

3

Tinggi

(X ≥12,4)
Total

3
30

4,17
100,00

(%)

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa pengetahuan

masyarakat setempat tentang

pembebasan lahan dalam pembangunan KEK Kota Palu dapat dilihat pada tabel 4.22 di atas
dikategori sedang dengan persentasi 80,56%%, yang artinya pengetahuan masyarakat sudah
lumayan cukup.

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: nurafwa.yudita16@gmail.com

7

Pengetahuan Masyarakat Tentang Pembebasan Lahan dalam Pembangunan KEK
Kota Palu
Pengetahuan masyarakat tentang pembebasan lahan dalam pembangunan KEK Kota Palu
sangat penting, agar masyarakat tahu apa saja fungsi dan manfaat KEK. Sehingga dalam
proses membebaskan lahan akan lebih mudah baik untuk masyarakat maupun penyelenggara
KEK Kota Palu (Pemerintah). Berdasarkan kuesioner mengenai pengetahuan masyarakat
tentang pembebasan lahan dalam pembangunan KEK Kota Palu yang disebarkan kepada 72
responden yaitu pemilik lahan yang belum terbebaskan lahannya di pembangunan KEK tahap
1, melalui 7 pertanyaan dengan 3 kriteria jawaban menggunakan analisis Sturges, diperoleh
Range (R) atau jangkauan antara nilai maksimal, sehingga diperoleh panjang intervalnya
adalah 3,6. Cara menetukan kelas interval dapat dilihat pada lampiran 3. Berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan, maka data dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu tinggi, sedang dan
rendah. Selanjutnya diperoleh hasil seperti pada tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3 Pengetahuan Masyarakat Tentang Pembebasan Lahan dalam Pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
No.
1
2
3

Kategori
Rendah
(≥3,6)
Sedang (3,6˃X4,4 ≥)
Tinggi
(X ≥4,4)
Total

Frekuensi
0
18
54
30

Persentase
0
25
75
100

(%)

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa pengetahuan

masyarakat setempat tentang

pembebasan lahan dalam pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu dapat
dilihat pada tabel 4.23 di atas dikategori tinggi degnan persentasi 75%, yang artinya
pengetahuan masyarakat sudah begitu tinggi walaupun pada tingkat pendidikannya masih
rendah. Hal ini didorong dengan

sosialisasi yang tidak henti-hentinya diberikan oleh

pemerintah kepada masyarakat.

Partisipasi Masyarakat dalam Proses Pembebasan Lahan dalam Pembangunan KEK
Kota Palu
Partisipasi masyarakat dalam proses pembebasan lahan untuk pembangunan Kota Palu
sangat penting, karena masyarakat sebagai bagian dari penentu keberhasilan dari suatu
program pembangunan diharapkan partisipasinya dengan terlihat aktif. Sehingga dalam
proses membebaskan lahan akan lebih mudah baik untuk masyarakat maupun penyelenggara
KEK Kota Palu (Pemerintah).
Berdasarkan kuesioner mengenai Partisipasi masyarakat dalam proses pembebasan lahan
untuk pembangunan KEK Kota Palu

yang disebarkan kepada 72 responden yaitu pemilik

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: nurafwa.yudita16@gmail.com

8

lahan yang belum terbebaskan lahannya di pembangunan KEK tahap 1, melalui 7 pertanyaan
dengan 3 kriteria jawaban menggunakan analisis Sturges, diperoleh Range (R) atau
jangkauan antara nilai maksimal, sehingga diperoleh panjang intervalnya adalah 3,6.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka data dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu
tinggi, sedang dan rendah. Selanjutnya diperoleh hasil seperti pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4 Partisipasi Masyarakat dalam Proses Pembebasan Lahan untuk Pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
No.
1
2
3

Kategori
Rendah
(≥5,6)
Sedang (5,6˃X 6,4 ≥)
Tinggi
(X ≥6,4)
Total

Frekuensi
39
23
10
30

Persentase (%)
54,27
31,94
13,89
100,00

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa partisipasi masyarakat setempat dalam proses
pembebasan lahan dapat dilihat pada tabel 4 di atas dikategori rendah dengan persentasi
54,27%, yang artinya partisipasi masyarakat masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena
Nilai Uang Ganti Rugi (NJOP) belum sesuai dengan keinginan masyarakat.

Presepsi Masyarakat Terhadap Potensi Konflik Dalam Pembebasan Lahan Untuk
Pembangunan Kek Palu Tahap I
Skala yang digunakan untuk menganalisis presepsi masyarakat terhadap potensi konflik
dalam pembebasan lahan untuk pembangunan KEK Palu tahap I adalah skala likert dan
penentuannya tergantung pada skor ideal (kriterium) serta skor terendah kriterium. Kriteria
jawaban untuk setiap angket adalah empat pilihan jawaban, yakni 1) setuju, 2) Kurang setuju,
3) Setuju dan 4) Sangat Setuju.
Jika 1 angket diberikan kepada satu orang responden dengan jumlah keseluruhan pertanyaan
dalam angket sebanyak 6 pertanyaan maka skor ideal (kriterium adalah 4 x 6 x 1 = 24 jika
semua dijawab (sangat setuju), dan skor terendah adalah 1 x 6 x 1 = 6 jika semua dijawab
(sangat tidak setuju). Namun jika jumlah respondennya 72 orang maka berlaku formula (4 x 6
x 72 (jika semua pertanyaan dijawab sangat setuju)), dan (1 x 6 x 72) jika semua menjawab
sangat tidak setuju)) sehingga skor ideal (kriterium adalah 1728 dan skor terendah adalah
432.

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: nurafwa.yudita16@gmail.com

9

Tabel 5 Analisis Uji Coba Lapangan Berdasarkan Item JawabanMasing-Masing
Responden Terkait Presepsi Masyarakat Terhadap Kawasan Ekonomi Khusus Kota
Palu
No
1
2
3
4

Kategori Jawaban
Tidak Setuju
Kurang Setuju
Setuju
Sangat Setuju

Skor Dikalikan dengan Jumlah Jawaban
1 x0
2 x 21
3 x 410
4 x1
Jumlah

Jumlah
0
42
1230
4
1276

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017

Skor ideal (kriterium) untuk seluruh item pertanyaan angket = 1728 (4 x 6 x 72 (jika
semua responden semua menjawab sangat setuju)) dan 432 (1 x 6 x 72 (jika semua responden
menjawab tidak setuju)). Jumlah skor yang diperoleh untuk uji coba lapangan= 1276. Jadi
berdasarkan data tersebut dinyatakan bahwa tanggapan masyarakat terkait Presepsi
Masyarakat Terhadap Kawasan Ekonomi Khusus Kota Palu yakni hasil uji coba lapangan
dibahagi dengan skor ideal untuk seluruh item pertanyaan angket dikali dengan 100 persen
atau (1276 : 1728 x 100%) = 73,84% dari yang diharapkan (100%, artinya tanggapan
masyarakat terhadap KEK Kota Palu cukup tinggi.
Tabel 6 Analisis Uji Coba Lapangan Berdasarkan Item JawabanMasing-Masing
Responden Terkait Presepsi Masyarakat Terhadap Potensi Terjadinya Konflik
Pembebasan Lahan dalam Pembangunan KEK Kota Palu
No
1
2
3
4

Kategori Jawaban
Tidak Setuju
Kurang Setuju
Setuju
Sangat Setuju

Skor Dikalikan dengan Jumlah Jawaban
1 x0
2 x0
3 x 286
4 x2
Jumlah

Jumlah
0
0
1230
8
858

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017

Skor ideal (kriterium) untuk seluruh item pertanyaan angket = 1152 (4 x 4 x 72 (jika
semua responden semua menjawab sangat setuju)) dan 288 (1 x 4 x 72 (jika semua responden
menjawab tidak setuju)). Jumlah skor yang diperoleh untuk uji coba lapangan= 858. Jadi
berdasarkan data tersebut dinyatakan bahwa tanggapan masyarakat terkait Presepsi
Masyarakat Terhadap Potensi Terjadinya Konflik Pembebasan Lahan dalam Pembangunan
KEK Kota Palu yakni hasil uji coba lapangan dibahagi dengan skor ideal untuk seluruh item
pertanyaan angket dikali dengan 100 persen atau (858 : 1152 x 100%) = 74,48% dari yang
diharapkan (100%, artinya tanggapan masyarakat terhadap potensi terjadinya konflik
pembebasan lahan dalam pembangunan KEK Kota Palu cukup tinggi.
Tabel 7 Analisis Uji Coba Lapangan Berdasarkan Item Jawaban Masing-Masing
Responden Terkait Presepsi Terhadap Pencegahan Konflik Pembebasan Lahan dalam
Pembangunan KEK Kota Palu
No
1
2
3
4

Kategori Jawaban
Tidak Setuju
Kurang Setuju
Setuju
Sangat Setuju

Skor Dikalikan dengan Jumlah Jawaban
1 x0
2 x0
3 x 354
4 x6
Jumlah

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: nurafwa.yudita16@gmail.com

Jumlah
0
0
1062
24
1086

10

Skor ideal (kriterium) untuk seluruh item pertanyaan angket = 1440 (4 x 5 x 72 (jika
semua responden semua menjawab sangat setuju)) dan 360 (1 x 4 x 72 (jika semua responden
menjawab tidak setuju)). Jumlah skor yang diperoleh untuk uji coba lapangan= 1086. Jadi
berdasarkan data tersebut dinyatakan bahwa tanggapan masyarakat terkait Presepsi Terhadap
Pencegahan Konflik Pembebasan Lahan dalam Pembangunan KEK Kota Palu yakni hasil uji
coba lapangan dibahagi dengan skor ideal untuk seluruh item pertanyaan angket dikali
dengan 100 persen atau (1086 : 1440 x 100%) = 75,42% dari yang diharapkan (100%, artinya
tanggapan masyarakat terhadap pencegahan konflik pembebasan lahan dalam pembangunan
KEK Kota Palu cukup tinggi.
Berdasarkan data yang ditemukan di lapangan saat penelitian, beberapa alasan masyarakat
belum membebaskan lahan ialah karena masalah tanah yang belum bersertifikat yang
disebabkan oleh kepemilikan lahan atau tanah keluarga secara bersama atau biasa dikenal
dengan istilah tanah budel. Keberadaan tanah budel inilah yang berpotensi besar untuk
memicu terjadinya konflik. Beberapa responden yang memiliki tanah budel disajikan dalam
Tabel 8.
Tabel 8 Daftar Responden yang Memiliki Tanah Budel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Nama
Aliadin
Andi Pia
Harianto
Dirman
Nuriadin
Pesi Hasan
Irwan
Nirca
Alihere
Djuhali
Masrudin Saribondo
Rusdin
Samina
Firman
Bahran Ali
Irwanto
Maslipan
Kahala
Pasisala
Mahrudin
Latako
Arjan

2

Jenis Kelamin

Luas Lahan (M )

Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki

9.625
400
1.750
8.678
2.198
713
2.691
1.346
840
508
10.000
805
978
426
610
345
2.759
2.486
915
2.139
787
3.570
50.999

Total

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017

Tabel 8 menunjukkan daftar responden yang memiliki tanah budel berjumlah 22
responden dengan total lahan 50.999 M2

(51ha) lahan yang berstatus tanah budel.

Keberadaan tanah budel inilah yang berpotensi untuk terjadinya konflik. Sehingga
pemerintah harus bertindak tegas dan bijak dalam mengambil keputusan serta tidak memihak
pada pihak manapun melainkan sebagai penengah.

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: nurafwa.yudita16@gmail.com

11

Faktor penghambat belum terbebaskan lahan untuk Pembangunan KEK tahap 1
berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan maka peneliti menyimpulkan faktor
penghambat antara lain:
1. Masyarakat menyatakan setuju dengan pembebasan lahan namun uang ganti rugi yang
ditawarkan belum sesuai keinginan masyarakat.
2. Keberadaan tanah budel (tanah belum bersertifikat yang disebabkan oleh kepemilikan lahan
atau tanah keluarga secara bersama).
3. Pengakuan hak milik atas tanah namun tanpa bukti berupa sertifikat.
4. Masyarakat setempat sempat mendengar isu bahwa KEK ini akan di kelola oleh pihak
swasta sehingga sempat timbul prokontra dari masyarakat.

Pemecahan Masalah yang akan Ditempuh Oleh Penyelenggara KEK Palu Guna
Menyelesaikan Konflik Lahan Antara Penduduk Pemilik/Penguasa Lahan dengan
Pengelola KEK Palu/Pemerintah Kota Palu
Berdasarkan analisis peneliti, jika dihubungkan pendapat antara masyarakat dan pemerintah
sejauh ini belum ada konflik besar yang timbul dari upaya pembebasan lahan dalam
pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu, sebab koordinasi berupa
sosialisasi kepada masyarakat dari pemerintah cukup baik. Sebelumnya sempat ada beberapa
masalah yang timbul berupa pengakuan hak milik atas tanah namun tanpa bukti berupa
sertifikat, lalu pemerintah setempat dalam hal ini camat dan lurah langsung melakukan mediasi
terhadap pihak yang bermasalah lalu diselesaikan secara kekeluargaan.Selain itu 30% yaitu 22
dari jumlah responden merupakan pemilik tanah budel. Keberadaan tanah budel inilah yang
berpotensi menimbulkan konflik, karena jika tidak ditangani secara baik akan menimbulkan
konflik. Masalah lain yang timbul ialah, masyarakat setempat sempat mendengar isu bahwa
KEK ini akan di kelola oleh pihak swasta sehingga sempat timbul prokontra dari masyarakat
namun pemerintah langsung melakukan koordinasi langsung terhadap masyarakat yang kontra
lalu dijelaskan bahwa keterlibatan pihak swasta ialah sebagai penyedia dana atau investor
dalam

pembangunan

KEK

Kota

Palu

sementara

pemerintah

tetap

ikut

serta

didalamnya.Hingga saat ini upaya pemerintah setempat selaku penyelenggara pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu baik berupa sosialisasi yang tidak henti-hentinya
kepada masyarakat dan koordinasi dari pemerintah terhadap masyarakat mengenai
pembebasan lahan sudah cukup baik.
Pemecahan masalah atau solusi terkait masalah pembebasan lahan dalam pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu antara lain:
Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: nurafwa.yudita16@gmail.com

12

1.

Musyawarah untuk mufakat untuk penentuan kesepakatan harga;
Upaya ini harus terus dilaksanakan untuk menemukan kesepakatan harga. Apabila pada
akhirnya tidak terjadi kesepakatan, maka dapat dibawa ke meja hijau untuk diberikan
keadilan seadil-adilnya

2.

Kontrol pemerintah terhadap pihak swasta
Pemerintah harus tetap mengontrol pihak swasta selaku investor dalam pembebasan lahan

3.

Transparansinya rencana pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu;
Beberapa masalah yang terjadi adalah mundurnya waktu penyelesaian pembangunan KEK
Kota Palu sampai kurang terbukanya informasi terhadap public yang kadang
menimbulkan pertanyaan warga. Guna tidak menimbulkan masalah dimasa akan datang,
perlu adanya keterbukaan informasi proyek pembangunan ini sejak awal hingga akhir

4.

Sinergitas antara masyarakat yang belum terbebaskan lahannya dengan penyelenggara
KEK (Pemerintah);
Pembangunan wilayah dan sarana prasarana kota akan berjalan dengan baik apabila telah
terjalin sinergitas dan dukungan dari masyarakat yang bermukim di daerah tersebut.
Pemerintah dalam hal ini perlu mendengarkan apa yang dikeluhkan warga dan merspon
dengan solusi terbaik. Warga juga harus menyampaikan secara baik-baik apa yang menadi
masukan/saran kepada pemerintah.

Kesimpulan dan saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1.

Lokasi, luas lahan dan sebaran lahan yang belum terbebaskan dalam pembangun KEK
Kota Palu tahap I berlokasi Kelurahan Baiya. Beberapa lokasi lahan yang belum terbebas
lahannya yaitu tersebar di RT 12 RW 06 dan RT 11 RW, Kelurahan Baiya, Kecamatan
Tawaeli, Kota Palu. Luas Lahan yang belum terbebaskan dari hasil ekstrasi data spasial
dari penggabungan beberapa lahan yaitu 131.292,3 m2 atau sama dengan 13, 129 Ha;

2.

Faktor penghambat belum terbebaskannya lahan untuk pembangunan KEK Kota Palu
antara lain: belum sesuainya Uang Ganti Rugi (UGR) yang diharapkan masyarakat dari
penyelenggara KEK; keberadaan tanah budel (tanah belum bersertifikat yang disebabkan
oleh kepemilikan lahan atau tanah keluarga secara bersama); adanya pengakuan hak milik
atas tanah namun tanpa bukti berupa sertifikat; dan masyarakat setempat sempat

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: nurafwa.yudita16@gmail.com

13

mendengar isu bahwa KEK ini akan di kelola oleh pihak swasta sehingga sempat timbul
pro dan kontra dari masyarakat;
3.

Langkah-langkah strategis untuk pemecahan masalah untuk pembebasan lahan dalam
pembangunan KEK Kota Palu tahap I agar tidak menimbulkan konflik yaitu: musyawarah
mufakat untuk penentuan kesepakatan harga; kontrol pemerintah terhadap pihak swasta;
transparansinya rencana pembangunan KEK Kota Palu; dan sinergitas antara masyarakat
yang belum terbebaskan lahannya dengan penyelenggara KEK (Pemerintah).

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, kritik dan saran sangat dibutuhkan oleh
peneliti dalam hal memperbaiki hasil penelitian yang telah dilakukan. Saran peneliti baik
untuk masyarakat yang belum membebaskan lahannya dan penyelenggara KEK Kota
Palu/Pemerintah sebagai beikut:
1.

Bagi masyarakat yang belum terbebaskan lahannya
Sebagai bagian dari penentu keberhasilan dari suatu program pembangunan diharapkan
partisipasinya dengan terlihat aktif dalam setiap pertemuan/mediasi agak komunikasi antar
masyarakat dan penyelenggara KEK (pemerintah) terjalin dengan baik dan juga
masyarakat jangan mudah terprovokasi oleh pihak luar;

2.

Bagi pemerintah
Pemerintah harus lebih tegas terhadap masyarakat dalam usaha untuk mengkoordinasi
masyarakat untuk membebaskan lahannya untuk pembangunan KEK Kota Palu karena
jika salah mengambil tindakan sedikitpun dapat menimbulkan konflik dan juga
pemerintah yang juga merupakan tim negosiasi untuk membebaskan lahan dapat terus
mengupayakan langkah-langkah strategis lain apabila langkah-langkah yang selama ini
ditempuh belum mendapatkan hasil optimal.

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: nurafwa.yudita16@gmail.com

14

Daftar pustaka
Iskandarsyah, M. (2007). Dasar-Dasar Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan Umum.
Jakarta: Jala Permata
Janu Muhammad. (2015). Konflik dan Solusi Permasalahan Pembangunan
Jombor, Sinduad, Mlati, Sleman. Skripsi Pada Program Studi
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri

Flyover

Pendidikan Geografi,

Yogyakarta

Peraturan menteri dalam negeri No. 15 tahun 1975, tentang ketentuan ketentuan tentang
pembebasan tanah
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Cetakan Kedua). J akarta: PT
Gramedia Pustaka Umum.

Mahasiswa program Studi Pend. Geografi.
Penerbit: E-Journal Geo-Tadulako UNTAD Email: nurafwa.yudita16@gmail.com