KOMPOSISI JENIS VEGETASI HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) SIVIA PATUJU KABUPATEN TOJO UNA-UNA PROVINSI SULAWESI TENGAH | Muzaki | Jurnal Warta Rimba 8700 28564 1 PB

WARTA RIMBA
Volume 5, Nomor 1
Maret 2017

ISSN: 2579-6267
Hal: 43-48

KOMPOSISI JENIS VEGETASI HUTAN
PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)
SIVIA PATUJU KABUPATEN TOJO UNA-UNA
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Muhammad Shaffa Muzaki1) Sri Ningsih Mallombasang2) Sustri2)
Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno-Hatta Km. 9 Palu Sulawesi Tengah 94111
1)
. Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Korespondensi : shaffamuzaki@gmail.com
2)
. Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Abstract

Forest area in Indonesia divided into Forest Management Unity units(KPH) for the
implementation of efficiency and preservation of forest management. Research about the
composition of forest vegetation species of Forest Management Unity at Sivia Patuku was
conducted as an additional basic information in managing the forest preservely at Production
Forest Management Unity Sivia Patuju. The objective of the research was to find out the
composition of forest vegetation species at PFMU Sivia Patuju, Tojo Una-Una district Central
Sulawesi Province. The research was conducted on February to March 2015. The research
location was at Production Forest Management Unity Sivia Patuju. The method applied in the
research was done based on technical instruction of forest inventory on the area of Protected
Forest Management Unity and Production Forest Management Unity of Forestry Ministry. Plot
sampling on inventory of Production Forest Management Unity was a square form, with size
100 m x 100 m or 1 Ha large. Each plot consisted of 16 sub-plot, which each plot had size 25 m
x 25 m. On each sub-plot measured by standing parameters and growing places. The result
showed that dominant vegetation species on tree level was Nyatoh (Palaquium sp.) on function
of production and protected forest at Production Forest Management Unity Sivia Patuju with
each INP value 84,39 % and 67,57%, while on function of Limited Production Forest, the
dominant spcies was Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) with IVI (INP) 55,87%.
The research gave information that the dynamic of composition of forest vegetation at
Production Forest Management Unity Sivia Patuju obviously happened. The rejuvenescence
will affect forest dynamic in the future. The higher in number or density, distribution and areal

expansion of vegetation regeneration species, the possibility to be a tree will be higher.
Keywords : Composition, Vegetation, KPHP Sivia Patuju
manfaat yang sangat besar dan salah satu
komponen utamanya adalah vegetasi.
Vegetasi hutan merupakan suatu sistem yang
dinamis dan selalu berkembang sesuai dengan
keadaan habitatnya (Lahusen, 2014).
Dalam
rangka
terselenggaranya
pengelolaan hutan secara efisien dan lestari
maka seluruh wilayah kawasan hutan di
Indonesia terbagi dalam unit-unit Kesatuan
Pengelolaan
Hutan
(KPH)
yang
pembentukannya didasarkan atas kriteria
kepastian
dan

kelayakan
(ekologi,
pengembangan kelembagaan dan pemanfaatan
hutan) dari suatu wilayah pengelolaan hutan

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan adalah masyarakat tumbuhtumbuhan yang dikuasai pohon-pohonan dan
mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda
dengan keadaan di luar hutan (Soerianegara
dan Indrawan 1998 dalam Komara 2008).
Hutan memiliki komposisi jenis dan
struktur yang berbeda bergantung pada
kondisi setempat. Hutan dengan segala
komponen yang berada di dalamnya
merupakan sumber daya alam yang perlu
dilestarikan karena memiliki peranan dan

43


WARTA RIMBA
Volume 5, Nomor 1
Maret 2017

ISSN: 2579-6267
Hal: 43-48

(Kementerian Kehutanan, 2010). Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model
Sivia Patuju mempunyai arah pemanfaatan
hutan yang ditujukan untuk pengelolaan hutan
atau
pembangunan
kehutanan
adalah
kelestarian fungsi hutan yang optimal. Untuk
mencapai tujuan tersebut dalam pengelolaan
hutan dilakukan melalui pendekatan aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan sehingga
hutan harus bermanfaat untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat dapat terwujud

dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip
kelestarian hutan.
Kelestarian hutan dapat terwujud dengan
adanya rencana pengelolaan hutan secara
optimal dan lestari. Guna menyusun rencana
pengelolaan hutan secara optimal dan lestari
diperlukan adanya data dan informasi
vegetasi. Oleh karena itu, penelitian mengenai
komposisi jenis vegetasi di KPH Sivia Patuju
dilakukan sebagai informasi dasar tambahan
dalam pengelolaan hutan secara lestari untuk
Pengelola KPH Sivia Patuju.
Rumusan Masalah
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP) Sivia Patuju belum memiliki banyak
informasi mengenai komposisi jenis vegetasi
yang ada di wilayahnya, sehingga rumusan
masalah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bagaimana komposisi jenis vegetasi
hutan di KPHP Sivia Patuju Kabupaten Tojo

Una-Una?
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui komposisi jenis vegetasi hutan di
KPHP Sivia Patuju, Kabupaten Tojo Una-Una
Provinsi Sulawesi Tengah.
Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi kepada pemerintah
dalam hal ini Pengelola KPHP Sivia Patuju,
masyarakat dan instansi terkait lainnya
mengenai komposisi vegetasi sebagai bahan
pertimbangan dalam upaya pengelolaan hutan
lestari di wilayah KPHP Sivia Patuju.

adalah Kecamatan Ampana Tete Kabupaten
Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain: GPS (Global Position System),
meteran roll ukuran 50 meter, kompas sunto,

pita ukur/phi band, spiegel relaskop, gunting
stek, dan kamera.
Bahan yang digunakan terdiri dari: peta
kerja skala 1 : 50.000, kertas koran, karung,
kantong plastik, label gantung, alkohol, tali
rafia, dan alat tulis-menulis.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini dilakukan berdasarkan dengan
petunjuk teknis inventarisasi hutan pada
Wilayah KPHL dan KPHP Kementerian
Kehutanan.
Plot sampling pada inventarisasi pada
wilayah KPH berbentuk persegi empat,
dengan ukuran 100 m x 100 m atau dengan
luas 1 Ha. Setiap plot terdiri dari 16 sub plot,
dengan luas masing-masing sub plot 25 m x
25 m. Plot pengukuran dibuat pada masingmasing fungsi hutan yang terdapat di wilayah
KPHP Sivia Patuju.
Analisis Data

Data
vegetasi
dianalisis
dengan
menentukan Indeks Nilai Penting (INP).
Untuk analisis vegetasi pohon, nilai INP
terdiri dari KR, FR, dan DR, dianalisis
menurut buku acuan Ekologi Hutan
(Indriyanto, 2006):
- Indeks Nilai Penting (INP) untuk tingkat
pohon dan tiang
INP = KR + FR + DR
- Indeks Nilai Penting (INP) untuk tingkat
pancang dan semai
INP = KR + FR
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Vegetasi
Komposisi merupakan penyusun suatu
tegakan yang meliputi jumlah jenis/famili
ataupun banyaknya individu dari suatu jenis

pohon (Bakri, 2009). Komposisi jenis yang
dimiliki wilayah KPHP Sivia Patuju dapat
dilihat pada tabel 1.
Dalam komposisi
penyusun utama jenis yang terdapat di
wilayah KPHP Sivia Patuju, jenis nyatoh
memiliki jumlah yang terbanyak. Wilayah
KPHP Sivia Patuju memiliki topografi yang

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Februari-Maret 2015. Tempat penelitian di
wilayah KPHP Sivia Patuju, dengan lingkup
kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian

44

WARTA RIMBA
Volume 5, Nomor 1

Maret 2017

ISSN: 2579-6267
Hal: 43-48

bervariasi, pada daerah pantai ketinggian 0-10
mdpl sedangkan di bagian tengah mencapai
ketinggian
400-2200
mdpl.
Menurut
Martawijaya dkk., (2005) dalam Jannah,
(2014) bahwa nyatoh dapat tumbuh pada
ketinggian 20-500 mdpl. Dalam hal jumlah
tegakan muda, jenis nyatoh pun memiliki
jumlah yang banyak dibandingkan dengan
jenis yang lain, ini akan berpengaruh terhadap
keberhasilan regenerasi jenis tersebut pada
wilayah KPHP Sivia Patuju.
Menurut

Supriyadi, (2001) dalam Suryawan, dkk.,
(2011) bahwa jumlah permudaan yang
melimpah merupakan faktor utamanya.
Tabel 1. Komposisi Jenis Vegetasi Pada
KPHP Sivia Patuju

Perbedaan jumlah jenis pada masingmasing petak dapat disebabkan karena adanya
persaingan untuk mendapatkan hara mineral
tanah, air, cahaya matahari dan ruang antara
individu-individu dari suatu jenis atau
berbagai jenis. Persaingan ini menyebabkan
terbentuknya susunan masyarakat tumbuhtumbuhan yang tertentu bentuknya, macam
dan banyaknya jenis dan jumlah individuindividunya, sesuai dengan keadaan tempat
tumbuhnya (Soerianegara dan Indrawan, 2002
dalam Prasetyo, 2006).
Naughton dan Wolf (1990) dalam Prasetyo
(2006)
menyatakan
bahwa
kompetisi
mempengaruhi kemampuan individu untuk
bertahan hidup dan bereproduksi, dan dapat
ditunjukkan dengan perubahan-perubahan
ukuran populasi pada suatu waktu.
Dominansi Jenis
Tabel 2. Dominansi Jenis Pada Tingkat Pohon
KPHP Sivia Patuju

Keterangan:* = Nilai Terbesar; ** = Nilai Terkecil; N
= Jumlah Jenis; INP = Indeks Nilai Penting

Pada lokasi inventarisasi fungsi hutan
produksi, berada pada ketinggian antara
300-400 mdpl. Hal ini yang dapat
memungkinkan bahwa jenis nyatoh bisa

Keterangan: * = Nilai Terbesar

45

WARTA RIMBA
Volume 5, Nomor 1
Maret 2017

ISSN: 2579-6267
Hal: 43-48

menjadi jenis yang memiliki nilai INP
tertinggi pada lokasi tersebut, karena menurut
Martawijaya dkk., (2005) dalam Jannah,
(2014) menyebutkan bahwa nyatoh dapat
tumbuh di daerah banyak hujan pada
ketinggian 20-500 mdpl. Menurut SK Menhut
No. 163/KPTS-11/2003 dalam Seputra
(2013), pohon nyatoh termasuk pohon
kelompok jenis meranti atau kelompok
komersial satu. Pohon nyatoh dapat tumbuh
tinggi mencapai 45 m, panjang batang bebas
cabang 15-30 m, diameter 50-100 cm.
Sedangkan jenis rau (Dracontomelon dao
(Blanco) Merr.& Rolfe.) memiliki nilai INP
yang terendah, hal ini mungkin terjadi
dikarenakan menurut Martawijaya dkk.,
(1989) bahwa jenis ini hanya sedikit memiliki
permudaan alam dan lebih banyak terdapat di
hutan primer, sedangkan untuk plot
pengamatan yang berada pada fungsi kawasan
hutan produksi ini memiliki penutupan lahan
hutan sekunder.
Pada fungsi hutan lindung jenis nyatoh
merupakan jenis yang memiliki nilai INP
terbesar di lokasi tersebut.
Lokasi
pengamatan pada fungsi hutan lindung berada
pada ketinggian antara 200-700 mdpl dan
memiliki penutupan lahan hutan sekunder
dengan curah hujan antara 1300-4100
mm/tahun (analisa data pada BPKH Palu
Tahun 2014) merupakan tempat tumbuh yang
cocok untuk jenis nyatoh, sesuai dengan
persyaratan tempat tumbuh nyatoh menurut
Pratiwi dkk. (2012) adalah sampai dengan
4000 mm/tahun dengan ketinggian dibawah
1300 mdpl. Sedangkan, pada fungsi hutan
produksi
terbatas,
jenis
sengon
(Paraserianthes falcataria L. Nielsen.)
memiliki nilai INP yang tertinggi, hal ini
dapat dikarenakan bahwa lokasi ini
sebelumnya merupakan wilayah IUPHHKHA dan terdapat kegiatan penanaman jenis
pohon tersebut. Pemilihan sengon bisa
didasarkan bahwa jenis ini cocok untuk
dibudidayakan dalam skala besar, karena
memiliki kelebihan sebagai berikut: masa
masak tebang relatif pendek, pengelolaan
relatif mudah, persyaratan tempat tumbuh
tidak rumit, kayunya serbaguna, permintaan
terhadap kayu terus meningkat (Atmosuseno,
1998 dalam Prasetya, 2007). Kelebihan yang
lain, sengon termasuk ke dalam jenis pohon

intoleran, sehingga cocok untuk ditanam pada
lahan yang terbuka, dan cocok untuk reboisasi
(Masano dan Prajadinata, 1989 dalam
Prasetya, 2007).
Tabel 3. Dominansi Jenis Pada Tingkat Tiang
KPHP Sivia Patuju

Keterangan: * = Nilai Terbesar; ** = Nilai Terkecil; N
= Jumlah Jenis; INP = Indeks Nilai Penting

Pada tingkat pertumbuhan tiang, pada
fungsi hutan produksi dan hutan produksi
terbatas, dara-dara (Myristica fatua subsp.
Affinis (Warb.) W.J De Wilde.) memiliki nilai
yang tertinggi. Jenis ini termasuk ke dalam
marga Myristica. Distribusi tumbuhan yang
tergolong marga Myristica cukup luas dengan
rentang toleransi terhadap ketinggian cukup
lebar. Jenis tumbuhan ini ditemukan dari
daerah dekat pantai sampai pada ketinggian
1200 mdpl, dan hal ini sesuai dengan lokasi
KPHP Sivia Patuju yang meiliki karakteristik
topografi antara rentang 0-10 m
dan
mencapai ketinggian 400-2200 m, meskipun
sesungguhnya tumbuhan ini lebih menyukai

46

WARTA RIMBA
Volume 5, Nomor 1
Maret 2017

ISSN: 2579-6267
Hal: 43-48

hidup di daerah dataran rendah (Arijani,
2005).
Jenis dara-dara memiliki peranan penting
dalam komunitasnya, karena Menurut
Hafazallah (2014) dalam Dwisutono (2015)
menyatakan bahwa suatu jenis memiliki
peranan yang besar dalam komunitas apabila
nilai INP jenis tersebut tertinggi.
Tabel 4. Dominansi Jenis Pada Tingkat
Pancang KPHP Sivia Patuju

Tabel 5. Dominansi Jenis Pada Tingkat Semai
KPHP Sivia Patuju

Keterangan: * = Nilai Terbesar; ** = Nilai Terkecil; N
= Jumlah Jenis; INP = Indeks Nilai Penting

Keterangan: * = Nilai Terbesar; ** = Nilai Terkecil; N
= Jumlah Jenis; INP = Indeks Nilai Penting

Menurut Mueller et al. (1974) dalam
Suryawan dkk. (2011) kecenderungan jumlah
yang tinggi pada tingkat permudaan
menandakan terpeliharanya populasi di
habitatnya, dan sangat mungkin diwaktu yang
akan datang jumlah populasi akan terus
berkembang. Namun pada penelitian ini di
lokasi hutan produksi terbatas jenis sengon
yang
dijumpai
cenderung
memiliki
permudaan dalam jumlah minim, sedangkan
dalam tingkat pohon memiliki jumlah yang
dominan. Kondisi permudaan alam yang
minim Menurut Hani dan Effendi (2009)
dalam Suryawan dkk. (2011) dapat
disebabkan anakan yang tumbuh di bawah
tegakan mengalami pertumbuhan yang kurang
optimal, karena akan mengalami persaingan
yang cukup ketat dalam mendapatkan unsur
hara dan cahaya.
Sehingga hal tersebut di atas, bisa
mengakibatkan
kemungkinan
adanya
perubahan dominansi pada tingkat pohon,
dimana pada saat sekarang terdapat jenis yang
memiliki nilai dominansi terbesar di lokasi

Pada tingkat pertumbuhan pancang,
terdapat jenis yang hadir pada setiap lokasi
pengamatan yaitu suren dan nyatoh. Selain
itu, untuk jenis nyatoh, juga merupakan jenis
yang memiliki nilai INP yang terbesar
walaupun pada hutan lindung bukan
merupakan terbesar, namun tetap memiliki
nilai INP yang tidak kecil. Hal ini
mengindikasikan, bahwa nyatoh memang
merupakan jenis yang memiliki tempat
tumbuh cocok di wilayah KPHP Sivia Patuju.
Sejalan dengan hal itu, nyatoh menurut
Kurniawan dkk (2008) dalam Suryawan dkk
(2011) merupakan salah satu jenis yang
berpotensi dan endemik di Sulawesi, sehingga
pada hutan alam dataran rendah di Sulawesi
banyak dijumpai dalam jumlah yang tinggi
termasuk pada lokasi KPHP Sivia Patuju.

47

WARTA RIMBA
Volume 5, Nomor 1
Maret 2017

ISSN: 2579-6267
Hal: 43-48

hutan produksi terbatas yaitu jenis sengon,
Wakonti DAS Bau Bau. Agriplus. Vol.
namun apabila pada masa yang akan datang
22 No 2.
terjadi perubahan kondisi hutan produksi Kementerian Kehutanan. 2010. Petunjuk Teknis
terbatas baik dikarenakan penebangan atau
Inventarisasi Pada KPHL dan KPHP.
pun yang lainnya, terdapat peluang jenis
Kementerian Kehutanan. Jakarta.
nyatoh menjadi jenis yang memiliki Komara. 2008. Komposisi Jenis dan Struktur
dominansi terbesar pada semua fungsi hutan
Tegakan Shorea Balangeran (Korth.)
dikarenakan jenis nyatoh memiliki nilai INP
Burck., Hopeabancana (Boerl.) Van
tertinggi, sejalan dengan hal tersebut menurut
Slooten dan Coumarouna odorata Anbl.
Fahrul (2007) dalam Kasim (2012)
Di Hutan Penelitian Dramaga, Bogor,
menyebutkan bahwa besaran nilai INP
Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian
menggambarkan tingkat pengaruh suatu jenis
Bogor. Bogor.
vegetasi terhadap stabilitas ekosistem.
Lahusen MR. 2014. Keanekaragaman Jenis
Vegetasi Tepian Sungai Kaili Desa
KESIMPULAN
Labuan Kungguma Kecamatan Labuan.
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat
Skripsi. Universitas Tadulako. Palu.
disimpulkan bahwa jenis vegetasi tingkat Martawijaya A, Kartasujana I, Mandang YI,
pohon yang dominan pada tingkat pohon
Prawira SA, Kadir K. 1989. Atlas kayu
adalah jenis nyatoh (Palaquium sp.) pada
Indonesia jilid 2. Badan penelitian dan
fungsi hutan produksi dan hutan lindung di
Pengembangan Departemen Kehutanan.
wilayah KPHP Sivia Patuju, sedangkan pada
Bogor.
fungsi hutan produksi terbatas jenis yang Prasetya. 2007. Studi Tentang Enzim Trypsin
dominan adalah sengon (Paraserianthes
dan α-Amylase Pada Hama Boktor
falcataria (L) Nielsen).
(Xystocerafestiva Pascoe) serta Inhibitor
Trypsin
Pada
Pohon
Sengon
DAFTAR PUSTAKA
(Paraserianthes falcataria L. Nielsen.).
Arrijani. 2005. Biologi dan Konservasi Marga
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Myristica di Indonesia. Biodiversitas. Prasetyo. 2006. Kajian Komposisi Dan Struktur
Vol 6 No 2.
Tegakan Serta Pertumbuhan Jenis-Jenis
Bakri. 2009. Analisis Vegetasi dan Pendugaan
Komersial,
Khususnya Jenis Ramin
Cadangan Karbon Tersimpan Pada
(Gonystylusbancanus (Miq.) Kurz.) di
Pohon Di Hutan Taman Wisata Alam
Hutan Rawa Gambut IUPHHK PT
Taman Eden Desa Sionggang Utara
Diamond Raya Timber Propinsi Riau.
Kecamatan Lumban Julu Kabupaten
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Toba Samosir. Tesis. Universitas Pratiwi, I Wayan SD, Hartoyo GME, Yulianto.
Sumatera Utara. Medan.
2012. Kesesuaian Tempat Tumbuh JenisDwisutono AN. 2015. Struktur dan Komposisi
Jenis Pohon di Das Pemali Jratun, Jawa
Tegakan Serta Sistem Perakaran
Tengah
(Diakses
Tumbuhan pada Kawasan Karst di
darihttp://fordamof.org/files/01_Pratiwi_
Taman
Nasional
Bantimurungklm.pdf
Bulusaraung,
Resort
Pattunuang- Seputra, Darma D. 2013. Penyusunan Tabel
Karaenta. Skripsi. Institut Pertanian
Volume Lokal Jenis Nyatoh (Palaquium
Bogor. Bogor.
Spp.) Di IUPHHK-HA PT. Mamberamo
Indriyanto. 2010. Ekologi Hutan. Bumi Aksara.
Alasmandiri, Propinsi Papua. Skripsi.
Jakarta.
Institut Pertanian Bogor.
Jannah M. Sedikit Tentang Palaquium. Suryawan, dkk. 2011. Potensi Permudaan
Http://amjy.blogspot.com/2014/03/sediki
Alami Jenis-Jenis Eboni (Diospyros Spp.)
t-tentang-palaquium.html.
Di Cagar Alam Tangkoko, Bitung,
Kasim.
2012.
Nilai
Penting
dan
Sulawesi
Utara.
(Diakses
dari
Keanekaragaman Hayati Hutan Lindung
http://fordamof.org/files/01_Pratiwi_klm.
pdf

48

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124