Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Sistem Manajemen Mutu Berbasis Iso 9001:2008 : Studi pada SMK Negeri 2 Salatiga Periode Tahun 2010 -2012 T2 942011007 BAB II

(1)

9

BAB II

KAJIAN TEORITIS

Bab ini akan memberikan gambaran ikhtisar berbagai pendapat yang berkaitan dengan evaluasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008.

Fokus pembahasannya mencakup Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, Evaluasi Model CIPP

(Context, Input,Process dan Product), dan Kerangka Pikir.

2.1. Manajemen Mutu ISO 9001:2008

2.1.1 Pengertian Mutu

Suatu lembaga pendidikan dikatakan me-miliki kategori berkualitas, bila lembaga pen-didikan tersebut memiliki mutu yang baik. Sekolah dikatakan bermutu apabila memiliki pe-rencanaan, sasaran dan tujuan, sarana-prasara-na, guru, serta lulusan yang berkualitas dan kompeten.

Menurut Usman, (2006:458), mutu adalah suatu kondisi dinamik yang berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses, dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi ha-rapan pelanggan. Dengan perubahan mutu ter-sebut, diperlukan peningkatan atau perubahan ketrampilan tenaga kerja, proses produksi, dan tugas, serta perubahan lingkungan agar produk dapat memenuhi dan melebihi harapan kon-sumen.


(2)

10 Hal senada dikemukakan oleh Sallis (2012:56), Mutu didefinisikan sebagai suatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan.

Dari berbagai pendapat di atas mutu da-pat diartikan kondisi perubahan suatu produk, dan lingkungan yang melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan.

2.1.2 Manajemen Mutu

Manajemen Mutu adalah suatu manajemen yang melihat kualitas suatu produk barang mau-pun jasa. Untuk mengoptimalkan produk supaya dapat bersaing dengan produk-produk lain.

Menurut Usman (2006:458), manajemen mutu adalah budaya organisasi yang ditentukan dan didukung oleh pencapaian kepuasan pelanggan secara terus menerus melalui sistem terintegrasi yang terdiri dari bermacam alat, teknik, dan pelatihan-pelatihan. Tindakan per-baikan terus-menerus dalam proses organisasi diharapkan akan menghasilkan produk dan pe-layanan yang bermutu tinggi.

2.1.3 Manfaat Penerapan Standar SMM ISO 9001:2008

Menurut Gasperz (2009:69), manfaat yang diperoleh sebuah organisasi setelah


(3)

men-11 dapatkan sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001, adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kepuasan dan kepercayaan Pe-langgan,

2. Meningkatkan image kualitas perusahaan ser-ta daya saing dalam memasuki era global. 3. Meningkatkan kualitas dan produktifitas

mela-lui kerjasama, solusi masalah dan komuni-kasi yang baik, serta sistem pengendalian kualitas yang konsisten.

4. Meningkatkan kesadaran kualitas dalam per-usahaan.

5. Memberikan pelatihan secara sistematik ke-pada seluruh staf perusahaan melalui pro-sedur-prosedur dan instruksi-instruksi kerja yang terdefinisi dengan baik.

Djatmiko dan Jumaedi (2011:7-9),berpen-dapat bahwa ISO 9001:2008 memiliki beberapa prinsip dan kunci sukses agar penerapan sistem manajemen mutu berjalan efektif. Ke delapan (8) prinsip tersebut adalah (1) berfokus pada pelanggan (customer focus) (2) Kepemim-pinan ( leadership ); Pemimpin berfungsi se-bagai leader dalam mengawal implementasi sistem bahwa semua gerak organisasi selalu terkontrol dalam satu komando dengan komitmen yang sama dan gerak yang sinergi pada setiap elemen organisasi. Pemimpin harus mencipta-kan dan memelihara lingkungan internal dima-na karyawan dapat terlibat secara penuh da-lam mencapai tujuan organisasi (3) Keterlibat-an KaryawKeterlibat-an / semua orKeterlibat-ang dalam orgKeterlibat-anisasi


(4)

12 (4) Pendekatan Proses; Pendekatan dipetakan melalui business process

sehingga pemborosan karena proses yang tidak perlu bisa dihindari atau sebaliknya. Bila ada proses yang tidak terlaksana karena pelaksanaan yang tidak sesuai dengan flowprocess itu sendiri akan berdampak pada hilangnya kepercayaan pelanggan (5) Pendekatan sistem pada manaje-men; pendekatan pengelolaan (manajemen) pro-ses bukan sekedar menghilangkan masalah yang terjadi, karena itu konsep continual improvement sangat ditekankan.Pola pengelolaannya bertujuan memperbaiki cara dalam menghilangkan akar (penyebab) masalah dan melakukan perbaikan untuk menghilangkan potensi masalah (6) Peningkatan berkesinambungan; merupakan roh implementasi ISO 9001 : 2008, (7) Pendekatan faktual untuk pengambilan keputusan; setiap pengambilan keputusan selalu didasarkan pada fakta dan data. Tidak ada data (bukti imple-mentasi) sama dengan tidak dilaksanakannya sistem ISO 9001 : 2008.

(8) Hubungan pelanggan yang bermanfaat bagi kedua pihak; kerjasama yang saling mengun-tungkan dengan pengguna lulusan.

Sebuah organisasi yang telah di audit dan disertifikasi serta memenuhi syarat-syarat dalam ISO 9001 berhak mencantumkan label “ISO 9001

Certified” atau “ISO 9001 Registered”. Sertifikasi


(5)

13 menjamin kualitas dari barang dan jasa yang dihasilkan. Sertifikasi hanya menyatakan bahwa proses bisnis yang berkualitas dan konsisten dilaksanakan di organisasi tersebut.

ISO 9001-Quality Management Systems -

Requirements ditujukan untuk digunakan di

organisasi manapun yang merancang, mem-bangun, memproduksi, memasang dan /atau melayani produk apapun atau memberikan bentuk jasa apapun.

Standar ini memberikan daftar persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah organisasi apabila mereka hendak memperoleh kepuasan pelanggan sebagai hasil dari barang dan jasa yang secara konsisten memenuhi permintaan pe-langgan tersebut. Implementasi standar ini adalah satu-satunya yang bisa diberikan ser-tifikasi oleh pihak ketiga.

Standar ISO 9001 menuntut pemenuhan persyaratan pelanggan dan peraturan yang ber-laku terpenuhi melalui penerapan sistem mana-jemen mutu yang efektif.

Di bawah ini digambarkan siklus penerapan implemetasi SMM ISO 9001:2008 dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini :


(6)

14

PENINGKATAN BERKELANJUTAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

INPUT T OUTPUT

Gambar 2.1 Model Proses Sistem Manajemen Mutu ISO (9001:2008) Sumber Data : Jatmiko dan Heri Jumaedi, (2011:11)

Siklus Peningkatan berkelanjutan Sistem Mana-jemen Mutu bermuara pada kebutuhan pelanggan, aspek inputnya memerlukan pengelolaan tanggung jawab manajemen, sumber daya, realisasi, dan pengukuran, analisis peningkatan, sedangkan outputnya bermuara pada kebutuhan pelanggan.

2.1.4 Penerapan Prinsip-prinsip Manajemen Mutu.

Menurut Rivai dan Murni (2009:495-496), kontribusi dari manajemen mutu diterapkan dalam delapan prinsip manajemen mutu

pen-Peningkatan Sistem K E B U T U H A N P E L A N G G A N K E B U T U H A N P E L A N G G A N Realisasi Manajemen Sumber Daya Pengukuran, Analisis, Peningkatan Tanggungjawab Manajemen


(7)

15 didikan dan juga dipergunakan untuk me-mimpin organisasi ke arah perbaikan kinerja pada sistem manajemen mutu ISO 9001:2008.

Delapan (8) prinsip manajemen mutu ter-sebut adalah : (1) Komitmen Manajemen, (2) Fokus Pada Pelanggan, (3) Komitmen terhadap Tim Kerja atau Keterlibatan Personil, (4) Pendekatan Proses (5) Pendekatan Sistem Manajemen, (6) Komitmen terhadap peningkatan dan pe-nyempurnaan berkelanjutan, (7) Pendekatan fak-tual pada pengambilan Keputusan, (8) Hubungan dengan Pemasok yang saling menguntungkan.

Komitmen manajemen dalam hal ini adalah

peran seorang pemimpin. Kepemimpinan biasanya terikat dengan budaya mutu, siap menghadapi perubahan dengan cara menerapkan prinsip ke-pemimpinan; seperti menetapkan kebijakan mutu, struktur organisasi, mengidentifikasi dan menye-diakan sumber daya, menciptakan lingkungan kerja dimana semua personel ambil bagian dalam pencapaian target atau sasaran organisasi.

Kepe-mimpinan juga harus memiliki komitmen “continual

improvement” sistem manajemen mutu.

Kepemimpinan pendidikan mutu, menurut Rivai dan Murni (2009:296), harus memiliki karak-ter yang menunjukkan integritasnya sebagai ber-ikut:

a. memiliki visi dan misi; pimpinan berusaha secara konsisten untuk menggalang komitmen untuk mewujudkan visi.


(8)

16 b. memiliki kompetensi

c. memiliki integritas; yaitu ketaatan pada nilai-nilai moral dan etika yang diyakini seseorang dan membentuk perilakunya sebagai manusia yang berharkat dan bermartabat.

Ciri integritas adalah:

1) dapat dipercaya (amanah),2) konsisten 3) komit 4) bertanggung jawab 5) secara emosional terken-dali.

Usman (2009:378) menyatakan bahwa kepe-mimpinan mutu ialah kepekepe-mimpinan yang selalu ingin sesuatu yang sempurna atau terbaik, ter-masuk pemimpinnya adalah orang-orang yang per-feksionis. Mereka memiliki slogan, “I do my best.

You do your best. We do our best.We are the best.”

Peran utama kepemimpinan mutu adalah mengem-bangkan budaya mutu melalui Quality Circle (QC), Quality Assurance (QA), dan Quality Improvement (QI).

Murni dan Rivai (2009:618), mengatakan kepemimpinan juga harus dipertimbangkan dari segi input dan output. Input adalah sumber daya yang meliputi sumber daya manusia (pemim-pin, pendidik, karyawan) dan selebihnya (fasilitas peralatan, perlengkapan, uang, bahan). Input pendidikan tersebut memiliki :

(1) kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas (2) sumber daya tersedia dan siap (3) staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi (4) memiliki harapan prestasi yang tinggi (5) berfokus untuk pemuasan pelanggan guna menghasilkan output pembelajaran/pendidikan yang bermutu (6)


(9)

mana-17 jemen yang memadai untuk menjalankan roda or-ganisasi.

Sedangkan ouput yang diharapkan adalah prestasi yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di institusi tersebut.

Ini berarti kepemimpinan memiliki unsur-unsur kebijakan, tujuan, sasaran mutu yang jelas, kesiapan sumber daya, personil yang kompeten dan berdedikasi, memiliki harapan tinggi, mana-jemen yang handal, yang fokus pada kepuasan pelanggan.

Fokus Pada Pelanggan, Lembaga pendidikan harus memahami kebutuhan/keinginan baik pe-langgan internal (siswa, guru, dan personel pen-dukung) maupun pelanggan eksternal (pengguna output yaitu perusahaan, lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga sosial masyarakat) saat ini maupun di masa mendatang, agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan atau mampu melebihi harapan pelanggan, dan secara proaktif menetapkan level kepuasan pe-langgan (customer satisfaction). Suatu kinerja di-sebut bermutu jika dapat memenuhi atau mele-bihi kebutuhan dan harapan pelanggannya.

Berbicara tentang mutu, terdapat

unsur-unsur yang terkait, yaitu produk dan jasa, penghasil produk/jasa, pelanggan, kebutuhan dan harapan, produk/jasa yang bermutu dan kepuas-an. Selain itu ciri-ciri mutu, sebagai bentuk


(10)

pela-18 yanan pelanggan menurut Slamet (1999:23), ditan-dai dengan :

(1) ketepatan waktu pelayanan, (2) akurasi pela-yanan, (3) kesopanan dan keramahan (unsur menyenangkan pelanggan), (4) bertanggungjawab atas segala keluhan pelanggan, (5) kelengkapan pelayanan, (6) kemudahan mendapatkan pela-yanan,(7) variasi layanan, (8) pelayanan pribadi, (9) kenyamanan, (10) ketersediaan atribut pendukung.

Selanjutnya mutu jasa, menurut Slamet (1999:23) mengandung unsur-unsur :

(1) keterpercayaan (reliability), (2) keterjaminan (assurance) (3) penampilan (tangible) (4) perhatian (empathy) dan

(5) ketanggapan (responsiveness).

Deming, Out of the Crisis (1982) dalam Sallis (2010 : 100 – 103), mentransformasikan ga-ya manajemen Amerika ke dalam struktur baru secara keseluruhan dari dasar hingga ke atas. Deming melihat bahwa masalah mutu terletak pada masalah manajemen. Pendekatan 14 poin Deming yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati merupakan kombinasi filsafat baru tentang mutu dan seruan terhadap manajemen untuk merubah pendekatannya. Deming juga menyatakan bahwa organisasi yang mengukur kesuksesan melalui indikator prestasi mungkin telah lupa bahwa ukuran kesuksesan yang se-benarnya adalah kegembiraan dan kepuasan pe-langgan. 14 poin Deming tersebut adalah;


(11)

19 (1) Ciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa, dengan tujuan agar bisa kompetitif dan tetap berjalan serta menyediakan lowongan pekerjaan. Miliki tujuan jangka pendek dan jangka panjang, 20 atau 30 tahun mendatang, didasarkan pada visi masa depan dan inovasi baru.

(2) Adopsi falsafah baru. Organisasi harus mem-buat perubahan dan mengadopsi metode kerja yang baru.

(3) Hindari ketergantungan pada inspeksi massa untuk mencapai mutu.Manajemen harus me-lengkapi staf-staf mereka dengan pelatihan untuk mengawasi dan mengembangkan mutu mereka sendiri.

(4) Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga. Harga tidak memiliki arti apa-apa tanpa ukur-an mutu yukur-ang dijual. Praktek harga yukur-ang mu-rah dapat menggiring pada kesalahan yang mahal. Metode mutu terpadu adalah me-ngembangkan hubungan dekat dan berjangka panjang dengan stakeholders, dan bekerja sa-ma dengan mereka dalam mutu komponen. (5) Tingkatkan secara konstan sistem produksi

dan jasa, untuk meningkatkan mutu dan produktivitas, selanjutnya turunkan biaya se-cara konstan. Tugas manajemen adalah untuk mengarahkan proses peningkatan dan men-jamin ada proses perbaikan berkelanjutan. (6) Lembagakan pelatihan kerja. Pemborosan

ter-besar adalah kekeliruan menggunakan keahli-an orkeahli-ang-orkeahli-angnya secara tepat. Pelatihkeahli-an adalah alat kuat dan tepat untuk perbaikan mutu.

(7) Lembagakan kepemimpinan. Kerja manajemen bukanlah mengawasi melainkan memimpin. Hal tersebut berubah dari manajemen tra-disional yang selalu memperhatikan hasil


(12)

indi-20 kator-indikator prestasi, spesifikasi dan pe-nilaian menuju peranan kepemimpinan yang mendorong peningkatan proses produksi ba-rang dan jasa yang lebih baik.

(8) Hilangkan rasa takut agar setiap orang dapat bekerja secara efektif. Keamanan adalah basis motivasi yang dibutuhkan para pegawai dengan lingkungan yang mendorong semangat mereka. (9) Uraikan kendala-kendala antar departemen.

Orang dalam departemen yang berbeda harus dapat membentuk tim yang tangguh.

(10) Hapuskan slogan, desakan, dan target, serta tingkatkan produktivitas tanpa menambah be-ban kerja.

(11)Hapuskan standar kerja yang menggunakan quota numerik.

(12)Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas keahliannya. Sis-tem penilaian menempatkan pekerja dalam kompetisi antara satu dengan yang lain dan merusak kerja tim.

(13) Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan peningkatan kua-litas kerja. Staf yang berpendidikan baik ada-lah mereka yang memiliki semangat untuk meningkatkan mutu.

(14) Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformasi menuju sebuah kultur mutu.

Komitmen terhadap Tim Kerja atau

Keter-libatan Personel, keterlibatan seluruh karyawan

dalam tim kerja adalah dasar yang sangat penting dalam prinsip manajemen mutu. Dalam hal ini tim harus mampu mengidentifikasi dan mengen-dalikan faktor manusia dan area kerja untuk


(13)

21 mencapai kesesuaian dalam menentukan tujuan, mengukur dan menunjukkan kemajuan serta prestasi melalui penggunaan daur PDCA (plan, do,

check, action).

Personel yang terlibat merupakan sumber daya pendidikan, meliputi input, yaitu sumber daya manusia (pemimpin, pendidik, karyawan) dan selebihnya ( fasilitas, peralatan, perlengkap-an, uang, bahan). Menurut Murni dan Vithzal Rivai (2009:624-625) input pendidikan tersebut harus memiliki :

(1) kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas (2) sumber daya tersedia dan siap (3) staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi (4) Memiliki harapan prestasi yang tinggi (5) berfokus untuk pemuasan pelanggan guna menghasilkan output pendidikan yang bermutu (6) Manajemen yang memadai untuk menjalankan roda organisasi.Output yang diharapkan adalah pres-tasi yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di Lembaga tersebut.

Pendekatan Sistem Manajemen, didefinisikan

sebagai identifikasi pemahaman dan pengelolaan sistem dari proses yang saling terkait untuk pencapaian dan peningkatan sasaran organisasi dengan efektif dan efisien.

Komitmen terhadap Peningkatan dan

Penyem-purnaan Berkelanjutan, prinsip ini melibatkan

sikap peningkatan berkelanjutan pada setiap un-sur di dalam lingkungan internal maupun eks-ternal organisasi dengan dicirikan oleh komu-nikasi terbuka dan akses informasi. Peningkatan


(14)

22 berkelanjutan harus dijadikan sasaran dan tuju-an tetap orgtuju-anisasi sehingga orgtuju-anisasi mam-pu memantau kinerja melalui sasaran mutu yang terukur tiap fungsi terkait dan level dengan menggunakan peralatan seperti : audit internal, tinjauan manajemen, corrective and preventive

action.

Pendekatan faktual pada pengambilan

ke-putusan manajemen berdasarkan fakta dan da-ta adalah pengambilan keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi. Oleh karena itu pengambilan keputusan harus didasar-kan pada: logika, analisa data, serta infor-masi yang tepat dan dapatdipertangungjawabkan.

Hubungan dengan Pemasok yang saling

menguntungkan, organisasi dan pemasoknya /

supplier saling tergantung, dan sudah selayaknya merupakan hubungan yang saling menguntung-kan dalam rangka meningkatmenguntung-kan ke-mampuan keduanya dalam menciptakan nilai.

2.2 Evaluasi Model CIPP

Dalam penelitian evaluatif tentang Sistem Mana-jemen Mutu ISO ini,model evaluasi yang akan diguna-kan adalah model CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan-ka-wan, menjadi fokus penelitian ini .

Model ini memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem, dimana keempat unsur tersebut


(15)

23 (konteks, input, proses, dan produk merupakan suatu rangkaian yang utuh.

Model evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang terdiri dari empat komponen evaluasi yaitu context,

input, process, dan product. Komponen model evaluasi

CIPP pada dasarnya merupakan komponen dari prosesi sebuah kegiatan. CIPP merupakan singkatan dari

context evaluation artinya evaluasi terhadap konteks,

input evaluation artinya evaluasi terhadap masukan,

process evaluation artinya evaluasi terhadap proses, dan

product evaluation artinya evaluasi terhadap hasil.

Menurut Stufflebeam sebagaimana dikutip oleh Popham (2001:23), model evaluasi CIPP dapat meng-hasilkan rekomendasi bagi 4 (empat) macam tipe ke-putusan pendidikan, yaitu:

(1) keputusan untuk menentukan tujuan pendidikan, (2) keputusan untuk menentukan desain prosedur pembelajaran, (3) keputusan untuk memperbaiki pro-sedur, dan (4) mengkaji ulang keputusan berdasarkan reaksi dan dampak yang dihasilkan oleh prosedur.

Penjelasan mengenai aspek-aspek yang dievaluasi dalam model CIPP ini adalah sebagai berikut :

2.2.1 Evaluasi Konteks

Evaluasi konteks adalah usaha untuk

meng-identifikasi kebutuhan-kebutuhan program,lingkungan yang mempengaruhi pelaksanaan program, dan tujuan yang akan dicapai. Orientasi utama evaluasi konteks ini adalah untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan beberapa objek, seperti institusi, program,


(16)

24 target populasi, atau perorangan, serta memberikan arahan untuk perbaikan.

Tujuan utama tipe ini adalah mengkaji status objek secara menyeluruh, mengidentifikasi kekurangan, mengidentifikasi kekuatan yang ada dan dapat diguna-kan untuk menutupi kekurangan, mendiagnosis ma-salah sehingga dapat ditemukan solusinya, dan secara umum memberikan gambaran tentang karakteristik lingkungan program yang ada di SMK Negeri 2 Salatiga.

2.2.2 Evaluasi Input

Tujuan evaluasi input adalah untuk mengiden-tifikasi dan mengukur kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedural untuk pelaksanaan strategi, anggaran, dan penjadwalan. Evaluasi input program menyediakan data untuk menentukan bagai-mana penggunaan sumber-sumber yang dapat diguna-kan untuk mencapai tujuan program. Hal ini berkait-an dengberkait-an relevberkait-ansi, kepraktisberkait-an, pembiayaberkait-an, efektivi-tas yang dikehendaki, dan alternatif-alternatif yang dianggap unggul. Dengan demikian evaluasi input dalam penelitian ini adalah identifikasi terhadap aspek input.

2.2.3 Evaluasi Proses

Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dila-kukan untuk melihat apakah pelaksanaan program sesuai dengan rencana. Salah satu tujuannya ada-lah memberikan umpan balik (feedback) kepada manajer dan stafnya mengenai pelaksanaan program


(17)

25 apakah sesuai jadwal atau tidak, serta menggunakan sumber daya secara efisien.

Evaluasi pada tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat membantu mengimplementasikan keputusan, sampai sejauh mana rencana telah di-terapkan, apa yang harus direvisi, jika pertanyaan ter-sebut sudah terjawab maka prosedur dapat dimonitor, dikontrol dan diperbaiki. Sementara itu menurut Arikunto (2009), evaluasi proses dalam CIPP menunjuk pada apa (What) kegiatan yang dilakukan dalam

program, “siapa” (Who) orang yang ditunjuk sebagai

penanggung jawab program, “kapan” (When) kegiatan akan selesai.

Lebih lanjut Arikunto (2010:47) menjabarkan em-pat hal yang harus dijawab dalam evaluasi proses, yakni:

(1) Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jad-wal? (2) Apakah staf yang terlibat didalam pelaksanaan program akan sanggup menangani kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan dilanjutkannya (3) Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan dengan maksimal? (4) Hambatan-ham-batan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program dan kemungkinan jika program dilanjutkan?

Evaluasi ini mendeteksi atau memprediksi ke-kurangan dalam rancangan prosedur kegiatan program dan pelaksanaannya, menyediakan data untuk ke-putusan dalam implementasi program, dan melakukan dokumentasi tentang prosedur yang dijalankan. Selain itu evaluasi proses ini juga mencatat tentang bagaimana interaksi dan komunikasi antara pelaksana


(18)

26 dan penerima program terjadi, media komunikasi yang digunakan, penjadwalan dan pelaksanaan kegiatan, serta potensi-potensi penyebab kegagalan program. Evaluasi proses ini dapat dilakukan dengan cara me-monitor kegiatan, melakukan interaksi secara terus menerus, dan mengobservasi kegiatan pelaksanaan program.

Dalam evaluasi ini dokumentasi tentang prosedur kegiatan pelaksanaan program akan membantu untuk kegiatan analisis akhir tentang hasil-hasil program yang telah dicapai.

2.2.4 Evaluasi Produk

Menurut Arikunto dan Jabar (2010, 47), evaluasi produk diarahkan pada hal-hal yang menunjukan perubahan yang terjadi, evaluasi produk merupakan tahapan akhir dari serangkaian evaluasi program. Tujuan evaluasi produk adalah mengukur, menginter-pretasi, dan menilai pencapaian program.

Evaluasi pada tahap ini dilakukan untuk me-nolong pembuat keputusan selanjutnya, apa hasil yang telah dicapai, dan apa yang harus dilakukan setelah program berjalan. Jadi evaluasi produk diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada input. Pertanyaan yang dapat diajukan; apa hasil yang telah dicapai? dan apa yang harus dilakukan selanjutnya setelah program berjalan?

Dalam penelitian ini evaluasi terhadap produk yang dilakukan antara lain didasari kriteria


(19)

keber-27 hasilan program yang telah ditetapkan yaitu kemam-puan lulusan untuk dapat diterima di pasar kerja dan kepercayaan masyarakat dan pengguna lulusan atas mutu lulusan SMK Negeri 2 Salatiga. Selain itu juga dalam evaluasi ini dilihat pencapaian prestasi siswa secara akademik maupun non akademik sesuai standar yang ditetapkan manajemen mutu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa dalam proses evaluasi dapat dilakukan dari dua sisi yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Kedua hasil evaluasi ini akan membantu staf dan pengguna program untuk melihat hasil yang dicapai dari pro-gram tersebut, kendala dan hambatan yang ditemu-kan dalam pelaksanaan program, kelemahan dan ke-unggulan untuk pengembangan lebih lanjut. Penelitian ini akan melakukan evaluasi Sistem Manajemen Mutu ISO melalui pelaksanaan proses seluruh kegiatan di SMK Negeri 2 Salatiga dengan menggunakan model evaluasi CIPP. Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan “jugement outcomes” dalam hubungan-nya dengan konteks,masukan, dan proses, terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan keberhasilan manajemen.

2.3 Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini perlu melihat kesesuaian ke-adaan di lapangan apakah standar mutu yang dite-tapkan ISO 9001:2008 selaras dengan standar mutu berdasarkan kebijakan pemerintah.


(20)

28 Penetapan standar dalam SMM ISO 9001: 2008 menghendaki komitmen dari pihak-pihak yang terlibat yaitu komitmen pimpinan puncak atas mutu, sistem mutu, penentuan hak-hak pelanggan pendidikan, pe-ngendalian dokumen, kebijakan peserta didik, sarana dan prasarana, pelayanan, arsip data, sistem penilaian hasil belajar dan pengembangan staf edukatif dan admistratif.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini memfokuskan pada penelitian evaluasi pendidikan menurut konsep Stufflebeam yaitu Context, Input,

Process, dan Product (CIPP). Proses penelitian dengan

skema Stufflebeam dapat dijabarkan berikut ini.

Dalam aspek konteks (context), evaluasi ini untuk melihat apakah kebijakan mutu SMM ISO, Visi, Misi, Sasaran Mutu/ komitmen pimpinan puncak atas standar mutu dan sistem mutu yang ditetapkan SMM ISO 9001:2008 ada kesesuaiannya dengan stan-dar mutu yang ditetapkan oleh kebijakan pemerintah. Dalam evaluasi konteks juga akan dilihat kebijakan mutu yang ada di SMK Negeri 2 Salatiga dan SMM ISO 9001:2008.

Dalam aspek input skema evaluasi ISO 9001:2008 lebih menekankan kesesuaian kebijakan yang ada di SMM ISO 9001:2008 dengan a) Fokus pada Pelanggan, b) Kepemimpinan, c) Keterlibatan Personil, d) Pende-katan Proses, e) PendePende-katan Sistem Pengelolaan, f) Per-baikan berkelanjutan, g) Pembuatan Keputusan Ber-dasarkan Fakta, h) Hubungan saling menguntungkan dengan Mitra Kerja/ Pemasok.


(21)

29 Dalam aspek proses (process) menekankan pada kesesuaian perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi proses mutu layanan dalam proses pembelajaran dengan kebutuhan yang ada.

Dalam perencanaan juga melihat apakah standar mutu yang ditetapkan oleh SMK Negeri 2 Salatiga sudah mengacu pada pelaksanaan SMM ISO 9001-:2008. Sedangkan dalam proses pelaksanaan dan evaluasi akan melihat apakah pelaksanaan SMM ISO 9001:2008 sesuai dengan sasaran mutu yang ditetap-kan. Selanjutnya dalam proses evaluasi akan melihat dan meneliti tentang sejauh mana evaluasi bisa dilaksanakan oleh sumberdaya manusia yang ada di SMK Negeri 2 Salatiga. a) Fokus pada Pelanggan, b) Ke-pemimpinan, c) Keterlibatan Personil, d) Pendekatan Proses, e) Pendekatan Sistem Pengelolaan, f)Perbaikan berkelanjutan, g)Pembuatan Keputusan Berdasarkan Fakta h) Hubungan saling menguntungkan dg Mitra Kerja/ Pemasok.

Dalam aspek produk (product) lebih menekankan pada penilaian hak-hak pelanggan yang ada yaitu kepuasan pelanggan melalui perkembangan terus menerus untuk perbaikan kearah yang baik. Selanjut-nya apakah implementasi SMM ISO 9001:2008 akan dilanjutkan kembali setelah perpanjangan pelaksana-an sampai tahun 2013, ditindaklpelaksana-anjuti dengpelaksana-an ber-bagai modifikasi standar, ataukah ditunda atau diber-hentikan karena telah memiliki kesesuaian, dimana selanjutnya adalah pengembangan program untuk


(22)

da-30 pat terlaksananya visi, misi, tujuan, dan rencana strategis SMK Negeri 2 Salatiga.

Untuk melihat lebih jelas kerangka pikir, ske-ma penelitian berikut menggambarkan kerangka eva-luasi SMM ISO 9001:2008 di SMK Negeri 2 Salatiga.


(23)

31

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian

Modifikasi dari Evaluasi Model Stufflebeam (CIPP) Stufflebeam dan Shinkfield, (1984:167)

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008, Di SMK N 2 Salatiga EVALUASI CONTEXT EVALUASI INPUT EVALUASI PROCESS EVALUASI PRODUCT 1. Kebijakan Mutu SMM ISO 2. VISI 3. MISI 4. Sasaran Mutu /Komitmen SDM sesuai 8 Prinsip manajemen Mutu

1. Memenuhi Persyaratan Pelanggan 2. Menetapkan

kesatuan tujuan dan arah lembaga 3. Orang-orang

merupakan inti lembaga 4.Sumber daya sebagai

suatu proses 5.Mengidentifikasi,

memahami, mengelola sistem proses, sumbangan yg efektif dan efisien 6.Perbaikan

berkesinambungan lembaga 7.Keputusan efektif

didasarkan analisis data dan informasi 8. meningkatankan

kemampuan dan nilai dg pemasok

Kepuasan Pelanggan (8.2.1) dan Perbaikan terus Menerus (8.5.1) 1.Fokus pd Pelanggan (8.2.1) 2.Kepemimpinan(5.1) 3.Keterlibatan Personil (6.1) 4.Pendekatan Proses (5.5.1)

5.Pendekatan SistemPengelolaan (5.4.2;5.6;6.1; 8.2.2) 6.Perbaikan berkelanjutan(8.5.1 7.Pembuatan Keputusan Berdasarkan Fakta(7.6;8.2.3;8.2. 4;8.4)

8.Hubugan saling menguntungkan dg Mitra Kerja/ Pemasok (7.4.1;5.5.2;7.4.3;8.1; 8.5.3)

Pembuatan Keputusan

Ditunda Digagalkan Ditindak lanjuti

Dimodifikasi

Penyempurnaan Mutu Berkesinambungan


(24)

32 Kerangka pikir diatas merupakan modifikasi dari Evaluasi Model Stufflebeam (CIPP), dimana pada setiap evaluasi sistem manajemen ISO terdiri dari evaluasi

context (1) kebijakan mutu SMM ISO, (2) Visi, (3) Misi,

(4) Sasaran Mutu/ komitmen manajemen. Evaluasi

Input (1) fokus pada pelanggan, (2) kepemimpinan, (3)

keterlibatan personil, (4) pendekatan proses, (5) pen-dekatan sistem pengelolaan, (6) perbaikan berke-lanjutan, (7) pembuatan keputusan berdasarkan fakta, (8) Hubungan saling menguntungkan dengan mitra kerja/ pemasok. Evaluasi Process (1) memenuhi per-syaratan pelanggan, (2) menetapkan kesatuan tujuan dan arah lembaga, (3) orang-orang merupakan inti lembaga, (4) sumber daya sebagai suatu proses, (5) mengidentifikasi, memahami, mengelola sistem proses, sumbangan yang efektif dan efisien, (6) perbaikan berkesinambungan lembaga, (7) keputusan efektif didasarkan analisa data dan informasi, (8) mening-katkan kemampuan dan nilai dengan pemasok. Eva-luasi product (1) kepuasan pelanggan, (2) perbaikan terus menerus.

Keempat aspek evaluasi diatas menjadi dasar ma-najemen untuk mengambil keputusan, apakah kepu-tusan ditunda, digagalkan, ditindaklanjuti, dan dimo-difikasi, selanjutnya menjadi penyempurnaan mutu secara berkesinambungan, bila pengambilan keputus-an belum dapat diambil mkeputus-anajemen, kembali pada keempat aspek evaluasi untuk ditinjau kembali, selan-jutnya kesemuanya itu bermuara pada kepuasan pelanggan.


(1)

27 hasilan program yang telah ditetapkan yaitu kemam-puan lulusan untuk dapat diterima di pasar kerja dan kepercayaan masyarakat dan pengguna lulusan atas mutu lulusan SMK Negeri 2 Salatiga. Selain itu juga dalam evaluasi ini dilihat pencapaian prestasi siswa secara akademik maupun non akademik sesuai standar yang ditetapkan manajemen mutu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa dalam proses evaluasi dapat dilakukan dari dua sisi yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Kedua hasil evaluasi ini akan membantu staf dan pengguna program untuk melihat hasil yang dicapai dari pro-gram tersebut, kendala dan hambatan yang ditemu-kan dalam pelaksanaan program, kelemahan dan ke-unggulan untuk pengembangan lebih lanjut. Penelitian ini akan melakukan evaluasi Sistem Manajemen Mutu ISO melalui pelaksanaan proses seluruh kegiatan di SMK Negeri 2 Salatiga dengan menggunakan model evaluasi CIPP. Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan “jugement outcomes” dalam hubungan-nya dengan konteks,masukan, dan proses, terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan keberhasilan manajemen.

2.3 Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini perlu melihat kesesuaian ke-adaan di lapangan apakah standar mutu yang dite-tapkan ISO 9001:2008 selaras dengan standar mutu berdasarkan kebijakan pemerintah.


(2)

28 Penetapan standar dalam SMM ISO 9001: 2008 menghendaki komitmen dari pihak-pihak yang terlibat yaitu komitmen pimpinan puncak atas mutu, sistem mutu, penentuan hak-hak pelanggan pendidikan, pe-ngendalian dokumen, kebijakan peserta didik, sarana dan prasarana, pelayanan, arsip data, sistem penilaian hasil belajar dan pengembangan staf edukatif dan admistratif.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini memfokuskan pada penelitian evaluasi pendidikan menurut konsep Stufflebeam yaitu Context, Input, Process, dan Product (CIPP). Proses penelitian dengan skema Stufflebeam dapat dijabarkan berikut ini.

Dalam aspek konteks (context), evaluasi ini untuk melihat apakah kebijakan mutu SMM ISO, Visi, Misi, Sasaran Mutu/ komitmen pimpinan puncak atas standar mutu dan sistem mutu yang ditetapkan SMM ISO 9001:2008 ada kesesuaiannya dengan stan-dar mutu yang ditetapkan oleh kebijakan pemerintah. Dalam evaluasi konteks juga akan dilihat kebijakan mutu yang ada di SMK Negeri 2 Salatiga dan SMM ISO 9001:2008.

Dalam aspek input skema evaluasi ISO 9001:2008 lebih menekankan kesesuaian kebijakan yang ada di SMM ISO 9001:2008 dengan a) Fokus pada Pelanggan, b) Kepemimpinan, c) Keterlibatan Personil, d) Pende-katan Proses, e) PendePende-katan Sistem Pengelolaan, f) Per-baikan berkelanjutan, g) Pembuatan Keputusan Ber-dasarkan Fakta, h) Hubungan saling menguntungkan dengan Mitra Kerja/ Pemasok.


(3)

29 Dalam aspek proses (process) menekankan pada kesesuaian perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi proses mutu layanan dalam proses pembelajaran dengan kebutuhan yang ada.

Dalam perencanaan juga melihat apakah standar mutu yang ditetapkan oleh SMK Negeri 2 Salatiga sudah mengacu pada pelaksanaan SMM ISO 9001-:2008. Sedangkan dalam proses pelaksanaan dan evaluasi akan melihat apakah pelaksanaan SMM ISO 9001:2008 sesuai dengan sasaran mutu yang ditetap-kan. Selanjutnya dalam proses evaluasi akan melihat dan meneliti tentang sejauh mana evaluasi bisa dilaksanakan oleh sumberdaya manusia yang ada di SMK Negeri 2 Salatiga. a) Fokus pada Pelanggan, b) Ke-pemimpinan, c) Keterlibatan Personil, d) Pendekatan Proses, e) Pendekatan Sistem Pengelolaan, f)Perbaikan berkelanjutan, g)Pembuatan Keputusan Berdasarkan Fakta h) Hubungan saling menguntungkan dg Mitra Kerja/ Pemasok.

Dalam aspek produk (product) lebih menekankan pada penilaian hak-hak pelanggan yang ada yaitu kepuasan pelanggan melalui perkembangan terus menerus untuk perbaikan kearah yang baik. Selanjut-nya apakah implementasi SMM ISO 9001:2008 akan dilanjutkan kembali setelah perpanjangan pelaksana-an sampai tahun 2013, ditindaklpelaksana-anjuti dengpelaksana-an ber-bagai modifikasi standar, ataukah ditunda atau diber-hentikan karena telah memiliki kesesuaian, dimana selanjutnya adalah pengembangan program untuk


(4)

da-30 pat terlaksananya visi, misi, tujuan, dan rencana strategis SMK Negeri 2 Salatiga.

Untuk melihat lebih jelas kerangka pikir, ske-ma penelitian berikut menggambarkan kerangka eva-luasi SMM ISO 9001:2008 di SMK Negeri 2 Salatiga.


(5)

31

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian

Modifikasi dari Evaluasi Model Stufflebeam (CIPP) Stufflebeam dan Shinkfield, (1984:167)

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008, Di SMK N 2 Salatiga EVALUASI CONTEXT EVALUASI INPUT EVALUASI PROCESS EVALUASI PRODUCT 1. Kebijakan Mutu SMM ISO 2. VISI 3. MISI 4. Sasaran Mutu /Komitmen SDM sesuai 8 Prinsip manajemen Mutu

1. Memenuhi Persyaratan Pelanggan 2. Menetapkan

kesatuan tujuan dan arah lembaga 3. Orang-orang

merupakan inti lembaga 4.Sumber daya sebagai

suatu proses 5.Mengidentifikasi,

memahami, mengelola sistem proses, sumbangan yg efektif dan efisien 6.Perbaikan

berkesinambungan lembaga 7.Keputusan efektif

didasarkan analisis data dan informasi 8. meningkatankan

kemampuan dan nilai dg pemasok

Kepuasan Pelanggan (8.2.1) dan Perbaikan terus Menerus (8.5.1) 1.Fokus pd Pelanggan (8.2.1) 2.Kepemimpinan(5.1) 3.Keterlibatan Personil (6.1) 4.Pendekatan Proses (5.5.1) 5.Pendekatan SistemPengelolaan (5.4.2;5.6;6.1; 8.2.2) 6.Perbaikan berkelanjutan(8.5.1 7.Pembuatan Keputusan Berdasarkan Fakta(7.6;8.2.3;8.2. 4;8.4) 8.Hubugan saling menguntungkan dg Mitra Kerja/ Pemasok (7.4.1;5.5.2;7.4.3;8.1; 8.5.3)

Pembuatan Keputusan

Ditunda Digagalkan Ditindak lanjuti

Dimodifikasi

Penyempurnaan Mutu Berkesinambungan


(6)

32 Kerangka pikir diatas merupakan modifikasi dari Evaluasi Model Stufflebeam (CIPP), dimana pada setiap evaluasi sistem manajemen ISO terdiri dari evaluasi

context (1) kebijakan mutu SMM ISO, (2) Visi, (3) Misi, (4) Sasaran Mutu/ komitmen manajemen. Evaluasi

Input (1) fokus pada pelanggan, (2) kepemimpinan, (3) keterlibatan personil, (4) pendekatan proses, (5) pen-dekatan sistem pengelolaan, (6) perbaikan berke-lanjutan, (7) pembuatan keputusan berdasarkan fakta, (8) Hubungan saling menguntungkan dengan mitra kerja/ pemasok. Evaluasi Process (1) memenuhi per-syaratan pelanggan, (2) menetapkan kesatuan tujuan dan arah lembaga, (3) orang-orang merupakan inti lembaga, (4) sumber daya sebagai suatu proses, (5) mengidentifikasi, memahami, mengelola sistem proses, sumbangan yang efektif dan efisien, (6) perbaikan berkesinambungan lembaga, (7) keputusan efektif didasarkan analisa data dan informasi, (8) mening-katkan kemampuan dan nilai dengan pemasok. Eva-luasi product (1) kepuasan pelanggan, (2) perbaikan terus menerus.

Keempat aspek evaluasi diatas menjadi dasar ma-najemen untuk mengambil keputusan, apakah kepu-tusan ditunda, digagalkan, ditindaklanjuti, dan dimo-difikasi, selanjutnya menjadi penyempurnaan mutu secara berkesinambungan, bila pengambilan keputus-an belum dapat diambil mkeputus-anajemen, kembali pada keempat aspek evaluasi untuk ditinjau kembali, selan-jutnya kesemuanya itu bermuara pada kepuasan pelanggan.


Dokumen yang terkait

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24