297929396 TRANSMEDIA EDISI 2 pdf
26-27 Mandi Malam Bukan Penyebab Rematik TRANS DARAT
BRT Trans Musi Capai Kemajuan
38-41
28-29 TRANS LAUT TRANS KERETA API
Dilarang Asal Ngebor di Lepas Pantai Menanti Revitalisasi di Jalur Serpong
4 TRANS MEDIA | EDISI 2 2011
42-45 TRANS UDARA
Berpacu Menghadapi Penerbangan Bebas
46-47 TRANS SEJARAH
Saksi Bisu Sejarah Stasiun Tua
48-51 TRANS KOMUNITAS
Mengulik Aktivitas Pecinta Mobil Kodok
Yuk, Kenali Karakter Mobil VW!
51-53
62-65
TRANS PERSPEKTIF
TRANS WISATA
Sistranas & Koridor Ekonomi
Melepas Penat di Keheningan
Indonesia
Pulau Karimunjawa
54-57
66-69
TRANS TEKNO
TRANS LIFESTYLE
Membuat Pesawat
RAILBUS,
Tidak Tersambar Petir
Ikon Baru Transportasi Wong Solo
58-61
68-72
TRANS PROFIL
TRANS SAFETY
Balada Sunyi Penjaga
SEKOCI, Sering Diabaikan di Kala
sampul Pelabuhan Tanjung Priok
Palang Pintu Perlintasan KA
Bencana Datang
foto dok. PUSKOM / R.A Herdin
EDISI 2 2011 | TRANS MEDIA
Utama
Sekretaris Direktorat Jenderal ada di beberapa daerah
Kondisi pelabuhan yang
D pelabuhan nasional yang disusun penyebaran peti kemas masih
alam national port
Perhubungan Laut Kemenhub, sudah sangat padat.
masterplan atau
Kemal Heryandri mengatakan Untuk itu Kementerian
garis besar rencana
pembangunan
selama ini hampir sekitar 60 %
Perhubungan mendorong
upaya pengembangan berada di Jawa. Lalu 13,5 %
oleh Kementerian Perhubungan
berada di Sumatera. Sisanya pelabuhan nasional.
(Kemenhub), setidaknya ada
menyebar luas di berbagai daerah, Karena bagaimanapun juga
beberapa pelabuhan yang menjadi
seperti Sulawesi, Bali, Lombok, pelabuhan sangat penting
target untuk dikembangkan.
hingga Papua. untuk menggairahkan sektor
Adapun pelabuhan itu adalah
Pelabuhan Kuala Tanjung,
perekonomian setempat.
Pelabuhan Cilamaya, Pelabuhan
“Memang penyebaran peti kemas
Kalibaru dan Pelabuhan Teluk
masih terpusat di Pelabuhan
Lamong, serta Pelabuhan di
Tanjung Priok. Namun kami akan
Kalimantan.
mendorong pengembangan
6 TRANS MEDIA | EDISI 2 2011
EDISI 2 2011 | TRANS MEDIA 7
Utama
pelabuhan dan meningkatkan pelayanan peti kemas,” katanya. Dia berharap pelabuhan memiliki fasilitas terminal mobil seperti Tanjung Priok Car Terminal (TPT).
“Terminal itu dipercaya menangani transshipment atau perpindahan muatan mobil dari satu kapal ke kapal lain. Dengan memiliki TPT maka akan mampu bersaing dengan pelabuhan di Singapura dan Malaysia,” katanya.
TPT Tanjung Priok tercatat pernah melayani kapal Golden Fan Panama yang berlayar dari India. Kapal tersebut melakukan aktivitas bongkar di Tanjung Priok dengan membawa 1.091 unit mobil. Kemudian mobil-mobil itu sebagian ada yang dimuat ke kapal Rocky Highway ke Selandia Baru dan Australia.
Kemal mengakui kalau sampai saat ini pelabuhan belum bisa memberikan pelayanan maksimal meskipun berada di lokasi yang strategis. Alasannya adalah karena volume kargo dan fasilitas kargo yang dimiliki tidak membuat kapal-kapal besar mau merapat ke dermaga.
“Kapal-kapal besar itu lebih memilih melintas di Selat Malaka. Sedangkan pelabuhan kita umumnya hanya menjadi pelabuhan pengumpan atau feeder,” tandasnya.
Untuk itulah Kemenhub akan mendorong supaya pelabuhan tersebut menjadi hub port atau pelabuhan penghubung setidaknya di wilayah regional Asia dan Oceania.
“Selama ini, untuk kawasan Asia hingga Oseania, transshipment dilakukan di Pelabuhan Singapura, Pelabuhan Klang dan Tanjung Pelepas di Malaysia. Kemudian
barulah dibawa ke Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, dan Belawan. Salah satu alasan perusahaan pelayaran melakukan transshipment di Indonesia adalah karena kekuatan kita sebagai salah satu pasar besar di dunia,” katanya.
PENGEMBANGAN KUALA TANJUNG
Setelah mengetahui masterplan tersebut kita bisa mulai melihat potensi pembangunan pelabuhan. Kita mulai dari pelabuhan yang berada di Sumatera. Di wilayah ini, Kemenhub akan mengembangkan Pelabuhan Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara.
Pelabuhan Kuala Tanjung sangat mendesak untuk dibangun menyusul kontrak kerja dengan sejumlah industri yang membutuhkan pelabuhan modern. Pelabuhan itu juga diharapkan mampu mendukung kompetisi regional dengan Pelabuhan Klang dan pelabuhan di Singapura.
Nantinya Pelabuhan Kuala Tanjung akan dapat melayani transportasi kawasan industri di bagian barat termasuk Aceh dan Riau, sekaligus menjawab tuntutan kawasan ekonomi Semangke-Batubara yang dibangun PTPN 3 menyusul berdirinya industri-industri turunan industri kelapa sawit di daerah itu.
Selain itu, hadirnya Pelabuhan Kuala Tanjung juga bisa mengatasi kepadatan di Pelabuhan Belawan dan Dumai. Saat ini aktivitas bongkar muat di pelabuhan tersebut sudah padat sehingga membutuhkan pelabuhan baru sebagai penyangga bagi kegiatan peti kemas.
“Saat ini kapal yang masuk ke Pelabuhan Belawan mencapai 500 hingga 600 kapal per bulan. Dari jumlah itu sekitar 300 hingga 400 kapal masuk pelabuhan konvensional Belawan, dan sekitar 100-200 kapal masuk ke Belawan Internasional Container Terminal (BICT),” katanya.
Hanya sayangnya pengembangan pelabuhan itu terganjal proses pembebasan lahan. Direktur Utama (Dirut) PT Pelindo I Harry Sutanto mengatakan, kendala pembebasan lahan itu luasnya mencapai 20 hektar.
“Kendala pembebasan lahan ini karena ada pihak swasta yang juga menginginkan lahan tersebut untuk pengembangan industri. Kalau pemerintah memberi izin lahan 20 hektar kepada PT Pelindo I, maka diperkirakan akhir tahun 2011 akan dimulai ground breaking, karena Pelindo sudah menyediakan biaya untuk pembebasan lahan tersebut,” ujarnya . Untuk pengembangan pelabuhan itu PT Pelindo I menanamkan investasi senilai Rp 1 triliun. “Saat ini Kuala Tanjung hanya bisa digunakan oleh kapal yang beratnya di bawah 5.000 dead weight tonnage (DWT). Jadi nanti akan dibangun pelabuhan yang bisa digunakan oleh kapal-kapal besar,” katanya.
Agar kapal dengan berat 30.000 DWT hingga 40.000 DWT bisa berlabuh, PT Pelindo I akan membangun pelabuhan itu dengan kedalaman 12 hingga 14 m. Saat ini, Pelindo masih menyusun engineering design pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung.
Ditargetkan desain tersebut selesai akhir tahun ini sehingga pembangunannya bisa mulai dilakukan 2012.
8 TRANS MEDIA | EDISI 2 2011
Utama
PELABUHAN CILAMAYA, KENDAL DAN LAMONGAN
Di Jawa, Kemenhub akan fokus mengembangkan pelabuhan di Cilamaya, Karawang Jawa Barat. Pembangunan pelabuhan tersebut sesuai dengan isi Keputusan Menteri Perhubungan (KM) Nomor 42/2011 tentang Rencana Induk ( Masterplan) Teluk Jakarta, yang telah difinalisasi pada 7 April 2011. Lokasi pelabuhan dipilih berdasarkan hasil studi Japan International Corporation Agency (JICA). Nantinya Pelabuhan Cilamaya akan menjadi penunjang Pelabuhan Tanjung Priok yang sudah padat.
Alasan pemilihan Cilamaya sebagai penunjang Pelabuhan Tanjung Priok adalah karena lokasinya strategis dan terletak dekat dengan sentra-sentra produksi seperti di Karawang, Serang dan
Banten. Selain itu, kemacetan di Tanjung Priok yang sudah sangat padat, dan berdampak pada biaya ekonomi yang tinggi, sehingga mempengaruhi daya saing ekpor dan harga barang dalam negeri.
Direktur Kepelabuhanan dan Pengerukan Ditjen Hubla Kemenhub Suwandi Saputro mengatakan Cilamaya dipilih setelah menyisihkan kandidat lain yaitu Bekasi, Marunda, Ancol Timur, Bojonegara Serang dan Tangerang. “Keenam wilayah itu memiliki potensi angkutan barang ekspor dan impor,” katanya.
Sebagai operator, PT Pelindo
II akan menyiapkan investasi sebesar Rp 6 triliun untuk membangun pelabuhan Cilamaya. Pembangunan itu membutuhkan waktu 5-10 tahun. Nantinya Cilamaya akan memiliki kapasitas
10 juta TEUs kontainer per tahun.
Adapun kendala yang dihadapi dalam pembangunan pelabuhan Cilamaya tersebut adalah infrastruktur jalan utama di Tugu Tanjung Jaya, Tempuran Karawang yang masih sangat sempit dilalui kontainer.
Di lokasi ini pun juga terdapat banyak areal persawahan. Maka tentunya diperlukan pembangunan akses penghubung yang tidak mengganggu areal tersebut seperti membangun jalan layang.
Dirut PT Pelindo II Richard J. Lino mengatakan, Cilamaya adalah disiapkan untuk pengembangan jangka panjang. Sedangkan pengembangan jangka pendek, Pelindo II akan tetap mengembangkan Pelabuhan Tanjung Priok sesuai masterplan hingga 2020. Pada jangka pendek pelabuhan tersebut akan mengalami penataan ulang
EDISI 2 2011 | TRANS MEDIA 9
Utama
terkait dengan trafik manajemen arus barang yang masuk. Seperti memindahkan kontainer kosong ke luar pelabuhan, mengefektifkan pelayanan pintu masuk dan memaksimalkan layanan national single window (NSW).
Terkait dengan hal tersebut, Kemenhub dalam jangka pendek ini juga menyiapkan Kalibaru Utara sebagai terminal pendukung Pelabuhan Tanjung Priok. Adapun nilai investasi pembangunan tersebut mencapai Rp 11,7 triliun. Biaya investasi tersebut membengkak dari pagu sebelumnya sebesar Rp 8,8 triliun.
Menteri Perhubungan (Menhub) Freddy Numberi mengatakan, pihaknya akan melaksanakan tender proyek Pelabuhan Kalibaru Utara dalam tiga tahapan.
“Untuk tahap prakualifikasi akan dilakukan pada Mei mendatang. Adapun nilai konsesi bagi investor untuk mengelola pelabuhan adalah selama 35 tahun,” katanya.
Di Jawa Tengah, pemda setempat juga sudah menyiapkan pengganti Pelabuhan Tanjung Emas Semarang yaitu Pelabuhan Kendal. Alasan pengembangan pelabuhan di Kendal adalah karena Pelabuhan Tanjung Emas sudah tidak mungkin dimaksimalkan akibat keterbatasan lahan. Selain itu lahan untuk peti kemas sudah terbatas sehingga terjadi penumpukan.
Sedangkan di Surabaya, guna menekan waiting time kapal saat bongkar muat di pelabuhan Tanjung Perak, PT Pelindo III akan merealisasikan pembangunan pelabuhan Teluk Lamong yang berlokasi di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Saat ini proses pembangunan Teluk Lamong sudah memasuki tahapan
pengerjaan beberapa terminal. Selain pembangunan terminal, PT Pelindo III juga akan membeli peralatan seperti crane dan kapal tunda.
Untuk pengembangan itu Pelindo
III menginvestasikan dana sebesar Rp 1,3 triliun. Diharapkan nantinya setelah pengembangan itu Teluk Lamong bakal memiliki kapasitas 3,5 juta TEUs. PT Pelindo III juga akan mengembangkan Teluk Lamong secara bertahap dengan dana pengembangan setiap tahapan sebesar Rp 300 miliar.
PELABUHAN DI KALIMANTAN DAN SULAWESI
Lalu bagaimana kondisi pelabuhan di Kalimantan dan Sulawesi? Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Hubla Kemenhub, Kemal Heryandri mengatakan kendala utama pembangunan pelabuhan di Sulawesi dan Kalimantan adalah belum banyaknya moda transportasi darat yang memadai.
Padahal di Kalimantan terdapat kegiatan pengeboran minyak dan Sulawesi terdapat kegiatan pertanian, pangan, dan kakao, yang tentu membutuhkan sarana distribusi. “Akibatnya banyak pelabuhan khusus bermunculan,” tandasnya.
Meski demikian, di Sulawesi, pelabuhan yang akan disiapkan untuk menjadi pelabuhan peti kemas internasional berlokasi di Belang-Belang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar). Sedangkan di Kalimantan, pelabuhan alternatif yang akan disiapkan adalah di Palaran , Samarinda Kalimantan Timur.
Pelabuhan petikemas Palaran diproyeksikan sebagai pengganti Pelabuhan Samarinda dan Terminal Petikemas yang sudah ada saat ini dengan luas 125.700 meter persegi, dan mampu menampung kapal sampai dengan 5000 DWT dengan luas cargo 54.000 m2.
Utama
MENCERMATI
MINAT INVESTOR DI PELABUHAN
10 TRANS MEDIA | EDISI 2 2011
EDISI 2 2011 | TRANS MEDIA 11
Utama
S ejak Pelabuhan
Cilamaya ditetapkan menjadi pelabuhan pendukung Pelabuhan Tanjung Priok, beberapa investor
mulai tertarik berinvestasi. Selain PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II terdapat investor asing yang masuk seperti dari Korea Selatan, Jepang dan Malaysia.
Belakangan investor asal Belanda, PT Eurocor juga menyatakan minatnya dengan mengajukan dokumen usulan serta proposal perencanaan. Para investor tersebut bersiap untuk mengucurkan nilai investasi sebesar Rp 6 triliun.
Demikian pula dengan investor asal China yang bersiap masuk ke pelabuhan peti kemas internasional di Belang-Belang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar). China telah bersedia membangun pelabuhan peti kemas melalui hasil kerjasama antara pemerintah Indonesia dan China di Beijing beberapa waktu lalu.
Para investor asing maupun lokal yang berminat menggarap pelabuhan tersebut harus mengikuti tender sesuai Peraturan Presiden Nomor
13 Tahun 2010 tentang kerja sama pemerintah dalam penanganan investasi bidang infrastruktur. Meski demikian, bagi Direktur Utama
PT Pelindo I Harry Sutanto ada fakta menarik lainnya yang membuat minat investasi semakin tinggi. Fakta itu adalah peningkatan bisnis peti kemas beberapa tahun belakangan ini.
“Sepanjang 2010 lalu kontribusi terbesar bagi omset perusahaan diperoleh dari bisnis bongkar muat peti kemas yang mencapai 60%. Tahun ini kami menargetkan pertumbuhan hingga 8 %,” katanya.
Hanya sayangnya sektor bisnis ini belum tergarap dengan maksimal karena kendala infrastruktur dan peralatan. “Peralatan yang ada saat ini tidak memadai karena sudah terlalu tua. Kami mengantisipasi hambatan itu dengan investasi secara agresif melalui penambahan alat-alat bongkar muat,” tutumya.
Terkait dengan hal itu PT Pelindo
I mengajukan pinjaman ke Bank Mandiri dengan besaran 80 % dari total kebutuhan investasi peti kemas sebesar Rp l,2 triliun. Sisanya nanti dicukupi dari kas internal. Kredit itu akan dikucurkan bertahap dengan besaran per tahapan sebesar Rp 352 miliar hingga 2017.
Nantinya pengajuan kredit itu untuk membiayai peremajaan peralatan dan fasilitas pelabuhan. “Kami berencana untuk membeli dua unit container crane, empat unit harbour mobik
Bisnis bongkar muat peti kemas terus meningkat. Akibatnya investor swasta mulai melirik peluang investasi di sektor pelabuhan. Hanya sayangnya, peluang itu belum diimbangi dengan kebutuhan infrastruktur yang belum memadai.
Utama
selalu ditanggung oleh pemerintah terutama pengadaan proyek infrastruktur.
Penasihat Pembangunan Direktorat Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bappenas, Bambang Bintoro Soedjito mengatakan, perlu ada pembagian resiko yang jelas sehingga KPS menjadi seimbang dan setara.
“Nantinya harus jelas mengenai mana yang merupakan resiko tanggungan pemerintah, dan mana yang menjadi tanggung jawab swasta,” ujarnya.
LAHIRNYA INOVASI BARU Dalam kerangka pengembangan
dan China yang berbunga rendah
pelabuhan, kerjasama dengan
untuk Pelabuhan Tanjung Priok,”
pihak swasta ini memungkinkan
katanya yang menyebutkan bahwa
lahirnya sebuah inovasi dalam
investasi Pelabuhan Tanjung Priok
mengurangi keseluruhan biaya
mencapai US$ 375 juta pada
integrasi rancang bangun,
semester pertama 2011 untuk
konstruksi, operasi, dan
membeli peralatan.
pemeliharaan aset.
Kepala Badan Penelitian dan
Di Maluku sendiri, saat ini
Pengembangan Kementerian
terdapat 12 pelabuhan. Lahan
Perhubungan (Kemenhub) Denny L
pelabuhan itu dibuka untuk
Siahaan mengatakan, pemerintah
kerja sama operasional dengan
tetap memerlukan bantuan
swasta. Sebaliknya, swasta juga
swasta untuk mengembangkan
dimungkinkan membangun dan
pelabuhan. Pasalnya sinergi dengan
mengelola pelabuhan di wilayah
Maluku. Saat ini, terdapat empat crane, dan lima unit rubber tired
swasta memberi dampak bagi
simpul pelabuhan yang dibangun gantry crane. Untuk container
Sistem Transportasi Nasional
swasta, yakni di Kota Tual, crane, ditargetkan tiba pada
(Sistranas) terkait pengembangan
Ambon, Seram, dan Aru. kuartal III/2011,” katanya.
enam koridor ekonomi Indonesia.
Pelabuhan ikan milik swasta Sementara itu Direktur Utama
“Sinergi yang dimaksud bukan
tersebut dikembangkan untuk PT Pelindo II RJ Lino mengatakan
hanya dari segi pendapatan
kegiatan ekspor perikanan secara dalam pengembangan Pelabuhan
( revenue), namun juga dari
langsung dengan pasokan bahan Tanjung Priok, pihaknya sudah
tanggungjawab sehingga kerjasama
baku dari nelayan. Pemerintah mendapat tawaran investasi dari
dengan swasta merupakan salah
menempatkan syahbandar Amerika Serikat dan Inggris untuk
satu cara untuk mengintegrasikan
perikanan di pelabuhan swasta alat-alat bongkar muat.
seluruh waktu proyek,” katanya.
sebagai operator regulator.
Memang dalam konsep kerjasama
“Kami juga mendapatkan
Pelabuhan ikan yang dimaksud penawaran investasi dalam
pemerintah dan swasta (KPS) ada
adalah Pelabuhan Tual dan bentuk pembiayaan dari Jepang
beberapa resiko yang muncul. Dan
resiko yang ada itu tidak harus
Ambon.
12 TRANS MEDIA | EDISI 2 2011
EDISI 2 2011 | TRANS MEDIA 13
Utama
Peningkatan mutu pelabuhan Indonesia adalah merupakan Rencana Pemerintah Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014.
Target RPJM berupa pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5% hingga 7,7%. Untuk mencapai target itu, butuh investasi infrastruktur sekitar US$ 214 miliar.
Sementara anggaran pemerintah hanya mampu menyediakan biaya kurang dari 30%, dari total keseluruhan investasi. Artinya pemerintah masih membutuhkan US$ 149,8 miliar, karena hanya mampu memenuhi biaya investasi sebesar US$ 64,2 miliar saja.
Lebih dari 70% investasi dibutuhkan dari sektor non- publik, termasuk swasta. “Maka sangatlah penting untuk meningkatkan peran sektor swasta. Baik dalam RPJM 2010- 2014 maupun rencana jangka panjang 2025, khususnya di bidang infrastruktur,” kata Denny.
Namun Bambang Bintoro Soedjito mengatakan, investasi yang besar tersebut juga harus dibarengi dengan adanya nilai manfaat uang. “Kerjasama dengan swasta bukanlah sekedar alat pembiayaan, tapi fokus kepada hasil. Itu akan membuat pemegang kebijakan memberi perhatian pada adanya keseimbangan optimal antara biaya dan kualitas,” paparnya.
Lebih lanjut Bambang Bintoro Soedjoto mengingatkan bahwa pembangunan bidang infrastruktur pada tahun-tahun awal diperlukan untuk memulai pengembangan koridor. Tanpa infrastruktur dasar yang memadai pengembangan koridor akan terbatas dan pertumbuhan lebih lanjut tidak dapat terwujud.
KENDALA PENGEMBANGAN
Tentu saja infrastruktur dasar yang dimaksud adalah pembangunan jalan akses menuju
pelabuhan yang belum dibangun oleh pemerintah daerah. Pasalnya kewenangan Kemenhub hanya sampai pada pembangunan dermaga untuk sandar kapal saja.
Ketiadaan akses itu sungguh menyulitkan pengusaha dalam melancarkan arus barang.
Akibatnya swasta membuat sendiri pelabuhan khusus yang digunakan untuk mendukung aktivitas logistik. Sejak itulah pelabuhan khusus banyak bermunculan dan lebih banyak digunakan sendiri oleh swasta.
Sedangkan untuk pelabuhan khusus angkutan penumpang dan barang umum, biasanya pihak swasta berminat membangun di daerah-daerah terutama yang sudah dikuasai oleh Pelindo, baik dalam pengelolaan maupun proyek infrastrukturnya. Sementara untuk daerah baru, swasta masih pikir-pikir.
Utama
INDONESIA
DALAM PETA PELABUHAN DUNIA
14 TRANS MEDIA | EDISI 2 2011
Utama
P yang menjadi urutan pertama pelabuhan tersibuk
ada 2009, Indonesia tercatat sebagai pelabuhan tersibuk di dunia di urutan ke 25. Tercatat hampir 4.000 TEUs ( Twenty-foot Equivalent Unit,s) kontainer masuk di Tanjung Priok. Sementara
dunia adalah pelabuhan Singapura, dengan kegiatan transportasi kontainer sebanyak 25.866 TEUs.
Berikut urutan kesibukan pelabuhan dunia, dengan jumlah volume kontainer yang dikelola pelabuhan:
Ukuran Kontainer No
Negara (TEUS)
1 Singapore 25,866
2 Shanghai (RRC) 25,002
3 Hong Kong 20,983
4 Shenzhen (RRC) 18,250
5 Busan (Korea) 11,954
6 Guangzhou (RRC) 11,190
7 Dubai (UAE) 11,124
8 Ningbo (RRC) 10,502
9 Qingdao (RRC) 10,260 Rotterdam
10 9,743 (Belanda)
11 Tianjin (RRC) 8,700
12 Kaohsiung (Taiwan) 8,581 Port Klang
13 7,309 (Malaysia)
14 Antwerp (Belgia) 7,309
15 Hamburg (Jerman) 7,007
16 Los Angeles (AS) 6,748 Tanjung Pelepas
17 6,000 (Malaysia)
18 Long Beach (AS) 5,067
19 Xiamen (RRC) 4,680 Laem Chabang
20 4,621 (Thailand)
Bremen/ 4,564
21 Bremerhaven (Jerman)
22 New York (AS) 4,561
23 Dalian (RRC) 4,552 Jawaharlal Nehru
24 (India)
Tanjung Priok
25 3,984 (Indonesia)
EDISI 2 2011 | TRANS MEDIA
Utama
Sebuah pelabuhan dikatakan
canggih serta terminal yang tersibuk di dunia karena berkaitan
dari 20 TEUs. Pelabuhan itu juga
super luas, yang secara kolektif banyaknya pengiriman tonase.
telah disinggahi ribuan kapal berisi
melakukan perdagangan bahari. Saat ini Pelabuhan Singapura
kargo dari 123 negara. Satu kapal
akan datang setiap 2 - 3 menit.
menangani seperempat kontainer
Sedangkan untuk pengiriman pengiriman dunia, termasuk
Pelabuhan Singapura dikelola oleh
tonase pelabuhan ini mampu sebagai tempat pemindahan
operator pelabuhan, antara lain
menangani pengiriman sebesar muatan antar kapal serta
PSA (Port Of Singapore Authority)
1.15 miliar (Am.) long ton ( GT) menjadi pusat tangki bahan bakar
International dan Jurong Port.
sejak 2005. pelabuhan utama dunia.
PSA itu bertindak sebagai hub (penghubung) kargo perdagangan
Tentunya jumlah tonase yang Dengan padatnya aktivitas itu
bisa dikirim itu masih berada jauh membuat Pelabuhan Singapura
dunia ke berbagai tujuan utama,
di belakang Pelabuhan Shanghai mengelola lebih dari 17 juta unit
di sepanjang jaringan transportasi
dengan jumlah pengiriman 423 kontainer yang berukuran lebih
global. Untuk itu Pelabuhan
Singapura dilengkapi fasilitas
miliar ton. Sementara Pelabuhan
16 TRANS MEDIA | EDISI 2 2011
EDISI 2 2011 | TRANS MEDIA 17
Utama
Singapura menangani 25 juta ton. Meski demikian Singapura tetap di peringkat pertama dunia dengan kategori penanganan traffic atau lalu lintas kapal pada pelabuhan terbaik.
Lalu apa langkah yang disiapkan Pelabuhan Tanjung Priok untuk menyetarakan kedudukan dengan Port of Singapore? Menteri Perhubungan (Menhub) Freddy Numberi mengatakan, upaya Pelabuhan Tanjung Priok dalam memacu produktifitas saat ini, adalah dengan memperluas kapasitas daya tampung.
Program yang masuk dalam rencana jangka pendek itu ialah pembangunan 3 terminal di kawasan Kalibaru, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Diharapkan, dengan pembangunan itu akan menambah kapasitas hingga 1,9 juta TEUs per tahun, dari kapasitas saat ini yang hanya 3,8 juta TEUs.
Freddy berharap daya tampung pelabuhan Kalibaru sebesar 1,9 juta TEUs per tahun tersebut akan visible hingga 2020. Hal itu diyakininya terwujud bila pengembangan pelabuhan laut berstandar internasional di Cilamaya, yang berdekatan dengan kawasan industri di Bekasi, Karawang, dan Purwakarta segera terlaksana.
“Ada tiga terminal di situ. Terminal satu itu panjangnya 3.000 meter lebih nanti bisa menampung sekitar 10 juta TEUs sebelum 2020,” ujarnya.
Namun Freddy mengemukakan, masih dibutuhkan pemahaman yang sama antarsemua pihak, termasuk proses tender pembangunan yang melibatkan operator pelabuhan Tanjung Priok Pelindo II.
“Kita segera melaporkan ke Menko Perekonomian untuk koordinasi hal tersebut. Kita akan coba jelaskan rencana pengembangan agar ada pemahaman yang sama,” ujarnya.
Untuk itu Freddy mengatakan, rencana induk ( masterplan) pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok ini tidak akan mengalami perubahan dan siap disahkan pada April nanti.
“April ini saya mengesahkan master plan-nya, kemudian dilelang dan baru dilakukan ground breaking,” ujarnya.
Pembangunan terminal Kalibaru dilakukan sebagai bagian dari upaya pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok, karena saat ini pelabuhan tersebut sudah melayani bongkar muat di luar kapasitas hingga 5 juta TEUs.
Pemerintah akan melakukan pengembangan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok yang berskala internasional ini dalam tiga tahap.
Tahap pertama diperkirakan menelan investasi sekitar Rp 8,8 triliun. Setengah dari biaya ditanggung oleh Japan International Cooperation Agency (JICA), salah satu lembaga donor internasional.
Dua tahap selanjutnya, dalam catatan pemerintah, estimasi biayanya belum dilakukan karena pembangunan pelabuhan tersebut berlangsung hingga kurun waktu 2030. Pengembangan tahap pertama diharapkan memiliki kapasitas sekitar 1,9 juta TEUs, dan direncanakan selesai pembangunannya pada 2014.
Di Indonesia sendiri, dengan adanya Terminal Mobil Tanjung Priok (TPT) yang dipercaya menangani transshipment, diharapkan mampu bersaing menjadi pelabuhan penghubung setara pelabuhan di Singapura dan Malaysia.
Saat ini TPT telah memiliki kapasitas parlor untuk 6.000 mobil dengan luas 12,3 hektar dan panjang dermaga 220 meter.
Interview
18 TRANS MEDIA | EDISI 2 2011
EDISI 2 2011 | TRANS MEDIA 19
A khir-akhir ini Kementerian
Perhubungan (Kemenhub) sedang sibuk mempersiapkan pengembangan pelabuhan pendukung Pelabuhan
Tanjung Priok. Pasalnya, pelabuhan itu kini sudah terlalu padat dan sesak. Untuk itu Kemenhub pun menyiapkan Pelabuhan Kalibaru Utara di Jakarta Utara.
Tentunya berbagai pihak menyambut baik pengembangan pelabuhan tersebut. Operator pelabuhan seperti PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II pun segera menyusun strategi supaya bisa turut mengembangkan Kalibaru Utara tersebut dalam proses tender Mei mendatang.
Nah, untuk menjawab tantangan tersebut, Menteri Perhubungan (Menhub) Freddy Numberi langsung menangani proses pengembangan pelabuhan tersebut sekaligus meredakan polemik terkait keikutsertaan PT Pelindo II pada tender tersebut. Sebelumnya berkembang wacana, bahwa PT Pelindo II telah diminta langsung mengerjakan proyek pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok, tanpa melalui tender, seperti arahan Wakil Presiden (Wapres) Boediono.
Bagai bola liar, polemik tersebut diklarifikasi Direktur Utama PT Pelindo II RJ Lino, melalui pernyataannya bahwa pihaknya harus
menang tender dulu sebagai BUP (Badan Usaha Pelabuhan) dalam tender yang digelar pemerintah, baru bisa memulai pengerjaan proyek. Bagaimana duduk persoalan dari masalah tersebut? Beberapa waktu lalu Jurnalis Trans Media Angiola Harry berhasil
mendapatkan pernyataan Menhub Freddy
Numberi dalam sebuah acara jumpa pers di Jakarta. Berikut kutipannya :
Trans Media (TM) : Ada wacana bahwa PT Pelindo II telah ditunjuk langsung mengerjakan proyek pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok di Kalibaru Utara. Benarkah PT Pelindo II memang ditunjuk langsung?
Menhub Freddy Numberi (Menhub) : Saya akan memberi Anda pemahaman dahulu sebelum menjawab secara langsung. Lokasi proyek memang berada di lingkungan kerja pelabuhan, tapi bentuknya masih laut. Sementara areal PT Pelindo II adalah semua kawasan darat yang ada disekitarnya. Saat ini kawasan laut Kalibaru bukan wilayah kerja PT Pelindo II. Sehingga HPL atau hak penggunaan lahan di laut masih milik pemerintah. Baiklah sekarang saya kira Anda sudah paham tentang area. Sekarang saya akan memberi pemahaman tentang apa hak pemerintah dalam proyek ini. Kawasan laut, adalah milik pemerintah. Tapi dalam konteks pengelolaan,
Interview “PT PELINDO II
TETAP HARUS IKUT
TENDER KALIBARU”
Freddy Numberi
Menteri Perhubungan RI
20 TRANS MEDIA | EDISI 2 2011
Interview
pemerintah bebas memberikannya ke siapa saja.
TM : Bebas dalam kategori apa?
Menhub : Untuk memberi hak pengelolaan, kita melakukan tender. Nah, siapa yang menang tender maka dia akan dikontrak mengerjakan pengelolaan di kawasan laut tersebut. Kembali ke kawasan laut, seperti Anda ketahui, pemerintah akan mengembangkan kawasan itu dalam konteks pengusahaan bisnis. Bukan sebagai regulator, tapi sebagai operator. Dulu memang di kawasan PT Pelindo II, keduanya ada. Ada pemegang regulasi dan ada operator. Sekarang kita ingin pisahkan inventarisasinya, dan inilah salah satu tujuan pengembangan pelabuhan tersebut. Nah, jika nanti kawasan laut itu sudah dikembangkan dan selesai menjadi kawasan yang diusahakan dalam konteks bisnis, maka kita putuskan itu menjadi wilayahnya pengelola, yang notabene adalah pemenang tender. Jadi pada hakekatnya, saat kawasan itu masih dalam bentuk laut, pengelolaan lahan masih milik pemerintah. Lalu saat kawasan laut itu sudah menjadi kawasan pengusahaan bisnis, maka pengelolaan milik pemenang tender.
TM : Lalu seperti apa posisi PT Pelindo II, yang dikabarkan memiliki hak pengelolaan kawasan laut, tanpa melalui proses tender. Bisa dijelaskan?
Menhub : Makanya kita lakukan tender pengelolaan. Dan kita memang sangat optimis PT Pelindo II yang menang tender, kenapa? Karena PT Pelindo II sebenarnya memiliki persyaratan teknis yang baik. Lalu tak hanya soal kecukupan syarat saja kami meyakini PT Pelindo II bisa menang karena mereka adalah inisiator yang merencanakan kawasan tersebut. Dengan demikian nantinya PT Pelindo II berhak mendapatkan nilai 10 % dari peserta lainnya terhadap nilai pagu.
TM : Jadi sebenarnya posisi PT Pelindo II sangat diunggulkan?
Menhub : Ya seperti itu. Dalam persyaratan teknis tender, Badan Usaha Pelabuhan (BUP) diharuskan telah bermain di jasa itu selama 10 tahun dan biasa mengelola kapasitas kontainer hingga 1 juta TEUs. Ke semua syarat itu dimiliki PT Pelindo II.
TM : Sepertinya PT Pelindo II tak perlu khawatir dengan pesaingnya?
Menhub : Ya, betul. Jika dilihat dari persyaratan itu PT Pelindo II memiliki semuanya. Jadi, kenapa harus takut menghadapi proses tender ?
TM : Lalu perkembangan hingga saat ini sudah sampai mana?
Menhub : Tahap pertama menelan investasi sekitar Rp 8,8 triliun, dan 50 % akan ditanggung oleh Jakarta International Cooperation Agency (JICA). Pengembangan tahap I ini diharapkan memiliki kapasitas sekitar 1,9 juta TEUs dan selesai pembangunannya pada 2014.
TM : Bisa diceritakan mengapa Pelabuhan Tanjung Priok harus dikembangkan? Apakah ada isu miring bahwa Kementerian Perhubungan dikendalikan oleh JICA?
Menhub : Begini Bung, Pelabuhan Tanjung Priok terancam mengalami stagnasi dalam kurun tiga tahun mendatang, sehingga kawasan Kalibaru Utara harus dikembangkan. Indikasi stagnasi bisa dilihat dari pertumbuhan peti kemas internasional pada 2009-2010 yang sebesar 23 % dan domestik 26 %. Saat ini
“Nah, jika nanti kawasan laut itu sudah dikembangkan dan selesai menjadi kawasan yang diusahakan dalam konteks bisnis, maka kita putuskan itu menjadi wilayahnya pengelola, yang notabene adalah pemenang tender.”
Interview
kapasitas Tanjung Priok sekitar 4 juta TEUs.
TM : Lalu kapan tender bisa dilakukan?
Pertanyaannya kemudian darimana semua data ini didapat? Data ini adalah hasil riset
Menhub : Dokumen tender disahkan pada pemerintah dan JICA sejak 2003, sehingga
minggu ketiga April ini, sehingga akhir Mei atau sebaiknya buang jauh-jauh anggapan bahwa
awal Juni akan dilakukan tender. Kita harapkan pengembangan pelabuhan ini adalah permainan
pada September sudah dilakukan ground pemerintah dengan JICA.
breaking.
TM : Bisa dipaparkan lebih jauh mengenai TM : Untuk pemenang tender nanti, berapa riset tersebut?
lamakah akan mendapatkan hak konsesi?
Menhub : Sesuai hukum fisika, untuk Menhub : Kami memberikan masa konsesi memperlancar arus, semua alur harus bebas
selama 35 tahun setelah proyek pembangunan hambatan. Begitu pula di kawasan Tanjung
Terminal Kalibaru Utara selesai. Hak konsesi Priok, alur barat dan timur harus benar-benar
itu diberikan karena investor swasta diminta bebas. Alur timur sendiri dibangun sejak 1978,
membangun jembatan degan bentang 700 karena dulu di Pelabuhan Tanjung Priok hanya
meter dan memperdalam alur laut sisi timur. ada satu alur. Sehingga jika terjadi masalah
TM : Bisa dijelaskan rencana tendernya itu
seperti kebakaran, semua kapal harus antri
akan seperti apa ?
hanya untuk keluar. Kami, kepada tim meminta agar perlu ada dua alur. Maka harus ada yang
Menhub : Rencana tender akan dibagi dalam diubah, yakni adanya alur timur dan barat. Tapi
tiga tahapan. Tahap pertama akan membangun saya juga meminta, ini diintegrasikan dengan
terminal peti kemas seluas 77 hektar. Tahap PT Pelindo II dengan baik, supaya meski alur
kedua akan membangun peti kemas seluas 50 tersebut tetap eksis, juga tidak ada dampak
hektar dan tahap ketiga untuk membangun buruk bagi masyarakat nelayan. Sehingga
terminal curah cair seluas 40 hektar. Total mereka bisa tetap bebas menangkap ikan di
investasi untuk pengembangan Kalibaru ini wilayah PT Pelindo II.
mencapai Rp 11,1 triliun.
EDISI 2 2011 | TRANS MEDIA
Regulasi
SINERGI OPERATOR ATASI KERESAHAN PENGUSAHA
S usaha bermodal izin usaha perjanjian tersendiri dengan
aat ini banyak bongkar muat di PT Pelindo IV. Perusahaan Bongkar
“Karena mereka bebas memilih Muat (PBM)
layanan PBM yang ada di darat. melakukan aktivitas
Nah, setiap PBM pun memiliki
sehingga mereka kurang dalam pelanggan,” ujarnya. hal pelayanan dan peralatan. Direktur Operasi dan Teknik PT
PBM adalah perusahaan berbadan Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV,
hukum yang melakukan kegiatan Imran Iskandar yakin pihaknya
bongkar muat dari atau ke kapal bisa melakukan sinergi dengan
meliputi kegiatan pembongkaran PBM. “Mungkin kedepannya,
barang dari palka kapal ke atas solusi yang cukup bagus adalah
dermaga di lambung kapal atau sinergi. Dengan sinergi itu, Pelindo
sebaliknya ( stevedoring). dan PBM bisa memberi garansi bongkar muat kepada pelanggan,
Selain itu kegiatan PBM adalah tergantung bagaimana penerapan
memindahkan barang dari sinergi yang terjalin antara PT
dermaga di lambung kapal ke Pelindo dengan PBM kedepannya,”
gudang/lapangan penumpukan ungkapnya kepada TransMedia.
atau sebaliknya ( cargodoring), dan kegiatan pengambilan barang dari
Saat ini, untuk kegiatan bongkat gudang/lapangan di bawa ke atas muat non peti kemas, Imran
truck atau sebaliknya ( receiving/ mengaku pihaknya belum
delivery).
bisa memberikan garansi bagi pelanggan yang menggunakan jasa
22 TRANS MEDIA | EDISI 2 2011
Regulasi
EDISI 2 2011 | TRANS MEDIA
Regulasi
Kedudukan PBM di pelabuhan ini masuk dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhan. Namun Imran menyayangkan bila masih ada PBM yang belum punya fasilitas dan peralatan, namun melakukan usaha bongkar muat, sehingga PBM tersebut kewalahan.
KEPASTIAN USAHA BAGI PBM
Sebelumnya, PBM mendesak kepastian berusaha untuk melakukan kegiatan bongkar,
hingga saat ini, nyaris tidak ada muat seiring keinginan PT Pelindo
bagian dari kegiatan jasa
kepelabuhanan. Namun kondisi
kepastian PBM mana yang akan
melakukan investasi dengan alat dan prasarana bongkar
II agar PBM melakukan investasi
ini tidak diakomodasi dalam PP
jangka waktu tertentu. muat di Pelabuhan Tanjung
No. 61 tahun 2009, sehingga
perusahaan bongkar muat tidak
Priok. Desakan itu juga didasari
Agar keadaannya tidak penilaian Pengguna jasa bongkar
memperoleh kepastian dalam
berlarut-larut, pihak APBMI muat, bahwa kedudukan PBM
berusaha.
bahkan meminta Kementerian di pelabuhan yang masuk dalam
Perhubungan agar segera PP No. 61 tahun 2009 ternyata
Ketua Umum DPP Asosiasi
mengeluarkan peraturan khusus tidak memberikan kepastian
Perusahaan Bongkar Muat
mengenai keberadaan perusahaan usaha.
Indonesia (APBMI) Bambang K.
Rachwadi mengatakan jika PBM
bongkar muat yang selama ini
sudah beroperasi di pelabuhan. Padahal dalam UU No 17/2008
diminta berinvestasi, dia meminta
Menurutnya ketidakjelasan tentang Pelayaran, usaha
solusi soal bagaimana kepastian
posisi perusahaan bongkar muat bongkar muat diakui sebagai
bisa bekerja di pelabuhan itu, dan
berapa lama waktunya. Karena
akan mengakibatkan ratusan
24 TRANS MEDIA | EDISI 2 2011
EDISI 2 2011 | TRANS MEDIA 25
Regulasi
perusahaan bongkar muat yang ada di pelabuhan terhambat dalam melaksanakan kepentingan arus barang di pelabuhan.
Menurut Bambang, saat ini lebih dari 80 PBM yang saat ini beroperasi di Pelabuhan Tanjung Priok, yang semuanya memiliki pangsa pasar dengan skala yang berbeda. Ada yang market-nya kecil, menengah, dan besar. Bambang menilai, mestinya semua PBM itu mendapat kesempatan yang sama untuk berkompetisi agar kegiatan
bongkar muat di Pelabuhan lebih terjamin dan lancar.
Dia mengatakan PBM dan PT Pelindo hendaknya bersinergi dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kelancaran arus barang di Pelabuhan dengan saling melengkapi kekurangan di lapangan. “PBM siap berinvestasi alat dan pengembangan fasilitas untuk mendorong peningkatan fasilitas yang sebelumnya sudah di siapkan oleh Pelindo,” paparnya.
Lalu bagaimana dengan di wilayah operasi PT Pelindo IV? Menurut Imran, meski pelabuhan yang dikelolanya tidak sesibuk di Pelabuhan Tanjung Priok, yang merupakan wilayah operasi PT Pelindo II, namun geliat PBM di Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan cukup tinggi, dan hingga saat ini tidak ada masalah dalam hal teknis usaha.
Sementara menanggapi soal keluhan PBM, Imran
mengatakan, sesuai imbauan Pihak Ditjen Perhubungan Laut yang menangani masalah kepelabuhanan, PBM tidak perlu khawatir akan masa depannya. “Karena masih ada peraturan pemerintah lainnya yang akan mengatur keberadaannya,” pungkasnya.
Misalnya, peraturan pemerintah tentang angkutan perairan. Karena, PBM merupakan rangkaian logistik bersama dengan forwarder.
Hal itu diamini Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Kemal Heryandri. Menurut Kemal PBM tak perlu merasa khawatir akan masa depannya, selama pelabuhan terus membangun dan memperbaiki kinerja. “Memang ada beberapa pelabuhan yang di luar perencanaan. Tapi karena masuk masterplan, maka kita harus bangun. Dan disitulah banyak prospek yang bisa ikut berkembang,” pungkasnya.
Darat
B mengalami kemajuan yang cukup diikuti dengan penambahan 5 roundtrip per hari sebanyak
us Rapid Transit (BRT)
kinerja Trans Musi selama 1 Trans Musi Palembang
Dengan tambahan itu
tahun ini, adalah meliputi jam yang diluncurkan
maka jumlah armada Trans
operasional 06.00 WIB - 18.00 sejak tahun lalu, telah
Musi menjadi 85 buah bus.
Penambahan armada itu juga
WIB, tarif penumpang Rp 3 ribu,
kurang lebih 6 kali, dan headway memiliki tambahan armada baru
pesat. Saat ini BRT Trans Musi
koridor yang jumlah sebelumnya
10-15 menit. sebanyak 65 bus
hanya mencapai 3 koridor.
“ Load factor Trans Musi pun Adapun rinciannya adalah 5 bus
Untuk tambahan koridor tersebut
cukup tinggi, yaitu 75% dengan ukuran besar beroperasi di koridor
adalah Koridor III : Terminal
Jakabaring-Palembang Square
jumlah penumpang 7.500 orang/
I dan 65 bus beroperasi di koridor
Mall sejauh 11 km, Koridor IV :
hari dan rata-rata penumpang per
bulan mencapai 225 ribu orang,” Trans Musi hanya memiliki 20
I, II, III, IV dan V. Sebelumnya, BRT
Terminal Pertamina Plaju-Terminal
katanya pada Workshop Angkutan bus bantuan dari Kementerian
Karya Jaya sejauh 15 km, Koridor
Umum dan Forum Transit, Perhubungan (Kemenhub) yang
V : Bandara Sultan Mahmud
beberapa waktu lalu. melayani dua koridor, yaitu: Koridor
Baddarudin II-Terminal AAL sejauh
7 km).
I (Terminal AAL-Ampera) sejauh Direktur Bina Sistem Transportasi 13,5 km dan Koridor II (Terminal
Perkotaan (BSTP), Ditjen Sako-PIM) sejauh 16 km.
Kepala Dinas Perhubungan Kota
Palembang, Masripin H. Thoyib,
Perhubungan Darat, Kemenhub,
26 TRANS MEDIA | EDISI 2 2011
EDISI 2 2011 | TRANS MEDIA 27
Darat
Elly Adriani Sinaga mengatakan, sesuai amanat Undang-undang Nomor 22/ 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan, merupakan kewajiban pemerintah untuk menyediakan angkutan umum dengan penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
“Tujuan pengembangan angkutan perkotaan adalah bagaimana angkutan umum menjadi pilihan dan idola masyarakat dalam bertransportasi,” katanya.
Walikota Palembang, Eddy Santana Putra, mengatakan bahwa pemerintah kota Palembang sangat mendukung kemajuan Trans Musi, dengan menyediakan alokasi anggaran Rp
15 miliar pada tahun 2011 untuk menambah jumlah armada bus sebanyak 80 bus, sehingga jumlah total bus pada 2011 diharapkan menjadi 165 buah bus.
“Pemerintah Kota Palembang menargetkan pada 2013, jumlah armada bus Trans Musi dapat mencapai 250 buah bus,” katanya.
Di samping berbagai kemajuan yang dialami Trans Musi, terdapat beberapa permasalahan yang masih dihadapi dalam pengembangannya, yaitu kebutuhan penambahan shelter bus baru di setiap koridor, penataan parkir on-street, pelebaran jalan, serta masih dibutuhkannya subsidi pemerintah pusat.
Elly menambahkan, ke depannya Trans Musi direncanakan akan terintegrasi dengan transportasi sungai. Sistem tiket Trans Musi juga akan dikembangkan dengan menerapkan smart card serta di kota Palembang akan dikembangkan Intelligent Transport System (ITS) melalui pembuatan traffic control room, yang dapat melakukan kontrol
terhadap operasional Bus Trans Musi maupun kondisi lalu lintas di Kota Palembang.
Secara umum, pemerintah mempunyai kebijakan untuk mengembangkan sistem angkutan umum ke seluruh wilayah di Indonesia. Terutama di kota-kota besar yang penduduknya lebih dari 500 ribu penduduk, Pemerintah wajib menyediakan trasnportasi massal berbasis jalan.
Pada kesempatan tersebut Elly mengatakan, tidak mungkin pemerintah terus menyediakan prasarana jalan untuk mengakomodir pergerakan lalulintas, oleh karena itu salah satu cara mengatasinya adalah dengan mengembangkan angkutan umum yang efisien seperti BRT.
“Bagaimana transportasi BRT ini menjadi idola bagi masyarakat, bukan malah sepeda motor,” jelasnya.
Menurut Elly, yang membuat masyarakat mau beralih ke angkutan umum antara lain, waktu perjalanan dan waktu
tunggunya harus sesingkat mungkin.
“Salah satu trasnportasi publik seperti TransJakarta, belum memenuhi unsur tersebut, oleh karena itu perlu dilakukan kerjasama terus menerus antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mewujudkan hal itu,” tambahnya.
Sementara itu, pakar transportasi Singapura, Mr. Gopinath Menon mengatakan, konsep transportasi massal di Singapura dimulai tahun 1968-1972. “Awalnya juga banyak kendala sama seperti yang dihadapi di Indonesia,” katanya.
Dia juga menjelaskan mengenai perkembangan sistem manajemen transportasi massal di Singapura dalam hal pemberlakukan 3 in 1, pada awalnya terjadi perjokian. Namun akhirnya hal itu bisa dihilangkan dengan menerapkan sistem ERP ( electronic Road Pricing) sehingga transportasi umum di Singapura saat ini sangat nyaman.
Workshop yang mengambil tema: “Dengan Workshop Angkutan Umum dan Forum Transit, Kita Wujudkan Transportasi Perkotaan yang Tertib, Aman, Lancar, dan Berwawasan Lingkungan”, tersebut diadakan di Hotel Horison, Palembang, Sumatera Selatan beberapa waktu lalu.
Elly mengharapkan agar workshop angkutan umum dan forum transit yang secara reguler diselenggarakan setiap 3 bulan dan dihadiri oleh perwakilan dinas perhubungan provinsi dan kota dari 13 kota di Indonesia yang telah dikembangkan sistem BRT-nya, dapat menjadi sarana sharing informasi, tukar menukar pengalaman, dan implementasi kemajuan BRT dari masing-masing kota.
Tujuan pengembangan angkutan perkotaan adalah bagaimana angkutan umum menjadi pilihan dan idola masyarakat dalam bertransportasi
Laut
S 2011 dengan asas cabotage Kementerian Perhubungan.
ejak pemerintah menjadi terkontrol. menyelaraskan
Sedangkan untuk perijinan Peraturan Pemerintah
tersebut diatur oleh BP Migas (PP) Nomor 21 tahun
dan Ditjen Perhubungan Laut
maka tidak boleh ada lagi kapal “Semua kegiatan drilling rig lepas pantai yang bisa melakukan
harus memenuhi syarat yang kegiatan pengeboran atau drilling
sudah ditetapkan di dalam PP rig secara sembarangan.
21 ini. Misalnya, kapal ini dari negara mana, awaknya berapa Menteri Perhubungan (Menhub)
orang, dari kebangsaan mana, Freddy Numberi mengatakan,
bekerja di mana, tugasnya untuk setiap kapal yang ingin melakukan
apa, sampai kapan dan kapan drilling rig harus melaporkan
berakhirnya,” katanya. kegiatan tersebut terlebih dahulu. Aturan ini juga berlaku untuk
Dirjen Perhubungan Laut (Hubla) kegiatan drilling rig yang sudah
Sunaryo, lahirnya PP itu sudah ada. “Intinya mereka harus
mengakomodir kepentingan melapor kegiatan operasionalnya,”
semua pihak termasuk katanya di Jakarta, Selasa (12/4).
mempertimbangkan kondisi dan industri pelayaran lokal. “Kami
Agar PP tersebut bisa diterapkan juga tidak mau mengorbankan dengan baik, Freddy akan
asas cabotage dan lifting minyak berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan BP Migas untuk melakukan pengawasan. Dengan begitu semua aktivitas drilling rig
28 TRANS MEDIA | EDISI 2 2011
EDISI 2 2011 | TRANS MEDIA 29
Laut
nasional,” katanya. PP Nomor 22/2011 telah mengalami perubahan atas PP Nomor 20/2010 tentang angkutan di perairan sejak awal April lalu. Dalam PP itu juga mengatur mengenai kapal asing. Adapun kapal asing untuk lepas pantai yang boleh beroperasi untuk kegiatan pengeboran meliputi kegiatan survei minyak dan gas bumi, pengeboran, konstruksi lepas pantai, penunjang operasi lepas pantai, pengerukan, serta salvage dan pekerjaan bawah air.
Aturan ini juga menyatakan secara jelas jenis kapal khusus untuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi di lepas pantai, antara lain anchor handling tug supply vessel lebih besar dari 500 BHO dengan Dynamic Position (DP2/DP3), Platform Supply Vessel (PSV), dan Diving Support Vessel (DSV).
Asas cabotage adalah ketentuan muatan domestik diangkut kapal- kapal berbendera nasional. Asas itu berlaku untuk kapal-kapal jenis cair dan lepas pantai pada tahun 2010 dan 2011. Saat ini kapal lokal menguasai 70 % angkutan barang dalam negeri, sedangkan untuk angkutan ke luar negeri baru sekitar 5 %.
Seperti diketahui, seluruh kapal yang beroperasi di wilayah perairan Indonesia wajib menggunakan bendera Indonesia, artinya kapal yang dimiliki oleh perusahaan Indonesia.
Hal ini menjadi masalah ketika drilling rig pun dikategorikan sebagai kapal. Padahal hingga saat ini, tidak ada satu pun perusahaan di Indonesia yang memiliki kemampuan untuk menyewakan drilling rig atau menjual fasilitas itu kepada perusahaan pengeboran minyak dan gas.
Permasalahan ini menjadi serius karena dengan berhentinya operasi drilling rig, maka produksi minyak pun terhenti. Ini berdampak pada berkurangnya produksi minyak mentah siap jual atau lifting pada 2011.
CUKUP EFEKTIF Banyak kalangan menilai bahwa
keluarnya PP tersebut cukup efektif meningkatkan daya saing industri pelayaran nasional. Terbukti sebanyak 13 komoditas
dari 14 komoditas telah menerapkan asas cabotage sejak awal 2005 hingga 2011 ini.
Salah satunya adalah kegiatan eksplorasi hulu minyak dan gas (atau disebut tipe C) akibat keterbatasan jumlahnya. Demikian juga tingkat kontrak pengoperasiannya yang kurang mendapat dukungan oleh lembaga perbankan dan keuangan ( bankable).
Sebelumnya, Ketua Umum Indonesian National Shipowners Association (INSA) Johnson W mengungkapkan posisi Asia sangat kuat di pelayaran internasional. Sebesar 50 % total angkutan dunia, yakni 7,7 miliar ton, diangkut oleh kapal Asia.
“Indonesia menikmati 11 % atau sekitar 800 juta ton pada tahun ini. Belum lagi 90 % dari pembangunan kapal dilakukan juga di Asia. Sayangnya, daya tawar Asia itu lemah. Lihat saja pergelaran International Maritime Organization (IMO) atau, in-tercargo yang berpusat di Eropa. Kerja keras kita ke depan membuat Asia menjadi lebih strategis,” katanya.
Nah dengan adanya PP ini maka pihaknya tidak akan memberikan cek kosong bagi kapal asing. Dia juga optimis ke depan, pemain lokal akan mampu bersaing asalkan pemerintah juga ikut mendukung keberadaan pemain lokal. “Bila ini dilakukan maka peminat untuk kegiatan pengeboran akan semakin meningkat,” katanya.
Semua kegiatan drilling rig harus memenuhi syarat yang sudah ditetapkan di dalam PP 21 ini. Misalnya, kapal ini dari negara mana, awaknya berapa orang, dari kebangsaan mana, bekerja di mana, tugasnya untuk apa, sampai kapan dan kapan berakhirnya.
30 TRANS MEDIA | EDISI 2 2011
News
A da yang istimewa
pada HUT ke-65 TNI Angkatan Udara (AU) pekan lalu.
Menteri Perhubungan (Menhub) Freddy Numberi mendapatan Wing Penerbang Kehormatan dari petinggi AU di Halim Perdana Kusumah Jakarta pada Gladi Bersih HUT ke-65 TNI AU.
Namun Menhub tidak sendiri. Dia bersama dengan Kepala Staff Angkatan Laut (KSAL) TNI Soeparno dan Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo juga mendapatkan tanda kehormatan yang sama.
“Penganugerahan Wing Penerbang Kehormatan itu layak diberikan karena perhatian dan kepedulian para pimpinan TNI dan Polri serta Menhub dalam memajukan TNI AU,” kata Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, Kamis (7/4) di Jakarta.
Ketiga pejabat tinggi negara itu lantas diberi kesempatan
menjajal kecepatan terbang jet tempur Sukhoi SU-27 SK. Dalam penerbangan menggunakan pesawat tempur buatan Rusia itu, para petinggi negara tersebut didampingi oleh penerbang pendamping.
Tidak ketinggalan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suharto juga terbang menggunakan pesawat tempur. Namun, yang digunakan adalah pesawat jenis F-16 Fighting Falcon. Demikian pula dengan KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat yang menggunakan pesawat tempur F-5 Tiger.
Sebelum melaksanakan penerbangan, para pimpinan TNI dan Polri itu mendapat pengarahan singkat dari Komandan Skudron Udara 11 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar Letkol (Pnb) Tonny Haryono.
Selain itu, ketiganya mendapat pemeriksaan kesehatan terlebih dulu untuk memastikan kondisi
kesehatannya sebelum melakukan penerbangan dengan pesawat tempur.
Komandan Skadron 3 Lanud Halim Perdanakusuma Letkol (Pnb) Ian Fuadi, menjelaskan, para petinggi negara ikut dalam ketinggian 10.000 kaki dengan kecepatan 300 knot. “Kita akan terbang di ketinggian 10.000 kaki dengan kecepatan 300 knot, diperkirakan penerbangan selama 20-30 menit,” katanya.
News
EDISI 2 2011 | TRANS MEDIA 31
JAKARTA- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah memerintahkan 4 maskapai penerbangan melakukan pemeriksaan ketat terhadap 23 unit pesawat Boeing 737 seri 200, 300, 400 dan 500 dari 102 pesawat jenis Boeing 737 yang dioperasikan di Indonesia.
Pemeriksaan ini dilakukan menyusul lepasnya atap pesawat Boeing 737-300 series milik Southwest Airlines di Amerika Serikat beberapa waktu lalu.