PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG DEKORASI TPS DI DESA GIRI KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK DALAM PILBUP 2015.

(1)

PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG DEKORASI TPS DI DESA

GIRI KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK DALAM

PILBUP 2015

Skripsi

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Politik Islam

Oleh:

Uci Nurul Hidayati NIM: E04212038

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Uci Nurul Hidayati, 2016. PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG

DEKORASI TPS DI DESA GIRI KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK DALAM PILBUP 2015. Skripsi program studi Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universtas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Ini merupakan penelitian lapangan guna menjawab pertanyaan sebagai berikut: Pemahaman Masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015 dan untuk mengetahui pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS. Serta dapat menjadi sumbangan yang bermanfaat sebagai pengetahuan, terutama tentang kajian dan simbol.

Penelitian ini menggunakan teori interaksionisme simbolik. Teori ini menggunakan interaksi yang bermakna sebagai pengungkapan atas segala bentuk interaksi setiap individu. Interaksionisme simbolik menekankan perhatiannya dalam menunjukkan bagaimana kompleksnya makna yang terbangun dari pengalaman langsung individu. Pandangan teori tersebut digunakan dalam mengungkapkan segala bentuk interaksi masyarakat pada dekorasi TPS 01. Sejalan dengan teori yang digunakan, penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Data penelitian ini dihimpun melalui wawancara dan dokumentasi. Teknik penulisan dengan menggunakan metode analisis deskriptif analisis yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dilapangan, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang akan diteliti. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir deduktif.

Hasil penelitian mengungkapkan berbagai hal pemahaman masyarakat pada dekorasi TPS. Adapun faktor pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS dalam Pilbup 2015 antara lain: Semakin mempengaruhi Ketua Panitia dalam berpartisipasi pada lomba dekorasi TPS 01 desa Giri yang ingin membuat perbedaan suasana pada dekorasi TPS 01 dengan tahun-tahun yang sebelumnya dan mengenalkan adat budaya di Desa Giri, sehingga masyarakat menjadi lebih antusias datang ke TPS serta berpartisipasi untuk mengeluarkan hak suaranya secara penuh tanpa adanya Golongan Putih (GOLPUT).

Kata Kunci : Pemahaman, Dekorasi, TPS dan Pilbup.


(7)

DAFTAR ISI

COVER LUAR... i

COVER DALAM... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN SKRIPSI... iv

PERNYATAAN KEASLIAN... v

MOTTO... vi

KATA PENGANTAR... vii

PERSEMBAHAN... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

ABSTRAK... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Konseptual... 8

F. Telaah Pustaka... 10

G. Sistematika Pembahasan... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka... 15

1. Pengertian dekorasi... 15

2. Peran dan fungsi dekorasi... 15

B. Teori Interaksionisme Simbolik…... 16

1. Definisi interaksionisme simbolik... 16

C. Pilkada di Indonesia…... 23


(8)

2. Penyelenggara Pilkada... 26

3. Peserta Pilkada... 27

4. Tahapan Pilkada... 28

5. Modal Kandidat... 34

BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan jenis penelitian... 37

2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 39

3. Sumber Data... 41

4. Pemilihan Subyek Penelitian... 44

5. Teknik Pengumpulan Data... 44

6. Instrumen Penelitian... 48

7. Teknik Analisis Data... 49

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data... 51

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian... 55

1. Kondisi Geografis... 56

2. Letak Geografis Desa Giri... 57

3. Keadaan Sosial Keagamaan... 59

4. Kondisi Sosial Budaya... 60

5. Keadaan Ekonomi... 60

B. Hasil Penelitian dan Analisis…... 64

1. Dekorasi TPS 01 dalam Pilbup 2015 Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik... 66

2. Pemahaman Masyarakat dalam Pilbup 2015 tentang dekorasi TPS 01 di Desa Giri Kecamatan Kebomas... 73

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN... 90


(9)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Lampiran Gambar

3. Surat Keterangan (bukti melakukan penelitian) 4. Biodata Penulis


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemahaman menurut Sadiman (1946) merupakan suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.1

Masyarakat merupakan kelas-kelas yang beragam. Mulai dilihat dari status sosial, kasta, pendidikan, sampai pada status ekonominya. Setiap gejala sosial dalam masyarakat akan ikut mempengaruhi semua komponen penting pemerintah termasuk bidang politik. Sehingga keberagaman yang ada dalam masyarakat menjadi suatu fenomena ada atau tidaknya partisipasi dalam politik.

Dekorasi merupakan setiap bagian dari perlengkapan dekor panggung teater. Hiasan atau perhiasan sementara dari ruangan, gedung, jalan, dan sebagainya.2

Interaksi merupakan proses timbal balik, dengan mana satu kelompok di pengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain. Orang mempengaruhi tingkah laku orang lain melalui kontak. Kontak ini mungkin berlangsung melalui organisme fisik, seperti dalam obrolan, pendengaran, melalui gerakan pada beberapa bagian badan, melihat dan

1Arif Sukadi Sadiman,Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar,(Jakarta: Mediyatama

Sarana Perkasa, 1946), 109.


(11)

2

lain-lain sebagainya, atau secara tidak langsung melalui tulisan, atau dengan cara berhubungan dari jauh.

Yang menginisiasi dekorasi TPS adalah anggota KPU Gresik. TPS yang tidak didekorasi pada tahun 2010 masyarakat tidak antusias untuk berpartisipasi secara aktif dan mengurangi angka Golongan Putih (GOLPUT). TPS yang didekorasi pada tahun 2015 bertujuan untuk menarik minat masyarakat untuk mendatangi TPS dalam Pilbup Giri 2015, selain itu juga menimbulkan keingintahuan masyarakat untuk datang ke TPS sehingga selain untuk melihat TPS, masyarakat juga berpartisipasi dalam mencoblos. Hal ini akan meningkatkan partisipasi politik sehingga masyarakat menggunakan hak pilihnya secara penuh.

Gejala ini sesuai dengan konsep partisipasi politik itu sendiri dimana kegiatan dan aktifitas individu sebagai warga negara yang berusaha mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintahan. Pengaruh terhadap pemerintah dapat mewujudkan perubahan dalam sitem politik indonesia. Hal ini dapat di lakukan dengan kekuatan politik. Salah satu kekuatan politik yang ada adalah masyarakat dan partisipasinya.

Pemahaman masyarakat tentu tak lepas dari kondisi atau sistem politik yang sedang berproses. Sistem kepolitikan bangsa Indonesia hingga dewasa ini telah berkali-kali mengalami perubahan, mulai dari orde baru sampai pada reformasi. Disadari bahwa reformasi sering dimaknai sebagai era yang lebih demokratis. Sebagai proses dari transformasi politik, makna pilkada selain merupakan bagian dari penataan struktur kekuasaan makro agar lebih menjamin berfungsinya mekanisme check and balances di antara lembaga-lembaga politik


(12)

3

dari tingkat pusat sampai daerah, masyarakat mengharapkan pula agar pilkada dapat menghasilkan kepala daerah yang akuntabel, berkualitas, dan peka terhadap kepentingan masyarakat.

Dari pemaparan tentang arti Pemahaman masyarakat diatas, mengambil lokasi di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Berdasarkan informasi yang saya dapat dari sumber pemilih asli Desa Giri, Bapak Ma’ruf Azizi yang bertempat tinggal di Desa Giri selaku Ketua Panitia Pemungutan Suara (KPPS). Awal mula adanya TPS yang didekorasi atau dilombakan pada tahun 2015 kemarin, masyarakat mendatangi TPS karena adanya kesadaran sendiri untuk memilih, dan ada pula beberapa orang tertarik dengan TPS yang didekorasi atau dilombakan, karena 5 tahun yang lalu pada tahun 2010 tidak pernah ada TPS yang didekorasi atau dilombakan.

Selain itu informasi dari beberapa masyarakat yang diwawancarai yakni saudari Khabibatul Rochmawati salah satu masyarakat yang memilih di TPS 01 didekorasi, mengatakan bahwa ikut berpartisipasi dalam memilih Pemilihan Bupati karena mereka lebih tertarik dengan adanya dekorasi TPS, alasannya karena suasana di TPS terlihat lebih berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Kelebihan dekorasi TPS 01 di Desa Giri Gajah yang bertemakan Wali Songo, alasan TPS 01 mengambil tema Wali Songo, dikarenakan di Desa Giri Gajah adalah salah satu tempat yang ditinggali seorang Waliyang bernama Ainul Yaqin/Sunan Giri, Ketua KPPS mengambil tema Wali Songosupaya masyarakat lebih mengenal budaya Wali Songo tersebut, dimana panitia TPS 01 memakai kostumWali Songodan di TPS 01 disajikan film Layar lebar bertemaWali Songo,


(13)

4

selain itu juga disajikan makanan seperti ubi-ubian dan kacang-kacangan. Sedangkan di TPS 03 dan TPS 04 tidak ada dekorasi dalam TPS, jadi masyarakat tidak seberapa antusias untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Bupati 2015.

Dari hasil observasi yang di lakukan pada tanggal 9 Desember 2015 bahwa banyaknya kalangan ibu-ibu yang antusias untuk memilih karena adanya dekorasi tersebut. Hal itu terlihat dari partisipasi ibu-ibu yang datangnya lebih awal di tempat lokasi TPS.

Masyarakat daerah yang selama ini hanya sebagai penonton proses politik pemilihan yang dipilih oleh DPRD, kini masyarakat menjadi pelaku atau voter (pemilih) yang akan menentukan terpilihnya Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota. Sistem pemilu kepala daerah secara langsung lebih menjanjikan dibandingkan sistem yang telah berlaku sebelumnya. Pilkada langsung diyakini memiliki kapasitas yang memadai untuk memperluas partisipasi politik masyarakat, sehingga masyarakat daerah memiliki kesempatan untuk memilih secara bebas pemimpin daerahnya tanpa suatu tekanan, atau intimidasi, floating mass (massa mengambang), kekerasan politik, maupun penekanan jalur birokrasi.

Pilkada merupakan momentum yang cukup tepat munculnya berbagai varian preferensi pemilih yang menjadi faktor dominan dalam melakukan tindakan atau perilaku politiknya. Potensi rendahnya partisipasi pemilih masih


(14)

5

menghantui pemilu 2015. Dibutuhkan langkah strategis lembaga penyelenggara pemilu dan pemerintah daerah agar masyarakat menggunakan hak pilihnya.3

Misalnya contoh berita TPS yang didekorasi di Dusun Kanjitongeng, Desa Mattirotasi, Kecamatan Maros Baru, Maros melakukan pencoblosan di TPS 2 dijemput oleh personel TNI-Polri dan petugas KPPS yang menggunakan baju bodo. Petugas KPPS 1 sampai 5, memakai baju bodo warna ungu, songko to Bone, dan sarung sutra atau lipa sabbe. Ada juga yang menggunakan jas pengantin. TPS tersebut dididekorasi seperti ada pesta pengantin. Ketua KPPS TPS 02 Ahmad Hannanu mengatakan, konsep tersebut bertujuan untuk memperkenalkan budaya Bugis - Makassar kepada pemilih. Selain itu, juga akan menambah jumlah pemilih. "Kami sengaja mendekorasi begini (pesta pengantin) ini untuk memperkenalkan budaya kita yang harus tetap dijaga. Ini juga menambah pemilih dibanding pilkada lainnya," katanya. Jumlah pemilih di TPS 02 sebanyak 542.4

Di Desa Giri terdapat 07 TPS, tetapi data yang diambil hanya di TPS 01, TPS 03 dan TPS 04. Data yang di TPS 01 dijadikan data utama, sedangkan data di TPS 03 dan TPS 04 hanya dijadikan pembanding dari TPS 01. Terdapat alasan yang melatarbelakangi diambilnya tema tentang Pemahaman Masyarakat Tentang Dekorasi TPS Di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik Dalam Pilbup 2015. Dimana menurut KPU Gresik (2015) Jumlah pemilih yang datang di TPS 01 dalam Pilbup di Desa Giri yaitu 368 orang, sedangkan TPS 3 berjumlah 321 orang dan TPS 4 berjumlah 259 orang. Hal ini membuktikan bahwa pada TPS 01 3http://lampost.co/berita/rendahnya-partisipasi-pemilih-hantui-pemilu-2014 (diakses pada 18

Maret 2016), Jam 10.00


(15)

6

yang didekorasi memiliki jumlah pemilih yang datang lebih banyak dibanding dengan TPS 03 dan TPS 04, hal itu dikarenakan pada TPS 01 terdapat hiasan atau dekorasi yang membuat warga di TPS 01 lebih tertarik, sehingga masyarakat ikut berpartisipasi politik dan menggunakan hak suaranya secara penuh dan meminimalisir angaka Golongan Putih (GOLPUT).

Menurut pasal 1 ayat (22) UU No. 10 tahun 2008, pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin, kemudian pasal 19 ayat (1 dan 2) UU No. 10 tahun 2008 menerangkan bahwa pemilih yang mempunyai hak memilih adalah warga negara Indonesia yang didaftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih dan pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin.

Untuk mengetahui bagaimana kebenaran dari pemaparan diatas, tentu harus dilakukan suatu penelitian yang lebih mendalam lagi sesuai dengan kajian-kajian ilmiah. Oleh sebab itu penulis tertarik mengadakan kajian-kajian tentang “Pemahaman Masyarakat Tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015”.

B. Rumusan Masalah

Setiap pelaksanaan penelitian pada dasarnya dimulai dari sesuatu yang dianggap sebagai permasalahan yang perlu dicari jawabannya. Bertitik tolak dari latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka untuk lebih memfokuskan kajian masalah pada penelitian ini, maka rumusan masalah tersebut disusun kedalam pertanyaan-pertanyaan sebagai batasan masalah sebagai berikut:


(16)

7

1. Mengapa TPS 01 Desa Giri didekorasi dalam Pilbup 2015 Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik?

2. Bagaimana Pemahaman Masyarakat dalam Pilbup 2015 mengenai dekorasi TPS 01 di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka peneliti mempunyai tujuan yan hendak dicapai dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini agar memperoleh gambaran yang jelas dan tepat serta terhindar dari adanya interpretasi dan meluasnya masalah dalam memahami isi riset. Tujuan dari riset ini adalah:

1. Untuk mengetahui mengapa TPS 01 Desa Giri didekorasi dalam Pilbup 2015 Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.

2. Untuk mengetahui bagaimana Pemahaman Masyarakat dalam Pilbup 2015 mengenai dekorasi TPS 01 di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Berhubungan dengan tujuan penelitian di atas maka penulis paparkan bahwa manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Memperkaya kajian tentang “Pemahaman Masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup2015”.


(17)

8

b. Memberikan inspirasi bahwa studi tentang “Pemahaman Masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015” dapat membantu pemahaman tentang fenomena kehidupan masyarakat, sehingga dapat mengembangkan ilmu yang benar-benar berbasis pada pengembangan kemajuan masyarakat.

2. Secara akademis, penelitian saya ini bermanfaat untuk:

a. Sebagai masukan dan evaluasi bagi Mahasiswa Politik Islam, atas hal-hal yang mengenai “Pemahaman Masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015” yang berkaitan dengan partisipasi politik masyarakat.

b. Sebagai Mahasiswa Politik Islam, sangat penting dan bisa menjadi wawasan agar bisa memberikan informasi persoalan ini kepada kalangan masyarakat.

E. Definisi Konseptual

Dan pembahasan ini perlulah kiranya peneliti membatasi sejumlah konsep yang diajukan dalam penelitian dengan judul, “Pemahaman Masyarakat Tentang Dekorasi TPS Di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015”. Jika dikaitkan dengan PILKADA di Indonesia yakni pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Adapun definisi konsep dari penelitian ini antara lain:


(18)

9

1. Pemahaman

Pemahaman merupakan suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan cara sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.5 2. Dekorasi

Dekorasi merupakan setiap bagian dari perlengkapan dekor panggung teater. Hiasan atau perhiasan sementara dari ruangan, gedung jalan, dan sebagainya.6

3. Tempat Pemungutan Suara (TPS)

Tempat Pemungutan Suara (TPS) merupakan tempat pemilih memberi suara dan mengisi surat suara mereka dalam pemilihan umum. Di dalam Tempat Pemungutan Suara (TPS) akan terdapat tempat memberikan suara yang umumnya berupa bilik suara, dimana pemilih bisa memilih calon atau partai pilihannya secara rahasia. Tempat Pemungutan Suara ini umunya berupa struktur sementara atau kabin portabel, dan akan disingkirkan setelah pemilihan umum selesai.7

4. Pemilihan Bupati (Pilbup)

Setiap daerah di Indonesia mempunyai pemimpin diantaranya adalah Gubernur, Bupati dan wali kota. Untuk memilih pemimpin

5Arif Sukadi Sadiman,Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Mediyatama

Sarana Perkasa, 1946), 109.

6http://ki.we.id/dekorasi (diakses pada 17 Maret 2016), Jam 13.30

7Stein, Robert, Vonnahme, Greg (September 2012).When, Where, and How We Vote: Does it


(19)

10

tersebut maka pemerintah pusat melaksanakan pemilihan langsung yang dilakukan oleh rakyat dalam satu daerah.8

F. Telaah Pustaka

Telaah pustaka atau bisa disebut penelitian terdahulu, memuat hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, dengan maksud untuk menghindari duplikasi. Disamping itu, untuk menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam konteks yang sama serta menjelaskan posisi penelitian yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Dengan kata lain, tinjauan pustaka bertujuan untuk meletakkan posisi penelitian diantara penelitian-penelitian yang telah ada.9

Hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan penulis terdahulu digunakan sebagai bahan kajian dan masukan bagi penulis, sehingga diharapkan dengan hasil-hasil penulisan yang dilakukan oleh penulis akan lebih berbobot, karena adanya hasil penulisan terdahulu tersebut sebagai tolok ukur atas hasil berkelanjutan yang telah dicapai. Hasil penulisan terdahulu tersebut antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Ikhyana yang berjudul Tingkat Partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah-daerah Kabupaten Batang Tahun 2011 Studi Yuridis terhadap pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 dalam bentuk Thesis, penelitian tersebut diterbitkan oleh Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian 8http://seputarpengertian.blogspot.com/2015/11/pengertian-pilkada-atau-pemilukada.html (diakses

pada 22 Maret 2016), Jam 09.20

9Syarifuddin Jurdi,Panduan Penulisan skripsi Jurusan Ilmu Politik Uin Alauddin(Makassar: UIN


(20)

11

tersebut adalah Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Batang Tahun 2011 mengacu pada UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Mekanisme penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dalam hal ini kepala daerah tingkat kabupaten tidak lagi dipilih oleh DPRD, tetapi melalui pemilihan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, serta mengandung makna demokratis.

Yang membedakan dari penelitian ini dengan penelitian diatas adalah pada apa yang dikaji yaitu penelitian ini lebih mengkaji pada Tingkat Partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah-Daerah Kabupaten Batang, sedangkan peneliti meneliti Pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS dalam Pilbup 2015 yang berada di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Dari persamaannya sama-sama meneliti tentang masyarakat dalam Pilkada, jenis penelitiannya juga berupa penelitian kualitatif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Roos Firdaus yang berjudul Partisipasi Pemilih Pemula dalam Pilkada di Desa Belik Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang pada Tahun 2012 dalam bentuk Thesis, penelitian tersebut diterbitkan oleh Jurusan Ilmu Politik Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian tersebut adalah Pemilihan kepala daerah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memilih kepala daerah yang dianggap mampu untuk memimpin disuatu daerah. Sesuai dengan pasal 18 ayat 4 UUD 1945 amandemen keempat, pemilihan kepala daerah


(21)

12

dilakukan secara demokratis. Ditingkat daerah pelaksanaan demokratis diwujudkan dalam bentuk pemilihan daerah secara langsung yang melibatkan seluruh masyarakat. Masyarakat adalah komponen penentu berhasil atau tidaknya pelaksanaan pilkada secara demokratis. Partisipasi merupakan aspek yang penting dari pelaksanaan demokrasi yang telah dapat berpartisipasi adalah mereka yang telah mencapai usia sekurang-kurangnya 17 tahun atau pernah kawin.

Yang membedakan dari penelitian ini dengan penelitian di atas adalah pada apa yang di kaji yaitu penelitian ini lebih mengkaji pada Partisipasi Pemilih Pemula dalam Pilkada di Desa Belik Kabupaten Pemalang, sedangkan peneliti meneliti Pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS dalam Pilbup 2015 yang berada di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Dari persamaannya sama-sama meneliti tentang masyarakat dalam Pilkada, jenis penelitiannya juga berupa penelitian kualitatif.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika merupakan panduan mengenai pembahasan dalam setiap bab peneitian. Dalam setiap penelitian perlu adanya sistematika pembahasan dengan tujuan untuk mempermudah mengetahui isi dari tiap-tiap bab. Pada penelitian yang berjudul “Pemahaman masyarakat tentang dekorasi Tps di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015”. Untuk mempermudah dalam mengetahui pembahasan dari


(22)

13

setiap bab penelitian diatas, maka perlu adanya pengorganisasian mengenai sistematika pembahasan diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN:

Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan rumusan masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan manfaat penelitian. Peneliti juga menjelaskan penelitian terdahulu dan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORI:

Dalam bab kajian pustaka, peneliti memberikan gambaran tentang definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, serta teori yang akan digunakan dalam penganalisahan masalah. Definisi konsep harus digambarkan dengan jelas, selain itu harus memperhatikan relevansi teori yang akan digunakan dalam menganalisis masalah.

BAB III METODE PENELITIAN:

Bab ini berisi tentang metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian antara lain: tentang pendekatan dan jenis penelitian, subjek penelitian, sumber dan jenis data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pemeriksaan keabsahan data.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS:

Dalam bab ini menjelaskan penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang data-data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder. Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan


(23)

14

gambar, tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam bab ini peneliti juga memberikan gambaran tentang data-data yang dikemas dalam bentuk analisi deskripsi. Setelah itu akan dilakukan penganalisahan data dengan menggunakan teori yang relevan.

BAB V PENUTUP:

Dalam bab penutup ini merupakan bab akhir, penulis menuliskan kesimpulan dari permasalahan dalam penelitian.selain itu, dalam penutup juga dilampirkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Serta peneliti juga memberikan rekomendasi kepada para pembaca laporan penelitian ini.


(24)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian dekorasi

Dekorasi merupakan setiap bagian dari perlengkapan dekor panggung teater. Jika makna dekorasi digabungkan pada teori interaksionisme simbolik yakni interaksi manusia yang dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol dengan menemukan makna tindakan orang lain.

Makna dekorasi sebenarnya cukup luas dan memiliki keterkaitan dalam banyak hal, namun secara simpel ialah setiap bagian dari suatu tempat seperti jalan, rumah, kamar, ruangan, panggung, teater, taman dan pelaminan yang dihias sebagus mungkin supaya terlihat menarik dan berbeda dari tempat di sekelilingnya. Dekorasi cenderung mengarah ke dunia seni dan hiburan. Berasal dari bahasa inggris dengan arti (hiasan) kini telah menjadi bahasa serapan indonesia dan lazim digunakan orang secara umum.

2. Peran dan fungsi dekorasi

Kini definisi dekorasi semakin melebar tidak terkait pada tempat saja melainkan lebih mengarah kepada jasa untuk seni dan hiburan jauh berbeda dari fungsi dan definisinya pada zaman dahulu. Seiring dengan


(25)

16

perkembangan zaman kini sudah banyak orang yang mengkomersilkan jasa dekorasi sebagai mata pencaharian. Dekorasi kini banyak diminati masyarakat terutama untuk kebutuhan event/acara serta fenomena tertentu, antara lain seperti: dekorasi pernikahan, ulang tahun, natal, permainan anak, gambar dekorasi, dekorasi kamar pengantin, wedding, permainan, pesta.

Secara umum jasa yang ditawarkan cukup bervariasi dengan tarif yang berbeda tergantung pada orderan acara itu sendiri. Di dunia maya pun banyak yang menawarkan jasa dengan hasil pencarian dekorasi untuk keperluan tersebut diatas. Tarif jasa memang lebih mahal dibandingkan dengan harga barang karena yang dibutuhkan adalah skill, inspirasi dan seni.10

B. Teori Interaksionisme Simbolik 1. Definisi interaksionisme simbolik

Merupakan salah satu prespektif teori yang baru muncul setelah adanya teori aksi (action theory) yang dipelopori dan dikembangkan oleh Marx Weber. Teori interaksionisme simbolik berkembang pertama kali di Universitas Chicago tokoh utama dari teori ini berasal dari berbagai Universitas diluar Chicago. Diantaranya John Dewey dan C. H Cooley, filsuf yang semula mengembangkan teori interaksionisme simbolik di


(26)

17

Universitas Michigan kemudian pindah ke Chicago dan banyak memberi pengaruh kepada W. I Thomas dan George Herbert Mead.11

Interaksionisme simbolik, kata Blumer, merujuk pada karakter interaksi khusus yang berlangsung antar manusia. aktor tidak semata-mata bereaksi terhadap tindakan yang lain tetapi dia menafsirkan dan mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor baik secara langsung maupun tidak selalu didasarkan atas penilaian makna tersebut. Oleh karenanya, interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol penafsiran atau dengan menemukan makna tindakan orang lain.12

Bagi Blumer studi masyarakat harus merupakan studi dari tindakan bersama, ketimbang prasangka terhadap dirasanya sebagai sistem yang kabur dan berbagai prasyarat fungsional yang sukar dipahami. Masyarakat merupakan hasil interaksi-simbolis dan aspek inilah yang harus merupakan masalah bagi para sosiolog. Bagi Blumer keistimewaan pendekatan kaum interaksionisme simbolis ialah manusia dilihat saling menafsirkan atau membatasi masing-masing tindakan mereka dan buka hanya saling bereaksi kepada setiap tindakan itu menurut mode stimulus-respon. Seseorang tidak langsung memberi

11Wirawan,Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma(Jakarta: Kencana Prenata Media, 2012), 12Irving M Zetlin,Memahami Kembali Sosiologi(Yogyakarta: Gajah Mada University Press,


(27)

18

respon tindakan orang lain, tetapi didasari oleh pengertian yang diberikan kepada tindakan itu.13

Bagi Blumer, dunia sosial empiris terdiri dari manusia beserta berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari mereka. Pengetahuan perilaku yang intim itu hanya dapat diperoleh melalui observasi tangan pertama dan partisipasi dalam kelompok yang diteliti, ia tidak dapat diperoleh orang luar yang kurang familiar dan intim dalam mengenal kelompok. Blumer menegaskan bahwa metodologi interaksi-simbolis merupakan pengkajian fenomena sosial secara langsung, “pendekatan yang mendasar untuk mempelajari secara ilmiah kehidupan kelompok dan tingkah laku manusia”.14

Bagi Blumer interaksionisme simbolik bertumpu pada tiga premis: (1) Manusia bertindak pada sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada suatu itu bagi mereka, (2) makna tersebut berasal dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain, (3) makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial berlangsung.15 Interaksionisme simbolis yang di ketengahkan Blumer mengandung sejumlah root images atau ide-ide dasar, yang dapat diringkas sebagai berikut :

13Margaret M. Poloma,Sosiologi Kontemporer(Jakarta : PT Rajagrafindo Persada 2010),

262-263.

14Ibid.,267.


(28)

19

a. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang di kenal sebagai organisasi atau struktur sosial.

b. Interaksi terdiri dari kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia yang lain. Interaksi-interaksi nonsimbolis mencakup stimulus-respon yang sederhana, seperti halnya bentuk untuk membersihkan tenggorokan seseorang. Interaksi simbolis mencakup “penafsiran tindakan”. Bila dalam pembicaraan seseorang pura-pura batuk ketika tidak setuju dengan pokok-pokok yang diajukan oleh si pembicara, batuk tersebut menjadi suatu simbol yang berarti, yang dipakai untuk penolakan. Bahasa tentu saja merupakan simbol berarti yang paling umum.

c. Objek-objek tidak mempunyai makna instrinsik, makna lebih merupakan produk interaksi simbolik. Objek-objek dapat di klasifikasikan kedalam tiga kategori yang luas antara lain:

a) objek fisik, seperti meja, tanaman atau mobil.

b) objek sosial seperti ibu, guru, menteri atau teman, dan c) objek abstrak, seperti nilai-nilai, hak dan peraturan.

d. Manusia tidak hanya mengenal objek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagai objek. Jadi seorang pemuda dapat melihat dirinya sebagai mahasiswa, suami dan seorang yang baru saja menjadi ayah. Pandangan terhadap diri sendiri ini, sebagaimana, dengan semua objek, lahir disaat proses interaksi simbolis.


(29)

20

e. Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu sendiri.

f. Tindakan tersebut saling di kaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok, hal ini disebut sebagai tindakan bersama yang dibatasi sebagai, “organisasi sosial dari perilaku tindakan-tindakan berbagai manusia”.

Blumer membatasi objek sebagai “segala sesuatu yang berlainan dengannya”. Dunia objek “diciptakan, disetujui, ditransformir dan dikesampingkan” lewat interaksi simbolis, ilustrasi peranan makna yang diterapkan kepada objek fisik dapat dilihat dalam perlakuan yang berbeda terhadap sapi di Amerika sapi dapat diartikan makanan, sedang di India sapi dianggap sakral. Bila dilihat dari perspektif lintas kultural, objek-objek fisik yang maknanya kita ambil begitu saja bisa dianggap terbentuk secara sosial.

Konsep Blumer, dan bukan Mead, secara luas telah berhasil dan mendominasi pemikiran dan penelitian kaum interaksi simbolik dewasa ini. Kita tidak dapat memaparkan secara singkat karya-karya dari para pengikutnya. Meskipun demikian, ada beberapa tulisan yang cukup mewakili. Dari sekumpulan karya-karya pengikutnya ini menunjukkan bahwa cara mereka dalam memfokuskan pada dimensi konsep Mead telah begitu jauh penyimpangannya, dengan


(30)

21

memperlakukan interaksi sosial dengan seolah-olah merupakan proses yang tidak lebih daripada komunikasi simbolik.16

Dari hal tersebut, analisis Herbert Blumer semakin menukik tajam dalam melihat sisi interaksi diri sang aktor terlebih ketika melihat sisi medium yang digunakan didalamnya yaitu bahasa dan isyarat. Sebab, secara gamblang dapat dikatakan interaksionisme simbolik dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai satu-satunya simbol yang terpenting, dan melalui isyarat.

Simbol bukan merupakan fakta-fakta yang sudah jadi, simbol berada dalam proses yang continue dan secara terus-menerus dalam proses “menjadi”. Artinya, medium perlu secara gamblang untuk menggambarkan “kesepahaman” pada makna yang muncul; to view any language, as Herbert Blumer has suggested, as a set of more or less “significant indicative gesture”, the meaning of which arise out of specific interactive situation.

Dengan demikian, mungkin menjadi suatu bentuk kelaziman ketika Herbert Blumer memberikan istilah pada aperspektif ini dengan term “interaksionisme simbolik”, maka fokus pemikiran yang muncul terdiri atas dua konsep yaitu: simbol dan interaksi. Simbol mengacu pada setiap objek sosial (misalnya, benda fisik, isyarat, atau kata) yang

16Irving M Zetlin,Memahami Kembali Sosiologi(Yogyakarta: Gajah Mada University Press,


(31)

22

berdiri di tempat atau mewakili sesuatu yang lain. Simbol adalah ciptaan unik manusia.17

Kesimpulan utama yang perlu diambil dari uraian tentang subtansi Teori Interaksionalisme Simbolik ini adalah sebagai berikut. Kehidupan bermasyarakat terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antar kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar. Tindakan seseorang dalam proses interaksi itu bukan semata-mata merupakan suatu tanggapan yang bersifat langsung terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya atau dari luar dirinya.

Tetapi tindakan itu merupakan hasil dari pada proses interpretasi terhadap stimulus. Jadi merupakan hasil proses belajar, dalam arti memahami simbol-simbol, dan saling menyesuaikan makna dari simbol-simbol itu. Meskipun norma-norma, nilai-nilai sosial dan makna dari simbol-simbol itu memberikan pembatasan terhadap tindakannya, namun dengan kemampuan berpikir yang dimilikinya manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan tindakan dan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya.

Dalam penelitian ini menggunakan teori Interaksionisme Simbolik dengan memahami realitas sebagai suatu interaksi yang dipenuhi sebagai simbol. Kenyataan merupakan interaksi interpersonal

17Umiarso Elbadiansyah, Interaksionisme Simbolik dari Era Klasik Hingga Modern(Jakarta: PT


(32)

23

yang menggunakan simbol-simbol. Dalam dekorasi TPS muncul sebuah interaksi antar masyarakat untuk meningkatkan sebuah partisipasi politik dengan adanya dekorasi TPS.

C. Pilkada di Indonesia

Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, atau seringkali disebut pilkada, adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Kepala daerah adalah:

a. Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi. b. Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten. c. Walikota dan wakil walikota untuk kota.

Sebelumnya, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Dasar hukum penyelenggaraan pilkada adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah.

Dalam undang-undang ini, pilkada (pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah) belum dimasukkan dalam rezim pemilihan umum (pemilu). Pilkada pertama kali diselenggaraan pada bulan Juni 2005.18

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama “pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala


(33)

24

daerah”. Pilkada pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.19

Masalah efektif dan efisiensi pilkada langsung tidak semata dipandang karena besarnya biaya. Efisiensi perlu pula menjawab persoalan rendahnya kepercayaan (trust) dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari kinerja Kepala Daerah terpilih. Pelaksanaan demokrasi yang dinilai mahal, dapat diefisiensikan dengan berbagai cara, sepanjang tidak merusak nilai-nilai demokrasi. Sehingga pasca pilkada akan terbentuk sebuah pemerintahan daerah yang efektif (effective government).

Memang tidak ada yang menyangkal bahwa demokrasi memerlukan biaya, termasuk dalam menyelenggarakan pilkada. Tetapi kalau biayanya terlalu mahal maka harus dicari cara yang lebih murah. Bukankah salah satu prinsip penyelenggaraan pemilu adalah efisien, karena itu faktor biaya menjadi pertimbangan yang sangat penting.

Dalam perkembangannya, efisiensi dan efektivitas mulai disebut sebagai bagian terpenting dalam penyelenggaraan pilkada langsung. Hal ini dapat dibaca pada bagian penjelasan UU Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi UU yang berbunyi sebagai berikut:

19http//www.wikipedia.com/2011/01/Pemilihan Umum Kepala Daerah (diakses pada 4 Mei 2016),


(34)

25

Di samping itu penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah perlu dilakukan dengan menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas baik yang berkaitan dengan pemanfaatan dana, perlengkapan, personel, dengan memerhatikan kondisi wilayah pemilihan.”20

Begitu besarnya proporsi dukungan responden terhadap pilkada langsung tersebut menunjukkan tingkat antusiasme publik yang sangat tinggi. Kendati pelaksanaannya sendiri masih menunggu hingga bulan Juni mendatang, tampaknya semangat untuk menyongsong pemimpin daerah yang “lebih disukai rakyat” terus saja mencuat. Bahkan pada saatnya nanti, mayoritas(88 persen) responden menyatakan siap menyukseskan pilkada langsung dengan memberikan dukungan suara kepada calon kepala daerah yang mereka anggap layak memimpin.

Selain masyarakat, beragam perangkat organisasi pelaksana maupun penunjang suksesnya pilkada ini pun diyakini kesiapannya. Keberadaan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD), misalnya, diyakini siap untuk menyelenggarakan perhelatan demokrasi di daerah mereka. Lebih dari separuh bagian (54 persen) responden merasa optimis KPUD siap melaksanakan pilkada kendati masih perlu dilakukan pembenahan.21

1. Tujuan Pilkada

Tujuan diselenggarakannya pilkada adalah untuk mewujudkan desentralisasi, yang mana dalam sistem yang dahulu, semua ditentukan oleh pusat, sehingga pembentukan Negara, yaitu mewujudkan masyarakat sejahtera, adil dan makmur. Dengan pilkada, pemerintah

20Suharizal,Pemilukada Regulasi Dinamika Dan Konsep Mendatang, (Jakarta: Rajawali Pers,

2012), 197-198.


(35)

26

bermaksud melimpahkan kewenangan membangun daerah pada daerah tersebut.22

Meskipun dilain sisi dengan sistem desentralisasi banyak hal negatif yang terjadi misalnya memakan anggaran yang cukup besar untuk menyelenggarakan pilkada, belum dengan potensi konflik apabila ada salah satu calon yang tidak terima hasil akhir penghitungan suara.

Syarat-syarat untuk menjadi kepala daerah ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Setia kepada pancasila dan UUD 1945. c. Pendidikan minimal SLTA.

d. Berusia sekurang-kurangnya 30 tahun. e. Sehat jasmani dan rohani.

f. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara. g. Tidak sedang dicabut hak miliknya. h. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi.23 2. Penyelenggara Pilkada

Berdasarkan undang-undang No. 12 tahun 2003, yang berwenang menyelenggarakan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah komisi pemilihan umum daerah atau disebut KPUD. KPUD ini berkedudukan di provinsi, kabupaten dan kota.

22Eka Fajar dhiani,Pilkada Dan Lembaga Pemerintahan Desa/Kecamatan(Azka Press, 2008), 5. 23Ibid., 6.


(36)

27

Sedang penyelenggara untuk tingkat kecamatan disebut panitia pemilihan tingkat kecamatan (PPK). Untuk tingkat Desa disebut panitia pemungutan suara (PPS), dan di tempat pemungutan suara disebut kelompok pemungutan suara (KPPS).24

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Memperlakukan pasangan calon secara adil.

b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang-barang dan jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan.

c. Menyampaikan laporan kepada DPRD.

d. Melaksanakan semua tahapan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara tepat waktu.

e. Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran kepada DPRD.25 3. Peserta Pilkada

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 peserta pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga berasal dari pasangan calon perseorangan (jalur independen) yang didukung olehsejumlah orang. Undang-Undang ini menindak lanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal yang

24Ibid., 7. 25Ibid., 8.


(37)

28

menyangkut peserta pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.26

4. Tahapan Pilkada a. Tahapan Persiapan

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah penyelenggaraan program kegiatan pada tahapan persiapan dilaksanakan mulai dengan pemberitahuan DPRD Kabupaten Gresik Kepada Bupati Gresik mengenai berakhirnya masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati, kemudian pemberitahuan DPRD Kabupaten Gresik kepada KPUD Kabupaten Gresik mengenai berakhirnya masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati, sampai pada penyampaian keputusan tentang Tahapan Program dan Jadwal Waktu serta Pedoman Teknis Penyelengara Pilbup Desa Giri. Setelah tahapan persiapan rampung, maka dilanjutkan pada tahapan pelaksanaan. Dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tantang penyelenggaraan pemilu, tahapan persiapan pelaksanaan pilkada Desa Giri dimulai pada bulan November tahun 2010. Artinya dipersiapkan 4 tahun sebelum waktu pencoblosan yang jatuh pada tanggal 9 Desember 2015. Salah satu strategi yang dilakukan oleh KPU Gresik sebagai lembaga penyelenggara pilkada yang melakukan rapat koordinasi dengan Camat se-Kabupaten

26http//www.wikipedia.com/2011/01/Pemilihan Umum Kepala Daerah (diakses pada 8 Mei 2016),


(38)

29

Gresik, dalam rangka rapat persiapan penyelenggaraan Pilkada Bupati dan Gubernur.

Pertama, mengenai pembentukan Badan Penyelenggara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah 2010. Salah satu tahapan rekrutmen anggota panitia pelaksana pilkada tingkat kecamatan, kemudian untuk Panitia Pemungutan Suara. Jumlah anggota PPK yang dibutuhkan terdiri dari 6 orang per kecamatan dan PPS berjumlah 3 orang tiap desa. Kedua, mengenai sosialisasi dimasyarakat menjadi agenda berat bagi KPU Gresik. Materi sosialisasi yang diberikan tentang UU Penyelenggaraan (UU No 32 Tahun 2004).

b. Tahapan Pelaksanaan

Secara umum penyelenggaraan kegiatan sebagai pelaksanaan dimulai pada pemutakhiran data pemilih, sampai pada pemungutan suara dan perhitungan suara antara lain:

1) Pemutakhiran data dan penetapan daftar pemilih

Pemutakhiran data dan pendaftaran pemilih yang dimulai dengan penyerahan daftar pemilih sementara (DPS) oleh pemerintah Kabupaten Gresik ke KPUD Gresik. Kemudian DPS diserahkan kepada PPK, kemudian dilanjutkan ke PPS untuk dilakukan penyusunan dan pengumuman daftar pemilih sementara yang akan ditetapkan sebagai daftar pemilih tetap (DPT). Setelah penetapan DPT oleh PPS disampaikan ke PPK untuk


(39)

30

direkapitulasi. Selanjutnya PPK menyampaikan ke KPUD. Terakhir, rekapitulasi jumlah pemilih terdaftar dan jumlah TPS dalam wilayah kabupaten untuk pendistribusian kartu pemilih kepada pemilih. Pendaftaran peserta pemilih dimaksudkan untuk mengidentifikasi pemilih yang sudah wajib pilih serta yang kategori belum wajib pilih dalam proses pemberian suara.

2) Pencalonan

Pada tahapan pencalonan yang dimulai pada proses pengumuman pendaftaran pasangan calon sampai pada penetapan nomor urut pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati. Penetapan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati dituangkan dalam keputusan KPUD Gresik Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penetapan Nama Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Gresik Yang Memenuhi Syarat Administrasi Menjadi Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Gresik dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Gresik Tahun 2015. Pada akhir Mei 2015, KPU Kabupaten Gresik menuntaskan tahapan pencalonan Bupati dan Wakil Bupati, yaitu pengundian nomor urut pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Gresik periode 2015-2020. Acara pengundian berlangsung di kantor KPU Kabupaten Gresik.

3) Kampanye

Pelaksanaan kampanye dilaksanakan selama 14 (empat belas) hari dan 4 (empat) hari sebelum hari H sebagai masa


(40)

31

tenang. Hari pertama kampanye dilakukan dalam Rapat Paripurna DPRD dengan cara penyampaian visi, misi dan program dari pasangan calon secara berurutan dengan waktu yang sama tanpa dilakukan dialog.

Acara sosialisasi melalui pawai ini diharapkan akan mengenalkan figure para calon bupati dan wakil bupati kepada masyarakat secara langsung. Masyarakat juga dapat mengenali para calon melalui visi-misi dan program yang diusung.

Setelah sosialisasi dilanjutkan dengan kegiatan kampanye. Kampanye merupakan bagian dari penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah. Proses penyelenggaraan kampanye dilaksanakan selama 14 (empat belas) hari mulai tanggal diselenggarakan oleh tim kampanye yang dibentuk oleh pasangan calon bersama-sama dengan partai politik atau gabungan partai politik yang mengusulkan calon.

4) Pemungutan dan Perhitungan Suara

Pemberian suara adalah kegiatan pemilih memberikan suara dalam bilik pemberian suara dengan cara mencoblos salah satu pasangan dalm surat suara. Untuk memberikan suara dalam pilkada dibuat suara pemilih dengan memuat nomor, foto dan nama pasangan calon untuk setiap daerah pemilihan. Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh KPUD Gresik, maka pemungutan suara.


(41)

32

Sebelum pemilih melakukan pencoblosan, maka selambat-lambatnya pukul 06.00 KPPS sudah berada di TPS dengan melakukan tugas: membuka kotak suara, pengeluaran seluruh isi kotak suara, mengidentifikasi jenis dokumen dan peralatan, menghitung jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan. Keseluruhan kegiatan KPPS tersebut, dihadiri oleh pemilih, saksi dari pasangan calon, kemudian dibuatlah berita acara yang ditandatangani oleh ketua KPPS, dan 2 (dua) anggota KPPS serta ditandatangani oleh saksi.

Setelah semua prosedur tersebut diatas telah dilaksanakan, maka pemilih pada pilkada diberi kesempatan oleh KPPS berdasarkan prinsip nomor urutan kehadiran pemilih. Pada saat pemilihan berlangsung pemilih diberikan surat suara oleh KPPS. Bagi pemilih yang menggunakan hak suaranya di TPS, maka diberi tanda khusus oleh KPPS berupa tinta yang telah ditetapkan oleh KPUD pada salah satu jari tangan.

Setelah melakukan persiapan dan pemungutan suara berakhir, pelaksanaan perhitungan suara dimulai pada pukul 13.00 sampai dengan selasai. Sebelum perhitungan suara dimulai maka KPPS menghitug diantaranya:

a) Jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan daftar pemilih tetap untuk TPS.


(42)

33

c) Jumlah surat suara yang tidak terpakai dan,

d) Jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru dicoblos.

Pada saat proses perhitungan suara di TPS oleh KPPS dihadiri oleh saksi pasangan calon, panitia pengawas, pemantau, dan warga masyarakat. Bagi saksi pasangan calon dalam perhitungan suara harus membawa surat mandat dari tim kampanye yang bersangkutan dan menyerahkan kepada ketua KPPS.

Setelah penandatanganan berita acara KPPS memberikan salinan berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara kepada masing-masing saksi pasangan calon yang hadir sebanyak 1 (satu) eksemplar dan memasang sertifikat hasil perhitungan suara di tempat umum. Kemudian KPPS menyerahkan berita, sertifikat hasil perhitungan suara, surat suara dan alat kelengkapan administrasi pemungutan suara dan perhitungan suara kepada PPS setelah perhitungan suara untuk diteruskan ke PPK. Perhitungan Suara dan penyusunan Berita Acara di tingkat PPK.

5) Tahap penyelesaian

Setelah seluruh pelaksanaan selesai, maka tahap terakhir atau tahap penyelesaian, penerimaan laporan dana kampanye oleh KPUD Gresik dari masing-masing pasangan calon. Kemudian


(43)

34

penyerahan laporan dana kampanye ke Akuntan Publik. Proses terakhir dari tahapan ini adalah penyampaian laporan pelaksanaan Pemilu Bupati / Wakil Bupati oleh KPUD Gresik kepada KPU Provinsi Jawa Timur.

5. Modal Kandidat

Pasangan calon Kepala Daerah itu berkemungkinan memenangkan Pilkada secara langsung manakala memiliki tiga kombinasi di dalam berkendaraan, yakni adanya mobil yang baik, sopir yang piawai, dan bensin yang memadai. Secara konseptual, metafora itu terwujud dari tiga modal utama yang dimiliki oleh para calon yang hendak mengikuti kontestasi di dalam Pilkada secara langsung. Ketiga modal itu adalah modal politik, modal sosial dan modal ekonomi.

Modal politik (political capital) ini memiliki makna yang sangat penting karena Pilkada menggunakan mekanisme ‘party system’ didalam proses pencalonan bakal calon. Kandidat yang akan mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah harus diberangkatkan dari atau melalui partai politik yang memiliki kursi di parlemen sebagaimana diatur dalam UU No. 32 tahun 2004 dan PP No. 6 tahun 2005. Ada juga yang mamakai jalur independen dengan asas Undang-Undang No. 12 tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan (jalur independen) yang didukung oleh sejumlah orang.


(44)

35

Modal kedua adalah modal sosial (sosial capital), yakni bangunan relasi dan kepercayaan (trust) yang dimiliki pasangan calon dengan masyarakat yang memilihnya. Termasuk didalamnya adalah sejauh mana pasangan calon itu mampu meyakinkan para pemilih bahwa mereka itu memiliki kompetensi untuk memimpin daerah. Agar bisa meyakinkan para pemilih, para calon harus dikenal oleh masyarakat.

Kepercayaan tidak tumbuh begitu saja. Ia didahului oleh adanya perkenalan. Popularitas saja kurang bermakna tanpa ditindaklanjuti oleh adanya kepercayaan. Melalui modal sosial yang dimiliki, para kandidat tidak hanya dikenal oleh para pemilih tetapi juga masyarakat memberi penilaian terhadap diri kandidat untuk kemudian diberi kepercayaan.

Didalam Pilkada secara langsung, modal sosial memiliki peran yang cukup penting. Hal ini terlihat dari fakta bahwa pasangan calon yang diusung oleh partai dominan ternyata tidak otomatis dapat memenangkan Pilkada secara langsung. Hal ini bisa terjadi karena peran figur pasangan calon dipandang lebih kuat daripada peran partai politik. Didalam situasi seperti ini, kontestasi didalam Pilkada secara langsung memiliki perbedaan yang substansial dengan Pemilu Legislatif. Didalam Pileg, peran partai politik sangat dominan, sementara di dalam Pilpres dan Pilkada, peran figur dari pasangan calon dipandang lebih menentukan dibanding peran partai.


(45)

36

Modal yang ketiga adalah modal ekonomi (economic capital). Pemilu, termasuk Pilkada secara langsung, jelas membutuhkan biaya yang besar. Modal yang besar itu tidak hanya dipakai untuk membiayai pelaksanaan kampanye. Yang tidak kalah pentingnya adalah untuk membangun relasi dengan para (calon) pendukungnya, termasuk didalamnya adalah modal untuk memobilisasi dukungan pada saat menjelang dan berlangsungnya masa kampanye. Tidak jarang, modal itu juga ada yang secara langsug dipakai untuk mempengaruhi pemilih.

Misalnya saja, banyak ditemui kasus ada calon yang membagi-bagikan barang atau uang kepada para pemilih. Tujuannya, supaya pada saat pemilihan mendukungnya. Biasanya modus pembagian barang atau uang itu tidak diberikan oleh pasangan calon secara langsung, melainkan oleh tim sukses resmi. Tujuannya, ketika diketahui oleh publik dan diancam pidana, yang terkena bukanlah pasangan calon melainkan tim sukses ‘siluman’ itu. Tidaklah mengherankan, meskipun ‘tim sukses siluman’ ini ada yang tertangkap basah, tidak ada satupun pasangan calon yang diadili atau terbukti melakukan praktekmoney politics.


(46)

37

Sebagai ringkasan dari kekuatan kandidat, berikut ini adalah hal-hal yang dianggap penting bagi sukses kandidat dalam memenangkan Pilkada langsung, yakni:

a. Kredibilitas dan Kapabilitas Calon.

b. Disukai karena memiliki sifat yang baik dan rendah hati. c. Kerja keras, jujur dan serius.

d. Berakar dan memiliki massa panatik yang diikat oleh solidaritas profesi.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan salah satu cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dan tujuan untuk kegunaan tertentu. Berdasarkan cara ilmiah, dan kegunaan.27 Oleh karena itu, metodologi penelitian sangat penting untuk memudahkan dalam proses penelitian.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan Penelitian

Suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah dan harus terjun langsung di lapangan. Pendekatan kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang, perilaku yang dapat diamati sehingga menemukan kebenaran yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.28

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif artinya peneliti terjun langsung ke Desa Giri yang mana merupakan objek dari penelitian yang diambil oleh peneliti, agar lebih terarah dan terukur. Peneliti mencari data langsung berupa kata-kata terhadap orang-orang yang didalamnya. Alasan kenapa peneliti mengambil pendekatan kualitatif karena dalam permasalahan yang diambil peneliti yaitu tentang pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS dalam Pilbup 2015 data 27Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2008), 2. 28Moh. Nazir,Metode Penelitian (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), 159.


(48)

39

yang dihasilkan masih berbentuk nalar dan masih belum jelas, kompleks, dinamis dan penuh makna. Sehingga tidak memungkinkan oleh peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen berbentuk angket. Karena metode ini sangat relevan untuk mengetahui dan memahami masalah fenomena-fenomena sosial yang terjadi.

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Data penelitian diperoleh secara langsung dari lapangan dan bukan dari laboratorium atau penelitian yang terkontrol.

2) Penggalian data dilakukan secara alamiah, melakukan kunjungan pada situasi-situasi alamiah subyek, dan

3) Untuk memperoleh makna baru dalam bentuk kategori-kategori jawaban.29

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu subyek, suatu set kondisi, suatu sistem, pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.30Berbagai situasi atas berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi subyek penelitian itu. Situasi ataupun variabel tertentu.31

Dalam peneltian ini peneliti membangun dan mendeskripsikan melalui analisis dan nalar. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai fakta-fakta yang ada. 29Agus Salim,Teori & Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2006), 4. 30Moh. Nazir,Metode Penelitian(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 63.


(49)

40

Maka dengan pendekatan kualitatif deskriptif ini, sehingga akan dilihat dari pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi penelitian

Dalam tradisi penelitian kualitatif, penelitian tidak ditujukan untuk membuat generalisasi atas satu fenomena atau realitas sosial, melainkan lebih pada upaya pemberian pemahaman atas suatu gejala tersebut. Karena itu penelitian kualitatif membutuhkan lokasi sosial tertentu sebagai latar alamiah permasalahan guna pijakan dalam memberikan suatu pemahaman atau penggambaran secara menyeluruh. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian dilakukan dengan pengambil lokasi di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik di Jl.Sunan Giri 18/E Gresik, Jawa Timur.

Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada fokus penelitian yaitu tentang pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kabupaten Gresik dalam PILBUP 2015. Alasan untuk mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Gresik adalah karena pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri dalam PILBUP 2015 masih kurang dan menjadi sebuah ketertarikan peneliti untuk mengungkap pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS di Desa Giri dalam PILBUP 2015. Selain itu pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS dalam PILBUP 2015 yang sangat beragam dan terutama pada pemahaman masyarakat


(50)

41

akan memperkaya partisipasi politik atau antusias masyarakat Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam PILBUP 2015. Desa Giri juga memiliki keunikan tersendiri, selain itu pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS yang akan mengenalkan adat budaya yang khas asli Desa Giri, sehingga masyarakat lebih mengenal adat budaya tentang dekorasi TPS tersebut.

b. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama 2 bulan lebih di mulai pada saat mencari data di Desa Giri dan data di KPU Gresik. Tahap-tahap waktu penelitian antara lain:

1) Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 9 Desember 2015, dimulainya dekorasi TPS 01 di Desa Giri karena pada tahun-tahun lalu tidak pernah ada dekorasi TPS.

2) Proposal penelitian sebagai lanjutan dari judul yang sudah diterima oleh ketua prodi untuk dijadikan penelitian, selanjutnya peneliti mengajukan proposal kepada dosen pembimbing untuk diperiksa, sampai bisa diujikan dan jika proposal sudah diterima maka peneliti telah mendapatkan izin dan bisa melakukan penelitian.

3) Seminar proposal yakni lanjutan sesudah mengajukan proposal penelitian dan jika sudah diberi izin oleh dosen pembimbing untuk diujikan dan dijadwalkan oleh ketua prodi untuk seminar proposal.


(51)

42

4) Penulisan dan pembahasan yakni lanjutan sesudah seminar proposal dan melakukan penelitian, setelah itu mencari data untuk dianalisis terhadap jawaban yang sudah diwawancarai. Bila sudah ada jawaban yang di wawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu diperoleh dan data yang sudah dianggap kredibel.

3. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu: a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data utama dan kebutuhan mendasar dari penelitian ini. Sumber data diperoleh dari informan saat peneliti terjun langsung ke lapangan tempat penelitian. Beberapa informan akan dipilih berdasarkan kebutuhan penelitian, yang berkaitan dengan tema penelitian.

Informan adalah orang yang bisa memberikan informasi tentang situasi dan juga kondisi latar penelitian.32 Informan bukan hanya sebagai sumber data, melainkan juga aktor pelaku yang menentukan berhasil atau tidak penelitian berdasar hasil informasi yang diberikan. Informan yang telah diwawancarai adalah Ketua KPU Gresik, Panitia Pemungutan Suara dan Ketua Panitia Pemungutan Suara (KPPS), yakni:

32Lexy J. Moeleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),


(52)

43

1) Ma’ruf Azizi (Ketua Panitia Pemungutan Suara TPS 01). 2) Izzat Farahiddi (Panitia Pemungutan Suara TPS 01). 3) Suyono, SE.,M.Si (Kasubbag, Teknis dan Hupmas). 4) Rusdi Amali (Ketua Panitia Pemungutan Suara TPS 03). 5) Badrud Tamam (Panitia Pemungutan Suara TPS 03). 6) Badrus Zaman (Ketua Panitia Pemungutan Suara TPS 04). 7) Gunawan (Panitia Pemungutan Suara TPS 04).

Berikut ini adalah tabel data perbandingan di TPS antara lain:

Tabel 3.1

No TPS 01 TPS 03 TPS 04

1 TPS ini adalah TPS yang didekorasi

TPS ini adalah TPS yang tidak didekorasi

TPS ini adalah TPS yang tidak didekorasi 2 Jumlah partisipasi

yang memilih di TPS ini sebanyak

368 orang

Jumlah partisipasi yang memilih di TPS

ini sebanyak 321 orang

Jumlah partisipasi yang memilih di TPS ini sebanyak

259 0rang

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari sumber sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen. Data sekunder merupakan data pendukung dan pelengkap dari data primer. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dengan cara dokumentasi dalam pengumpulan data. Data sekunder adalah data penunjang sumber utama


(53)

44

untuk melengkapi sumber data primer. Sumber data sekunder diperoleh dari hal-hal yang diberkaitan dengan penelitian, antara lain buku, jurnal, artikel, koran, browsing data internet, dan juga berbagai dokumentasi pribadi maupun resmi.

c. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang bisa memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.33 Informasi ini di butuhkan untuk mengetahui kondisi yang sesungguhnya dari narasumber bertujuan untuk mengetahui Pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS di desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015. Adapun key informan yang akan dimintai data informasi sesuai judul pemahaman masyarakat, yaitu:

1) Fadhilatun Ni’mah (Masyarakat yang memilih di TPS 01). 2) Khabibatul Rochmawati (Masyarakat yang memilih di TPS 01). 3) Nur Usyrotul Muharromah (Masyarakat yang memilih di TPS 01). 4) Ratna Rahayu (Masyarakat yang memilih di TPS 01).

5) Nike Ardiani (Masyarakat yang memilih di TPS 01).

6) Muhammad Arif Rakhman (Masyarakat yang memilih di TPS 01). 7) Hildan Ardiansyah (Masyarakat yang memilih di TPS 01).

8) M. Hendra (Masyarakat yang memilih di TPS 03). 9) Ma’rifah (Masyarakat yang memilih di TPS 03). 10) Farid Habibi (Masyarakat yang memilih di TPS 04).


(54)

45

11) Nindi Fitriani (Masyarakat yang memilih di TPS 04). 4. Pemilihan Subyek Penelitian

Subyek penelitian ialah sumber tempat peneliti memperoleh keterangan tentang permasalahan yang diteliti, singkatnya subyek penelitian ialah seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan.34

Dari lokasi penelitian diatas, maka subyek penelitian dipilih secara langsung oleh peneliti. Penentuan subyek peneliti berdasarkan atas kebutuhan penelitian yang dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan peneliti di atas.

Peneliti juga telah melakukan wawancara, salah satu informan utama yang penting Pertama, Masyarakat itu sendiri yang dapat memberikan informasi secara langsung mengenai dekorasi TPS dalam Pilbup 2015. Kedua, yaitu Panitia Pemilihan Umum sebagai salah satu subyek informan penting dalam penelitian ini yang dapat memberikan gambaran tentang diadakannya dekorasi TPS dalam Pilbup 2015. Ketiga, yaitu Ketua Panitia Pemungutan Suara (KPPS) sebagai salah satu subyek informan penting dalam penelitian ini yang dapat memberikan gambaran tentang diadakannya lomba dekorasi TPS dalam Pilbup 2015.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena keakuratan hasil penelitian ditentukan oleh ketepatan alat pengumpul data. Oleh karena itu sesuai kebutuhan peneliti, teknik 34Tatang, M.Amirin,Menyusun Perencanaan Penelitian(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995),


(55)

46

pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Berikut penjelasan masing-masing teknik yang digunakan:

a. Observasi (pengamatan)

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.35 Pasca Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 9 Desember 2015, dimulainya dekorasi TPS 01 di Desa Giri karena pada tahun-tahun lalu tidak pernah ada dekorasi TPS, seperti: menghias panggung, menghias Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan panitia-panitia yang menggunakan baju adat. Masyarakat semakin antusias dan berpartisipasi datang ke TPS untuk memilih pemimpin pada Pilkada 2015, sehingga meminimalisir angka Golongan Putih (Golput).

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan ini antara lain:

1) Mengetahui letak secara geografis dari lapangan yang akan diteliti. 2) Mengetahui karakter narasumber, agar sebisa mungkin narasumber

memberi respon yang baik dan tidak tersinggung dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti.

Dengan demikian peneliti melihat dengan cara melakukan observasi di Desa Giri kecamatan kebomas Kabupaten Gresik.


(56)

47

b. Interview (wawancara)

Interview atau disebut wawancara merupakan teknik penggalian data yang sering kali disebutkan dengan bahasa tanya jawab antara dua orang atau lebih. Dalam proses wawancara terjadi percakapan dan tanya-jawab antara peneliti dan subyek penelitian yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu mengenai topik yang diteliti dan untuk melakukan eksplorasi terhadap hal tersebut. Hal ini tidak dilakukan untuk menggunakan teknik lain selain wawancara.36

Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan adalah dengan wawancara terbuka. Pada wawancara terbuka jawaban atau keterangan yang dikehendaki dari subyek penelitian tidak terbatas.37 Sehingga subyek dapat menceritakan apa yang diketahui dengan leluasa. Data apapun itu ditampung oleh peneliti untuk dicatat dalam bentuk catatan. Kemudian data tersebut akan dirapikan dalam tahap penyusunan data.

Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan semi struktur. Sehingga sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara yang berupa daftar pertanyaan. Hal ini tidak dimaksudkan untuk membatasi proses tanya jawab, tetapi untuk membimbing peneliti dalam pendalaman wawancara yang dilakukan. 36E. Kristi Purwandari,Pendekatan Kualitatif Untuk Manusia(Jakart: LPSP3, 2005), 127.

37Burhan Bungin (Ed),Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,


(57)

48

Adapun di dalamnya, wawancara ini bisa mengalir sesuai topik yang dirancang. Sehingga menggalinya pembicaraan tersebut terarah sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Dalam penelitian ini, wawancara telah di arahkan pada fokus terkait Pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS di desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada masyarakat desa Giri yang memilih di TPS 01, Ketua KPU Gresik, Panitia pemungutan suara dan Ketua panitia pemungutan suara. Interview boleh menjawab secara bebas menurut isi hati atau pikirannya. Lama interview juga tidak ditentukan dan di akhiri menurut keinginan pewawancara. Dengan demikian pewawancara memperoleh gambaran yang lebih luas tentang masalah itu.38

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu teknik penting dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan data dari hasil lapangan. Pengumpulan data (dokumentasi) dalam penelitian di lapangan dapat menggunakan berbagai dokumen-dokumen yang ada, berupa catatan peristiwa yang sudah berlalu, seperti tulisan, surat kabar, gambar, buku, dan dokumen-dokumen lainnya yang di butuhkan.

Dari penelitian ini, dokumentasi merupakan salah satu data pelengkap dari hasil data-data lainnya seperti melalui observasi dan


(58)

49

wawancara yang nantinya untuk mengetahui pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS dalam Pilbup 2015. Dokumen nantinya merupakan data pelengkap bagi peneliti, baik dari buku-buku ilmiah, koran atau cerita-cerita dari masyarakat. Sehingga nantinya dapat menggungkap pandangan masyarakat dengan adanya dekorasi TPS itu seperti apa.

6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif instrumen utama adalah peneliti itu sendiri, tetapi guna untuk mendapatkan data yang diharapkan peneliti perlu mengembangkan instrumen penelitian sederhana. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengungkapkan pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS pada pilbup 2015 pengumpulan data yang digukakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2 Instrumen Pengumpul Data

No. Metode

Sumber Data / informan

Data yang diharapkan

1 Observasi Masyarakat

a. Bentuk adanya dekorasi TPS mampu membuat Anda lebih tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.

2 Wawancara

Masyarakat

a. Bentuk adanya dekorasi TPS membuat Anda untuk turut serta dalam pesta demokrasi dengan berpartisipasi secara aktif untuk datang ke TPS.

Ketua KPU Gresik

a. Bentukkriteria penilaian lomba dekorasi TPS dalam Pemilihan Bupati 2015.

b. Bentuk adanya dekorasi TPS yang bertujuan untuk meminimalisir tingkat partisipasi warga dalam menggunakan hak pilihnya di Desa Giri.

c. Bentuk kerjasama KPU Kabupaten Gresik mengenai adanya dekorasi TPS di Desa Giri.


(59)

50 No. Metode Sumber Data / informan

Data yang diharapkan

Ketua Panitia Pemungutan

Suara

a. Faktor yang mempengaruhi dalam berpartisipasi pada lomba dekorasi TPS di Desa Giri.

b. Hambatan dalam mengikuti lomba dekorasi TPS dan bagaimana cara mengatasinya.

c. Hasil evaluasi dalam mengikuti lomba dekorasi TPS di Desa Giri pada Pemilihan Bupati 2015.

Panitia Pemungutan

Suara

a. Dekorasi TPS mampu membuat

masyarakat lebih tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. b. Hasil evaluasi dalam mengikuti lomba

dekorasi TPS di Desa Giri pada Pemilihan Bupati 2015.

3 Dokumentasi

Dokumen dekorasi

TPS

Data pemilih di TPS 01 yang didekorasi dalam PILBUP 2015.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif di dasarkan pada pendekatan yang digunakan, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif dengan cara mengumpulkan data, mengurutkan kemudian menganalisisnya dengan teori yang sudah di tentukan.39 Adapun teknik analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan miles dan huberman. Teknik data sebagai berikut:40

a. DataReduction

Data reduction adalah merangkum dari hasil-hasil data yang didapatkan dalam penelitian. Langkah-langkah yang harus dilakukan yakni memilih hal-hal yang penting, dan mencari tema. Dalam hal ini, peneliti

39Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktek (Jakarta: PT. Asdi

Mahasatya, 2006), 24.


(60)

51

harus segera melakukan analisa data melalui reduksi data, ketika peneliti memperoleh data dari lapangan dengan jumlah yang cukup banyak. Adapun hasil dari mereduksi data, peneliti telah memfokuskan pada Pemahaman Masyarakat Tentang Dekorasi TPS Di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik Dalam Pilbup 2015.

b. DataDisplay

Langkah berikutnya yakni peneliti mendisplaikan data-data yang diperoleh dari lapangan. Data display yakni mengorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah di fahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagian hubungan antar kategori.

Dalam mendisplay data, huruf besar, huruf kecil dan angka disusun kedalam urutan sehingga strukturnya dapat dipahami. Dalam prakteknya tidak semudah ilustrasi yang diberikan, karena fenomena sosial bersifat kompleks dan dinamis, sehingga apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan data. Untuk itu maka peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak.

Bila setelah lama memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu di dukung oleh data pada saat dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti. Bila pola-pola yang ditemukan di dukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi


(61)

52

pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya didisplaykan pada laporan akhir penelitian.

c. Conclusions drawing/verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yakni penarikan kesimpulan. Dalam hal ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan, yakni berkaitan dengan Pemahaman Masyarakat Tentang Dekorasi TPS Di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik Dalam Pilbup 2015.

Kesimpulan data penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga setelah di teliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam penelitian kualitatif utuk memperoleh kemantapan validitas data, Dalam penelitian ini peneliti memakai keabsahan data sebagai berikut :

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Dalam teknik ini digunakan dengan jalan peneliti menambah waktu studi penelitian walaupun waktu penelitian formal sudah habis, karena menurut peneliti untuk kembali terjun ke lokasi penelitian itu sendiri memerlukan waktu yang lumayan lama. Disini dengan tujuan agar data lebih valid dan untuk mengantisipasi kesalahan dari peneliti maupun


(1)

87

Interaksionisme simbolis yang di ketengahkan Blumer

mengandung sejumlah root images atau ide-ide dasar, yang dapat

diringkas sebagai berikut :

a. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan

tersebut saling bersesuaian melalui tindakan bersama,

membentuk apa yang di kenal sebagai organisasi atau struktur

sosial.

b. Interaksi terdiri dari kegiatan manusia yang berhubungan

dengan kegiatan manusia yang lain. Interaksi-interaksi

nonsimbolis mencakup stimulus-respon yang sederhana,

seperti halnya bentuk untuk membersihkan tenggorokan

seseorang. Interaksi simbolis mencakup “penafsiran tindakan”.

Bila dalam pembicaraan seseorang pura-pura batuk ketika

tidak setuju dengan pokok-pokok yang diajukan oleh si

pembicara, batuk tersebut menjadi suatu simbol yang berarti,

yang dipakai untuk penolakan. Bahasa tentu saja merupakan

simbol berarti yang paling umum.

Dari hal tersebut, analisis Herbert Blumer semakin menukik

tajam dalam melihat sisi interaksi diri sang aktor terlebih ketika melihat

sisi medium yang digunakan di dalamnya yaitu bahasa dan isyarat.

Sebab, secara gamblang dapat dikatakan interaksionisme simbolik


(2)

88

yang terpenting, dan melalui isyarat, simbol bukan merupakan

fakta-fakta yang sudah jadi.

Dengan demikian, mungkin menjadi suatu bentuk kelaziman

ketika Herbert Blumer memberikan istilah pada aperspektif ini dengan

term “interaksionisme simbolik”, maka fokus pemikiran yang muncul terdiri atas dua konsep yaitu: simbol dan interaksi. Simbol mengacu pada

setiap objek sosial (misalnya, benda fisik, isyarat, atau kata) yang berdiri

di tempat atau mewakili sesuatu yang lain. Simbol adalah ciptaan unik

manusia.

Kesimpulan utama yang perlu diambil dari uraian tentang

subtansi Teori Interaksionalisme Simbolik ini adalah sebagai berikut:

kehidupan bermasyarakat terbentuk melalui proses interaksi dan

komunikasi antar kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang

dipahami maknanya melalui proses belajar. Jadi merupakan hasil proses

belajar, dalam arti memahami simbol-simbol, dan saling menyesuaikan

makna dari simbol-simbol itu. Meskipun norma-norma, nilai-nilai sosial

dan makna dari simbol-simbol itu memberikan pembatasan terhadap

tindakannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori Interaksionisme

Simbolik dengan memahami realitas sebagai suatu interaksi yang

dipenuhi sebagai simbol. Kenyataan merupakan interaksi interpersonal

yang menggunakan simbol-simbol. Dalam dekorasi TPS muncul sebuah

interaksi antar masyarakat untuk meningkatkan sebuah partisipasi politik


(3)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul Penelitian

Pemahaman Masyarakat Tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kecamatan Kebomas

Kabupaten Gresik dalam Pilbup 2015 antara lain:

1. Faktor yang paling mempengaruhi dalam berpartisipasi pada dekorasi TPS

01 desa Giri yakni ingin membuat perbedaan suasana pada dekorasi TPS 01

dengan tahun-tahun yang lalu. Jika di TPS 03 dan TPS 04 tidak ada dekorasi

karena tidak minatnya Ketua Panitia Pemungutan Suara

(KPPS) sehingga tidak mengikuti lomba dekorasi TPS. Dekorasi TPS pada

tahun 2015 ini mengenalkan adat budaya di Desa Giri, sehingga dekorasi

TPS untuk meningkatkan daya tarik pemilih sehingga pemilih tertarik untuk

hadir dalam menentukan hak pilihnya, untuk menghidupkan / menampilkan

ciri khas setempat, untuk mengurangi angka Golongan Putih (GOLPUT),

untuk meningkatkan / memberi nuansa baru bagi penyelenggara dalam hal ini

panitia melaksanakan tugas karena mereka tampil beda.

2. Pemahaman masyarakat tentang dekorasi TPS 01 lebih antusias / lebih

semangat untuh memilih dalam Pemilihan Bupati pada tahun 2015. Karena

pada tahun lalu tidak ada dekorasi TPS, sehingga masyarakat tidak begitu

antusias untuk berpartisipasi secara aktif pada Pemilihan Umum. Jika TPS 01


(4)

tempat Pemilihan Umum, dan untuk mengukur tingkat kesadaran masyarakat

dalam memilih sebuah pemimpin. Jika dihubungkan dengan teori

interaksionisme simbolik maka dengan memahami realitas sebagai suatu

interaksi yang dipenuhi sebagai simbol. Kenyataan merupakan interaksi

interpersonal yang menggunakan simbol-simbol. Dalam dekorasi TPS

muncul interaksi masyarakat untuk meningkatkan partisipasi politik dengan

adanya dekorasi TPS.

B. Saran

Penelitian menyadari bahwa penelitian berjudul Pemahaman Masyarakat

Tentang dekorasi TPS di Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik dalam

Pilbup 2015 perlu membutuhkan penelaah yang lebih mendalam dari peneliti

berikutnya yaitu untuk mengungkap adanya interaksi masyarakat yang terdapat di

Desa Giri.

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Ketua KPU seharusnya mengasih informasi tidak mendadak kalau ingin

mengadakan lomba dekorasi TPS, sehingga Ketua Panitia Pemungutan Suara

(KPPS) di seluruh Kabupaten Gresik bisa mempersiapkan untuk ikut serta

dalam lomba dekorasi TPS.

2. Masyarakat seharusnya sadar tentang pentingnya politik dalam memilih sebuah

pemimpin pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sehingga bisa

menumbuhkan partisipasi politik dan tidak ada angka Golongan Putih (GolPut)


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abu Achmadi dan Chalid Narbuko Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara,

2009.

Amirin, Tatang M. Menyusun Perencanaan Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1995.

Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktek. Jakarta: PT.

Asdi Mahasatya, 2006.

Bachtiar, Wardi.Sosiologi Klasik.Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Bungin, Burhan. Metode Penelitian Sosial. Surabaya: AirLangga University

Press, 2001.

_____________. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2001.

Danim, Sudarmawan. Transformasi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara, 1995.

Dhiani, Eka Fajar. Pilkada Dan Lembaga Pemerintahan Desa/Kecamatan. __:

Azka Press, 2008.

Elbadiansyah, Umiarso. Interaksionisme Simbolik Dari Era Klasik Hingga

Modern.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.

E. Kristi Purwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Manusia, Jakarta: LPSP3,

2005.

Jurdi, Syarifuddin.Panduan Penulisan skripsi Jurusan Ilmu Politik Uin Alauddin.

Makassar: UIN Alauddin, 2012.

Moeleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009.

Mubarok, Mufti.Suksesi Pilkada.Surabaya: Java Pustaka Media Utama, 2005.

Nasution,Metode Research.Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1996.

Nazir, Moh.Metode Penelitian.Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986.

_________. Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Poloma, Margaret M. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada,

2010.

Sadiman, Arif Sukadi.Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta:

Mediyatama Sarana Perkasa, 1946.

Salim, Agus. Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara Wacana,

2006.

Stein, Robert, Vonnahme, Greg (September 2012). “When, Where, and How We

Vote: Does it Matter?”.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta,

2008.

________.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,


(6)

________.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.

Suharizal, Pemilukada Regulasi Dinamika Dan Konsep Mendatang. Jakarta:

Rajawali Pers, 2012.

Wirawan, Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana Prenata

Media, 2012.

Zetlin, Irving M. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1995.

Internet:

http://ki.we.id/dekorasi (diakses pada 17 Maret 2016), Jam 13.30

http://lampost.co/berita/rendahnya-partisipasi-pemilih-hantui-pemilu-2014 (diakses pada 18 Maret 2016), Jam 10.00

http://MAROS, TRIBUN TIMUR.COM (diakses pada 18 Maret 2016), jam 09.30 http//www.wikipedia.com/2011/01/Pemilihan Umum Kepala Daerah (diakses

pada 8 Mei 2016), Jam 19.00

http://ki.we.id/dekorasi (diakses pada 17 Maret 2016), Jam 13.30

http://www.blogmajalengka.we..tang-dekorasi.html?m=1 (diakses pada 5 Mei 2016), Jam 14.00

http://seputarpengertian.blogspot.com/2015/11/pengertian-pilkada-atau-pemilukada.html (diakses pada 22 Maret 2016), Jam 09.20