Pengaruh Spread, Market Value, Variance Return Dan Dividend PAyout Ratio Terhadap Holding Period Saham Sektor Industri Dasar Dan Kimia Di Bursa Efek Indonesia.

(1)

PENGARUH SPREAD, MARKET VALUE, VARIANCE RETURN DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP HOLDING PERIOD SAHAM

SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BEI

SKRIPSI

Oleh:

NI LUH AYU YULITA UTAMI NIM: 1215251117

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2015


(2)

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 22 Januari 2016

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. Ketua : Drs. Gede Merta Sudiartha, MM. ………

2. Sekretaris : Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE, Msi. ………

3. Anggota : Ni Putu Santi Suryantini, SE,MM. ………

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing

(Prof.Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., M.Si) (Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., M.Si) NIP. 19610601 198503 2 003 NIP. 19590603 198601 1 001


(3)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 15 Januari 2016

Mahasiswa,

Ni Luh Ayu Yulita Utami NIM. 1215251117


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Spread, Market Value, Variance Return dan

Dividend Payout Ratio Terhadap Holding Period Saham Sektor Industri Dasar

dan Kimia Di BEI” dapat diselesaikan sesuai dengan tepat waktu. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa SE., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS., Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., M.Si, sebagai Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dan Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS., masing-masing sebagai Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

4. Drs. I Ketut Suardika Natha, M.Si, selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

5. I Nyoman Nurcaya, SE., MM. selaku Pembimbing Akademik yang memberikan petunjuk, nasehat, dan bimbingan selama mengikuti kuliah.


(5)

6. Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., Msi, sebagai Dosen Pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

7. Orang Tua tercinta I Ketut Mundra dan Ni Luh Gde Arsa Ningsih, suami tercinta I Nyoman Wisnu Negara dan anak tersayang Ni Luh Gde Pande Shinta Maharani serta keluarga besar yang selalu memberikan dorongan material maupun spiritual kepada penulis.

8. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi dukungan dan motivasi.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa motivasi dan dorongan dari semua pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Januari 2016


(6)

Judul : Pengaruh Spread, Market Value, Variance Return dan Dividend Payout Ratio Terhadap Holding Period Saham Sektor Industri Dasar dan Kimia Di BEI

Nama : Ni Luh Ayu Yulita Utami NIM : 1215251117

ABSTRAK

Saham merupakan salah satu pilihan dalam berinvestasi, saham memiliki dua keuntungan yaitu melalui pembagian dividen dan capital gain. Seorang investor yang berinvestasi pada saham suatu perusahaan memiliki pertimbangan khusus dalam keputusannya menahan atau melepas kepemilikan atas saham. Rata-rata lamanya waktu yang diperlukan investor untuk menahan kepemilikan saham suatu perusahaan disebut holding period. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh spread, market value, variance return dan dividend payout ratio terhadap holding period saham sektor industri dasar dan kimia periode 2011-2014.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode observasi non partisipan, data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui situs www.idx.co.id. Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak delapan perusahaan yang ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah Regresi Linear Berganda.

Berdasarkan hasil analisis, variabel spread memiliki pengaruh negatif tidak signifikan, market value memiliki pengaruh negatif signifikan, variance return memiliki pengaruh negatif tidak signifikan dan dividend payout ratio memiliki pengeruh positif signifikan. Secara simultan variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap holding period. Berdasarkan hasil penelitian ini hendaknya investor lebih


(7)

memperhatikan variabel market value dan dividend payout ratio yang memiliki pengaruh signifikan terhadap holding period.

Kata Kunci : spread, market value, variance return, dividend payout ratio, holding period

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL……….. i

LEMBAR PENGESAHAN………. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS.……… iii

KATA PENGANTAR………. iv

ABSTRAK……… vi

DAFTAR ISI……….... vii

DAFTAR TABEL……….... ix

DAFTAR GAMBAR……… x

DAFTAR LAMPIRAN……….... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2 Rumusan Masalah .………... 9

1.3 Tujuan Penelitian ……… 10

1.4 Kegunaan Penelitian ………... 10

1.5 Sistematika Penulisan ………. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori ...……… 13

2.1.1 Pengertian holding period saham ....……….. 13

2.1.2 Spread ...……… 15

2.1.3 Market value ……….. 17

2.1.4 Variance return .……….… 19

2.1.5 Dividend payout ratio ……… 22


(8)

2.2.1 Pengaruh spread terhadap holding period saham .. 24

2.2.2 Pengaruh market value terhadap holding period saham ... 26

2.2.3 Pengaruh variance return terhadap holding period saham ... 27

2.2.4 Pengaruh dividend payout ratio terhadap holding Period saham ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ………... 30

3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ……... 30

3.3 Obyek Penelitian ………... 31

3.4 Identifikasi Variabel ………... 31

3.5 Definisi Operasional Variabel ……… 32

3.6 Jenis-jenis Data ... 35

3.6.1 Jenis data menurut sifatnya ..……….. 35

3.6.2 Jenis data menurut sumbernya ……… 36

3.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel ……… 36

3.8 Metode Pengumpulan Data ……… 37

3.9 Teknik Analisis Data ... 37

3.9.1 Analisis Deskriptif ……… 37

3.9.2 Analisis Regresi Linear Berganda ……… 38

3.9.3 Uji Asumsi Klasik .……… 38

3.9.4 Uji Ketepatan Model.………. 40

3.9.5 Uji Hipotesis ... 42

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 43

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian... 43

4.1.2 Analisis Deskriptif Objek Penelitian ... 44

4.2 Deskripsi dan Hasil Penelitian ... 46

4.2.1 Hasil uji asumsi klasik ... 47

4.2.2 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 48

4.2.3 Hasil Uji Ketepatan Model ... 50

4.2.4 Hasil Uji Hipotesis ... 52

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ………... 60

5.2 Saran ………... 61

DAFTAR RUJUKAN ………... 63


(9)

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

1.1 Perkembangan Jumlah Perusahaan dan Volume Perdagangan

Saham di BEI Tahun 2008-2014 ... 3 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia

Tahun 2011-2014 ... 44 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Perusahaan Sektor Industri Dasar

dan Kimia ... 45 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Perusahaan Sektor Industri Dasar

dan Kimia ... 47 4.4 Hasil Uji Heteroskedastis Perusahaan Sektor Industri Dasar

dan Kimia ... 48 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Sektor Industri Dasar

dan Kimia ... 49 4.6 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Perusahaan Sektor


(10)

4.7 Hasil Uji Ketepatan Model ... ... 51 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi Perusahaan Sektor Industri

Dasar dan Kimia ... 51 4.9 Hasil Uji Parsial Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia 52


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Tabel Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Tabel Halaman

1 Daftar Sample Sektor Industri Dasar dan Kimia Periode

2011-2014 ... 67 2 Data Holding Period, Spread, Market Value, Variance Return

dan Dividen Payout Ratio Sektor Industri Dasar dan Kimia

Periode 2011-2014 ... 68 3 Data Holding Period Sektor Industri Dasar dan Kimia Periode

2011-2014 ... 70 4 Data Spread Sektor Industri Dasar dan Kimia Periode

2011-2014 ...……… 72 5 Data Market Value Sektor Industri Dasar dan Kimia Periode

2011-2014 ... 90 6 Data Variance Return Sektor Industri Dasar dan Kimia Periode

2011-2014 ... 92 7 Data Dividend Payout Ratio Sektor Industri Dasar dan Kimia

Periode 2011-2014 ... 117 8 Hasil Uji Statistik Deskriptif Perusahaan Sektor Industri Dasar

dan Kimia ... 119 9 Hasil Uji Multikolinearitas Perusahaan Sektor Industri Dasar

dan Kimia ... 120 10 Hasil Uji Heteroskedastis Perusahaan Sektor Industri Dasar

dan Kimia ... 121 11 Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Sektor Industri Dasar dan

Kimia ... 122 12 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Perusahaan


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Investasi dewasa ini menjadi pilihan masyarakat dalam menggunakan kelebihan dananya. Menurut Tandelilin (2010:2) investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi dapat dilakukan pada aset riil (tanah, emas, dan bangunan) maupun pada aset finansial (surat berharga atau sekuritas). Perdagangan sekuritas di Indonesia sendiri dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sekuritas yang diperdagangkan di BEI merupakan salah satu bentuk investasi jangka panjang yang dapat dipilih oleh investor.

Investor memiliki kebebasan untuk memilih jenis sekuritas dalam melakukan investasi di perusahaan yang go public. Investor juga memiliki kebebasan dalam menentukan jumlah sekuritas yang mereka beli dan lamanya memegang atau menahan sekuritas tersebut. Investor yang merasa sekuritas yang mereka beli akan membawa keuntungan, maka investor tersebut akan menahan sekuritasnya dalam jangka waktu yang lebih lama atau segera melepas sekuritas tersebut jika diprediksi kurang menguntungkan. Perilaku investor yang melepas atau menahan kepemilikan sahamnya dilakukan investor untuk memaksimalkan keuntungannya atau meminimalkan risiko yang harus dihadapi. Lamanya investor menahan dananya pada sekuritas tertentu disebut dengan holding period, setiap investor memiliki analisis


(14)

investasi masing-masing dalam menahan atau melepas sekuritas yang dimiliki, fenomena ini menjadi menarik untuk diteliti.

Saham merupakan sekuritas yang diperdagangkan dipasar ekuitas yang paling dikenal oleh masyarakat Indonesia, sehingga pasar ekuitas sering dikenal sebagai pasar saham yang mengacu pada saham biasa. Perusahaan yang sudah go public akan menerbitkan saham untuk dibeli oleh masyarakat atau investor. Perusahaan yang menerbitkan saham biasa disebut dengan emiten. Investasi melalui saham akan memperoleh imbalan yang berupa dividen yang besarnya ditentukan oleh rapat umum pemegang saham (RUPS) tiap akhir periode. Menurut Wiagustini (2010:210) saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Saham dapat pula didefinisikan sebagai bukti kepemilikan atau penyertaan pasar modal investor terhadap suatu perusahaan yang akan memperoleh imbalan berupa dividen.

Saham memiliki tiga jenis nilai, antara lain: nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik. Nilai buku adalah nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan yang dibuat oleh perusahaan yang menerbitkan saham atau emiten. Nilai pasar adalah nilai saham di pasaran, nilai pasar ini ditunjukan oleh harga saham di bursa efek. Nilai intrinsik adalah nilai saham yang seharusnya terjadi (Tandelilin, 2010:301). Saat nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya maka saham tersebut tergolong mahal atau overvalued. Jika nilai pasar saham lebih rendah dari nilai intrinsiknya saham tersebut tergolong murah atau undervalued.


(15)

Saham menjadi sekuritas yang menarik karena memiliki dua keuntungan yaitu dividen dan kenaikan harga saham (capital gain). Saham menjadi sekuritas yang paling diminati dapat dilihat dari perkembangan jumlah perusahaan yang menerbitkan saham dan volume transaksi atas saham pada Bursa Efek Indonesia. Volume transaksi yang terjadi dapat mencerminkan keputusan investor terhadap mempertahankan atau melepaskan saham yang dimiliki. Perkembangan saham dari tahun 2008-2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Perusahaan dan Volume Transaksi Saham di BEI Tahun 2008-2014

Tahun Jumlah Perusahaan Volume Transaksi

(milyar saham)

2008 396 787,85

2009 398 1.467,66

2010 420 1.330,87

2011 440 1.203,55

2012 462 1.053,76

2013 483 1.342,66

2014 506 1.327,02

Sumber: www.ojk.go.id dan www.bps.go.id

Lamanya waktu yang diperlukan investor untuk berinvestasi dengan sejumlah uang yang dikeluarkan atau dapat dikatakan rata-rata dari panjangnya waktu investor menahan saham suatu perusahaan selama jangka waktu atau periode tertentu disebut holding period (Jones, 2004). Holding period dapat didefinisikan sebagai merupakan rata-rata lamanya waktu investor dalam menahan atau menyimpan saham suatu perusahaan yang dimiliki selama periode waktu tertentu.


(16)

Seorang investor yang melakukan investasi akan mendasari keputusannya dengan analisis investasi yang teliti, setiap keputusan yang diambil dilakukan dengan pertimbangan yang baik agar return yang didapatkan sesuai harapan. Ahmad (2004:89) mengatakan bahwa untuk melakukan investasi dilakukan lima analisis yaitu pertama analisis dalam mempertimbangkan tarif atau biaya transaksi (transaction cost) dapat berupa tarif pajak dan biaya komisi. Kedua, analisis mengenai jenis investasi yang dilakukan dan risiko yang ada didalamnya serta keuntungan yang akan diperoleh. Ketiga, kondisi ekonomi yang berkaitan dengan investasi yang dilakukan. Keempat, kelompok industri tempat melakukan investasi. Kelima, kinerja dari perusahaan yang akan dilakukan investasi. Analisis yang tepat tentu akan mempengaruhi lama kepemilikan saham atau holding period.

Studi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi holding period telah dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997). Penelitian ini didasarkan atas penelitian yang dilakukan oleh Amihud dan Mendelson (1986) bahwa aset dengan transaction cost yang lebih tinggi akan ditahan oleh investor dalam waktu yang lebih lama, dan sebaliknya. Penelitian ini dilakukan di saham Nasdaq periode 1983 hingga 1991 dan New York Stock Exchange (NYSE) periode 1975 hingga 1989. Penelitian tersebut menemukan bahwa holding period dipengaruhi oleh transaction cost yang tercermin dari bid-ask spread saham. Selain penelitian tersebut holding period dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu inflasi atau keadaan perekoniman suatu negara, dan faktor internal yaitu transaction cost: bid-ask spread, market value, dan risk of return (Mendelson, 1986).


(17)

Seorang investor yang melakukan investasi, perlu memperhatikan biaya transaksi yang efektif dan analisis yang hati-hati sehingga dapat menghasilkan return yang besar (Santoso, 2008). Biaya transaksi akan tercermin dari bid-ask spread. Bid-ask spread merupakan selisih dari harga beli tertinggi dengan harga jual terendah dari suatu saham. Bid adalah harga tertinggi yang diajukan oleh pembeli saham, dan ask adalah harga terendah yang ditawarkan oleh penjual saham (Jones, 2004:89).

Aset yang memiliki spread yang besar akan menghasilkan expected return yang lebih tinggi sehingga para investor akan lebih lama menahannya atau holding period yang dimiliki atas aset tersebut lebih panjang. Penelitian mengenai bid-ask spread dan holding period sebelumnya sudah pernah dilakukan. Menurut Santoso (2008) dan Wisayang (2009) bid-ask spred memiliki pengaruh positif signifikan terhadap holding period. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan Arma (2013) yang menyatakan bid-ask spread memiliki pengaruh yang negatif terhadap holding period, hal ini disebabkan karena kecenderungan investor saat ini akan lebih cepat melepas saham yang memiliki bid-ask spread yang tinggi dengan harapan memperoleh gain yang lebih besar. Ratnasari (2014) serta Miapuspita (2003) juga menyatakan bahwa bid-ask spread memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap holding period karena pada sampel perusahaan yang diteliti menghasilkan koefisien yang paling rendah dibanding variabel lainnya, sehingga bid-ask spread memiliki pengaruh yang kecil bagi holding period.

Market value (nilai pasar saham) merupakan variabel yang menunjukkan nilai sebuah perusahaan. Semakin besar nilai pasar suatu perusahaan maka semakin lama


(18)

pula investor akan menahan kepemilikan atas saham perusahaan tersebut, atau sebaliknya jika nilai pasar perusahaan kecil maka rentang waktu investor menahan kepemilikan saham perusahaan tersebut semakin pendek. Perbedaan lamanya kepemilikan saham tersebut disebabkan karena investor menganggap perusahaan yang besar memiliki kondisi keuangan yang stabil dan laporan keuangan yang kompeten. Perusahaan besar juga cenderung memiliki stabilitas dalam distribusi return saham sehingga investor akan menahan sahamnya lebih lama. Santoso (2008) market value juga dapat menimbulkan spekulasi dikalangan investor. Perubahan kenaikan market value dapat menimbulkan return yang diharapkan berupa capital gain.

Subali dan Zuhroh (2002) menyatakan bahwa market value merupakan faktor yang paling dominan dalam menentukan lamanya kepemilikan saham (holding period). Hasil tersebut sama dengan hasil penelitian Margareta dan Diantini (2014) yang menyatakan market value memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap holding period. Hasil yang berbeda disampaikan oleh Wisayang (2009), Maulina (2009) dan Perangin-angin (2013) yang menyatakan bahwa market value memiliki pengaruh yang positif tidak signifikan terhadap holding period. Pengaruh yang tidak signifikan ini dikarenakan pada perusahaan sampel terjadi penambahan jumlah saham dalam jumlah besar yang direspon investor sebagai tanda bahwa perusahaan yang berangkutan sedang mengalami kesulitan keuangan, sehingga investor dengan cepat melepas kepemilikan sahamnya.


(19)

Risiko dan return selalu menjadi pertimbangan bagi investor saat menganalisis segala keputusan investasinya. Semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor, semakin besar pula return yang diharapkan. Santoso (2008) menyatakan variance return saham adalah ukuran langsung dari volalitas saham yang merupakan cerminan dari risiko perusahaan. Menurut Stoll dan Whaley (1983) melakukan investasi pada perusahaan yang besar memiliki risiko yang lebih besar dibanding perusahaan yang kecil, sehingga akan mempengaruhi holding period saham dan menjadikan hubungan variance return dengan holding period negatif (Atkins dan Dyl 1997). Artinya jika risiko yang dimiliki saham itu besar maka periode kepemilikan saham relatif lebih pendek dan sebaliknya semakin rendah risiko yang dimiliki saham maka periode kepemilikan saham relatif lebih panjang.

Penelitian yang dilakukan Maulina (2009), Santoso (2008) dan Perangin-angin (2013) menyatakan hubungan variance return dengan holding period saham adalah negatif signifikan. Sedangkan Ratnasari (2014) dan Murniati (2015) menyatakan variabel variance return tidak berpengaruh signifikan terhadap holding period. Perbedaan hasil dalam penelitian ini disebabkan oleh fluktuasi dari variance return pada sampel yang digunakan sangat kecil sehingga tidak bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap holding period.

Selain variabel bid-ask spread, market value dan variance return, variabel lain yang diduga juga mempengaruhi keputusan investor dalam menahan kepemilikan saham suatu perusahaan adalah dividend payout ratio. Menurut Darmaji dan Fakhruddin (2012:159), dividend payout ratio merupakan perbandingan dividen per


(20)

lembar saham dengan laba bersih per lembar saham yang diperoleh. Pembayaran dividen yang optimal merupakan cerminan kondisi keuangan perusahaan yang sehat, sehingga akan mempengaruhi persepsi pasar dan akan berdampak pada holding period saham perusahaan. Seorang investor melakukan investasi saham mengharapkan memperoleh return dari saham yang berupa capital gain dan dividend. Perusahaan yang memberikan dividend kepada pemegang sahamnya akan lebih diminati untuk dilakukan investasi dan memiliki holding period yang lebih panjang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurwani (2012) dividend payout ratio memiliki pengaruh positif signifikan terhadap holding period dan merupakan variabel yang koefisiennya paling tinggi. Hasil penelitiani ini bertentangan dengan Maulina (2009) yang menyatakan bahwa dividend payout ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap holding period, hal ini disebabkan karena pada beberapa perusahaan sampel yang digunakan untuk penelitian tidak mampu membayar dividen sehingga tidak bisa menjelaskan hubungannya dengan holding period.

Informasi yang tepat sangat dibutuhkan dalam mengambil sebuah keputusan dalam berinvestasi. Misalnya saja indeks harga saham yang merupakan indikator yang mencerminkan pergerakan dari harga saham. Apabila saham pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia pada periode tertentu lebih rendah daripada periode sebelumnya, berarti nilai investasi yang terjadi pada periode tersebut mengalami penurunan. Keputusan investasi yang dapat diambil berupa keputusan untuk membeli saham, menjual saham atau menahan saham selama periode tertentu.


(21)

Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan, maka penelitian ini akan meneliti mengenai pengaruh variabel bid-ask spread, market value, variance return dan dividend payout ratio terhadap holding period saham. Adapun jenis saham yang dipilih adalah saham pada sektor industri dasar dan kimia karena saham pada sektor industri dasar dan kimia memiliki market share yang besar di pasar modal. Periode penelitian yang dilakukan adalah selama empat tahun yaitu dari tahun 2011-2014. Periode empat tahun dipilih karena saham merupakan investasi jangka panjang, sehingga lebih cocok menggunakan periode penelitian lebih dari tiga tahun. Disamping itu hal yang mendasari penelitian ini adalah hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang tidak konsisten. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian yang dilakukan mengambil judul “Pengaruh Spread, Market Value, Variance Return dan Dividend Payout Ratio Terhadap Holding Period Saham Sektor Industri Dasar dan Kimia Di BEI”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1) Apakah spread berpengaruh signifikan terhadap holding period saham sektor industri dasar dan kimia di BEI?

2) Apakah market value berpengaruh signifikan terhadap holding period saham sektor industri dasar dan kimia di BEI?


(22)

3) Apakah variance return berpengaruh signifikan terhadap holding period saham sektor industri dasar dan kimia di BEI?

4) Apakah dividend payout ratio berpengaruh signifikan terhadap holding period saham sektor industri dasar dan kimia di BEI?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh spread terhadap holding period saham sektor industri dasar dan kimia di BEI.

2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh market value terhadap holding period saham sektor industri dasar dan kimia di BEI.

3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh variance return terhadap holding period saham sektor industri dasar dan kimia di BEI.

4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh dividend payout ratio terhadap holding period saham sektor industri dasar dan kimia di BEI.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1) Kegunaan teoritis


(23)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya ilmu pengetahuan khususnya manajemen keuangan yang berhubungan mengenai holding period saham.

2) Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan membantu investor yang akan melakukan investasi pada sekuritas saham perusahaan manufaktur di BEI dalam mengambil keputusan mengenai menahan atau melepas saham yang dimiliki. Bagi emiten hasil penelitian ini diharapkan dapat memberian informasi mengenai variabel mana yang mempengaruhi holding period sahamnya sehingga dapat memperbaiki kinerja perusahaan.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini akan disajikan dalam sistematika penulisan yang dibagi dalam lima bab yang terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah dalam penelitian , rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika dari penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Bab tinjauan pustaka menguraikan tentang tinjauan pustasa yang berisikan teori-teori yang menjelaskan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi holding period, spread, market value, variance


(24)

return,dan dividend payout ratio. Bab tinjauan pustakan juga menjelaskan mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel-variabel dalam penelitian yang akan mendasari dalam perumusan hipotesis penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab metode penelitian menjalaskan metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi desain penelitian yang berisikan kerangka berpikir dalam penelitian. Serta menjelaskan mengenai lokasi dan ruang lingkup penelitian, obyek dalam penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode pengumpulan sample, metode pengumpulan data. Bab metode penelitian menjelaskan pula teknik analisis data yang akan digunakan untuk menguji data dari sampel.

BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab pembahasan menjelaskan mengenai gambaran umum dari daerah penelitian, mendeskripsikan data hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data secara deskriptif serta analisis mengenai hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dan menjelaskan pengaruh variabel-variabel dependen dengan variabel independen.

BAB V : PENUTUP

Bab penutup berisikan kesimpulan dari analisis data yang sudah dilakukan dalam penelitian dan saran bagi penelitian selanjutnya.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian holding period saham

Holding period adalah lamanya waktu yang diperlukan seorang investor dalam berinvestasi dengan sejumlah uang yang bersedia dikeluarkan. Menurut Jones (2004) serta Atkins dan Dyl (1997) holding period merupakan rata-rata panjangnya waktu investor menahan saham suatu perusahaan selama periode tertentu. Lamanya holding period bervariasi bisa dalam hitungan hari, bulan, minggu hingga tahun, tergantung dari return saham yang dianggap investor paling menguntungkan.

Untuk menentukan holding period saham seorang investor harus memperhatikan transaction cost yang terjadi. Saham yang memiliki transaction cost lebih tinggi akan ditahan kepemilikannya oleh investor dalam waktu yang lebih lama (Amihud dan Mendelson, 1986). Holding period akan semakin panjang atau lama apabila saham memiliki transaction cost yang tinggi karena akan menurunkan tingkat spekulasi dari investor dan menurunnya volume transaksi yang terjadi di pasar saham. Investor akan menahan saham yang dimilikinya lebih lama apabila biaya transaksi atau transaction cost dari saham tersebut makin besar, transaction cost yang tinggi akan tercermin dari tingginya bid-ask spread dari saham tersebut.


(26)

Keputusan investor dalam membeli atau menjual saham umumnya ditentukan oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya (Halim,2005), dengan kriteria sebagai berikut:

a) Jika harga pasar saham lebih rendah dari nilai intrinsiknya, maka saham tersebut sebaiknya dibeli dan ditahan sementara dengan tujuan untuk memperoleh capital gain jika kemudian harganya naik.

b) Jika harga pasar saham sama dengan nilai intrinsiknya, maka jangan melakukan transaksi. Karena saham berada dalam keadaan keseimbangan, sehingga tidak akan ada keuntungan yang diperoleh dari transaksi pembelian atau penjualan saham.

c) Jika harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, maka saham sebaiknya dijual untuk menghindari kerugian. Karena harganya kemudian akan turun menyesuaikan dengan nilai intrinsiknya.

Perhitungan holding period merupakan perkiraan secara kasar dari jangka waktu kepemilikan saham karena setiap investor memiliki waktu yang berbeda-beda dalam menahan kepemilikan suatu saham. Menurut Atkins dan Dyl (1997) holding period dapat dilihat dari perbandingan antara jumlah saham perusahaan i per akhir tahun t yang beredar dengan volume transaksi saham i pada tahun t. Holding period dapat dihitung dengan rumus:

Holding period = Ju a a a B a


(27)

Angka yang ditunjukan dari perhitungan holding period tidak menjelaskan seorang investor menahan kepemilikan sahamnya selama itu secara pasti, namun angka yang dihasilkan menunjukan bahwa semakin besar nominalnya maka semakin lama jangka waktu seorang investor dalam menahan sahamnya.

2.1.2 Spread

Spread merupakan selisih harga jual dan harga beli saham suatu perusahaan di pasar modal. Spread yang terjadi di pasar modal disebabkan oleh faktor ketidakseimbangan informasi yang terjadi di pasar modal dan persaingan antar pelaku pasar. Semakin tidak seimbang informasi yang terjadi di pasar modal menyebabkan spread semakin besar atau semakin kuat persaingan yang terjadi di pasar modal, persaingan yang kuat ini menyebabkan harga jual makin rendah dan harga beli makin tinggi yang sehingga spread mengecil. Spread memiliki dua model yaitu:

a) Dealer spread merupakan selisih antara bid price (harga beli) dengan ask price (harga jual) yang menyebabkan dealer ingin memperdagangkan sekuritas dengan aktiva sendiri.

b) Market spread merupakan selisih antara highest bid atau harga tertinggi yang bersedia dibayar oleh pembeli dengan lowest ask atau harga terendah yang bersedia dilepas oleh penjual yang terjadi pada saat tertentu.

Dalam melakukan suatu investasi investor harus mempertimbangkan dengan hati-hati transaction cost yang terjadi agar memperoleh return maksimal. Atkins dan Dyl (1997) menyatakan bahwa bid-ask spread merupakan cerminan ukuran biaya


(28)

transaksi yang timbul akibat adanya transaksi saham. Fabozzi dalam Santoso (2008) menyatakan bahwa biaya transaksi terdiri dari biaya transaksi tetap dan biaya transaksi variabel.

Biaya transaksi tetap merupakan komponen biaya transaksi yang mudah diukur, terdiri dari komisi untuk pialang atau broker, pajak transaksi dan ongkos.

a) Komisi adalah jumlah uang yang dibayarkan kepada pialang yang melaksanakan pesanan. Di bursa efek biaya transaksi paling tinggi adalah 1% dari nilai tansaksi baik jual maupun beli.

b) Pajak untuk transaksi saham baik pembelian maupun penjulan merupakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% dari nilai tansaksi serta Pajak Penghasilan untuk penjualan sebesar 0,1% dari nilai transaksi.

c) Ongkos meliputi ongkos pemeliharaan yang dibayarkan kepada institusi yang memegang sekuritas milik investor, dan ongkos transfer yaitu ongkos yang dibayarkan untuk memindahkan kepemilikan saham.

Biaya transaksi variabel berupa biaya pelaksanaan dan biaya peluang yang tidak mudah diukur.

a) Biaya pelaksanaan (execution cost) merupakan biaya yang menggambarkan perbedaan antara harga pelaksanaan suatu sekuritas dan harga yang akan muncul jika tidak ada perdagangan.

b) Biaya peluang (oppourtunity cost) merupakan biaya yang digambarkan bila tidak melakukan transaksi. Biaya peluang akan muncul apabila suatu perdagangan gagal untuk dilaksanakan.


(29)

Menurut Hamilton (1991) bid-ask spread merupakan biaya transaksi dealer kepada investor, yang ditunjukan dengan total uang yang dikorbankan investor secara bersama-sama untuk membeli atau menjual suatu sekuritas pada bid atau ask price tertentu. Bid-ask spread adalah selisih harga beli tertinggi yang ditawarkan oleh pihak yang akan membeli saham dengan harga jual terendah dari pihak yang menjual saham. Bid-ask spread dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

N

bid ask bid ask Spread N

t it it

it it

it /

2 /

1 

     

...(2)

Spreadit adalah rata-rata bid-ask spread saham perusahaan i pada tahun t, askit

adalah harga jual terendah yang menyebabkan investor setuju untuk menjual saham perusahaan i pada bulan ke t, bidit merupakan harga beli tertinggi yang menyebabkan

investor setuju untuk membeli saham perusahaan i pada bulan ke t, dan N adalah jumlah bulan transaksi saham i selama tahun t.

Bid-ask spread yang besar akan mengakibatkan semakin lama investor menahan kepemilikan sahamnya (holding period) (Santoso, 2008). Investor yang melakukan perdagangan pada bid-ask price akan berusahah tidak menjual sahamnya pada tingkat harga tertentu (ask price) dan menunggu terjadi harga yang dapat menutupi biaya transaksi yang terjadi untuk membeli saham tersebut (bid price).

2.1.3 Market Value

Nilai pasar saham (market value) merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu sebagai akibat dari aktivitas transaksi yang terjadi di pasar


(30)

modal. Market value menunjukkan ukuran suatu perusahaan atau merupakan nilai sebenarnya dari aktiva perusahaan yang direfleksikan di pasar. Nilai pasar ini juga merupakan cerminan dari besarnya ukuran dari suatu perusahaan yang diukur dengan mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga pasar saham perusahaann.

Market value dapat diukur dengan mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga saham penutupan pada periode ke-t. Berdasarkan besarnya jumlah saham yang beredar dan harga saham, dapat dilihat ukuran suatu perusahaan. Semakin banyak saham yang beredar dan semakin tinggi harga saham menunjukkan semakin besar ukuran perusahan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total aktiva atau dapat disimpulan ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan.

Menurut Arma (2013) faktor utama yang menyebabkan harga pasar saham berubah adalah persepsi yang berbeda-beda dari tiap investor, sesuai dengan informasi yang dimiliki. Persepsi ini dapat dicerminkan oleh Rate of Return (ROR). Jika investor menganggap ROR saham sudah tidak menguntungkan maka investor akan mengambil keputusan untuk menjual sahamnya. Apabila hal tersebut cenderung terjadi maka harga saham akan menurun dan akan berdampak pada market value.

Saat melakukan analisis investasi investor cenderung melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki market value yang besar. Umumnya perusahaan yang memiliki market value yang besar memiliki akses ke pasar modal dengan lebih mudah dan memiliki kondisi keuangan yang lebih stabil serta risiko yang lebih


(31)

rendah. Dibanding perusahaan berukuran kecil atau memiliki market value yang rendah.

Menurut Atkins dan Dyl (1997) market value merupakan harga dari suatu saham yang terjadi pada pasar bursa pada waktu tertentu. Maka dapat disimpulkan makin besar market value saham suatu perusahaan, semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki market value yang besar juga akan berpengaruh pada semakin lamanya holding period perusahaan tersebut. Market value dapat diukur dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

MVit = ∑�=1ℎ � ℎ �� � �� ℎ ℎ �� ...(3)

Keterangan:

MVit = rata-rata market value dari saham perusahaan i pada tahun t

N = jumlah hari transaksi dari saham perusahaan i pada tahun t Harga sahamit = harga penutupan dari saham perusahaan i pada hari t

Saham beredarit = jumlah dari saham perusahaan i yang beredar selama tahun t

2.1.4 Variance return

Analisis investasi yang baik, akan memperhatikan analisis mengenai return dan risiko yang merupakan bahan pertimbangan penting bagi seorang investor. Hubungan return dan risiko merupakan hubungan yang searah atau linier, dimana saham yang memiliki risiko yang besar memiliki return harapan yang tinggi pula. Terdapat beberapa risiko dalam melakukan investasi, yaitu:


(32)

a) Risiko finansial merupakan risiko yang diterima oleh investor akibat dari ketidakmampuan emiten memenuhi kewajibannya dalam membayar dividen atau bunga serta pokok investasi.

b) Risiko suku bunga merupakan risiko yang bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan dari suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, pada keadaan cateris paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, dan sebaliknya jika suku bunga turun, maka harga saham akan naik, pada keadaan cateris paribus (Tandelilin, 2010:103).

c) Risiko pasar merupakan risiko yang ditanggung oleh investor akibat menurunnya harga pasar subtansial baik keseluruhan saham maupun pada saham tertentu akibat tingkat inflasi, keuangan negara, kebijakan pemerintah maupun perubahan manajemen perusahaan.

d) Risiko inflasi merupakan risiko yang akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan.

e) Risiko psikologis merupakan risiko bagi investor yang bertindak secara emosional dalam menghadapi perubahan harga saham berdasarkan optimisme atau pesimisme yang dapat mengakibatkan kenaikan atau penurunan harga saham.

Risiko dari suatu investasi dapat diukur dengan beberapa ukuran, antara lain: beta saham, koefisien variasi, dan varian. Pada penelitian ini ukuran yang dugunakan


(33)

adalah varian yang merupakan cermin dari tingkat risiko yang diakibatkan oleh fluktuasi harga saham perusahaan.

Variance return merupakan cermin dari tingkat risiko yang disebabkan oleh harga saham yang berfluktuasi. Risiko disini dapat diartikan sebagai besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian sebenarnya (actual return). Menurut Maulina (2012) variance return digunakan oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan jual atau beli bukan keputusan untuk menahan suatu saham. Variance return menunjukkan variabilitas return saham yang disebabkan oleh volatilitas atau fluktuasi harga saham. Menurut Atkins dan Dyl (1997) volalitas perusahaan yang tinggi mengindikasikan adanya asimetri informasi yang besar dan menyebabkan volume perdagangan menjadi lebih tinggi dan holding period yang lebih pendek.

Untuk mengukur risiko perusahaan yang dicerminkan oleh variance return maka terlebih dahulu menghitung rata-rata return periode tertentu dari sekuritas menggunakan rumus sebagai berikut:

Rit = ��−��−

��− ...(4)

Keterangan:

Rit = Rata-rata return saham i selama tahun t

Pt = Harga saham penutupan periode ke t


(34)

Setelah mengetahui rata-rata return bulanan dari sekuritas, maka dapat dihitung variance return menggunakan rumus sebagai berikut:

σit = √∑ ��−�̅ � �=

�−1 ...(5) Keterangan:

σit = tingkat risiko dari return saham perusahaan i selama periode t

n = jumlah data return saham Xi = return saham perusahaan i �̅ = rata-rata return saham

2.1.5 Dividend payout ratio

Kebijakan dividen merupakan keputusan yang diambil perusahaan dan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga saham di pasar modal. Kebijakan dividen akan menentukan pembagian laba yang dicapai perusahaan baik itu dibayarkan kepada pemegang saham atau diinvestasikan kembali ke perusahaan. Rasio pembayaran dividen mencerminkan jumlah laba ditahan yang nantinya digunakan kembali sebagai sumber pendanaan. Semakin besar jumlah laba ditahan maka semakin sedikit jumlah laba yang digunakan untuk membayar dividen. Alokasi laba perusahaan yang digunakan sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan perhatian utama dalam kebijakan dividen.


(35)

Dividend payout ratio merupakan kebijakan mengenai cara pembagian dividen dan bentuk dividen saat dibagikan pada investor. Terdapat beberapa cara pembayaran dividen sebagai alternatif dividend payout ratio, antara lain:

a) Stable and Occasionally Increasing Dividend per-share

Merupakan kebijakan yang menetapkan pembayaran dividen per saham yang stabil, selama tidak terjadi peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.

b) Stable Dividend per-share

Merupakan kebijakan yang menetapkan pembayaran dividen per saham adalah tetap (stable amount) dari tahun ke tahun. Karena manajemen perusahaan menilai pembayaran dividen yang tetap akan lebih menarik investor daripada pembayaran dividen yang berfluktuasi.

c) Stable Payout Ratio

Merupakan kebijakan yang menetapkan jumlah dividen yang dibayarkan dihitung berdasarkan suatu persentase tetap (constant) dari laba yang diperoleh perusahaan.

d) Regular Dividend plus Extras

Merupakan kebijakan dividen dimana jumlah dividen yang dibayarkan ditetapkan dalam jumlah tertentu yang diyakini oleh manajemen perusahaan mampu dipertahankan tanpa menghiraukan adanya fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Investor juga mungkin mendapatkan dividen ekstra atau dividen bonus apabila terdapat tambahan kas.


(36)

e) Fluctuating Dividends and Payout Ratio

Merupakan kebijakan dividen yang besar pembayaran dividen yang berfluktuasi sesuai dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan.

Dividen merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang didistribusikan kepada para pemegang saham dan dilakukan secara berkala berdasarkan atas jumlah saham yang dimiliki. Besarnya dividen yang dibagikan ditentukan dalam rapat umum pemegang saham. Menurut Miller dan Rock (1985) dividen mempunyai informasi tentang ekspektasi-ekspektasi manajer dan sinyal positif dari manajemen tentang prediksi membaiknya kinerja perusahaan dimasa mendatang. Pembayaran dividen merupakan alat komunikasi secara langsung dan penting kepada pasar mengenai kesehatan ekonomi perusahaan.

Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:159) dan Jogiyanto dividend payout ratio merupakan persentase dari perbandingan dividen per lembar saham yang telah dibayar pada tahun tersebut dengan laba per lembar saham pada akhir tahun. Dividend payout ratio dapat dihitung dengan rumus:

Dividend payout ratio = ��� � � ℎ�

� ���� � ℎ� x 100% ...(6) Keterangan:

Dividend per share = Dividend per share selama periode t Earning per share = Earning per share selama periode t


(37)

2.2 Hipotesis Penelitian

Teori dan penelitian yang terkait dengan variabel-variabel dalam penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya. Ditinjau dari teori dan penelitian-penelitian terdahulu dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

2.2.1 Pengaruh spread terhadap holding period saham

Spread merupakan proksi dari transaction cost atau biaya yang timbul akibat dari transaksi saham. Spread juga merupakan akibat dari asimetri informasi yang terjadi di pasar modal akibat dari persaingan yang tinggi antar emiten. Saham yang memiliki spread yang tinggi akan dipertahankan lebih lama oleh investor, hal ini terjadi karena investor memgharapkan keuntungan yang lebih tinggi dan mengurangi risiko. Fenomena ini menyebabkan spread memiliki pengaruh yang searah dengan holding period.

Penelitian sebelumnya oleh Demsetz dalam Maulina (2009) yang menguji mengenai pentingnya bid-ask spread terhadap keputusan investasi dengan menghubungkan spread dengan transaction cost mengatakan bahwa aset yang memiliki spread yang besar akan menghasilkan expected return yang tinggi pula. Sehingga investor akan mengharapkan memperoleh net return yang lebih besar dengan menahan saham yang memiliki spread yang tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997) mengenai bid-ask spread menemukan bahwa bid-ask spread memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap holding period. Analisis yang dilakukan oleh Chung dan Wei (2005) menyimpulkan


(38)

bahwa bid-ask spread yang merupakan fungsi dari transaction cost merupakan variabel dominan yang mempengaruhi holding period saham. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan seorang investor yang membeli sahamnya dengan harga tinggi cenderung akan menahan sahamnya dalam waktu yang lebih lama, dengan harapan harga jual sahamnya akan lebih tinggi dimasa mendatang.

Dalam penelitian lainnya disampaikan oleh Maulina (2009), Hadi (2008), Wisayang (2010) dan Santoso (2008) yang menyatakan pengaruh bid-ask spread adalah positif dan signifikan terhadap holding period. Transaction cost yang terjadi akibat perdagangan saham memiliki pengaruh yang searah terhadap holding period saham. Sehingga saham yang memiliki transaction cost yang tinggi akan ditahan kepemilikannya lebih lama oleh investor.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:

H1 : Spread berpengaruh positif dan signifikan terhadap holding period saham

sektor industri dasar dan kimia di BEI.

2.2.2 Pengaruh market value terhadap holding period saham

Investor menggunakan market value sebagai ukuran dari suatu perusahaan, dimana perusahaan yang besar memiliki market value yang besar pula. Saham perusahaan yang memiliki market value yang besar lebih menarik bagi investor karena perusahaan dianggap memiliki kondisi keuangan yang lebih stabil dan memiliki akses yang mudah di pasar modal. Estimasi tersebut menyebabkan saham


(39)

perusahaan yang memiliki market value yang besar cenderung memiliki holding period yang lebih lama.

Fama (1993) menyatakan bahwa market value atau ukuran perusahaan berkaitan dengan profitabilitas perusahaan. Perusahaan besar dianggap memiliki profitabilitas yang tinggi sehingga investor lebih tertarik berinvestasi pada perusahaan tersebut. Hal serupa juga disampaikan Atkins dan Dyl (1997) dimana perusahaan besar lebih dipertimbangkan untuk berinvestasi daripada perusahaan kecil. Berdasarkan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa semakin besar market value suatu perusahaan maka semakin lama pula investor menahan sahamnya karena asumsi perusahaan besar memiliki profitabilitas yang tinggi dan stabil.

Penelitian mengenai hubungan market value dengan holding period yang dilakukan oleh Margareta (2015) menyatakan bahwa market value memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap holding period. Koefisien dari market value merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap holding period. Pernyataan ini didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu oleh Ratnasari (2014), Arma (2013), dan Wisayang (2009) yang menyatakan bahwa market value memiliki hubungan searah atau positif dan signifikan terhadap holding period.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:

H2 : Market value berpengaruh positif dan signifikan terhadap holding period


(40)

2.2.3 Pengaruh variance return terhadap holding period saham

Hubungan return dengan risiko adalah hubungan yang searah atau linier, artinya semakin tinggi risiko yang ditanggung semakin tinggi pula return yang diharapkan. Perkembangan variance return saham yang tinggi akan menyebabkan holding period menjadi lebih pendek karena investor telah mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.

Arma (2013) menyimpulkan bahwa variance return memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap holding period. Hal ini berkaitan dengan analisis investor terhadap risiko yang mungkin dihadapinya karena variance return merupakan proksi dari risiko perusahaan. Seorang yang memperhatikan risiko dalam berinvestasi akan memperhatikan variance return suatu perusahaan, jika variance return meningkat maka holding period akan menurun.

Penelitian yang dilakukan oleh Perangin-angin (2013) menyimpulkan bahwa variabel variance return merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap holding period saham sektor pertambangan periode 2009 hingga 2011. Hal ini menunjukkan bahwa investor akan menahan sahamnya lebih pendek pada perusahaan yang memiliki variance return yang tinggi. Menurut Santoso (2008) variance return memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap holding period.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:

H3 : Variance return berpengaruh negatif dan signifikan terhadap holding period


(41)

2.2.4 Pengaruh dividend payout ratio terhadap holding period saham

Perusahaan yang membagikan dividen umumnya lebih menarik bagi seorang investor daripada peusahaan yang tidak membagikan dividen. Hal ini menyebabkan investor diharapkan mau memegang atau menahan kepemilikan sahamnya dalam waktu yang lebih lama. Perusahaan akan berusaha membayar dividen kepada pemegang saham dengan tepat waktu dan tidak mengurangi jumlahnya. Pengurangan jumlah dividen yang dibagikan dapat ditangkap sebagai sinyal negatif oleh pemegang saham karena perusahaan dianggap mengalami kesulitan likuiditas (Hartono, 2013:164).

Bagi perusahaan pembayaran dividen merupakan alat komunikasi langsung kepada pasar mengenai ekonomi perusahaan. Sehingga saham perusahaan yang membagikan dividen akan lebih diminati oleh investor dan kepemilikan atas sahamnya akan ditahan lebih lama. Maulina (2009) menyatakan faktor motif pembelian saham merupakan hal utama yang dipertimbangkan investor, dimana investor mengharapkan memperoleh pendapatan dari dividen. Maka keputusan perusahaan untuk membagikan dividen merupakan kebijakan yang memiliki pengaruh yang besar terhadap harga saham perusahaan di pasar modal.

Menurut Nurwani (2012) dividend payout ratio memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap holding period. Seorang investor yang memiliki orientasi jangka panjang tentunya mengharapkan memperoleh return atas investasi yang dilakukan yang berupa capital gain dan dividend. Penelitian yang dilakukan oleh


(42)

Kusumayanti (2015) dan Murniati (2015) menyimpulkan bahwa dividend payout ratio memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap holding period saham.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H4 : Dividend payout ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap holding


(1)

2.2 Hipotesis Penelitian

Teori dan penelitian yang terkait dengan variabel-variabel dalam penelitian ini sudah pernah dilakukan sebelumnya. Ditinjau dari teori dan penelitian-penelitian terdahulu dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

2.2.1 Pengaruh spread terhadap holding period saham

Spread merupakan proksi dari transaction cost atau biaya yang timbul akibat dari transaksi saham. Spread juga merupakan akibat dari asimetri informasi yang terjadi di pasar modal akibat dari persaingan yang tinggi antar emiten. Saham yang memiliki spread yang tinggi akan dipertahankan lebih lama oleh investor, hal ini terjadi karena investor memgharapkan keuntungan yang lebih tinggi dan mengurangi risiko. Fenomena ini menyebabkan spread memiliki pengaruh yang searah dengan holding period.

Penelitian sebelumnya oleh Demsetz dalam Maulina (2009) yang menguji mengenai pentingnya bid-ask spread terhadap keputusan investasi dengan menghubungkan spread dengan transaction cost mengatakan bahwa aset yang memiliki spread yang besar akan menghasilkan expected return yang tinggi pula. Sehingga investor akan mengharapkan memperoleh net return yang lebih besar dengan menahan saham yang memiliki spread yang tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997) mengenai bid-ask spread menemukan bahwa bid-ask spread memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap holding period. Analisis yang dilakukan oleh Chung dan Wei (2005) menyimpulkan


(2)

bahwa bid-ask spread yang merupakan fungsi dari transaction cost merupakan variabel dominan yang mempengaruhi holding period saham. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan seorang investor yang membeli sahamnya dengan harga tinggi cenderung akan menahan sahamnya dalam waktu yang lebih lama, dengan harapan harga jual sahamnya akan lebih tinggi dimasa mendatang.

Dalam penelitian lainnya disampaikan oleh Maulina (2009), Hadi (2008), Wisayang (2010) dan Santoso (2008) yang menyatakan pengaruh bid-ask spread adalah positif dan signifikan terhadap holding period. Transaction cost yang terjadi akibat perdagangan saham memiliki pengaruh yang searah terhadap holding period saham. Sehingga saham yang memiliki transaction cost yang tinggi akan ditahan kepemilikannya lebih lama oleh investor.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:

H1 : Spread berpengaruh positif dan signifikan terhadap holding period saham

sektor industri dasar dan kimia di BEI.

2.2.2 Pengaruh market value terhadap holding period saham

Investor menggunakan market value sebagai ukuran dari suatu perusahaan, dimana perusahaan yang besar memiliki market value yang besar pula. Saham perusahaan yang memiliki market value yang besar lebih menarik bagi investor karena perusahaan dianggap memiliki kondisi keuangan yang lebih stabil dan memiliki akses yang mudah di pasar modal. Estimasi tersebut menyebabkan saham


(3)

perusahaan yang memiliki market value yang besar cenderung memiliki holding period yang lebih lama.

Fama (1993) menyatakan bahwa market value atau ukuran perusahaan berkaitan dengan profitabilitas perusahaan. Perusahaan besar dianggap memiliki profitabilitas yang tinggi sehingga investor lebih tertarik berinvestasi pada perusahaan tersebut. Hal serupa juga disampaikan Atkins dan Dyl (1997) dimana perusahaan besar lebih dipertimbangkan untuk berinvestasi daripada perusahaan kecil. Berdasarkan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa semakin besar market value suatu perusahaan maka semakin lama pula investor menahan sahamnya karena asumsi perusahaan besar memiliki profitabilitas yang tinggi dan stabil.

Penelitian mengenai hubungan market value dengan holding period yang dilakukan oleh Margareta (2015) menyatakan bahwa market value memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap holding period. Koefisien dari market value merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap holding period. Pernyataan ini didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu oleh Ratnasari (2014), Arma (2013), dan Wisayang (2009) yang menyatakan bahwa market value memiliki hubungan searah atau positif dan signifikan terhadap holding period.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:

H2 : Market value berpengaruh positif dan signifikan terhadap holding period


(4)

2.2.3 Pengaruh variance return terhadap holding period saham

Hubungan return dengan risiko adalah hubungan yang searah atau linier, artinya semakin tinggi risiko yang ditanggung semakin tinggi pula return yang diharapkan. Perkembangan variance return saham yang tinggi akan menyebabkan holding period menjadi lebih pendek karena investor telah mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.

Arma (2013) menyimpulkan bahwa variance return memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap holding period. Hal ini berkaitan dengan analisis investor terhadap risiko yang mungkin dihadapinya karena variance return merupakan proksi dari risiko perusahaan. Seorang yang memperhatikan risiko dalam berinvestasi akan memperhatikan variance return suatu perusahaan, jika variance return meningkat maka holding period akan menurun.

Penelitian yang dilakukan oleh Perangin-angin (2013) menyimpulkan bahwa variabel variance return merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap holding period saham sektor pertambangan periode 2009 hingga 2011. Hal ini menunjukkan bahwa investor akan menahan sahamnya lebih pendek pada perusahaan yang memiliki variance return yang tinggi. Menurut Santoso (2008) variance return memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap holding period.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:

H3 : Variance return berpengaruh negatif dan signifikan terhadap holding period


(5)

2.2.4 Pengaruh dividend payout ratio terhadap holding period saham

Perusahaan yang membagikan dividen umumnya lebih menarik bagi seorang investor daripada peusahaan yang tidak membagikan dividen. Hal ini menyebabkan investor diharapkan mau memegang atau menahan kepemilikan sahamnya dalam waktu yang lebih lama. Perusahaan akan berusaha membayar dividen kepada pemegang saham dengan tepat waktu dan tidak mengurangi jumlahnya. Pengurangan jumlah dividen yang dibagikan dapat ditangkap sebagai sinyal negatif oleh pemegang saham karena perusahaan dianggap mengalami kesulitan likuiditas (Hartono, 2013:164).

Bagi perusahaan pembayaran dividen merupakan alat komunikasi langsung kepada pasar mengenai ekonomi perusahaan. Sehingga saham perusahaan yang membagikan dividen akan lebih diminati oleh investor dan kepemilikan atas sahamnya akan ditahan lebih lama. Maulina (2009) menyatakan faktor motif pembelian saham merupakan hal utama yang dipertimbangkan investor, dimana investor mengharapkan memperoleh pendapatan dari dividen. Maka keputusan perusahaan untuk membagikan dividen merupakan kebijakan yang memiliki pengaruh yang besar terhadap harga saham perusahaan di pasar modal.

Menurut Nurwani (2012) dividend payout ratio memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap holding period. Seorang investor yang memiliki orientasi jangka panjang tentunya mengharapkan memperoleh return atas investasi yang dilakukan yang berupa capital gain dan dividend. Penelitian yang dilakukan oleh


(6)

Kusumayanti (2015) dan Murniati (2015) menyimpulkan bahwa dividend payout ratio memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap holding period saham.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H4 : Dividend payout ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap holding