ANALISIS ISI TEMA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO (Studi Analisis Isi Tema - Tema Laporan Utama Majalah Tempo Periode Juli 2010 – Desember 2010).
ANALISIS ISI TEMA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH
TEMPO
(Studi Analisis Isi Tema - Tema Laporan Utama Majalah Tempo Periode Juli 2010 – Desember 2010)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur
Oleh :
Kharisma Dea Almira
NPM. 0743010171
YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI SURABAYA
(2)
ANALISIS ISI TEMA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH
TEMPO
(Studi Analisis Isi Tema-Tema Laporan Utama Majalah Tempo
Periode Juli 2010 – Desember 2010)
Disusun Oleh :
KHARISMA DEA ALMIRA
NPM. 0743010171
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Juwito,S.Sos,M.Si
NIP 3 6704 95 0036 1
Mengetahui
DEKAN
Dra,Hj.Suparwati,M.Si
NIP 195507181983022001
(3)
ANALISIS ISI TEMA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH
TEMPO
(Studi Analisis Isi Tema-Tema Laporan Utama Majalah TEMPO Periode Juli 2010 – Desember 2010)
Oleh :
KHARISMA DEA ALMIRA NPM. 0743010171
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 12 Mei 2011
Pembimbing Utama Tim Penguji: 1. Ketua Juwito,S.Sos,M.Si
NIP 3 6704 95 0036 1 Juwito,S.Sos,M.Si NIP 3 6704 95 0036 1
2. Sekretaris
Drs.Saifuddin Zuhri,M.Si NIP 3 7006 94 0035 1
3. Anggota
Zainal Abidin,S.Sos,M.Si NIP 3 7303 99 0170 1 Mengetahui,
DEKAN
Dra.Hj,Suparwati,M.Si NIP 1955071819833022001
(4)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “ANALISIS ISI TEMA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO EDISI JULI 2010 SAMPAI DESEMBER 2010” dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rasullulah Muhammad SAW untuk inspirasi serta tuntutan yang senantiasa mengilhami penulis dalam pembuatan skripsi ini.
2. Bapak Prof.DR.Ir.Teguh Soedarto,MP selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim. 3. Ibu Dra.Ec.Hj.Suparwati,M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jatim.
4. Bapak Juwito,S.Sos,M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jatim serta selaku Dosen Pembimbing penulis. Terima kasih atas segala kontribusi bapak terkait penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs.Syaifuddin Zuhri,M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jatim. 6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun staf karyawan
Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jatim.
7. Mama dan Papa yang tak henti-hentinya memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
8. Aa’ Romy, De’ Reza, serta semua keluarga besar. Terima kasih telah memberi dorongan kepada penulis.
(5)
9. My Hunny Dicky Diesandrianto yang telah memberikan banyak kesetiaan hati dan kesabaran dalam memotivasi dan menyemangati penulis.
10.Dwi Ratna Purwanti dan Annisa Nur Utami, terima kasih atas kesetiaan memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis. “You are my best friend”. 11.Pihak Surya yang telah membantu penulis dalam mencari data.
12.Seluruh teman-teman di UPN “Veteran” Jatim dan seluruh pihak yang telah memberikan motivasi dan inspirasi bagi penulis dalam menempuh strata pendidikan di UPN “Veteran” Jatim.
13.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis mengucapkan beribu banyak Terima Kasih!.
Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala ketebatasan yang penulis miliki semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya,3 Mei 2011 Penulis
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI…...ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI………...iii
KATA PENGANTAR...iv
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL...viii
DAFTAR LAMPIRAN...ix
ABSTRAKSI...xi
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1. Latar Belakang Masalah...1
1.2. Perumusan Masalah...11
1.3. Tujuan Penelitian...11
(7)
BAB II KAJIAN PUSTAKA...13
2.1. Landasan Teori...13
2.1.1. Pengertian Jurnalistik...13
2.1.2. Elemen-Elemen Dalam Jurnalistik...14
2.1.3. Pengertian Majalah...18
2.1.4. Majalah Sebagai Media Komunikasi...19
2.1.5. Pengertian Berita...20
2.1.6. Laporan Utama Pada Majalah Tempo...23
2.1.7. Kategorisasi...23
2.1.8. Analisis Isi...27
2.1.9. Teori Gatekeeper...30
2.2. Kerangka Berpikir...32
BAB III METODE PENELITIAN...35
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...35
3.2. Kategorisasi...37
3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel...43
3.4. Unit Analisis...43
3.5. Teknik Pengumpulan Data...44
(8)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...45
4.1. Gambaran Objek Penelitian dan Penyajian Data...45
4.2. Penyajian dan Analisis Data...51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...71
5.1. Kesimpulan...71
5.2. Saran...72
DAFTAR PUSTAKA...73
(9)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Analisis Isi Tema
Laporan Utama Majalah TEMPO Periode Juli 2010 –
Desember 2010...34
Tabel 1. Kategorisasi Tema Laporan Utama Majalah Tempo periode Juli 2010-Desember 2010...51
Tabel 2. Kategori Perang,Pertahanan dan Diplomasi...54
Tabel 3. Kategori Politik dan Pemerintahan...55
Tabel 4. Kategori Ekonomi...59
Tabel 5. Kategori Kejahatan...61
Tabel 6. Kategori Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat...65
Tabel 7. Kategori Masalah-masalah Moral Masyarakat...66
Tabel 8. Kategori Kecelakaan dan Bencana...67
Tabel 9. Kategori Ilmu dan Pengetahuan...68
(10)
Tabel 11. Kategori Hiburan Rakyat...69
Tabel 12. Kategori Human Interest...70
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Aliran Janggal Rekening Jenderal...74
Lampiran 2. Terjerat Proyek Sarana Rampok Duit...75
Lampiran 3. Pecah Kongsi di Taman Mini...76
Lampiran 4. Hidup “Sederhana” ala Jenderal Kepolisian...77
Lampiran 5. Dulu CICAK, Kini Kura-kura...78
Lampiran 6. Jaksa Hendarman Dalam Pusara Sisminbakum...79
Lampiran 7. Dari Sampah Jadi Gagah...80
Lampiran 8. Murid Tjokroaminoto di Peneleh...81
Lampiran 9. Kader Jenggot di Gerbong Mutasi...82
Lampiran 10. Korupsi Dulu,Grasi Kemudian...83
Lampiran 11. Terseret Durian Runtuh...84
Lampiran 12. Calon Kapolri Baru...85
Lampiran 13. Kisah Orang-orang Istana...86
(11)
Lampiran 15. Lari Dari Zona 20...88
Lampiran 16. Lob Kayu Lingkar Istana...89
Lampiran 17. Oo, Kamu Ketahuan...90
Lampiran 18. Misteri Tiga Jam Tuan Sony...91
Lampiran 19. Suatu Malam di Tanah Para Dukun...92
Lampiran 20. Main-main Duit Haji...93
Lampiran 21. Serangan Balik Sang Tangan Kanan...94
Lampiran 22. Siapa Minta Pelicin 100 Milliar?...95
Lampiran 23. Gamang Menjerat Penabur Cek...96
(12)
ABSTRAKSI
KHARISMA DEA ALMIRA, ANALISIS ISI TEMA LAPORAN UTAMA MAJALAH TEMPO (Studi Analisis Isi Tema-Tema Laporan Utama Majalah Tempo periode Juli 2010 – Desember 2010).
Laporan Utama pada setiap media massa merupakan rubrik andalan termasuk majalah Tempo yang didalamnya mengulas tentang berita-berita yang sedang terjadi saat ini, menganalisa tema-teman yang diangkat menjadi tujuan dari penelitian ini dengan perumusan masalahnya yaitu “Apa Sajakah Tema-Tema Laporan Utama Majalah Tempo periode Juli 2010-Desember 2010 ? ”
Penerbitan Pers khususnya surat kabar dan majalah, hampir semuanya menyajikan berita terbaiknya dalam laporan utama. Rubrik ini disediakan kepada para pembaca dalam menyampaikan kritik, dan wujud kontrol sosial pers. Dimana majalah Tempo merupakan kajian ilmiah yang menarik dilihat dari sejarah dan perkembangan media massa di Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori Gatekeeper. Gatekeeper pada media memainkan peranan dalam beberapa fungsi. Mereka dapat menghapus pesan atau memodifikasi pesan yang disebarkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi dengan unit analisis tematik, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah total sampling dengan populasi yang diperoleh selama Juli 2010-Desember 2010 dengan masa terbit satu kali dalam satu minggu sehingga total populasi sebanyak 24 terbitan. Selain itu kategorisasi yang dibuat oleh peneliti mengadaptasi pada Kategorisasi Deutschman yaitu: Kategori Perang, Pertahanan dan Diplomasi, Politik dan Pemerintahan, Kegiatan Ekonomi, Kejahatan, Masalah-Masalah Moral Masyarakat, Kesehatan dan Kesejahteraan, Kecelakaan dan Bencana, Ilmu dan Penemuan, Pendidikan dan Seni Klasik, Hiburan Rakyat dan Human Interest.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan tema-tema yang sering muncul adalah kategorisasi Kejahatan, kategori Politik dan Pemerintahan disusul kategori Kecelakaan dan Bencana, kategori Kegiatan Ekonomi terakhir kategori Perang,Pertahanan dan Diplomasi. Dari data analisis diperoleh kesimpulan bahwa tema berita yang paling sering dimuat adalah kategori Kejahatan. Sedangkan tema berita yang jarang muncul adalah berita Masalah-masalah Moral Masyarakat, Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Ilmu dan Penemuan, Pendidikan seni klasik dan berita Hiburan Rakyat.
(13)
Kata Kunci : Laporan utama, Kategorisasi, Analisis isi
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang,informasi menjadi sangat penting. Setiap orang, badan, dan organisasi berhak untuk memperoleh informasi untuk dapat berkembang dan berinteraksi dengan lingkungannya. Informasi sangatlah berharga bagi manusia karena informasi adalah salah satu kebutuhan bagi manusia untuk bisa mengetahui, memahami, dan mengerti hal-hal yang ada dan terjadi disekitarnya. Dan masyarakat akan memasuki suatu peradaban informasi, maka peranan dan posisi informasi menjadi sangat penting.
Setiap orang, badan, lembaga dan organisasi kemasyarakatan mempunyai hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya dimana informasi dan komunikasi tersebut menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, pers, lembaga-lembaga informasi dan masyarakat. Untuk itu perlu dibangun dan dikembangkan jaringan informasi guna tersalurnya kebebasan dalam rangka memperoleh informasi.
(14)
Komunikasi akan terjadi dengan baik / berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai hal-hal yang diperbincangkan, komunikasi dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tidak langsung, yang salah satunya menggunakan media massa. Media massa menjadi hasil karya budaya manusia yang semakin berkembang dan meluas sehingga keperluan berekspresi dan berkomunikasi tidak lagi memadai jika meluas. Media massa adalah sarana sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk menyebarkan pesan / informasi kepada masyarakat (Junus, 1996 : 28).
Media massa mencakup media elektronik dan cetak dan setiap media merupakan suatu wadah untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat baik yang bersifat nasional maupun internasional. Keuntungan utama yang diperoleh dari komunikasi melalui media adalah bahwa media massa dapat menciptakan suatu keserempakan yaitu pesan yang disampaikan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif banyak pada saat yang sama secara bersama-sama (Effendy, 1986 : 10).
Sejarah menuturkan bahwa jurnalisme ialah alat pemasok kebutuhan orang berkomunikasi. Komunikasi sebagai alat yang penting bagi manusia dan merupakan jalan bagi manusia untuk bertukar informasi. Komunikasi banyak berubah bentuk, dari sejak awal kehidupan bermasyarakat, manusia mempergunakan berbagai medium untuk berkomunikasi, orang-orang kemudian memindahkan bahasa sebagai alat mengantarkan pikiran dan perasaan kedalam catatan-catatan yang bersifat kronikal,
(15)
riwayat, biografis, sejarah, perjalanan dan berbagai bentuk surat-menyurat dari yang bersifat pribadi sampai pesan-pesan kerja, dari yang menyajikan khotbah sampai omong kosong, mereka ulang cerita dan selebaran-selebaran sampai kemudian ketika jurnalisme ditemukan sebagai sebuah kegiatan melaporkan berbagai kejadian / peristiwa yang terjadi di masyarakat. Dan perkembangannya terkait dengan ditemukan mesin cetak sebagai wahana yang mengganti oral dari mulut ke mulut, ketika menyampaikan informasi (kisah-kisah, kronis, pelaporan pamflet). Bentuk cetakan, khususnya surat kabar, merupakan awal dunia jurnalisme yang mengabarkan berbagai kejadian masyarakat.
Kehidupan pers sendiri sangat tergantung pada kekuatan ekonomi suatu negara, salah satu contoh ketergantungan pers pada kekuatan ekonomi dapat kita lihat dari dampak krisis moneter yang saat ini sedang melanda Indonesia, akibat krisis yang berkepanjangan membuat harga surat kabar pun naik, menyebabkan pembaca menurun sehingga oplah / pendapatan surat kabar pun menurun. Selain faktor ekonomi yang menyebabkan timbulnya kndisi ketergantungan bagi pers, adalah faktor politik yang berupa kontrol pemerintah dinilai menghambat pers dalam menjalankan fungsi utamanya sebagai kontrol sosial.
Pada era orde baru pemerintahan yang otoriter menyebabkan pers tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Namun pemberitahuan media massa atas sejumlah isu-isu saat ini memperlihatkkan munculnya kembali keberanian dan kejujuran dalam menentukan sikap dan pandangan. Hal ini dapat disimak sekilas
(16)
dalam hal editorial, tema-tema yang lebih variatif sesuatu yang pada era orde baru sulit ditemui. Perubahan politik yang terjadi mendorong media kedalam ruang gerak yang lebih terbuka, berani dan independen.
Good Journalism, kata Leonard Downie JR dan Robert G Kaiser dalam Santana K (2005 : 4) ialah kegiatan dan produk jurnalistik yang dapat mengajak kebersamaan masyarakat disaat krisis. Berbagai informasi dan gambaran krisis yang terjadi dan disampaikan, mesti menjadi pengalaman bersama. Ketika sebuah kejadian yang merugikan masyarakat terjadi, sebuah media memberi sesuatu yang dapat dipegang oleh masyarakat. Sesuatu itu ialah fakta-fakta juga penjelasan dan ruang diskusi, yang menolong banyak orang terhadap sesuatu yang tidak terduga kejadiannya. Masyarakat diajak agresif pada sesuatu yang penting terjadi.
Bad Journalism ialah media yang kurang cakap melaporkan pemberitaan yang penting diketahui masyarakat. Media yang memberitakan sesuatu peristiwa secara dangkal, sembrono, dan tidak lengkap, bahkan sering tidak akurat dan tidak coverbooth sides.
Sesuai dengan penelitian ini, obyek penelitian adalah media massa cetak atau majalah. Majalah muncul sebagai medium massa terutama karena perannya sebagai penghubung sistem pemasaran. Seperti halnya koran, selama bertahun – tahun majalah mampu merangkum aneka selera dan kepentingan yang luas. Namun tidak seperti media lainnnya, sebagian besar majalah yang ada terfokus pada khalayak
(17)
homogen tertentu atau kelompok – kelompok yang kepentingannya sama. Berbeda dengan koran, sirkulasi majalah umumnya berskala nasional. Dengan berfokus pada selera atau bidang tertentu, majalah bisa meraih khalayak dari berbagai kelas sosial, tingkat pendapatan atau pendidikan di seluruh penjuru negara.
Majalah sebagai penyampaian dan penafsir pesan lebih dahulu melakukan jurnalisme interpretative ketimbang koran ataupun kantor-kantor berita. Bagi majalah, interpretasi justru menjadi sajian utama. Jika media siaran memberi perhatian pada suatu peristiwa, biasanya waktu dan perhatian untuk peristiwa lain akan berkurang. Majalah acapkali sengaja meliput sesuatu yang diberikan oleh media siaran secara lebih panjang lebar. Seseorang yang tertarik untuk mengetahui lebih banyak oleh sesuatu yang diberikan televisi akan mencarinya di majalah. Sejak lama, aneka majalah sengaja menyajikan tinjauan atau analisis terhadap suatu peristiwa secara mendalam, dan itulah hakikat interpretasi. Kecenderungan ini menguat sejalan dengan spesialisasi majalah. Majalah – majalah khusus laku karena menyajikan analisis panjang lebar. Dibandingkan koran, majalah lebih kuat mengingat emosi pembacanya.
Namun menurut pengkritiknya, majalah diliput banyak kelemahan yang merendahkan mutunya sebagai penafsir berita. Sebagai contoh, kebanyakan majalah berhaluan konservatif sehingga apa yang disampaikan tidak lepas dari perspektif itu konservatif.
(18)
Di samping itu, banyak majalah yang menganalisis berita dari sumber lain, dan hampir tidak mencari berita sendiri. Majalah juga cenderung meniru artikel – artikel apa saja yang populer. Namun yang paling serius majalah dituding ikut menciptakan dunia semu dengan menyajikan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. (Rivers, Jensen, Perterson, 2004 : 212-213).
Terdapat sejumlah kategori majalah, salah satunya ialah majalah khusus. Kategori majalah khusus ini meliputi pertumbuhan dari kebutuhan, minaty dan perhatian masyarakat, yang dari hari ke hari kian bertambah sesuai dengan peningkatan hidup keseharian yang dikehendaki masyarakat. Khalayak – khalayak menginginkan majalah yang memfokuskan isinya pada soal – soal khusus pula seperti kesenian, kriminalitas, sejarah, sosial, seks, hal mistik, bahkan sains dan lain-lain. (Santana K, 2005 : 97).
Penerbitan pers cetak dengan format majalah sangat berbeda, majalah yang memiliki visi sumber pemberdayaan dan kegiatan demokratisasi masyarakat melalui usaha kegiatan media massa yang mengikuti perkembangan teknologi komunikasi ini mempunyai frekuensi penerbitan yang beragam, mulai sekali dalam sebulan, dua kali bahkan ada yang terbit satu minggu sekali kualitas tiras, perwajahannya maupun isinya sangatlah layak disebut sebagai majalah. Majalah Tempo terdiri dari 100-120 halaman termasuk cover per edisinya. Di Indonesia diantaranya sekian banyak majalah salah satu diantaranya adalah majalah Tempo.
(19)
Majalah Tempo dengan frekuensi terbit mingguan serta satu kali edisi khusus dalam satu tahun mempunyai rubrik yang diberi nama Laporan Utama berisi berita-berita hangat yang terjadi selama satu bulan di seluruh Indonesia. Karena berita-berita adalah sesuatu yang termasa (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar atau majalah (Djuroto, 2002 : 7). Menurut Junaedhie berita utama atau Laporan Utama yang biasanya lebih populer disebut headline news adalah berita yang dianggap sangat layak dipasang di halaman depan, dengan judul yang merangsang perhatian menggunakan tipe huruf relatif besar pendeknya berita istimewa (Junaedhie : 1991 : 25). Oleh karena itu pada tiap penerbitan ada satu tema dalam rubrik Laporan Utama yang sekitarnya layak ditampilkan dan dianalisa oleh tim redaksi majalah Tempo.
Majalah Tempo dapat menjadi kajian ilmiah yang menarik dalam perkembangan media massa di Indonesia karena penyajian informasi dan format analisisnya mengungkap masalah – masalah atau realitas yang bagi pers lain dianggap tabu. Selain itu tiras majalah Tempo yang cukup besar, yakni diatas 100.000 eksemplar (Erawati, 2004:7). Ini menunjukkan bahwa majalah Tempo merupakan pers nasional yang cukup berani walaupun sebelumnya majalah Tempo harus menghadapi cobaan berat pada tahun 1987, majalah Tempo telah mendapat peringatan keras oleh DEPPEN (Departemen penerangan) RI melalui Menteri Penerangan karena majalah Tempo dianggap bertentangan dengan kebijakan – kebijakan Pemerintah, mengganggu stabilitas keamanan, tendensius dan meresahkan
(20)
masyarakat (Nurudin, 2003:39). Namun justru karena keberanian atas visi dan misi serta majalah Tempo harus berbenturan dengan sistem politik dalam negeri. Atas nama hukum, majalah Tempo berkali – kali terancam dibekukan atau dbredel. Padahal dalam UU Pokok Pers tahun 1982 jelas – jelas disebutkan bahwa kebebasan pers Indonesia tidak dikenal istilah pembredelan. Yang lebih memprihatinkan lagi, Menteri Penerangan pada saat itu adalah wartawan senior bernama Harmoko, yang memiliki sebuah penerbitan pers. Sayang jiwa kewartawan Harmoko terbelenggu oleh penguasa sehingga ia tidak berani membela Koorps-nya sendiri Fungsi kontrol media massa, khususnya media cetak sama sekali tidak jalan. Karena masalah pembredelan tersebut, akibatnya pemerintahan penguasa selama 32 tahun bisa dikatakan nyaris tanpa kontrol dari media massa (Abdullah,2000 : 7-8). Setelah majalah Tempo dibredel sekian tahun dan seiring tumbangnya masa pemerintahan orde baru, majalah Tempo kembali bergabung dengan pers nasional pada tahun 1998 (Erawati, skripsi, 2004 : 7-8). Alasan penulis mengambil majalah Tempo dikarenakan majalah Tempo adalah majalah politik pertama yang terbit di Indonesia pada tahun 1971. Di samping itu dibandingkan dengan majalah – majalah lain yang sejenis seperti majalah Gatra, majalah Tempo memiliki jumlah eksemplar lebih besar yaitu diatas 100.000 dalam tiap terbitannya sedangkan majalah Gatra sebesar 150.000 dalam 1 bulan.
Laporan Utama pada majalah Tempo mempunyai ulasan berita yang lugas, tegas dan mudah dipahami. Selain itu dengan membaca tema dalam rubrik Laporan
(21)
Utama majalah Tempo, pembaca dapat mengetahui masalah dan tindakan yang akan diambil oleh majalah Tempo dalam mengatasi suatu masalah. Tema dalam rubrik Laporan Utama majalah Tempo selalu diikuti sub tema, masing – masing sub tema mendukung, memperkuat bahkan membentuk tema utama. Majalah Tempo dalam membuat Laporan Utama membahas suatu peristiwa aktual dan menyangkut perannya sebagai kontrol sosial berusaha membentuk kerangka berpikir yang dalam kepada pembaca. Dalam rubrik Laporan Utamanya di majalah Tempo, selalu berusaha menarik perhatian para pembacanya melalui pemilihan dan penulisan tema yang singkat, jelas serta menarik hati pembaca. Melalui tema tersebut, pembaca dapat langsung menginterpretasikan bahwa majalah Tempo mengkritik, mempertanyakan, mendukung atau mencela keputusan yang diambil penguasa atau pemikiran yang timbul ditengah masyarakat. Selain itu rubrik Laporan Utama pada majalah Tempo merupakan andalan untuk memberikan wacana kepada masyarakat tentang peristiwa yang terjadi perbincangan hangat dikalangan masyarakat pada saat itu.
Penulis memilih periode bulan September 2010 sampai dengan bulan November 2010 karena pada periode tersebut merupakan periode yang menarik untuk diteliti, dan pada periode tersebut memuat berita – berita yang sangat penting dan terangkum dalam rubrik Laporan Utama majalah Tempo, serta keingintahuan penulis bahwa berita apa saja yang paling menonjol selama 6 bulan tersebut. Misalnya pada edisi 3 Oktober 2010 menguak tentang Densus 88 Antiteror yang membekuk puluhan anggota jaringan teroris yang diduga pelaku berbagai perampokan di Sumatera Utara.
(22)
Berita korupsi yang dilakukan pejabat pemerintah juga terdapat pada edisi 5 September 2010, serta laporan tentang bencana alam gunung meletus di Yogyakarta maupun Probolinggo yang menewaskan juru kunci bernama Mbah Maridjan, juga bencana Tsunami di Kepulauan Mentawai juga tentang pemilihan calon Kapolri baru. Berita yang saat ini sedang ramai diberitakan media massa maupun elektronik seperti kasus mafia pajak Gayus Tambunan yang dibui dan berhasil keluar masuk bui sebanyak 68 kali dengan memakai nama samaran Sony Laksono, yang saat ini sedang ditangani KPK dan kepolisian menurut majalah Tempo.
Masalah ekonomi, politik, militer, kesehatan, kejahatan dan peristiwa unik pun tak luput dijadikan bahan Laporan Utama dalam rubrik Laporan Utama di majalah Tempo. Selain itu tema – tema dalam rubrik Laporan Utama tersebut dianggap penting oleh penulis karena dapat dijadikan data yang layak jadi dokumen, sebab peristiwa tersebut tidak akan terulang lagi.
Analisis isi dilakukan untuk mengidentifikasi banyaknya ruang dan jenis berita yang dimuat dalam majalah Tempo serta kategori apa saja yang diberitakan. Metode analisis isi ini merupakan teknik penelitian yang obyektif, sistematis dan terperinci tentang isi media. (Flournoy, 1989 : 12).
Analisis isi sering dipakai untuk mengkaji pesan–pesan media, oleh karena metode ini adalah suatu cara untuk menguji isi secara kuantitatif, keyakinan - keyakinan dan kepentingan–kepentingan para editor dan penerbit-penerbit,
(23)
kecenderungan pembaca (berdasarkan asumsi bahwa bahan–bahan yang diterbitkan secara berhasil bagi suatu golongan tertentu, mencerminkan secara akurat kecenderungan golongan yang bersangkutan). Dalam buku Flournoy (2001 : 13) ditulis dengan asumsi teknik analisis isi :
a. Bahwa kesimpulan tentang hubungan antara maksud dan isi serta antara isi dan efek dapat ditarik secara sah dan hubungan sebenarnya ditetapkan.
b. Bahwa pengkajian isi nyata adalah sangat berarti, kategori – kategori dapat dibuatkan pada isi yang sesuai dengan arti yang dimaksud oleh komunikator dan dimengerti oleh para pembaca.
c. Bahwa uraian isi komunikasi secara komunkatif adalah sangat berarti. Asumsinya mengandung arti bahwa frekuensi kejadian dari berbagai sifat isi itu sendiri merupakan faktor penting dalam proses komunikasi dalam keadaan tertentu.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahannya adalah :
(24)
“ Apa saja tema – tema Laporan Utama pada majalah Tempo periode bulan Juli 2010 sampai bulan Desember 2010 ? ”
1.3 Tujuan Penelitian
Memperhatikan pada latar belakang penelitian dan perumusan masalah yang telah diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
“ Apa saja tema - tema pada Laporan Utama pada majalah Tempo periode bulan Juli 2010 sampai bulan Desember 2010 ? “
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis
Dapat memberikan masukan bagi pengembangan kajian komunikasi massa pada bidang junalistik khususnya pada studi analisis isi tema Laporan Utama pada majalah Tempo.
1.4.2. Kegunaan Praktis
a. Memberikan landasan pemikiran dan pertimbangan bagi pengelola media massa dalam penerbitannya. Dalam hal ini opini pada rubrik Laporan Utama, hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan pemenuhan informasi terhadap
(25)
semua permasalahan yang terjadi sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat (yang sedang hangat dibicarakan).
b. Memberikan bahan dan ide penelitian untuk dikembangkan lebih lanjut dalam situasi dan kondisi lain, bagi kalangan akademis pada umumnya dan khususnya pada mahasiswa komunikasi yang akan mengadakan penelitian di bidang media cetak.
(26)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Jurnalistik
Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata Journ. Dslam bahasa Prancis, Journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers, bukan pula media massa. Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik.
Dalam kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah, atau berkala lainnya (Assegaf, 1983 : 9). Menurut Ensiklopedia Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran, dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada (Suhandang, 2004 : 22). Dalam Leksikon Komunikasi dirumuskan Jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting, dan menyebarkan berita dan karangan untuk surat kabar, majalah dan mediamassa lainnya seperti radio dan televisi (Kridalaksana, 1977 : 44).
(27)
Sedangkan menurut ilmu publisistik, jurnalistik merupakan suatu cara menyampaikan isi pernyataan untuk massa (khalayak) dengan menggunakan media massa (Kertapati, 1981). Namun demikian, saat ini pemahamannya tentunya harus diperluas lagi, bukan hanya surat kabar, tabloid, majalah dan berita berkala lainnya, tetapi juga media elektronik sehingga bila dinyatakan secara umum bahwa jurnalistik merupakan kegiatan menyiapkan, menulis, mengedit, serta memberitakan bagi media cetak dan elektronik.
Mac Dougal menyebutkan bahwa journalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting dimana pun, dan kapan pun. Jurnalisme sangat diperlukan dalam suatu negara demokratis. Tak peduli apapun perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan baik sosial, ekonomi, politik maupun yang lain-lainnya.
2.1.2 Elemen-Elemen Dalam Jurnalistik
Bill Kovach dan Tom Rosensitel Element of Journalism : What News People
Should Know And The Public Should Expect (Santana, 2005:6) merumuskan 9 elemen jurnalisme. Berbagai elemen ini merupakan dasar jurnalisme agar bisa dipercaya masyarakat Kovach dan Rosensitel, “The purpose of journalism, is to provide people with the information they need to be free and self-governing”. Kebijakan utama jurnalisme adalah menyampaikan informasi yang dibutuhkan
(28)
masyarakat hingga leluasa dan mampu mengatur dirinya. Beberapa elemen jurnalisme yaitu:
a. Menyampaikan kebenaran, kebenaran yang dimaksudkan adalah
kebenaran fungsional, bukan kebenaran yang dicari oleh orang-orang filsafat, bukanlah kebenaran mutlak apalagi kebenaran Tuhan. Kebenaran fungsional berarti kebenaran yang terus menerus dicari. Kebenaran mengenai misalnya : harga-harga pokok saat ini, nilai kurs mata uang atau hasil pertandingan olah raga. Pada intinya, kebenaran dalam jurnalisme bukan kebenaran yang bersifat religius, ideologis, ataupun filsafat. Juga tidak menyangkut kebenaran berdasar pandangan seseorang, sebab pemberitaan seorang wartawan bisa memiliki bias atau ambigu dan tidak objektif. Latar belakang sosial, pendidikan, kewarganegaraan, kelompok etnik atau agama yang dianut wartawan mempengaruhi laporan berita yang dibuatnya. Wartawan berkemungkinan menafsirkan “kebenaran” sebuah fakta secara berbeda-beda satu sama lainnya.
b. Memiliki loyalitas kepada masyarakat, ini memaknakan kemandirian jurnalisme. Ini berarti membuat resensi film yang jujur (bukan pesanan), mengulas liputan tempat rekreasi yang tidak dipengaruhi para pemasang iklan atau membuat liputan yang tidak didasari kepentingan pribadi atau kepentingan relasi tertentu. Selain itu, pemberitaan disampaikan juga tidak dibayang-bayangi kepentingan bisnis dari pemilik media. Para jurnalis bekerja atas komitmen,
(29)
keberanian,nilai yang diyakini, sikap, wewenang dan profesionalisme yang telah diakui publik.
c. Memiliki disiplin untuk melakukan verifikasi, ini berarti kegiatan menelusuri sekian saksi untuk sebuah peristiwa, mencari sekian banyak narasumber dan mengungkap sekian byk komentar. Verifikasi juga berarti memilah jurnalisme dari hiburan, propaganda, fiksi dan seni. Hiburan dan Infotainment tertuju pada hal-hal yang menyenangkan semata. Propaganda mengkerangka fakta (persuasi dan manipulasi) demi kepentingan tertentu. Jurnalisme adalah melaporkan segala apa yang terjadi setepat mungkin.
d. Memiliki kemandirian terhadap apa yang diliputnya, ini berarti tidak menjadi konsultan diam-diam, penulis pidato atau mendapat uang dari pihak-pihak yang diliput. Artinya lainnya lagi, menunjukkan kredibilitas kepada berbagai pihak melalui dedikasi terhadap akurasi, verifikasi dan kepentingan publik. Atau kemandirian melakukan kegiatan jurnalisme dengan ketaatan dan penghormatan yang tinggi pada prinsip kejujuran, kesetiaan pada rakyat serta kewajiban memberi informasi dan bukan manipulasi. Bekerja atas dasar kesetiaan yang tinggi terhadap jurnalisme.
e. Memiliki kemandirian untuk memantau kekuasaan, elemen ini bukan berarti pekerjaan wartawan itu menggangu orang yang tengah berbahagia dengan berita-berita buruk. Bukan menunggangi keburukan masyarakat, juga bukan
(30)
memerankan watchdog dengan tujuan melaporkan sesuatu yang sensasional
daripada melayani masyarakat. Apalagi mengatasnamakan watchdog untuk
kepentingan bisnis media.
f. Memiliki jurnalisme sebagai forum bagi kritik dan kesepakatan publik. Elemen ini merupakan upaya media menyediakan ruang kritik dan kompromi kepada publik. Ketika sebuah berita dilaporkan, media berarti mengingatkan masyarakat akan terjadi sesuatu. Selain berita, media juga menyediakan ruang analisis untuk membahas peristiwa tersebut melalui konteks, perbandingan atau perspektif tertentu. Ditambah pula, ruang opini dan editorial untuk mengevaluasi segala hal yang berkaitan dengan peristiwa tersebut, baik yang disampaikan oleh redaksi media maupun artikel atau komentar atau surat pembaca yang berisikan opini pribadi dari masyarakat.
g. Jurnalisme harus dapat menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik. Elemen ini mewajibkan media untuk melaporkan berita dengan cara yang menyenangkan, mengasikkan dan menyentuh sensasi masyarakat. Ditambah pula yang dilaporkan itu mesti merupakan sesuatu yang paling penting dan bermanfaat bagi masyarakat, dengan kata lain media harus mampu menggabungkan kemampuan mendongeng dalam jurnalistik mempunyai tujuan. Tujuan utamanya memberi informasi yang dibutuhkan masyarakat tentang lingkungannya. Maka itulah, media menugaskan para awak redaksinya untuk mencari, menemukan, mencatat informasi yang benar-benar dibutuhkan
(31)
masyarakat pada saat itu agar dapat mengembangkan kehidupan bermasyarakat dengan baik. Setelah itu adalah melaporkan menjadi materi informasi yang bermakna, relevan, dan menarik untuk diikuti.
h. Jurnalisme mempunyai kewajiban membuat berita secara komprehensif dan proporsional. Mutu jurnalisme amat tergantung kepada kelengkapan dan proporsionalitas pemberitaan yang dikerjakan media, dalam elemen ini mengingatkan media agar tidak jor-joran meliputi sensasi acara pengadilan atau skandal selebritis secara jor-joran berlebihan, hanya untuk bertujuan menaikkan ratting, oplah atau iklan, apalagi melaporkan dengan tidak melakukan verifikasi, pengecekan silang atau wawancara ke berbagai pihak terkait. Pemberitaan semacam ini akan menyesatkan pembaca.
i. Memberikan keleluasaan wartawan untuk mengikuti nurani mereka. Ini terkait dengan sistem dan manajemen media yang memiliki keterbukaan. Keterbukaan ini berguna untuk mengatasi kesulitan dan tekanan wartawan dalam membuat berita secara akurat, adil, imbang, independent, berani dan tanggung jawab kepada masyarakat. Media harus memberi ruang bagi wartawan untuk merasa bebas berfikir dan bermanfaatan.
(32)
Majalah adalah kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya yang yang dicetak dalam gambaran kertas kuarto atau folio dijilid dalam bentuk buku. Majalah biasanya terbit teratur seminggu sekali, dua minggu sekali, atau satu bulan sekali. (Djuroto, 2002 : 11). Menurut Junaedhie (1991 : 154) penerbitan pers berkala yang menggunakan kertas sampul, memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua jenis, yaitu:
a. Majalah Umum
Majalah yang memuat karangan pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibur, gambar-gambar, olah raga, film, seni, dan termasuk di dalamnya adalah majalah Tempo.
b. Majalah Khusus
Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang khusus seperti majalah wanita, politik, budaya, cerita pendek, dan sebagainya.
Format majalah setengah dari ukuran tabloid atau seperempat ukuran broadsheet. Menurut Mario R. Garcia (Newspaper Design, 1986), (Abdullah, 2002 : 12) selain umumnya berukuran seperempat halaman broadsheet, pengertian majalah ini adalah, halaman demi halaman diikat dengan kawat serta menggunakan sampul yang jenis kertasnya lebih tebal atau mengkilat dibanding kertas halaman depan.
(33)
2.1.4 Majalah Sebagai Media Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Media massa secara universal memiliki fungsi memberi informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi (Effendy, 2003 : 93). Karakteristik komunikasi massa menurut rivers, Jensen dan Peterson (2004) menyebutkan bahwa :
a. Komunikasi massa sifatnya satu arah.
b. Selalu ada proses seleksi karena setiap media memilih khalayaknya.
c. Mampu menjangkau khalayak secara luas.
d. Media massa mampu berusaha membidik sasaran tertentu.
e. Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang peka terhadap kondisi lingkungannya.
Bentuk – bentuk komunikasi massa ada 2 yaitu komunikasi media massa cetak atau pers meliputi surat kabar dan majalah serta komunikasi media massa elektronik yang meliputi radio, televisi, film, dan lain – lain (Effendy, 2003 : 54).
Majalah sebagai media komunikasi massa cetak merupakan bahan bacaan. Sebagai bahan bacaan harus memenuhi suatu fungsi yaitu untuk memberi jawaban kepada rasa ingin tahu pembacanya. Majalah – majalha diciptakan untuk membawa berita aktual secara cepat, maka ia juga harus dipersiapkan dalam waktu yang singkat. Namun isinya harus cukup banyak, bervariasi dan penyajiannya harus menarik.
(34)
Sebagai terbitan berkala majalah selain sebagai penyampai dan penafsir pesan juga berfungsi sebagai ajang diskusi berkelanjutan. Dalam membahas suatu majalah, majalah bisa melakukannya dalam waktu lama, bahkan nyaris tak terbatas selama masih ada peminatnya (Rivers, Jensen, Peterson, 2004 : 212).
2.1.5 Pengertian Berita
Assegaff (1983) menuliskan, Charles A. Dana mengungkap pameo terkenal tentang berita, dia mengatakan, bila orang digigit anjing, itu bukan berita, tetapi bila orang menggigit anjing, itu baru berita. Berita haruslah kejadian luar biasa sehinggaa menarik perhatian orang. Definisi lain yang dikumpulkan Assegaff (1983 : 23- 24), diharapkan bisa memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih luas mengenai berita yaitu :
a. M. Lyle Spencer, dalam buku News Writing and Editing menyebutkan, berita
merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.
b. Willard C. Bleyer, dalam buku Newspaper Writing and Editing
mengemukakan, berita adalah sesuatu yang termasa dipilih oleh wartawan untuk dimuat di surat kabar karena ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar.
c. William S. Maulsby, dalam buku Getting in News menulis, berita dapat didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari
(35)
fakta – fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang menarik perhatian para pembaca yang memuat berita tersebut.
d. Eric C. Hepwood menulis, berita adalah laporan utama dari kejadian yang penting dan dapat menarik perhatian umum.
Berita (news) di kalangan wartawan yang memberi pengertian news sebagai singkatan dari north (utara), east (timur), west (barat), south (selatan). Jadi berita sebagian laporan yang berasal dari empat penjuru angin. Laporan yang berasal dari berbagai trmpat di dunia ini, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, “berita” berarti surat kabar atau warta, sedangkan Kamus Besar Indonesia terbitan Balai Pustaka diperjelas menjadi “Laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat”. Jadi berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi (Djuroto,2000:46).
Definisi berita yang paling tepat dikemukakan oleh Prof. Mitchel V. Charnley dalam Gunadi dan Herfan (1998:17) sebagai berikut :
“News the timely report of the fact or opinion of either interest or importance, or bath, to a considerable member of people. (Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik atau hal yang penting, atau keduanya untuk sejumlah besar penduduk).”
Berita dapat pula diartikan sebagai informasi yang ada di surat kabar yang disajikan dalam bentuk tekstual maupun visual (still-picture). Sajian informasi
(36)
tekstual ini berupa berbagai berita aktual yang merupakan hasil liputan dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam lingkup nasional maupun internasional. Masih dalam bukunya: “Reporting”, Mitchell V. Charnley mendefinisikan berita sebagai informasi yang memberikan kepuasan atau membangkitkan semangat bagi masyarakat luas (Wahyudi,1991:119). Sementara itu, De Fleur dan Dennis dalam bukunya “Introduction of Mass Commmunication” menyatakan bahwa berita merupakan suatu laporan yang menyajikan rincian data tentang suatu isu, peristiwa, atau proses yang dapat menarik minat khalayak (De Fleur, 1989:604), sehingga informasi yang disajikan dalam sebuah berita harus memiliki suatu nilai yang lebih (aktual, significant, akurat, dan lainnya) yang dapat menambah dan mempertegas pengetahuan khalayak.
Menurut Deutchmann, berita dapat dikategorisasikan berdasarkan aspek geografisnya yaitu lokal, nasional, maupun internasional (Flournoy, 1989:48), sehingga kondisi ini turut mempengaruhi jangkauan peliputan berita dari suatu surat kabar. Bahkan beberapa surat kabar banyak yang mengkhususkan atau membatasi diri pada peliputan berita tentang berita-berita lokal demi mempertahankan unsur “Proksimitas” dengan khalayak pembacanya. Salah satu lingkup berita nasional ini adalah berita dari rubrik Laporan Utama majalah Tempo yang terdapat dalam penelitian ini yang memuat berbagai macam berita.
Maka dari itu, bisa disimpulkan bahwa berita adalah informasi atau laporan yang menarik perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta, berupa kejadian
(37)
dan atau ide, disusun sedemikian rupa dan disebarkan media massa dalam waktu secepatnya.
2.1.6 Laporan Utama Pada Majalah Tempo
Menurut Bapak Agus selaku redaktur majalah Tempo dalam situsnya, Laporan Utama adalah suatu laporan yang menjadi headline pada satu terbitan yang ditandai dengan foto atau tulisan yang dicetak dengan ukuran besar. Laporan Utama biasanya merupakan berita yang sedang terjadi dan mempunyai pengaruh yang besar bagi publik.
Rubrik itu sendiri merupakan suatu berita yang dispesifikkan dan dikelompokkan dalam satu kolom, seperti rubrik ekonomi, politik, olahraga, dan hukum.
2.1.7 Kategorisasi
Kategorisasi yang sudah biasa dipakai sebagai pedoman penelitian para peneliti, stempel dalam (Flournoy, 1989 : 186) mencatat sebagai berikut :
Sungguh banyak manfaatnya menggunakan sistem penggolongan yang pernah dipakai dalam studi-studi lainnya. Pertama, anda akan tahu bahwa sistem penggolongan demikian sudah terbukti dapat dipakai. Dengan mengamati hasil studi
(38)
lainnya yang pernah memakai sistem yang bersangkutan, anda akan memperoleh beberapa pengertian tentang berbagai hasil yang mungkin diperoleh.
Namun demikian, beberapa perubahan dalam kategori – kategori yang sudah digunakan oleh peneliti tersebut dianggap perlu untuk mencapai sasaran penelitian ini. Menurut stempel dalam (Flournoy, 1989 : 26) untuk menciptakan seperangkat kategori – kategori ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain:
a. Kategori-kategori harus relevan dengan tujuan-tujuan studi.
b. Kategori-kategori hendaknya fungsional.
c. Sistem kategori-kategorinya harus dapat dikendalikan.
Relevan berarti bahwa kategori – kategori itu dapat dipakai dalam menjawab hipotesa. Fungsional berarti bahwa kategori – kategori itu dapat menunjukkan suatu proses dalam media massa, dan dapat dikendalikan berarti bahwa orang yang melakukan penelitian ini tidak perlu banyak kategori.
Sedangkan cendekiawan lain, Ole.R.Holsty (Flournoy, 1989 : 72) memberikan saran tentang pembentukkan seperangkat kategori seyogyanya : mencerminkan maksud dan tujuan penelitian, lengkap, terinci, eksklusif secara timbal balik, Independent dan diambil dari penggolongan tunggal.
Selain itu, dalam pembentukkan kategori ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut: pengukuran dalam analisis isi menggunakan
(39)
pengamatan terstruktur, sistematik, pengamatan yang seksama berdasarkan aturan tertulis. Dalam aturan tersebut menjelaskan bagaimana membuat kategori fan penggolongan pengamatan. Seperti halnya pengukuran lain, kategori seharusnya mutual eksklusif dan tuntas. Dalam aturan tertulis menunjukkan bahwa kategori dapat diterima dan terbukti reabilitasnya.
Mutual eksklusif berarti bahwa semua kategori jelas pemisahannya antara bagian satu dengan bagian yang lain, dan tidak saling tumpah tindih. Tuntas berarti semua kategori harus tergolong dalam kategori secara keseluruhan, jadi tidak ada kategori yang tidak tergolongkan.
Kategorisasi yang digunakan peneliti mengadaptasi pada kategorisasi Deutschmann. Kategori ini digunakan pertama kali pada waktu melakukan analisis isi berita – berita surat kabar di Indonesia tahun 1980-an (Flournoy, 1989 : 25) yaitu :
a. Perang, Pertahanan dan Diplomasi
Dalam kelompok ini termasuk isi yang berhubungan dengan pertikaian bersenjata antara dua negara atau lebih. Isi yang berhubungan dengan masalah–masalah dan kegiatan–kegiatan angkatan bersenjata nasiional, serta pertahanan negara juga termasuk di dalamnya. Kegiatan–kegiatan resmi dari para duta besar dan pejabat diplomatic lainnya juga dimasukkan ke dalam kelompok ini. Berita-berita mengenai perserikatan bangsa– bangsa dan permasalahannya juga dimasukkan ke dalam kategori ini.
b. Politik dan Pemerintahan
Setiap persoalan yang berhubungan dengan kegiatan dari berbagai badan – badan pemerintahan. Apakah pada tingkat daerah atau nasional dimasukkan dalam kelompok ini. Pembahasan perundang–undangan yang disiarkan
(40)
melalui surat kabar, walaupun menyangkut pokok persoalan dalam kategori ini dianggap sebagai hal pemerintah dan dari sebab itu dikelompokkan demikian, hal-hal yang menyangkut persoalan-persoalan politik atau pengangkatan calon atau pejabat untuk suatu kedudukan penting, masuk dalam kategori ini pembahasan konsep-konsep pemerintah seperti kebebasan politik atau kebebasan berbicara dimasukkan dalam kategori ini juga.
c. Kegiatan Ekonomi
Dalam kategori ini termasuk cerita-cerita yang ada dasar ekonominya kecuali belanja pemerintah, seperti perdagangan, keuangan, dan perbankan. Pembahasan soal–soal perpajakan juga dimasukkan disini. Kegiatan-kegiatan usaha swasta seperti perluasan sarana- sarana yang telah ada, masalah– masalah pertanian, perindustrian, manajemen tenaga kerja dimasukkan dalam kelompok ini.
d. Kejahatan
Kelompok berita ini menyangkut masalah pelanggaran hukum dan penerapan hukum yang bersangkutan. Hal–hal seperti kenakalan remaja dan peningkatan tindak kejahatan dimasukkan ke dalam kategori ini.
e. Masalah – Masalah Moral Manusia
Berita–berita yang menyangkut persoalan yang dihadapi oleh masyarakat tentang hak–hak asasi dan tanggung jawab etik perorangan, pergerakan hak-hak sipil bila dianggap sebagsai masalah moral masyarakat. Cerita atau tajuk rencana yang menyangkut tanggung jawab organisasi keagamaan kepada masyarakat dimasukkan ke dalam kategori ini.
f. Kesehatan dan Kesejahteraan
Berita–berita yang menyangkut masalah tentang penyakit tertentu yang mempunyai dampak umum. Isi yang menyangkut kegiatan–kegiatan badan kesehatan, berita–berita tentang terobosan-terobosan di bidang ilmu dan kedokteran. Berita tentang keluarga berencana juga dimasukkan ke dalam kategori ini.
(41)
g. Kecelakaan dan Bencana
Kelompok ini terdiri dari hal-hal yang menyangkut pemusnahan secara alamiah atau tidak alamiah dari hidup atau harta manusia seperti banjir topan atau konstruksi bangunan yang salah, dan kecelakaan angkutan. Kategori ini dibedakan dari kesehatan masyarakat karena hilangnnya nyawa atau terganggunya kesehatan berdasarkan syarat–syarat ini, bukanlah sebagai akibat dari penyakit tetapi dari tindakan fisik manusia atau unsur–unsurnya.
h. Ilmu dan Penemuan
Jenis ini menyangkut perkembangan teknologi mutakhir di bidang ilmu dan perindustrian. Berita–berita tentang penemuan baru di lain bidang seperti kesehatan, ekonomi, pertahanan dan pencegahan kecelakaan dimasukkan ke dalam kategori ini bilamana efek keseluruhannys merupakan penemuan yang bersangkutan dan bukan sekedar penerapannya di bidang tersebut.
i. Pendidikan dan Seni Klasik
Kelompok berita ini menyangkut masalah–masalah yang berkaitan dengan sistem pendidikan umum baik negeri maupun swasta atau dengan seni klasik seperti drama, sastra atau seni lukis. Kelompok ini dibedakan dari kesenian yang semata–mata merupakan sarana hiburan. Akan tetapi semua berita tentang kebijaksanaan dan sistem pendidikan yang menyangkut pemerintahan tidak dimasukkan disini tetapi dalam kategori politik dan pemerintahan.
j. Hiburan Rakyat
Yang dimasukkan dalam kategori ini ialah hal–hal yang menyangkut cara– cara rakyat menghibur diri, kecuali melalui seni klasik seperti bioskop, televisi atau olah raga.
k. Human Interest
Dalam kategori ini termasuk berita-berita tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional dari kehidupan setiap berita kecil
(42)
yang menyenangkan tentang kegamjilan perilaku manusia, cerita dengan percakapan dan tingkah laku tetapi memuat berita langsung.
2.1.8 Analisis Isi
Menurut pakar PR Jim Macnamara, meningkatnya penggunaan Media
Content Analisys (MCA). Di perusahan-perusahaan didorong oleh setidaknya dua peran kunci media yaitu media sebagai saluran komunikasi yang paling ampuh (powerfull) dan media massa sebagai database terbesar di dunia.
Menurut Wazaer dan Wiener (1978) analisis isi dalam Bulaeng (2004) adalah suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam. Sedangkan menurut Krippendorf (1980) mendefinisikan analisis isi suatu penelitian untuk membuat referensi-referensi dari data ke konteks. Sedangkan definisi Kerlinger (1986) agak khas, yaitu analisis komunikasi secara sistematis, obyektif, dan secara kuantitatif untuk mengukur variabel.
Dalam definisi kerlinger ada tiga konsep yang tercakup didalamnya. Pertama, analisis ini bersifat sistematis. Hal ini berarti isi yang akan di analisa dipilih menurut aturan-aturan yang ditetapkan secara implisit misalnya : cara penentuan sample. Kedua, analisis bersifat obyektif. Ketiga, analisis isi bersifat kuantitatif (Bulaeng, 2004 : 171).
(43)
Peneliti melakukan analisis isi untuk mengidentifikasi banyaknya berita seputar rubrik Laporan Utama dalam majalah Tempo. Metode analisis ini merupakan teknik penelitian yang obyektif, sistematis dan terperinci tentang isi media massa (Flournoy dalam Lenon, 2007).
Pada definisi Kerlinger mempunyai kesamaan dengan pengertian analisis isi seperti yang diungkapkan Berelson (1952) yaitu analisis isi sebagai suatu teknik penelitian yang obyektif, sistematik, dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Dan Berelson juga menambahkan bahwa analisis isi yang tidak lebih baik daripada kategori-kategorinya.
Analisis isi (Content Analisys) dilaksanakan dengan melakukan kuantifikasi terhadap sifat-sifat yang terkandung dalam isi media massa. Analisis isi telah sering dipakai dalam mengkaji pesan-pesan media. Karena metode ini pada dasarnya merupakan sebuah metode untuk menguji secara kuantitatif, keyakinan, kepentingan para editor dan penerbit, kecenderungan pembaca (dengan asumsi bahwa bahan-bahan yang dipublikasikan dapar berhasil bagi golongan tertentu, mencerminkan secara akurat kecenderungan golongan yang bersangkutan (Fajar,2005). Penelitian analisis isi seringkali hanya melihat sampel tayangan yang jumlahnya tidak banyak. Misalnya saat kita akan melakukan penelitian mengenai kekerasan seksual di tayangan televisi, bisa jadi kita hanya mengambil sampel tayangan prime time dari tiga stasiun televisi yang lain, apalagi jika kemudian kita juga mempertimbangkan
(44)
keberadaan stasiun televisi lokal, maka jumlah tiga stasiun tersebut sangatlah kecil, sehingga apakah hasil penelitian representatif atau tidak menjadi sangat dilematis.
Analisis isi menampilkan tiga syarat yaitu obyektifitas, pendekatan sistematis, dan generalisasi. Analisis harus berlandaskan aturan yang dirumuskan secara eksplisit. Untuk memenuhi syarat sistematis, untuk kategorisasi isi harus menggunakan kriteria tertentu. Hasil analisis haruslah menyajikan generalisasi artinya temuannya haruslah mempunyai sumbangan teoretik. Dengan kata lain analisis isi merupakan tekhnik penelitian untuk melukiskan isi komunikasi nyata secara obyektif, sistematik dan kuantitatif. Ada empat tahapan yang dilakukan dalam penelitian analisis yaitu :
1. Pemilihan Satuan Analisis
2. Konstruksi Kategori
3. Penarikan Sampel Isi dan
4. Rehabiitas Koding
2.1.9 Teori Gate Keeper
Dalam suatu institusi media, masing-masing memiliki kebijakan redaksional dalam penyajian informasi yang dianggap mempunyai nilai berita. Tidak semua berita dapat disajikan dalam media tersebut tanpa persetujuan dari redaksi. Redaksi meneliti
(45)
semua berita yang masuk untuk dapat dijadikan berita yang akan di muat di media tersebut sesuai dengan kebijakan redaksionalnya.
Pengguna media atau saluran secara profesional dengan teknologi tinggi melalui usaha-usaha, maka kepemilikan media bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha yang mempunyai struktur tugas, fungsi-fungsi serta misi tertentu. Oleh katena itu, berbagai pesan yang disampaikan dan terbit dari media massa bukan lagi milik perorangan tetapi hasil diskusi, olahan redaksi atau keputusan dari kebijaksanaan redaksional yang menerbitkannya.
Berdasarkan hal tersebut maka dalam organisasi pemilik media ini terdapat pula Gate Keeper (penjaga gerbang), melalui fungsi Gate Keeper berbagai informasi yang masuk dari luar dikenakan sensor, di periksa dan di saring lagi kemudian di putuskan berdasarkan kebijakan redaksi untuk diterbitkan. Dengan demikian informasi yang disajikan hasil olahan pada kebijakan redaksi (Sekerin & Tankard, 2005 : 164).
Fungsi Gate Keeper dalam badan-badan pers umumnya dilakukan oleh redaktur, dimana melalui proses penyeleksian dari redaksi. Berita-berita yang dicari dan ditulis oleh wartawan selanjutnya di kirim ke meja redaksi untuk dipilih mana yang akan dijadikan berita utama ataupun berita biasa yang sesuai dengan kebijakan redaksional masing-masing media.
(46)
Dalam majalah Tempo, peran Gate Kepeer sangatlah penting dalam penerbitan suatu pemberitaan khususnya berita utama, supaya berita yangmasuk dapat di seleksi dengan baik dan mampu menyajikan berita-berita yang aktual dan bernilai berita tinggi yang dibutuhkan masyarakat internasional.
John R. Bitler (1996) mengistilahkan Gatekeeper sebagai individu atau kelompok orang-orang yang memantau arus informasi dalam sebuah jaringan komunikasi, juga diperluas maknanya yang disebut gatekeeper adalah orang yang berperan penting dalam sebuah media massa (Nurrudin, 2004:108). Semua saluran media massa mempunyai sejumlah saluran gatekeeper. Mereka memainkan peranan dalam beberapa fungsi, mereka ini dapat menghapus pesan atau dapat juga memodifikasi pesan yang akan disebarkan, merekapun dapat menghentikan sebuah informasi dan tidak membuka “pintu gerbang” (gate) bagi keluarnya informasi lain.
Bagi Ray Eldon Heibert, Donald F. Ungarait dan Thomas W. Bohn, yang dikutip Nurrudin (2004: 111-115), gatekeeper bukan bersifat positif negativ, tetapi mereka merupakan sesuatu kekuatan yang kreatif, seperti seorang editor dapat menambahkan pesan dengan mengkombinasikan pesan dari berbagai sumber, seorang layouter juga bisa menambahkan sesuatu pada gambar atau setting pada media cetak agar lebih kelihatan bagus. Secara umum peran gatekeeper sering dihubungkan dengan berita khususnya surat kabar. Editor sering melaksanakan fungsi sebagai gatekeeper, mereka menentukan apa yang khalayak butuhkan atau sedikitnya
(47)
menyediakan bahan bacaan untuk pembacanya. Dengan demikian paling tidak gatekeeper mempunyai fungsi :
1. Menyiarkan informasi kepada kita.
2. Untuk membatasi informasi yang kita terima dalam mengedit informasi ini sebelum disebarkan kepada kita.
3. Untuk memperluas dengan menambah fakta.
2.10 Kerangka Berfikir
Majalah merupakan media massa cetak yang berfungsi menyajikan informasi
tentang peristiwa yang terjadi dan aktual. Majalah menyajikan berita yang bervariatif dan selalu memberikan informasi terbarunya. Banyaknya informasi berita di majalah yang bervariatif membuat persaingan pesat antar media cetak khususnya majalah yang ada. Dalam hal ini, majalah dalam memberikan informasi ke khalayak pembaca terlebih dahulu disaring, berita-berita yang mana yang akan diterbitkan. Laporan Utama yang biasanya lebih populer disebut headline news adalah berita yang dianggap sangat layak dipasang dihalaman depan, dengan judul yang merangsang perhatian menggunakan tipe huruf relatif besar pendeknya berita istimewa. Oleh karena itu pada tiap penerbitan ada satu tema dalam rubrik Laporan Utama yang
(48)
sekitarnya layak ditampilkan dan dianalisa oleh tim redaksi majalah Tempo, dan mempunyai ulasan berita yang lugas, tegas, dan mudah dipahami.
Peneliti tertarik meneliti Laporan Utama majalah Tempo pada periode Juli 2010 sampai Desember 2010 karena penulis tertarik dengan isi berita-berita yang disajikan pada bulan itu dan bisa diketahui berita apa saja yang ditonjolkan selama kurun wakut 6 bulan. Berdasarkan isi tersebut kemudian dapat dikategorikan berdasarkan isi tema laporan utama majalah Tempo. Kategorisasi yang digunakan peneliti mengadaptasi pada kategorisasi Deutchmann. Kategorisasi ini sudah terbukti relevan dan teruji reabilitasnya yang terdiri dari 11 kategorisasi.
Analisi isi dilakukan untuk mengidentifikasi banyaknya ruang dan jenis berita yang dimuat dalam majalah Tempo serta kategori apa saja yang diberitakan. Metode analisis isi ini merupakan teknik penelitian yang obyektif, sistematis, dan terperinci tentang isi media.
Penelitian analisis isi Tema Laporan Utama majalah Tempo menggunakan kategorisasi yang pernah dipakai oleh Deutschmann. Kerangka berfikir yang berkaitan dengan analisis isi tersebut adalah sebagai berikut :
(49)
Tabel 2.1. Kerangka Berfikir Penelitian
Tentang Analisis Isi Tema Laporan Utama Majalah Tempo periode Juli 2010 sampai Desember 2010
Tema Laporan Utama Majalah Tempo Periode September 2010 – November 2010
Kategorisasi Tema :
a. Perang, Persahabatan dan Diplomasi.
b. Politik dan Pemerintahan. c. Kegiatan Ekonomi. d. Kejahatan.
e. Masalah-masalah moral masyarakat.
f. Kecelakaan dan Bencana. g. Kesehatan dan Kesejahteraan
Masyarakat.
ANA LISIS ISI
KE- SIM- PUL- AN
(50)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Analisis isi adalah suatu metode untuk mengamati dan mengukur isi komunikasi. Tidak seperti mengamati secara langsung perilaku orang atau meminta orang untuk menjawab skala-skala, atau mewawancarai orang. Tetapi dalam penelitian ini mengambil komunikasi-komunikasi yang telah dihasilkan oleh orang dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang komunikasi tersebut.
3.1.1 Berita
Berita pada majalah Tempo mengangkat sebuah fenomena persoalan dibahas dengan gaya tutur pemberi cerita yang ringan untuk dibaca. Yang tentunya konsistensi terhadap isi yang selalu mengangkat berita utama tentang politik dan ekonomi sehingga mudah diterima dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Oleh karena sifatnya yang ringan inilah berita dijadikan menu utama pada majalah Tempo. Berita memiliki unsur-unsur antara lain kreatifitas, subjektifitas, informatif dan menghibur. Berikut 24 tema berita dari edisi Juli 2010 sampai dengan Desember 2010 yaitu :
(51)
1. 28 Juni-4 Juli 2010 : Aliran Janggal Rekening Jenderal.
2. 5 Juli-11 Juli 2010 : Terjerat Proyek Sarana Rampok Duit.
3. 12 Juli-18 Juli 2010 : Pecah Kongsi di Taman Mini.
4. 19 Juli-25 Juli 2010 : Hidup ‘Sederhana’ Kandidat Kepala Polri.
5. 26 Juli-1 Agustus 2010 : Dulu CICAK, Kini KURA-KURA
6. 2 Agustus-8 Agustus 2010 : Jaksa Hendarman Dalam Pusara Sisminbakum
7. 9 Agustus-15 Agustus 2010 : Dari Sampah Jadi Gagah
8. 16 Agustus-22 Agustus 2010 : Murid Tjokroaminoto di Peneleh
9. 23 Agustus-29 Agustus 2010 : Kader Jenggot di Gerbong Mutasi
10.30 Agustus-5 September 2010 : Korupsi Dulu, Grasi Kemudian
11.6 September-12 September 2010 : Terseret Durian Runtuh
12.27 September-3 Oktober 2010 : Aksi Jaringan Sang Gubernur Militer
13.11 Oktober-17 Oktober 2010 : Calon Kapolri Baru
14.18 Oktober-24 Oktober 2010 : Lobi Kayu Lingkar Istana
15.25 Oktober-31 Oktober 2010 : Kisah Orang-Orang Istana
(52)
17.8 November-14 November 2010 : Lari Dari Zona 20
18.15 November-21 November 2010 : Oo, Kamu Ketahuan
19.22 November-28 November 2010 : Misteri Tiga Jam Tuan Sony
20.29 November-5 Desember 2010 : Gamang Menjerat Penabur Cek
21.6 Desember-12 Deseember 2010 : Main-Main Duit Haji
22.13 Desember-19 Desember 2010 : Serangan Balik Sang Tangan Kanan
23.20 Desember-26 Desember 2010 : Siapa Minta Pelicin Rp 100 Miliar?
24.27 Desember 2010-2 Januari 2011 : Pahlawan dari Tanah Bencana
3.2 Kategorisasi
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa seperangkat kategorisasi dan definisi yang disusun sendiri, maka alat ukur ini harus di pra-uji (pretest) terlebih dahulu. Dengan menggunakan alat ukur yang sama, peneliti menganalisis bahan yang sama dengan pengkoding independent. Kesamaan hasil pengukuran menunjukkan tingkat reabilitas alat ukur. Kategori tersebut telah diuji reabilitasnya dan menunjukkan bahwa kategori tersebut dapat diterima, serasi dan dapat dipercaya.
(53)
Dari Tema Laporan Utama majalah Tempo periode Juli 2010 sampai Desember 2010 dilakukan proses analisa. Selanjutnya peneliti mengklasifikasikannya berdasarkan kategori yang dibuat dan telah disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari penelitian.
3.2.1 Kategorisasi Tema
Kategori-kategori yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi pada tipe / kategori Deutchmann, dan telah disesuaikan / dimodifikasi agar dapat mencapai sasaran dalam penelitian.
3.2.1.1 Kategori Perang, Pertahanan dan Diplomasi
a. Perang
Persoalan yang berhubungan dengan peperangan yang terjadi, masalah-masalah yang timbul dalam perang dan persoalan yang berhubungan dengan pemberontak / perlawanan terhadap pemerintah yang berkuasa
b. Pertahanan
Persoalan yang berhubungan dengan sistem pertahanan suatu negara.
c. Diplomasi Hubungan Luar Negeri
Persoalan yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan luar negeri dan Hubungan Luar Negeri.
(54)
3.2.1.2 Kategori Politik dan Pemerintahan
a. Politik
Merupakan persoalan yang berhubungan dengan politik, disamping itu juga terdapat pembahasan tentang konsep-konsep politik dan juga tentang isu-isu politik dalam pemerintah.
b. Kegiatan-kegiatan Pemerintah
Persoalan yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah.
3.2.1.3 Kategori Kegiatan Ekonomi
a. Kegiatan Perekonomian Umum
Persoalan yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi secara keseluruhan seperti expor-import, perubahan harga-harga pokok dan pemanfaatan sumber-sumber alamiah.
b. Angkutan dan Perjalanan
Persoalan yang berhubungan dengan angkutan transportasi.
3.2.1.4 Kategori Kejahatan
(55)
Persoalan yang berhubungan dengan kejahatan yang dilakukan oleh orang dewasa.
b. Penegakkan Hukum dan Badan-Badan Penegak Hukum
Persoalan yang berkaitan dengan penegak hukumyang dilakukan oleh aparat hukum, penerapan oleh kejaksaan kepada pelaku tindak kejahatan.
3.2.1.5 Kateegori Masalah-Masalah Moral Masyarakat
Persoalan yang berhubungan dengan yang dihadapi oleh masyarakat tentang hak asasi dan tanggung jawab perseorangan, pergerakan hak-hak sipil, bila tidak merupakan bagian dari perundang-undangan pemerintah diuanggap sebagai moral masyarakat.
3.2.1.6 Kategori Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat
a. Penanganan Masalah Kesehatan
Persoalan yang berhubungan dengan penanganan masalah kesehatan seperti cara penanggulangan suatu penyakit.
b. Penanganan Masalah-masalah Sosial dan Keselamatan
Persoalan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.
(56)
a. Kecelakaan Karena Manusia
Persoalan yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi karena kecerobohan manusia.
b. Bencana Alam
Persoalan yang berhubungan dengan bencana alam,
c. Badan-badan Penanggulangan Bencana
Persoalan yang berhubungan dengan badan-badan pemerintah yang dibentuk untuk menanggulangi bencana alam.
3.2.1.8 Kategori Ilmu dan Penemuan
Persoalan yang berhubungan dengan perkembangan teknologi mutakhir di bisdang ilmu dan perindustrian.
3.2.1.9 Kategori Pendidikan dan Seni Klasik
Persoalan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan sistem pendidikan umum baik swasta maupun negeri dan kesenian yang semata-mata merupakan hiburan.
3.2.1.10 Kategori Hiburan Rakyat
(57)
Persoalan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan olahraga.
3.2.1.11 Kategori Human Interest
a. Cuaca
Persoalan yang berhubungan dengan cuaca, iklim dan suhu udara.
b. Kepentingan manusiawi secara umum.
Persoalan yang berhubunga dengan masalah-masalah yang terjadi dan menyangkut kepentingan orang banyak. Misalnya kerusakan fasilitas umum yang vital dan banyak digunakan oleh masyarakat umum.
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel.
3.3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua berita yang terdapat dalam kolom laporan utama majalah Tempo periode bulan Juli 2010 sampai dengan bulan Desember 2010, berdasarkan periode tersebut terdapat 24 tema berita dalam laporan utama majalah Tempo.
Pengambilan sampel penelitian sebanyak 100% dari total sampel jadi didapatkan jumlah sampel sebanyak 24 tema berita laporan utama yang mewakili secara keseluruhan mulai dari edisi bulan Juli 2010 sampai Desember 2010.
(58)
3.3.2 Teknik Penarikan Sampel
Teknik Penarikan Sampel pada penelitian ini adalah menggunakan Teknik Total Sampling. Yaitu sampel diambil secara keseluruhan dari jumlah populasi. Dalam penentuan sampel, tidak ada ketentuan yang pasti mengenai besar kecilnya sampel, hanya saja yang terutama dalam pengambilan adalah representatif.
3.4 Unit Analisis
Unit analisis yang berupa unit tematik dalam pesan, dihitung berdasarkan tema atau peristiwa yang diangkat. Unit tematik digunakan untuk menganalisis realitas dalam berita kemudian dimasukkan dalam kategorisasi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari tulisan-tulisan dalam kolom laporan utama. Teknik Pengumpulan Datanya adalah sebagai berikut :
1. Dengan melakukan pencatatan terhadap tema Laporan Utama majalah
(59)
2. Setiap data dikumpulkan dengan menggunakan koding berdasarkan kategori-kategori yang telah ditentukan, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian.
3.6 Teknis Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Data analisis dengan menggunakan tabel frekuensi, data tersebut dimasukkan
kedalam kategori-kategori yang ada kemudian diambil prosentase dan
diinterpretasikan berdasarkan hasil sampel tema Laporan Utama majalah Tempo periode Juli 2010 sampai Desember 2010.
(60)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Objek Penelitian dan Penyajian Data
4.1.1. Sejarah Majalah TEMPO
Diawali peristiwa tahun 1969, dimana era keterbukaan setelah berbagai peristiwa politik dalam negeri yang dianggap kacau, seorang Goenawan Mohammad mempunyai ide untuk membuat majalah yang dianggap baru. Sebagai langkah perbedaan yang membanjirinya hiburan waktu itu. Namun dengan semangat yang besar, tantangan ekonomi yang morat-marit mencoba untuk dilawan.
Majalah Ekspress kemudian dibentuk oleh tiga orang pers senior yakni Goenawan Muhammad, Christiano Wibisono, dan Fikri Juhri, dengan dibantu oleh
(61)
B.M.Diah. Ketiganya adalah wartawan Harian Kami. Namun perpecahan diantara pengelola terjadi, tidak luput kemudian Goenawan dan kawan-kawan melakukan eksodus. Berita ini kemudian menyebar sampai ke telinga ketua Yayasan Jaya Raya, Ir. Ciputra, yang juga mendirikan Djaja. Lewat Lukman Setiawan, Ciputra mencoba berdialog dengan Goenawan. Hasil rembukan tersebut menghasilkan gagasan baru, majalah TEMPO dikelola 30 orang, eks pengelola Ekspress dan Djaja. Akhirnya, pada akhir Desember 1970 dengan rekomendasi Adam Malik, Menteri Penerangan waktu itu, Budhiharjo mengeluarkan SIT atas nama TEMPO. Adapun ide dasarnya adalah mengambil bentuk yang mirip
dengan Time atau Newsweek di Amerika. Dibawah naungan kelompok Perusahaan Grafiti Pers. Dengan dibantu oleh Gubernur DKI Jakarta waktu itu Ali Sadikin, Tempo mulai memproses persiapan penerbitan. Baru setelah pemrosesan SIT tahun 1971, Tempo baru bisa terbit pada bulan September. Dengan jumlah halaman untuk pertama kalinya 80 halaman.
Pertama kali terbit, Tempo telah mampu menjual sekitar 45.000 eksemplar baik sebagai perkenalan atau dijual bebas. Dan semakin bertambah tahun, akhirnya pada tahun 1977 meningkat menjadi 50.000 eksemplar.
Tempo pertama kali menempati kantor di Jalan Senen Raya 83 Jakarta. Dengan Goenawan Muhammad sebagai pemimpin umum merangkap pemimpin redaksi. Sedangkan untuk pimpinan perusahaan dipercayakan kepada Harjoko
(62)
Trisnadi. Meskipun dengan kantor yang sempit, namun tidak menghalangi semangat idealisme yang tinggi. Tempo seperti berkejaran dengan waktu dan berlomba dengan penerbitan, khususnya majalah yang telah ada. Namun dengan segala kelebihan dan kehandalan Goenawan Mohammad yang memang sudah senior dibidangnya, dengan dibantu oleh Bang Ali Sadikin selaku Gubernur DKI, maka Tempo berani memilih visi dan misi pers menuju pers yang serius yang lebih menonjolkan diri pada politik, menyuarakan kebenaran lewat ulasan dan kritikan, saran atas keputusan yang diambil oleh penguasa atau masalah-masalah yang sedang aktual dan hangat dibicarakan oleh masyarakat.
Nampaknya pilihan ini berdampak cukup serius, sebab baru dua tahun terbit sudah pernah mendapat teguran dari pemerintah, lewat Departemen Penerangan. Demikian juga pada tahun-tahun berikutnya, Tempo seakan tidak pernah lepas dari tangan-tangan bayangan kekuasaan yang memang pada saat itu sedang giat-giatnya melakukan pembangunan politik, dengan berbagai konsekuensinya, termasuk terlalu curiga terhadap siapapun yang dianggap terlibat dan berpengsruh.
Pada tahun 1985, suasana pers nasional mulai menampakkan perubahan besar, dimana pemerintah mencanangkan semacam upaya penerbitan pers nasional, STT, dan SIT tidak lagi berguna. Ijin penerbitan digantikan fungsinya dengan SIUPP. Artinya, bahwa Pemerintah pada saat itu memang berupaya untuk mengontrol kehidupan Pers.
(63)
Perubahan terjadi pada tahun 1987, yang semula TEMPO terbit hanya dengan 80 halaman berkembang menjadi 100 halaman. Ini terkait dengan permintaan yang semakin banyak seiring banyaknya pers sejenis yang mundur akibat iklim politik yang semakin ketat serta persaingan bisnis yang semakin tajam. Maka Tempo seakan sudah bosan merajai posisinya. Pers sejenis banyak yang gulung tikar akibat lesunya dukungan finansial serta dukungan sistem politik, sehingga banyak kelompok perusahaan pers yang mengundurkan diri. Namun dengan segala kekuatannya Tempo tetap dan berusaha selalu konsisten.
Untuk memperkuat jaringan lembaganya, Tempo membuat kebijakan untuk membagi kekuasaan, dimana semula Pimpinan Umum dipegang Goenawan Muhammad kemudian digantikan oleh Eric F.H. Samola Keputusan ini diambil mengingat Eric merupakan tokoh pers nasional yang diharapkan mampu mendongkrak kepentingan Tempo dalam lembaga pers nasional. Khususnya Dewan Pers yang semakin hari semakin ketat. Seiring dengan perkembangannya, kemudian Tempo meninggalkan kantornya yang pengap dan sempit di daerah Senen menuju Jalan Rasuna Said Kav.C 17 Jakarta Pusat yang lebih luas dan representatif serta nyaman bagi staf redaksi dan wartawan majalah Tempo. Bahkan pada tahun-tahun tersebut, Tempo telah mampu mendirikan Yayasan Tempo yang berfungsi sebagai lembaga control terutama masalah sosial sekaligus lembaga kesejahteraan karyawan, disamping beberapa fungsinya dengan salah satu sub lembaganya “Data Tempo” untuk menjadi sebagai sarana pustaka. Dalam hail ini Yayasan Tempo semakin besar
(64)
peranannya dengan menjadi suatu lembaga tersendiri yang melayani publik untuk menampung dan mengelola kepustakaannysa.
Perkembangan majalah Tempo sangat pesat kepindahannya ke kantor yang baru, salah satunya adalah oplah yang semula hanya paling banyak 50.000-75.000 eksemplar berkembang menjadi 100.000-150.000 eksemplar. Demikian juga dengan staf kepegawaian dan reporternya semakin hari semakin bertambah besar. Hingga Tempo telah diputuskan untuk menjadi perusahaan mandiri oleh Grafiti Press.
Menginjak tahun 1990-an, Tempo semakin dikenal sebagai pers yang berani sekaligus menjadi standart perkembangan pers serius nasional. Dengan kemampuan redaksionalnya dikenal sebagai kelompok orang-orang pintar. Maka isi Tempo semakin menggigit serta detail secara kritis. Dengan kemampuannya ini, Tempo telah berkali-kali mendapatkan teguran, sampai pada tahun 1991 sempat diancam untuk dicabut SIUPP-nya. Bahkan dalam pilihannya, Tempo telah menjadi idola pembaca terutama dari kalangan, dibandingkan dengan majalah-majalah politik lainnya.
Dari tahun tersebut, perjalanan majalah Tempo semakin keras pertarungannya dengan system, sebagai konsekuensi sikap kritisnya, hingga tragedi yang paling menakutkan bagi kalangan pers terjadi pada bulan Juni 1994, SIUPP majalah TEMPO dinyatakan “Tidak Berlaku”, yang disiarkan oleh Televisi Republik Indonesia pada acara Dunia Dalam Berita yang sebelumnya didahului oleh pertanyaan kepada FPGG, Soebrata.
(65)
Majalah Tempo yang terbit mingguan memberi ruang sebanyak 100 halaman. Adapun dalam berbagai liputannya, Tempo membaginya dalam 28 rubrik. Dalam
rubrik-rubrik tersebut, pada dasarnya terbagi menjadi beberapa bentuk
laporan/liputan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Bentuk liputan berdasarkan teknik pemberitaan/reportase :
1. Rubrik Nasional
2. Rubrik Luar Negeri
3. Rubrik Kriminal
4. Rubrik Pendidikan
5. Rubrik Hukum
6. Rubrik Kesehatan
7. Rubrik Pokok dan Tokoh
8. Rubrik Laporan Utama
9. Rubrik Selingan
10.Rubrik Olah Raga
11.Rubrik Ilmu dan Teknologi
(66)
13.Rubrik Lingkungan
14.Rubrik Ekonomi Bisnis
15.Rubrik Seni
16.Rubrik Obituari
17.Rubrik dari Redaksi
b. Bentuk liputan berdasarkan teknik penulisan :
1. Rubrik Kolom
2. Rubrik Catatan Pinggir
3. Rubrik Kiat
4. Rubrik Buku
5. Rubrik Design
6. Rubrik Televisi
7. Rubrik Info
8. Rubrik Iklan dan Pariwara
(67)
c. Bentuk liputan berdasarkan teknik penyajian gambar/karikatur, yakni dalam rubrik opini.
4.2 Penyajian dan Analisis Data
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada periode Juli 2010 sampai dengan Desember 2010 didapat 24 tema Laporan Utama yang diteliti dari total tema Laporan Utama sebanyak 24 tema.
Tabel berikut ini menyajikan tema-tema yang dimuat dalam laporan utama majalah Tempo periode Juli 2010 sampai dengan Desember 2010, untuk lebih jelasnya akan disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 1.
Kategorisasi Tema Laporan Utama Majalah Tempo Periode Juli 2010 sampai Desember 2010
No Kategori Frekuensi Persentase %
1. Perang, Pertahanan, dan Diplomasi 1 4
2. Politik dan Pemerintahan 5 21
3. Kegiatan Ekonomi 2 8,4
4. Kejahatan 13 54
5. Masalah-Masalah Moral Masyarakat 0 0
6. Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat 0 0
7. Kecelakaan dan Bencana 3 12,6
8. Ilmu dan Penemuan 0 0
(68)
10. Hiburan Rakyat 0 0
11. Human Interest 0 0
Jumlah 24 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tema mengenai hukum serta Badan-Badan Penegak Hukum yang sering dikupas dan diangkat dalam rubrik Laporan Utama Majalah Tempo selama periode penelitian. Hal ini ditunjukkan dengan kategori kejahatan sebesar 54% dengan frekuensi 13 yang berkaitan erat dengan fenomena-fenomena yang terjadi di Indonesia yang terbukti dengan banyaknya berita mengenai kasus korupsi atau penyelewengan dana yang dilakukan oleh para Jenderal Kepolisian dan para Pejabat Negara. Kasus Mafia Pajak Gayus Tambunan yang rela membayar ratusan juta rupiah untuk bisa keluar masuk tahanan dengan lenggang suatu bukti bahwa penegakkan hukum di Indonesia kurang maksimal. Informasi-informasi mengenai hukum seperti inilah yang menarik minat pembaca bahkan sebagian respon pembaca terhadap kategori hukum yang cukup tinggi.
Tema kategori yang sering diangkat berikutnya adalah mengenai Politik dan Pemerintahan dengan frekuensi 5, persentase 21%. Kategori ini berkaitan dengan persoalanyang berhubungan dengan kegiatan dari pelbagai badan-badan pemerintah, pembahasan perundang-undangan yang disiarkan melalui surat kabar, hal-hal yang menyangkut persoalan politik atau pengangkatan seorang calon untuk suatu kedudukan penting. Kebanyakan dari kategori ini memuat berita tentang
(1)
No Sub Kategori Frekuensi Prosentase %
1. Pendidikan 0 0
2. Seni Klasik dan Kebudayaan 0 0
Jumlah 0 0
Sumber : Data Primer
Dari prosentase yang ditunjukkan hasil koding kategori Pendidikan dan Seni Klasik dalam laporan utama majalah Tempo periode Juli 2010 sampai Desember 2010 tidak menyajikan semua sub kategori Pemdidikan maupun Seni Klasik dan Kebudayaan.
Tabel 11.
Kategori Hiburan Rakyat
No Sub Kategori Frekuensi Prosentase %
1. Hiburan 0 0
2. Film 0 0
3. Televisi dan Radio 0 0
(2)
Dari persentase yang ditunjukkan hasil koding kategori Hiburan Rakyat dalam laporan utama majalah Tempo periode Juli 2010 sampai Desember 2010 tidak disajikannya sub kategori Hiburan, Film, serta Televisi dan Radio.
Tabel 12.
Kategori Human Interest
No Sub Kategori Frekuensi Prosentase %
1. Kepentingan Manusiawi Secara Umum 0 0
2. Kematian Alamiah dan Berita-Berita Dukacita
0 0
3. Minat Remaja 0 0
Jumlah 0 0
Sumber : Data Primer
Hasil koding yang ditunjukkan kategori Human Interest dalam laporan utama majalah Tempo periode Juli 2010 sampai Desember 2010 menyatakan tidak disajikannya sub kategori Kepentingan manusiawi secara umum, Kematian alamiah dan berita-berita dukacita serta Minat Remaja.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti tentang hasil temuan dan analisa data pada bab sebelumnya, maka dapat dilihat atau ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Laporan Utama Majalah TEMPO dalam kurun periode bulan Juli 2010
sampai periode bulan Desember 2010, diketahui prosentase paling banyak atau paling tinggi yaitu kategori Kejahatan. Kategori ini membahas tentang adanya korupsi yang dilakukan oleh Jenderal Kepolisian karena memiliki jumlah isi rekening yang mencurigakan dan janggal, kasus suap yang menyeret 25 politikus, kasus Jaksa Agung yang terseret korupsi proyek Sistem Administrasi Badan Hukum, serta mengenai Grasi yang ditujukan untuk terpidana korupsi. Lembaga Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) sedang kelimbungan menguak kasus korupsi kakap karena disenggol kanan kiri sehingga ada krisis kepercayaan untuk menangani kasus tersebut.
(4)
kesejahteraan masyarakat, kategori ilmu dan penemuan, kategori pendidikan dan seni klasik, kategori hiburan rakyat, dan human interest tidak disajikan dalam Laporan Utama majalah Tempo periode Juli 2010 sampai Desember 2010 karena kejadiannya jarang terjadi.
5.2 Saran
Saran yang dapat peneliti kemukakan berkaitan dengan penelitian yang dilakukan yaitu :
Tema yang diangkat dalam Majalah Tempo tidak harus berdasarkan fenomena atau issue yang sudah maupun belum terjadi, beberapa peristiwa menarik dilihat dari pandangan para ahli di bidangnya harus dikaitkan dengan menyajikan fakta-fakta yang ada, sehingga cerita yang disampaikan dapat memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menganalisa sendiri sesuai dengan pandangan dan keahliannya.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Assegaf,Dja’far.,1991. Jurnalistik Masa Kini, Ghalia Indonesia.
Bungin,Burhan.,2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta:Prenada Media.
Effendy,Onong Uchjana.,2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
Bandung:Rosdakarya.
Flournoy,Don Michael.,1989. Analisis Isi Surat Kabar Indonesia, Jogjakarta:Gadjah Mada University Press.
Ishwara,Luwi.,2005. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, Jakarta:Kompas.
Krippendorff,Klaus.,1993. Analisis Isi:Pengantar Teori dan Metodologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kriyantono,Rahmat.,2006. Riset Komunikasi, Jakarta: Prenada Media Group.
Muhammad,Goenawan.,1997. Seandainya Saya Wartawan TEMPO, Jakarta: ISAI dan Yayasan Alumni TEMPO.
Mondry.,2008. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, Bogor: Ghalia Indonesia.
Rivers,William L,et.al.,2004. Media Massa dan Masyarakat Modern, Jakarta: Prenada Media.
(6)
Non Buku :
Majalah TEMPO, periode bulan Juli 2010 sampai Desember 2010 www.tempointeraktif.com