PERKEMBANGAN ORGANISASI PERSATUAN ISTRI TENTARA DIVISI SILIWANGI : Kajian Historis Dari Tahun 1946-1951.
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Organisasi Persatuan Istri Tentara Divisi Siliwangi (Kajian Historis Dari Tahun 1946-1951)”. Permasalahan pokok yang dikaji adalah bagaimana peranan Organisasi Persit Divisi Siliwangi dari tahun 1946-1951?. Permasalahan tersebut kemudian dituangkan dalam tiga buah pertanyaan pokok, yaitu: (1) Bagaimana latar belakang terbentuknya organisasi Persatuan Istri Tentara (Persit) Divisi Siliwangi pada tahun 1946?, (2) Bagaimana kegiatan organisasi Persatuan Istri Tentara (Persit) selama perang kemerdekaan Indonesia pada tahun 1946 sampai 1949?, (3) Bagaimana upaya yang dilakukan oleh organisasi Persatuan Istri Tentara (Persit) Divisi Siliwangi untuk menjaga eksistensi organisasinya (lembaga) sampai tahun 1951?. Tujuan khusus Penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui perkembangan organisasi Persit Divisi Siliwangi sejak awal terbentuk hingga kongres II di Bandung. Selain itu untuk mengetahui peranan Persatuan Istri Tentara (Persit) Divisi Siliwangi dalam membantu mempertahankan kemerdekaan. Tujuan umum yaitu untuk memberikan perhatian agar pemerintah daerah dapat mendukung penulisan sejarah lokal di Jawa Barat, serta dapat dijadikan sumber bacaan dan sumber rujukan bagi para pelajar yang membacanya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode historis. Metode ini meliputi pengumpulan sumber primer maupun sekunder, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Untuk memperdalam analisis, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner melalui kajian ilmu sosial dan budaya dengan meminjam konsep-konsep seperti Organisasi Perempuan dan Kongres Perempuan, juga dengan pengkajian terhadap penelitian terdahulu seperti skripsi dan jurnal. Organisasi Persit Divisi Siliwangi memiliki peranan dalam membantu tentara dan badan perjuangan lainnya mempertahankan kemerdekaan di Jawa Barat. Pada awalnya organisasi ini bernama Persatuan Kaum Ibu Tentara (PKIT) yang terbentuk di Purwakarta pada tanggal 3 April 1946. Organisasi ini resmi bernama Persatuan Istri Tentara (Persit) 17 Agustus 1946 yang disepakati dalam konfrensi di Garut. Persit Divisi Siliwangi merupakan cikal bakal dari terbentuknya Persit secara nasional. Kurun waktu 1946-1949, kegiatan organisasi Persit terfokus untuk membantu selama perang kemerdekaan. Setelah berakhirnya Perang kemerdekaan tujuan dari organisasi Persit mengalami sedikit perubahan. Untuk menyusun kembali organisasinya setelah perang kemerdekaan dilaksanakan kongres nasional yang tidak hanya dikhususkan Persit Divisi Siliwangi saja. Selama kurun waktu 1950-1951 Persit mengadakan dua kali kongres yang hasilnya menunjukan perkembangan bagi organisasi tersebut dalam berbagai bidang. Terungkapnya peranan dan upaya organisasi Persit Divisi Siliwangi ini diharapkan akan menimbulkan kesadaran dan potensi juang bagi generasi muda sekarang.
(2)
ABSTRACT
This thesis entitled "Organization Persatuan Istri Tentara Divisi Siliwangi (Historical studies From 1946-1951)". The main problem of this studied is how the role of the Organization Persit Divisi Siliwangi from 1946-1951?. The problem is then poured in three main questions, namely: (1) How does the formation of organizational backgrounds Union Army Wife (Persit) Divisi Siliwangi in 1946?, (2) How does the organization of activities the Union Army Wife (Persit) during Indonesia's war of independence 1946 to 1949?, (3) How does the organization efforts made by the Union Army wife (Persit) Divisi Siliwangi to maintain the existence of the organization (institution) until 1951? The specific objective of writing this thesis is to determine the development of the organization since its inception Persit Divisi Siliwangi formed by congress II in Bandung. In addition to knowing the role of the Union Army Wife (Persit) Divisi Siliwangi to help maintain independence. The general objective is to provide the attention that local governments can support the writing of local history in West Java, and can be used as a source of reading and reference source for students who read it. The method used is the historical method. This method involves the collection of primary and secondary sources, source criticism, interpretation and historiography. To deepen the analysis, the author uses an interdisciplinary approach through the study of social sciences and culture with borrowed concepts such as the Organization of Women and Women's Congress, also with an assessment of previous studies such as theses and journals. Organization Persit Divisi Siliwangi has a role in helping soldiers and other agencies to maintain the independence struggle in West Java. At first the organization was called The Mother's Union Army (PKIT) formed in Purwakarta on March 3, 1946. Organization was officially named the Union Army Wife (Persit) August 17, 1946 as agreed in the conference in Garut. Persit Divisi Siliwangi was the forerunner of the formation Persit nationally. The period 1946-1949, the organization's activities focused Persit to help during the war of independence. After the end of the independence war of organizational goals Persit slight change. To rearrange the organization after the war of liberation conducted a national congress is not only devoted Persit Divisi Siliwangi only. During the period 1950-1951 Persit held two congresses that the results show the development of the organization in a variety of fields. Disclosure of the role and efforts of the organization Persit Divisi Siliwangi is expected to lead to the awareness and potential of young people fighting for now.
(3)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ...iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Metode Penelitian ... 8
1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
2.1 Perempuan ... 12
2.2 Organisasi Perempuan ... 14
2.3 Kongres Perempuan ... 19
2.4 Persatuan Istri Tentara (Persit) ... 21
2.5 Penelitian Terdahulu. ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Metode Penelitian ... 26
3.2 Persiapan Penelitian ... 30
3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian ... 30
3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 30
3.2.3 Proses Bimbingan ... 32
3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 33
(4)
3.3.2 Kritik Sumber... 35
3.3.2.1 Kritik Eksternal ... 35
3.3.2.2 Kritik Internal ... 37
3.3.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi) ... 38
3.3.4 Laporan Hasil Penelitian (Historiografi) ... 39
BAB IV PERSATUAN ISTRI TENTARA DISI SILIWANGI TAHUN 1946-1950 ... 42
4.1 Pembentukan Tentara Divisi Siliwangi Dan Organisasi Persit Divisi Siliwangi ... 42
4.1.1 Latar Belakang Terbentuknya Divisi Siliwangi ... 42
4.1.2 Terbentuknya Organisasi Persit Divisi Siliwangi ... 46
4.2 Organisasi Persit Divisi Siliwangi Selama Perang Kemerdekaan Tahun 1946- 1949 ... 51
4.2.1 Peranan Organisasi Persit Dalam Membantu Para Pejuang di Bidang Kesehatan ... 51
4.2.2 Peranan Organisasi Persit Dalam Dapur Umum dan Kurir ... 59
4.2.3 Anggota PersitDalam Hijrah Maupun Long march ... 64
4.3 Kiprah Anggota Persit Divisi Siliwangi Dalam Kongres... 79
4.3.1 Kongres Persit Pertama di Semarang ... 79
4.3.1.1 Penyempurnaan Susunan Organisasi Persit ... 79
4.3.1.2 Keputusan-keputusan Dalam Kongres Di Semarang ... 90
4.3.2 Kongres Persit Kedua di Bandung ... 96
4.3.2.1 Hal-hal Yang Diputuskan Dalam Kongres ... 96
4.3.2.2 Tindak Lanjut Keputusan Kongres ... 103
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 106
5.1 Simpulan ... 106
5.2 Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 109 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(5)
dilakukan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan mengenai Perkembangan Organisasi Persatuan Istri Tentara Divisi Siliwangi (kajian Historis Dari Tahun 1946-1951). Metode yang digunakan adalah metode historis, dan untuk teknik penelitian, penulis menggunakan studi literatur dan studi dokumentasi. Sedangkan untuk pendekatannya peneliti menggunakan pendekatan multidisipliner.
3.1 Metode Penelitian
Metode merupakan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam melakukan penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti (Sjamsuddin, 2007: 13). Metode yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis dengan studi literatur dan studi dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Metode historis dipilih sebagai metodologi penelitian karena tulisan ini merupakan kajian sejarah yang data-datanya diperoleh dari jejak-jejak yang ditinggalkan dari suatu peristiwa masa lampau. Sementara itu, menurut Wood Gray yang dikutip oleh Sjamsuddin (2007: 96) dikemukakan bahwa paling tidak ada enam tahap yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu:
1. Memilih suatu topik yang sesuai.
2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.
3. Membuat catatan apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung.
4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber).
5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistemtika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.
(6)
6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.
Sedangkan metode historis menurut Ismaun (2005: 32) dijabarkan menjadi empat langkah kerja penelitian sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun langkah-langkah penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan merujuk pada metode historis menurut Ismaun sebagai berikut :
1. Heuristik
Heuristik adalah kegiatan dalam mengumpulkan dan mencari sumber yang berhubungan dengan penelitian. Seperti dipaparkan oleh carrard yang dikutip oleh Sjamsudin (2007: 86) menjelaskan bahwa heuristik adalah sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah atau evidensi sejarah.
Usaha-usaha yang dilakukan dalam kegiatan pencarian serta pengumpulan sumber-sumber mengenai Organisasi Persit ini yakni dengan mencari sumber tulisan, browsing internet dan sumber tertulis lainnya yang relevan untuk pengkajian permasalahan yang akan dikaji. Dalam penelitian ini sumber berupa sumber tulisan terdapat dalam buku-buku, arsip, jurnal dan internet yang berhubungan dengan organisasi perempuan khusunya organiasai Persit dari tahun 1946-1951.
2. Kritik dan analisis sumber
Setelah penulis mendapatkan berbagai sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji, tahap selanjutnya adalah peneliti melakukan penilaian dan mengkritisi sumber-sumber yang telah ditemukan tersebut baik dari buku, dokumen, internet, sumber tertulis, dokumen dan hasil dari penelitian serta sumber lainnya. Menurut Sjamsuddin (2007: 131) seorang sejarawan tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber yang diperoleh. Melainkan ia harus menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber pertama, agar terjaring fakta-fakta yang menjadi pilihannya. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat ditegaskan bahwa tidak semua sumber yang ditemukan
(7)
dalam tahap heuristik dapat menjadi sumber yang digunakan oleh peneliti, tetapi harus disaring dan dikritisi terlebih dahulu keotentikan sumber tersebut.
Ismaun (2005: 48) menambahkan bahwa dalam tahap inilah timbul kesulitan yang sangat besar dalam penelitian sejarah. Hal tersebut karena kebenaran sejarah itu sendiri tidak dapat didekati secara langsung dan sifat sumber sejarah juga tidak lengkap serta kesulitan menemukan sumber-sumber yang diperlukan dan dapat dipercaya. Sehingga agar penulis mendapatkan sumber-sumber yang dapat dibercaya, relevan dan otentik, maka peneliti harus melakukan kritik eksternal dan kritik internal terhadap sumber-sumber tersebut.
Kritik eksternal menurut Helius Sjamsuddin adalah cara melakukan verifikasi atau cara pengujian terhadap aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah. Aspek-aspek luar tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: kapan sumber itu dibuat?, dimana sumber itu dibuat?, siapa yang membuat?, dari bahan apa sumber itu dibuat? dan apakah sumber itu dalam bentuk asli atau tidak?. Sedangkan untuk kritik internal menurut Ismaun (2005: 50) adalah kritik yang bertujuan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. kemudian dipungutlah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.
3. Interpretasi
Setelah melalui kritik sumber, tahapan penelitian selanjutnya adalah Interpretasi. Interpretasi merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan kritik dan analisis sumber. Pada tahap interpretasi, penulis menafsirkan keterangan yang diperoleh dari sumber sejarah berupa fakta-fakta yang terkumpul dari sumber-sumber primer maupun sekunder dengan cara menghubungkan dan merangkaikannya sehingga tercipta suatu fakta sejarah yang sesuai dengan permasalahan penelitian.
(8)
Interpretasi sejarah atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah. Tahapan ini merupakan tahapan di mana penulis melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah. Selanjutnya bersama-sama dengan kajian pustaka disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Dalam hal ini ada dua metode yamg digunakan yaitu analisis berarti menguraikan dan sintesis yang berarti menyatukan. Keduanya dipandang sebagai metode utama di dalam interpretasi (Kuntowijoyo, 2003: 100).
Dalam interpretasi dikenal adanya subjektivitas dari sejarahwan untuk menfsirkan sumber. Menurut Kuntowijoyo (2003: 101) mengemukakan bahwa:
interpretasi atau penafsiran sering disebut juga sebagai sumber subjektivitas yang sebagian bisa benar, tetapi sebagiannya salah. Dikatakan demikian menurutnya bahwa benar karena tanpa penafsiran sejarawan data yang sudah diperoleh tidak bisa dibicarakan. Sedangkan salah karena sejarawan bisa saja keliru dalam menafsirkan data-data tersebut.
Gottschalk dikutip Ismaun (2005: 56) menambahkan bahwa interpretasi atau penafsiran sejarah itu memiliki tiga aspek penting, sebagai berikut:
Pertama, analisis-kritis yaitu menganalisis stuktur intern dan pola-pola hubungan antar fakta-fakta. Kedua, historis-substantif yaitu menyajikan suatu uraian prosesual dengan dukungan fakta-fakta yang cukup sebagai ilustrasi suatu perkembangan. Sedangkan Ketiga adalah sosial-budaya yaitu memperhatikan manifestasi insani dalam interaksi dan interrelasi sosial-budaya.
Adapun pendekatan yang digunakan penulis untuk mengkaji permasalahan dalam skripsi ini adalah pendekatan interdisipliner dengan menggunakan konsep-konsep dari ilmu sosioogi dan ilmu politik.
4. Historiografi
Bagian ini merupakan tahap akhir dalam penulisan sejarah. Pada tahap ini penulis menyajikan hasil penelitian dalam bentuk tulisan dengan cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan gaya bahasa yang sederhana serta menggunakan tata bahasa dan penulisan yang baik serta benar, hal ini dilakukan setelah melewati tahap pengumpulan dan penafsiran sumber-sumber sejarah pada tahap sebelumnya. Fakta-fakta yang penulis peroleh disajikan menjadi satu kesatuan tulisan dalam skripsi yang berjudul Perkembangan Organisasi Persatuan Istri Tentara Divisi Siliwangi (kajian Historis Dari Tahun 1946-1951).
(9)
3.2 Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian merupakan titik awal dari suatu tahapan penelitian yang harus dipersiapkan dengan matang. Tahap ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu tahapan penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian serta bimbingan.
3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian
Tahap ini merupakan tahap yang paling awal dalam melaksanakan suatu penelitian. Pada tahap ini penulis melakukan proses memilih dan menentukan topik yang akan dikaji. Penentuan tema dan judul skripsi ini dipengaruhi oleh ketertarikan penulis terhadap mata kuliah Sejarah Lokal, Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia, Sejarah Revolusi Indonesia dan Sejarah Sosial mata kuliah yang pernah diikuti oleh penulis. Berdasarkan alasan tersebut, penulis merasa tertarik untuk menulis sebuah skripsi yang bertemakan tentang sejarah Indonesia, khususnya tentang sebuah organisasi sosial yang ada dalam pembabakan sejarah Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut penulis mengambil tema mengenai organisasi perempuan. Walaupun telah banyak peneliti lain yang menulis tentang organisasi perempuan, tetapi jarang yang membicarakan tentang peranan para istri tentara di saat suaminya melaksanakan tugas. Oleh sebab itu penulis memiliki ide untuk mengungkap kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan oleh para istri tentara pada saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia tahun 1946-1951.
Ide tersebut penulis tuangkan dalam sebuah proposal penelitian. Setelah melakukan konsultasi dengan sekretaris TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi) ternyata penelitian tentang Persit Divisi Siliwangi dilingkungan Jurusan pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia, belum pernah ada yang menulis. Setelah peneliti memperbaiki proposal tersebut dan mengajukannya ke TPPS, maka pada tanggal 11 September 2013 penulis mempresentasikannya kembali dalam Seminar Skripsi.
3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan kerangka dasar dalam suatu penelitian. Rancangan penelitian ini disusun sejak peneliti mengikuti mata kuliah Seminar
(10)
Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada semester 6. Dan pada saat itu, rancangan ini
masih berbentuk tugas namun mengenai proposal penelitian sejarah. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa tugas proposal tersebut kemudian diajukan kepada TPPS untuk dapat diikutsertakan dalam Seminar Skripsi dengan judul ”Peranan Persatuan Istri Prajurit Divisi Siliwangi Dalam Peristiwa Long March Tahun 1948-1949”. Adapun rancangan penelitian ini mencakup judul penelitian, latar belakang masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, sistematika penelitian dan daftar pustaka.
Dalam seminar skripsi yang berlangsung pada tanggal 11 September 2013, penulis memperoleh banyak masukan baik dari para dosen yang hadir pada saat itu, para dosen menyarankan untuk berkonsultasi dengan calon pembimbing satu. Selanjutnya penulis menghubungi calon pembimbing satu Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum yang pada waktu seminar berhalangan hadir Pembimbing satu menyarankan untuk memperluas kajian penelitian. Setelah beberapa kali penulis berkonsultasi dengan calon pembimbing satu, akhirnya ada titik temu judul yang akan ditulis. Judul awal penelitian yaitu Peranan Persatuan Istri Prajurit Divisi Siliwangi dalam Peristiwa Long March Tahun 1948-1949 berubah menjadi Perkembangan Organisasi Persatuan Istri Tentara Divisi Siliwangi Tahun 1946-1951. Setelah itu beliau menyarankan untuk berkonsultasi dengan Bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si selaku ketua TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi). Setelah berkonsultasi dengan Bapak Ayi, penulis diberikan saran untuk menambah sumber termasuk sumber jurnal dan penelitian terdahulu.
Beberapa hari setelah Seminar Skripsi dilakukan, penulis mengajukan kembali proposal yang telah direvisi kepada TPPS untuk mendapatkan SK (Surat Keputusan). Kemudian panitia TPPS memberikan SK penunjukkan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II pada tanggal 21 Oktober 2013 dengan nomor 07/TPPS/JPS/201. Dalam SK tersebut tercantum judul penelitian, yaitu Perkembangan Organisasi Persatuan Kaum Ibu Tentara (PKIT) Divisi Siliwangi (Suatu Kajian Historis dari tahun 1946-1951).
(11)
3.2.3 Proses Bimbingan
Bimbingan merupakan suatu kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh penulis dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II dalam menyelesaikan permasalahan selama penelitian. Proses bimbingan sudah dilakukan sebelum peneliti memperoleh SK penunjukkan pembimbing pada tanggal 21 Oktober 2013 dengan nomor SK 07/TPPS/JPS/2013. Berdasarkan SK tersebut, dosen pembimbing terdiri dari dua orang yaitu ibu Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum sebagai pembimbing I dan Drs. H. Ayi Budi Santosa, M. Si sebagai pembimbing II.
Proses bimbingan sangat diperlukan oleh penulis untuk membantu dalam menentukan kegiatan penelitian, fokus penelitian serta proses penelitian skripsi ini. Proses ini memfasilitasi penulis untuk berdiskusi dengan pembimbing I dan pembimbing II mengenai permasalahan yang dihadapi selama penelitian. Manfaat yang penulis peroleh selama proses bimbingan adalah mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam penelitian skripsi ini serta diarahkan untuk konsisten terhadap fokus kajian.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan berikutnya setelah penulis merancang dan mempersiapkan penelitian. Dalam penelitian skripsi ini, penulis melakukan empat tahap penelitian, sebagai berikut:
3.3.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Pada tahap ini, penulis mulai mencari dan mengumpulkan sumber yang relevan dengan kajian penelitian. Berkaitan dengan penelitian ini proses heuristik yang dilakukan penulis sudah dimulai kurang lebih sejak bulan oktober 2012. Karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ini berawal dari tugas proposal pada mata kuliah Seminar Penulisan Karya Tulis Ilmiah, sehingga sejak saat itu penulis mulai mencari sumber-sumber tertulis berupa buku yang berhubungan dengan organisasi Persit. Tidak hanya itu, penulis juga mulai mencari jurnal ilmiah, dokumen, skripsi maupun artikel internet yang relevan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
(12)
Dalam pencarian sumber-sumber, penulis mendatangi beberapa perpustakaan dan toko buku. Adapun perpustakaan yang dikunjungi adalah: Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Perpustakaan Batu Api Jatinangor, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan Universitas Indonesia di Depok, Perpustakaan Militer Angkatan Darat Bandung dan Perpustakaan Nasional di Jakarta. Selain itu penulis mencari sumber diberbagai toko buku yang ada di Bandung seperti toko buku Palasari, toko buku di Jalan Dewi Sartika, toko buku Gramedia dan lain-lain.
Untuk menambah sumber penelitian, penulis mengunjungi pusat arsip Dinas Sejarah Militer Angkatan Darat Bandung yang berada dijalan Kalimatan untuk mendapatkan dokumen-dokumen penting mengenai Persit. Adapun penjelasan mengenai penemuan sumber-sumber tersebut penulis paparkan sebagai berikut:
1. Perpustakan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penulis mendapatkan beberapa buku, di antaranya metodologi Sejarah karya Kuntowijoyo, buku karya Amitai Etzioni yang berjudul Organisasi-Organisasi Modern dan
Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan dan Pencapaian karya Vreede.
2. Perpustakaan Batu Api Jatinangor. Penulis melakukan penelusuran yang intensif di Perpustakaan ini, dari awal pencariaan data untuk proposal skripsi Juni 2013 sampai pada saat proses mengerjakan skripsi saat ini, April 2014. Buku-buku yang ada sangat menunjang terhadap kajian yang sedang penulis lakukan, penulis banyak mendapatkan sumber tentang Organiasi perempuan dan kajian mengenai perempuan. Buku-buku yang diperoleh diantaranya adalah: buku Kajian Wanita Dalam Pembangunan Karya T.O Ihromi dan buku Kongres Perempuan Pertama Karya Blackburn.
3. Perpustakaan Nasional di Jakarta. Penulis mengunjungi perpustakaan tersebut pada bulan Februari 2014. di sini penulis menemukan beberapa koran yang mengkaji peranan perempuan, di antaranya: Soeloeh Merdeka (23 Maret 1946) berjudul Peringatan Hari lahir R.A Kartini di Djokdja, Soeloeh Merdeka (23 Maret 1946) berjudul Kaoem Wanita Insaflah Akan
(13)
Wanita Mesti Bersifat Timoer, Soeloeh Merdeka (18 Maret 1946) berjudul Perwari Mengoendjoengi Korban-korban Pertempuran, Soeloeh Merdeka
(12 April 1946) berjudul Kaoem Wanita Harus Mendjadi Kawan Kaoem
Laki-laki, Soeloeh Merdeka (19 Maret 1946) berjudul Boeng Karno: Kita boekan Hanya Menghadapi Moesoeh, Melainkan djoga Penyoesoenan Negara Merdeka Abadi, Soloeh Merdeka (19 Februari 1946) berjudul Wanita dalam laskar Boeroeh, dan Soeloeh Merdeka (21 Maret 1946) berjudul Wanita Indonesia Bersiap.
4. Dinas Sejarah Militer Angkatan Darat di Bandung, penulis mendapatkan dokumen yang terkait dengan organisasi Persit, di antaranya dokumen tahun 1950 Sejarah Singkat Berdirinya Persit, tahun 1951 mengenai Organisasi
Persit dan Kongres-Kongres serta tahun 1972 mengenai Sejarah Persit Kartika Candra Kirana 1945-1950.
5. Pada bulan Agustus 2013 penulis mengunjungi Toko Buku di Jalan Dewi Sartika Bandung, di toko buku ini penulis mendapatkan beberap sumber buku, yaitu buku yang ditulis oleh Dra. Hj. Irna H.N Hadi Soewito yang berjudul Seribu Wajah Wanita Pejuang Dalam Kancah Revolusi 45.
6. Pada bulan September 2013 penulis mengunjungi Toko Buku Palasari Bandung, di toko buku tersebut penulis mendapatkan buku M.C Ricklef mengenai Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Pada bulan yang sama mengunjungi Perpustakaan TNI-AD di Jl. Kalimantan penulis mendapatkan buku yang berjuldul Siliwangi Dari Masa Ke Masa, buku ini sangat penting karena berkaitan dengan perjuangan Divisi Siliwangi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
7. Pada koleksi buku milik pribadi, penulis memiliki beberapa buku yang dapat dijadikan referensi. Buku-buku tersebut di antaranya: Sarinah Kewajiban
Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia Karya Soekarno, buku Ichtisar Sejarah Pergerakan Nasional (1908-1945) karya Margono, serta
(14)
3.3.2 Kritik Sumber
Pada tahap ini penulis berupaya melakukan penilaian dan mengkritisi sumber-sumber yang telah didapatkan dari buku, dokumen, jurnal, internet, maupun sumber tertulis lainnya yang relevan. Dalam hal ini, dilakukan uji keabsahan tentang keaslian (autentisitas) yang dilakukan melalui kritik eksternal, yaitu dengan cara pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang digunakan dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik internal, yaitu dengan pengkajian yang dilakukan terhadap isi dari sumber sejarah tersebut.
3.3.2.1Kritik Eksternal
Kritik eksternal dilakukan guna menilai kelayakan sumber sebelum mengkaji isi sumber. Penulis melakukan kritik eksternal dengan cara melakukan penelusuran dan pengumpulan informasi mengenai penulis sumber sebagai salah satu cara untuk melihat karya-karya atau tulisan lain yang dihasilkannya. Hal tersebut dilakukan, sebagaimana dikatakan Sjamsuddin (2007: 106) bahwa “mengidentifikasi penulis adalah langkah pertama dalam menegakkan otensitas”. Kritik eksternal terhadap sumber tertulis bertujuan untuk melakukan penelitian asal-usul sumber terutama yang berbentuk dokumen. Penulis juga melakukan pemilihan buku-buku yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji. Buku-buku yang digunakan memuat nama penulis buku, penerbit, tahun terbit, dan tempat diterbitkannya buku tersebut.
Dalam skripsi ini, langkah pertama yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan kritik eksternal adalah melakukan kritik terhadap fisik buku itu sendiri. Fisik yang dimaksud adalah dengan melihat tahun terbit buku, apakah buku-buku/dokumen tersebut diterbitkan bertepatan ataukah di luar rentang waktu dari peristiwa yang sedang dikaji. Berdasarkan hasil kritik tersebut, ternyata buku-buku yang digunakan oleh penulis ada yang tergolong kepada sumber primer maupun sumber sekunder. Sumber sekunder contohnya adalah buku karya Sukarno (1963), buku karya Irna H.N Hadi Soewito (2005), buku T.O Ihromi dan lain-lain. Sumber primer dan sekunder tersebut sangat membantu penulis dalam mengkaji berbagai permasalahan yang diajukan.
(15)
Langkah kedua yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan kritik eksternal ini adalah dengan melihat latar belakang penulis buku. Hal itu dilakukan dalam rangka menilai apakah si penulis benar-benar kompeten dibidangnya atau tidak. Contoh kritik eksternal pertama yang berkaitan dengan tahapan ini adalah buku Tapi Omas Ihromi yang lahir di Pematangsiantar 2 April 1930. Ihromi adalah seorang antropolog Indonesia. Pada awal tahun 1960-an Ihromi mendapat kesempatan melanjutkan studinya di Universitas Cornell dan lulus dengan gelar M.A. Ihromi mengambil gelar M.A. di Universitas Harvard dalam bidang studi bahasa-bahasa Semit. Ihromi kemudian mengajar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan kemudian berhasil mendapatkan gelar doktor dalam bidang antropologi hukum pada 1978, dengan menulis disertasi dengan judul "Adat perkawinan Toraja Sa'dan dan tempatnya dalam hukum positip masa kini". Sebagai seorang pakar hukum adat, Ihromi aktif membela kepelbagaian adat-istiadat di Indonesia. Ia berpendapat, penyeragaman hukum di Indonesia seperti yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru hanya akan menimbulkan masalah di masyarakat. Selain itu, Ihromi juga dikenal sebagai seorang pembela kedudukan perempuan dalam masyarakat Indonesia. Bersama-sama dengan sejumlah rekannya Ihromi ikut mendirikan Pusat Kajian Perempuan di Universitas Indonesia pada 1979.
Kritik eksternal kedua penulis lakukan terhadap buku yang ditulis oleh Soekarno (1963). Sukarno lahir di Surabaya 6 Juni 1901. Soekarno merupakan lulusan Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil pada tahun 1921, setelah dua bulan dia meninggalkan kuliah, tetapi pada tahun 1922 mendaftar kembali dan tamat pada tahun 1926. Selain itu Soekarno adalah presiden pertama Indonesia. Mengenai kajian perempuan Soekarno menulis buku yang berjudul Sarinah: Kewajiban
Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia. Jika dilihat dari latar belakang
Soekarno, beliau merupakan tokoh sejaman sehingga mengetahui mengenai peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan RI. Penulis berkeyakinan buku tersebut dapat dipertanggungjawabkan keaslian mengenai data-datanya.
(16)
Berdasarkan hasil kritik eksternal tersebut, penulis berasumsi bahwa karya-karya yang ditulis oleh Ihromi dan Soekarno bisa dipergunakan sebagai sumber untuk mempermudah penulis dalam menjawab berbagai permasalahan dalam skripsi ini, karena kiprah Soekarno maupun Ihromi di bidang penulisan sejarah pergerakan dan sosial di Indonesia tidak diragukan.
3.3.2.2 Kritik Internal
Kritik internal dilakukan terhadap aspek “dalam” yaitu isi dari sumber sejarah. Setelah fakta sejarah ditegakkan melaui kritik eksternal, selanjutnya diadakan evaluasi terhadap sumber tersebut. Melalui kritik internal ini, sejarawan memutuskan tentang kredibilitas sumber tersebut, yakni apakah sumber itu dapat diandalkan atau tidak. Kritik internal untuk sumber tertulis dilakukan penulis dengan melakukan konfirmasi dan membandingkan berbagai informasi dalam suatu sumber dengan sumber yang lain yang membahas masalah yang serupa. Selain itu, penulis juga melakukan proses perbandingan antara sumber yang didapat oleh penulis. Tahap ini bertujuan untuk memilah-milah data dan fakta yang berasal dari sumber primer dan sekunder yang diperoleh sesuai dengan judul penelitian. Dalam melakukan kritik internal, penulis mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penelitian yaitu mengenai organisasi Persatuan Istri Tentara Divisi Siliwangi tahun 1946-1951.
Dalam melakukan kritik internal penulis menganalisis mengenai beberapa data yang diperoleh, seperti mengenai karakteristik organisasi Persit. Terdapat perbedaan pendapat mengenai karakteristik organisasi Persit, antara buku Kajian
Wanita Dalam Pembangunan karangan Ihromi dengan buku Persit Kartika Candra
yang berjudul Untaian Bakti Persit Kartika Candra Kirana 1945- 1982. Dalam bukunya Ihromi menyatakan bahwa organisasi Persit merupakan organisasi yang tidak dapat dipisahkan dari pengaruh laki-laki (TNI), hal itu menyebabkan Persit bukan organisasi perempuan yang mandiri. Sedangkan dalam Persit Kartika Candra, organisasi Persit merupakan organisasi Perempuan yang terbentuk atas dasar inisiatif para istri tentra tanpa ada komando atau perintah dari tentara (laki-laki). Penulis mencoba untuk objektif terhadap perbedaan data tersebut dengan mempertimbangkan beberapa aspek.
(17)
Berdasarkan kritik internal tersebut, penulis mencoba untuk menelaah dan memahami bagaimana integritas buku-buku tersebut dengan cara memandingkannya seperti contoh di atas. Sehingga bisa meminimalisir tingkat subjektivitas penulis buku. Dengan demikian akan diperoleh suatu pemikiran atau pandangan yang objektif dari setiap data atau sumber yang penulis dapatkan.
3.3.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi)
Dalam kaitannya dengan penelitian skripsi yang berjudul Perkembangan Organisasi Persatuan Istri Tentara Divisi Siliwangi (kajian Historis Tahun 1946-1951), interpretasi yang dilakukan adalah menafsirkan fakta-fakta yang sudah diperoleh dari hasil studi literatur. Penulis berusaha memberikan pemaknaan terhadap fakta yang disusun serta dihubungkan kemudian ditafsirkan. Untuk mempertajam analisis terhadap permasalahan yang dikaji, maka pada tahap ini digunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner yang digunakan ialah ilmu sejarah sebagai disiplin ilmu utama dalam mengkaji permasalahan dibantu oleh ilmu-ilmu sosial lainnya seperti budaya (antropologi) dan sosial (sosiologi). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji dan mempermudah dalam proses menafsirkan.
Bantuan ilmu budaya sangatlah membantu dalam penulisan skripsi ini, karena dari ilmu budaya ini penulis dapat mengetahui setereotip masyarakat Indonesia mengenai perempuan yang perannya terbatas. Hal tersebut sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga dengan adanya antropologi ini dapat mempermudah penulis dalam menganalisis hak-hak perempuan dalam masa itu. Selain itu juga ilmu sosial lainya seperti sosiologi sangatlah membantu karena ilmu sosiologi. Dari kedua ilmu tersebut, penulis menggunakan beberapa konsep yaitu organisasi perempuan, emansipasi, dan kongres perempuan. Pemakaian konsep tersebut membantu penulis dalam menjelaskan tentang perkembangan organisasi Persit, sehingga dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dibahas.
Pada tahapan ini penulis berusaha menafsirkan setiap fakta dalam penelitian. Setiap fakta-fakta yang diperoleh dari sumber primer seperti dokumen,
(18)
dibandingkan dan dihubungkan dengan fakta lain yang diperoleh dari sumber sekunder baik dari kajian buku dan jurnal yang relevan dengan penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi sebagian data yang diperoleh tidak mengalami penyimpangan. Setelah fakta-fakta tersebut dapat diterima dan dihubungkan dengan fakta lainnya maka rangkaian fakta tersebut diharapkan dapat menjadi sebuah rekonstruksi yang menggambarkan permasalahan penelitian.
Contoh interpretasi yang dilakukan oleh penulis, yaitu mengenai pemaknaan struktur organisasi Persit yang berbeda antara dokumen, buku serta jurnal. Struktur organisasi Persit yang sesuai dengan TNI AD berdasarkan dokumen dan buku yang dikeluarkan Persit merupakan suatu kewajaran berbeda halnya dengan jurnal yang ditulis Darwin (2004: 289), bahwa struktur tersebut merupakan ciri bahwa perempuan masih di bawah kekuasan laki-laki. Berdasarkan hal tersebut interpretasi penulis adalah menyatakan bahwa struktur organisasi Persit yang sesuai dengan TNI AD merupakan suatu cara organisasi Persit agar para anggotanya dapat aktif berpartisipasi. Penyesuaiaan struktur menuntut istri untuk aktif dan bersikap baik karena membawa nama suami mereka, meskipun hal tersebut pula dapat memberikan dampak negatif. Struktur yang disesuaikan dapat memberikan sedikit membatasi perempuan untuk menentukan kepengurusan berdasarkan potensi pribadi, bukan berdasarkan jabatan suami.
3.3.4 Laporan Hasil Penelitian (Historiografi)
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian yang memaparkan dan melaporkan seluruh hasil penelitian dalam bentuk tertulis. Setelah Fakta-fakta sejarah tersebut disajikan menjadi satu kesatuan tulisan kemudian di susun dalam Setelah sumber-sumber sejarah ditemukan kemudian dianalisis dan ditafsirkan pada tahap interpretasi historiografi (penulisan sejarah). Historiografi akan penulis susun dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dengan judul “Perkembangan Organisasi Persatuan Istri Tentara Divisi Siliwangi (Kajian Historis Tahun 1946-1951)”.
(19)
Penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh menjadi satu kesatuan tulisan sejarah yang utuh, selanjutnya dituangkan dalam sebuah laporan. Penulisan laporan ini dituangkan kedalam bentuk karya ilmiah yang disebut skripsi. Laporan hasil penelitian ini disusun dalam bentuk penulisan dengan jelas dalam gaya bahasa yang sederhana, ilmiah, dan menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar. Sedangkan untuk teknik penulisan, penulis menggunakan sistem Harvard seperti yang berlaku dan telah ditentukan dalam buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI 2013. Skripsi ini disusun untuk kebutuhan studi akademis tingkat sarjana pada jurusan pendidikan sejarah FPIPS UPI, sehingga sistematika yang digunakan sesuai dengan buku penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Sistematika laporan ini dibagi ke dalam lima bab sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang berisi beberapa hal diantaranya latar belakang masalah yang menjadi alasan peneliti mengambil kajian tersebut. Agar kajian ini lebih terarah maka dibuat rumusan masalah. Dalam bab ini dijabarkan tujuan penulisan yang ingin dicapai dari penelitian ini. Penjelasan judul digunakan agar judul yang dimaksud dapat dimengerti.
Bab II Kajian Pustaka, mengemukakan penjelasan beberapa sumber kepustakaan yang menjadi rujukan serta relevan dengan permasalahan yang akan dibahas yaitu, Perkembangan organisasi Persit Divisi Siliwangi dari tahun 1946-1951, Kemudian penulis akan mengemukakan penjelasan mengenai konsep-konsep yang relevan dengan tema yang akan diangkat, serta menyediakan suatu kerangka pemikiran yang mencakup berbagai konsep yang akan dipakai dalam membuat analisis. Masih sedikit yang membahas lengkap sesuai dengan judul yang peneliti angkat, tetapi peneliti menggunakan referensi yang berhubungan dengan kajian yang akan diteliti. Kajian pustaka sangatlah penting dalam suatu karya ilmiah.
Bab III Metode Penelitian, bab ini mengungkap rangkaian kegiatan serta langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini. Adapun langkah-langkah tersebut adalah pertama, persiapan penelitian yang terdiri dari pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian dan
(20)
proses bimbingan. Kedua adalah pelaksanaan penelitian serta melakukan kritik sumber baik internal maupun eksternal. Ketiga penafsiran atau interpretasi dari fakta-fakta yang telah dikumpulkan dan terakhir melaporkan hasil penelitian dalam bentuk tulisan atau yang disebut historiografi.
Bab IV Persatuan Istri Tentara Divisi Siliwangi Tahun 1946-1951, bab ini menguraikan penjelasan hasil penelitian berhubungan dengan perkembangan organisasi Persit Divisi Siliwangi. Pembahasannya mencakup latar belakang terbentuknya Persit Divisi Siliwangi, kegiatan-kegiatan organisasi Persit selama perang kemerdekaan, upaya-upaya yang dilakukan oleh organisasi Persit untuk menjaga eksistensi lembaganya. Pembahasan dalam bab ini ditulis berdasarkan sumber yang diperoleh penulis dari kajian terhadap sumber tertulis dan hasil wawancara.
Bab V Simpulan dan Saran, dalam bab ini diuraikan mengenai simpulan dan saran yang merupakan keseluruhan hasil penafsiran peneliti terhadap penelitian yang telah dilakukan. Bab ini merupakan akhir dari penulisan skripsi yang berisi mengenai nilai-nilai penting dari setiap jawaban atas permasalahan yang terdapat dalam penelitian.
(21)
Perkembangan Organisasi Persatuan Istri Tentara Divisi Siliwangi (Kajian Historis Dari Tahun 1946-1951). Simpulan yang akan dipaparkan merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikemukakan oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Dalam bab ini juga akan memuat saran (rekomendasi) yang dapat digunakan oleh para pembaca.
5.1 Simpulan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta tidak membuat suasana aman dan damai dalam negeri tercapai begitu saja, bangsa Indonesia mempunyai tanggung jawab baru yakni mempertahankan kemerdekaan tersebut. Hal itu karena Belanda ingin kembali menanamkan kekuasaannya di Indonesia. Situasi demikian mendorong bangsa Indonesia untuk segera menyusun suatu badan keamanan negara yang dikenal dengan sebutan Tentara Nasional Indonesia. Di samping terbentuknya tentara nasional juga banyak bermunculan berbagai badan perjuangan termasuk salah satunya organisasi Persatuan Istri Tentara (Persit) Divisi Siliwangi. Organisasi tersebut merupakan suatu organisasi yang muncul ketika bangsa Indonesia sedang mempertahankan kemerdekaannya. Latar belakang terbentuknya, yaitu situasi perang kemerdekaan yang sangat memprihatinkan terutama keadaan para pejuang baik secara moral maupun moril. Keadaan tersebut mendorong munculnya organisasi Persit yang bertujuan untuk membantu tentara ataupun badan perjuangan lainnya dalam mempertahankan kemerdekaan RI.
Secara kronologis organiasi Persit Divisi Siliwangi yang muncul di Purwakarta merupakan organisasi pertama yang menghimpun para istri tentara angkatan darat. Terbentuknya organisasi Persit tersebut mendorong munculnya beberapa organisasi istri tentara di daerah lainnya dengan nama yang berbeda-beda. Hal tersebut mengakibatkan organisasi Persit Divisi Siliwangi yang
(22)
terbentuk di daerah Purwakarta menjadi cikal bakal organisasi Persit seindonesia, maka tanggal lahirnya Persit nasional disesuaikan dengan Persit Divisi Siliwangi yang berasal dari Purwakarta.
Dalam mewujudkan tujuan organisasi para anggota Persit Divisi Siliwangi mewujudkanya dalam beberapa kegiatan selama perang kemerdekaan RI. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan suatu kegiatan di bidang sosial yang bertujuan untuk membantu para tentara dan badan perjuangan lainnya. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari bidang kesehatan, dapur umum, kurir surat, serta sebagian anggota ikut serta dalam hijrah maupun long march. Keikut sertaan anggota Persit Divisi Siliwangi dalam hijrah maupun long march menjadi suatu hal yang menarik, karena peristiwa tersebut tidak dialami oleh seluruh Persit di Indonesia hanya Persit Divisi Siliwangi saja.
Kedaulatan RI yang diakui oleh Belanda menandakan perang kemerdekaan berakhir, namun organisasi Persit Divisi Siliwangi tidak begitu saja membubarkan diri. Meskipun tujuan awal terbentuknya untuk membantu para tentara dan badan perjuangan lainnya selama perang kemerdekaan tetapi setelah itu justru organiasasi Persit menghimpun dan mengkonsolidasikan kembali organisasinya. Melalui Kongres Nasional I tahun 1950 di Semarang organisasi Persit menyusun organisasinya, berbagai hasil diputuskan dalam kongres tersebut baik dalam bidang organisasi, pendidikan serta sosial. Salah satu hasil Kongres I yang menarik yaitu susunan organisasi Persit disesuaikan dengan susunan TNI AD. Hal tersebut mengakibatkan organisasi Persit yang merupakan organisasi perempuan memiliki ciri khusus dari organisasi perempuan lainnya.
Kongres nasional Persit selanjutnya dilaksanakan pada tahun 1951 di Bandung. Kongres ini menjadikan Persit Divisi Siliwangi sebagai tuan rumah dan kongres menghasilkan berbagi keputusasan yang secara umum tidak jauh berbeda dengan hasil dari Kongres I. Hal yang menarik dari hasil Kongres II yaitu bergabungnya Persit dalam wadah organisasi perempuan saat itu, yaitu Kongres Wanita Indonesia (KOWANI). Bergabungnya Persit dengan organisasi tersebut menunjukan bahwa Persit sebagai organisasi perempuan mampu berinteraksi dan menjalin kerjasama dengan organisasi perempuan lainnya. Kongres nasional I dan
(23)
II yang diselenggarakan Persit menunjukkan usaaha-usaha yang dilakukan oleh para anggotanya untuk tetap menjaga eksistensi organisasi Persit. Pelaksanaan kedua kongres nasional tersebut tidak lepas dari tokoh-tokoh yang berasal dari Persit Divisi Siliwangi seperti Ny Ratu Aminah dan Ny Nasution.
Organisasi Persit mengalami perkembangan dari awal pembentukan hingga kongres kedua. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek seperti, dari segi kepengurusan tersebih terstruktur, program kerja lebih jelas dan tujuannya lebih luas, keanggotaan semakin bertambah karena mulai banyak terbentuk organisasi Persit cabang dan ranting. Pembentukan organisasi Persit khususnya di Jawa Barat menimbulkan rasa dengan semangat tinggi, keberanian dan persatuan, perjuangan mempertahankan kemerdekaan itu akan berhasil dicapai. Perang kemerdekaan RI memberikan peluang yang besar untuk kaum perempuan menyalurkan aspirasi dan tenaganya bagi kepentingan bersama (bangsa).
5.2 Saran
Terungkapnya peranan dan upaya organisasi Persit Divisi Siliwangi ini diharapkan akan menimbulkan kesadaran dan potensi juang bagi generasi muda sekarang, karena dengan mempelajari sejarah dapat membangkitkan rasa cinta Tanah Air. Tulisan ini dapat dijadikan sumber bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai organisasi perempuan khususnya Persit Divisi Siliwangi. Nilai-nilai karakter yang ada dalam sebuah organisasi ataupun tokoh-tokoh yang terdapat di dalamnya semoga dapat dijadikan pembelajaran bagi mahasiswa sebagai calon guru Pendidikan Ilmu Sosial, khususnya untuk mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah agar menjadikan salah satu referensi dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah (siswa). Adapun nilai-nilai karakter yang terdapat dalam tulisan ini, yaitu kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, semangat kebangsaan, bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan dan peduli sosial dan cinta tanah air.
(24)
Anderson, B.(1988). Revolusi Pemeoda: Pendudukan Jepang Dan Perlawanan Di
Jawa 1944-1946. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Blackburn, S. (2007) Kongres Perempuan Pertama. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Dinas Sejarah TNI AD. (1977). Almanak Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Darat 1945-1973 Jilid B. Bandung: Dinas Sejarah TNI AD
Dirdjosisworo, S. (1994). Siliwangi Dari Masa Ke Masa Edisi Ke III Esa Hilang
Dua Terbilang Buku Ke I (1946-1949). Bandung: Granesia.
Gandadiputra, P. (1985). Peranan Wanita Dari Abad Ke Abad. Jakarta: UI-Press. Ibrahim, M.D. (1966). Perempuan Indonesia Pemimpin Masa Depan Mengapa
Tidak?. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Ihromi, T.O. (1995). Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Imran, A. et al. (1971). Sedjarah Perkembangan Angkatan Darat. Departemen Pertahanan-Keamanan Pusat Sedjarah ABRI.
Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu Dan Wahana
Pendidikan. Bandung: Historia Utama press.
Kartodirjo, S. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Margono. (1971). Ichtisar Sejarah Pergerakan Nasional (1908-1945). Jakarta: Seri Teks Book Sejarah ABRI.
Markas Besar Legiun Veteran RI. (1982). Bunga Rampai Perjuangan Dan
Pengorbanan. Jakarta: Markas Besar Legiun Veteran RI.
Mosse, J. C. (1996). Gender Dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nasution, A.H. (1978a). Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid 7 Periode
(25)
Nasution, A.H. (1978b). Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid 9 Periode
Angresi Militer Belanda II. Bandung: DISJARAH-AD dan Angkasa.
Persit Kartika Candra Kirana. (1972). Sejarah Persit Kartika Candra Kirana
1945-1950. Bandung: Disjarah AD.
Persit Kartika Candra Kirana. (1983). Untaian Bakti Persit Kartika Candra
Kirana 1945- 1982. Jakarta.
Poesponegoro, M. D dan Notosusanto, N. (2008). Sejarah Nasional Indonesia
(Zaman Jepang Dan Zaman Republik). Jakarta: Balai Pustaka.
Pringgodigdo, A.K. (1986). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Ricklefs, M.C. (2010). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. Savta, S. A. (2009). Kenali PMI. Jakarta: Palang Merah Indonesia.
Sekretariat Negara Republik Indonesia. (1995). Risalah Sidang Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Jakarta: Sekertariat Negara
Republik Indonesia.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Soetanto, H. (2007). Long March Siliwangi. Jakarta: Kata Hasta Pustaka.
Soewito, I. H. N (2005). Seribu Wajah Wanita Perjuangan Dalam Kancah
Revolusi ‘45”. Jakarta: Yayasan Wirawati Catur Panca.
Sudarwati, L. (2003). Wanita dan Struktur Sosial (Suatu Analisa Tentang Peran
Ganda Wanita Indonesia). USU Digytal Library
Sukarno. (1963). Sarinah: Kewajiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik
Indonesia. Panitia Penerbit Buku-buku karangan Presiden Sukarno.
Sukarno. (1964). Dibawah Bendera Revolusi (Djilid Pertama Cetakan Ketiga). Jakarta: Panitia Penerbit Dibawah Bendera Revolusi.
Suryochondro, S. (1995). Timbulnya Dan Perkembangan Gerakan Wanita Di
Indonesia, dalam kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
(26)
Utami, M. (1985). Emansipasi Dan Peranan Ganda Wanita Indonesia Suatu
Tinjauan Psikologi, dalam Peranan Wanita Dari Abad Ke Abad. Jakarta:
UI-Press.
Vreede, C. (terjemahan Elvira Rosa, Paramita Ayuningtyas dan Dewi Istiani). (2008). Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan Dan Pencapaian. Jakarta: Komunitas Bambu.
Weirenga, S. (1999). Penghancur Gerakan Perempuan Di Indonesia. Jakarta: Garba Budaya.
Sumber Dokumen:
Disjarahad. (1951). Organisasi Persit Dan Kongres-Kongres. Bab III
Disjarahad. (1960). Untuk Menyongsong Hari Angkatan Perang Indonesia. Bandung.
Persit Kartika Candra Kirana. (1950). Sejarah Singkat Berdirinya Persit.
Sumber Koran:
Soeloeh Merdeka, 18 Maret 1946. Perwari Mengoendjoengi Korban-Korban
Pertempuran.
Soeloeh Merdeka, 19 Maret 1946. Boeng Karno: Kita Boekan Hanya Menghadapi
Moesoeh, Melainkan Djoga Penyoesoenan Negara Merdeka Abadi.
Soeloeh Merdeka, 21 Maret 1946. Wanita Indonesia Bersiap.
Soeloeh Merdeka, 23 Maret 1946. Peringatan Hari Lahir R.A Kartini Di Djokdja,
Kaoem Wanita Insaflah Akan Kewadjibanmu, Emansipasi Wanita Mesti Bersifat Timoer.
Soeloeh Merdeka, 12 April 1946. Kaoem Wanita Harus Mendjadi Kawan Kaoem
Laki-Laki.
Sumber Jurnal:
Darwin, M. (2004). Gerakan Perempuan Di Indonesia Dari Masa Ke Masa. Jurnal
(27)
Dirapradja, I. M. (2007). Kedudukan Dan Peranan Wanita Sunda Pada Abad Ke XX: Studi Tentang Pola Pikir Aktivitas Dan Pola Hidup. Jurnal Historia:
Journal of Historical Studies, VIII (1), hlm. 17-30.
Wulan, T. R. (2008). Pemetaan Gerakan Perempuan Di Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Penguatan Public Sphere Di Pedesaan. Jurnal Studi
Gender Dan Anak Yin Yang, 3 (1), hlm 120-139.
Sumber Skripsi
Hidayat, M.A. (2012). Kiprah Abdul Haris Nasution Dalam Politik Dan
Perkembangan Militer Angkatan Darat Di Indonesia (1945-1966).
(Skripsi). FIS, Universitas Negeri Yogyakarta. (tidak diterbitkan).
Humaeroh, I. (2012). Peranan Kowani Pada Masa Orde Lama Dan Orde Baru
(Studi Perbandingan Pola Gerakan Perempuan Di Indonesia). (Skripsi)
FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia. (tidak diterbitkan).
Mirawati, I. (1984). Kongres Perempuan Indonesia I Di Yogyakarta: Tanggal
(1)
Anita Megamarinti, 2014
PERKEMBANGAN ORGANISASI PERSATUAN ISTRI TENTARA DIVISI SILIWANGI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terbentuk di daerah Purwakarta menjadi cikal bakal organisasi Persit seindonesia, maka tanggal lahirnya Persit nasional disesuaikan dengan Persit Divisi Siliwangi yang berasal dari Purwakarta.
Dalam mewujudkan tujuan organisasi para anggota Persit Divisi Siliwangi mewujudkanya dalam beberapa kegiatan selama perang kemerdekaan RI. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan suatu kegiatan di bidang sosial yang bertujuan untuk membantu para tentara dan badan perjuangan lainnya. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari bidang kesehatan, dapur umum, kurir surat, serta sebagian anggota ikut serta dalam hijrah maupun long march. Keikut sertaan anggota Persit Divisi Siliwangi dalam hijrah maupun long march menjadi suatu hal yang menarik, karena peristiwa tersebut tidak dialami oleh seluruh Persit di Indonesia hanya Persit Divisi Siliwangi saja.
Kedaulatan RI yang diakui oleh Belanda menandakan perang kemerdekaan berakhir, namun organisasi Persit Divisi Siliwangi tidak begitu saja membubarkan diri. Meskipun tujuan awal terbentuknya untuk membantu para tentara dan badan perjuangan lainnya selama perang kemerdekaan tetapi setelah itu justru organiasasi Persit menghimpun dan mengkonsolidasikan kembali organisasinya. Melalui Kongres Nasional I tahun 1950 di Semarang organisasi Persit menyusun organisasinya, berbagai hasil diputuskan dalam kongres tersebut baik dalam bidang organisasi, pendidikan serta sosial. Salah satu hasil Kongres I yang menarik yaitu susunan organisasi Persit disesuaikan dengan susunan TNI AD. Hal tersebut mengakibatkan organisasi Persit yang merupakan organisasi perempuan memiliki ciri khusus dari organisasi perempuan lainnya.
Kongres nasional Persit selanjutnya dilaksanakan pada tahun 1951 di Bandung. Kongres ini menjadikan Persit Divisi Siliwangi sebagai tuan rumah dan kongres menghasilkan berbagi keputusasan yang secara umum tidak jauh berbeda dengan hasil dari Kongres I. Hal yang menarik dari hasil Kongres II yaitu bergabungnya Persit dalam wadah organisasi perempuan saat itu, yaitu Kongres Wanita Indonesia (KOWANI). Bergabungnya Persit dengan organisasi tersebut menunjukan bahwa Persit sebagai organisasi perempuan mampu berinteraksi dan menjalin kerjasama dengan organisasi perempuan lainnya. Kongres nasional I dan
(2)
108
Anita Megamarinti, 2014
PERKEMBANGAN ORGANISASI PERSATUAN ISTRI TENTARA DIVISI SILIWANGI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
II yang diselenggarakan Persit menunjukkan usaaha-usaha yang dilakukan oleh para anggotanya untuk tetap menjaga eksistensi organisasi Persit. Pelaksanaan kedua kongres nasional tersebut tidak lepas dari tokoh-tokoh yang berasal dari Persit Divisi Siliwangi seperti Ny Ratu Aminah dan Ny Nasution.
Organisasi Persit mengalami perkembangan dari awal pembentukan hingga kongres kedua. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek seperti, dari segi kepengurusan tersebih terstruktur, program kerja lebih jelas dan tujuannya lebih luas, keanggotaan semakin bertambah karena mulai banyak terbentuk organisasi Persit cabang dan ranting. Pembentukan organisasi Persit khususnya di Jawa Barat menimbulkan rasa dengan semangat tinggi, keberanian dan persatuan, perjuangan mempertahankan kemerdekaan itu akan berhasil dicapai. Perang kemerdekaan RI memberikan peluang yang besar untuk kaum perempuan menyalurkan aspirasi dan tenaganya bagi kepentingan bersama (bangsa).
5.2 Saran
Terungkapnya peranan dan upaya organisasi Persit Divisi Siliwangi ini diharapkan akan menimbulkan kesadaran dan potensi juang bagi generasi muda sekarang, karena dengan mempelajari sejarah dapat membangkitkan rasa cinta Tanah Air. Tulisan ini dapat dijadikan sumber bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai organisasi perempuan khususnya Persit Divisi Siliwangi. Nilai-nilai karakter yang ada dalam sebuah organisasi ataupun tokoh-tokoh yang terdapat di dalamnya semoga dapat dijadikan pembelajaran bagi mahasiswa sebagai calon guru Pendidikan Ilmu Sosial, khususnya untuk mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah agar menjadikan salah satu referensi dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah (siswa). Adapun nilai-nilai karakter yang terdapat dalam tulisan ini, yaitu kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, semangat kebangsaan, bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan dan peduli sosial dan cinta tanah air.
(3)
Anita Megamarinti, 2014
PERKEMBANGAN ORGANISASI PERSATUAN ISTRI TENTARA DIVISI SILIWANGI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Anderson, B.(1988). Revolusi Pemeoda: Pendudukan Jepang Dan Perlawanan Di Jawa 1944-1946. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Blackburn, S. (2007) Kongres Perempuan Pertama. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Dinas Sejarah TNI AD. (1977). Almanak Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat 1945-1973 Jilid B. Bandung: Dinas Sejarah TNI AD
Dirdjosisworo, S. (1994). Siliwangi Dari Masa Ke Masa Edisi Ke III Esa Hilang Dua Terbilang Buku Ke I (1946-1949). Bandung: Granesia.
Gandadiputra, P. (1985). Peranan Wanita Dari Abad Ke Abad. Jakarta: UI-Press. Ibrahim, M.D. (1966). Perempuan Indonesia Pemimpin Masa Depan Mengapa
Tidak?. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Ihromi, T.O. (1995). Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Imran, A. et al. (1971). Sedjarah Perkembangan Angkatan Darat. Departemen Pertahanan-Keamanan Pusat Sedjarah ABRI.
Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu Dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama press.
Kartodirjo, S. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Margono. (1971). Ichtisar Sejarah Pergerakan Nasional (1908-1945). Jakarta: Seri Teks Book Sejarah ABRI.
Markas Besar Legiun Veteran RI. (1982). Bunga Rampai Perjuangan Dan Pengorbanan. Jakarta: Markas Besar Legiun Veteran RI.
Mosse, J. C. (1996). Gender Dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nasution, A.H. (1978a). Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid 7 Periode
(4)
110
Anita Megamarinti, 2014
PERKEMBANGAN ORGANISASI PERSATUAN ISTRI TENTARA DIVISI SILIWANGI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nasution, A.H. (1978b). Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid 9 Periode Angresi Militer Belanda II. Bandung: DISJARAH-AD dan Angkasa.
Persit Kartika Candra Kirana. (1972). Sejarah Persit Kartika Candra Kirana 1945-1950. Bandung: Disjarah AD.
Persit Kartika Candra Kirana. (1983). Untaian Bakti Persit Kartika Candra Kirana 1945- 1982. Jakarta.
Poesponegoro, M. D dan Notosusanto, N. (2008). Sejarah Nasional Indonesia (Zaman Jepang Dan Zaman Republik). Jakarta: Balai Pustaka.
Pringgodigdo, A.K. (1986). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Ricklefs, M.C. (2010). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. Savta, S. A. (2009). Kenali PMI. Jakarta: Palang Merah Indonesia.
Sekretariat Negara Republik Indonesia. (1995). Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Jakarta: Sekertariat Negara Republik Indonesia.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Soetanto, H. (2007). Long March Siliwangi. Jakarta: Kata Hasta Pustaka.
Soewito, I. H. N (2005). Seribu Wajah Wanita Perjuangan Dalam Kancah Revolusi ‘45”. Jakarta: Yayasan Wirawati Catur Panca.
Sudarwati, L. (2003). Wanita dan Struktur Sosial (Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia). USU Digytal Library
Sukarno. (1963). Sarinah: Kewajiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia. Panitia Penerbit Buku-buku karangan Presiden Sukarno.
Sukarno. (1964). Dibawah Bendera Revolusi (Djilid Pertama Cetakan Ketiga). Jakarta: Panitia Penerbit Dibawah Bendera Revolusi.
Suryochondro, S. (1995). Timbulnya Dan Perkembangan Gerakan Wanita Di Indonesia, dalam kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
(5)
Anita Megamarinti, 2014
PERKEMBANGAN ORGANISASI PERSATUAN ISTRI TENTARA DIVISI SILIWANGI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Utami, M. (1985). Emansipasi Dan Peranan Ganda Wanita Indonesia Suatu Tinjauan Psikologi, dalam Peranan Wanita Dari Abad Ke Abad. Jakarta: UI-Press.
Vreede, C. (terjemahan Elvira Rosa, Paramita Ayuningtyas dan Dewi Istiani). (2008). Sejarah Perempuan Indonesia Gerakan Dan Pencapaian. Jakarta: Komunitas Bambu.
Weirenga, S. (1999). Penghancur Gerakan Perempuan Di Indonesia. Jakarta: Garba Budaya.
Sumber Dokumen:
Disjarahad. (1951). Organisasi Persit Dan Kongres-Kongres. Bab III
Disjarahad. (1960). Untuk Menyongsong Hari Angkatan Perang Indonesia. Bandung.
Persit Kartika Candra Kirana. (1950). Sejarah Singkat Berdirinya Persit.
Sumber Koran:
Soeloeh Merdeka, 18 Maret 1946. Perwari Mengoendjoengi Korban-Korban Pertempuran.
Soeloeh Merdeka, 19 Maret 1946. Boeng Karno: Kita Boekan Hanya Menghadapi Moesoeh, Melainkan Djoga Penyoesoenan Negara Merdeka Abadi.
Soeloeh Merdeka, 21 Maret 1946. Wanita Indonesia Bersiap.
Soeloeh Merdeka, 23 Maret 1946. Peringatan Hari Lahir R.A Kartini Di Djokdja, Kaoem Wanita Insaflah Akan Kewadjibanmu, Emansipasi Wanita Mesti Bersifat Timoer.
Soeloeh Merdeka, 12 April 1946. Kaoem Wanita Harus Mendjadi Kawan Kaoem Laki-Laki.
Sumber Jurnal:
Darwin, M. (2004). Gerakan Perempuan Di Indonesia Dari Masa Ke Masa. Jurnal Ilmu Sosial Dan Politik, 7 (3), hlm. 283-294.
(6)
112
Anita Megamarinti, 2014
PERKEMBANGAN ORGANISASI PERSATUAN ISTRI TENTARA DIVISI SILIWANGI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dirapradja, I. M. (2007). Kedudukan Dan Peranan Wanita Sunda Pada Abad Ke XX: Studi Tentang Pola Pikir Aktivitas Dan Pola Hidup. Jurnal Historia: Journal of Historical Studies, VIII (1), hlm. 17-30.
Wulan, T. R. (2008). Pemetaan Gerakan Perempuan Di Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Penguatan Public Sphere Di Pedesaan. Jurnal Studi Gender Dan Anak Yin Yang, 3 (1), hlm 120-139.
Sumber Skripsi
Hidayat, M.A. (2012). Kiprah Abdul Haris Nasution Dalam Politik Dan Perkembangan Militer Angkatan Darat Di Indonesia (1945-1966). (Skripsi). FIS, Universitas Negeri Yogyakarta. (tidak diterbitkan).
Humaeroh, I. (2012). Peranan Kowani Pada Masa Orde Lama Dan Orde Baru (Studi Perbandingan Pola Gerakan Perempuan Di Indonesia). (Skripsi) FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia. (tidak diterbitkan).
Mirawati, I. (1984). Kongres Perempuan Indonesia I Di Yogyakarta: Tanggal 22-25 Desember 1928. (Skripsi). FSUI Jakarta. (tidak diterbitkan).