PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG.

(1)

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE

ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5

KOTA SERANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

DWI FAUZIYAH 0903848

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SERANG


(2)

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA

MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI

KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA

SERANG

Oleh Dwi Fauziyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Dwi Fauziyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis. LEMBAR PENGESAHAN

DWI FAUZIYAH 0903848

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE–PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5

KOTA SERANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Drs. H. Herli Salim, M. Ed., Ph. D. NIP. 19591022 198503 1 008


(4)

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG


(5)

vi

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Dwi Fauziyah (2013). Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Metode Role-Playing di Kelas IV SDN Panancangan 5 Kota Serang.

Penelitian ini dilatarbelakangi berdasarkan hasil pengamatan terlebih dahulu yang menunjukkan masih banyaknya siswa yang kurang percaya diri serta belum berani untuk berbicara mengeluarkan pendapatnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam konsep berbicara. Adapun rumusan masalahnya tentang langkah-langkah, proses, hasil penelitian serta implikasi penggunaan metode Role-Playing dalam meningkatkan konsep bercerita. Kajian pustaka yang peneliti lakukan mengindikasikan bahwa keterampilan berbicara pada konsep bercerita yang digunakan sebagai penghubung dengan metode Role-Playing dapat meningkatkan kemampuan aktifitas siswa, karena dengan bercerita kemampuan bermain peran siswa dapat dikembangkan pada kemampuan afektif, kognitif dan psikomotoriknya. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas model Kurt Lewin dengan menerapkan dua siklus. Data diperoleh dengan cara wawancara kepada guru dan mengobservasi siswa langsung dari jumlah siswa penelitian 32 orang dan berlangsung di kelas IV SDN Panancangan 5 Kota Serang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode

Role-Playing dapat meningkatkan hasil berbicara siswa dalam konsep bercerita. Hal ini tercermin dengan adanya peningkatan dari tiap siklus. Dengan hasil pada Pra siklus sebesar 56,65. Siklus I sebesar 64,04 dan Siklus II sebesar 72,03. Akhirnya kesimpulan yang didapat pada penelitian ini yaitu dengan pembelajaran bermain peran, membuat siswa bisa lebih meningkatkan percaya diri dan semangat dalam pembelajaran. peneliti memberikan rekomendasi kepada para guru untuk selalu memberikan motivasi kepada siswa serta bisa memilih metode yang baik seperti konsep metode Role-playing yang mengajarkan siswa langsung berperan dalam pembelajarannya. Diharapkan kepada Kepala Sekolah yang berperan sangat penting dan selaku pemimpin bisa mengarahkan proses pengajaran guru kepada anak muridnya dengan menggunakan metode yang baik dan benar.


(6)

vii

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Definisi Operasional ... 4

F. Metode Penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORI, KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori……….…….. 6

1. Metode Pembelajaran..……….……… .. 6

2. Metode Role-playing ... 7

3. Kemampuan Berbicara ... 8

4. Kemampuan Bercerita………... ... 9

a. Pengertian Bercerita……… ... 9

b. Keterampilan Bercerita………..……. .. 10


(7)

viii

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Manfaat Bercerita……….… ... 13

e. Faktor Penunjang dan Penghambat Bercerita…………... 13

f. Langkah-langkah Bercerita ... 14

g. Pembelajaran Bercerita ... 15

h. Penilaian Keterampilan Bercerita ... 16

5. Penerapan Metode Role-playing ... 17

B. Kajian Hasil Penelitian ……… ... 17

C. Kerangka Berfikir ... 19

D. Hipotesis Tindakan……….………… ... 19

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode dan Teknik Penelitian ... 20

1. Metode PTK ... 20

2. Langkah PTK ... 23

a. Pra Siklus ... 26

b. Siklus I ... 27

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 28

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 29

B. Pengolahan Hasil Penelitian ... 37

C. Jawaban Hipotesis ... 40

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 41

B. Rekomendasi ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

ix

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR


(9)

x

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

1. Diagram 4.1 Rekavitulasi Pra Siklus ke Siklus I ... 38 2. Diagram 4.2 Rekavitulasi Siklus I ke Siklus II ... 38


(10)

xi

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Tabel Tabel Nilai Hasil Siswa ... 44

Lampiran Foto Foto Aktivitas Siswa ... 62

Lampiran RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 66

Lampiran Surat Keputusan ... 71

Lampiran Surat Izin Observasi... 72

Lampiran Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 73


(11)

1

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru memegang peranan penting dalam sistem dan proses pendidikan. Para siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik. Kendatipun dewasa ini konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) telah banyak dikumandangkan dan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar disekolah, namun guru tetap menempati kedudukan tersendiri. Pada hakikatnya para siswa hanya mungkin belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan lingkungan positif bagi mereka untuk belajar.

Guru pun harus bisa memberikan motivasi kepada siswanya agar mereka bisa terus berkembang dalam pendidikannya. Di dalam GBHN, Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sebagai seorang guru profesional yang diberi kebebasan untuk mengembangkan kreatifitasnya, dituntut agar mampu menentukan strategi pembelajaran yang tepat supaya hasil belajar maksimal dan menjadi pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa (Ahmadi, 2003:70).

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti secara langsung, peneliti memperoleh gambaran bahwa masih banyak guru yang dalam penyampaian materi pembelajaran khusunya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia cenderung monoton dan kaku seolah-olah guru adalah sumber materi, sehingga kreatifitas siswa terbatasi dan hal tersebut terus berulang yang akhirnya menjadi sebuah kebiasaan dalam pembelajaran. Pada konsep bercerita sangat mudah dilakukan apabila guru memberikan pengajaran dengan menggunakan metode yang tepat.Dengan memberikan kebebasan siswa untuk berperan langsung dalam pembelajaran bisa memberikan motivasi belajar siswa lebih efektif dan efisien sehingga siswa bisa dapat langsung menerima konsep pembelajaranya. Sedangkan yang banyak dilakukan guru sekarang yaitu kurangnya akan pengetahuan tentang


(12)

2

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode pembelajaran yang berkembang, mereka masih banyak menggunakan metode ceramah yang pada konsep pembelajarannya hanya berpusat pada guru tersebut.

Akhirnya, setelah peneliti berdiskusi dengan guru kelas, peneliti mendapatkan data yang menyatakan bahwa kurangnya kemampuan siswa dalam berbicara. Siswa kerap sekali sulit untuk mengeluarkan pendapatnya dari apa yang mereka peroleh. Berbicara adalah hal yang paling penting untuk seseorang berkomunikasi dengan orang lain, bagaimana seseorang itu dapat mengerti sedangkan kita tidak pernah berkomunikasi yang jelas dan tepat.

Peneliti bermaksud untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbicara dengan menggunakan konsep bercerita melalui metode Role-Playing. Karena dengan cara bercerita siswa bisa meningkatkan kemampuan verbal, menambah pengetahuan, membentuk pribadi dan moral siswa, merangsang anak untuk menyimak dan menulis cerita itu sendiri. Maka itu diperlukan juga keterampilan-keterampilan bercerita seperti ketepatan tatabahasa sehingga hubungan antar kata dan kalimat menjadi jelas, perlunya kelancaran dalam menyampaikan antar kalimat agar pendengar cerita dapat mudah memahami maksud pencerita.

Menurut Uno metode Role-Playing dalam kemampuan berbicara.

‘Dengan menggunakan metode Role-Playing dapat meningkatkan kemampuan berbahasa lisan (Berbicara) dengan cara bercerita pada siswa, karena metode ini menuntut siswa untuk dapat berinteraksi langsung dengan pesan dari materi yang disampaikan guru. Biasanya, siswa memainkan peran yang berbeda-beda dalam situasi tertentu dan secara spontan memainkan peran sesuai dengan situasi atau kasus yang diberikan.Melalui kegiatan ini memungkinkan siswa untuk melakukan analisa dan memecahkan masalah’(2012:100).

Maka dari itu, dengan menggunakan metode Role-playing, dan ketika siswa memainkan peran secara langsung dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa itu sendiri, sehingga siswa bisa lebih aktif dalam berbicara.


(13)

3

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian tentang Penerapan Metode Role-Playing dalam Kemampuan Bercerita di Kelas IV SDN Panancangan 5 Kota Serang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana langkah–langkah penggunaan metode Role-Playing dapat diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dikelas IV SDN Panancangan 5?

2. Bagaimana metode Role-Playing dapat meningkatkan kemampuan bercerita dikelas IV SDN Panancangan 5?

3. Implikasi apa yang dapat diberikan oleh hasil penelitian ini untuk meningkatkan pembelajaran bercerita?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Role Playing diterapkan pada pelajaran bahasa Indonesia dikelas IV SDN Panancangan 5.

2. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bercerita dengan menggunakan metode Role Playing pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SDN Panancangan 5.

3. Untuk mendapatkan peningkatan pada hasil pembelajaran bercerita dalam kemampuan aktifitas siswa.

D. Manfaat Penelitian


(14)

4

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dalam menerapkan teknik bahasa dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran berbicara dalam konsep bercerita serta dapat mengetahui tingkat keberhasilan

2. Bagi Guru

a. Dapat membantu dalam meningkatkan pembelajaran berbicara dalam konsep bercerita pada siswa dimasa yang akan datang.

b. Dapat membantu guru untuk menentukan suatu teknik yang kreatif yang menunjang keberhasilan pembelajaran, mampu menarik perhatian dan minat bakat siswa.

3. Bagi Siswa

Dari hasil penelitian ini siswa diharapkan memiliki kemampuan bercerita pada pembelajaran berbicara dengan baik dan terampil dalam menciptakan karya sastra khususnya cerita.

E. Definisi Operasional

Berdasarkan permasalahan yang terjadi diperoleh suatu bentuk judul yang bila didefinisikan secara operasional adalah sebagai berikut:

1. Berbicara

Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang didahului oleh keterampilan menyimak, pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Sebelum matang dalam perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan berbahasa yang diungkap Rachmat (dalam Hamalik, 2012:282).


(15)

5

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tarigan (dalam Rahayu, 2003:9) menyatakan bahwa bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dikatakan demikian karena bercerita termasuk dalam situasi informatif yang ingin membuat pengertian-pengertian atau makna-makna menjadi jelas. Dengan bercerita, seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dibaca dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan pengalaman yang diperolehnya.

3. Metode Role-Playing

Hamalik (2009:199) mengungkapkan bahwa bermain peran atau sosio drama adalah suatu jenis teknik simulasi yang umumnya digunakan untuk pendidikan sosial dan hubungan antar insani. Bermain adalah sebuah proses belajar melalui bermain peran yang dapat mengembangkan pemahaman dan identifikasi terhadap nilai. Siswa dalam bermain peran menempatkan diri pada posisi orang lain, apabila ia menghayati peran itu ia akan dapat memahami tidak saja apa yang telah dilakukan orang tersebut. Dengan memegang peran tersebut ia juga dapat memahami mengapa suatu tindakan harus dilakukan, nilai apa yang mendasari pertimbangan tindakan tersebut dan bagaimana orang yang dilakoni itu menghadapi situasi tertentu.

Hasan (dalam Supriatna, 2007:159) menjelaskan bahwa bermain adalah suatu proses belajar dimana siswa melakukan sesuatu yang dilakukan orang lain. Dalam proses ini yang paling penting adalah siswa mencoba berpikir, berperasaan, dan bertindak bukan sebagai dirinya tetapi sebagai orang lain. Siswa harus mencoba dalam melakukan sesuatu, bagaimana berfikir, berperasaan dan bertindak yang mungkin berbeda dengan apa yang ia lakukan yang saat itu dia dalam posisi sebagai siswa.


(16)

6

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Krut Lewin (Arikunto2010:130-131). Konsep pokok PTK menurut Krut Lewin terdiri dari empat komponen yaitu: Perencanaan (Planning), Tindakan (Acting), Pengamatan (Observating), dah Refleksi (Reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.Penelitian ini menggunakan PTK dengan harapan guru kelas dapat memperbaiki kinerjanya sebagai guru dan menciptakan pembelaajaran yang bermutu.


(17)

20 41

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian dan pengembangan (research and development/R) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran menurut Brog (dalam Sugiyono, 2010:9). Pada kesempatan ini, peneliti menggunkan metode yang bersifat reklektif dalam penelitiannya yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang tujuannya untuk dapat meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia untuk peningkatan metode Role-Playing pada kemampuan bercerita di kelas IV SDN Panancangan 5 Kota Serang dengan memberikan inisial pada nama didata siswa.

1. Metode Penelitian Tindakan Kelas

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tetap tertuju atau mengeni hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Arikunto (2010:87) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata, Penelitian + Tindakan + Kelas sebagai berikut.

a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.


(18)

21

41

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Jadi, PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Saat ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sedang berkembang dengan pesatnya di Negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, Canada. Para ahli penelitian penilikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK. Menurut McNiff (dalam Arikunto, 2012:102) dalam bukunya yang berjudul Action Research Principles and Practice

memandang PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya.

Dalam PTK, peneliti/guru dapat melihat sendiri praktik pembelajaran atau bersama guru lain dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTK guru harus secara reflektif dapat menganalisis, mensintesis terhadap apa yang telah dilakukan dikelas. Dalam hal ini berarti dengan melakukan PTK, pendidik dapat memperbaiki praktik-praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif.

Pada intinya, PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul dikelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga dibenarkan jika ada tanggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti.

Ada beberapa orang ahli yang menekuni penelitian tindakan ini, namun dalam sajian ini dikemukakan pendapat tentang model penelitian tindakan antara lain Kurt lewin, Kemmis, henry, Mc Taggart, Jhon Elliott dan Hopkins. Ahli yang pertama kali menciptakan model penelitian tindakan adalah Kurt Lewin, tetapi yang samai sekarang banyak dikenal adalah Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2010:64).


(19)

22

41

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu:

a. Perencanaan atau planning

b. Tindakan atau acting

c. Pengamatan atau observing dan

d. Refleksi atau reflecting

Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali intervensi saja.

Apabila digambarkan dalam bentuk visualisasi, maka model Kurt Lewin akan tergambar dalam bagan lingkaran seperti berikut ini.

Gambar 3.1

Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua komponen yang ke-2 dan ke-3, yaitu tindakan (acting) dan pengamatan (observing) seebagai satu kesatuan. Hasil dari pengamatan ini mencermati apa yang sudah terjadi (reflecting). Dari terselesaikannya refleksi lalu disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian


(20)

23

41

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tindakan dan pengamatan lagi, begitu seterusnya. Bangka waktu untuk suatu siklus dan langkah-langkah dalam suatu siklus sangat tergantung konteks dan seting permasalahan, bisa jadi dalam billangan hari atau minggu, tetapi dapat juga dalam hitungan semester atau bahkan tahun.

Satu diantara bermacam-macam lokasi atau setting penelitian tindakan adalah yang dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan misalnya untuk meningkatkan efektivitas metode mengajar, pemberian tugas kepada siswa, penilaian, dan lain sebagainya. Dalam hal guru yang mengajar perlu berkolaborasi dengan seorang atau tim peneliti. Baik peneliti maupun guru secara bersama-sama membuat rancangan penelitiannya, selanjutnya guru itulah yang melaksanakan di kelas, tim peneliti yang mengadakan pengamatan. Sesudah proses pengamatan selesai, guru dan tim peneliti mengadakan refleksi dalam bentuk diskusi bersama. Dalam kesemptan ini guru menceritkan bagaimana hasil evaluasi diri ketika melaksankan tindakan, lalu tim peneliti mengemukakan hasil pengamatannya sehingga terjadi proses refleksi yang rumit tetapi runtut.

2. Langkah Penelitian Tindakan kelas

Langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang direncanakan dalam penelitian tindkan kelas ini dengan menggunakan metode Role-Playing

dengan melaui beberapa siklus dan diawali dengan tahapan prasiklus yang meliputi :

a. Mengidentifikasi masalah.

b. Menganalisis masalah dan menentukan fakta-fakta yang diduga sebagai penyebab utama.

c. Merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah sebagai faktor penyebab utama dengan menumpulkan data dan menafsirkannya untuk mempertajam gagasan tersebut dan untuk merumuskan hipotesis tindakan sebagai pemecahan.


(21)

24

41

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Merumuskan solusi atau pilihan tindakan pemecahan masalah.

Langkah-langkah selanjutnya adalah membuat rancangan bagaimana tindakan sebagai pemecah masalah dilaksanakan. Oleh karena itu penelitian perlu membuat desain dan prosedur implementasinya dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:

a. Merancang model PTK sesuai dengan permasalahan, rencana kegiatan dan keadaan atau situasi kelas.

b. Mengatur langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan.

c. Melakukan identifikasi komponen-komonen pendukung yang diperlukan.

d. Melakukan pengaturan dan penyusunan jadwal kegiatan yang akan dilakukan.

e. Menyusun desain tindakan sesuai dengan model PTK dan jadwal kegiatan.

Penelitian ini berdasarkan pada permasalahan actual keseharian guru kelas, serta berada dalam batas kemampuan dan kewenangn guru untuk melaksanakannya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model penelitian yaitu model siklus Kurt Lewin. Konsep yang diberikan pada model ini terdiri dari empat komponen, yaitu:

a. Perencanaan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebenarnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yng melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amanat yang dilakukan. Dengan mudah dapat diterima bahwa pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding dengan pengamatan yang dilakukan terhadap hal-hal yang berada diluar diri, karena adanya unsur


(22)

25

41

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

subjektivitas yang berpengaruh yaitu cenderung mengnggulkan dirinya. Maka itu, penelitian ini sangat disarankan untuk guru yang belum pernah atau masih jarang melakukan penelitian.

Dalam menggunakan metode Role-Playing, perencanaan yang dilakukan sebelum memulai dan masuk ke kelas perlu adanya pertimbangan dan persiapan yang dilakukan. Karena guru harus mengenal peserta didik, semakin guru mengenal peserta didik akan semkin besar kemungkinan untuk memperkenalkan Role–Playing dengan relevan dan berhasil. Maka itu, guru pun harus mempertimbangkan beberapa hal diantaranya:

1) Jumlah peserta didik, pastikan tersedia ruang yang cukup sebelum

Role-Playing dimulai, dan cek kembali bahwa ada peran yang tersedia atau tugas-tugas observasi bagi semua peserta didik. 2) Apa yang diketahui peserta didik tentang materi, peserta didik

membutuhkan informasi yang cukup berbagai peran dan skenario yang akan menjadi dasar diskusi, pemeranan dan refleksi mereka. 3) Pengalaman terdahulu tentang Role-Playing. Peserta didik yang

lebih berpengalaman mungkin dapat menghendel peran-peran yang lebih komplek, sementara mereka yang pengalamannya kurang, membutuhkan bimbingan yang lebih bertahap ke dalam aktivitas. 4) Latar belakang peserta didik, terdapat kebutuhn untuk mengetahui

pengalaman masa lalu dan pengalaman Role-Playing peserta didik yang dapat mempengaruhi persepsi tentang peran-peran tertentu. 5) Minat dan kemampuan adalah sangat bermanfaat untuk

mengetahui sejuh mana minat dan kemampuan peserta didik bersesuaian dengn materi yang akan dieksplorasikan melalui Role -Playing.

6) Kemampuan peserta didik untuk berkolaborasi adalah sangat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana peserta didik dapat


(23)

26

41

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bekerjasama dalam berpasangan, berkelompok atau dalam keseluruhan kelas.

b. Tindakan atau acting

Pada tahap kedua ini, pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan kelas. Yang perlu diingat adalah bahwa guru harus menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula. Pada PTK bersifat emansifatoris dan membebaskan (Liberating) karena mendorong kebebasan guru dalam berfikir dan berargumentasi dalam bereksperimen, meneliti, dan mengambil keputusan atau judgment.

c. Pengamatan atau observing

Pada tahap ke tiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap kedua diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat.

d. Refleksi atau reflecting

Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.


(24)

27

41

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jika penelitian tindakan dilakukan beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.

Untuk lebih jelasnya, dibawah ini diterangkan langkah-langkah PTK sebagai berikut:

a. Pra Siklus 1) Observasi

Melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Terutama dalam hal mengatasi kesulitan bercerita.

2) Refleksi

Peneliti melakukan analisis dengan guru kelas tentang kegiatan pembelajaran yang telah diamat, apakah terdapat kekurangan atau permasalahan dalam kegiatan pembelajaran tersebut. kemudian merumuskan perencanaan pembelajaran bercerita pada siklus I.

b. Siklus I

Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

1) Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini peneliti bersama guru kelas menyusun rencana tindakan berdasarkan hasil refleksi dan revisi pra siklus. Yang menekankan pada proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode Role-Playing dalam menulis cerita pada pembelajaran Bahasa Indonesia, kemudian membuat lembar kerja siswa, membuat instrument yang digunakan dalah siklus PTK, menyusun alat evaluasi pembelajaran dan alat peraga.


(25)

28

41

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Pelaksanaan

Pada tahap tindakan ini, peneliti melakukan pembelajaran bahasa Indonesia pada konsep pembelajaran bercerita dengan menerapkan teknik permainan bahasa secara efektif yang telah dipersiapkan sebelumnya. Peneliti menggunakan media agar siswa dapat mengerti apa yang dijelaskan dan untuk lebih mempertegas. Didalamnya peneliti mengkondisikan siswa untuk siswa, melakukan Tanya jawab kepada siswa, dan lain sebagainya.

3) Observasi

Peneliti berkolaborasi dengan guru sebagai observer untuk mengamati kegiatan pembelajaran bercerita yang dilakukan peneliti sebagai model.

4) Refleksi

Refleksi ini adalah untuk mereflesikan hasil kegiatan pembelajaran pada siklus I, mendiskusikan dan menganalisis hasil kemajuan tindakan dalam pembelajaran bercerita dengan menggunakan teknik permainan bahasa, apabila hasil belum maksimal maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya bila siswa masih merasa kesulitaan dalam bercerita.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi pada penelitian tindakan kelas ini adalah di SDN Panancangn 5 Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang. Peneliti mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan karena peneliti telah mengamati perkembangan pembelajaran pada sekolah ini yang memang dibutuhkan untuk ditingkatkan pada proses pembelajarannya.


(26)

29

41

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yang menjadi subyek penelitian adalah kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN Panancangan 5 Kec. Cipocok Jaya Kota Serang. Dengan jumlah murid 32 siswa dan 1 orang guru.


(27)

41

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan selama proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Panancangan 5 mengenai “Penerapan Metode Role-Playing untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita siswa di Kelas IV SDN Panancangan 5”. Maka dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan pembahasan pada rumusan masalah yang telah dibahas melalui hasil penelitian bab IV sebagai berikut ini:

Pertama, “Bagaimana langkah–langkah penggunaan metode Role-Playing dapat diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dikelas IV SDN Panancangan 5?”. Pada penggunaan metode Role-playing dalam proses kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia langkah-langkah yang ditempuh sudah sesuai dengan teori yang ada di Bab 2 dalam merencanakan suatu pembicaraan atau bercerita yang di ungkapkan oleh Tarigan (dalam Rahayu, 2003:17). Dan hasilnya benar dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam bercerita pada aktifitas belajar siswa, baik guru sebagai pengajar maupun siswa sebagai orang yang belajar. Efektivitas dan hidupnya susasana pembelajaran yang terjadi pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yang terlihat dari hasil perolehan nilai rata-rata siswa meningkat.

Selanjutnya, “Bagaimana metode Role-Playing dapat meningkatkan kemampuan bercerita di kelas IV SDN Panancangan 5?”. Pada penggunaan metode Role-playing dapat membantu meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam konsep bercerita dan hasil belajar siswa. Pada peningkatan ini terlihat dari hasil belajar siswa. Perubahan meningkat pada setiap siklus. Dengan rata-rata siswa pada pra siklus sebesar 56,65, siklus I sebesar 64,06 dan siklus II sebesar 72,03.

Kemudian, “Implikasi apa yang dapat diberikan oleh hasil penelitian ini untuk meningkatkan pembelajaran bercerita?”. Pada penggunaan metode


(28)

Role-42

41

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

playing ini implikasinya benar terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan bercerita. Siswa bisa lebih terarah dalam mengeluarkan pendapat dan berkomunikasi ketika penyampaian pesan, kepercayaan diri siswa sudah terlihat lebih signifikan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah didapat diatas, pembelajaran dengan menggunakan metode Role-playing adalah salah satu alternative model pembelajaran yang perlu digunakan pada bidang pelajaran studi Bahasa Indonesia yang diterapkan di Sekolah Dasar. Oleh karena itu, peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Banyak metode-metode pembelajaran yang harus diterapkan pada saat pembelajaran. Metode Role-playing sebagai bahan yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar terutama untuk pelajaran Bahasa Indonesia yang dituntut guru harus banyak menggunakan metode pembelajaran, agar tidak dirasakan kejenuhan pada anak didik dalam proses belajar.

2. Guru harus bisa memberikan kebebasan yang terarah kepada siswa sehingga pada saat pembelajaran siswa dapat merasakan manfaatnya sendiri. Maka itu diperlukan banyak motivasi dan dorongan belajar siswa agar siswa bisa lebih percaya diri.

3. Bagi siswa metode Role-playing ini bisa dinyatakan metode pembelajaran yang paling menyenangkan, sebab pada usia siswa sekolah dasar yang masih berfikir senang bermain sangat cocok digunakan karena disini siswa langsung bermain pern dalam pembelajaran.

4. Peran kepala sekolah sangat penting selaku pemimpin sekolah untuk terus membimbing guru-guru dan pihak yang membantu dalam pengajaran siswa, agar bisa menerapkan metode pembelajaran. Khususnya metode Role-playing ini yang bisa menjadikan anak dan guru berperan aktif dalam setiap pembelajaran.


(29)

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. (2003). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi dkk. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Ahmadi, Abu dan Joko, Tri Prasetya. (1997). Strategi Belajar Mengajar.

Bandung: Pustaka Setia.

Cahyani, Ishah dan Hodijah. (2007). Kemampuan Berbahasa Indonesia Di SD.

Bandung: UPI Press.

Elizabert E, dkk. (2005). Collaborative Learning Techniques. San Fransisco: Jossey-bass.

Hamalik, Oemar. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahayu, Hardini. (2003). Keterampilan Bercerita. (http://eprints.uny.ac.id /7805/3/bab%202%20-%2008108244047.Pdf [diakses pada tanggal 16 maret 2013]).

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Supriatna, Nana dkk. (2007). Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI Press.

Tarigan, H Guntur. (2008). BERBICARA Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Uno, Hamzah B dan Nurdin, Mohamad. (2012). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Yulia, Siska. (2010). Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing). (http:// Jurnal.upi.edu/file/4-Yulia_Siska-edit.pdf [diakses pada tanggal 3 Februari 2013]).


(30)

Awaliyah Safitri, 2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(1)

28

2) Pelaksanaan

Pada tahap tindakan ini, peneliti melakukan pembelajaran bahasa Indonesia pada konsep pembelajaran bercerita dengan menerapkan teknik permainan bahasa secara efektif yang telah dipersiapkan sebelumnya. Peneliti menggunakan media agar siswa dapat mengerti apa yang dijelaskan dan untuk lebih mempertegas. Didalamnya peneliti mengkondisikan siswa untuk siswa, melakukan Tanya jawab kepada siswa, dan lain sebagainya.

3) Observasi

Peneliti berkolaborasi dengan guru sebagai observer untuk mengamati kegiatan pembelajaran bercerita yang dilakukan peneliti sebagai model.

4) Refleksi

Refleksi ini adalah untuk mereflesikan hasil kegiatan pembelajaran pada siklus I, mendiskusikan dan menganalisis hasil kemajuan tindakan dalam pembelajaran bercerita dengan menggunakan teknik permainan bahasa, apabila hasil belum maksimal maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya bila siswa masih merasa kesulitaan dalam bercerita.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi pada penelitian tindakan kelas ini adalah di SDN Panancangn 5 Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang. Peneliti mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan karena peneliti telah mengamati perkembangan pembelajaran pada sekolah ini yang memang dibutuhkan untuk ditingkatkan pada proses pembelajarannya.


(2)

29

41

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yang menjadi subyek penelitian adalah kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN Panancangan 5 Kec. Cipocok Jaya Kota Serang. Dengan jumlah murid 32 siswa dan 1 orang guru.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan selama proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri

Panancangan 5 mengenai “Penerapan Metode Role-Playing untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita siswa di Kelas IV SDN Panancangan 5”. Maka dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan pembahasan pada rumusan masalah yang telah dibahas melalui hasil penelitian bab IV sebagai berikut ini:

Pertama, “Bagaimana langkah–langkah penggunaan metode Role-Playing dapat diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dikelas IV SDN Panancangan 5?”. Pada penggunaan metode Role-playing dalam proses kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia langkah-langkah yang ditempuh sudah sesuai dengan teori yang ada di Bab 2 dalam merencanakan suatu pembicaraan atau bercerita yang di ungkapkan oleh Tarigan (dalam Rahayu, 2003:17). Dan hasilnya benar dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam bercerita pada aktifitas belajar siswa, baik guru sebagai pengajar maupun siswa sebagai orang yang belajar. Efektivitas dan hidupnya susasana pembelajaran yang terjadi pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yang terlihat dari hasil perolehan nilai rata-rata siswa meningkat.

Selanjutnya, “Bagaimana metode Role-Playing dapat meningkatkan kemampuan bercerita di kelas IV SDN Panancangan 5?”. Pada penggunaan metode Role-playing dapat membantu meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam konsep bercerita dan hasil belajar siswa. Pada peningkatan ini terlihat dari hasil belajar siswa. Perubahan meningkat pada setiap siklus. Dengan rata-rata siswa pada pra siklus sebesar 56,65, siklus I sebesar 64,06 dan siklus II sebesar 72,03.


(4)

42

41

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN

PANANCANGAN 5 KOTA SERANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

playing ini implikasinya benar terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan bercerita. Siswa bisa lebih terarah dalam mengeluarkan pendapat dan berkomunikasi ketika penyampaian pesan, kepercayaan diri siswa sudah terlihat lebih signifikan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah didapat diatas, pembelajaran dengan menggunakan metode Role-playing adalah salah satu alternative model pembelajaran yang perlu digunakan pada bidang pelajaran studi Bahasa Indonesia yang diterapkan di Sekolah Dasar. Oleh karena itu, peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Banyak metode-metode pembelajaran yang harus diterapkan pada saat pembelajaran. Metode Role-playing sebagai bahan yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar terutama untuk pelajaran Bahasa Indonesia yang dituntut guru harus banyak menggunakan metode pembelajaran, agar tidak dirasakan kejenuhan pada anak didik dalam proses belajar.

2. Guru harus bisa memberikan kebebasan yang terarah kepada siswa sehingga pada saat pembelajaran siswa dapat merasakan manfaatnya sendiri. Maka itu diperlukan banyak motivasi dan dorongan belajar siswa agar siswa bisa lebih percaya diri.

3. Bagi siswa metode Role-playing ini bisa dinyatakan metode pembelajaran yang paling menyenangkan, sebab pada usia siswa sekolah dasar yang masih berfikir senang bermain sangat cocok digunakan karena disini siswa langsung bermain pern dalam pembelajaran.

4. Peran kepala sekolah sangat penting selaku pemimpin sekolah untuk terus membimbing guru-guru dan pihak yang membantu dalam pengajaran siswa, agar bisa menerapkan metode pembelajaran. Khususnya metode Role-playing ini yang bisa menjadikan anak dan guru berperan aktif dalam setiap pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. (2003). Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi dkk. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Ahmadi, Abu dan Joko, Tri Prasetya. (1997). Strategi Belajar Mengajar.

Bandung: Pustaka Setia.

Cahyani, Ishah dan Hodijah. (2007). Kemampuan Berbahasa Indonesia Di SD.

Bandung: UPI Press.

Elizabert E, dkk. (2005). Collaborative Learning Techniques. San Fransisco: Jossey-bass.

Hamalik, Oemar. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Rahayu, Hardini. (2003). Keterampilan Bercerita. (http://eprints.uny.ac.id /7805/3/bab%202%20-%2008108244047.Pdf [diakses pada tanggal 16 maret 2013]).

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, Nana dkk. (2007). Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI Press.

Tarigan, H Guntur. (2008). BERBICARA Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Uno, Hamzah B dan Nurdin, Mohamad. (2012). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Yulia, Siska. (2010). Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing). (http:// Jurnal.upi.edu/file/4-Yulia_Siska-edit.pdf [diakses pada tanggal 3 Februari 2013]).


(6)

Awaliyah Safitri, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI METODE ROLE-PLAYING DI KELAS IV SDN PANANCANGAN 5 KOTA SERANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING SISWA KELAS III DI SDN TEGALGONDO

0 9 23

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Role Playing Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Drajitan Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Tahun Pelaj

0 3 18

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Motivasi Belajar Dalam Pembelajaran IPS Melalui Strategi Role Playing Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN Sumberan Tahun 2014/2015.

0 2 16

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN 03 KARANGSARI Peningkatan Motivasi Belajar Pkn Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing Pada Siswa Kelas V SDN 03 Karangsari Kec. Jatiyoso Kab. Ka

0 1 11

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIAMELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING Peningkatan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Metode Role Playing Pada Siswa Kelas IV SDN Kayen 01 Pati Tahun 2013.

0 1 17

PENDAHULUAN Peningkatan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Metode Role Playing Pada Siswa Kelas IV SDN Kayen 01 Pati Tahun 2013.

0 2 7

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIAMELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA Peningkatan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Metode Role Playing Pada Siswa Kelas IV SDN Kayen 01 Pati Tahun 2013.

0 1 19

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI IPS MELALUI METODE Peningkatan Pemahaman Materi IPS Melalui Metode Role Playing Kelas II SDN Pagendisan Tahun 2012/2013.

0 1 16

PENDAHULUAN Peningkatan Pemahaman Materi IPS Melalui Metode Role Playing Kelas II SDN Pagendisan Tahun 2012/2013.

0 2 6

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI IPS MELALUI METODE Peningkatan Pemahaman Materi IPS Melalui Metode Role Playing Kelas II SDN Pagendisan Tahun 2012/2013.

0 3 19