PENGARUH BUDAYA SEKOLAH DAN PENGELOLAAN STRES TERHADAP KOMITMEN GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN SUMBUL.

(1)

PENGARUH BUDAYA SEKOLAH DAN PENGELOLAAN STRES TERHADAP KOMITMEN GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(SMP) NEGERI KECAMATAN SUMBUL

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

HERTATY NOVITA MALAU NIM. 8106131004

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA


(2)

PENGARUH BUDAYA SEKOLAH DAN PENGELOLAAN STRES TERHADAP KOMITMEN GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(SMP) NEGERI KECAMATAN SUMBUL

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

HERTATY NOVITA MALAU NIM. 8106131004

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Hertaty Novita Malau, 8106131004, Pengaruh Budaya Sekolah dan Pengelolaan Stres terhadap Komitmen Guru di SMP Negeri Kecamatan Sumbul. Tesis. Pascasarjana. Universitas Negeri Medan, 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh budaya sekolah terhadap pengelolaan stres, (2) pengaruh budaya sekolah terhadap komitmen guru, (3) pengaruh pengelolaan stres terhadap komitmen guru.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini menempatkan variabel penelitian yaitu variabel endogenus dan eksogenus. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMP Negeri Kecamatan Sumbul yang berjumlah 133 guru. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan tabel Kreijie sehingga didapatkan sampel sebanyak 96 guru. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data adalah angket.

Sebelum instrument (angket) penelitian digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba yang dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Untuk menghitung uji validitas angket digunakan rumus product moment dan untuk uji reliabilitas angket digunakan rumus alpha. Item angket yang valid untuk variabel budaya sekolah adalah 32 item dan invalid 3 item, item angket yang valid untuk variabel pengelolaan stres adalah 32 item dan invalid 3 item, item dan angket yang valid untuk variabel komitmen guru adalah 31 item dan invalid 4 item. Koefisien reliabilitas untuk instrumen komitmen guru budaya sekolah = 0,872, pengelolaan stres = 0,891, dan komitmen guru = 0,875 termasuk dalam kategori sangat tinggi. Uji persyaratan analisis adalah uji normalitas, hogenitas, linieritas, dan keberartian regresi, kemudian dilakukan analisa data dengan teknik path anlisys.

Hasil dari penelitian ini ditemukan: (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan secara langsung budaya sekolah terhadap pengelolaan stres dengan koefisien korelasi ρ21 = 0,634 dengan sumbangan pengaruh langsung sebesar 40,2%; (2) terdapat pengaruh positif dan signifikan secara langsung budaya sekolah terhadap komitmen guru dengan koefisien korelasi ρ31 = 0,352 dengan sumbangan pengaruh langsung sebesar 12,4%, dan sumbangan pengaruh tidak langsung sebesar 6,7%, dan sumbangan pengaruh total = 19,1%; (3) terdapat pengaruh positif dan signifikan secara langsung pengelolaan stres terhadap komitmen guru dengan koefisien korelasi ρ32 = 0,302 dengan sumbangan pengaruh langsung sebesar 9,1%.

Semakin tinggi pengaruh budaya sekolah dan pengelolaan stres, maka semakin tinggi pula dalam mempengaruhi komitmen guru SMP Negeri Kecamatan Sumbul. Dengan demikian, untuk mengoptimalkan komitmen guru perlu peningkatan budaya sekolah yang sehat dan pengelolaan stres.


(7)

ABSTRACT

Hertaty Novita Malau, 8106131004. The effect of school culture and stress management on teacher’s commitment in Junior High School in Subdistric of Sumbul. Thesis. Post graduate of State University of Medan, 2012.

This study aimed to determine: (1) the effect of school culture on stress management, (2) effect of school culture on teacher’s commitment, (3) the effect of stress management on teacher’s commitment.

The research method that used in this research is quantitative research methods. This study puts the endogenous and exogenous variables in this research. The population in this study werw all public school teacher’s at the junior high school in Sumbul by the number of population is 133 teacher’s. The sample is determined by Kreijie Table to obtain a sample of 96 teacher’s. This research instrument used for data collection was a questionnaire.

Before the instrument (questionnaire) is used to gather the data, validity and reliability test were conducted first. To test the validity product moment formula is used and for reliability test alpha formula is used. The valid items for the questionnaire of school culture are 32 items and 3 items are invalid, the valid items for stress management questionnaire are 32 items and 3 items are invalid, and the valid items for teacher’s commitment questionnaire are 31 items and invalid 4 items. Reliability coefficient for the cultural school instrument = 0,872, stress management = 0,891, and teacher’s commitment = 0,875 are included in the very high category. Test of pre requirement analysis is normality test, homogeneity test, liniearity test, and then path analisys technique is used to analize data.

The result of this study are: (1) there is a positive and significant effect of school culture directing to managing sress with correlation ρ21 = 0,634 with

contribution of 40,2% direct’ effect; (2) there is positive and significant effect of school culture directly to teacher’s commitment with correlation ρ31 = 0,352 with

contribution of 12,4% directly effect, and contribution of 6,7% indirectly effect, and 19,1% of total contribution effect; and (3) there is positive and significant effect of stress management directly to teacher’s commitment with correlation ρ32

= 0,302 with contribution of 9,1% directly effect.

The higher effect of school culture and stress management, the higher teacher’s commitment of Junior High School of Sumbul Subdistric is effect d. In that way, to optimize the teacher’s commitment, need to increase a good school culture and stress management.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih untuk pengasihanNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Adapun tesis ini berjudul “Pengaruh Budaya Sekolah dan Pengelolaan Stres terhadap Komitmen Guru di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Kecamatan Sumbul”.

Dalam proses penulisan tesis ini, Penulis menghadapi berbagai kendala yang disebabkan keterbatasan kemampuan dari penulis dan hal lain. Tetapi berkat semangat, doa, dorongan, dan bantuan dari banyak pihak, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati saya menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Rektor dan Pembantu Rektor yang telah membimbing dan memberi pelayanan kepada mahasiswa.

2. Direktur, Asisten direktur, Bapak/Ibu dosen, serta segenap pegawai Prodi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah membimbing dan memberi pelayanan kepada mahasiswa. 3. Dr. Sukarman Purba, M.Pd selaku pembimbing I dan Prof. Dr. Sahat

Siagian, M.Pd. selaku pembimbing II yang dengan tulus telah meluangkan waktu membimbing dan motivasi dalam proses penulisan tesis ini.

4. Dr. Saut Purba, M.Pd. selaku narasumber sekaligus validator, Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd. selaku narasumber dan sekretaris Prodi Administrasi Pendidikan, dan Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd. selaku narasumber sekaligus Ketua Prodi Administrasi Pendidikan.

5. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian.

6. Kepala sekolah SMPN 1 Sumbul, Bapak Tiaman, S.Pd.; kepala sekolah SMPN 2 Sumbul, Bapak Lamhot Situmorang, S.Pd.; kepala sekolah SMPN 3 Sumbul, Bapak Busmin Sitinjak, S.Pd,; kepala sekolah SMPN 4 Sumbul, Bapak Tiaman Banjarnahor; pegawai, dan secara khusus kepada


(9)

seluruh guru yang telah bersedia membantu penulis dari pelaksanaan uji coba instrument sampai pada pengumpulan data penelitian.

7. Orangtua terkasih, ayahanda Sirus Malau, S.Pd dan Ibunda Rusdina Simaibang, terimakasih untuk doa, kasih yang luar biasa, pengorbanan, dan motivasi yang tak terhingga yang diberikan selama ini.

8. Saudara terkasih, Abang L. Vernanda Malau, S.Pd. dan Kakak Lisbeth Saragih, S.Pd, Abang Freddy R. Malau dan Kakak Eva R. Padang, adik tercinta Dewi L. Malau, SKM, juga keponakan Grace dan Artha yang lucu. Terimakasih untuk senantiasa menjadi penyemangat bagi Penulis.

9. Keluarga Tulang Kristina, Uda Mestika, Uda Judika, Uda Frans, Amangboru Patar, Amangboru Joy, dan Bou Vanly yang senantiasa memberi doa dan motivasi kepada penulis.

10. Mahasiswa angkatan XVIII Prodi Administrasi Pendidikan yang menjadi keluarga, sahabat, dan selalu memberi motivasi kepada penulis dari awal hingga akhir perkuliahan, khususnya kepada Ka Rani dan Jandri yang senantiasa ada membantu Penulis dalam setiap kesulitan.

11. Lidia, Ivo, dan Vera, yang selalu menjadi sahabat dan mendukung Penulis; Valentine Silitonga, M.Pd yang tanpa bosan membantu penulis. Secara khusus terimakasih kepada sahabat terkasih, Pater Lumbantoruan, yang senantiasa memberi dukungan, doa, dan semangat kepada penulis.

Semoga semua pihak yang telah membantu Penulis dan belum dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberi kontribusi dalam penyelesaian pendidikan dan penulisan tesis ini selalu ditambahkan berkat oleh Tuhan Yang Maha Esa dalam segala hal. Akhir kata semoga tesis ini memberi kontribusi yang bermanfaat bagi pendidikan sekarang dan yang akan datang.

Medan, Desember 2012 Penulis

Hertaty Novita Malau NIM. 8106131004


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 10

A. Kajian Teoretis ... 10

1. Komitmen Guru ... 10

2. Budaya Sekolah ... 19

3. Pengelolaan Stres ... 29

B. Penelitian yang Relevan ... 38

C. Kerangka Berpikir ... 39

1. Pengaruh budaya sekolah terhadap komitmen guru ... 39

2. Pengaruh pengelolaan stres terhadap komitmen guru ... 40

3. Pengaruh budaya sekolah terhadap pengelolaan stres ... 41

D. Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

B. Populasi dan Sampel... 43

1. Populasi ... 43

2. Sampel ... 44

C. Metode Penelitian ... 45

D. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 46

1. Komitmen Guru ... 46

2. Budaya Sekolah ... 46

3. Pengelolaan Stres ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data dan Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 47


(11)

1. Teknik pengumpulan data ... 47

2. Kisi-kisi intrumen penelitian ... 47

a. Kisi-kisi intrumen variabel komitmen guru ... 47

b. Kisi-kisi intrumen variabel budaya sekolah ... 48

c. Kisi-kisi intrumen variabel pengelolaan stres ... 48

F. Uji Coba Instrumen ... 49

1. Responden Uji Coba ... 49

2. Analisis Instrumen ... 50

a) Uji validitas atau kesahihan (construct validity) ... 50

b) Uji reliabilitas (Keterandalan) ... 52

G. Teknik Analisis Data ... 54

1. Analisis deskripsi data ... 56

2. Uji persyaratan analisis ... 56

a) Uji Normalitas ... 57

b) Uji Homogenitas ... 57

c) Uji Liniearitas dan keberartian regresi sederhana ... 57

3. Analisis Statistik ... 58

a) Analisis korelasi ... 58

b) Uji Path Analisys ... 59

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 63

A. Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 63

1. Komitmen Guru (X3) ... 63

2. Budaya Sekolah (X1) ... 65

3. Pengelolaan Stres (X2) ... 67

B. Identifikasi Tingkat kecenderungan Data Variabel Penelitian ... 69

1. Tingkat kecenderungan variabel Komitmen Guru (X3) ... 70

2. Tingkat kecenderungan variabel Budaya Sekolah (X1) ... 70

3. Tingkat kecenderungan variabel Pengelolaan Stres (X2) ... 71

C. Uji Persyaratan Analisis ... 72

1. Uji Normalitas ... 72

2. Uji Homogenitas ... 73

2.1. Uji homogenitas Pengelolaan Stres (X2) atas Budaya Sekolah (X1) ... 73

2.2. Uji homogenitas Komitmen Guru (X3) atas Budaya Sekolah (X1) ... 73

2.3. Uji homogenitas Komitmen Guru (X3) atas Pengelolaan Stres (X2) ... 74


(12)

3.1. Persamaan Regresi Pengelolaan Stres (X2)

atas Budaya Sekolah (X1) ... 75

3.2. Persamaan Regresi Komitmen Guru (X3) atas Budaya Sekolah (X1) ... 76

3.3 Persamaan Regresi Komitmen Guru (X3) atas Pengelolaan Stres (X2) ... 77

D. Analisis Model ... 78

1. Perhitungan koefisien korelasi (r) antarvariabel penelitian ... 78

2. Perhitungan koefisien korelasi kalur (ρ) antarvariabel ... 79

E. Pengujian Hipotesis ... 80

1. Hipotesis pertama: pengaruh X1 terhadap X2 ... 80

2. Hipotesis kedua: pengaruh X1 terhadap X3... 81

3. Hipotesis ketiga: pengaruh X2 terhadap X3 ... 82

4. Pembahasan dan Interpretasi Hasil Penelitian ... 85

4.1. Pengaruh budaya sekolah (X1) tehadap pengelolaan stres (X2) ... 85

4.2. Pengaruh budaya sekolah (X1) terhadap komitmen guru (X3) ... 88

4.3. Pengaruh pengelolaan stres (X2) terhadap komitmen guru (X3) ... 90

F. Keterbatasan Penelitian ... 93

BAB V. KESIMPULAN ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Implikasi ... 96

1. Upaya peningkatan pengelolaan stres melalui peningkatan budaya sekolah ... 96

2. Upaya peningkatan komitmen guru melalui peningkatan budaya sekolah ... 98

3. Upaya peningkatan komitmen guru melalui pengelolaan stress ... 101

C. Saran Penelitian ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Populasi Guru SMP Negeri di Kecamatan Sumbul... 43

3.2. Sampel Guru SMP Negeri di Kecamatan Sumbul ... 45

3.3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Komitmen Guru ... 48

3.4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Budaya Sekolah ... 48

3.5. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengelolaan Stres ... 49

3.6. Kriteria Interpretasi ... 52

3.7. Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 53

3.8. Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 56

4.1. Distribusi Frekuensi Variabel Komitmen Guru (X3) ... 64

4.2. Distribusi Frekuensi Variabel Budaya Sekolah (X1) ... 66

4.3. Distribusi Frekuensi Variabel Pengelolaan Stres (X2) ... 68

4.4. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Komitmen Guru (X3) ... 70

4.5. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Budaya Sekolah (X1) ... 70

4.6. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Pengelolaan Stres (X2) ... 71

4.7. Ringkasan Analisis Perhitungan Uji Normalitas ... 72

4.8. Uji Homogenitas Pengelolaan Stres (X2) atas Budaya Sekolah (X1)... 73

4.9. Uji Homogenitas Komitmen Guru (X3) atas Budaya Sekolah (X1)... 74

4.10. Uji Homogenitas Komitmen Guru (X3) atas Pengelolaan Stres (X2) ... 74

4.11. Rangkuman Anava untuk Persamaan Regresi (X2) atas (X1) ... 75

4.12. Rangkuman Anava untuk Persamaan Regresi (X3) atas (X1) ... 76

4.13. Rangkuman Anava untuk Persamaan Regresi (X3) atas (X2) ... 77

4.14. Rangkuman Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi (r) antarvariabel ... 78

4.15. Rangkuman Uji-t antarvariabel ... 79

4.16. Rangkuman Nilai Koefisien Jalur (ρ) dan Uji Signifikansi Koefisien Jalur ... 80

4.17. Rangkuman Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Secara proporsional ... 83


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Organizational Commitment ... 12

2.4. Stressor and Their Appraisal ... 32

3.1. Model Teoritik Penelitian ... 60

4.1. Histogram Skor Komitmen Guru (X3) ... 65

4.2. Histogram Skor Budaya Sekolah (X1) ... 67

4.3. Histogram Skor Pengelolaan Stres (X2) ... 69


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran: Halaman

1. Instrumen Komitmen Guru ... 110

2. Instrumen Budaya Sekolah ... 113

3. Instrumen Pengelolaan Stres ... 116

4. Tabulasi Perhitungan Uji Validitas Uji Coba Angket Komitmen Guru ... 119

5. Tabulasi Perhitungan Uji Validitas Uji Coba Angket Budaya Sekolah ... 120

6. Tabulasi Perhitungan Uji Validitas Uji Coba Angket Pengelolaan Stres ... 121

7. Tabulasi Perhitungan Uji Reliabilitas Uji Coba Angket Komitmen Guru ... 122

8. Tabulasi Perhitungan Uji Reliabilitas Uji Coba Angket Budaya Sekolah ... 123

9. Tabulasi Perhitungan Uji Reliabilitas Uji Coba Angket Pengelolaan Stres ... 124

10. Perhitungan Validitas Instrumen Angket ... 125

11. Perhitungan Uji Reliabilitas (Keterandalan) Instrumen ... 132

12. Hasil Rekapitulasi Angket Budaya Sekolah ... 140

13. Hasil Rekapitulasi Angket Pengelolaan Stres ... 142

14. Hasil Rekapitulasi Angket Komitmen guru ... 144

15. Data Induk Penelitian ... 146

16. Perhitungan Statistik Deskriptif ... 151

17. Perhitungan Tingkat Kecenderungan data ... 159

18. Perhitungan Uji Normalitas Data ... 163

19. Perhitungan Uji Homogenitas Data ... 175

20. Perhitungan Uji Linieritas ... 186

21. Perhitungan Korelasi Sederhana ... 203

22. Perhitungan Koefisen Jalur ... 206

23. Uji Signifikansi Koefisien Jalur ... 208

24. Perhitungan Pengaruh Secara Langsung, Tidak Langsung, Dan Pengaruh Total Secara Proposrsional ... 211


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya strategis yang dilakukan dalam upaya

meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dalam hal pengetahuan (knowledge),

keterampilan (skill), dan sikap (atitude). Melalui pendidikan, diharapkan dapat

membangun SDM berkualitas yang kelak mampu membangun bangsa, karena

pendidikan memegang peran utama dalam upaya mengangkat harkat dan martabat

suatu bangsa.

Salah satu lembaga formal tempat disenggarakannya pendidikan adalah

sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang diselenggarakan dalam waktu

yang sangat teratur, program yang sangat kaya dan sistemik, dilakukan oleh

tenaga kependidikan yang profesional dalam bidangnya dan dilengkapi dengan

fasilitas yang memadai (Engkoswara: 2002:55). Upaya membentuk mutu SDM

Indonesia melalui pendidikan melibatkan berbagai komponen, seperti kepala

sekolah, guru, pegawai, konselor, siswa, dan komite sekolah yang berinteraksi dan

bersinergi menjalankan peran dan fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional seperti tertuang dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional

Nomor 20 Tahun 2003, yaitu: “untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara


(17)

Dunia pendidikan di Indonesia masih menyimpan banyak masalah, salah

satunya adalah kualitas pendidikan yang saat ini sangat memprihatinkan. Pihak

pemerintah, pakar pendidikan, dan para pelaku pendidikan terus berupaya mencari

alternatif pemecahan masalah tersebut dan banyak kebijakan pendidikan yang

telah dibuat, tetapi belum dapat dirasakan dampak yang memuaskan. Memasuki

abad 21, gelombang globalisasi yang dirasakan Indonesia semakin kuat dan

terbuka. Indonesia menjadi semakin sadar akan bahaya keterbelakangan

pendidikan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyadarkan Indonesia

akan ketertinggalannya dari bangsa lain dalam mutu pendidikan, baik pendidikan

formal maupun informal. Pemicu rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia

adalah tenaga pendidik, keengganan bersekolah, buku pelajaran yang kurang dan

mahal, serta ketidaksetaraan jender juga turut memberi sumbangsih tersendiri

(www.worldvision.or.id).

Guru merupakan salah satu komponen utama yang mendukung

peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan. Dalam Undang-Undang

Guru dan Dosen Tahun Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat (1), “guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah”. Guru sebagai bagian penting dari penyelenggaran pendidikan harus

mempunyai komitmen yang tinggi. Purba (2010:72) mengatakan “komitmen

merupakan suatu sikap kerja (job atitude) atau keyakinan yang mencerminkan


(18)

organisasi”. Komitmen menjadi sangat penting karena komitmen merupakan hal

yang paling mendasar dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Guru akan kesulitan

melakukan peran dan tanggung jawabnya sebagai pendidik apabila tidak memiliki

komitmen. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun

Nomor 14 Tahun 2005 pasal 7 (ayat 1b), bahwa “guru harus memiliki komitmen

untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia”.

Apabila komitmen guru rendah, maka proses pembentukan SDM yang bermutu

dan pencapaian tujuan pendidikan nasional akan terganggu.

Sekolah merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan.

Sebagai suatu organisasi, tentunya sekolah memiliki budaya. Budaya sekolah pada

dasarnya sama dengan budaya yang ada pada organisasi umum lainnya, yang

membedakan adalah bidang garapannya, dimana sekolah menunjukkan

karakteristik tersendiri sebagai organisasi pendidikan. Secara sederhana, budaya

sekolah adalah budaya organisasi yang diterapkan dalam konteks lembaga

sekolah. Budaya sekolah menurut Suharsaputra (2010:107) adalah “kepribadian

suatu organisasi yang membedakan setiap sekolah dalam melaksanakan peran dan

tugasnya, sesuai dengan keyakinan, nilai, dan norma di sekolah tersebut.”

Penelitian Kythreotis, Pashiardis, dan Kyriakides (2010) menemukan bahwa

secara statistik budaya sekolah memiliki efek positif yang signifikan secara

khusus pada perubahan atau inovasi, komitmen, pengambilan keputusan, dan

tanggung jawab. Penelitian lain yang dilakukan Lok (1999) menemukan bahwa

budaya organisasi dapat memberikan pengaruh cukup besar dalam organisasi,


(19)

menemukan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh signifikan terhadap

komitmen organisasi karyawan.

Setiap individu pasti akan mengalami stres tanpa memandang usia maupun

jabatan dan pekerjaan. Colquitt, LePine, dan Wasson (2009:142), mengatakan

“stress is defined as a psychological response to demands for which there is

something as stake and coping with those demands taxes or exceeds a person’s capacity or resources” (stres didefinisikan sebagai respon psikologis terhadap sesuatu tuntutan yang dihadapi oleh seseorang yang melebihi kapasitasnya).

Sulsky & Smith tahun 2005 dalam Safaria (2012) mengatakan sumber stres pada

guru yaitu perilaku negatif siswa, beban kerja berlebih, konflik dengan atasan,

konflik peran, ambiguitas peran kerja, fasilitas mengajar tidak memadai,

lingkungan kerja tidak nyaman, dan penghargaan kinerja rendah. Azizi (2005)

mengutip pendapat Kyriacou yang menekankan bahwa stres berkepanjangan akan

melemahkan mental dan fisik, serta secara signifikan melemahkan prestasi belajar

siswa, kualitas pengajaran, kinerja dan komitmen guru. Hasil penelitian Quinn

(2005) menunjukkan stres guru dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan dan budaya

sekolah. Quinn (2005) juga mengutip hasil penelitian McCormick dan Solman

tahun 1992 yang meneliti sifat pekerjaan stres bagi guru yang mengatakan stres

guru dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah budaya sekolah,

terutama di mana guru tidak memiliki rasa yang kuat/cocok dengan lingkungan

sekolah.

Stres pada pekerjaan dapat berpengaruh pada komitmen. Untuk itu,


(20)

pada diri, komitmen, kesehatan, dan kinerja individu. Temuan Lumban Gaol

(2010) menunjukkan terdapat pengaruh langsung antara pengendalian stres

terhadap komitmen guru sebesar 24,09%. Temuan Jumpa Ukur (2011)

mengungkapkan pengendalian stres dapat dijadikan sebagai faktor dalam

menentukan komitmen kepala sekolah dengan hasil perhitungan koefisien jalur

adalah 0,41.

Berdasarkan analisis terhadap beberapa hasil penelitian di atas, ditemukan

bahwa secara empiris terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi komitmen

profesi guru. Variabel-variabel tersebut baik secara empiris maupun konseptual

dapat digunakan untuk memahami dan menemukan alternatif permasalahan

komitmen profesi guru. Pada studi pendahuluan yang dilakukan Februari 2012

pada beberapa SMP Negeri di Kecamatan Sumbul, ditemukan bahwa guru

mempunyai masalah sehubungan dengan komitmen, seperti tanggung jawab kerja

rendah yang ditandai dengan menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP)

dengan menyalin dari guru yang lain dan ada juga yang memotocopy dari internet,

masih ditemukan guru yang sampai ke sekolah ketika bel sudah berbunyi, dan

tidak langsung masuk ke kelas setelah bel masuk berbunyi. Dari hasil wawancara

ditemukan juga bahwa keinginan guru dalam mengembangkan diri (melanjutkan

pendidikan) masih rendah atau sekitar 65%, yang disebabkan beberapa hal,

diantaranya enggan karena usia yang tidak lagi muda, guru sibuk dengan

pekerjaan sampingan untuk menopang kehidupan ekonominya, ketiadaan waktu,


(21)

Berdasarkan temuan pada beberapa SMP Negeri di Kecamatan Sumbul

tersebut, dapat dilakukan eksplorasi terhadap beberapa variabel yang

mempengaruhi komitmen guru secara empiris dan konseptual. Sebagaimana

dijelaskan di atas, diduga variabel budaya sekolah dan pengendalian stres

berpengaruh terhadap komitmen guru. Jika dugaan ini teruji, maka konsep tentang

hubungan ketiga variabel ini dapat digunakan untuk menjelaskan, meramalkan,

dan menemukan alternatif untuk mengatasi masalah komitmen guru di sekolah

tersebut. Beranjak dari pemikiran ini, maka peneliti merencanakan suatu

penelitian yang berjudul “Pengaruh Budaya Sekolah dan Pengelolaan Stres

terhadap Komitmen Guru di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri

Kecamatan Sumbul”.

B. Identifikasi Masalah

Keberhasilan proses dan kegiatan pendidikan ditentukan oleh beberapa

komponen, dan salah satunya adalah SDM yang terlibat di dalamnya. SDM dalam

hal ini seperti kepala sekolah, guru, pegawai, konselor, siswa, dan komite sekolah,

dan lain sebagainya yang berinteraksi dan bersinergi menjalankan peran dan

fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan pendidikan. Pelaksanaan dan

keberhasailan PBM sangat tergantung pada komitmen guru, sebagai sub

komponen SDM yang terlibat langsung dalam PBM.

Komitmen guru merupakan suatu masalah yang kompleks karena meliputi

banyak hal, seperti jenis komitmen, faktor yang mempengaruhi komitmen, upaya

peningkatan komitmen, dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, maka


(22)

guru, antara lain: (1) apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap komitmen

guru?; (2) apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap komitmen guru?; (3)

Apakah pengambilan keputusan berpengaruh terhadap komitmen guru?; (4)

Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap komitmen guru? (5) Apakah

kepercayaaan dan keadilan berpengaruh terhadap komitmen guru?; (6) Apakah

budaya sekolah berpengaruh terhadap komitmen guru?; (7) Apakah pengelolaan

stres berpengaruh terhadap komitmen guru?

Kajian selanjutnya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen.

Menurut Colquiit, LePine, dan Wesson komitmen dipengaruhi oleh faktor-faktor

berikut: budaya organisasi (organizational culture), struktur organisasi

(organizational structure), gaya dan perilaku kepemimpinan (leadership style and behavior), kekuatan dan pengaruh kepemimpinan (leadership power and influence), proses dan karakteristik tim (processes and characterisrics team), personal dan nilai budaya (personaity and cultural values), kemampuan (ability),

sebagai faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi pada komitmen. Faktor

lain seperti kepuasan kerja (job satisfaction), stres (stress), motivasi (motivation),

kepercayaan, keadilan, dan etika (trust, justice, and ethics), dan pengambilan

keputusan (learning and decision making) sebagai faktor yang secara langsung

mempengaruhi komitmen.

C. Batasan Masalah

Mencermati beragamnya variabel yang diduga mempengaruhi komitmen

guru seperti diuraikan pada identifikasi masalah, penelitian yang berhubungan


(23)

stres. Pembatasan ini bukan berarti mengabaikan pengaruh variabel lain, tapi lebih

pada pertimbangan fenomena awal. Penelitian dibatasi hanya pada SMP Negeri

Kecamatan Sumbul, dikarenakan fenomena berkaitan dengan masalah komitmen

guru ditemui di sekolah tersebut, dan juga karena keterbatasan kemampuan dana

dan waktu yang belum memungkinkan untuk meneliti keseluruhan variabel.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah budaya sekolah berpengaruh terhadap pengelolaan stres guru di

SMP Negeri Kecamatan Sumbul?

2. Apakah budaya sekolah berpengaruh terhadap komitmen guru di SMP

Negeri Kecamatan Sumbul?

3. Apakah pengelolaan stres berpengaruh terhadap komitmen guru di SMP

Negeri Kecamatan Sumbul?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh budaya sekolah terhadap pengelolaan stres guru di SMP Negeri

Kecamatan Sumbul.

2. Pengaruh budaya sekolah terhadap komitmen guru di SMP Negeri

Kecamatan Sumbul.

3. Pengaruh pengelolaan stres terhadap komitmen guru di SMP Negeri


(24)

F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan member manfaat:

1. Secara teoritis

Memberi kontribusi yang baik secara teoritis untuk pengembangan teori

yang berkaitan dengan perilaku organisasi, khususnya teori komitmen

guru, budaya sekolah, dan pengelolaan stres.

2. Manfaat praktis

a. Bagi dinas pendidikan dan stakeholder lainnya, sebagai informasi

untuk menentukan kebijakan dalam peningkatan komitmen guru.

b. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan informasi untuk dapat

meningkatkan komitmen guru.

c. Bagi guru, sebagai upaya pengembangan dan peningkatan komitmen

guru.

d. Bagi peneliti lainnya, sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam


(25)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang

diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan budaya sekolah dan pengelolaan

stres terhadap komitmen guru, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara langsung budaya sekolah

terhadap pengelolaan stres dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,634 dan

besarnya sumbangan pengaruh langsung yaitu 0,402 atau 40,2%. Nilai

yang menyatakan signifikansinya (thitung) sebesar 7,942 lebih besar dari

ttabel = 1,991. Hal ini berarti semakin tinggi dan positif budaya sekolah,

maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap peningkatan pengelolaan

stres.

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara langsung budaya sekolah

terhadap komitmen guru dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,352 dan

besarnya sumbangan pengaruh langsung yaitu 0,124 atau 12,4%,

ditambah pengaruh tidak langsung melalui budaya sekolah sebesar 0,067

atau 6,7%, sehingga besarnya sumbangan pengaruhnya yaitu 19,1% atau

0,191. Nilai yang menyatakan signifikansinya (thitung) sebesar 3,643 lebih

besar dari ttabel = 1,991. Hal ini berarti semakin tinggi dan positif budaya

sekolah, maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap peningkatan


(26)

3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara langsung pengelolaan stres

terhadap komitmen guru dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,302 dan

besarnya sumbangan pengaruh langsung yaitu 0,09 atau 9,1%. Nilai yang

menyatakan signifikansinya (thitung) sebesar 3,071 lebih besar dari ttabel =

1,991. Hal ini berarti semakin tinggi dan positif pengelolaan stres, maka

semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap peningkatan komitmen guru.

B. Implikasi

Perumusan implikasi penelitian menekankan pada upaya untuk

meningkatkan budaya sekolah dan pengelolaan stres yang lebih baik lagi,

sehingga komitmen guru dapat meningkat. Dengan terujinya ketiga hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa budaya sekolah memiliki

pengaruh terhadap komitmen guru, yang menunjukkan bahwa budaya sekolah

yang meningkat maka komitmen guru juga akan meningkat, budaya sekolah

meningkat maka akan meningkat pula pengelolaan stres guru dan komitmen guru

juga meningkat. Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan penelitian, maka dapat

dirumuskan beberapa implikasi hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Upaya peningkatan pengelolaan stres melalui peningkatan budaya sekolah

Dengan diterimanya hipotesis pertama yang diajukan, maka salah satu

upaya meningkatkan pengelolaan stres adalah melalui budaya sekolah yang

tertanam kuat pada setiap diri pihak yang berkepentingan dengan sekolah seperti

sumber daya tenaga asing, pihak eksternal, orang yang berkepentingan dengan


(27)

Upaya yang bisa ditempuh oleh kepala sekolah yaitu kepala sekolah harus

mengasah kemampuannya menciptakan, menanamkan, dan menumbuhkan

kembangkan (menginternalisasikan) suatu nilai atau budaya hingga menjadi

bagian diri (self) orang atau warga sekolah. Dalam keseluruhannya itu, kepala

sekolah hendaknya melibatkan guru juga, sehingga nilai-nilai yang ditanamkan

adalah nilai yang telah menjadi kesepakatan bersama. Kepala sekolah juga harus

mampu melihat lingkungan sekolahnya secara holistik, sehingga diperoleh

kerangka kerja yang lebih luas guna memahami berbagai masalah yang sulit dan

hubungan-hubungan yang kompleks di sekolahnya. Melalui pemahaman yang

mendalam tentang budaya sekolah, maka kepala sekolah akan lebih baik lagi

dalam memberikan penajaman tentang nilai, keyakinan dan sikap yang penting

guna meningkatkan stabilitas dan pemeliharaan lingkungan belajarnya. Kepala

sekolah juga hendaknya bisa meminimalisir gap yang sangat mungkin terjadi

antara guru dan kepala sekolah, sehingga guru tidak sungkan untuk berterus

terang mengenai kendala yang dihadapi dalam pekerjaan.

Dalam upaya meningkatkan budaya sekolah, hal yang bisa dilakukan oleh

guru seperti menjalin hubungan yang harmonis dan penuh kekeluargaan. Hal ini

akan terwujud bila masing-masing guru menumbuhkan rasa memiliki (sense of

belonge) dan rasa kesatuan terhadap sekolah beserta komponen di dalamnya. Apabila hal itu telah terwujud, maka sesama guru akan terjalin hubungan

kekeluargaan dan menjadi lebih terbuka tentang apa yang mereka rasakan, yang

menjadi masalah sehubungan dengan pekerjaannya sebagai guru. Dengan


(28)

langsung sharing kepada rekan guru yang lain atau juga kepada kepala sekolah

untuk mencarikan solusi alternatif untuk massalah yang sedang dihadapinya.

Dengan demikian, berarti menunjukkan salah satu ciri budaya sekolah yang baik,

dan hal ini perlu dipertahankan dan bahkan ditingkatkan.

Bila budaya sekolah yang baik telah terbentuk, maka hal ini akan

mendorong terjadinya peningkatan pengelolaan stres guru. Pada dasarnya

pengelolaan stres sebaiknya berasal dari internal guru sendiri, dimana guru

seyogyanya sudah tahu resiko dan tanggungjawab pekerjaannya dan

mempersiapkan diri dengan semua itu. Tapi sebagai mahluk sosial, guru juga

membutuhkan orang lain untuk berbagi dan membantu memberikan solusi

alternatif dari permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan demikian guru

tidak lagi merasa kesulitan dalam menghadapi masalah yang sedang dialaminya

(khususnya masalah dalam pekerjaan) karena beban satu guru akan jadi beban

bersama yang solusinya akan dicarikan bersama juga. Dengan budaya sekolah

yang harmonis dan tertanam dalam setiap diri waraga sekolah, maka pengelolaan

stres akan meningkat yang juga pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan

komitmen guru.

2. Upaya peningkatan komitmen guru melalui peningkatan budaya sekolah Dengan diterimanya hipotesis pertama yang diajukan, maka salah satu

upaya meningkatkan komitmen guru adalah melalui budaya sekolah yang

harmonis dan tertanam kuat dalam diri setiap warga sekolah. Salah satu cara yang

dapat diupayakan adalah dengan bekerjasama membangun keterbukaan antara


(29)

Dalam upaya mewujudkan budaya sekolah yang, ada beberapa upaya yang

dapat dilakukan oleh kepala sekolah, diantaranya yaitu menciptakan kolaborasi,

kolegialitas, dan kesatuan visi. Kolaborasi ditandai dengan terwujudnya kerjasama

warga sekolah, berbagi informasi dan strategi instruksional, komunikasi terbuka

dan jujur serta saling percaya, didorong untuk berdiskusi konstruktif, kolegialitas

adalah rasa memiliki, dukungan emosional, dan inklusi sebagai anggota terhormat

dari organisasi, dan kesatuan visi terwujud dalam sikap menghargai musyawarah,

dimana kemufakatan dapat menghindarkan keterasingan guru dan sikap

mementingkan diri sendiri, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan

bersama, saling menghargai, dan saling ketergantungan. Budaya sekolah adalah

sebagai suatu sistem makna yang dianut bersama oleh warga sekolah. Jadi untuk

menciptakan budaya sekolah, kepala sekolah tidak dapat bekerja sendiri,

melainkan harus menyertakan guru di dalamnya, untuk menentukan nilai,

keyakinan, dan norma yang akan dijadikan sebagai budaya sekolah. Jadi, semua

warga sekolah turut serta dalam menciptakan budaya sekolah. Karena nilai,

keyakinan, dan norma yang menjadi budaya sekolah adalah hasil kesepakatan

bersama, maka sifatnya akan mengikat semua warga sekolah untuk menjadikan

budaya sekolah sebagai dasar bersikap dan berperilaku di sekolah. Setelah adanya

suatu kesepakatan, maka kepala sekolah juga harus mampu merangkul semua

warga sekolah dengan cara menjadi teladan bagi guru dan warga sekolah lainnya.

Dengan terwujudnya budaya sekolah yang sehat, budaya sekolah tersebut dapat

dipertahankan dan bahkan ditingkatkan yang nantinya akan bermuara pada


(30)

Selain kepala sekolah, guru juga harus melakukan upaya untuk

membangun budaya sekolah yang sehat. Nilai, keyakinan, dan norma yang telah

menjadi kesepakatan bersama harus dijadikan sebagai dasar untuk bersikap,

berperilaku, dan bertindak selama berada di lingkungan sekolah, sehingga nilai,

keyakinan, dan norma tersebut menjadi budaya sekolah. Dengan demikin, budaya

sekolah yang terbentuk akan berfungsi sebagai pengikat seluruh komponen

sekolah, sebagai integrator atau alat untuk menyatukan beragam sifat, karakter,

dan kemampuan anggota organisasi sekolah, sebagai suntikan energi untuk

mencapai kinerja yang tinggi atau menstimulus antusiasme guru dan staf dalam

menjalankan tugasnya, sebagai representasi dari ciri kualitas yang berlaku dalam

sekolah tersebut, sebagai sumber penting stabilitas dan kelanjutan sekolah

sehingga memberikan rasa aman bagi warga sekolah, membantu para guru baru

untuk menginterpretasikan apa yang terjadi di sekolah, dan menjadi motivator

atau pemberi semangat bagi para anggota organisasi.

Terwujudnya budaya sekolah yang harmonis dan sehat akan bermuara

pada meningkatnya komitmen guru. Pada dasarnya, komitmen guru itu hendaknya

tumbuh dari dalam diri guru itu sendiri dimana guru memiliki keinginan kuat

untuk memberi kontribusi yang berarti dan terlibat aktif bagi pencapaian tujuan

pendidikan, jadi bukan sekedar loyalitas yang pasif. Dengan penerimaan guru

akan berbagai nilai, norma, dan keyakinan yang menjadi kultur di sekolah,


(31)

3. Upaya peningkatan komitmen guru melalui peningkatan pengelolaan stres

Diterimanya hipotesis ketiga yang diajukan, maka upaya meningkatkan

komitmen guru adalah dengan menumbuhkan dan meningkatkan pengelolaan

stres. Ada banyak faktor pemicu yang berpotensi menimbulkan stres bagi guru,

diantaranya perilaku negatif siswa, beban kerja berlebih, konflik dengan atasan,

ambiguitas peran kerja, fasilitas mengajar tidak memadai, lingkungan kerja tidak

nyaman, penghargaan kinerja rendah, kesempatan karir terbatas, penghasilan dan

dukungan sosial rendah, dan hubungan yang buruk dengan orangtua siswa.

Apabila stres tidak dikelola dengan cara yang benar, maka stres yang

berkepanjangan akan melemahkan mental dan fisik, dan juga secara signifikan

melemahkan komitmen guru.

Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh oleh guru dalam upaya

pengelolaan stres, diantaranya: keterhubungan, yaitu meningkatkan sosialisasi

dengan keluarga dan teman-teman; kehati-hatian (mindfulness), artinya seni

menerima dan menikmati kehidupan yang mendorong untuk memandang setiap

bagian dari hidup adalah penting dan dihargai; kesediaan memaafkan

(forgiveness), artinya melepaskan setiap perasaan negatif yang dihadapi; jangan mempermasalahkan hal yang sepele; memanajemen waktu dan manajemen

pekerjaan, menjaga pola hidup (mengkonsumsi makanan sehat yang bervariasi,

istirahat yang cukup, dan olahraga); dan selektif dalam bereaksi atau menghindari

reaksi yang berlebihan terhadap suatu hal yang tidak sesuai dengan harapan.


(32)

preventif (pencegahan) sebelum guru mengalami stres. Jadi ketika mengalami stres, guru dapat mengatasinya. Dengan demikian, dampak negatif dari berbagai

beban pikiran yang mungkin timbul dapat ditekan.

Kepala sekolah juga diharapkan berperan dalam pengelolaan stres guru.

Upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah diantaranya adalah menjadi

mitra atau partner bagi sekaligus leader bagi guru. Jadi, ketika guru menghadapi

kendala dalam tugasnya, guru tidak sungkan untuk sharing atau terbuka mengenai

setiap kondisi yang sedang ia hadapi kepada kepala sekolah. Dalam kondisi ini,

kepala sekolah hendaknya memberi perhatian dan memberi solusi dari kendala

yang dihadapi oleh guru. Tidak jarang, kondisi yang membuat guru tertekan justru

sikap dari kepala sekolah. Hendaknya kepala sekolah menciptakan hubungan yang

harmonis dengan guru, yang memungkinkan guru bisa terbuka dan jujur mengenai

perasaan mereka tentang sikap kepala sekolah. Ketika guru melakukan kesalahan,

sikap bijaksana kepala sekolah sangat penting dalam menegur guru, sehingga guru

yang ditegur tidak merasa sedang ditekan atau dikucilkan yang menimbulkan stres

bagi guru. Kepala sekolah hendaknya bisa memahami setiap pribadi guru

sehingga tahu cara yang paling tepat untuk menyampaikan teguran dan perbaikan

kepada guru yang besangkutan, dan juga memberi guru yang bersangkutan untuk

memberi argumen dari kesalahan yang dilakukannya.

Dengan pengelolaan stres yang baik, maka dampak negatif dari adanya

stres akan dapat ditekan sehingga tidak mengganggu kepada aktivitas guru

sebagai pendidik. Dengan pengelolaan stres yang baik oleh guru, maka komitmen


(33)

C. Saran Penelitian

Berdasarkan temuan penelitian, maka diajukan beberapa saran berikut

untuk meningkatkan komitmen guru:

1. Kepala sekolah hendaknya:

a) Bersama dengan guru merumuskan nilai, norma, dan keyakinan yang

diterapkan di sekolah, dan senantiasa memberi teladan bagi seluruh

warga sekolah, khususnya bagi guru.

b) Menciptakan suasana kekeluargaan di sekolah, solidaritas, dan empati

sehingga guru merasa nyaman untuk terbuka mengenai kesulitan yang

dihadapi, dan selalu membantu mengatasi kendala yang dihadapi guru.

c) Rutin melakukan evaluasi terhadap diri sendiri dengan cara meminta

kritik dan saran dari guru mengenai kepemimpinan kepala sekolah.

d) Melibatkan guru dalam mencari solusi bagi permasalahan yang sedang

dihadapi oleh sekolah serta memberikan kesempatan yang merata bagi

guru untuk mengembangkan diri.

2. Guru hendaknya:

a) Membangun budaya terbuka bagi sesama guru, sehingga apabila salah

seorang guru menghadapi kendala yang tidak dapat diselesaikan

sendiri, kesulitan tersebut bisa didiskusikan bersama dengan guru lain.

b) Berpikir positif (positive thingking) terhadap kritik dan saran dari

kepala sekolah rekan dan guru, sehingga sikap yang terbentuk adalah

kritik dan saran tersebut sebagai suatu bentuk perhatian yang sifatnya


(34)

c) Menyadari kewajiban sebagai guru untuk membuat persiapan matang

sebelum melakukan kegiatan PBM di kelas, dengan sadar mematuhi

berbagai nilai, norma, dan keyakinan yang diterapkan di sekolah

sehingga menjadi budaya sekolah yang tertanam kuat dalam diri

masing-masing guru, dan bersedia menerima sanksi dari kesalahan

yang dilakukan.

d) Aktif mengembangkan diri, menambah wawasan dan pengetahuan

yang mendukung pekerjaannya, saling membagi pengalaman dan

informasi baru mengenai hal-hal yang mendukung kegiatan PBM, dan

membangun empati dan solidaritas dengan sesama guru.

3. Dinas pendidikan hendaknya:

a) Rutin melakukan kegiatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan

guru yang dikombinasikan dengan pengetahuan pengelolaan stres

guru.

b) Mendukung dan memberi kesempatan yang merata bagi guru untuk

mengembangkan diri (melanjutkan pendidikan).

c) Memberikan reward kepada guru yang berprestasi, sebagai motivasi

bagi guru yang bersangkutan dan bagi guru yang lain.

4. Bagi peneliti lain, perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang penelitian

ini dengan variabel yang berbeda yang turut memberikan pengaruh

terhadap komitmen guru, mengingat adanya keterbatasan dalam


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asrori. 2011. Pengertian Profesional Guru.

http://www.asrori.com/2011/04/pengertian-profesionalisme-guru.html (diakses 25 April 2012)

Azizi, Yahya. 2005. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres di Kalangan Guru Sekolah Menengah Di Malaysia”. Journal Of Educational Enquiry.

Berg, B.J. 2009. Budaya Sekolah: Apa itu? Bagaimana kita memperbaikinya? http://mespa.net/School_Culture_What_is_it_How_do_we_improve_it.ht ml (Diakses 05 Juni 2012)

Berg, Gunnar. 2000. School Culture and Teachers’ Esprit de Corps, School Culture – A Complex Concept. Sweden: University of Dalarna

http://www.oki.hu/oldal.php?tipus=cikk&kod=quality-03-Berg (diakses 19

Maret 2012)

Chairy, Liche Seniati. Seputar Komitmen Organisasi. Arisan Angkatan ’86 F.Psi.UI. Jakarta: 8 September 2002.

Colquitt, Jason A, Jeffery A. LePine, dan Michael J. Wesson. 2009. Organizational Behavior, Improving Performance and Commitment in the Workplace. New York: McGraw Hill.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia

Engkoswara. 2002. Lembaga Pendidikan sebaai Pusat Pembudayaan, Cetakan Pertama. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Gibson, James L, J.M. Ivancevich, James H. Donelly Jr. 1997. Organisasi (Edisi Kelima, Jilid 2). Jakarta: Erlangga


(36)

---. 2004. Manajemen (Edisi ke 7 Jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Hamalik, Oemar. 2003. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hardjana, Agus M. 1994. Stres tanpa Distress. Yogyakarta: Kanisius.

Hikmat. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

http:hdr.undp.org/en/statistics (diakses 19 Maret 2012)

Kinicky, Angelo dan Robert Kreitner. 2006. Organizational Behavior, Concepts, Skills, & Best Practices (Second Edition). New York: McGraw Hill. Kythreotis, Andreas dan Petros Pashiardis. (2004). “The influence of School

Leadership Styles and Culture on Students' Achievement in Cyprus Primary Schools”. Emerald, Journal of Educational Administration.

Lok, Peter dan John Crawford. 1999. “The Relationship Between Commitment and Organizational Culture, Subculture, Leadership Style and Job Satisfaction in Organizational Change and Development”. Leadership and Organization Development Journal: MCB University Press.

Lumbangaol, Masdiana. 2010. “Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja, dan Pengendalian Stres Terhadap Komitmen Guru (Studi Empiris di Sub Rayon SMP Negeri 41 Medan)”, Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Luthans, Fred. 2005. Organizational Behavior (Tenth Edition). New York: McGraw Hill.

---. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta: Andi.

Mahfuzh, Hakiki. Membangun Kultur Sekolah yang Berbasis Mutu.

http://www.josseybass.com/ (diakses 25 April 2012)

Masaong, Abdul Kadim dan Arjan A. Tiloni. 2011. Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence (Sinergi Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spritual untuk Meraih Kesuksesan yang Gemilang). Bandung: Alfabeta.


(37)

Meijen, Jolise Van Stuyvesant. 2007. “The Influence of Organisational Culture on Organisational Commitment at A Selected Local Municipality”. Thesis. Rhodes University.

Muslim, Sri Banun. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta.

Newstrom, John W. 2007. Organizational Behavior (Twelfth Edition). New York: McGraw Hill.

Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model, dan Aplikasi). Jakarta: Grasindo.

Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi (Strategi meningkatkan Kinerja Perusahaan). Bandung: Rosdakarya.

Purba, Sukarman. 2010. Kinerja Pimpinan Jurusan di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Laksbang Pressindo.

Quinn, Andrea Jean. (2005). “School Leadership, Culture, and Teacher Stress: Implications for Problem Students”. Thesis: Griffith University.

Ridwan dan Engkos Achmad Kuncoro. 2011. Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analisys (Analisis Jalurt). Bandung: Alfabet.

Rivai, Veithzal dan Sylviana Murni. 2010. Education Management. Jakarta: Pers Rajawali.

Rivai, Veithzal dan Dedy Mulyadi, 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Edisi ketiga). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi (Konsep, Kontroversi, Aplikasi) Jilid 2. Jakarta: Prenhallindo.

Rohiat. 2009. Manajemen Sekolah. Bandung: Refika Aditama.

Safaria, Triantoro. 2012. Stres Kerja Pendidik. Suara Merdeka, 19 Januari 2012.

Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


(38)

Saudagar, Fachrudin dan Ali Idrus. 2011. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Agung Persada.

Siwi, Tri. 2005. “Pengaruh Komitmen Profesi, Partisipasi Anggaran dan Self-Efficacy Terhadap Konflik Peran (Studi Empiris Pada Wanita Karir di Yogyakarta)”, Simposium Riset Ekonomi II. Surabaya: Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI).

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudrajat, Akhmad. 2010. Tentang Pendidikan: Budaya Sekolah.

http://akhmadsudrjat.com/2011/03/budaya-sekolah.html/ (diakses 25 April

2012)

---. 2010. Tentang Pendidikan: Mengelola Stres

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/01/21/mengelola-stres.html/ (diakses 25 April 2012)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Pendekatan Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

---. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Sulistyo, Agung Budi. “Komitmen Profesi dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening dalam Hubungan Antara Etika Kerja Islami dan Sikap Terhadap Perubahan organisasi (Studi pada Auditor Internal di Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Burse Efek Jakarta)”. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Ukur, Jumpa. 2011. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kepuasan Kerja, dan Pengendalian stres terhadap Komitmen Kepala Sekolah di Sekolah Dasar (SD) Negeri/MI di Kota Tebing Tinggi”. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.


(39)

Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wangsa, Teguh. 2010. Menghadapi Stres dan Depresi. Yogyakarta: Oryza.


(1)

c) Menyadari kewajiban sebagai guru untuk membuat persiapan matang sebelum melakukan kegiatan PBM di kelas, dengan sadar mematuhi berbagai nilai, norma, dan keyakinan yang diterapkan di sekolah sehingga menjadi budaya sekolah yang tertanam kuat dalam diri masing-masing guru, dan bersedia menerima sanksi dari kesalahan yang dilakukan.

d) Aktif mengembangkan diri, menambah wawasan dan pengetahuan yang mendukung pekerjaannya, saling membagi pengalaman dan informasi baru mengenai hal-hal yang mendukung kegiatan PBM, dan membangun empati dan solidaritas dengan sesama guru.

3. Dinas pendidikan hendaknya:

a) Rutin melakukan kegiatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan guru yang dikombinasikan dengan pengetahuan pengelolaan stres guru.

b) Mendukung dan memberi kesempatan yang merata bagi guru untuk mengembangkan diri (melanjutkan pendidikan).

c) Memberikan reward kepada guru yang berprestasi, sebagai motivasi bagi guru yang bersangkutan dan bagi guru yang lain.

4. Bagi peneliti lain, perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang penelitian ini dengan variabel yang berbeda yang turut memberikan pengaruh terhadap komitmen guru, mengingat adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian dan hasil yang diperoleh belum maksimal.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asrori. 2011. Pengertian Profesional Guru.

http://www.asrori.com/2011/04/pengertian-profesionalisme-guru.html (diakses 25 April 2012)

Azizi, Yahya. 2005. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres di Kalangan Guru Sekolah Menengah Di Malaysia”. Journal Of Educational Enquiry.

Berg, B.J. 2009. Budaya Sekolah: Apa itu? Bagaimana kita memperbaikinya? http://mespa.net/School_Culture_What_is_it_How_do_we_improve_it.ht ml (Diakses 05 Juni 2012)

Berg, Gunnar. 2000. School Culture and Teachers’ Esprit de Corps, School Culture – A Complex Concept. Sweden: University of Dalarna

http://www.oki.hu/oldal.php?tipus=cikk&kod=quality-03-Berg (diakses 19 Maret 2012)

Chairy, Liche Seniati. Seputar Komitmen Organisasi. Arisan Angkatan ’86 F.Psi.UI. Jakarta: 8 September 2002.

Colquitt, Jason A, Jeffery A. LePine, dan Michael J. Wesson. 2009. Organizational Behavior, Improving Performance and Commitment in the Workplace. New York: McGraw Hill.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia

Engkoswara. 2002. Lembaga Pendidikan sebaai Pusat Pembudayaan, Cetakan Pertama. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Gibson, James L, J.M. Ivancevich, James H. Donelly Jr. 1997. Organisasi (Edisi Kelima, Jilid 2). Jakarta: Erlangga


(3)

---. 2004. Manajemen (Edisi ke 7 Jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Hamalik, Oemar. 2003. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hardjana, Agus M. 1994. Stres tanpa Distress. Yogyakarta: Kanisius.

Hikmat. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

http:hdr.undp.org/en/statistics (diakses 19 Maret 2012)

Kinicky, Angelo dan Robert Kreitner. 2006. Organizational Behavior, Concepts, Skills, & Best Practices (Second Edition). New York: McGraw Hill. Kythreotis, Andreas dan Petros Pashiardis. (2004). “The influence of School

Leadership Styles and Culture on Students' Achievement in Cyprus Primary Schools”. Emerald, Journal of Educational Administration.

Lok, Peter dan John Crawford. 1999. “The Relationship Between Commitment and Organizational Culture, Subculture, Leadership Style and Job Satisfaction in Organizational Change and Development”. Leadership and Organization Development Journal: MCB University Press.

Lumbangaol, Masdiana. 2010. “Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja, dan Pengendalian Stres Terhadap Komitmen Guru (Studi Empiris di Sub Rayon SMP Negeri 41 Medan)”, Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Luthans, Fred. 2005. Organizational Behavior (Tenth Edition). New York: McGraw Hill.

---. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta: Andi.

Mahfuzh, Hakiki. Membangun Kultur Sekolah yang Berbasis Mutu. http://www.josseybass.com/ (diakses 25 April 2012)

Masaong, Abdul Kadim dan Arjan A. Tiloni. 2011. Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence (Sinergi Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spritual untuk Meraih Kesuksesan yang Gemilang). Bandung: Alfabeta.


(4)

Meijen, Jolise Van Stuyvesant. 2007. “The Influence of Organisational Culture on Organisational Commitment at A Selected Local Municipality”. Thesis. Rhodes University.

Muslim, Sri Banun. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta.

Newstrom, John W. 2007. Organizational Behavior (Twelfth Edition). New York: McGraw Hill.

Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model, dan Aplikasi). Jakarta: Grasindo.

Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi (Strategi meningkatkan Kinerja Perusahaan). Bandung: Rosdakarya.

Purba, Sukarman. 2010. Kinerja Pimpinan Jurusan di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Laksbang Pressindo.

Quinn, Andrea Jean. (2005). “School Leadership, Culture, and Teacher Stress: Implications for Problem Students”. Thesis: Griffith University.

Ridwan dan Engkos Achmad Kuncoro. 2011. Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analisys (Analisis Jalurt). Bandung: Alfabet.

Rivai, Veithzal dan Sylviana Murni. 2010. Education Management. Jakarta: Pers Rajawali.

Rivai, Veithzal dan Dedy Mulyadi, 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Edisi ketiga). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi (Konsep, Kontroversi, Aplikasi) Jilid 2. Jakarta: Prenhallindo.

Rohiat. 2009. Manajemen Sekolah. Bandung: Refika Aditama.

Safaria, Triantoro. 2012. Stres Kerja Pendidik. Suara Merdeka, 19 Januari 2012.

Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


(5)

Saudagar, Fachrudin dan Ali Idrus. 2011. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Agung Persada.

Siwi, Tri. 2005. “Pengaruh Komitmen Profesi, Partisipasi Anggaran dan Self-Efficacy Terhadap Konflik Peran (Studi Empiris Pada Wanita Karir di Yogyakarta)”, Simposium Riset Ekonomi II. Surabaya: Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI).

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudrajat, Akhmad. 2010. Tentang Pendidikan: Budaya Sekolah.

http://akhmadsudrjat.com/2011/03/budaya-sekolah.html/ (diakses 25 April 2012)

---. 2010. Tentang Pendidikan: Mengelola Stres

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/01/21/mengelola-stres.html/ (diakses 25 April 2012)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Pendekatan Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

---. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Sulistyo, Agung Budi. “Komitmen Profesi dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening dalam Hubungan Antara Etika Kerja Islami dan Sikap Terhadap Perubahan organisasi (Studi pada Auditor Internal di Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Burse Efek Jakarta)”. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Ukur, Jumpa. 2011. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kepuasan Kerja, dan Pengendalian stres terhadap Komitmen Kepala Sekolah di Sekolah Dasar (SD) Negeri/MI di Kota Tebing Tinggi”. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.


(6)

Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wangsa, Teguh. 2010. Menghadapi Stres dan Depresi. Yogyakarta: Oryza.


Dokumen yang terkait

Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri Di Kota Tanjungbalai

0 31 114

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH, DAN PENGELOLAAN STRES TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI KOTA GUNUNGSITOLI.

0 3 39

PENGELOLAAN KARAKTER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 19 PURWOREJO Pengelolaan Karakter Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Purworejo.

0 1 15

PENGELOLAAN KARAKTER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 19 Pengelolaan Karakter Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Purworejo.

0 5 10

PENGARUH BUDAYA SEKOLAH, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN PENGELOLAAN STRES KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KABUPATEN PADANG LAWAS.

0 2 39

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH, KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN MARDINGDING KABUPATEN KARO.

1 4 46

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 1 SAWIT.

0 1 10

Pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap komitmen organisasi di sekolah menengah pertama negeri di kecamatan sukasari Kota bandung.

0 3 65

PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP BUDAYA MUTU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI : Survey Terhadap Persepsi Guru di Kota Bandung.

0 16 93

KONTRIBUSI IKLIM SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA.

0 1 160