Pengaruh Iklim Organisasi Dan Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Hotel Asana Agung Putra Bali.
i
PENGARUH IKLIM ORGANISASI DAN STRES KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL ASANA AGUNG PUTRA
BALI SKRIPSI
Oleh :
I GUSTI AYU YULIANA LESTARI PUTRA NIM : 1215251081
PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2016
(2)
i
PENGARUH IKLIM ORGANISASI DAN STRES KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL ASANA AGUNG PUTRA
BALI SKRIPSI
Oleh :
I GUSTI AYU YULIANA LESTARI PUTRA NIM : 1215251081
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
Denpasar 2016
(3)
i
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada
tanggal: 12 Mei 2016
Tim Penguji: Tanda Tangan
1. Ketua : AA. Ayu Sriathi, SE., MM. ………
2. Sekretaris : I Nyoman Sudharma, SE., MM. ………
3. Anggota : Drs. Komang Ardana, MM. ………
PERNYATAAN ORISINALITAS Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen,
Dr. I Gusti Ayu Ketut Giantari, SE., M.Si. NIP. 196110021986012002
Pembimbing,
I Nyoman Sudharma, SE., MM NIP. 195205301986031001
(4)
i
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di
dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata didalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat
rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Iklim Organisasi dan Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Hotel Asana Agung Putra Bali. ” dapat
Denpasar, Mei 2016 Mahasiswa,
I Gusti Ayu Yuliana Lestari Putra
(5)
i
diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., MSi., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas fasilitas yang telah diberikan
selama mengikuti kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S, selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas bimbingan terkait kurikulum &
pengajaran selama mengikuti kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana.
3. Ibu Dr. I GustiAyuKetutGiantari, SE.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas bimbingan dan arahan
terkait jurusan manajemen selama mengikuti kuliah di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana.
4. Bapak Drs. I Ketut Suardika Natha, Msi., selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas arahan dan fasilitas selama
mengikuti kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
5. Ibu Ni Made Rastini, SE., MM., selaku Koordinator Jurusan Manajemen Program
Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas arahan dan
masukan selama mengikuti kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana.
6. Bapak I Nyoman Sudharma, SE., MM., selaku dosen pembimbing dan dosen
pembimbing akademik atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya yang
sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu A.A.A Sriathi, SE., MM., selaku dosen pembahas atas waktu, bimbingan,
(6)
i
8. Bapak Drs. Komang Ardana, MM., selaku Dosen Penguji atas waktu, bimbingan,
masukan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
9. Keluarga tercinta Papa (I Gusti Agung Gede Dharma Putra, SE), Mama (I Gusti
Ayu Leny Yuliastari ), adik kembaran saya (I Gusti Ayu Yuliani Lestari Putra),
serta adik paling kecil (I Gusti Agung Mas Ratih Lestari Putra) atas dukungan dan
doanya yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
10.Sahabat-sahabat yang selalu mendukung Mirah Reistriana, Feby Ulandari, Ugek
Ica, Dewi Putra serta teman-teman perjuangan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yaitu Desy Aristantya, Gita Sasmitha, Lia Muliani, Mikhiy Novari, Arik Septiari,
Dina Widiarti, Angel Christy, Sasya Dana, Purnama Wulandari serta teman-teman
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini
11.Pacar tercinta ( I Gusti Ngurah Adi Putra) yang telah memberikan dukungan dan
motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab
terhadap semua isi skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pihak yang berkepentingan.
Denpasar, Mei 2016
(7)
i
Judul :Pengaruh Iklim Organisasi dan Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Hotel Asana Agung Putra Bali
Nama : I Gusti Ayu Yuliana Lestari Putra NIM : 1215251081
Abstrak
Penelitian ini didasari pada pemikiran bahwa, setiap organisasi baik pemerintahan maupun swasta memiliki tujuan yang akan dicapai. Dimana kerja sama pemimpin dan orang yang dipimpin dapat melaksanakan tugas maupun fungsi-fungsi dalam struktur dilingkungan organisasi yang ada. Manajemen Sumber Daya Manusia memerlukan komunikasi yang terbuka serta hubungan dalam batas-batas , wewenang dan tanggung jawab masing-masing karyawan yang ada. Adanya konflik ini pula dapat berpengaruh kepada kepuasan kerja karyawan yang pada akhirnya karyawan tersebut mengarah pada Stres Kerja.
Penelitian ini dilakukan di Hotel Asana Agung Putra Bali . Jumlah responden yang diambil sebanyak 49 orang karyawan, dengan metode sensus atau sampling jenuh. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner dengan menggunakan skala Likert. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa pengaruh iklim organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik iklim organisasi yang terjadi, maka kepuasan kerja yang dirasakan karyawan akan meningkat. Stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, hal ini menunjukan semakin tinggi stres yang dialami oleh karyawan maka semakin rendah kepuasan kerjanya.
Disarankan agar manajemen hotel memberikan penghargaan saat menyelesaiakan tugas dengan baik, manajmenen sebaiknya memberikan waktu yang cukup bagi karyawan untuk meneyelesaiakan suatu pekerjaan, dan yang terakhir manajemen memperhitungkan imbalan dan balas jasa yang sesuai dengan harapan karyawan.
(8)
i DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DANA HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori ... 11
2.1.1 Kepuasan kerja ... 11
2.1.2 Iklim organisasi ... 15
2.1.3 Stres Kerja ... 19
2.2 Hipotesis Penelitian ... 26
2.2.1 Pengaruh Iklim organisasi terhadap kepuasan kerja ... 26
2.2.2 Pengaruh stress kerja terhadap kepuasan kerja……….27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 29
3.2 Lokasi Penelitian ... 29
3.3 Obyek Penelitian ... 29
3.4 Identifikasi Variabel ... 30
3.5 Definisi Operasional Variabel ... 30
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 33
3.7 Populasi, Sampel dan Responden Penelitian ... 34
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 34
3.9 Skala Pengumpulan data... ...35
3.10 Instrumen Penelitian ... 35
3.10.1 Uji Validitas ... 35
3.10.2 Uji Reabilitas ... 36
3.11 Teknik Analisis Data ... 36
3.11.1 Analisis regresi linier berganda ... 36
3.11.2 Uji Asumsi klasik ... 37
3.11.3 Pengujian hipotesis ... 38
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum HotelAsana Agung Putra ... 39
4.1.1 visi dan misi hotel Asana Agung Putra ... 39
(9)
i
4.1.3 Uraian tugas pada Hotel Asana Agung Putra………41
4.2 Hasil Pengujian Instrumen ... 53
4.3.1 Uji validitas instrumen ... 53
4.3.2 Uji reliabilitas ... 55
4.3 Deskripsi Variabel Penelitian ... 55
4.4.1 Iklim organisasi ... 57
4.4.2Stres kerja ... 58
4.4.3 Kepuasan kerja ... 59
4.4 Pengujian Hipotesis ... 59
4.5.1 Uji kelayakan model F ………..64
4.5.2 Uji kelayakan model T ... 64
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian………...…....67
4.8.1 Pengaruhiklim organisasi terhadap kepuasan kerja ... 67
4.8.2 Pengaruh stress kerja terhadap kepuasan kerja ... 68
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 70
5.2 Saran ... 70
DAFTAR RUJUKAN ... 72
(10)
i
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1 Hasil uji validitas variable iklim organisasi, stress kerja, kepuasan
kerja…...54
4.2 Hasil uji reabilitas variable iklim organisasi, stress kerja, . dan kepuasan kerja...57
4.3 Jawaban responden tentang iklim organisasi ... 57
4.4 Jawaban responden tentang stress kerja ... 58
4.5 Jawaban responden tentang kepuasan kerja ... 59
4.6 Hasil uji autokolerasi ... 61
4.7 Hasil uji multikolineraritas ... 62
4.8 Hasil uji heteroskedasstisitas ... 63
(11)
i
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
(12)
i
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1 Kuesioner Penelitian ... 77
(13)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Bali merupakan salah satu kawasan pariwisata di Indonesia yang saat ini
mampu menampung jumlah wisatawan yang terus bertambah dari waktu ke waktu.
Bali memiliki beragam tempat wisata yang terkenal sampai mancan negara, salah satu
tempat wisata tersebut adalah di daerah Kuta Kabupaten Badung.Dimana Hotel
Asana Agung Putra bertempat di daerah kuta dan merupakan salah satu pilihan untuk
menginap bagi para wisatawan lokal maupun asing.Tenaga kerja atau karyawan
merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam suatu perusahaan,
karena tanpa karyawan perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik. Cholil dan Riani
(dalam Mulyati, 2003) mengatakan bahwa karyawan adalah sebagai modal utama
bagi perusahaan oleh sebab itu karyawan perlu dikelola agar tetap menjadi produktif
akan tetapi dalam pengelolaannya bukanlah hal yang mudah, karena karyawan
mempunyai pikiran, status, serta latar belakang yang berbeda. SDM senantiasa
melekat pada setiap organisasi apapun sebagai faktor penentu keberadaan dan
peranannya dalam memberikan konstribusi kearah pencapaian tujuan organisasi
secara efektif dan efisien.
Pentingnya kepuasan kerja pegawai dalam suatu organisasi dapat dilihat dari
(14)
terhadap organisasi, begitu pada sebaliknya pegawai yang tidak puas dalam
pekerjaanya akan cenderung memberikan respon yang tidak baik terhadap
pekerjaannya, maka dari itu kepuasan kerja pegawai harus menjadi perhatian utama
manajemen dalam suatu organisasi (Afriani, 2013). Kepuasan kerja adalah sikap
umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukan perbedaan antara jumlah
penghargaan yang ditrima pekerjaan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka
terima (Robbins, 2003:78).
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya,
dimana kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka
(Handoko, 2001:193).Menurut Firmansah dan Santy (2011) kepuasan kerja timbul
akibat cara yang ditunjukan para manajer dalam memeperhatikan dan meminta
pendapat serta keikutsertaan bawahannya, sehingga para pekerja merasa bahwa
merka merupakan bagian dari internal organisasi dari organisasinya dan merasa
bahwa atas memperhatikan mereka. Susanty (2012) menekankan kepuasan kerja
karyawan harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, didekasi, kecintaan,
dan kedisiplinan karyawan meningkat.Kepuasan kerja karyawan sangat penting dan
merupakan kunci pendorong moral dan kedisiplinan pegawai dalam mendukung
terwujudnya tujuan perusahaan (Hasibuan 2007:23).
Kepuasan kerja yang telah di dapatkan pada karyawan, perusahaan menghimbau agar
(15)
tujuan yang telah di tentukan sebelumnya terutama untuk mempertahankan iklim
organisasi yang kondusif.Hasil penelitian dari Surachim dan Firdaus (2008) dapat
diketahui bahwa iklim organisasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap
kepuasan kerja karyawan.
Brown and Leigh (1996) mengatakan bahwa iklim organisasi menjadi sangat
penting organisasi yang dapat menciptakan lingkungan dimana karyawan merasa
ramah dapat mencapai potensi yang penuh dalam melihat kunci dari keunggulan
bersaing, oleh karena itu iklim organisasi dapat dilihat sebagai variable kunci
kesuksesan organisasi. Iklim organisasi yang baik sangat penting untuk diciptakan
karena hal ini merupakan persepsi seorang karyawan tentang apa yang diberikan oleh
organisasi dan kemudian menjadi dasar penentuan tingkah laku bagi karyawan (Sari,
2009). Iklim organisasi yang baik ditunjukan oleh adanya sikap keterbukaan,penuh
kepercayaan dan tanggung jawab (Idrus, 2006). Susanty (2012) menyebutkan iklim
organisasi setiap organisasi dengan organisasi yang lain tentunya berbeda-beda ,
iklim organisasi yang berbeda-beda tersebut mempengaruhi perilaku SDM yang
berada di dalam organisai. Pegawai akan merasakan bahwa iklim yang ada didalam
perusahaanya baik dan menyenangkan apabila mereka dapat melakukan sesuatu yang
bermanfaat bagi perusahaan dan menimbulkan perasaan berharga.
Kurniasari dan Halim (2013) menyatakan adanya iklim organisasi yang baik
akan dapat menimbulkan kepuasan kerja, pegawai yang berada dalam iklim
(16)
mau melakukan sesuatu kegitan dan pekerjaan yang menjadi kewajiban dan juga
tidak segan-segan untuk melaksanakan tugas di luar pekerjannya. Penting bagi
karyawan untuk mengusahakan agar dapat koreksi positif antara iklim organisasi
dengan kepuasan kerja seorang dalam organisasi , artinya menjadikan iklim
organisasi untuk memacu kepuasan kerja karyawan yang lebih baik (Kurniasari dan
Halim, 2013). Singh et al., (2011) menyatakan iklim organisasi berpengaruh positif
terhadap kepuasan kerja pegawai.
Rendahnya kepuasan kerja pegawai di duga ada hubungannya dengan stres
kerja.Hasil penelitian Faqihudin dan Gunistiyo (2010) diketahui stres kerja
mempunyai pengaruh siknifikan dan negatif terhadap kepuasan kerja karyawan. Stres
kerja adalah suatu kondisi dinamis dimana seorang individu diharapkan pada peluang,
tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang di haruskan oleh individu
itu dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting, stres sendiri tidak mesti buruk
meskipun biasanya dibahas dalam konteks negatif stress juga memiliki nilai positif,
dari sudut pandang organisasi manajemen mungkin tidak peduli ketika karyawan
mengalami tingkat stress rendah hingga menengah (Robbins, 2008:337).
Stress merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan
pikiran, dan kondisi fisik seseorang (Siagaan,2003:300). Stres juga merupakan
kondisi yang menjadi kompenen yang berbeda termasuk tekanan emosional,
khawatir, dan hilangnya keterlibatan dalam melaksanakan tugas (Matthews et al.,
(17)
umumnya menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang tidak sesuai dengan tuntuta dari
perusahaan.Hal ini terutama disebabkan oleh benturan-benturan, ketegangan, tekanan
atau penyesuaian dirinya yang kurang harmonis dengan lingkungan yang kemudian
menimbulkan stres dan mempengaruhi tingkah laku individu (Wijono, 2006). Stres
tersebut akan muncul apabila ada tuntutan-tuntutan pada seseorang yang dirasakan
menantang, menekan, membebani atau melebihi daya penyesuaian yang dimiliki
individu. Akibat dari stres adalah Munculnya stres dapat disebabkan oleh adanya
berbagai sumber stres, diantaranya: kepribadian, lingkungan, dan interaksi antara
kepribadian dan lingkungan (Kahn & Quinn 1970). Smith (1981) mengemukakan
bahwa salah satu konsep stres kerja yaitu: stres kerja merupakan hasil dari keadaan
lingkungan kerja. Beberapa sumber stress ditempat kerja meliputi kelebihan beban
kerja, pengawasan yang kurang kompeten, ketidak jelasan peran dan juga kurangnya
pengakuan. Stress kerja akan menimbulkan biaya yang signifikan dalam hal
produktivitas yang rendah, karyawan yang sakit dan waktu yang hilang
(Kouloubandi, 2012) oduktivitas kerja menjadi turun (Kirkcaldy et al., 2000).
Ini adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa semua pekerjaan membuat stres
bagi karyawan dalam tingkat yang berbeda, stres yang dapat menyebabkan perubahan
fungsi alami organisme dan memiliki konsekuensi untuk kesehatan seseorang
(Stafylal et al., 2013).Terutama tanggung jawab pekerjaan yang berhubungan dengan
komoditas manajemen (Arnold et al., 2005).Stres di tempat kerja adalah masalah
(18)
organisasi dan masyarakat pada umumnya.Menurut Varca (dalam Berkbigler et al.,
2014) pekerjaan secara umum telah dianggap sebagai stres.
Hotel Asana Agung Putra Bali beralamat di jalan Poppies I Kuta , merupakan
hotel yang berkawasan strategis dan memiliki standar hotel bintang 4 yang memadai.
Pegawai di Hotel Asana Agung Putra Bali di bawahi oleh Manajemen dari
Aerowisata , Dituntut agar bekerja yang benar dan maksimal.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada pegawai yang bekerja di
Hotel Asana Agung Putra Bali memang benar terdapat masalah-masalah yang dialami
oleh pegwai dalam menjalankan pekerjaannya. Biasanya permaslahan itu dikarenakan
kurang baiknya hubungan antara pegawai satu dengan yang lainnya sehingga
menyebabkan perbedaan pendapat antar individu, dimana saya melakukan wawancara
dengan 15 pegawai pada hotel tersebut bahwa terdapat masalah dimana tidak adanya
balas jasa yang sesuai dengan harapannya seperti gaji. Mereka mengatakan bahwa
suatu jabatan di hotel tersebut tidak sesuai gajinya dengan jabatan yang sama di hotel
lain, Belum lagi iklim organisasi yang berbeda-beda antara pegawai bidang satu
dengan bidang lainnya. Misalkan contohnya situasi di ruangan kerja secara fisik yang
tidak mendukung dimana pegawai membutuhkan fasilitas yang memadai tetapi
kenyataannya tidak sehingga membuat rasa tidak nyaman terhadap pekerjaan yang
dijalaninya. Iklim organisasi yang kurang sehingga pegawai mengalami stress keja
(19)
Karyawan yang kurang mendapatkan kepuasan kerja cenderung lebih sering
absen, sering sekali mereka tidak merencanakan untuk absen namun bila ada berbagai
alasan untuk absen mereka akan dengan mudah menggunakan alasan-alasan tersebut
(Handoko, 2008:197).Indikasi rendahnya tingkat kepuasan kerja kariawan Hotel
Asana Agung Putra Bali dapat dilihat dari tingkat absensi karyawan yang dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Tingkat Absensi Karyawan Pada Hotel Asana Agung Putra Bali Tahun 2015
Bulan Jumlah
Karyawan
Jumlah hari kerja
Jumlah hari kerja seharusnya Jumlah absensi Jumlah hari masuk Presentase tingkat absensi (%)
A B C D=BXC E F=D-E G=E/D.100
Januari 49 31 1519 47 1472 3.94
Februari 49 28 1372 46 1326 3.35
Maret 49 20 980 40 940 4.08
April 49 15 735 45 690 6.12
Mei 49 29 1421 49 1372 3.44
Juni 49 30 1470 44 1426 2.99
Juli 49 27 1323 40 1283 3.02
Agustus 49 29 1421 39 1382 2.74
September 49 30 1470 45 1425 3.06
Oktober 49 31 1519 47 1472 3.09
November 49 29 1421 48 1422 3.37
Desember 49 31 1519 49 1470 3.22
Jumlah 330 16170 539 15680 42.42
Rata-rata 3.53
(20)
Dapat disimpulkan rata-rata tingakat absensi karyawan Hotel Asana Agung
Putra bulan Januari sampai bulan Desember pada tahun 2015 yaitu pada presentase
3,53. Flippo (2001:281) menyatakan bahwa apabila absensi 0 sampai 2 persen
dinyatakan baik, 3 persen sampai 10 persen dinyatakan tinggi, dan diatas 10 persen
dinyatakan tidak wajar. Kemangkiran atau tidak masuk kerja (absen) karyawan tanpa
alasan merupakan keadaan yang tidak menguntungkan perusahaan.Dengan tingkat
absesi diatas 3 persen, ini merupakan salah satu indikasi adanya masalah dalam
kepuasan kerja karyawan Hotel Asana Agung Putra Bali.
Berdasarkan uraian dari teori dan permasalahan yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini meneliti tentang “ Pengaruh Iklim Organisasi dan Stress Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Hotel Asana Agung Putra Bali”
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1) Bagaimanakah pengaruh iklim organisasi terhadap kepuasan kerja
karyawan?
(21)
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka
yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah
1) Untuk menganalisis pengaruh iklim organisasi terhadap kepuasan kerja
karyawan pada pegawai Hotel Asana Agung Putra Bali.
2) Untuk menganalisis pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja
karyawan pada Hotel Asana Agung Putra Bali.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini mampu memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis bagi pihak-pihak yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, antar
lain :
1) Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkuat
bukti empirik. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan peneliti dalam mendalami teori-teori yang berhubungan dengan
ilmu sumber daya manusia khususnya mengenai kepuasan kerja, iklim
organisasi dan stress kerja. Peneliti juga dapat belajar lebih banyak mengenai
(22)
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan praktis
dalam mengatasi kepuasan kerja yang disebabkan oleh iklim organisasi dan
stress kerja dalam lembaga pemerintahan, sehingga nantinya diharapkan dapat
menyumbangkan pemikiran lembaga pemerintahan dalam menentukan
(23)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Two factor theory herzberg
Teori ini membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap
pekerjaannya menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Motivator Faktor adalah situasi yang membuktikannya sebagai sumber
kepuasan kerja, yang terdiri dari: Achievement (keberhasilan
menyelesaikantugas), Recognition (penghargaan), Work it self(pekerjaan itu
sendiri), Responbility (tanggung jawab), Possibility of growth(kemungkinan
untuk mengembangkan diri), Advancement (kesempatan untuk maju).
2) Dissatisfer (hygiene factors) adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber
ketidak puasan yang terdiri dari company policy and administration,
supervision, technical salary, interpersonal, relation, working condition, job security and status.
2.2 Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang,yang
(24)
yang mereka yakini seharusnya mereka terima (Robbins,2003:78). Menurut Bangun
(2012 :327) menyatakan kepuasan kerja merupakan generalisai sikap-sikap terhadap
pekerjaannya. Pekerjaan yang menyenangkan untuk dikerjakan dapat dikatakan
bahwa pekerjaan itu memberi kepuasan bagi pelakunya. Bangun (2012:333) dengan
kepuasan kerja,seorang pegawai dapat merasakan pekerjaannya apakah
menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dikerjakan.
Berbagai defenisi mengenai kepuasan kerja telah dikemukakan oleh para ahli
dengan versinya masing-masing, walaupun pada dasarnya antara satu defenisi dengan
defenisi lainnya terdapat inti persamaannya.Dengan demikian kepuasan kerja dapat
diartikan sebagai sikap umum terhadap pekerjaan seseorang dimana Pekerjaan yang
menyenangkan untuk dikerjakan dapat dikatakan bahwa pekerjaan itu memberi
kepuasan bagi pelakunya.
2.2.1 Faktor kepuasan kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja,menurut Robbins
(2001:149) adalah sebagai berikut.
1) kerja yang secara mental menantang
karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan yang memberikan mereka
(25)
2) kondisi kerja
jika kondisi kerja bagus, maka karyawan akan lebih mudah mengerjakan
pekerjaan mereka, namun jika kondisi kerja rapuh, maka karyawan akan
lebih sulit menyelesaikan pekerjaan mereka.
3) Ganjaran yang pantas
System upah dan kebijakan promosi yang adil sangat diharapkan
karyawan. Bila upah dirasa adil, maka kemungkingan besar akan
menghasilkan kepuasan kerja yang tinggi.
4) rekan sekerja yang mendukung
mempunyai rekan kerja yang ramah dan mendukung akan menghantarkan
kepuasan kerja yang meningkat. Perilaku atasan juga determin dari
kepuasan.
5) kesesuaian antara kepribadan dengan pekerjaan
penghasilan atau kompensasi yang sesuai dengan harapan dan kemampuan
pegawai degan standar yang ada, adanya relevansi kepribadian yang
berarti kesesuaian motivasi, dan kecocokan yang tinggi antara
keperibadian seseorang dengan pekerjaan akan menimbulkan kepuasan
kerja.
2.2.2 Indikator Kepuasan Kerja
Azzem (2010) menyebutkan terdapat lima indikator dalam kepuasan kerja
(26)
1) Pekerjaan itu sendiri
Persepsi karyawan tentang sejauh mana pekerjaan itu memberikan
kepuasan bagi dirinya.
2) Gaji
Persepsi karyawan tentang balas jasa yang diterima karyawan sesuai
dengan harapannya.
3) Promosi
Persepsi karyawan tentang kesempatan pegawai untuk kenaikan jabatan
dan jenjang karirnya.
4) Supervisi
Supervisi merupakan kemampuan atasan untuk memberikan bantuan
secara teknis maupun memberikan dukungan dalam bekerja.
5) Rekan kerja
pola interaksi yang terjalin dengan baik antar individu dengan rekan kerja
dalam suatu organisasi
2.2.3 Penyebab Kepuasan Kerja
Menurut Kreitner dan Kinicki (2003) terdapat lima faktor yang dapat
(27)
1) Need Fulfillment (pemenuhan kebutuhan), model ini dimaksudkan bahwa
kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan memberikan
kesempatan pada individu untuk memenuhi kebutuhannya.
2) Discrepancies (perbedaan), model ini menyatakan bahwa kepuasan kerja
merupakan suatu hasil memenuhi harapan, pemenuhan harapan
mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan diperoleh
individu dari pekerjaan. Apabila harapan lebih besar dari pada apa yang
diterima, orang akan tidak puas, sebaliknya diperkirakan individu akan
puas apabila mereka menerima manfaat diatas harapan
3) Value Attainment (pencapaian nilai) , gagasan value attainment adalah
bahwa kepuasan merupkan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan
pemenuhan nilai kerja individual yang penting.
4) Equity (keadilan), dalam model ini dimaksudkan bahwa kepuasan
merupakan hasil dari persepsi orang bahwa perbandingan antara hasil
kerja dan inputnya relatif lebih menguntungkan dibandingkan dengan
perbandingan antara keluaran dan masuknya pekerjaan lainnya.
5) Dispositional genetic components (komponen genetik) ,model ini
didasarkan pada keyakinan bahwa kepuasan kerja sebagian merupakan
fungsi sifat pribadi dan faktor genetik . Model menyiratkan perbedaan
individu hanya mempunyai arti penting untuk menjelaskan kepuasan kerja
(28)
2.3 Iklim Organisasi
2.3.1 Pengertian Iklim organisasi
Menurut Wirawan (2007:12) sebagai persepsi anggota organisasi (secara
indiviual dan klompok ) dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan
organisasi (misalnya : pemasok,konsumen,konsultan dan kontraktor), mengenai apa
yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin,yang
mempengaruhi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja
organisasi. Iklim organisasi yang merupakan perpesi individu karyawan tentang
organisasinya yang memberi pengaruh pada nyaman tidaknya yang bersangkutan
bekerja di organisasi atau perusahaan tersebut (Idrus, 2006).Menurut sarjana (2012)
iklim organisasi merupakan suasana organisasi yang mendukung pelaksanaan
pekerjaan.
Iklim organisasi adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik organisasi
yang membedakan organisasi dengan organisasi lainnya yang mengarah pada
persepsi masing-masing anggota dalam memandang organisasi (Koswara,2012).
Firmansah dan Santy (2011) iklim organisasi merupakan aspek eksternal pekerjaan
yang mempengaruhi pekerja dalam meneyesuaikan tugas yang mencakup lingkungan
pekerjaan, hubungan dengan atasan dan teman sekerja dalam organisasi.
Rahimic (2013) meneyebutkan iklim organisasi sebagai persepsi karyawan
(29)
dinyatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi masing-masing pegawai mengenai
karakteristik dan kondisi organisasi yang mempengaruhi perilaku pegawai menjalani
pekerjaan.
2.3.2 Faktor-faktor pembentuk iklim organisasi
Sarjana (2012) menyatakan iklim organisasi adalah suasana organisasi yang
mendukung pelaksanan pekerjaan dengan indikator tanggung jawab anggota
organisasi, etika berorganisasi, kepedulian antara anggota organisasi dan kerja sama
antara anggota organisasi. Moekijat (2006:98) menyebutkan faktor-faktor yang
membentuk iklim organisasi, sebagai berikut. Moekijat (2006:98) menyebutkan
faktor-faktor yang membentuk iklim organisasi sebagai berikut:
1) Struktur organisasi
Formalitas dalam pembagian, pengelompokn,dan pengkoordinasian tugas
pekerjaan akan mempengaruhi iklim di organisasi.
2) Metode pengarahan dan pengawasan karyawan
Metode yang dipergunakan oleh manajer dan pengawas untuk
mengarahkan dan mengawasi pera karyawan merupakan faktor utama
untuk menentukan iklim organisasi yang menjadi tanggung jawab mereka.
3) Hakikat hubungan antar individu dan kelompok
Peranan anggota kelompok yang jelas dan terstuktur , hubungan antara
(30)
kelompok dan menciptakan iklim organisasi yang menyenangkan
anggotanya.
4) Pengaruh timbal balik antara atasan dan bawahan
Adanya timbal balik yang saling menguntungkan antara atasan dan
bawahan akan membentuk iklim organisasi yang positif.
5) Hakikat pekerjaan
Kedudukan dan susunan pekerjaan dapat menentukan hakikat hubungan
diantara orang-orang dalam pekerjaannya sehingga dapat menentukan
iklim organisasi.
6) Luas organisasi
Luasnya organisasi bisa mempengaruhi iklim organisasi. Hal ini
dikarenakan dalam organisasi yang besar misalkan pengawasan dari
atasan dan komunikasi menjadi kurang efektif.
7) Mutu lingkungan fisik
Mutu lingkungan fisik yang mengandung kesehatan dan keselamatan kerja
yang tinggi akan menciptakan iklim organisasi yang positif.
2.3.3 Indikator Iklim Organisasi
Stringer (2002) mengatakan untukmengukur iklim organisasi terdapat
(31)
1) struktur
struktur organisasi merekfleksikan perasaan organisasi secara baik dan
mempunyai peran dan tanggung jawab yang jelas dalam lingkungan
organisasi.
2) tanggung jawab
tanggung jawab merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka menjadi “bos untuk diri sendiri” dan tidak memerlukan keputusan dilegitiminasi oleh anggota organisasi lainnya.
3) penghargaan
penghargaan mengindikasikan bahwa anggota organisasi merasa dihargai jika
mereka dapat menyelesaikan tugas secara baik.
4) dukungan
dukungan mereflesikan perasaan percaya dan saling mendukung yang terus
berlangsung diantara anggota kelompok kerja.
5) komitmen
perasaan bangga anggota terhadap organisasinya dan derajat keloyalan
(32)
2.4 Stress Kerja
2.4.1 Pengertian stress kerja
Selye (dalam Leila, 2002) mendefinisikan stres sebagai the nonspesific
response of the body to any demand atau respon nospesifik tubuh untuk permintan
apapun. Robbins (2008:368), mengemukakan bahwa stres sebagai suatu
ketidakseimbangan antara keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga
menimbulkan konsekuensi penting bagi dirinya. Stres di tempat kerja adalah sres
yang memanifestasikan dirinya di tempat kerja yang mengacu pada persepsi
karyawan dari kerja sebagai ancaman (Caplan, 1980).
Berbagai defenisi mengenai stres telah dikemukakan oleh para ahli dengan
versinya masing-masing, walaupun pada dasarnya antara satu defenisi dengan
defenisi lainnya terdapat inti persamaannya.Dengan demikian stres kerja dapat
diartikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan yang menimbulkan ketegangan
dan rasa gelisah karena tugas-tugas atau situasi yang ada di tempat kerja.
2.4.2 Faktor stres kerja
Handoko (2001), menyatakan karyawan yang mengalami stres bisa
menjadi nervous dan merasakan kekhawatiran kronis. Mereka sering menjadi
mudah marah, tidak dapat relaks, atau menunjukkan sikap yang tidak kooperatif,
(33)
menyatakan ada beberapa kondisi kerja yang sering menyebabkan stres bagi para
karyawan, diantaranya:
1) Beban kerja yang berlebihan
2) Tekanan atau desakan waktu
3) Kualitas supervisi yang jelek
4) Iklim politis yang tidak aman
5) Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
6)Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab
7) Kemenduaan peranan (role ambiguity)
8) Frustasi
9) Konflik antar pribadi dan antar kelompok
10) Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan
11)Berbagai bentuk perubahan.
Mengenai penyebab stres Robbins (2008), menyatakan bahwa ada banyak
(34)
1) Tuntutan Tugas
Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang.
Faktor ini mencakup desain pekerjaan individu (otonomi, keragaman tugas,
tingkat otomatisasi), kondisi kerja, dan tata letak kerja fisik.
2) Tuntutan Peran
Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang
sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu.
Konflik peran menciptakan harapan-harapan yang barangkali sulit dipuaskan.
Kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkan untuk melakukan lebih
daripada yang dimungkinkan olehwaktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan
peran tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa
yang harus dikerjakan.
3) Tuntutan Antar Pribadi
Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain.
Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang
buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya di antara para
(35)
4) Struktur Organisasi
Struktur organisasi menentukan tingkat diferensiasidalam organisasi, tingkat
aturan dan peraturan, dan di mana keputusandiambil. Aturan yang berlebihan dan
kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada
karyawan merupakan contoh variabel struktural yang dapat merupakan potensi
sumber stres.
5) Kepemimpinan Organisasi
Kepemimpinan organisasi menggambarkan gaya manajerial eksekutif senior
organisasi. Beberapa manajer menciptakan budaya yang dicirikan oleh
ketegangan, rasa takut, dan kecemasan mereka meberikan tekanan yang tidak
realistis untuk berkinerja dalam jangka pendek, memaksakan pengawasan yang
sangat ketat, dan secara rutin memecat karyawan yang tidak dapat mengikuti.
6) Tingkat Hidup Organisasi
Organisasi berjalan melalui siklus. Didirikan, tumbuh, menjadi dewasa, dan
akhirnya merosot. Tahap kehidupan organisasi, yaitupada siklus empat tahap ini
menciptakan masalah dan tekanan yang berbeda bagi para karyawan.Tahap
pendirian dan kemerosotan sangat menimbulkan stres. Yang pertama dicirikan
oleh besarnya kegairahan dan ketidakpastian, sedangkan yang kedua lazimnya
(36)
berbeda. Stres cenderung paling kecildalam tahap dewasa di mana ketidakpastian
berada pada titik terendah.
Hurrell (dalam Atmaji, 2011) mengelompokkan pembangkit stres (stressors)
ke dalam lima kategori besar, yaitu:
1) Faktor Intrinsik dalam Pekerjaan, faktor ini meliputi:
(1) Tuntutan Fisik
Kondisi kerja fisik memiliki dampak terhadap kesehatan mental dan
keselamatan kerja karyawan, sehingga dapat menjadi pembangkit stres.
Kondisi fisik tersebut meliputi bising, vibrasi (getaran), serta hygiene
(kesehatan dan kebersihan).
(2) Tuntutan Tugas
a) Kerja Shift atau Kerja Malam
Kerja shift/kerja malam dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi
para pekerja. Penelitian menunjukkan bahwa kerja shif merupakan
sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik.
b) Beban Kerja
Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan
(37)
2) Peran Individu dalam Organisasi
Tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan perannya tanpa
menimbulkan masalah. Kurang baik berfungsinya (disfunction) peran, yang
dapat menjadi pembangkit stres misalnya konflik peran serta kebimbangan
peran (role ambiguity). Konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja
mengalami adanya pertentangan antara tugas-tugas yang harus dilakukan dan
tanggung jawab yang dimiliki, tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan,
bawahan, atau orang lain yang dinilai penting, serta pertentangan nilai-nilai
dan keyakinan pribadi dengan tugas atau pekerjaan yang dijalankan.
Kebimbangan peran (role ambiguity) dirasakan jika seorang tenaga kerja tidak
memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak
mengerti atau merealisasi harapan-harapan yang berkaitan dengan peran
tertentu.
3) Pengembangan karier
Pengembangan karier merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup
ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang.
4) Hubungan dalam pekerjaan
Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya
kepercayaan yang rendah, taraf pemberian support yang rendah, dan minat
(38)
5) Tuntutan dari luar organisasi atau pekerjaan
Faktor ini mencakup segala unsur kehidupan seseorang yang dapat
berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja di dalam satu
organisasi, dan memberi tekanan pada individu seperti konflik antara tuntutan
keluarga dan tuntutan organisasi, krisis kehidupan, kesulitan keuangan,
keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang bertentangan.
2.4.3 Tipe-tipe stres
Menurut Wijono (2006), stres sendiri dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe,
yaitu eustress dan distress.
1) Eustress adalah perasaan-perasaan yang menyenangkan (positif) individu, yang
dialami karena mendapatkan penghargaan atau mendapat pujian atas dasar prestasi
kerjanya yang memuaskan.
2) Distress, yaitu perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan (negatif) individu dan
dapat menyebabkan prestasi kerjanya turun.
2.4.4 Aspek-aspek stres kerja
Menurut Schultz (dalam Almasitoh, 2011) aspek-aspek stres kerja meliputi,
pertama deviasi fisiologis, hal ini dapat dilihat pada orang yang terkena stres antara
(39)
awal, sakit punggung, susah buang air besar, gatal-gatal pada kulit, tegang,
pencernaan terganggu, tekanan darah naik, serangan jantung, keringat berlebihan,
selera makan berubah, lelah atau kehilangan daya energi, dan lain-lain. Kedua adalah
deviasi psikologis yang mencakup sedih, depresi, mudah menangis, hati merana,
mudah marah, dan panas, gelisah, cemas, rasa harga diri menurun, merasa tidak
aman, terlalu peka, mudah tersinggung, marah-marah, mudah menyerang,
bermusuhan dengan orang lain, tegang, bingung, meredam perasaan, komunikasi
tidak efektif, mengurung diri, mengasingkan diri, kebosanan, ketidakpastian kerja,
lelah mental, kehilangan spontanitas dan kreativitas, dan kehilangan semangat hidup.
Serta yang ketiga adalah deviasi perilaku yang mencakup kehilangan kepercayaan
kepada orang lain, mudah mempersalahkan orang lain, mudah membatalkan janji atau
tidak memenuhi janji, suka mencari kesalahan orang lain atau menyerang orang lain,
terlalu membentengi atau mempertahankan diri, meningkatnya frekuensi absensi,
meningkatkan penggunaan minuman keras dan mabuk, sabotase, meningkatnya
agresivitas dan kriminalitas.
2.5 Rumusan Hipotesis
2.5.1 Hubungan antara Iklim Organisasi dengan Kepuasan kerja
Menurut Gilley dan Maycunick (2000) yang menyatakan bahwa : Iklim
organisasi memiliki hubungan dengan kepuasan kerja , iklim kerja yang positif
(40)
Menurut Schneider dan Snyder (dalam Jewel dan Siegal, 1998) : Iklim organisasi merupakan konsep penjelasan yang berdasarkan pada “persepsi” lingkungan sosial organisasi , sebaliknya kepuasan kerja adalah konsep altenatif yang
berdasarkan pada perasaan mengenai persepsi tersebut. Kedua hal tersebut memiliki
kolerasi, bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Menurut Surachim dan Firdaus (2008) : Bahwa Dapat diketahui bahwa iklim
organisasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepuasan kerja karyawan.
Berdasarkan pemahaman dan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan
hipotesis sebagai berikut :
H1 : Iklim organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
karyawan pada pegawai Hotel Asana Agung Putra Bali.
2.5.2 Hubungan antara stress kerja terhadap kepuasan kerja karyawan
Penelitian yang dilakukan oleh Krambut (2012) dalam penelitiannya
menyatakan stress kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
perawat, semakin tinggi stress kerja yang dirasakan, maka kepuasan kerja semakin
rendahdan juga sebaliknya semakin rendah stress kerja yang dialami maka kepuasan
kerja semakin tinggi.
Iqbal (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh stress kerja terhadap
(41)
yang dipilih dari otoritas penerbangan sipil pakistan, dari hasil penelitian menunjukan
bahwa ada hubungan negatif antara stress kerja dengan kepuasan kerja. Hasil
penelitian Faqihudin dan Gunistiyo (2010) diketahui stress kerja mempunyai
pengaruh signifikan dan negatif terhadap kepuasan kerja karyawan. Hasil ini
menunjukan bahwa tingkat stress yang rendah akan berpengaruh nyata tercapainya
kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan pemahaman tersebut dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H2 : stress kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
(42)
2.6 Kerangka Penelitian
Gambar Kerangka Penelitian
H1
H2 H2
H1 : Iklim organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
karyawan pada pegawai Hotel Asana Agung Putra Bali.
H2 : stress kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
karyawan.
Sumber : H1: Menurut Gilley dan Maycunick (2000) ,
Schneider dan Snyder dalam Jewel dan Siegal (1998),
Surachim dan Firdaus (2008).
H2: Faridah Aini Haryanti et al. (2013), Mahwidhi (2010), R. Lexshimi
(2007), Restiaty et al. (2006). Iklim Organisasi
(X1)
Stress Kerja (X2)
Kepuasan Kerja (Y)
(1)
2) Peran Individu dalam Organisasi
Tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan masalah. Kurang baik berfungsinya (disfunction) peran, yang dapat menjadi pembangkit stres misalnya konflik peran serta kebimbangan peran (role ambiguity). Konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja mengalami adanya pertentangan antara tugas-tugas yang harus dilakukan dan tanggung jawab yang dimiliki, tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahan, atau orang lain yang dinilai penting, serta pertentangan nilai-nilai dan keyakinan pribadi dengan tugas atau pekerjaan yang dijalankan. Kebimbangan peran (role ambiguity) dirasakan jika seorang tenaga kerja tidak memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau merealisasi harapan-harapan yang berkaitan dengan peran tertentu.
3) Pengembangan karier
Pengembangan karier merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang.
4) Hubungan dalam pekerjaan
Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah, taraf pemberian support yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah organisasi.
(2)
5) Tuntutan dari luar organisasi atau pekerjaan
Faktor ini mencakup segala unsur kehidupan seseorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja di dalam satu organisasi, dan memberi tekanan pada individu seperti konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan organisasi, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang bertentangan.
2.4.3 Tipe-tipe stres
Menurut Wijono (2006), stres sendiri dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe, yaitu eustress dan distress.
1) Eustress adalah perasaan-perasaan yang menyenangkan (positif) individu, yang dialami karena mendapatkan penghargaan atau mendapat pujian atas dasar prestasi kerjanya yang memuaskan.
2) Distress, yaitu perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan (negatif) individu dan dapat menyebabkan prestasi kerjanya turun.
2.4.4 Aspek-aspek stres kerja
Menurut Schultz (dalam Almasitoh, 2011) aspek-aspek stres kerja meliputi, pertama deviasi fisiologis, hal ini dapat dilihat pada orang yang terkena stres antara lain adalah sakit kepala, pusing, pening, tidak tidur teratur, susah tidur, bangun terlalu
(3)
awal, sakit punggung, susah buang air besar, gatal-gatal pada kulit, tegang, pencernaan terganggu, tekanan darah naik, serangan jantung, keringat berlebihan, selera makan berubah, lelah atau kehilangan daya energi, dan lain-lain. Kedua adalah deviasi psikologis yang mencakup sedih, depresi, mudah menangis, hati merana, mudah marah, dan panas, gelisah, cemas, rasa harga diri menurun, merasa tidak aman, terlalu peka, mudah tersinggung, marah-marah, mudah menyerang, bermusuhan dengan orang lain, tegang, bingung, meredam perasaan, komunikasi tidak efektif, mengurung diri, mengasingkan diri, kebosanan, ketidakpastian kerja, lelah mental, kehilangan spontanitas dan kreativitas, dan kehilangan semangat hidup. Serta yang ketiga adalah deviasi perilaku yang mencakup kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah mempersalahkan orang lain, mudah membatalkan janji atau tidak memenuhi janji, suka mencari kesalahan orang lain atau menyerang orang lain, terlalu membentengi atau mempertahankan diri, meningkatnya frekuensi absensi, meningkatkan penggunaan minuman keras dan mabuk, sabotase, meningkatnya agresivitas dan kriminalitas.
2.5 Rumusan Hipotesis
2.5.1 Hubungan antara Iklim Organisasi dengan Kepuasan kerja
Menurut Gilley dan Maycunick (2000) yang menyatakan bahwa : Iklim organisasi memiliki hubungan dengan kepuasan kerja , iklim kerja yang positif mengakibatkan tingginya kepuasan kerja.
(4)
Menurut Schneider dan Snyder (dalam Jewel dan Siegal, 1998) : Iklim organisasi merupakan konsep penjelasan yang berdasarkan pada “persepsi” lingkungan sosial organisasi , sebaliknya kepuasan kerja adalah konsep altenatif yang berdasarkan pada perasaan mengenai persepsi tersebut. Kedua hal tersebut memiliki kolerasi, bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Menurut Surachim dan Firdaus (2008) : Bahwa Dapat diketahui bahwa iklim organisasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepuasan kerja karyawan.
Berdasarkan pemahaman dan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Iklim organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada pegawai Hotel Asana Agung Putra Bali.
2.5.2 Hubungan antara stress kerja terhadap kepuasan kerja karyawan
Penelitian yang dilakukan oleh Krambut (2012) dalam penelitiannya menyatakan stress kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja perawat, semakin tinggi stress kerja yang dirasakan, maka kepuasan kerja semakin rendahdan juga sebaliknya semakin rendah stress kerja yang dialami maka kepuasan kerja semakin tinggi.
Iqbal (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh stress kerja terhadap kepuasan kerja karyawan. Pengumpulan data melalui survey kuesioner , dan sample
(5)
yang dipilih dari otoritas penerbangan sipil pakistan, dari hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan negatif antara stress kerja dengan kepuasan kerja. Hasil penelitian Faqihudin dan Gunistiyo (2010) diketahui stress kerja mempunyai pengaruh signifikan dan negatif terhadap kepuasan kerja karyawan. Hasil ini menunjukan bahwa tingkat stress yang rendah akan berpengaruh nyata tercapainya kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan pemahaman tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2 : stress kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.
(6)
2.6 Kerangka Penelitian
Gambar Kerangka Penelitian
H1
H2 H2
H1 : Iklim organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada pegawai Hotel Asana Agung Putra Bali.
H2 : stress kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.
Sumber : H1: Menurut Gilley dan Maycunick (2000) ,
Schneider dan Snyder dalam Jewel dan Siegal (1998), Surachim dan Firdaus (2008).
H2: Faridah Aini Haryanti et al. (2013), Mahwidhi (2010), R. Lexshimi (2007), Restiaty et al. (2006).
Iklim Organisasi (X1)
Stress Kerja (X2)
Kepuasan Kerja (Y)