PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENGEMBANGKAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA SMA :Studi Deskriptif tentang Sikap Wirausaha untuk Mengembangkan Program Bimbingan Karir pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 91 Jakarta Tahun Pelajaran 2009-2010.

(1)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN SYUKUR DAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENGEMBANGKAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA SMA A. Konsep Dasar Bimbingan Karir ... 12

B. Sikap Wirausaha... 33

C.Program Bimbingan Karir untuk Mengembangkan Sikap Wirausaha... 55

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ………..………... 84

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian……… 89

B. Subyek dan Lokasi Penelitian……… 90


(2)

vi

D. Uji coba Alat Pengumpul Data ………...………… 93

E. Teknik Analisis Data ………...………. 95

F. Langkah-langkah Penelitian ………...…...…. 96

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 99

B. Pembahasan Hasil Penelitian ……….……….... 123

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……….... 130

B. Rekomendasi ...………... 131

DAFTAR PUSTAKA ...………... 135

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. PROGRAM HIPOTETIK ... 138

B. KISI-KISI DAN INSTRUMEN PENELITIAN ... 176

C. DATA PENELITIAN ... 197


(3)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 2.1. Kompetesi professional Konselor ... 58 3.1. Indek angka korelasi berdasarkan adaptasi pendapat Balian... 94 3.2. Tabel Kualifikasi Sikap Wirausaha Siswa SMA ... 95 4.1.

4. 2. Persentase dari masing-masing aspek yang diungkap ... 103 4.3. Daftar siswa yang memerlukan pelayanan responsif ... 112 4.4. Hasil intervensi program melalui pelayanan responsif... 123


(4)

viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman 4.1. Profil Sikap Wirausaha Siswa Kelas XI SMA Negeri 91 Jakarta… . 112


(5)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

A. PROGRAM HIPOTETIK ... 138 - 175

B. KISI-KISI DAN ALAT PENGUMPUL DATA ... 176 - 190


(6)

1

PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta metodologi penelitian.

A.

Latar Belakang Masalah

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 menyiratkan bahwa diantara indikator tercapainya tujuan pendidikan nasional adalah, berkembangnya potensi peserta didik secara optimal yang dapat ditandai dengan tingkat kemandiriannya. Oleh karena itu, visi, misi dan tujuan yang diemban sekolah seharusnya diarahkan kepada pencapaian perkembangan optimal potensi tiap peserta didik tersebut.

Perkembangan optimal potensi peserta didik dapat dicapai melalui tiga dimensi dalam sistem pendidikan sekolah yaitu: pembelajaran yang mendidik; bimbingan dan konseling yang memandirikan; serta penerapan manajemen dan kepemim pinan yang profesional.

Sebagai bagian integral dari sistem pendidikan sekolah, bimbingan dan konseling yang memandirikan bertujuan agar individu dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya dimasa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan


(7)

kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja (Yusuf, 2008: 13).

Pelayananan bimbingan dan konseling yang memandirikan hanya bisa terwujud bila didudukung oleh program bimbingan yang komprehensif; konselor yang kompeten; sarana dan prasarana yang memadai; organisasi yang kuat dan kerjasama dengan pihak terkait yang berjalan lancar serta suasana kerja yang kondusif.

Program bimbingan dan konseling yang koprehensif adalah kegiatan pelayanan yang ditujukan untuk semua siswa yang mencakup layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual serta dukungan system dalam keempat bidang bimbingan yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar serta bimbingan karir (Yusuf dan Juntika, 2008 : 26-37 ).

Bimbingan karir pada dasarnya membantu siswa akan kesadaran karirnya, membantu siswa belajar tentang perasaannya, membantu siswa mengenal nilai dan potensinya. Demikian juga kegiatan bimbingan ini berfokus membantu siswa mengembangkan harga dirinya, kepercayaan, perilaku sosial yang diinginkan, dan agar siswa menjadi sadar tentang kebutuhan untuk mengembangkan keterampilan, komunikasi dan hubungan dengan orang lain. Sedangkan bimbingan dalam mengembangan kompetensi berfokus pada upaya mengembangkan sikap-sikap positif terhadap kerja, membantu dalam memahami diri sebagai pekerja yang potensial dan agar siswa menjadi sadar adanya perbedaan pekerjaan dan tanggung jawab kerja.

Disamping itu bimbingan karir sebagai salah satu bidang bimbingan, memiliki fungsi dan peran strategis dalam upaya mempersiapkan siswa agar memiliki


(8)

peranan dan mampu mengaktualisasikan segenap potensi dirinya bagi lingkungan kehidupannya. Melalui layanan bimbingan karir, siswa diharapkan mampu membentuk pola karir, mengenal keterampilan, mengenal kemampuan serta minat yang mengarah kepada satu tujuan yaitu agar siswa mampu membuat dan mengambil keputusan secara tepat. Kemampuan siswa dalam membuat dan mengambil keputusan secara tepat pada gilirannya akan melahirkan satu kepuasan pada dirinya dan membantu memperlancar dalam mengarungi kehidupannya di masa depan yang lebih kompleks dan penuh dengan persaingan. Sebaliknya, ketidakberhasilan siswa dalam mengambil keputusan yang tepat pada saat ini akan menimbulkan hambatan-hambatan pada tahapan selanjutnya.

Kemampuan siswa dalam membuat dan mengambil keputusan secara tepat akan diuji ketika siswa tamat SMA. Ia akan dihadapkan kepada berbagai pilihan dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan atas dasar faktor penghambat dan faktor pendukung yang dimilikinya. Kecermatan dalam memahami berbagai faktor pendukung dan faktor penghambat ini akan menentukan dalam ketepatan mengambil keputusan.

Ada empat alternatif pilihan bagi siswa tamatan SMA yaitu; melanjutkan ke pendidikan tinggi; bekerja; berkeluarga; atau menganggur. Bagi mereka yang memiliki keuangan yang cukup pada umumnya menjawab melanjutkan ke Pendidikan Tinggi (Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi/politeknik baik negeri maupun swasta). Bagi mereka yang kurang beruntung secara ekonomi akan memilih bekerja atau kursus singkat untuk bisa bekerja dan sedikit sekali yang menjawab akan berwiraswasta atau berwirausaha. Namun banyak pula yang bingung dan akhirnya terjebak pada pengangguran.


(9)

Berdasarkan pengamatan penulis, melanjutkan ke Pendidikan Tinggi merupa kan pilihan terbesar bagi tamatan siswa SMA baik dari SMA Negeri maupun swasta. Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah pendaftar calon mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (PTN/PTS). Di SMA Negeri 91 Jakarta misalnya, empat tahun terakhir ini siswa yang mendaftar mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri melalui berbagai bentuk seleksi ( Ujian mandiri, PMDK seleksi nilai rapor, PMB, SNMPTN ) berkisar antara 90 sampai 95 %. Yang diterima di PTN berkisar antara 30 sampai 40 % dan selebihnya masuk perguruan tinggi swasta. Amat sedikit sekali yang berminat untuk bekerja dengan alasan tidak siap untuk bekerja kecuali sangat terpaksa.

Melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi memang merupakan salah satu dari tujuan pendidikan tingkat SMA, namun karena terbatasnya daya tampung perguruan tinggi maka sebagian tamatan SMA terpaksa tidak melanjutkan alias harus bekerja. Di sisi lain terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini telah meningkatkan jumlah pengangguran.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah angkatan kerja yang menganggur hingga Februari 2008 mencapai 9.427.590 orang. Angkatan kerja yang menganggur tersebut mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda yang terdiri dari tidak tamat SD sebanyak 528.195, tamat SD sebanyak 2.216.748, tamat SMP sederajat sebanyak 2.166.619, tamatan SMA/SMK sebanyak 3.369.959, tamat diploma sebanyak 519.867 dan tamat universitas sebanyak 626.202 (BPS, 2008).

Terbatasnya lapangan kerja berkaitan dengan tidak seimbangnya antara pencari kerja dengan penciptaan lapangan kerja. Ciputra (2008: 2) mengatakan “Untuk


(10)

mengatasi pengangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat di Indonesia, saat ini dibutuhkan sekitar 4,4 juta wirausaha“. Ini setara dengan 2% dari jumlah penduduk Indonesia yang sekarang lebih kurang berjumlah 220 juta orang, sementara jumlah wirausaha di Indonesia baru sekitar 400 ribu orang. Laporan Global Entrepreneurship Monitor menyebutkan, pada tahun 2005, entrepreneur yang dimiliki Singapura mencapai 7,2% dari jumlah penduduknya, sedangkan entrepreneur di Indonesia masih di angka 0,18% dari jumlah penduduk Indonesia. Jadi wajarlah pendapatan perkapita Singapura melesat jauh sekali meninggalkan Indonesia (wikipedia, online).

Mereka yang menganggur adalah yang tidak mempunyai pekerjaan tetap untuk memperoleh penghasilan yang layak agar dapat memenuhi kebutuhan dalam kehidupan. Menganggur adalah sebuah fakta yang merupakan akibat dari proses yang rumit dan panjang. Artinya menganggur bisa disebabkan karena tidak mau bekerja, atau tidak menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan atau tidak memiliki keterampilan dibutuhkan, atau karena merasa gaji yang ditawarkan tidak sesuai dengan harapan. Menganggur adalah sebuah fakta yang dapat menjadi penyebab rendahnya pendapatan perkapita bangsa Indonesia, karena mereka menjadi beban tanggungan dari mereka yang bekerja, atau penghasilannya harus dibagi kepada mereka yang tidak produktif. Dampak yang panjang akan dapat ditimbulkan oleh pengangguran seperti kemiskinan, kejahatan, rendahnya perhatian terhadap pengembangan sumber daya manusia karena miskin, hubungan sosial yang terganggu karena kemiskinan, kesehatan yang kurang mendapat perhatian karena kemiskinan.


(11)

Pengangguran di masyarakat dapat pula menjadi indikator kegagalan lembaga pendidikan. Kurikulum yang dipakai terkesan sia-sia dan tidak efektif, Bimbingan dan Konseling terkesan tidak berfungsi karena siswa tidak mandiri, sarana dan prasarana terkesan tidak mendukung, guru terkesan tidak kompeten dibidangnya, proses pendidikan terkesan tidak efisien serta kepemimpinan administrasi/mana jemen sekolah terkesan tidak visioner atau hanya sekedar menjadi pekerja/tukang. Di sisi lain, pada kenyataannya banyak lulusan sekolah menengah yang belum siap bekerja dan menjadi pengganguran, beberapa di antaranya lebih senang menjadi pegawai atau buruh dan hanya sedikit sekali yang tertarik untuk berwirausaha (Kompas, 2004). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Hartini (Susiana, 2008:3) yang menyatakan bahwa sampai saat ini diantara siswa lulusan SMK tidak banyak yang berorientasi dan berniat untuk bekerja sendiri atau berwirausaha dengan bekal ilmu pengetahuan yang telah diperoleh, apalagi lulusan SMA yang memang tidak dipersiapkan untuk siap bekerja. Sedangkan Survey BPS (2002) menemukan hanya sekitar 6% lulusan SLTA dan Perguruan T'inggi yang menekuni bidang kewirausahaan, sisanya 94% memilih untuk bekerja pada orang lain atau menjadi karyawan (Hartini dalam Susiana, 2008: 3). Temuan ini diperkuat hasil penelitian Sanmustri (Susiana, 2008: 4) di Yogyakarta yang melaporkan, masih ada kecenderungan kuat dari para siswa untuk menjadi pegawai negeri atau karyawan.

Data di atas menunjukkan, bahwa wirausaha belum menjadi pilihan bagi mereka yang berpendidikan atau tamat sekolah. Mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap bahwa wirausaha bukanlah sebuah profesi yang menjanjikan melainkan bekerja kantoran atau sebagai pegawai. Mengubah


(12)

pandangan sebagian besar masyarakat yang terlanjur menganggap wirausaha bukanlah sebagai profesi tidaklah mudah, apalagi adanya kenyataan rendahnya sikap wirausaha, tingkat keterampilan dan keahlian untuk berwirausaha, ketidakmampuan pencari kerja untuk memenuhi persyaratan atau kualifikasi yang diminta oleh dunia usaha. Oleh karena itu, setiap pencari kerja perlu dibekali pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu. Sikap yang diperlukan oleh semua orang baik yang akan berwirausaha maupun sebagai pencari kerja adalah sikap wirausaha.

B.

Rumusan Masalah

Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan yang keberadaanannya telah mendapat pengakuan secara hukum dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bimbingan karir merupakan bagian dari pelayanan Bimbingan dan konseling di sekolah. Memperhatikan kondisi yang diuraikan di atas, maka bimbingan karir diharapkan dapat mengembangkan sikap wirausaha bagi siswa yang akan melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun yang tidak melanjutkan sekolah atau harus bekerja. Menurut Karno To (1996:1) “lebih baik menyiapkan siswa SMA yang memiliki sikap entrepreneurship agar mau dan mampu berwirausaha, walaupun kelak mungkin tidak-akan pernah berwiraswasta, daripada membiarkan siswa tanpa ada bimbingan untuk menghadapi masa depannya”. Dengan kata lain bimbingan tentang masalah kewiraswastaan sepantasnya diberikan kepada semua siswa SMA termasuk upaya mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA. Saran ini mengisyaratkan, perlu kiranya dirancang suatu program bimbingan karir yang


(13)

dapat menumbuhkembangkan sikap wirausaha dan membuka pandangan siswa tentang wirausaha.

Berdasarkan pemikiran di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Program Bimbingan Karir seperti apa yang diharapkan dapat mengem bangkan sikap wirausaha siswa SMA ?”. Secara rinci rumusan masalah di atas dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Seperti apakah profil sikap wirausaha siswa kelas XI SMA Negeri 91 Jakarta? 2. Seperti apakah profil sikap wirausaha siswa kelas XI SMA Negeri 91 Jakarta dilihat dari aspek-aspek: percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, mengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan?

3. Seperti apa rumusan program bimbingan karir yang diharapkan dapat mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91 Jakarta?

4. Seberapa jauh peningkatan sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91 Jakarta setelah mendapatkan layanan bimbingan karir ?

C.

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah menjawab pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan pada rumusan masalah, sehingga akan diperoleh informasi tentang: (a) Profil sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91 pada umumnya saat ini, (b) Profil sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91 dilihat dari aspek-aspeknya (c) rumusan Program bimbingan karir yang diharapkan dapat mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91 Jakarta


(14)

(d) perkembangan sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91 setelah dilakukan intervensi Program Bimbingan Karir.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan bimbingan dan konseling dalam upaya memandirikan siswa. Seperti telah dikemukakan bahwa sikap wirausaha merupakan sikap yang diperlukan oleh semua orang baik yang akan bekerja maupun yang akan berwirausaha. Mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA merupakan bagian dari tanggungjawab pemerintah, masyarakat, orang tua dan pendidik termasuk guru bimbingan dan konseling di SMA.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat: (1) menjadi bahan pertimbangan bagi guru bimbingan dan konseling di SMA dalam pengembangan kegiatan bimbingan yang dapat memandirikan siswa di masa mendatang; (2) mem beri masukan bagi guru bimbingan dan konseling untuk mengembangkan sikap wirausaha melalui program bimbingan karir; dan (3) mendorong peneliti lainnya untuk melakukan penelitian lanjutan tentang upaya mengembangkan sikap wirausaha melalui kegiatan bimbingan karir.

D. Metodologi Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka pendekatan yang dianggap cukup relevan untuk digunakan adalah pendekatan kuantitatif non-eksperimental dengan jenis metode deskriptif (Sukmadinata, 2008:53). Pertimbangan penggunaan metode deskriptif adalah bahwa dalam penyusunan program bimbingan karir untuk mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA diperlukan data faktual saat ini yaitu data sikap wirausaha siswa


(15)

SMA. Setelah data deskriptif tentang sikap wirausaha siswa SMA terkumpul kemudian dianalisis secara kuantitatif.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 91 Jakarta sebagai populasi dengan melibatkan 160 orang siswa kelas XI IPA dan IPS sebagai sampel. Latar belakang ekonomi dan pekerjaan orang tua yang menjadi sampel cukup bervariasi, artinya dari segi ekonomi ada yang di bawah garis kemiskinan ada yang berkecukupan dan ada yang berasal dari keluarga ekonomi atas. Sedangkan dari segi pekerjaan, ada yang orang tuanya sebagai PNS, karyawan, dan ada yang berwirausaha.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk skala yang disusun berdasarkan pengembangan aspek dan indikator sikap wirausaha ditambah dengan catatan lapangan. Skala sikap yang akan digunakan disusun menurut prosedur dan kaidah yang berlaku dalam penyusunan instrumen penelitian.

Sedangkan pengolahan data yang bersifat kuantitatif akan menggunakan statistik non-paramentrik dengan menggunakan teknik SPSS versi 17.00. Selanjutnya data yang dihasilkan dianalisis untuk memperoleh temuan-temuan yang akan dideskripsikan dalam bentuk tabel persentase dan grafik. Berdasarkan data ini disusun program bimbingan karir yang dapat mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA.

Untuk mengetahui efektivitas program yang disusun akan dilakukan ujicoba dengan melakukan intervensi melalui layanan responsif kepada sejumlah siswa yang memiliki sikap wirausaha berkategori sedang dan rendah dalam aspek-aspek tertentu maupun dalam keseluruhan aspek. Dari hasil pengujian tersebut akan


(16)

diketahui perkembangan sikap wirausaha siswa sekaligus untuk mengetahui efektifitas program bimbingan karir yang disusun.


(17)

89

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab III ini akan diuraikan berturut-turut yaitu: metodologi penelitian; subjek dan lokasi penelitian; alat pengumpul data; uji coba alat pengumpul data; teknik analisa data dan; langkah-langkah penelitian.

A. Metode Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian terapan dengan pende katan kuantitatif non eksperimental. Adapun jenis metode yang dianggap relevan adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Sukmadinata (2008:54) “Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau”. Dengan demikian penelitian deskriptif ini bermaksud menggambarkan fenomena yang diteliti apa adanya pada saat ini.

Adapun fenomena yang dimaksud adalah tentang sikap wirausaha siswa SMA saat ini. Dengan kata lain seperti apa sikap wirausaha siswa SMA saat ini. Alasan menggunakan pendekatan kuantitatif non eksperimental dengan jenis metode penelitian deskriptif adalah bahwa sebelum program pengembangan sikap wirausaha disusun, dibutuhkan informasi tentang profil sikap wirausaha siswa SMA saat ini. Metode yang dianggap relevan untuk memperoleh data tersebut adalah metoda deskriptif karena penggunaan metode deskriptif akan dapat menjaring data apa adanya. Alasan lain adalah bahwa metode penelitian deskriptif ini sesuai dengan masalah penelitian yang diajukan pada bab I yaitu seperti apa profil sikap wirausaha


(18)

Negeri 91 berdasarkan aspek-aspeknya?.

Metode penelitian deskriptif ini juga sesuai dengan tujuan penelitian baik secara umum maupun secara khusus seperti yang telah dirumuskan pada bab I yaitu untuk memperoleh informasi tentang profil sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91secara umum dan profil sikap wirausaha berdasarkan aspek-aspeknya.

Data yang diperoleh akan digunakan dalam penyusunan program hipotetik untuk mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA. Untuk menguji keefektifan program tersebut supaya dapat berfungsi khususnya di lembaga pendidikan SMA 91 Jakarta, dilakukan ujicoba kepada sejumlah sampel terbatas. Apabila profil sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91 jakarta berkategori sedang dan rendah maka uji coba terbatas akan difokuskan pada layanan dasar dan apabila profil sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91 jakarta berkategori tinggi, maka ujicoba difokuskan kepada sejumlah siswa yang memerlukan layanan responsif.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini sebagai populasi adalah siswa SMA Negeri 91 Jakarta. Adapun sampel penelitian ini melibatkan siswa kelas XI IPA sebanyak 2 kelas @ 40 orang dan kelas XI IPS sebanyak 2 kelas @ 38 orang. Karakteristik siswa kelas XI IPA-1 terdiri dari Laki-laki 17 orang dan Perempuan 23 orang, kelas XI IPA-2 terdiri dari laki-laki 17 orang dan perempuan 23 orang, sedangkan kelas XI IPS-1 terdiri dari laki-laki 19 orang dan perempuan 18 orang, kelas XI IPS-3 terdiri dari laki-laki 22 orang dan perempuan 16 orang, kelas XI IPS-4 terdiri dari


(19)

orang tua mereka bervariasi, artinya dari segi ekonomi ada yang di bawah garis kemiskinan ada yang berkecukupan dan ada yang berasal dari keluarga ekonomi atas. Sedangkan dari segi pekerjaan, ada yang orang tuanya sebagai PNS, karyawan, dan ada yang berwirausaha.

Anggota populasi yang berasal dari kelas XI sudah mendapatkan layanan bimbingan dan konseling secara umum seperti hanya kelas X dan kelas XII. Besarnya ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini, ditentukan berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto (1997: 94) bahwa apabila populasi cukup homogen terhadap populasi dibawah 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya apabila jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Jumlah murid kelas XI terdiri dari kelas IPA sebanyak 2 kelas dan kelas IPS sebanyak 4 kelas.

Atas dasar pertimbangan bahwa makin tinggi tingkat kepercayaan yang dituntut akan makin besar jumlah sampel, dan makin kecil bias yang diterima juga akan makin besar jumlah sampel (Sukmadinata: 264), maka peneliti menetapkan mengambil sampel sebesar 70% dari jumlah populasi yaitu 225 orang. Dengan demikian besarnya sampel dalam penelitian ini berjumlah 70% x 225 siswa=157,5 siswa, agar lebih respresentatif maka jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 160 siswa.

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 91 Jakarta. Alasan dipilihnya lokasi SMA Negeri 91 Jakarta adalah bahwa SMA Negeri 91 secara umum merupakan SMA Negeri yang cukup baik dengan akreditasi A, sehingga dengan


(20)

permasalahan yang diteliti, dan (2) di SMA Negeri 91 Jakarta menyelenggarakan program layanan bimbingan dan konseling (termasuk bimbingan karir) yang setiap minggunya guru BK diberi 1 jam pelajaran setara 45 menit masuk kelas untuk memberikan layanan dasar ( termasuk bimbingan karir) kepada siswanya dengan materi-materi bimbingan karir yang telah ditetapkan.

C. Alat Pengumpul Data

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian ini, data yang perlu dikumpulkan adalah data tentang sikap wirausaha siswa SMA. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ditetapkan alat pengumpul data yang relevan dengan fokus permasalahan, yaitu Skala sikap Wirausaha siswa SMA yang telah disusun menurut kaidah yang berlaku.

Alat ini berupa kuesioner dengan menggunakan skala yang mempunyai alternatif jawaban SS=Sangat setuju, S=setuju, R=ragu-ragu, KS=Kurang Setuju, dan TS=Tidak setuju. Responden dapat menjawab kuesioner sesuai dengan keadaan yang dirasakan berkenaan dengan responnya terhadap keenam ciri wirausaha. Alat ini dikonstruksi berdasarkan pengembangan dari enam ciri wirausaha yang dijadikan sebagai aspek sikap wirausaha siswa SMA yaitu: percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, mengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan dan berorientasi ke masa depan yang dikemukakan oleh Meredith (2002: 5 ) Penyusunan kisi-kisi mengacu kepada langkah-langkah umum yang biasa digunakan, selanjutnya dijabarkan ke dalam butir pernyataan.


(21)

diungkap. Kemudian, setiap aspek dikembangkan menjadi beberapa indikator. Indikator dijadikan pedoman untuk mengkonstruksi item-item dalam bentuk pernyataan, dan dari hasil konstruksi didapat sebanyak 83 item.

Langkah selanjutnya dilakukan uji keterbacaan kepada sejumlah siswa secara acak. Siswa diminta membaca redaksi item yang telah disusun, kemudian diminta memberi catatan dan tanda tanya. Hasil uji keterbacaan, selanjutnya dilakukan revisi sesuai dengan kebutuhan.

Langkah berikutnya dilakukan uji kelayakan konstruksi, redaksi dan konten setiap item melalui penimbangan/jugdment oleh pakar terkait sebanyak tiga orang pakar. Atas dasar catatan yang diberikan para penimbang, dilakukan revisi sehingga jumlah item yang layak digunakan hanya 73 item untuk diujicobakan. Sampel yang digunakan untuk ujicoba instrumen adalah 30 orang responden yang diambil dari kelas XI secara acak. Kepada siswa yang dijadikan responden diminta untuk menjawab quesioner skala sikap wirausaha siswa SMA yang telah disiapkan.

D. Uji Coba Alat Pengumpul Data

Untuk mengetahui validitas alat pengumpul data, maka dari 73 item yang diujicobakan, terdapat 60 item yang dinyatakan valid, dengan indeks validitas bergerak antara 0,340-0,814, pada p<0,05, dan 13 item yang dinyatakan tidak valid dibuang karena tidak memenuhi kriteria yang ditentukan. Adapun ke-13 item yang dimaksud, yaitu item nomor: 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 27, 33, 34, 52, dan 55. (lihat tabel kisi-kisi penelitian pada lampiran B)


(22)

dibuang sehingga menyebabkan hilangnya indikator 2.2 pada kisi-kisi. Demikian pula halnya dengan item nomor 33 untuk indikator 2.8 juga harus dibuang. Ketiga item tersebut berada pada aspek 2, yaitu berorientasi tugas dan hasil. Secara lengkap, perubahan kisi-kisi pasca uji coba ini dapat dilihat pada tabel kisi-kisi penelitian sikap wirausaha sebagaimana terlampir pada lampiran B

Selanjutnya dari ke-60 item yang dinyatakan valid, diperoleh indeks korelasi reliabilitas Alpha Cronbach (α) sebesar 0,917. Merujuk pada pendapat Balian (1988), indeks korelasi ini menunjukkan bahwa instrumen berkategori istimewa (excellent) atau memiliki tingkat kepercayaan yang istimewa (excellent) untuk dipergunakan dalam penelitian selanjutnya.

Berdasarkan adaptasi dari pendapat Balian (1988), indeks angka korelasi, mempunyai tolok ukur sebagai berikut:

Tabel 3.1 : Indek angka korelasi berdasarkan adaptasi pendapat Balian

NO. INDEKS KOEFISIEN KORELASI KUALIFIKASI

01. + 0,90 ─ + 1,00 Istimewa (Excellent)

02. + 0,85 ─ + 0,89 Sangat Bagus (Very Good)

03. + 0,80 ─ + 0,84 Bagus (Good)

04. + 0,70 ─ + 0,79 Cukup (Fair)

05. ≤ + 0,69 Kurang (Poor)

Untuk lebih jelasnya, hasil ini dapat dilihat pada tabel hasil pengolahan SPSS versi 17.00 sebagaimana terlampir pada lampiran C.


(23)

successive interval terhadap ke-60 item skala yang dibuat diperoleh hasil uji skala sebagaimana terlampir pada lampiran C.1

F. Teknik Analisis Data

Kegiatan analisis data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian terutama untuk memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian tentang sikap wirausaha siswa SMA yang menghasilkan data pengukuran kuantitatif.

Untuk melihat posisi profil sikap wirausaha siswa SMA, baik yang total maupun aspek-aspeknya, dipergunakan batas lulus ideal yang perhitungannya didasarkan atas rerata ideal dan simpangan baku ideal (Cece Rakhmat dan M. Solehuddin, 2006: 63 dan 65) sebagai berikut.

Tabel 3.2: Tabel Kualifikasi Sikap Wirausaha Siswa SMA

NO. SKOR KUALIFIKASI

1. > 226 Tinggi Sekali (TS) 2. 176 – 225 Tinggi (T) 3. 126 – 175 Sedang (Sd) 4. 76 – 125 Rendah (R) 5. < 75 Rendah Sekali (RS)


(24)

aspek-aspek digunakan rumus dan langkah-langkah pengerjaan yang sama.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama dan kedua tentang: seperti apakah profil sikap wirausaha siswa kelas XI SMA Negeri 91 Jakarta?, dan seperti apakah profil sikap wirausaha siswa kelas XI SMA Negeri 91 Jakarta dilihat dari aspek-aspek: percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, mengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan?. Kedua pertanyaan ini dijawab dengan cara mengkonversi skor total responden dengan rerata aktual dan simpangan baku standar sehingga dapat ditentukan posisi responden dalam kualifikasi taraf sikap wirausaha siswa SMA.

Selanjutnya, pertanyaan penelitian ketiga tentang rumusan program bimbingan karir untuk mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA dijawab dengan mensintesiskan hasil kajian teoretis tentang sikap wirausaha siswa SMA dengan fakta penelitiannya.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian ke empat tentang seberapa jauh peningkatan sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91 Jakarta setelah mendapatkan intervensi layanan bimbingan karir ?, dijawab dengan membandingkan hasil score dan persentase pre-tes dengan score dan persentase pos-tes. Selisih score dan persentase pre-tes dan pos-tes dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan seberapa jauh peningkatan sikap wirausaha yang dialami melalui intervensi program yang dibuat.


(25)

melaksanakan studi pendahuluan ke lokasi penelitian, mempersiapkan izin-izin yang diperlukan dan menetapkan prosedur pengumpulan dan pengolahan data serta tindak lanjut uji coba program intervensi kepada sampel yang ditetapkan. Studi pendahuluan bertujuan untuk memahami kondisi lapangan dengan harapan diperoleh berbagai informasi tentang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling secara umum dan hal-hal yang diperkirakan dapat menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat nantinya dalam pelaksanaan penelitian. Untuk memperoleh berbagai kemudahan dalam pengumpulan data di lapangan dipersiapkan permohonan izin melaksanakan pengumpulan data pada waktu yang disepakati. Pihak SMA Negeri 91 Jakarta sebagai tempat penelitian menyatakan memberi izin pelaksanaan penelitian dengan menyiapkan berbagai kemudahan yang diperlukan.

Prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang ditempuh adalah : Pertama memberi tahukan jumlah responden yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner yang telah dipersiapkan; kedua menyepakati waktu untuk penyebaran kuesioner kepada responden untuk diisi dan dijawab; ketiga menyiapkan kuesioner sebanyak yang diperlukan sesuai jumlah sampel dalam disain penelitian; keempat meminta siswa yang menjadi responden untuk mengisi dan menjawab kuesioner yang telah dipersiapkan; kelima melakukan proses pengolahan data dengan bantuan alat pengolahan data SPSS versi 17, selanjutnya dilakukan analisis data untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan pada permasalahan yang dikemuka kan dalam tesis ini.


(26)

ditetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pengembangan program untuk menjawab pertanyaan penelitian ke tiga. Adapun langkah-langkah yang ditempuhadalah: (1) mepelajari konsep pengembangan program bimbingan karir, (2) mengkaji hasil penelitian tentang sikap wirausaha siswa SMA, (3) mengembangkan program pengembangan sikap wirausaha siswa SMA (4) melakukan validasi program oleh pakar terkait dan uji keterbacaan oleh praktisi lapangan (konselor sekolah) (5) melakukan uji coba terbatas melalui intervensi program kepada sejumlah sampel yang menjadi kelompok uji coba, dan (6) menyajikan program hipotetik pengembangan sikap wirausaha siswa SMA

Alur kegiatan pengembangan program yang dimaksud adalah seperti skema berikut:

Skema : Langka-langkah penyusunan program bimbingan karir untuk mengem bangkan sikap wirausaha siswa SMA

(3)Pengembangan program hipo tetik

(6)Program Hipotetik

(5)Ujicoba Program

(4)Validasi Program


(27)

130

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

P

ada bab V ini akan dikemukakan kesimpulan berdasarkan temuan dan pembahasan dari hasil penelitian, dan selanjutnya berdasarkan kesimpulan yang diperoleh akan diajukan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait. Rekomendasi terutama ditujukan kepada guru bimbingan dan konseling SMA Negeri 91 Jakarta, kemudian kepada kepala sekolah dan para pengembang kurikulum di tingkat sekolah.

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, dapat simpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Sikap wirausaha siswa termasuk kategori tinggi. Artinya siswa SMA Negeri 91 secara umum memiliki enam ciri-ciri perilaku wirausaha yang meliputi: (a) percaya diri, (b) berorientasi tugas dan hasil, (c) pengambil resiko, (d) kepemimpinan, (e) keorsinilan dan (f) berorientasi ke masa depan.

2. Sikap wirausaha siswa berdasarkan aspek-aspeknya secara umum menunjuk kan tinggi. Ini berarti bahwa: (a) dari segi aspek percaya diri siswa SMA Negeri 91 Jakarta memiliki keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi berkisar antara tinggi dan tinggi sekali; (b) dari segi aspek berorientasi tugas dan hasil, siswa memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan, artinya selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, berinisiatif; (c) dari segi aspek pengambil resiko, siswa menyukai


(28)

kegagalan dari pada usaha yang kurang menantang; (d) dari segi aspek kepemimpinan, siswa kemampuan memperoleh pengikut atau mempengaruhi orang lain melalui mengajak/memberi teladan, memberikan pengarahan, memiliki kemauan yang kuat dalam mengatasi persoalan, berusaha tampil simpatik, dan menjaga hubungan/re lasi; (e) dari segi aspek

keorisinilan siswa belum puas dengan cara dan hasil yang dicapai saat ini,

suka menuangkan imajinasi dan menghasilkan banyak gagasan, ingin tampil beda dan berusaha tidak menyontek karya orang lain; (f) dari segi aspek

berorientasi ke masa depan siswa optimis, mempunyai visi, berusaha untuk

berkarsa dan berkarya, tidak suka menunda-nunda mewujudkan ide.

3. Program hipotetik memenuhi validitas internal dan eksternal, artinya program dapat digunakan oleh pihak lain sesuai kebutuhan.

4. Program bimbingan karir melalui intervensi pelayanan responsif menunjukan peningkatan. Ini berarti program bimbingan karir untuk meningkatkan sikap wirausaha siswa SMA Negeri 91 dapat dinyatakan efektif. Program hipotetik yang diajukan dapat diaplikasikan di lapangan dengan modifikasi sesuai situasi dan kondisi kebutuhan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan hasil dan kesimpulan, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:


(29)

Guru BK sebaiknya tetap memprogramkan materi pengembangan sikap wirausaha untuk siswa kelas XI sesuai dengan aspek perkembangan siswa atau tugas perkembangan siswa. Program hipotetik bimbingan karir untuk mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA yang meliputi: Latar belakang; landasan hukum pengembangan program; visi dam misi, tujuan program; ruang lingkup layanan atau komponen program yang mencakup strategi pelaksanaan dan materi; personel yang diperlukan dalam pelaksanaan program; sarana dan fasilitas; dan evaluasi dapat dimanfaatkan oleh teman sejawat guru BK di SMA. Program ini dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan.

2. Kepada Kepala SMA khususnya SMA Negeri 91 Jakarta.

Perlu adanya dorongan dan dukungan agar sikap wirausaha yang tinggi ini dapat dipelihara/dipertahankan dan dikem bangkan melalui penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di sekolah agar tetap tinggi dengan memberikan penekanan layanan dasar yang berkaitan dengan pengembangan sikap wirausaha siswa SMA. Kepala sekolah diharapkan dapat memfasilitasi antara lain dengan memberikan jam masuk kelas bagi Guru Bimbingan dan Konseling sebanyak 1 x 45 menit setiap minggunya untuk agar dapat melayanani semua siswa. Menyelenggarakan layanan dasar bimbingan dan konseling yang menjangkau semua siswa baik secara klasikal maupun kelompok merupakan prinsip pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling


(30)

yang dapat digunakan untuk meningkatkan sikap wirausaha siswa

Dalam rangka pengembangan kurikulum SMA pada masa mendatang perlu kiranya dipertimbangkan bahwa salah satu kompetensi siswa yang dibutuhkan di masyarakat adalah kompetensi kewirausahaan sebagai jawaban atas meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia. Setiap siswa diharapkan dapat membekali diri dengan sikap wirausaha baik yang akan bekerja sebagai pegawai maupun yang akan berwirausaha.

Perlu adanya penekanan pada kurikulum tentang pentingnya pengembangan sikap wirausaha melalui pembelajaran dan bimbingan karir di sekolah

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian ini, kepada peneliti selanjutnya direkomen dasikan untuk meneliti:

a. Faktor yang dominan dalam membentuk sikap wirausaha siswa SMA, apakah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting seperti orang tua, saudara dekat atau orang yang dijadikan tokoh idola, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri seseorang individu.

b. Hubungan kecendrungan pilihan karir berwirausaha dengan sikap positif wirausaha.

c. Bagaimana pengaruh pekerjaan orang tua terhadap sikap wirausaha siswa dan perlakuan orang tua terhadap pembentukan sikap wirausaha siswa.


(31)

orang tua atau justru oleh perlakuan orang tua. Mengingat orang tua adalah bagian dari kehidupan anak dan mendapat perlakuan yang ada kaitanya dengan pembentukan sikap anak.


(32)

135

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Bukhari. (2005). Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta

Arikunto, Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Bandung Angkasa.

Astamoen. Moko P. (2005). Entrepreneurship. Bandung:Alfabeta.

Atkitson, Rita L., et. al.( 2000).Pengantar Psikologi (terjemahan). Batam Centre : Interaksara,.

Azwar, Saifuddin. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______________ (2002). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS): 1996, 1997, 2000, 2001, 2002. Jakarta.

Balian, E.S. 1988. How to Design, Analyze, and Write Doctoral or Masters Research (2nd Edition). Lanham: University Press of America.

Gall, M.D. & Borg, W.R. (2003). Education Research. (seventh edition) The United States of America: Pearson Education,inc.

Crites, Jhon O. (1981). Career Counseling: Models, Methods, and Materials. New Jersei USA: McGraw-Hill,Inc.

Depdiknas. (2008) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, (2007) Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal, Jakarta: Dirjen PMPTK Depdiknas.

Elmubarok, Zaim. (2008) Membumikan Pendidikan Nilai, Bandung Alfabeta. Furqon, (2008). Statistik Terapan untuk Penelitian, Bandung:Alfabeta


(33)

Karno To (1996) Minat dan sikap siswa SMA terhadap wiraswasta dalam hubungannya dengan perlakuan orang tua dan pendidikan keterampilan di sekolah. Tesis.(tidak diterbitkan). Bandung:PPS IKIP.

Hisrich & Peters. (1992). Entrepreneurship, Tokyo: Toppan Co, Ltd.

Kasim, Anwar. ( 2008 ). Bimbingan dan Konseling Komprehensif, Jakarta: BK-FIP-UNJ. Manrihu, M.T. (1988). Studi Tentang Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan

Karir Siswa SMA di Sulawesi Selatan. Disertasi (tidak diterbitkan). Bandung : PPS IKIP.

Masdudi, (2003). Pengembangan Program Layanan Layanan Informasi Karir di SMK. Tesis (tidak Diterbitkan. Bandung: PPS UPI.

Maxwell. Alih Bahasa: Anton Adiwiyoto. (1995). Mengembangkan Kepemimpinan di dalam Diri Anda. Jakarta: Binarupa Aksara.

Meir. Alih Bahasa: Rahmani Astuti. (2002). The Accelerated LearningHandbook. Bandung: Kaifa.

Meredith, Geoffrey.G. at.al. (2002),Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta : PPM. Munandar, U. (2004). Pengembangan Kreatiivitas Anak Berbakat. Jakarta:Rineka Cipta. Nasution. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bina

Aksara.

Nazir, Muhammad. (1988). Metodo logi Riset. Jakarta: Rineka Cipta.

Pranowo, Bambang.(2008) Pembelajaran yang Menumbuhkan Sikap Wirausahawan.

Artikel (tidak diterbitkan)Malang:UNM. Melalui sumber: http://www. ekofeunm .or.id/artikel.php? cid = 51&display = 0&entry .tgl. 20-10-2009

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Suherman, Eman. (2008) Businiss Entrepreneur (Kewirausahaan), Bandung: Alfabeta. ______________ (2008) Desain Pembelajaran Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta. Suherman A.S.,, Uman. ( 2008 ) Konseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan ,


(34)

______________ ( 2008 ). Manajemen Bimbingan dan Konseling, Bandung:Rizqi Preess.

Sumahamijaya, Yasben dan Dana. (2003). Pendidikan Karakter Mandiri dan Kewiraswastaan: Suatu Upaya Bagi Keberhasilan Program Pendidikan Berbasis Luas / Broad Based Education dan Life Skills. Bandung: Angkasa.

Suryana. (2003). Kewirausahaan, Jakarta: Salemba Empat.

Susiana, Nancy. (2008). Program Pembelajaran Kimia Untuk Menumbuhkan sikap wirausaha .Sumber melalui: http://www.puslittjaknov.org/data/file.pdf. 20102009. Syani, Abdul. (1995). Pengantar Metode Statistik Non Parametrik. Jakarta: Pustaka Jaya. Yusuf, Syamsu., Juntika Ahmad. ( 2008 ) Landasan Bimbingan dan Konseling: Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu L.N. (1998). Model Bimbingan dan Konseling Dengan Pendekatan Ekologi. Disertasi (tidak diterbitkan, Bandung: PPS IKIP.


(1)

1. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 91

Guru BK sebaiknya tetap memprogramkan materi pengembangan sikap wirausaha untuk siswa kelas XI sesuai dengan aspek perkembangan siswa atau tugas perkembangan siswa. Program hipotetik bimbingan karir untuk mengembangkan sikap wirausaha siswa SMA yang meliputi: Latar belakang; landasan hukum pengembangan program; visi dam misi, tujuan program; ruang lingkup layanan atau komponen program yang mencakup strategi pelaksanaan dan materi; personel yang diperlukan dalam pelaksanaan program; sarana dan fasilitas; dan evaluasi dapat dimanfaatkan oleh teman sejawat guru BK di SMA. Program ini dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan.

2. Kepada Kepala SMA khususnya SMA Negeri 91 Jakarta.

Perlu adanya dorongan dan dukungan agar sikap wirausaha yang tinggi ini dapat dipelihara/dipertahankan dan dikem bangkan melalui penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di sekolah agar tetap tinggi dengan memberikan penekanan layanan dasar yang berkaitan dengan pengembangan sikap wirausaha siswa SMA. Kepala sekolah diharapkan dapat memfasilitasi antara lain dengan memberikan jam masuk kelas bagi Guru Bimbingan dan Konseling sebanyak 1 x 45 menit setiap minggunya untuk agar dapat melayanani semua siswa. Menyelenggarakan layanan dasar bimbingan dan konseling yang menjangkau semua siswa baik secara klasikal maupun kelompok merupakan prinsip pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling


(2)

di sekolah. Dukungan lain ialah dengan menyediakan peralatan dan media yang dapat digunakan untuk meningkatkan sikap wirausaha siswa

Dalam rangka pengembangan kurikulum SMA pada masa mendatang perlu kiranya dipertimbangkan bahwa salah satu kompetensi siswa yang dibutuhkan di masyarakat adalah kompetensi kewirausahaan sebagai jawaban atas meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia. Setiap siswa diharapkan dapat membekali diri dengan sikap wirausaha baik yang akan bekerja sebagai pegawai maupun yang akan berwirausaha.

Perlu adanya penekanan pada kurikulum tentang pentingnya pengembangan sikap wirausaha melalui pembelajaran dan bimbingan karir di sekolah

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian ini, kepada peneliti selanjutnya direkomen dasikan untuk meneliti:

a. Faktor yang dominan dalam membentuk sikap wirausaha siswa SMA, apakah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting seperti orang tua, saudara dekat atau orang yang dijadikan tokoh idola, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri seseorang individu.

b. Hubungan kecendrungan pilihan karir berwirausaha dengan sikap positif wirausaha.

c. Bagaimana pengaruh pekerjaan orang tua terhadap sikap wirausaha siswa dan perlakuan orang tua terhadap pembentukan sikap wirausaha siswa.


(3)

Apakah sikap wirausaha siswa lebih banyak dipengaruhi oleh pekerjaan orang tua atau justru oleh perlakuan orang tua. Mengingat orang tua adalah bagian dari kehidupan anak dan mendapat perlakuan yang ada kaitanya dengan pembentukan sikap anak.


(4)

135

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Bukhari. (2005). Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta

Arikunto, Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Bandung Angkasa.

Astamoen. Moko P. (2005). Entrepreneurship. Bandung:Alfabeta.

Atkitson, Rita L., et. al.( 2000).Pengantar Psikologi (terjemahan). Batam Centre : Interaksara,.

Azwar, Saifuddin. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______________ (2002). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS): 1996, 1997, 2000, 2001, 2002. Jakarta.

Balian, E.S. 1988. How to Design, Analyze, and Write Doctoral or Masters Research

(2nd Edition). Lanham: University Press of America.

Gall, M.D. & Borg, W.R. (2003). Education Research. (seventh edition) The United States of America: Pearson Education,inc.

Crites, Jhon O. (1981). Career Counseling: Models, Methods, and Materials. New Jersei USA: McGraw-Hill,Inc.

Depdiknas. (2008) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 27 tahun 2008

tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Jakarta:

Depdiknas.

Depdiknas, (2007) Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal, Jakarta: Dirjen PMPTK Depdiknas.

Elmubarok, Zaim. (2008) Membumikan Pendidikan Nilai, Bandung Alfabeta. Furqon, (2008). Statistik Terapan untuk Penelitian, Bandung:Alfabeta


(5)

136

Karno To (1996) Minat dan sikap siswa SMA terhadap wiraswasta dalam hubungannya dengan perlakuan orang tua dan pendidikan keterampilan di sekolah. Tesis.(tidak diterbitkan). Bandung:PPS IKIP.

Hisrich & Peters. (1992). Entrepreneurship, Tokyo: Toppan Co, Ltd.

Kasim, Anwar. ( 2008 ). Bimbingan dan Konseling Komprehensif, Jakarta: BK-FIP-UNJ. Manrihu, M.T. (1988). Studi Tentang Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan

Karir Siswa SMA di Sulawesi Selatan. Disertasi (tidak diterbitkan). Bandung : PPS IKIP.

Masdudi, (2003). Pengembangan Program Layanan Layanan Informasi Karir di SMK.

Tesis (tidak Diterbitkan. Bandung: PPS UPI.

Maxwell. Alih Bahasa: Anton Adiwiyoto. (1995). Mengembangkan Kepemimpinan di

dalam Diri Anda. Jakarta: Binarupa Aksara.

Meir. Alih Bahasa: Rahmani Astuti. (2002). The Accelerated LearningHandbook. Bandung: Kaifa.

Meredith, Geoffrey.G. at.al. (2002),Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta : PPM. Munandar, U. (2004). Pengembangan Kreatiivitas Anak Berbakat. Jakarta:Rineka Cipta. Nasution. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bina

Aksara.

Nazir, Muhammad. (1988). Metodo logi Riset. Jakarta: Rineka Cipta.

Pranowo, Bambang.(2008) Pembelajaran yang Menumbuhkan Sikap Wirausahawan.

Artikel (tidak diterbitkan)Malang:UNM. Melalui sumber: http://www. ekofeunm .or.id/artikel.php? cid = 51&display = 0&entry .tgl. 20-10-2009

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Suherman, Eman. (2008) Businiss Entrepreneur (Kewirausahaan), Bandung: Alfabeta. ______________ (2008) Desain Pembelajaran Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta. Suherman A.S.,, Uman. ( 2008 ) Konseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan ,


(6)

137

______________ ( 2008 ). Manajemen Bimbingan dan Konseling, Bandung:Rizqi Preess.

Sumahamijaya, Yasben dan Dana. (2003). Pendidikan Karakter Mandiri dan

Kewiraswastaan: Suatu Upaya Bagi Keberhasilan Program Pendidikan Berbasis Luas / Broad Based Education dan Life Skills. Bandung: Angkasa.

Suryana. (2003). Kewirausahaan, Jakarta: Salemba Empat.

Susiana, Nancy. (2008). Program Pembelajaran Kimia Untuk Menumbuhkan sikap

wirausaha .Sumber melalui: http://www.puslittjaknov.org/data/file.pdf. 20102009.

Syani, Abdul. (1995). Pengantar Metode Statistik Non Parametrik. Jakarta: Pustaka Jaya. Yusuf, Syamsu., Juntika Ahmad. ( 2008 ) Landasan Bimbingan dan Konseling: Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu L.N. (1998). Model Bimbingan dan Konseling Dengan Pendekatan Ekologi. Disertasi (tidak diterbitkan, Bandung: PPS IKIP.