Strategi pengembangan produk furniture kualitas ekspor pada Pt Indo Veneer Utama di Karanganyar MARLINA OKE

(1)

commit to user

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK FURNITURE

KUALITAS EKSPOR PADA PT INDO VENEER UTAMA DI

KARANGANYAR

Tugas Akhir

Diajukan untuk melengkapi Tugas-Tugas dan Persyaratan guna Mencapai Gelar Ahli Madya Pada Program D-3 Bisnis Internasional

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : Marlina Eka Putri

F3108057

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

HALAMAN MOTTO

“Ketika kamu mengalihkan khayalan menjadi kenyataan, kamu berada di posisi untuk membangun khayalan yang lebih besar lagi. Dan itulah

proses penciptaan”

(Bob Proctor)

“Sebenarnya kebahagian di dalam diri adalah bahan bakar sukses”

(Dr.John Hagelin)

“Kata-kata yang tercucap dalam hati kecil kita sebenarnya adalah dialog langsung dengan yang di Atas, dan itulah yang akan tejadi pada

diri kita di masa yang akan datang” (Penulis)

“JANGAN SURUTKAN LANGKAHMU bila kamu telah teguh pada

pendirian karena KERAGUAN tak kan mendorong kamu ke puncak KEBERHASILAN”


(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:  Kedua Eyangku di Surga

 Mama & Papa  Adikku

 Keluarga Besar  Teman-teman


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan Hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK FURNITURE KUALITAS EKSPOR PADA PT INDO VENEER UTAMA DI KARANGANYAR”

Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga akhir penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu dengan rendah hati dan ketulusan yang mendalam penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Harimurti, M.Si., selaku Ketua Program Diploma III Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Arif Rahman Hakim, SE, selaku pembimbing yang telah rela meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan arahan yang berarti dalam penyusunan tugas akhir ini.

4. Bapak Drs.Supriono, M.Si., selaku pembimbing akademik yang telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi UNS.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis

.


(7)

commit to user

vii

6. Direktur Utama PT. INDO VENEER UTAMA yang telah berkenan memberikan ijin penulis untuk melaksanakan program magang kerja sebagai dasar penyusunan tugas akhir ini.

7. Bapak Purnomo, Bapak Sartono selaku staff bagian Produksi pada PT. INDO VENEER UTAMA yang telah banyak memberikan kesempatan, informasi dan bimbingan yang sangat bermaanfaat kepada penulis.

8. Seluruh staf dan karyawan PT INDO VENEER UTAMA yang telah membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir ini, khususnya untuk bagian Produksi yang telah menjadi pedoman penulisan tugas akhir ini.

9. Papa dan Mama yang selalu mendoakan untuk bisa menjadi orang yang sukses dan mampu memberikan yang terbaik dalam segala hal.

10.Eyangku, Om Jm, Tante, Epin, dan semua keluarga besarku yang telah

memberikan semangat dan doa’nya kepada penulis.

11.Teman-teman Bisnis Internasional angkatan 2008.

12.Orang-orang terdekatku Febriani (Pepy), Pradiptia (Pupud), Divha, Vony, Maya, Intan, Cipluk , Mas Ryan, Bang Rony.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penulisan tugas akhir ini.


(8)

commit to user

viii

Demikian tugas akhir ini penulis susun dan tentunya masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca dan terkait dengan tugas akhir ini.

Surakarta, Juli 2011 Penulis


(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN ABSTRAKSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5


(10)

commit to user

x BAB II LANDASAN TEORI

A. Prosedur Ekspor ... 8

B. Sistem dan Proses Produksi ... 11

C. Pengawasan Proses Produksi ... 17

D. Tahapan Produksi ... 21

E. Volume Penjualan Produk... 23

F. Pengembangan Produk ... 24

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 27

1. Sejarah PT Indo Veneer Utama ... 27

2. Lokasi Perusahaan ... 28

3. Tujuan Utama Didirikannya PT Indo Veneer Utama ... 29

4. Struktur Organisasi Perusahaan ... 29

B. Pembahasan ... 38

1. Strategi Pengembangan Produk Furniture Kualitas Ekspor Pada PT Indo Veneer Utama di Karanganyar ... 38

2. Standar Produksi Untuk Pengembangan Produk Yang Diterapkan Pada PT Indo Veneer Utama di Karanganyar ... 41

a. Proses Produksi PT Indo Veneer Utama ... 41

b. Departemen Produksi dan Mesin Yang Dimiliki ... 46

c. Tahapan Pengolahan Barang ... 57

d. Penerapan Standar FSC (Forest Stewardship Council) Untuk COC (Chain OF Custody) ... 59


(11)

commit to user

xi

3. Kendala Yang Dihadapi PT Indo Veneer Utama Dalam

Mengembangkan Produk Furniture Kualitas Ekspor ... 63 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 64 B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA


(12)

commit to user

xii

DAFTAR BAGAN

2.1 Bagan Prosedur Ekspor ... 9

3.1 Struktur Organisasi PT Indo Veneer Utama ... 31


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Gambar Produk PT. INDO VENEER UTAMA 2. Kartu produksi

3. Surat Keterangan Magang

4. Surat Pernyataan Keaslian Tulisan

5. Sales Contract 6. Packing List 7. Invoice 8. Price List

9. Request Shipment 10.Shiping Instruction

11.Surat Pengantar Barang 12.Nota Pelayanan Ekspor

13.Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

14.Certificate of Origin (COO) Form B 15.DO (Delivery Order)

16.Fumigation Certificate 17.Gas Clearance Certificate 18.Assembly Instruction


(14)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi dewasa ini, perindustrian mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut membawa dampak terhadap timbulnya berbagai jenis industri yang ada. Ketika krisis ekonomi melanda Indonesia, banyak usaha yang mengalami kebangkrutan, kondisi ini membuat keadaan perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Hal ini membuat terjadinya persaingan yang semakin pesat. Dalam kondisi tersebut perusahaan harus dikelola dengan baik dan tepat agar dapat bertahan dan mampu memenangkan persaingan dari perusahaan lain.

Kegiatan ekspor barang mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting baik bagi perusahaan maupun bagi pemerintah. Manfaat yang diperoleh suatu negara dengan adanya kegiatan ekspor barang yakni dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nasional. Salah satu barang ekspor yang memiliki tingkat penjualan yang cukup baik adalah ekspor furniture.

Kegiatan ekspor menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 yang didalamnya berisi Undang-undang Kepabeanan Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari dalam negeri (daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean), barang bekas atau baru (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009).


(15)

commit to user

Transaksi ekspor pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana dan tidak lebih dari menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang menyeberangi laut dan darat ini tidak jarang timbul berbagai masalah yang kompleks antara pengusaha-pengusaha yang mempunyai bahasa, kebudayaan, adat istiadat dan cara yang berbeda-beda (Roselyne Hutabarat; Transaksi Ekspor-Impor; 1994).

Proses adalah suatu kegiatan yang melibatkan manusia, mesin, dan metode untuk membentuk bahan baku menjadi produk jadi atau barang setengah jadi. Sedangkan produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa yang mempunyai nilai tambah. Sehingga proses produksi terdefinisikan dapat dinyatakan sebagai rangkaian aktivitas atau kegiatan yang diperlukan untuk mengolah atau merubah input menjadi output yang memiliki nilai tambah (Handoko, H.T., 1990;25).

Proses produksi adalah salah satu hal penting yang ada dalam perusahaan sebagai kunci utama keberhasilan perusahaan. Produksi barang yang bermutu dan berkualitas juga dapat menambah nilai jual barang ke konsumen, maka dari itu peningkatan proses produksi barang menjadi salah satu hal yang harus dilakukan, agar perusahaan tidak kalah bersaing dengan perusahaan lain.

PT Indo Veneer Utama adalah salah satu perusahaan furniture yang ada di Karanganyar, yang sudah memproduksi furniture serta melakukan kegiatan ekspor dalam jangka waktu yang cukup lama. Produk furniture yang diproduksi di PT Indo Veneer Utama memiliki berbagai macam jenis sesuai


(16)

commit to user

dengan permintaan konsumen serta inovasi produk baru yang terus dilakukan oleh PT Indo Veneer Utama.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini akan mengungkapkan berbagai masalah tentang peningkatan proses produksi dengan mengambil

judul “STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK FURNITURE KUALITAS EKSPOR PADA PT INDO VENEER UTAMA DI KARANGANYAR”.


(17)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara pengembangan produk furniture kualitas ekspor pada PT Indo Veneer Utama di Karanganyar?

2. Standar produksi apa yang diterapkan PT Indo Veneer Utama dalam mengembangkan produk furniture kualitas ekspor?

3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan produk furniture kualitas ekspor di PT Indo Veneer Utama di Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui cara pengembangan produk furniture kualitas ekspor di PT Indo Veneer Utama di Karanganyar.

2. Untuk mengetahui standar produksi yang diterapkan PT Indo Veneer Utama dalam mengembangkan produk furniture kualitas ekspor.

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengembangkan produk furniture kualitas ekspor di PT Indo Veneer Utama di Karanganyar.


(18)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi:

1. Pengusaha Ekspor Furniture

Mampu mengetahui cara-cara dalam mengembangkan produk furniture mereka.

2. PT Indo Veneer Utama

Dapat memberikan tambahan referensi dan masukan bagi PT Indo Veneer Utama, khususnya dalam strategi untuk mengembangkan produk furniture kualitas ekspor.

3. Mahasiswa

Sebagai tambahan bacaan referensi kepada mahasiswa yang mengambil topik yang sama.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai penulis pada penelitian ini adalah metode penelitian secara deskriptif yang menggambarkan suatu obyek permasalahan yang dalam hal ini adalah permasalahan tentang pengembangan proses produksi furniture kualitas ekspor.


(19)

commit to user

1. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan secara langsung terhadap obyek permasalahan yang diangkat penulis mengenai peningkatan proses produksi.

2. Jenis dan Pengumpulan Data

a. Jenis Data

1) Data Primer

Data ini berupa data atau fakta atau keterangan yang diambil secara langsung melalui wawancara langsung dengan pihak yang terkait dengan obyek penelitian atau melalui penelitian di lapangan.

2) Data Sekunder

Data ini diperoleh secara tidak langsung melalui studi kepustakaan yang meliputi dokumen-dokumen, peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan sumber-sumber tertulis lainnya.

b. Metode Pengumpulan Data

1) Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data yang secara langsung diperoleh dari hasil tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait langsung dengan kegiatan produksi.


(20)

commit to user

2) Studi Pustaka

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan, mempelajari, membaca, dan mengutip dari dokumen-dokumen, arsip, serta bahan pustaka lain yang terkait dengan obyek penelitian.

3) Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melihat langsung kegiatan proses produksi pada PT Indo Veneer Utama di Karanganyar.

4) Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan menyelenggarakan langsung dokumen-dokumen yang dibutuhkan yang berhubungan dengan aktivitas ekspor dan proses produksi. Dalam hal ini penulis mengambil dan memfotocopy semua dokumen-dokumen ekspor, data-data yang berkaitan dengan perencanaan produksi dan tahap-tahap proses produksi serta data PT Indo Veneer Utama yang diperlukan.


(21)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prosedur Ekspor

Kegiatan ekspor menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 yang didalamnya berisi Undang-undang Kepabeanan Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari dalam negeri (daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean), barang bekas atau baru (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009).

Persyaratan ekspor berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan No.07/M-DAG/PER/4/2005 tanggal 19 April 2005 tentang Perubahan atas lampiran Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.558/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4 Desember 1998 tentang ketentuan umum di bidang ekspor bahwa ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan atau perorangan yang telah memiliki :

1. Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

2. Izin Usaha dari Departemen teknis/Lembaga Pemerintah Non Departemen berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; serta


(22)

commit to user

Prosedur ekspor merupakan mekanisme atau tahapan-tahapan tindakan yang dilaksanakan dalam melakukan proses pengiriman barang akibat dari suatu transaksi perdagangan. Tindakan mulai mencari pasar, mendapatkan pembeli, negosiasi (tawar menawar), kesepakatan dagang, mempersiapkan barang, mengirim, pengurusan dokumen, pembayaran, dan seterusnya.

14

1 2 16

13 3 15

6 5 4

12 14

11a 9 11b

7 8

Gambar 2.1 Bagan Prosedur Ekspor

Sumber: Handout Pengantar Ekspor Impor, Prosedur dan Dokumen Ekspor, 2009

DALAM NEGERI

EKSPORTIR IMPORTIR PELABUHAN /

NEGARA TUJUAN LUAR NEGERI BANK DEVISA MENYIAPKAN BARANG EMKL / EXPENDITUR PERUSAHAAN PELAYARAN BEA CUKAI BANK IMPORTIR DISPERINDAG


(23)

commit to user

Keterangan:

1. Eksportir mengadakan koresponden dengan importir luar negeri (mutu, harga, pengiriman, dan lain-lain).

2. Eksportir dan importir mengadakan kontrak jual beli.

3. Importir membuka/mengirim L/C melalui bank korespondennya.

4. Bank importir meneruskan L/C kepada bank devisa.

5. Bank devisa meneruskan L/C kepada eksportir.

6. Eksportir menyiapkan barangnya.

7. Eksportir mendaftarkan PEB ke Bea Cukai.

8. Eksportir memesan ruang kapal.

9. Eksportir sendiri/dengan bantuan EMKL untuk mengirim barang.

10.Eksportir sendiri/dengan bantuan EMKL memfiat muatkan barangnya.

11.a. EMKL memberitahukan kepada eksportir bahwa barang telah dikirim ke kapal.

b. Barang dikirim ke pelabuhan tujuan.

12.Mengajukan permohonan ke Disperindag untuk memperoleh SKA.

13.Eksportir melakukan pencairan uang di bank devisa.


(24)

commit to user

15.Bank devisa importir mengirim dokumen ekspor kepada importir.

16.Importir mengambil barang ke pelabuhan.

B. Sistem dan Proses Produksi

Suatu sistem memiliki banyak komponen dan objek dalam produksi. Komponen-komponen tersebut adalah bahan baku, tenaga kerja, dan informasi. Sebagian dari pengertian dari sistem itu sendiri adalah rangkaian dan unsur-unsur yang saling terkait dan ketergantungan, saling mempengaruhi satu dengan yang lain, kesemuanya itu mempunyai satu tujuan tertentu.

Berdasarkan pengertian umum dari sistem tersebut, maka ciri karakteristik dari sistem adalah: (Sirod Hantoro, 1993;42)

1. Terdiri dari unsur-unsur yang membentuk suatu kesatuan sistem;

2. Adanya tujuan dan saling ketergantungan;

3. Adanya interaksi atau hubungan antar unsur;

4. Mengandung mekanisme, atau disebut juga sebagai transformasi;

5. Adanya lingkungan yang mengakibatkan dinamika sistem.

Proses produksi yang berjalan dengan lancar dan baik merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh seluruh perusahaan. Untuk menjaga agar proses produksi tersebut selalu dapat berjalan dengan baik, diperlukan metode pengendalian yang baik juga atas proses produksi tersebut.


(25)

commit to user

Produk adalah penciptaan atau penambahan fungsi dari bahan atau jasa sehingga memiliki nilai tambah. Produksi merupakan rangkaian dari proses atau menyediakan barang-barang atau jasa yang dibutuhkan atau dikonsumsi oleh masyarakat.

Dalam komponen sistem produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, mesin, modal, dan informasi. Diantara unsur-unsur tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan, melainkan harus secara bersama-sama membentuk suatu sistem dalam mencapai tujuan akhir.

Pada dasarnya sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen struktural atau fungsional. Dengan demikian yang dimaksud dengan sistem produksi adalah sesuatu yang saling terkait antara unsur-unsur yang berbeda-beda secara terpadu, menyatu, dan menyeluruh dalam mentransformasikan input menjadi output. Jadi sistem produksi mempunyai unsur-unsur yaitu masukan, pentransformasian, dan keluaran. Masukan terdiri dari bahan baku, tenaga kerja, mesin-mesin dan peralatan, energi, modal, dan informasi. Transformasi adalah proses konversi dari input menjadi output, sedangkan output dapat berupa barang atau jasa dan keluaran lain seperti lembah industri.

Proses adalah suatu kegiatan yang melibatkan manusia, mesin, dan metode untuk membentuk bahan baku menjadi produk jadi atau barang setengah jadi. Sedangkan produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa yang mempunyai nilai tambah. Sehingga proses produksi terdefinisikan dapat dinyatakan sebagai rangkaian


(26)

commit to user

aktivitas atau kegiatan yang diperlukan untuk mengolah atau merubah input menjadi output yang memiliki nilai tambah (Handoko, H.T., 1990;25).

Ada juga beberapa istilah yang sering dipakai dalam proses produksi ini adalah sebagai berikut:

1. Planning

Planning atau perencanaan disini adalah dimaksudkan sebagai

production planning atau perencanaan produksi. Dalam penyusunan

planning ini disamping menentukan produk apa dan berapa yang akan diproduksikan, juga merencanakan seluruh kegiatan perusahaan dalam memproses bahan baku sampai menjadi produk akhir dari perusahaan yang bersangkutan. Perencanaan-perencaan tersebut, antara lain adalah perencanaan penggunaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, onderdil-onderdil, dan lain sebagainya. Dengan demikian perencanaan ini akan mencakup seluruh rencana produksi baik ditinjau dari

outputnya yaitu jumlah dan jenis daripada produk akhir, maupun dari segi inputnya, yaitu bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja serta peralatan-peralatan yang dipergunakan untuk kepentingan proses produksi tersebut.

2. Routing

Merupakan urutan penyelesaian pekerjaan yang harus dilalui, yang merupakan pedoman pelaksanaan proses produksi.


(27)

commit to user

3. Scheduling

Scheduling merupakan penentuan waktu, kapan suatu pekerjaan harus dimulai, dan kapan pekerjaan tersebut harus sudah selesai.

4. Dispatching

Dispatching merupakan perintah untuk memulai pekerjaan kepada para karyawan.

5. Follow Up

Penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan proses produksi dari schedule yang telah ditentukan dapat saja terjadi sehingga masih diperlukan tindak lanjut (follow up) dalam proses produksi tersebut.

Secara umum apabila dilihat dari urutan atau aliran daripada bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir maka dapat dinyatakan bahwa kegiatan proses produksi dapat dipisah-pisahkan menjadi dua jenis, yaitu (Agus Ahyari, 1983):

1. Proses Produksi Terus Menerus

Jika aliran bahan baku ini selalu tetap atau mempunyai pola yang selalu sama sampai dengan menjadi produk akhir, maka perusahaan-perusahaan semacam ini disebut sebagai perusahaan-perusahaan yang menggunakan proses produksi terus-menerus (continous processes).

Urutan pekerjaan yang dilaksanakan juga selalu tetap untuk semua produk. Dengan demikian setiap bagian (departemen) akan selalu


(28)

commit to user

mengerjakan pekerjaan yang sama setiap harinya. Dalam proses produksi semacam ini, perencanaan produksi akan mempunyai arti yang sangat besar sehingga penyusunan perencanaan produksi inipun harus dilakukan dengan cermat dan baik. Kesalahan dalam perencanaan produksi dapat mengakibatkan kemacetan proses produksi secara keseluruhan.

Tingkat output yang stabil merupakan permasalahan yang harus selalu dikendalikan oleh perusahaan. Hal ini akan berhubungan erat pula dengan adanya hubungan input output antar departemen yaitu output dari salah satu departemen menjadi input bagi departemen yang lain.

Dalam hal ini naik turunnya tingkat output dari salah satu bagian jelas akan mempengaruhi keseimbangan kapasitas yang terjadi dari masing-masing bagian/departemen tersebut. Demikian pula kemacetan-kemacetan proses produksi dari salah satu bagian/departemen akan berakibat kemacetan proses produksi secara keseluruhan.

Kelancaran proses produksi dari masing-masing bagian sangat perlu untuk diperhatikan. Dengan terjaminnya kelancaran proses produksi pada masing-masing bagian tersebut disertai dengan adanya stabilitas tingkat output dan keseimbangan kapasitas dari masing-masing bagian, kelancaran proses produksi dari perusahaan tersebut dapat terjamin baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.


(29)

commit to user

2. Proses Produksi Terputus Putus

Jika aliran bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir perusahaan tidak mempunyai pola yang pasti atau berubah-ubah, maka perusahaan-perusahaan semacam ini disebut sebagai perusahaan yang mempergunakan proses produksi terputus-putus (intermettent processes).

Dengan demikian maka untuk memproduksi suatu produk akan mempunyai urutan proses produksi yang berbeda dibandingkan dengan proses produksi untuk produk yang lain. Sehingga di dalam perusahaan tersebut routing (pedoman pelaksanaan proses produksi) sangat besar artinya bagi masing-masing produk dari proses produksi. Produk yang satu akan mempunyai kemungkinan perbedaan routing dengan produk yang lain.

Scheduling sangat berfungsi dalam penyelesaian suatu produk. Dengan perbedaan routing bagi masing-masing produk, maka besar kemungkinan, scheduling juga akan berbeda pula. Dengan demikian penyelesaian masing-masing produk ini akan mempunyai waktu yang berbeda-beda sesuai dengan panjang pendeknya urutan proses produksi yang dilalui serta lamanya waktu penyelesaian pada masing-masing proses tersebut.


(30)

commit to user

C. Pengawasan Proses Produksi

Dengan adanya jenis produksi, diperlukan juga tipe pengawasan produksi. Untuk setiap tipe proses produksi, dipilih jenis pengawasan proses produksi yang paling cocok, sehingga dapat menghasilkan pengawasan proses produksi yang cukup efektif dengan biaya yang paling rendah.

Adapun berbagai macam daripada pengawasan proses produksi itu antara lain adalah (Agus Ahyari, 1983):

1. Order Control/Pengawasan Order

Pengawasan ini bertujuan agar produk yang diproduksikan oleh perusahaan akan sesuai dengan order yang masuk. Setiap proses produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan, akan selalu dicocokkan dengan order dari produk tersebut, untuk kemudian diadakan perbaikan/pembetulan seandainya terjadi kekurangan atau ketidaksesuaian dari produk tersebut dengan ordernya.

Setiap order akan mempunyai spesifikasi tertentu. Belum tentu dari setiap order yang masuk ke dalam perusahaan ini mempunyai kesamaan spesifikasi, bahkan pada umumnya akan berbeda-beda. Oleh karena itu akan terjadi kemungkinan bahwa suatu order akan diproses dengan spesifikasi dari order yang lain. Hal ini dapat terjadi oleh karena para karyawan perusahaan pada umumnya akan cenderung


(31)

commit to user

menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah dikerjakan pada saat sebelumnya. Sehingga dengan demikian apabila order yang dikerjakan sekarang berbeda dengan order yang sudah dikerjakan sebelumnya, kemungkinan terjadinya penyimpangan penyelesaian produk dari ordernya akan menjadi semakin besar.

Didalam order control ini, maka setiap order akan diikuti dengan pedoman-pedoman untuk menyelesaikan order tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena setiap order tersebut akan memerlukan bahan yang berbeda-beda baik dalam jumlah maupun jenisnya, proses penyelesaian produk yang berbeda, dan lain sebagainya.

2. Flow Control/Pengawasan Arus

Merupakan tipe pengawasan yang dititik beratkan kepada arus dari proses produksi tersebut. Cara pengawasan ini akan menghasilkan tingkat penyelesaian produk yang relatif stabil dari waktu ke waktu untuk semua bagian/departemen. Hal ini akan dapat dilaksanakan apabila tingkat produksi perusahaan untuk masing-masing bagian/departemen tersebut relatif stabil pula. Tipe pengawasan ini akan lebih cocok digunakan dalam proses produksi terus-menerus.

Permasalahan yang perlu diperhatikan dalam pengawasan arus ini adalah persiapan-persiapan yang harus diselesaikan sebelum produksi dimulai, yang akan menunjang kelancaran proses produksi. Persiapan-persiapan ini antara lain tersedianya bahan mentah yang cukup, tersedianya tenaga kerja untuk masing-masing bidang, suku


(32)

commit to user

cadang. Persiapan-persiapan ini sangat menentukan kelangsungan proses produksi dari perusahaan, oleh karena itu perlu diperhatikan juga sebelum proses produksi dimulai.

3. Load Control/Pengawasan Beban

Pengawasan produksi adalah pada beban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing bagian/departemen dalam perusahaan, terutama untuk bagian-bagian kunci.

Bagian-bagian kunci ini merupakan bagian yang melaksanakan proses produksi dari semua atau sebagian besar produk perusahaan. Bagian ini merupakan bagian yang mempunyai kegiatan paling padat serta pada umumnya titik kritis dari proses produksi berada dalam bagian ini pula. Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah pemisahan komponen/bahan untuk masing-masing produk. Bahan-bahan ini perlu dipisahkan kedalam kelompok bahan-bahan yang sama, sehingga akan mudah dicari sewaktu diperlukan serta memudahkan perhitungan atas komponen/bahan tersebut ke dalam produk akhir.

4. Block Control/Pengawasan Block

Pesanan-pesanan yang masuk dikelompokkan kepada produk-produk yang mempunyai penyelesaian proses produk-produksi sama atau hampir sama. Pesanan-pesanan ini didaftar dalam sebuah block, untuk memudahkan pengenalan terhadap produk-produk yang sedang diproses, maka setiap proses produksi harus disertai nomor block berikut nomor pesanannya. Dengan adanya nomor ini produk yang sedang diproses


(33)

commit to user

akan dapat diketahui dengan mudah, sehingga segera dapat dicocokkan dengan identifikasi pada kartu pesanan.

Tujuannya adalah adanya stabilitas tingkat produksi dari masing-masing bagian. Oleh karena dalam proses produksi semacam ini belum tentu semua produk diproduksikan di dalam semua bagian perusahaan, maka dengan disusunnya block pesanan ini akan lebih terlihat bagian/departemen yang mana saja yang akan dilalui oleh masing-masing block.

5. Special Project Control/Pengawasan Proyek Khusus

Pengawasan produksi pada proyek-proyek khusus ini sebenarnya merupakan salah satu bentuk khusus daripada order control. Pada umumnya pengawasan semacam ini dipergunakan dalam proyek-proyek yang cukup besar, seperti misalnya pembangunan jembatan-jembatan besar, pembuatan menara, peluncuran roket, pembangunan reaktor atom, dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan proses produksi semacam ini pengawasan produksi harus dilaksanakan secermat mungkin.

Proyek semacam ini kegiatannya sangat komplek, maka tidak jarang terjadi bahwa suatu sub bagian sudah selesai dikerjakan, sementara sub bagian yang lain baru disusun perencanaannya secara detail. Namun dengan sistem koordinasi yang tepat, hal tersebut tidak akan menunda penyelesaian proyek secara keseluruhan. Tetapi apabila koordinasi dalam penyelesaian proyek tersebut sangat kurang atau


(34)

commit to user

bahkan tidak ada sama sekali, maka penyelesaian proyek ini akan tertunda oleh karenanya.

6. Control by Exception/Pengawasan Pada Penyimpangan

Pengawasan proses produksi dengan mempergunakan metode ini lebih menitikberatkan pengawasan kepada terjadinya pengecualian dalam proses produksi. Dasar utama penggunaan metode ini adalah bahwa proses produksi akan berjalan sama dari hari ke hari, sehingga tidak lagi memerlukan petunjuk dan pengawasan yang ketat setiap harinya. Pengawasan hanya ditunjukkan kepada adanya kekecualian yang terjadi dalam proses produksi perusahaan.

Pemilihan metode ini dikarenakan murahnya pengawasan proses produksi dengan mempergunakan metode ini. Dibandingkan dengan jenis pengawasan proses produksi yang lain, maka pengawasan pada perkecualian ini mempunyai total biaya yang paling murah. Dengan demikian pengawasan semacam ini tidak dapat diteliti. Penyimpangan-penyimpangan ataupun kemacetan proses produksi baru dapat diketahui apabila hal-hal tersebut sudah terjadi. Sehingga pengawasan semacam ini sama sekali tidak cocok untuk usaha-usaha pencegahan.


(35)

commit to user

Terdapat berbagai tahapan-tahapan yang dilakukan ketika proses produksi berlangsung, antara lain:

1. Proses Pemilihan Bahan Baku

Pemilihan bahan baku merupakan proses awal di dalam suatu proses produksi. Ini diperlukan agar hasil produksi dapat maksimal dan berkualitas.

2. Proses Pembentukan

Dalam proses pembentukan ini, bagian-bagian produk yang sudah ditentukan sesuai pesanan dibentuk kerangkanya untuk kemudian disusun menjadi satu.

3. Proses Perakitan

Setelah proses pembentukan pola berlangsung, maka dilaksanakan proses perakitan, yakni merakit bahan-bahan yang sudah dipotong dan dibentuk sesuai dengan pola pesanan.

4. Proses Finishing

Barang yang sudah dikerjakan di bagian produksi kemudian dikirim ke bagian finishing. Pada bagian ini, ketika kondisi barang dianggap belum sempurna, maka barang akan dikembalikan ke bagian produksi untuk dibenahi. Sedangkan apabila kondisi barang dianggap


(36)

commit to user

sempurna, maka akan dilakukan proses selanjutnya seperti pengamplasan serta pengecatan barang.

5. Proses Packing

Ini adalah proses terakhir dalam setiap kegiatan produksi. Barang yang sudah dianggap baik dan layak dipasarkan akan dipacking sesuai dengan jenis barang.

E. Volume Penjualan Produk

PT. INDO VENEER UTAMA terdiri dari dua line dalam produksinya yaitu produk pintu dan Garden Furniture. Yang termasuk dalam garden furniture adalah seperti meja, kursi, rak, dan lebih tepatnya perabotan

furniture untuk outdoor. Untuk mengetahui perkembangan penjualan, penulis akan menjelaskan penjualan garden furniture secara keseluruhan pada tahun

2010, diketahui ukuran untuk container 20” muat 28-30 m³ dan untuk ukuran

40” muat 58-60 m³ (standard), 68-70 m³ (Hi-cube).

TABEL 3.1

Penjualan Garden Furniture Tahun 2010

BULAN Pengiriman dalam m³ container Januari 138.2829

Febuari 345.9704

Maret 324.4271


(37)

commit to user

Sumber: PT Indo Veneer Utama, 2010

F. Pengembangan Produk

Kebijakan pengembangan produk harus merefleksikan suatu filosofi dan strategi pemasaran internasional sebuah perusahaan. Tujuan korporat dan batasan bisnis, sikap manajemen, ketersediaan sumber daya, dan bentuk operasi internasional perusahaan dan strategi organisasional akan mempunyai dampak besar atas kebijakan yang diikuti.

Dapat digarisbawahi tiga orientasi dasar terhadap pengembangan produk internasional, yakni ekstensi pasar, multidomestik, dan global (Henry Simamora; Manajemen Pemasaran Internasional; 2000).

1. Ekstensi Pasar: Ancangan Etnosentrik

Etnosentrisitas (etnocentricity) melibatkan orientasi yang kuat terhadap negara asal. Pandangan etnosentrik, kadang-kadang disebut “myopia

nasional”, menganggap bahwa pasar dan konsumen “asing” adalah tidak

Mai 123.5960

Juni 112.7627

Juli 162.5226

Agustus 282.0706 September 400.0786 Oktober 285.3621 November 52.7044


(38)

commit to user

signifikan atau interior. Oleh karenanya, keputusan produksi dan pemasaran harus dipusatkan pada pangkalan dalam negeri.

Ancangan etnosentrik (ethnocentric approach) untuk pengembangan produk, dimana produk domestik diproyeksikan secara internasional, menarik karena ancangan ini membantu meminimalkan biaya dan memaksimalkan kecepatan masuk pasar asing. Untuk memenuhi standar mandatori atas produk lokal, perusahaan yang memakai ancangan ini masih harus melakukan modifikasi atas produknya. Perspektif seperti itu dapat dibenarkan oleh argument bahwa keputusan konsumen dan kondisi pasar menjadi berangsur-angsur homogen secara internasional.

2. Multidomestik: Ancangan Polisentrik

Pandangan yang menganggap bahwa pasar domestik berbeda-beda secara signifikan dari segi tingkat perkembangan, kebutuhan konsumen, kondisi penggunaan produk, karakteristik penting lainnya adalah landasan berpikir yang lazim bagi ancangan polisentrik (polycentric approach) untuk pengembangan produk internasional. Polisentrisitas (polycentricity) menekankan keunikan dari setiap pasar, dan perspektif ini mengakibatkan suatu kadar yang signifikan dalam pengambilan keputusan yang terdesentralisasi. Dalam hal ini anak-anak perusahaan dibebani dengan pengembangan produk baru untuk pasar tertentu mereka, dan kontrol serta dan koordinasi dipertahankan sampai tingkat minimal. Hasilnya adalah proliferasi dalam luas, panjang, dan kedalaman bauran produk internasional perusahaan.


(39)

commit to user

3. Global: Ancangan Geosentrik

Geosentrisitas (geocentricity) merupakan orientasi yang memperhitungkan segala pelosok dunia sebagai pasar sasaran. Perusahaan geosentrik memandang bahwa negara-negara bisa serupa dalam beberapa aspek dan berbeda dalam aspek-aspek lainnya. Dengan demikian perusahaan menganut suatu pendekatan yang longgar kaku dengan memformulasikan sebuah kerangka acuan umum dari seluruh strateginya, yang memungkinkan bagian tertentu dari program pemasarannya diadaptasi, jika memang perlu, untuk memenuhi kebutuhan lokal.

Ancangan geosentrik (geocentric approach) untuk pengembangan produk internasional menyiratkan sentralisasi dan koordinasi yang signifikan. Produk dikembangkan dalam upaya memikat konsumen di berbagai pasar luar negeri. Idealnya adalah dengan mengidentifikasikan dan melayani segmen permintaan global yang secara substansial homogen dalam kebutuhan dan perilaku. Hal ini memungkinkan keseragaman produk yang signifikan dalam program produk internasional sepanjang kondisi pemakaian produk agak serupa di pasar asing. Bahkan pada saat tidak terdapat segmen permintaan global dan strategi standardisasi tidaklah tepat, orientasi geosentrik memiliki manfaat yang sangat besar. Duplikasi yang tidak perlu dari litbang yang mahal dapat dihindari, lini produk dirasionalisasi, dan difusi produk internasional lebih cepat dicapai.


(40)

commit to user BAB III

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Sejarah PT Indo Veneer Utama

PT Indo Veneer Utama adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang furniture. Perusahaan ini terdiri dari dua line produksi yaitu solid door yang memproduksi pintu yang dipasarkan lokal maupun non lokal dan garden furniture yang memproduksi meja, kursi, dan produk lainnya yang biasa digunakan di luar ruangan (outdoor). Berdasarkan akta notaris nomor 37 notaris Maria Theresia Budi Susanto, PT Indo Veneer Utama berdiri pada tanggal 10 November 1975 dan didirikan oleh tiga bersaudara


(41)

commit to user

yaitu Bapak Andi Sutanto, Bapak Gunawan Sutanto, dan Bapak Agus Sutanto.

Sebelum PT Indo Veneer Utama berdiri, tiga bersaudara tersebut sebelumnya membangun perusahaan CV Indo Jati yang bergerak di bidang penggergajian kayu dan furniture. Karena adanya peluang besar dalam industri perkayuan, maka didirikanlah PT Indo Veneer Utama dan CV Indo Jati yang menjadi satu lokasi, baik pabrik maupun kantor. Hal ini dimaksudkan agar mempermudah pengawasan kegiatan perusahaan oleh pihak atasan. Namun tidak lama kemudian terjadi musibah dimana CV Indo Jati terbakar, dan hingga sekarang ini CV Indo Jati tidak melakukan kegiatan produksi lagi.

Pada tahun 1991, sesuai dengan akta notaris Sugiri Kadarsiman, SR. Nomor 31 tanggal 31 Juli 1994 diadakan perubahan pengurus menjadi Bapak Andi Sutanto, Bapak Andhy Pratiknyo, Bapak Agus Sutanto. Setelah mengalami pergantian kepemilikan, kemudian membangun pabrik di desa Blulukan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah yaitu di Jalan Adisucipto nomor 1 POBOX 229 yang terletak di pinggiran kota Surakarta dengan lahan seluas 140.000 m2 dan luas bangunan 70.000 m2.

2. Lokasi Perusahaan

PT Indo Veneer Utama terletak di desa Blulukan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Daerah Tingkat II Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah yaitu di Jalan Adisucipto nomor 1 POBOX 229 yang terletak di


(42)

commit to user

pinggiran kota Surakarta dengan lahan seluas 140.000 m2 dan luas bangunan 70.000 m2.

Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi ini adalah:

 Masih terbukanya kesempatan untuk memperluas area;

 Ketersediaan transportasi yang mudah dan lancar karena terletak di pinggir jalan raya;

 Tenaga kerja yang mudah diperoleh karena berasal dari sekitar area pabrik;

 Dekat dengan sumber bahan baku dan daerah pemasaran;  Keberadaan pabrik dapat diterima masyarakat sekitar; dan

 Tersedianya fasilitas-fasilitas seperti listrik, air, dan jaringan telepon.

3. Tujuan Utama Didirikannya PT Indo Veneer Utama

Dalam menjalankan usahanya, PT Indo Veneer Utama tidak terlepas dari tujuannya, antara lain:

 Membuka lapangan pekerjaan, sehingga dapat mengurangi pengangguran;

 Memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan meja, kursi, pintu, dan peralatan kayu lainnya;


(43)

commit to user

 Mengembangkan industri dalam negeri sehingga dapat membantu pemerintah dalam usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya masyarakat Karanganyar; serta

 Untuk perusahaan sendiri agar dapat memperoleh keuntungan yang layak bagi pemilik perusahaan guna menunjang kelangsungan hidup perusahaan.

4. Struktur Organisasi Perusahaan

Bagi perusahaan, struktur organisasi perusahaan merupakan unsur penting untuk memudahkan pembagian wewenang serta tanggung jawab dan tugas setiap anggota organisasi. Setiap perusahaan mempunyai bentuk dan model struktur organisasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Setiap departemen memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing dan antara bagian-bagian tersebut mempunyai hubungan yang erat dengan yang lainnya.

Struktur organisasi di PT Indo Veneer Utama adalah struktur organisasi garis. Dalam struktur ini, kekuatan dan tanggungjawab mengalir dalam suatu garis lurus dari bagian puncak ke bagian terbawah dengan tanggung jawab tertinggi dipegang oleh CEO. CEO dibantu empat orang kepala divisi, yaitu Kepala Produksi, Kepala Pemasaran, Kepala Logistik, dan Kepala Administrasi. Berikut adalah gambar struktur organisasi PT Indo Veneer Utama.


(44)

(45)

(46)

commit to user

Berikut penjabaran tugas dan wewenang beberapa bagian dalam organisasi antara lain:

a. CEO

Memimpin dan bertanggungjawab secara mutlak terhadap seluruh kegiatan operasional yang dijalankan oleh perusahaan agar tercapai internal kontrol yang baik. Selain itu tugas CEO meliputi:

 Memimpin karyawan dan perusahaan ke arah kemajuan yang terarah dan terpadu dengan mengantisipasi jauh ke depan tentang prospek perusahaan, pangsa pasar, dan sebagainya;

 Melakukan perencanaan strategis dan pengendalian operasional;

 Menurunkan perintah tentang kebijakan-kebijakan yang harus dilaksanakan setelah dikaji, diperhitungkan, dan dibahas terhadap kemungkinan kendala yang akan dihadapi jika terjadi di lapangan kepada jenjang dibawahnya;

 Membuat rancangan tentang rencana anggaran pendapatan dan belanja perusahaan dengan proyeksi satu tahun anggaran; serta

 Melakukan evaluasi kerja dengan seluruh jenjang dibawahnya. Wewenang CEO meliputi:

 Menentukan segala keputusan untuk perusahaan;

 Menentukan arah dan tujuan perusahaan untuk jangka pendek dan jangka panjang;


(47)

commit to user

 Meminta dan memeriksa laporan pertanggungjawaban dari setiap kepala divisi; dan

 Mengangkat dan memberhentikan pengurus perusahaan yang diputuskan dalam rapat dengan suara terbanyak.

Tanggung jawab CEO meliputi:

 Bertanggungjawab atas kelangsungan hidup perusahaan dan karyawan;  Bertanggungjawab atas segala kegiatan dalam perusahaan;

 Bertanggungjawab atas segala surat maupun laporan pihak ekstern perusahaan; serta

 Bertanggungjawab atas segala kerugian yang terjadi dalam perusahaan.

b. Kepala Produksi

Tugas dan tanggung jawab:

 Mengatur dan melaksanakan kebijakan dalam bidang produksi;  Bertanggungjawab atas laporan produksi; dan

 Mengatur, mengetahui, dan menyetujui semua pengeluaran uang untuk keperluan pabrik.

Divisi produksi membawahi:

1. Bagian produksi, tugas dan tanggung jawab:


(48)

commit to user

 Bertanggungjawab atas proses pembuatan suatu produk. 2. Bagian elektrik, tugas dan tanggung jawab:

 Mengatur dan mengawasi mesin-mesin dan diesel/listrik yang digunakan untuk keperluan produksi;

 Memelihara serta memperbaiki mesin-mesin yang rusak. 3. Bagian PPIC, tugas dan tanggungjawab:

 Mengawasi dan merencanakan segala sesuatu yang bersangkutan dengan aktivitas produksi yang berlangsung di dalam pabrik.

4. Bagian quality control/pengendalian kualitas, tugas dan tanggung jawab:

 Menjaga kualitas kayu-kayu dan material pendukung yang akan digunakan dalam produksi;

 Menjaga dan memelihara kualitas hasil produksi atau produk agar selalu memenuhi selera konsumen.

c. Kepala Marketing/Pemasaran

Tugas dan tanggung jawab adalah melayani atau menerima pesanan dari konsumen, baik untuk konsumen domestik maupun luar negeri.

Divisi pemasaran salah satunya membawahi bagian ekspor impor dimana tugas dan tanggung jawabnya antara lain:


(49)

commit to user

 Menampung barang jadi dari bagian produksi;

 Memasarkan produk kepada konsumen domestik/luar negeri; dan  Mengawasi kegiatan pemasaran dan kelancaran pemasaran produk

yang dihasilkan oleh perusahaan.

d. Kepala Logistik

Divisi Logistik membawahi:

1. Bagian Logistik, tugas dan tanggung jawab:

 Menerima dan melakukan pengecekan terhadap material yang datang serta jumlah persediaan material yang tersisa.

2. Bagian Pembelian, tugas dan tanggung jawab:

 Melaksanakan pengadaan barang atau pembelian barang yang diperlukan perusahaan baik kayu maupun bahan-bahan lain;  Bertanggungjawab terhadap keberhasilan tugas yang dibebankan

kepada bagian pembelian.

e. Kepala Administrasi

Tugas dan tanggung jawab:

 Bertanggungjawab atas kelancaran pekerjaan rutin non produksi seperti administrasi perkantoran dan personalia;

 Bertanggungjawab dalam ketertiban dan ketepatan administrasi keuangan, akuntansi, dan pembuatan laporannya; dan


(50)

commit to user

 Menyediakan fasilitas-fasilitas umum kepada karyawan sesuai dengan batas-batas wewenang yang telah ditetapkan.

Divisi Administrasi membawahi:

1. Bagian Human Research and Development (HRD), tugas dan tanggung jawab:

 Menyeleksi dan melatih karyawan baru;

 Melaksanakan kebijakan perusahaan yang berkenaan dengan jam kerja, gaji karyawan, serta penempatan karyawan;

 Mengawasi kerja karyawan;

 Menyusun, merumuskan program kerja untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan; dan

 Mengadakan hubungan dengan masyarakat, menyelenggarakan penelitian beserta pengembangan sumber daya manusia untuk kemajuan perusahaan.

2. Bagian Akuntansi Keuangan, tugas dan tanggung jawab:

 Mencatat, membukukan, serta mengadakan perhitungan kekayaan dan transaksi-transaksi perusahaan;

 Menjaga keseimbangan kas masuk dan kas keluar;  Membuat laporan keuangan perusahaan;


(51)

commit to user

 Melakukan pembayaran, mengirimkan uang kepada bank yang memberikan kredit kepada perusahaan.

B. PEMBAHASAN

1. Strategi Pengembangan Produk Furniture Kualitas Ekspor Pada PT


(52)

commit to user

PT Indo Veneer Utama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang furniture dan sudah cukup lama berdiri. Barang-barang yang diproduksi oleh PT Indo Veneer Utama antara lain adalah pintu (door), meja (table), kursi (chair), bangku (bench), kursi malas (sunlounger), troli (trolly), dipan (daybed).

Strategi pengembangan produk merupakan salah satu hal yang penting untuk setiap perusahaan. Ini merupakan salah satu hal yang dipakai perusahaan untuk mampu meningkatkan proses produksinya. Tanpa ada strategi untuk mengembangkan produk, maka proses produksi sebuah perusahaan tentunya akan terhambat.

Sebagai sebuah perusahaan yang sudah besar dan memiliki cukup banyak pengalaman dalam bidang furniture, PT Indo Veneer Utama tentunya memiliki cara atau strategi yang ditempuh guna mengembangkan produknya. Berbagai strategi diterapkan PT Indo Veneer Utama dalam mengembangkan produknya, yakni dalam hal Bahan Baku yang digunakan; Desain Produk; Pemasaran.

a. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan antara lain kayu merbau, kayu meranti, kayu kamfer, kayu bangkirai, kayu jati. Berbagai jenis kayu tersebut dipilih sebagai bahan baku produksi karena memiliki kualitas yang baik dari setiap jenisnya daripada jenis kayu yang lain.


(53)

commit to user

b. Desain Produk

Banyak aktivitas pengembangan produk internasional yang menuntut modifikasi beberapa konsep dasar produk. Prototype produk mungkin harus dibuat untuk suatu pasar tertentu, biasanya pasar dalam negeri, atau mungkin harus diturunkan dalam cara yang lebih geosentrik. Apapun asalnya, pengalaman dan persepsi dari para manajer pemasaran internasional dan para pelanggan luar negeri harus diperhitungkan sebelum memodifikasi produk.

Untuk mengembangkan produknya, PT Indo Veneer Utama selalu melakukan inovasi terhadap desain produk. Berbagai cara dilakukan oleh PT Indo Veneer Utama untuk melakukan inovasi, yakni bisa dengan membeli desain ke orang lain atau juga bisa dengan mengadaptasi desain suatu produk yang kemudian dikembangkan sendiri oleh PT Indo Veneer Utama. Selain itu, PT Indo Veneer Utama juga menerima desain dari buyer yang kemudian dikembangkan lagi oleh PT Indo Veneer Utama.

c. Pemasaran

Pemasaran produk merupakan salah satu bagian terpenting bagi perusahaan. Karena dari pemasaran, perusahaan akan memperoleh pendapatan yang akan digunakan perusahaan untuk membiayai kelangsungan dan kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Jika


(54)

commit to user

dalam pemasaran produk, perusahaan tidak mempunyai pasar yang luas maka hal ini juga akan menghambat kemajuan perusahaan.

Daerah pemasaran produk PT Indo Veneer Utama diorientasikan ke luar negeri yaitu Inggris; Australia; Singapura; Jepang; Philipina; Hongkong; Belanda; Italia; Arab Saudi; Jerman; Perancis. Pemasaran dilakukan melalui buyer agent. Buyer agent

berfungsi sebagai penghubung antara perusahaan dan konsumen.

Selain pemasaran di luar negeri, PT Indo Veneer Utama juga melayani penjualan di dalam negeri (Jawa dan Bali) atau pesanan dari konsumen yang langsung datang ke pabrik untuk memesan produk yang diinginkan. Jadi perusahaan ini bersifat Make To Order (MTO). Dalam menerima pesanan produk, perusahaan memproduksi sesuai dengan permintaan konsumen dari segi bentuk maupun ukuran, selain itu di dalam pabrik juga terdapat contoh atau sample produk yang dapat dilihat langsung oleh pemesan. Oleh karena itu, pemesan dapat memesan sesuai sample yang diinginkan.

Pemasaran juga dilakukan dengan mengadakan promosi seperti ikut serta dalam pameran, ataupun menjaga hubungan baik dengan para supplier/pemasok serta memberikan service/layanan pemasaran seperti mengantarkan barang yang dipesan sampai ke tempat pembeli dengan tepat waktu.


(55)

commit to user

2. Standar Produksi Untuk Pengembangan Produk Yang Diterapkan

Pada PT Indo Veneer Utama Di Karanganyar.

a. Proses Produksi PT Indo Veneer Utama

Standar produksi pada PT Indo Veneer Utama dimulai dari proses order flow. Order flow sendiri adalah aliran yang menunjukkan pesanan awal/order masuk dari konsumen sampai pengantaran produk jadi ke konsumen.

TIDAK

YA

TIDAK YA

YA

Aliran Order Produksi

ORDER MASUK

MARKETING

OK

MANAGEMENT

PRODUK BARU

RESEARCH & DEVELOPMENT

PRODUCTION PLANNING INVENTORY CONTROL

PURCHASING

PRODUCTION

QUALITY CONTROL

WAREHOUSE


(56)

commit to user Gambar 3.2

Sumber: PT Indo Veneer Utama, 2011

Untuk lebih detailnya, akan diuraikan setiap tahap-tahapnya sebagai berikut:

1. Marketing

Order produk tertentu dari konsumen, kemudian diterima oleh marketing. Order dapat berupa pemesanan produk jadi maupun pemrofilan kayu.

Setelah order masuk ke bagian marketing, maka bagian marketing bertugas membuat Bill of Material untuk mengetahui komponen-komponen apa saja yang dibutuhkan untuk memproduksi satu produk dan apakah komponen tersebut harus dibuat atau dibeli. Order tersebut disampaikan ke bagian PPIC (Production Planning Inventory Control) sebagai PO (Purchasing Order) in dan masuk ke bagian manajemen.

Jika pesanan berupa produk baru, maka marketing memberikan tugas kepada bagian penelitian dan pengembangan (R&D) untuk membuat gambar kerja dari produk baru tersebut dan melakukan perhitungan cost/biayanya. Kemudian baru membuat sample produk tersebut untuk dikonfirmasikan ke customer.

Cost/penetapan harga ditentukan oleh: Biaya material;


(57)

commit to user

Biaya pengiriman (ditentukan dari hasil negosiasi antara marketing dengan konsumen);

Biaya proses (berdasar dari mesin yang dipakai/biaya masing-masing mesin dan biaya waktu proses yang digunakan); dan Biaya desain (ditentukan dari tingkat kerumitan desain dan

konstruksi, semakin rumit suatu produk memerlukan waktu yang semakin lama untuk proses produksi dan membutuhkan tingkat pengerjaan yang rumit pula sehingga harga produk tersebut juga semakin mahal).

2. PPIC (Production Planning Inventory Control)

Jika semuanya sudah disetujui semua pihak (antara marketing dan konsumen), maka marketing memberikan gambar kerja yang sudah selesai dikerjakan oleh R & D kepada PPIC. Kemudian PPIC membuat MRP (Material Requirement Planning) untuk perencanaan kebutuhan material dalam pembuatan suatu produk, MPS (Master Production Schedule), dan SPK (Surat Perintah Kerja).

Selain itu PPIC juga mengatur penggunaan material dan ukurannya untuk membuat produk pesanan, dan pembelian material dilakukan oleh bagian purchasing dan pengecekan material yang datang dilakukan oleh bagian Quality Control.


(58)

commit to user

3. Purchasing

Purchasing bertugas melakukan pembelian material untuk pembuatan produk baik material utama maupun material pendukung.

4. Production

Setelah material tersedia maka pengerjaan produk dapat langsung dikerjakan di lantai produksi sesuai proses pengerjaan di tiap-tiap mesin (baik di mesin band saw, arm saw, boring, moulding, sander, double cut, laminating, dll) yang jadwal produksinya sudah dibuat oleh PPIC.

5. Quality Control

Bagian quality control bertugas melakukan pengendalian kualitas mulai dari bahan baku sampai produk jadi. Bahan baku (kayu) yang telah dikeringkan (kiln dry) dan telah dipotong dan dihaluskan di area pembahanan kemudian diinspeksi oleh bagian

quality control, apakah bahan baku tersebut layak dipakai untuk bahan dasar pembuatan produk. Setelah produk sudah jadi, maka diinspeksi kembali oleh bagian quality control, apakah ada produk yang cacat (misal kaki meja/kursi patah) dan apakah ukurannya sudah sesuai atau belum dan ketebalan catnya (untuk pintu yang dicat). Sebenarnya quality control dilakukan setiap saat pada waktu pembuatannya di masing-masing mesin selalu diperiksa apakah ukurannya sudah sesuai, sehingga jika terjadi kesalahan bisa


(59)

commit to user

langsung diperbaiki. Jadi sangat jarang produk cacat tapi tidak tertutup kemungkinan juga pernah mengalami kesalahan ukuran/cacat.

6. Warehouse

Produk yang sudah jadi dan sudah diinspeksi oleh quality control, maka langsung disimpan di warehouse dan dicatat oleh administrasi produksi untuk sesegera mungkin dikirim ke konsumen sesuai pengetahuan dari bagian PPIC. Juga bagian warehouse

mengkonfirmasikan produk yang selesai tersebut ke bagian ekspor impor untuk membuat berbagai macam surat misal surat jalan.

7. Shipment

Untuk pengiriman ke luar negeri, produk dimasukkan ke dalam container dan dikirim sampai ke pelabuhan dan selanjutnya dari pelabuhan dikirimkan ke buyer yang disebut Free On Board

(perusahaan mengirim produk jadi ke konsumen hanya sampai ke pelabuhan di Pulau Jawa saja, perusahaan tidak mengirim produk sampai ke pelabuhan negara tujuan). Untuk pengiriman lokal, perusahaan menyewa truk besar dan dikirim sampai ke tangan konsumen.


(60)

commit to user

b. Departemen Produksi dan Mesin yang Dimiliki

Divisi produksi PT Indo Veneer Utama terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut adalah Cutting Log (Saw Mill), Kiln Dry, Pembahanan (forming), Joinery, Sanding, Assembly, dan Finishing. Tiap-tiap bagian tersebut mempunyai fungsi-fungsi tertentu dalam jalinan proses produksi pada bagian furniture PT Indo Veneer Utama.

1. Saw Mill

Saw mill ditujukan untuk membentuk kayu besar yang berupa kayu gelondongan/log atau kayu kotak (square) menjadi bentuk yang nantinya akan dikerjakan pada lantai produksi.

Pada bagian ini terdapat beberapa mesin yang digunakan, yaitu:

a) Band Saw

Mesin ini digunakan untuk memotong kayu gelondongan/log menjadi kayu-kayu dengan ukuran dan ketebalan tertentu.

 Band Saw 48 : untuk membelah kayu log menjadi dua bagian

 Band Saw 44 : untuk memotong belahan kayu log menjadi bagian-bagian yang lebih kecil

 Band Saw 42 : untuk memotong kayu log yang telah terbagi menjadi RST (Raw Sawn Timber)


(61)

commit to user

b) Cut Saw

Mesin ini melanjutkan proses yang sudah dilakukan oleh mesin band saw yaitu memotong kayu utnuk produksi garden furniture sesuai dengan ukuran yang diinginkan dengan batas toleransi tertentu.

2. Kiln Dry

Kiln dry adalah suatu proses pengeringan yang menjadikan kayu tidak dapat terpengaruh oleh perubahan cuaca. Kayu dengan kandungan air antara 70-80 MC jika dikerjakan pada cuaca dingin atau pada tingkat kelembaban tinggi, ukuran kayunya dapat berubah pada cuaca panas karena kandungan air di dalamnya telah menguap akibat sambungan antar kayunya menjadi longgar sehingga produk seperti meja dan kursi dapat menjadi goyang karena sambungan antar kayunya menjadi kurang kuat. Kandungan air pada kayu kering sekitar 12 MC, pada kondisi tersebut seratnya sudah tidak dapat lagi berkembang. Pada proses kiln dry kayu dipotong dalam bentuk lempengan untuk mempercepat waktu pengeringan. Jika kayu masih dalam bentuk gelondongan, maka proses pengeringannya akan menjadi lebih lama. Untuk mengukur kadar MC digunakan alat yang disebut wagner.

Proses yang terjadi dalam kiln dry adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan komponen kedalam ruangan kiln dry dengan sistem rak dengan jarak 2-3 cm, hal ini bertujuan agar sirkulasi


(62)

commit to user

udara panas dalam kiln dry bisa masuk dengan baik kedalam sela-sela kayu. Suhu awal kayu adalah 55C dengan kelembaban 89 mm/hg.

2. Proses pengeringan kayu dengan kiln dry ini dapat diatur dengan peningkatan suhu secara bertahap (waktu dan kenaikan suhu berdasarkan ketebalan kayu, ketebalan kayu merbau < 60 mm dan kayu meranti 30-60 mm). Secara umum ketentuan suhu untuk pengeringan kayu adalah sebagai berikut:

a) Setelah suhu mencapai 60C maka suhu tersebut akan ditahan selama 24 jam kemudian suhu dinaikkan 5C

b) Setelah suhu mencapai 70C maka akan ditahan sampai kadar air dalam kayu mencapai 9-12 MC

c) Untuk pengeringan kayu diperlukan sirkulasi udara dalam ruangan, maka setiap 6 jam akan disemprot dengan maksud menjaga agar kayu tetap lurus dan tidak kusut, proses kiln dry harus dilakukan perlahan-lahan supaya kayu tidak pecah.

Tahapan dalam proses kiln dry:

1) Warming Up

Ruangan mulai diberi panas sehingga suhu dalam ruangan mulai hangat yang dapat merangsang keluarnya kandungan air pada kayu.


(63)

commit to user

2) Heating Up

Ruang kiln dry diberi kelembaban tinggi dengan suhu tertentu sesuai jadwal pengeringannya. Fase ini untuk membantu membuka pori-pori kayu dan meratakan MC awal kayu yang ada dalam ruangan. Lama tahapan 2 jam per 1 cm tebal kayu yang dihitung setelah pengaturan suhu dan kelembaban tercapai, misal ketebalan 50 mm maka waktu heating 10 jam.

3) Drying

Kayu mengalami penyusutan setelah MC kayu ada dibawah titik jenuh serat yaitu MC 25-30%.

4) Conditioning

Jika kayu yang diinginkan telah tercapai, maka ruangan kiln dry perlu diberikan kelembaban yang cukup agar saat kayu dikeluarkan mempunyai MC yang lebih rata dan mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan kayu.

5) Cooling Down

Penyesuaian suhu dalam ruangan dengan suhu udara lingkungan sekitar. Heating, spray, damper ditutup. Fan harus hidup sampai suhu dalam ruangan mencapai 40C kemudian


(64)

commit to user

3. Pembahanan (Forming)

Bagian pembahanan meminta bahan baku dari bagian logistik untuk nantinya dipotong menjadi bentuk yang lebih kecil, penghalusan dua sisi (S2S) dan empat sisi (S4S) serta melakukan pembentukan. Hasil dari bagian (forming) ini adalah berupa bahan jadi.

Bagian pembahanan juga bertugas untuk mengecek bahan baku yang diterima dari bagian logistik, misalnya apakah bahan baku yang diterima dari bagian logistik sudah sesuai dengan permintaan pemesan (untuk pintu balcony adalah kayu merbau), apakah ada cacat atau tidak pada kayu dan sebagainya. Jika setelah dilakukan pengecekan ditemukan hal-hal yang tidak sesuai maka bagian pembahanan juga bertugas melakukan penukaran ke bagian logistik. Bahan baku yang telah diinspeksi maka disimpan di gudang elemen.

Mesin-mesin yang digunakan adalah:

1) Mesin Moulding Enam Spindle

Mesin ini digunakan untuk menghaluskan keempat sisi kayu/pembentukan kayu. Mesin ini dapat langsung membentuk keempat sisi kayu tetapi memerlukan waktu set-up yang lama minimal 30 menit. Tetapi umumnya kayu dipross dahulu di mesin planner untuk membentuk siku kayu kemudian baru menggunakan moulding enam spindle. Jika langsung


(65)

commit to user

menggunakan moulding enam spindle maka kualitas kayu akan terabaikan.

2) Mesin Gergaji Double End

Mesin ini digunakan untuk memotong dua sisi kayu. Cara kerjanya dengan meletakkan benda pada ban berjalan mirip dengan belt conveyor. Pada ban berjalan ini sudah terdapat pola kayu seperti yang telah diinginkan. Ban berjalan ini terdapat dua bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah. Ban bawah berjalan kemudian dijepit oleh ban berjalan bagian atas dan akan dimakankan pada gergaji ganda yang berputar mendatar dengan ketinggian tertentu sesuai pola.

3) Mesin Gergaji Double Saw

Mesin ini digunakan untuk memotong kayu dengan menggunakan gergaji ganda dan memotong kedua sisi kayu. Cara kerja mesin ini adalah potongan-potongan kayu akan dipotong diletakkan pada tempat untuk meletakkan benda kerja. Operator menginjak pedal untuk menggerakkan meja kerja menuju ke gergaji ganda sehingga sisi kiri dan sisi kanan kayu langsung terpotong.

4) Mesin Gergaji Arm Saw

Mesin ini dijalankan dengan menarik pegangan gergaji untuk memotong benda kerja sesuai ukuran yang diinginkan. Selain


(66)

commit to user

itu, arm saw juga untuk melakukan pembentukan bentuk-bentuk yang sederhana.

5) Mesin Gergaji Line Saw

Mesin gergaji line saw mempunyai fungsi yang sama dengan mesin-mesin gergaji lainnya yang ada di bagian forming yaitu memotong kayu. Mesin ini mempunyai gergaji lengkung yang terletak pada bagian tengah mesin. Pada waktu mesin ini tidak bekerja, gergaji yang ada pada mesin ini harus kendor supaya mesin tidak rusak.

6) Mesin Gergaji Circular Saw (circle)

Mesin ini digunakan untuk membelah benda kerja, gergajinya berbentuk lingkaran.

7) Mesin Gergaji Jump Saw

Mesin ini digunakan untuk memotong kayu sama seperti gergaji-gergaji lain yang ada di bagian forming. Cara kerjanya adalah kayu yang dipotong satu sisi terlebih dahulu sampai bagian tengah kayu, kemudian baru sisi yang satunya lagi dipotong. Hal ini dilakukan untuk keselamatan kerja operator. Selain itu jika mesin mati dalam artian gergaji tidak digunakan meja gergaji harus kendor supaya mesin tidak rusak.


(67)

commit to user

Mesin ini merupakan mesin yang mempunyai fungsi yang sama dengan mesin moulding enam spindle yaitu membentuk keempat sisi kayu atau membentuk kayu RST menjadi kayu S4S. Cara kerjanya adalah kayu-kayu dimasukkan kedalam mesin thicknasser, baru setelah keluar dari mesin ini kayu S4S yang siap dikerjakan. Bagian dalam mesin thicknasser ini terdapat pahat yang berbentuk seperti gerigi-gerigi.

4. Joinery

Setelah dari bagian forming berupa bahan jadi maka dilanjutkan pada bagian joinery. Bagian ini bertugas membuat konstruksi samping yang dapat berupa alur, profil, lubang. Hasil dari joinery

adalah elemen siap rakit.

Mesin-mesin yang termasuk pada bagian joinery:

1) Mesin Copy Shapper

Mesin ini digunakan untuk membuat lengkungan atau pembentukan lengkungan sesuai pola atau jig. Jig adalah alat khusus yang berfungsi memegang, menahan, atau diletakkan pada benda kerja yang berfungsi untuk menjaga posisi benda kerja dan membantu mengarahkan pergerakan pahat.

2) Mesin Moulding Satu Spindle

Mesin ini digunakan untuk pembentukan lengkung, membuat profil sesuai pisau. Prinsip kerja mesin ini adalah sebuah mata


(68)

commit to user

pahat berputar diam pada suatu posisi tertentu pada meja mendatar. Benda kerja yang kedua bagiannya telah dijepit pada sebuah pola/jig dimakankan pada pahat dengan lintasan tertentu sehingga nantinya akan membentuk profil. Waktu set up mesin ini adalah lima menit.

3) Mesin Tenoner

Mesin tenoner dan montiser merupakan mesin yang berpasangan. Mesin tenoner berfungsi untuk membuat pen, poros atau pasak sambungan antar komponen. Mesin tenoner dibagi menjadi dua jenis yaitu mesin single tenoner dan mesin

double tenoner.

4) Mesin Mortise

Merupakan pasangan dari mesin tenoner, jika mesin tenoner

berfungsi untuk membuat pen/pasak sambungan antar komponen maka mesin mortise berfungsi untuk membuat lubang yang berbentuk bulat lonjong yang nantinya akan disambungkan dengan benda kerja hasil dari mesin tenoner.

5) Mesin Router

Mesin ini digunakan untuk membuat alur yaitu biasanya berupa lubang yang besar dan untuk membuat pinggul R. Biasanya mesin ini digunakan untuk pembuatan meja.


(69)

commit to user

Mesin bor digunakan untuk membuat lubang dengan diameter tertentu. Mata bor yang sering digunakan oleh mesin bor ini adalah 4 mm, 5 mm, 7 mm, 8 mm, 9 mm, 10 mm, 20mm. Pada bagian joinery ini mesin terdiri dari 5 macam, yaitu:

a) Mesin Double Bor Horizontal

b) Mesin Multi Bor Horizontal

c) Mesin Single Bor Horisontal

d) Mesin Single Bor Vertikal

e) Mesin Multi Bor Vertikal

7) Mesin Hand Trimer

Seperti mesin pada bagian joinery lainnya, trimer juga berfungsi untuk membuat konstruksi samping/radius 3 mm, 5 mm, 8 mm, 10 mm. Pisau/pahat yang digunakan dapat disesuaikan dengan keperluan.

5. Sanding

Setelah pembuatan berbagai konstruksi sampai pada bagian joinery,

maka bagian sander bertugas untuk menghaluskan elemen-elemen jadi (siap rakit) tersebut. Berikut mesin-mesin yang termasuk pada

sander adalah:


(70)

commit to user

Mesin ini digunakan untuk mengamplas benda kerja. Drum sander berbentuk seperti tabung yang berputar, sedangkan

brush sander hampir mirip bedanya pada permukaan brush sander terdapat sikat-sikat.

2) Mesin Hand Sandling

Digunakan untuk meratakan/menghaluskan kayu atau elemen produk sampai dengan 0.3 mm.

3) Mesin Sanding Master

Bisa digunakan untuk meratakan sampai dengan max. 1 mm. Dalam mesin ini terdapat dua macam alat penghalus yaitu kasar 80-100 mm dan halus 180-24 mm.

6. Assembly

Setelah elemen-elemen produk telah jadi dan siap dirakit maka akan masuk dalam area assembly untuk dirakit menjadi komponen-komponen akan dirakit menjadi satu produk.

Mesin-mesin yang terdapat di dalam area assembly adalah:

1) Mesin Press

Digunakan untuk mengepress pintu dimana kekuatan press

untuk masing-masing bahan berbeda yaitu untuk bahan kayu dari merbau 125 kg/m2 dan untuk kayu meranti 75 kg/m2.


(71)

commit to user

Mesin ini digunakan untuk memotong panjang pintu sebanyak 3 cm.

7. Finishing

Ini merupakan proses akhir setelah komponen dirakit menjadi suatu produk, salah satu contoh mesin di dalam finishing produk pintu adalah mesin laminating yang memerlukan waktu set-up 20 menit untuk udara panas dan 30 menit untuk udara dingin.

c. Tahapan Pengolahan Barang

Dalam memproduksi sebuah barang, PT Indo Veneer Utama melakukan sejumah tahapan dari bahan mentah yang berwujud kayu gelondongan hingga barang masuk ke barang gudang jadi.

Pertama adalah log/kayu gelondong diproses di cutting log

(saw mill), ini bertujuan untuk membentuk kayu besar yang masih berupa gelondongan agar menjadi bentuk yang nantinya akan dikerjakan dalam lantai produksi.

Kedua, kayu yang sudah dibentuk, masuk ke proses kiln dry, yakni kayu dikeringkan agar menjadikan kayu tidak dapat terpengaruh oleh perubahan cuaca. Pada proses kiln dry, kayu dipotong dalam bentuk lempengan untuk mempercepat waktu pengeringan. Jika kayu masih dalam bentuk gelondongan, maka proses pengeringannya akan menjadi lebih lama.


(72)

commit to user

Ketiga adalah pembahanan (forming), pada bagian ini, kayu dipotong menjadi lebih kecil, penghalusan dua sisi (S2S) dan empat sisi (S4S) serta melakukan pembentukan. Hasil dari bagian forming ini adalah berupa bahan jadi.

Keempat yakni proses joinery, bagian ini bertugas membuat konstruksi samping yang dapat berupa alur, profil, lubang. Hasil dari bagian ini adalah elemen siap rakit.

Kelima adalah sanding, setelah pembuatan berbagai konstruksi samping pada bagian joinery, maka bagian sanding bertugas untuk menghaluskan elemen-elemen jadi (siap rakit) tersebut.

Keenam yakni proses assembly (perakitan), setelah produk telah jadi dan siap dirakit maka akan masuk area assembly untuk dirakit menjadi komponen-komponen yang akan dirakita menjadi satu produk.

Ketujuh, barang masuk pada proses finishing, barang di cat dan dipelitur sesuai warna yang dipesan.

Kedelapan adalah packing, barang yang sudah jadi dan sudah dicat dipacking dengan menggunakan kardus sesuai ukuran barang.

Kesembilan atau terakhir barang masuk ke gudang barang jadi hingga dikirim ke buyer.


(73)

commit to user

d. Penerapan Standar FSC (Forest Stewardship Council) Untuk COC

(Chain of Custody)

FSC (Forest Stewardship Council) sendiri adalah lembaga international non-profit merupakan Lembaga Akreditasi yang pertama kali mengembangkan Sertifikasi SFM dan COC. Sampai dengan saat ini lebih dari 30 juta ha areal hutan di berbagai belahan penjuru dunia telah disertifikasi oleh lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh FSC melalui standar dan proses sertifikasi yang cukup ketat dan mendapat pengakuan yang sangat signifikan dari berbagai stakeholder

di tingkat internasional.

COC (Chain of Custody) adalah program sertifikasi yang diaplikasikan pada unit industry dan distribusi hasil hutan untuk memastikan bahwa produk kayu yang diproduksi oleh unit industri adalah berasal dari hutan yang dikelola secara lestari yang ditunjukkan dengan sertifikat Sustainable Forest Management (SFM).

Program FSC ini bertujuan untuk:

1) Sebagai alat pemasaran untuk menjadikan produk Indonesia lebih bersaing di pasar mancanegara.


(74)

commit to user

2) Membantu kalangan industri dalam peningkatan ekspor produk furniture yang ramah lingkungan sesuai tuntutan pasar internasional saat ini.

3) Membantu para pengusaha Indonesia yang memanfaatkan produk hasil hutan (terutama kayu) seperti industry furniture/mebel, plywood, woodworking dalam memberi jalan keluar dari permasalahan persyaratan yang diminta para buyer asing dalam hal issue ekolabel (seperti Verified of Legal Origin, COC, dan produk ramah lingkungan)

4) Sebagai alat untuk peningkatan harga jual produk furniture.

Pada kondisi pabrik belum mempunyai kayu dari hutan bersertifikat FSC, industri tersebut masih tetap dapat menerapkan sertifikasi COC. Jika dinyatakan lulus, industri memperoleh Sertifikat COC-FSC dan logo off product, tetapi belum dapat menggunakan logo COC-FSC pada produknya (get a certificate COC-FSC, but not use logo COC-FSC on product). Sertifikat yang diperoleh adalah sertifikat implementasi sistem dan standar COC FSC. Pada kondisi ini, umumnya buyer sudah setuju karena buyer biasanya tidak mempermasalahkan logo on product atau logo off product, yang penting buyer melihat pabrik sudah memiliki Sertifikat COC-FSC, maka buyer sudah setuju. Apabila pabrik telah mempunyai kayu bersertifikat FSC, dengan melalui sekali kunjungan verifikasi/pemeriksaan oleh lembaga sertifikasi lebih dahulu, maka


(75)

commit to user

pabrik dapat menggunakan logo COC-FSC pada produknya (logo on product).

Pada kondisi pabrik sudah mempunyai kayu dari hutan bersertifikat FSC, maka tentunya pabrik dapat langsung disertifikasi dan jika dinyatakan lulus, pabrik langsung memperoleh sertifikat COC-FSC dan berhak menggunakan logo COC-FSC pada produknya (get a certificate COC-FSC and use logo COC-FSC on product).

Sistem FSC (Forest Stewardship Council)

Sebelum diaudit oleh Lembaga Sertifikasi, industri harus memiliki sistem COC-FSC lebih dahulu yang dibuat oleh konsultan, dengan kegiatan antara lain: training, pembuatan dokumen COC-FSC (seperti manual COC, prosedur COC, instruksi kerja, dan supporting document), dan implementasi sistem FSC. Sistem COC yang harus ditetapkan oleh industri terdiri dari tiga pilihan:

1) Pure 100%, artinya pabrik menggunakan 100% bahan baku yang berasal dari hutan yang telah bersertifikat FSC

2) Mixed, artinya pembagian penggunaan kayu bersertifikat FSC label dengan FSC Controlled Wood

3) Recycled, artinya penggunaan bahan baku yang berasal dari kayu daur ulang (kayu bekas penggunaan lain)

PT Indo Veneer Utama menerapkan standar produksi FSC untuk COC agar barang yang diproduksi terjamin ramah lingkungan.


(76)

commit to user

FSC sendiri merupakan suatu lembaga yang mengatur tentang pengelolaan hutan, dan untuk COC sendiri adalah sertifikasi dari FSC yang mengatakan bahwa produk kayu yang dibuat adalah produk kayu ramah lingkungan.

Alasan munculnya sertifikasi COC adalah:

 Awalnya hutan dikelola dengan praktek asal ada produksi kayu, tidak memperhatikan kelestarian aspek produksi, lingkungan, dan sosial;

 Menimbulkan masalah, diantaranya penurunan jumlah pasokan kayu dan luas hutan serta perubahan iklim (pemanasan global, penipisan lapisan ozon, naiknya suhu global bumi).

 Muncul tuntutan sertifikasi COC untuk menjamin produk yang diperdagangkan merupakan produk ramah lingkungan.


(77)

commit to user

3. Kendala Yang Dihadapi PT Indo Veneer Utama Dalam

Mengembangkan Produk Furniture Kualitas Ekspor.

Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang furniture, yang memiliki banyak pesaing, PT Indo Veneer Utama tentu juga memiliki kendala di dalam proses peningkatan produksinya. Kendala yang dihadapi antara lain dalam hal desain, waktu, dan pembayaran.

a. Desain

Dalam segi desain, setiap tahunnya paling tidak PT Indo Veneer Utama harus memiliki desain produk baru agar dapat bersaing dan tidak ketinggalan dengan perusahaan lain. Ini diperlukan agar buyer tidak bosan dengan produk-produk dari PT Indo Veneer Utama serta agar buyer tetap memesan barang kepada PT Indo Veneer Utama.

b. Waktu

Dalam hal waktu yang disebabkan karena pengiriman bahan baku kayu terlambat atau terjadi human error pada salah satu tahap pengerjaan produksi yang mengakibatkan terhambatnya proses penyelesaian produksi yang menyebabkan proses penyelesaiannya memakan waktu lama.


(78)

commit to user

c. Pembayaran

Dalam hal pembayaran, apabila buyer memiliki masalah dalam hal pembayaran, tentunya berdampak pada PT Indo Veneer Utama yang sulit untuk melakukan proses produksi selanjutnya.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang sudah dijabarkan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan dari tulisan ini, yakni:

1. Strategi pengembangan produk furniture kualitas ekspor yang diterapkan pada PT Indo Veneer Utama antara lain dalam segi desain produk, pemasaran produk, serta bahan baku produk yang dipakai. Ketiga strategi tersebut yang dipakai PT Indo Veneer Utama dalam usaha pengembangan produk furniturenya.

2. Standar produksi yang diterapkan pada PT Indo Veneer Utama adalah dengan menerapkan standar dari lembaga FSC (Forest Stewardship Council) untuk sertifikasi COC (Chain Of Custody) agar barang yang diproduksi terjamin ramah lingkungan.

3. Kendala yang dihadapi PT Indo Veneer Utama dalam meningkatkan produksi barangnya antara lain kendala dalam penciptaan desain produk


(79)

commit to user

baru, dalam hal keterlambatan waktu pengiriman, serta keterlambatan pembayaran dari buyer.

B. SARAN

1. Sebaiknya PT Indo Veneer Utama mengadakan pelatihan terhadap tenaga kerjanya agar lebih bisa memberikan hasil yang baik kepada PT Indo Veneer Utama.

2. Kegiatan pemasaran lebih diperbanyak dengan mengikuti berbagai pameran baik dari dalam maupun dari luar negeri guna memperkenalkan produk dari PT Indo Veneer Utama.

3. Memperkecil kesalahan yang berasal dari tenaga kerja sendiri agar tidak menghambat waktu pengiriman barang.


(80)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

Agus Ahyari, Management Produksi 2 Pengendalian Produksi, Yogyakarta : 1983

Handoko, H.T., Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi; 1995

Handout Pengantar Ekspor Impor, Prosedur dan Dokumen Ekspor, 2009

Henry Simamora; Manajemen Pemasaran Internasional Jilid I; 2000

Keputusan Menteri Perdagangan No.07/M-DAG/PER/4/2005 tanggal 19 April 2005 Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 Tentang Kepabeanan.

Roselyne Hutabarat, Transaksi Ekspor-Impor, Jakarta : 1994.


(1)

commit to user

pabrik dapat menggunakan logo COC-FSC pada produknya (logo on

product).

Pada kondisi pabrik sudah mempunyai kayu dari hutan bersertifikat FSC, maka tentunya pabrik dapat langsung disertifikasi dan jika dinyatakan lulus, pabrik langsung memperoleh sertifikat COC-FSC dan berhak menggunakan logo COC-FSC pada produknya

(get a certificate COC-FSC and use logo COC-FSC on product).

Sistem FSC (Forest Stewardship Council)

Sebelum diaudit oleh Lembaga Sertifikasi, industri harus memiliki sistem COC-FSC lebih dahulu yang dibuat oleh konsultan, dengan kegiatan antara lain: training, pembuatan dokumen COC-FSC

(seperti manual COC, prosedur COC, instruksi kerja, dan supporting

document), dan implementasi sistem FSC. Sistem COC yang harus

ditetapkan oleh industri terdiri dari tiga pilihan:

1) Pure 100%, artinya pabrik menggunakan 100% bahan baku yang

berasal dari hutan yang telah bersertifikat FSC

2) Mixed, artinya pembagian penggunaan kayu bersertifikat FSC label

dengan FSC Controlled Wood

3) Recycled, artinya penggunaan bahan baku yang berasal dari kayu

daur ulang (kayu bekas penggunaan lain)

PT Indo Veneer Utama menerapkan standar produksi FSC untuk COC agar barang yang diproduksi terjamin ramah lingkungan.


(2)

commit to user

FSC sendiri merupakan suatu lembaga yang mengatur tentang pengelolaan hutan, dan untuk COC sendiri adalah sertifikasi dari FSC yang mengatakan bahwa produk kayu yang dibuat adalah produk kayu ramah lingkungan.

Alasan munculnya sertifikasi COC adalah:

 Awalnya hutan dikelola dengan praktek asal ada produksi kayu, tidak memperhatikan kelestarian aspek produksi, lingkungan, dan sosial;

 Menimbulkan masalah, diantaranya penurunan jumlah pasokan kayu dan luas hutan serta perubahan iklim (pemanasan global, penipisan lapisan ozon, naiknya suhu global bumi).

 Muncul tuntutan sertifikasi COC untuk menjamin produk yang diperdagangkan merupakan produk ramah lingkungan.


(3)

commit to user

3. Kendala Yang Dihadapi PT Indo Veneer Utama Dalam

Mengembangkan Produk Furniture Kualitas Ekspor.

Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang furniture, yang memiliki banyak pesaing, PT Indo Veneer Utama tentu juga memiliki kendala di dalam proses peningkatan produksinya. Kendala yang dihadapi antara lain dalam hal desain, waktu, dan pembayaran.

a. Desain

Dalam segi desain, setiap tahunnya paling tidak PT Indo Veneer Utama harus memiliki desain produk baru agar dapat bersaing dan tidak ketinggalan dengan perusahaan lain. Ini diperlukan agar buyer tidak bosan

dengan produk-produk dari PT Indo Veneer Utama serta agar buyer tetap

memesan barang kepada PT Indo Veneer Utama.

b. Waktu

Dalam hal waktu yang disebabkan karena pengiriman bahan baku kayu terlambat atau terjadi human error pada salah satu tahap pengerjaan

produksi yang mengakibatkan terhambatnya proses penyelesaian produksi yang menyebabkan proses penyelesaiannya memakan waktu lama.


(4)

commit to user

c. Pembayaran

Dalam hal pembayaran, apabila buyer memiliki masalah dalam hal

pembayaran, tentunya berdampak pada PT Indo Veneer Utama yang sulit untuk melakukan proses produksi selanjutnya.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang sudah dijabarkan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan dari tulisan ini, yakni:

1. Strategi pengembangan produk furniture kualitas ekspor yang diterapkan pada PT Indo Veneer Utama antara lain dalam segi desain produk, pemasaran produk, serta bahan baku produk yang dipakai. Ketiga strategi tersebut yang dipakai PT Indo Veneer Utama dalam usaha pengembangan produk furniturenya.

2. Standar produksi yang diterapkan pada PT Indo Veneer Utama adalah dengan menerapkan standar dari lembaga FSC (Forest Stewardship

Council) untuk sertifikasi COC (Chain Of Custody) agar barang yang

diproduksi terjamin ramah lingkungan.

3. Kendala yang dihadapi PT Indo Veneer Utama dalam meningkatkan produksi barangnya antara lain kendala dalam penciptaan desain produk


(5)

commit to user

baru, dalam hal keterlambatan waktu pengiriman, serta keterlambatan pembayaran dari buyer.

B. SARAN

1. Sebaiknya PT Indo Veneer Utama mengadakan pelatihan terhadap tenaga kerjanya agar lebih bisa memberikan hasil yang baik kepada PT Indo Veneer Utama.

2. Kegiatan pemasaran lebih diperbanyak dengan mengikuti berbagai pameran baik dari dalam maupun dari luar negeri guna memperkenalkan produk dari PT Indo Veneer Utama.

3. Memperkecil kesalahan yang berasal dari tenaga kerja sendiri agar tidak menghambat waktu pengiriman barang.


(6)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Agus Ahyari, Management Produksi 2 Pengendalian Produksi, Yogyakarta : 1983

Handoko, H.T., Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi; 1995

Handout Pengantar Ekspor Impor, Prosedur dan Dokumen Ekspor, 2009

Henry Simamora; Manajemen Pemasaran Internasional Jilid I; 2000

Keputusan Menteri Perdagangan No.07/M-DAG/PER/4/2005 tanggal 19 April 2005 Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 Tentang Kepabeanan.

Roselyne Hutabarat, Transaksi Ekspor-Impor, Jakarta : 1994.