PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN SISWA Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru dengan Kesejahteraan Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.
PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU
TERHADAP KESEJAHTERAAN SISWA
DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA
Naskah Publikasi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh :
Kartika Sari
F.100090197
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
r'
r
a\oE nnc--lr i€33ue
r
\o"1
Surquruqula4
: qelo lnfnlesrp r{BIeJ
Ifn8uea uelvreq uedep 1q
uu>tuer1euedrp
luun
rnfryesrp qeloJ
,6r060001'c
pes
e{lu?)
: qal6 ue>pferq
Euel
YIU\DT\TUOS I HVAIOY}III^TYHIII^I
diAIS Tff VAISIS
N\T\rIII.I,TIYfUSTDI NVSNUO i}T{i}S t[YfY3NgI,{
gGO,{,ffiTI dYG
V}ft{fiI
VA\SIS {SdflS'Sgd \flUVJ,NV NY3NNtIfiH
uu")lerns q€.(rpBuruleqnN
ffi
trcZ----'egelurng
ls'tr{ "un^Il InlorqBz'Brc
g Eurduepue6 t[nEue6
is'ru "lsd's'BunluluaH's'il\
1
\/4n
IS'tr
1
Eurdruepue6 1[nEue4
"lsd's'luB^rBx lttlsn
Bru?1n 1[n8ue4
'leref,s lgnualueru q?la1 w{u13,(u1p uep
w
luEEuel upe4
r[n8uo4 ue^4.eq uedep Ip lle>luequuedrp qu1el
r.6r06000I'c
rr?s B)II1.I?)
: qelo
w{nlelp
Eue,L
YIUVX\ruNS I I{YAIOYI^IruYHNI I
dhIS IO YA\SIS NYYUf,IIIYftrSf,)T NYCNf,(I NUNS UYfY9NghI
UOOIf,IAI dVOYHUtrI YA\SIS ISdUSUfld Yf,YINY NYCNOflOH
PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU
TERHADAP KESEJAHTERAAN SISWA
DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA
Kartika Sari
Usmi Karyani
Tieka_cebret@yahoo.co.id
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui apakah ada hubungan antara
persepsi siswa terhadap metode mengajar guru dengan kesejahteraan siswa, 2)
mengetahui sumbangan efektif persepsi siswa tentang metode mengajar guru
terhadap kesejahteraan siswa, 3) mengetahui tingkat persepsi siswa terhadap
metode mengajar guru, 4) mengetahui tingkat kesejahteraan siswa. Subjek
penelitian adalah siswa-siswi SMP Muhammadiyah 1 Surakarta kelas VII, VIII, dan
IX. Metode menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur skala. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolerasi Product Moment
dari Pearson. Berdasakan hasil analisis data diperoleh koefisien kolerasi sebesar
� = 0,757 dengan sig. = 0,000; p < 0,01, sehingga hipotesis yang diajukan
diterima, sehingga dapat dikatakan adalah ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara persepsi siswa terhadap metode mengajar guru dengan
kesejahteraan siswa. Sumbangan efektif persepsi siswa terhadap metode mengajar
guru sebesar 57,2% dan sisanya 48,2% dipengaruhi variabel lain. Tingkat persepsi
siswa terhadap metode mengajar guru termasuk ke dalam kategori tinggi dengan
rerata empirik sebesar 92,34 dan rerata hipotetik skala persepsi siswa terhadap
metode mengajar guru sebesar 75. Tingkat kesejahteraan siswa termasuk ke dalam
kategori tinggi dengan rerata empirik sebesar 60,87 dan rerata hipotetik skala
kesejahteraan siswa sebesar 50.
Kata kunci : persepsi siswa terhadap metode mengajar guru, kesejahteraan siswa
berkembang sejalan dengan aspirasi untuk
Pendahuluan
Pendidikan bagi kehidupan umat
maju, sejahtera, dan bahagia. Sesuai
manusia merupakan kebutuhan mutlak
dengan UU pasal 3 Nomor 20 Tahun 2003
yang harus dipenuhi sepanjang hayat.
tentang
Tanpa
kelompok
pendidikan
manusia
Sistem
Pendidikan
Nasional
mustahil
suatu
menyatakan bahwa pendidikan nasional
dapat
hidup
berfungsi
2
untuk
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta
sistematis, oleh para pendidik profesional
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
dengan program yang dituangkan ke dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
kurikulum untuk jangka waktu tertentu dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi
diikuti oleh para anak didik pada setiap
peserta didik agar menjadi manusia yang
jenjang pendidikan tertentu (Ihsan, 2010).
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha
Esa,
berakhlak
mulia,
Setiap sekolah, baik sekolah negeri
sehat,
maupun
sekolah
swasta
diharapkan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
mampu mengemban tujuan pendidikan
menjadi warga negara yang demokratis
yaitu mampu memberikan pengalaman
serta
bertanggung
jawab.
Dengan
terbaik bagi siswa sehingga membuat
dikatakan
bahwa
siswa-siswanya merasa sejahtera (well-
pendidikan anak Indonesia tidak hanya
being) karena kesejahteraan siswa (student
menekankan
peningkatan
well-being) mempengaruhi hampir seluruh
pengetahuan peserta didik saja, namun
aspek bagi optimalisasi fungsi siswa di
juga menjadikan peserta didik sehat
sekolah (Victorian General Report, 2010).
setelah menjalani pendidikan baik sehat
Sekolah
secara fisik, rohani, sosial, juga psikologis.
membuat suasana sekolah yang baik akan
Sehat menurut WHO memiliki pengertian
menimbulkan kesejahteraan bagi siswanya.
yang luas yang meliputi kesejahteraan,
Seorang siswa dengan kesejahteraan tinggi
kepuasaan,
di sekolah akan memiliki emosi dan
demikian
dapat
pada
kebahagiaan,
dan
kualitas
hidup (Saptandari, 2012).
Dengan
mengingat
yang
sudah
mampu
untuk
perasaan yang positif, siswa akan merasa
bunyi
pasal
nyaman,
tersebut dan karena di dorong keinginan
bahagia,
dan
puas
dengan
kehidupan sekolahnya.
orang tua untuk memberikan anaknya
Secara umum dunia persekolahan
berbagai kecakapan dan bermacam ilmu
menggambarkan dua sisi yang saling
pengetahuan maka orang tua berbondong-
kontradiktif. Di satu sisi sekolah mampu
bondong memasukan anaknya ke sekolah
menjadi lingkungan yang suportif bagi
(Pribadi, dalam ihsan 2010). Sekolah
perkembangan
adalah salah satu tempat bertumbuh dan
mengembangkan
berkembangnya seorang siswa. Sekolah
namun di sisi lain sekolah juga dapat
sebagai
menjadi
institusi
pengelolaan
resmi
di
bawah
siswa
diri
lingkungan
secara
yang
untuk
optimal,
justru
pemerintah,
menimbulkan masalah emosi dan perilaku
menyelenggarakan kegiatan pendidikan
pada siswa (Kumara, 2012). Salah satu
secara
masalah yang menjadi ancaman adalah
berencana,
sengaja,
terarah,
3
bullying. Penelitian yang dilakukan oleh
hasil dari harmonisasi antara beberapa
Hertinjung
(2012)
faktor, di satu sisi faktor yang lebih
menunjukkan insiden bullying di sekolah.
spesifik dan kebutuhan pribadi dan di sisi
Dalam penelitian dengan sampel 212 siswa
lain tentang harapan terhadap sekolah
dari
(Engels,
3
dan
SD
Karyani
yang
berbeda
tersebut
dkk
,
2004).
Penerapan
menunjukkan bahwa 47% anak-anak SD
kesejahteraan di sekolah dikembangkan
pernah terlibat dalam perilaku bullying,
oleh Konu dan Rimpela (2002) dengan
48% siswa rentan untuk terlibat, dan hanya
mengadopsi
5% siswa yang sama sekali belum pernah
dipadukan dengan konsep kesejahteraan
terlibat dalam bullying.
dalam sekolah yang selalu berkaitan
teori
sosiologi
yang
Fakta lain yang mengiindikasikan
dengan pendidikan, pengajaran, belajar,
adanya ancaman terhadap kesejahteraan
dan prestasi. Allardt (dalam Konu dan
siswa
Rimpela,
ditunjukkan
dalam
pengamatan
2002)
menggunakan
istilah
terkait beberapa fakta tentang hubungan
sejahtera dalam tradisi sosiologis, yang
guru dan siswa. Dikemukakan bahwa
meliputi aspek kehidupan dan kualitas
seringkali guru melakukan tindakan yang
hidup.
dapat membuat para siswanya semakin
Faktor
yang
mempengaruhi
tidak nyaman saat di sekolah, di antaranya
kesejahteraan, yaitu faktor dari dalam diri
: pandangan negatif terhadap siswa, tidak
dan faktor lingkungan. Faktor dari dalam
memberi dukungan kepada siswa, lebih
diri, antara lain pengaruh dari faktor
mudah menyalahkan daripada memuji,
demografis seperti jenis kelamin, ras,
memunculkan kekerasan di sekolah, jarang
kesehatan
membantu siswa jika siswa mendapat
ekonomi (Baker, 2003). Faktor kesehatan
kesulitan, mementingkan hasil daripada
mental
proses, dan menilai kesuksesan siswa
kesejahteraan siswa antara lain self-esteem,
hanya dari nilai matapelajaran tertentu
self efficacy, depresi, dan stress (Baker,
(Susetyo, 2012). Hal ini yang dapat
2003).
menyebabkan seorang siswa merasa tidak
mempengaruhi munculnya kesejahteraan
sejahtera ketika berada di sekolah, karena
siswa, seperti iklim sekolah, ruang kelas,
mengalami
yang
organisasi sekolah, dan konteks teman
negatif tentang hubungan sosialnya di
sebaya (Baker, 2003). Seseorang yang
sekolah (Schmidt, 1992).
setiap harinya berada di sebuah lingkungan
sebuah
pengalaman
mental
yang
Faktor
dan
status
berpengaruh
dari
sosial
pada
lingkungan
Kesejahteraan siswa adalah sebuah
tidak akan terlepas dari proses pengamatan
keadaan emosi positif yang merupakan
dan penilaian terhadap lingkungannya.
4
Proses pengamatan yang dilakukan oleh
Guru dituntut harus dapat menggunakan
seseorang terhadap lingkungannya untuk
metode mengajar yang bervariasi dalam
kemudian
hasil
pengamatan
menyampaikan
diberikan
suatu
penilaian
tersebut
merupakan
materi
sehingga
tidak
menimbulkan kejenuhan pada siswa.
Pengalaman positif yang dialami
proses persepsi. Persepsi merupakan suatu
sebuah
siswa tentang metode mengajar yang
stimulus yang didahului oleh penginderaan
dipergunakan guru di kelas akan membuat
(Walgito, 2009). Secara implisit persepsi
seorang siswa memiliki persepsi baik
juga mempengaruhi kesejahteraan siswa
terhadap suasana kelas yang dibangun oleh
ketika berada di lingkungan sekolah.
guru. Hal ini akan membuat seorang siswa
proses
menginterpretasikan
Menurut Kaplan dan Maehr (1999)
merasa nyaman, senang, dan bahagia
persepsi siswa tentang lingkungan sekolah
ketika berada di kelas dan berdampak pada
dan kelas dapat dijadikan pertimbangan
keberadaannya di sekolah. Mereka akan
untuk
umum
lebih puas dengan apa yang didapatkan
kesejahteraan siswa. Semua peristiwa yang
ketika berada di sekolah, sedangkan
dialami siswa di sekolah membuat seorang
pengalaman negatif akan membuat seorang
siswa memiliki sebuah pengalaman positif
siswa memiliki persepsi yang kurang baik
maupun
terhadap
mengubah
negatif
secara
terhadap
lingkungan
suasana
kelas
dan
akan
siswa
berdampak pada keberadaannya ketika di
tentang
sekolah. Hal ini akan membuat seorang
lingkungan sekolahnya tersebut (Schmidt,
siswa merasa tidak berharga, dikucilkan,
1992). Dapat dikatakan pengalaman yang
dan tidak bahagia ketika berada di kelas
positif akan membuat siswa memiliki
maupun di sekolah. Mereka kurang puas
persepsi yang baik, sedangkan pengalaman
dengan apa yang mereka dapatkan ketika
yang
mereka berada di sekolah.
sekolahnya
memiliki
sehingga
sebuah
negatif
akan
membuat
persepsi
membuat
siswa
Berdasarkan uraian di atas dapat
memiliki persepsi yang kurang baik.
dibuat rumusan masalah yakni “apakah
Termasuk pengalaman siswa ketika
berada di kelas, siswa akan merasakan
ada
pengalaman tentang metode mengajar
terhadap metode mengajar guru dengan
yang dipergunakan oleh masing-masing
kesejahteraan
guru. Metode mengajar yang dipergunakan
memiliki tujuan untuk mengetahui apakah
oleh guru akan membuat siswa memiliki
ada
persepsi yang berbeda-beda, yaitu persepsi
terhadap metode mengajar guru dengan
yang tinggi atau persepsi yang rendah.
kesejahteraan
5
hubungan
hubungan
antara
siswa?”.
antara
siswa.
persepsi
siswa
Penelitian
persepsi
Hipotesis
ini
siswa
dalam
penelitian ini adalah ada hubungan positif
dari Pearson. Pengolahan data dilakukan
persepsi siswa terhadap metode mengajar
dengan program komputer SPSS Version
guru dengan kesejahteraan siswa.
17.0. Taraf signifikansi yang digunakan
adalah 1% dengan uji satu ekor, karena
hipotesis penelitian ini satu arah.
Metode Penelitian
Penelitian
ini
dilakukan
pendekatan
kuantitatif
menggunakan
skala
dengan
dengan
sebagai
Hasil Penelitian dan Pembahasan
alat
Dari
hasil
penelitian
yang
dilakukan diperoleh hasil bahwa � =
pengumpul datanya. Skala yang digunakan
ada dua, yaitu skala persepsi siswa
0,757 dengan sig. = 0,000; p < 0,01. Hal
terhadap metode mengajar guru dan skala
ini menunjukan bahwa ada hubungan
kesejahteraan.
siswa
positif yang sangat signifikan antara
terhadap metode mengjar guru disusun
persepsi siswa terhadap metode mengajar
menggunakan
yang
guru dengan kesejahteraan siswa diterima.
dikemukakan oleh Walgito (2009) yaitu
Pengalaman yang dirasakan oleh seorang
aspek kognisi, aspek afeksi, dan aspek
siswa
konasi dan faktor metode mengajar yang
memberikan persepsi bagi siswa yang
dikemukakan oleh Surakhmad (1990).
mengalaminya (Schmidt, 1992). Di sini
Sedangkan
siswa
siswa yang merasakan pengalaman dari
disusun dengan menggunakan aspek-aspek
sebuah metode pengajaran yang dilakukan
yang dikemukakan oleh Allardt dalam
oleh guru dalam menyampaikan materi
Konu dan Rimpela (2002) yaitu having,
akan membuat siswa memiliki sebuah
loving, being, dan health.
persepsi tentang apa yang dialaminya
Skala
persepsi
aspek-aspek
skala
kesejahteraan
Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi
SMP
Muhammadiyah
di
tersebut.
1
suatu
Bila
lingkungan
seorang
memberikan pengalaman
guru
akan
mampu
yang positif
Surakarta. Teknik sampling yang digunkan
maka siswa akan memiliki persepsi yang
dalam mengambil subjek penelitian adalah
baik dan begitu pula sebaliknya.
cluster sampling. Dengan mengambil tiap
Variabel persepsi siswa terhadap
kelompok kelas dalam suatu populasi.
metode
Pengambilan
sumbangan
objek
dilakukan
dengan
mengajar
sebesar
guru
memberikan
57,2%
terhadap
menggunakan random, yaitu sebagian
variabel kesejahteraan siswa. Hal ini
siswa dari kelas VII, kelas VIII, dan kelas
menandakan masih ada 42,8% variabel
IX. Teknik analisis data dalam penelitian
lain
ini menggunakan kolerasi product moment
6
yang
mempengaruhi
variabel
kesejahteraan siswa. Variabel tersebut
berarti secara umum siswa sudah merasa
misalnya demografis, self-esteem, self
sejahtera dan puas ketika berada di sekolah
efficacy, depresi, dan stress (Baker, 2003).
adalah
Pengalaman yang dirasakan siswa tentang
kesejahteraan
metode mengajar guru akan dipersepsikan
sebabnya karena mereka memiliki persepsi
siswa
yang tinggi (positif) terhadap metode
sebagai
persepsi
yang
positif
tinggi.
maupun negatif. Metode mengajar guru
mengajar
yang sesuai dengan keinginan siswa akan
materi.
memberikan pengalaman
yang positif
kepada
siswa
siswa
sehingga
akan
demikian
pula
dengan
siswa
akan
metode
penelitian,
memberikan
koefisien
� =
0,757
tentang metode mengajar guru
memiliki tingkat persepsi yang berbeda
terhadap
pula, oleh karena itu kesejahteraan siswa
kesejahteraan
siswa
sebesar 57,2% dan masih terdapat
lebih bersifat subyektif. Sehingga pada
42,8% sisanya dipengaruhi variabel
setiap siswa dalam suatu sekolah dapat
lainnya.
dan
3. Secara umum siswa-siswi di SMP
kepuasaan yang berbeda-beda pula (Baker,
dari
korelasi
2. Sumbangan efektif persepsi siswa
memiliki pola pikir yang berbeda dan
dilihat
kesimpulan
dengan sig. = 0,000; p < 0,001.
sekolahnya (Baker, 2003). Setiap siswa
dapat
diambil
dengan kesejahteraan siswa. Nilai
penilaian terhadap kualitas kehidupan
Ini
maka
terhadap metode mengajar guru
Hal ini akan berdampak pada
2003).
menyampaikan
signifikan antara persepsi siswa
dengan kurang baik pula.
kesejahteraan
satu
1. Ada hubungan positif yang sangat
sehingga siswa akan mempersepsikannya
tingkat
dalam
salah
sebagai berikut :
pengalaman yang negatif kepada siswa
memiliki
guru
ini
Berdasarkan hasil analisis data
mengajar guru yang kurang sesuai dengan
keinginan
siswa
tingkat
Kesimpulan
mempersepsikannya dengan persepsi yang
baik,
Tingginya
Muhammadiyah 1 Surakarta sudah
hasil
merasa sejahtera dan puas ketika
kategorisasi skala kesejahteraan siswa
berada di sekolah adalah tinggi.
yang diketahui bahwa 133 siswa (68,556
Dengan nilai sebesar 68,556 %.
%) telah merasa sejahtera dan puas ketika
berada di sekolah, sedangkan 1 siswa
Daftar Pustaka
(0,512 %) belum merasakan sejahtera dan
Baker, J. A., Dilly, L.J., Aupperlee, J. L. &
Patil, S. A. (2003). The developmental
puas ketika berada di sekolah. Hal ini
7
context of school satisfaction: Schools
as
psychologically
healthy
environments.
School
Psychology
Quarterly, 18, 206-221.
Surakhmad, W. (1990). Pengantar
Interaksi Mengajar-Belajar (Dasar dan
Tehnik
Metodologi
Pengajaran).
Bandung : Tarsito.
Engels, N., Aelterman, A., Van Petegem,
K., & Schepens, A. (2004). Factors
which influence the well- being of
pupils in Flemish secondary schools.
Educational Studies , 30, 2, 127143.Engelwood Cliffs, NJ: PrenticeHall.
Susetyo, Y.F. (2012). Guru Peduli
Kesejahteraan
Siswa.
Dalam
Faturochman, Tri Hayuning Tyas,
Wenty Marina Minza, dan Galang
Lufityanto (penyunting), Psikologi
untuk
Kesejahteraan
Masyarakat,
Yogkakarta: Pustaka Pelajar dan
Fakultas Psikologi UGM.
Ihsan,
H.F.
(2010).
Dasar-Dasar
Pendidikan
(Komponen
MKDK).
Jakarta : Rineka Cipta.
Victorian General Report. (2010). The
Effectiveness of Student Wellbeing
Programs and Services. Februari 2010.
Diunduh pada tanggal 9 Maret 2013.
http://www.audit.vic.gov.au/reports_an
d_publications/reports_by_year/200910/20100302_student_wellbeing.aspx
Hertinjung, W.S dan Karyani, U. (2012).
Bullying di Sekolah Dasar. Laporan
Penelitian
LPPM
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Tidak
ditertibkan.
Walgito, B. (2009). Pengantar Psikologi
Umum. Yogyakarta : ANDI.
Kaplan, A. & Maehr, M.L.. (1999).
Achievement goals and student wellbeing
Contemporary
Educational
Psychology 24, 330–358.
Konu, A., & Rimpela, M. (2002). Wellbeing in school: a conceptual model.
Health Promotion International, 17, 1,
79 – 89.
Kumara, A. (2012). Kesehatan Mental di
Sekolah.
Dalam Faturochman, Tri
Hayuning Tyas, Wenty Marina Minza,
dan Galang Lufityanto (penyunting),
Psikologi
untuk
Kesejahteraan
Masyarakat,
Yogkakarta:
Pustaka
Pelajar dan Fakultas Psikologi UGM.
Saptandari, E.W. (2012). Peran Sekolah
untuk Kesejahteraan Mental Anak dan
Remaja. Dalam Faturochman, Tri
Hayuning Tyas, Wenty Marina Minza,
dan Galang Lufityanto (penyunting),
Psikologi
untuk
Kesejahteraan
Masyarakat,
Yogkakarta:
Pustaka
Pelajar dan Fakultas Psikologi UGM.
Schmidt, L.J. (1992). Relationship
Between Pupil Control Ideology and
Quality of school life. Journal of
Innitational Theory and Practice. 7(2).
8
TERHADAP KESEJAHTERAAN SISWA
DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA
Naskah Publikasi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh :
Kartika Sari
F.100090197
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
r'
r
a\oE nnc--lr i€33ue
r
\o"1
Surquruqula4
: qelo lnfnlesrp r{BIeJ
Ifn8uea uelvreq uedep 1q
uu>tuer1euedrp
luun
rnfryesrp qeloJ
,6r060001'c
pes
e{lu?)
: qal6 ue>pferq
Euel
YIU\DT\TUOS I HVAIOY}III^TYHIII^I
diAIS Tff VAISIS
N\T\rIII.I,TIYfUSTDI NVSNUO i}T{i}S t[YfY3NgI,{
gGO,{,ffiTI dYG
V}ft{fiI
VA\SIS {SdflS'Sgd \flUVJ,NV NY3NNtIfiH
uu")lerns q€.(rpBuruleqnN
ffi
trcZ----'egelurng
ls'tr{ "un^Il InlorqBz'Brc
g Eurduepue6 t[nEue6
is'ru "lsd's'BunluluaH's'il\
1
\/4n
IS'tr
1
Eurdruepue6 1[nEue4
"lsd's'luB^rBx lttlsn
Bru?1n 1[n8ue4
'leref,s lgnualueru q?la1 w{u13,(u1p uep
w
luEEuel upe4
r[n8uo4 ue^4.eq uedep Ip lle>luequuedrp qu1el
r.6r06000I'c
rr?s B)II1.I?)
: qelo
w{nlelp
Eue,L
YIUVX\ruNS I I{YAIOYI^IruYHNI I
dhIS IO YA\SIS NYYUf,IIIYftrSf,)T NYCNf,(I NUNS UYfY9NghI
UOOIf,IAI dVOYHUtrI YA\SIS ISdUSUfld Yf,YINY NYCNOflOH
PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU
TERHADAP KESEJAHTERAAN SISWA
DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA
Kartika Sari
Usmi Karyani
Tieka_cebret@yahoo.co.id
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui apakah ada hubungan antara
persepsi siswa terhadap metode mengajar guru dengan kesejahteraan siswa, 2)
mengetahui sumbangan efektif persepsi siswa tentang metode mengajar guru
terhadap kesejahteraan siswa, 3) mengetahui tingkat persepsi siswa terhadap
metode mengajar guru, 4) mengetahui tingkat kesejahteraan siswa. Subjek
penelitian adalah siswa-siswi SMP Muhammadiyah 1 Surakarta kelas VII, VIII, dan
IX. Metode menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur skala. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolerasi Product Moment
dari Pearson. Berdasakan hasil analisis data diperoleh koefisien kolerasi sebesar
� = 0,757 dengan sig. = 0,000; p < 0,01, sehingga hipotesis yang diajukan
diterima, sehingga dapat dikatakan adalah ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara persepsi siswa terhadap metode mengajar guru dengan
kesejahteraan siswa. Sumbangan efektif persepsi siswa terhadap metode mengajar
guru sebesar 57,2% dan sisanya 48,2% dipengaruhi variabel lain. Tingkat persepsi
siswa terhadap metode mengajar guru termasuk ke dalam kategori tinggi dengan
rerata empirik sebesar 92,34 dan rerata hipotetik skala persepsi siswa terhadap
metode mengajar guru sebesar 75. Tingkat kesejahteraan siswa termasuk ke dalam
kategori tinggi dengan rerata empirik sebesar 60,87 dan rerata hipotetik skala
kesejahteraan siswa sebesar 50.
Kata kunci : persepsi siswa terhadap metode mengajar guru, kesejahteraan siswa
berkembang sejalan dengan aspirasi untuk
Pendahuluan
Pendidikan bagi kehidupan umat
maju, sejahtera, dan bahagia. Sesuai
manusia merupakan kebutuhan mutlak
dengan UU pasal 3 Nomor 20 Tahun 2003
yang harus dipenuhi sepanjang hayat.
tentang
Tanpa
kelompok
pendidikan
manusia
Sistem
Pendidikan
Nasional
mustahil
suatu
menyatakan bahwa pendidikan nasional
dapat
hidup
berfungsi
2
untuk
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta
sistematis, oleh para pendidik profesional
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
dengan program yang dituangkan ke dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
kurikulum untuk jangka waktu tertentu dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi
diikuti oleh para anak didik pada setiap
peserta didik agar menjadi manusia yang
jenjang pendidikan tertentu (Ihsan, 2010).
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha
Esa,
berakhlak
mulia,
Setiap sekolah, baik sekolah negeri
sehat,
maupun
sekolah
swasta
diharapkan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
mampu mengemban tujuan pendidikan
menjadi warga negara yang demokratis
yaitu mampu memberikan pengalaman
serta
bertanggung
jawab.
Dengan
terbaik bagi siswa sehingga membuat
dikatakan
bahwa
siswa-siswanya merasa sejahtera (well-
pendidikan anak Indonesia tidak hanya
being) karena kesejahteraan siswa (student
menekankan
peningkatan
well-being) mempengaruhi hampir seluruh
pengetahuan peserta didik saja, namun
aspek bagi optimalisasi fungsi siswa di
juga menjadikan peserta didik sehat
sekolah (Victorian General Report, 2010).
setelah menjalani pendidikan baik sehat
Sekolah
secara fisik, rohani, sosial, juga psikologis.
membuat suasana sekolah yang baik akan
Sehat menurut WHO memiliki pengertian
menimbulkan kesejahteraan bagi siswanya.
yang luas yang meliputi kesejahteraan,
Seorang siswa dengan kesejahteraan tinggi
kepuasaan,
di sekolah akan memiliki emosi dan
demikian
dapat
pada
kebahagiaan,
dan
kualitas
hidup (Saptandari, 2012).
Dengan
mengingat
yang
sudah
mampu
untuk
perasaan yang positif, siswa akan merasa
bunyi
pasal
nyaman,
tersebut dan karena di dorong keinginan
bahagia,
dan
puas
dengan
kehidupan sekolahnya.
orang tua untuk memberikan anaknya
Secara umum dunia persekolahan
berbagai kecakapan dan bermacam ilmu
menggambarkan dua sisi yang saling
pengetahuan maka orang tua berbondong-
kontradiktif. Di satu sisi sekolah mampu
bondong memasukan anaknya ke sekolah
menjadi lingkungan yang suportif bagi
(Pribadi, dalam ihsan 2010). Sekolah
perkembangan
adalah salah satu tempat bertumbuh dan
mengembangkan
berkembangnya seorang siswa. Sekolah
namun di sisi lain sekolah juga dapat
sebagai
menjadi
institusi
pengelolaan
resmi
di
bawah
siswa
diri
lingkungan
secara
yang
untuk
optimal,
justru
pemerintah,
menimbulkan masalah emosi dan perilaku
menyelenggarakan kegiatan pendidikan
pada siswa (Kumara, 2012). Salah satu
secara
masalah yang menjadi ancaman adalah
berencana,
sengaja,
terarah,
3
bullying. Penelitian yang dilakukan oleh
hasil dari harmonisasi antara beberapa
Hertinjung
(2012)
faktor, di satu sisi faktor yang lebih
menunjukkan insiden bullying di sekolah.
spesifik dan kebutuhan pribadi dan di sisi
Dalam penelitian dengan sampel 212 siswa
lain tentang harapan terhadap sekolah
dari
(Engels,
3
dan
SD
Karyani
yang
berbeda
tersebut
dkk
,
2004).
Penerapan
menunjukkan bahwa 47% anak-anak SD
kesejahteraan di sekolah dikembangkan
pernah terlibat dalam perilaku bullying,
oleh Konu dan Rimpela (2002) dengan
48% siswa rentan untuk terlibat, dan hanya
mengadopsi
5% siswa yang sama sekali belum pernah
dipadukan dengan konsep kesejahteraan
terlibat dalam bullying.
dalam sekolah yang selalu berkaitan
teori
sosiologi
yang
Fakta lain yang mengiindikasikan
dengan pendidikan, pengajaran, belajar,
adanya ancaman terhadap kesejahteraan
dan prestasi. Allardt (dalam Konu dan
siswa
Rimpela,
ditunjukkan
dalam
pengamatan
2002)
menggunakan
istilah
terkait beberapa fakta tentang hubungan
sejahtera dalam tradisi sosiologis, yang
guru dan siswa. Dikemukakan bahwa
meliputi aspek kehidupan dan kualitas
seringkali guru melakukan tindakan yang
hidup.
dapat membuat para siswanya semakin
Faktor
yang
mempengaruhi
tidak nyaman saat di sekolah, di antaranya
kesejahteraan, yaitu faktor dari dalam diri
: pandangan negatif terhadap siswa, tidak
dan faktor lingkungan. Faktor dari dalam
memberi dukungan kepada siswa, lebih
diri, antara lain pengaruh dari faktor
mudah menyalahkan daripada memuji,
demografis seperti jenis kelamin, ras,
memunculkan kekerasan di sekolah, jarang
kesehatan
membantu siswa jika siswa mendapat
ekonomi (Baker, 2003). Faktor kesehatan
kesulitan, mementingkan hasil daripada
mental
proses, dan menilai kesuksesan siswa
kesejahteraan siswa antara lain self-esteem,
hanya dari nilai matapelajaran tertentu
self efficacy, depresi, dan stress (Baker,
(Susetyo, 2012). Hal ini yang dapat
2003).
menyebabkan seorang siswa merasa tidak
mempengaruhi munculnya kesejahteraan
sejahtera ketika berada di sekolah, karena
siswa, seperti iklim sekolah, ruang kelas,
mengalami
yang
organisasi sekolah, dan konteks teman
negatif tentang hubungan sosialnya di
sebaya (Baker, 2003). Seseorang yang
sekolah (Schmidt, 1992).
setiap harinya berada di sebuah lingkungan
sebuah
pengalaman
mental
yang
Faktor
dan
status
berpengaruh
dari
sosial
pada
lingkungan
Kesejahteraan siswa adalah sebuah
tidak akan terlepas dari proses pengamatan
keadaan emosi positif yang merupakan
dan penilaian terhadap lingkungannya.
4
Proses pengamatan yang dilakukan oleh
Guru dituntut harus dapat menggunakan
seseorang terhadap lingkungannya untuk
metode mengajar yang bervariasi dalam
kemudian
hasil
pengamatan
menyampaikan
diberikan
suatu
penilaian
tersebut
merupakan
materi
sehingga
tidak
menimbulkan kejenuhan pada siswa.
Pengalaman positif yang dialami
proses persepsi. Persepsi merupakan suatu
sebuah
siswa tentang metode mengajar yang
stimulus yang didahului oleh penginderaan
dipergunakan guru di kelas akan membuat
(Walgito, 2009). Secara implisit persepsi
seorang siswa memiliki persepsi baik
juga mempengaruhi kesejahteraan siswa
terhadap suasana kelas yang dibangun oleh
ketika berada di lingkungan sekolah.
guru. Hal ini akan membuat seorang siswa
proses
menginterpretasikan
Menurut Kaplan dan Maehr (1999)
merasa nyaman, senang, dan bahagia
persepsi siswa tentang lingkungan sekolah
ketika berada di kelas dan berdampak pada
dan kelas dapat dijadikan pertimbangan
keberadaannya di sekolah. Mereka akan
untuk
umum
lebih puas dengan apa yang didapatkan
kesejahteraan siswa. Semua peristiwa yang
ketika berada di sekolah, sedangkan
dialami siswa di sekolah membuat seorang
pengalaman negatif akan membuat seorang
siswa memiliki sebuah pengalaman positif
siswa memiliki persepsi yang kurang baik
maupun
terhadap
mengubah
negatif
secara
terhadap
lingkungan
suasana
kelas
dan
akan
siswa
berdampak pada keberadaannya ketika di
tentang
sekolah. Hal ini akan membuat seorang
lingkungan sekolahnya tersebut (Schmidt,
siswa merasa tidak berharga, dikucilkan,
1992). Dapat dikatakan pengalaman yang
dan tidak bahagia ketika berada di kelas
positif akan membuat siswa memiliki
maupun di sekolah. Mereka kurang puas
persepsi yang baik, sedangkan pengalaman
dengan apa yang mereka dapatkan ketika
yang
mereka berada di sekolah.
sekolahnya
memiliki
sehingga
sebuah
negatif
akan
membuat
persepsi
membuat
siswa
Berdasarkan uraian di atas dapat
memiliki persepsi yang kurang baik.
dibuat rumusan masalah yakni “apakah
Termasuk pengalaman siswa ketika
berada di kelas, siswa akan merasakan
ada
pengalaman tentang metode mengajar
terhadap metode mengajar guru dengan
yang dipergunakan oleh masing-masing
kesejahteraan
guru. Metode mengajar yang dipergunakan
memiliki tujuan untuk mengetahui apakah
oleh guru akan membuat siswa memiliki
ada
persepsi yang berbeda-beda, yaitu persepsi
terhadap metode mengajar guru dengan
yang tinggi atau persepsi yang rendah.
kesejahteraan
5
hubungan
hubungan
antara
siswa?”.
antara
siswa.
persepsi
siswa
Penelitian
persepsi
Hipotesis
ini
siswa
dalam
penelitian ini adalah ada hubungan positif
dari Pearson. Pengolahan data dilakukan
persepsi siswa terhadap metode mengajar
dengan program komputer SPSS Version
guru dengan kesejahteraan siswa.
17.0. Taraf signifikansi yang digunakan
adalah 1% dengan uji satu ekor, karena
hipotesis penelitian ini satu arah.
Metode Penelitian
Penelitian
ini
dilakukan
pendekatan
kuantitatif
menggunakan
skala
dengan
dengan
sebagai
Hasil Penelitian dan Pembahasan
alat
Dari
hasil
penelitian
yang
dilakukan diperoleh hasil bahwa � =
pengumpul datanya. Skala yang digunakan
ada dua, yaitu skala persepsi siswa
0,757 dengan sig. = 0,000; p < 0,01. Hal
terhadap metode mengajar guru dan skala
ini menunjukan bahwa ada hubungan
kesejahteraan.
siswa
positif yang sangat signifikan antara
terhadap metode mengjar guru disusun
persepsi siswa terhadap metode mengajar
menggunakan
yang
guru dengan kesejahteraan siswa diterima.
dikemukakan oleh Walgito (2009) yaitu
Pengalaman yang dirasakan oleh seorang
aspek kognisi, aspek afeksi, dan aspek
siswa
konasi dan faktor metode mengajar yang
memberikan persepsi bagi siswa yang
dikemukakan oleh Surakhmad (1990).
mengalaminya (Schmidt, 1992). Di sini
Sedangkan
siswa
siswa yang merasakan pengalaman dari
disusun dengan menggunakan aspek-aspek
sebuah metode pengajaran yang dilakukan
yang dikemukakan oleh Allardt dalam
oleh guru dalam menyampaikan materi
Konu dan Rimpela (2002) yaitu having,
akan membuat siswa memiliki sebuah
loving, being, dan health.
persepsi tentang apa yang dialaminya
Skala
persepsi
aspek-aspek
skala
kesejahteraan
Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi
SMP
Muhammadiyah
di
tersebut.
1
suatu
Bila
lingkungan
seorang
memberikan pengalaman
guru
akan
mampu
yang positif
Surakarta. Teknik sampling yang digunkan
maka siswa akan memiliki persepsi yang
dalam mengambil subjek penelitian adalah
baik dan begitu pula sebaliknya.
cluster sampling. Dengan mengambil tiap
Variabel persepsi siswa terhadap
kelompok kelas dalam suatu populasi.
metode
Pengambilan
sumbangan
objek
dilakukan
dengan
mengajar
sebesar
guru
memberikan
57,2%
terhadap
menggunakan random, yaitu sebagian
variabel kesejahteraan siswa. Hal ini
siswa dari kelas VII, kelas VIII, dan kelas
menandakan masih ada 42,8% variabel
IX. Teknik analisis data dalam penelitian
lain
ini menggunakan kolerasi product moment
6
yang
mempengaruhi
variabel
kesejahteraan siswa. Variabel tersebut
berarti secara umum siswa sudah merasa
misalnya demografis, self-esteem, self
sejahtera dan puas ketika berada di sekolah
efficacy, depresi, dan stress (Baker, 2003).
adalah
Pengalaman yang dirasakan siswa tentang
kesejahteraan
metode mengajar guru akan dipersepsikan
sebabnya karena mereka memiliki persepsi
siswa
yang tinggi (positif) terhadap metode
sebagai
persepsi
yang
positif
tinggi.
maupun negatif. Metode mengajar guru
mengajar
yang sesuai dengan keinginan siswa akan
materi.
memberikan pengalaman
yang positif
kepada
siswa
siswa
sehingga
akan
demikian
pula
dengan
siswa
akan
metode
penelitian,
memberikan
koefisien
� =
0,757
tentang metode mengajar guru
memiliki tingkat persepsi yang berbeda
terhadap
pula, oleh karena itu kesejahteraan siswa
kesejahteraan
siswa
sebesar 57,2% dan masih terdapat
lebih bersifat subyektif. Sehingga pada
42,8% sisanya dipengaruhi variabel
setiap siswa dalam suatu sekolah dapat
lainnya.
dan
3. Secara umum siswa-siswi di SMP
kepuasaan yang berbeda-beda pula (Baker,
dari
korelasi
2. Sumbangan efektif persepsi siswa
memiliki pola pikir yang berbeda dan
dilihat
kesimpulan
dengan sig. = 0,000; p < 0,001.
sekolahnya (Baker, 2003). Setiap siswa
dapat
diambil
dengan kesejahteraan siswa. Nilai
penilaian terhadap kualitas kehidupan
Ini
maka
terhadap metode mengajar guru
Hal ini akan berdampak pada
2003).
menyampaikan
signifikan antara persepsi siswa
dengan kurang baik pula.
kesejahteraan
satu
1. Ada hubungan positif yang sangat
sehingga siswa akan mempersepsikannya
tingkat
dalam
salah
sebagai berikut :
pengalaman yang negatif kepada siswa
memiliki
guru
ini
Berdasarkan hasil analisis data
mengajar guru yang kurang sesuai dengan
keinginan
siswa
tingkat
Kesimpulan
mempersepsikannya dengan persepsi yang
baik,
Tingginya
Muhammadiyah 1 Surakarta sudah
hasil
merasa sejahtera dan puas ketika
kategorisasi skala kesejahteraan siswa
berada di sekolah adalah tinggi.
yang diketahui bahwa 133 siswa (68,556
Dengan nilai sebesar 68,556 %.
%) telah merasa sejahtera dan puas ketika
berada di sekolah, sedangkan 1 siswa
Daftar Pustaka
(0,512 %) belum merasakan sejahtera dan
Baker, J. A., Dilly, L.J., Aupperlee, J. L. &
Patil, S. A. (2003). The developmental
puas ketika berada di sekolah. Hal ini
7
context of school satisfaction: Schools
as
psychologically
healthy
environments.
School
Psychology
Quarterly, 18, 206-221.
Surakhmad, W. (1990). Pengantar
Interaksi Mengajar-Belajar (Dasar dan
Tehnik
Metodologi
Pengajaran).
Bandung : Tarsito.
Engels, N., Aelterman, A., Van Petegem,
K., & Schepens, A. (2004). Factors
which influence the well- being of
pupils in Flemish secondary schools.
Educational Studies , 30, 2, 127143.Engelwood Cliffs, NJ: PrenticeHall.
Susetyo, Y.F. (2012). Guru Peduli
Kesejahteraan
Siswa.
Dalam
Faturochman, Tri Hayuning Tyas,
Wenty Marina Minza, dan Galang
Lufityanto (penyunting), Psikologi
untuk
Kesejahteraan
Masyarakat,
Yogkakarta: Pustaka Pelajar dan
Fakultas Psikologi UGM.
Ihsan,
H.F.
(2010).
Dasar-Dasar
Pendidikan
(Komponen
MKDK).
Jakarta : Rineka Cipta.
Victorian General Report. (2010). The
Effectiveness of Student Wellbeing
Programs and Services. Februari 2010.
Diunduh pada tanggal 9 Maret 2013.
http://www.audit.vic.gov.au/reports_an
d_publications/reports_by_year/200910/20100302_student_wellbeing.aspx
Hertinjung, W.S dan Karyani, U. (2012).
Bullying di Sekolah Dasar. Laporan
Penelitian
LPPM
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Tidak
ditertibkan.
Walgito, B. (2009). Pengantar Psikologi
Umum. Yogyakarta : ANDI.
Kaplan, A. & Maehr, M.L.. (1999).
Achievement goals and student wellbeing
Contemporary
Educational
Psychology 24, 330–358.
Konu, A., & Rimpela, M. (2002). Wellbeing in school: a conceptual model.
Health Promotion International, 17, 1,
79 – 89.
Kumara, A. (2012). Kesehatan Mental di
Sekolah.
Dalam Faturochman, Tri
Hayuning Tyas, Wenty Marina Minza,
dan Galang Lufityanto (penyunting),
Psikologi
untuk
Kesejahteraan
Masyarakat,
Yogkakarta:
Pustaka
Pelajar dan Fakultas Psikologi UGM.
Saptandari, E.W. (2012). Peran Sekolah
untuk Kesejahteraan Mental Anak dan
Remaja. Dalam Faturochman, Tri
Hayuning Tyas, Wenty Marina Minza,
dan Galang Lufityanto (penyunting),
Psikologi
untuk
Kesejahteraan
Masyarakat,
Yogkakarta:
Pustaka
Pelajar dan Fakultas Psikologi UGM.
Schmidt, L.J. (1992). Relationship
Between Pupil Control Ideology and
Quality of school life. Journal of
Innitational Theory and Practice. 7(2).
8