PERAN PEMBELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA LOKAL :Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rancakalong.
No. Daftar FPIPS: 2016/UN.40.2.2/PL/2014
PERAN PEMBELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA LOKAL
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rancakalong)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh : Ria Anggraeni
1000557
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA
LOKAL
Oleh Ria Anggraeni
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Ria Anggraeni 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
RIA ANGGRAENI
PERAN PEMBELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA LOKAL
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rancakalong )
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Dra. Iim Siti Masyitoh, M. Si. NIP. 19620102 198608 2 001
Pembimbing II,
Susan Fitriasari, S. Pd., M. Pd. NIP. 19820730 200912 2 004
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed. NIP. 19630820 198803 1 001
(4)
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
RIA ANGGRAENI: 1000557. PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA LOKAL. (Studi Deskriptif Analitis Pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Rancakalong)
Indonesia memiliki kemajemukan kebudayaan yang beragam. Kebudayaan yang beragam tersebut diantaranya yaitu ditandai dengan etnik, suku, ras, bahasa, dll. Keberagaman suatu tersebut perlu kita lestarikan. Cara untuk melestarian kekayaan ini bisa kita temukan dalam pembelajaran di sekolah. Pembelajan tersebut guna meningkatkan pendidikan siswa terhadap kebudayaan lokal. Berdasarkan pemikiran tersebut, perlu diadakan penelitian yang bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pkn dalam meningkatkan antusias terhadap budaya lokal
2. Untuk mengetahui proses penerapan PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap kebudayaan lokal
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru saat proses pembelajaran PKn berlangsung
4. Untuk mengetahui upaya guru dalam menangani permasalahan pembelajaran PKn dalam meningkatkan kebudayaan lokal
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi. Selain itu, sumber datanya adalah Kepala sekolah, Wakasek bidang Kurikulum, Guru PKn dan siswa. Analisis data yang sesuai dengan penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian yang penulis peroleh yaitu:
1. RPP dibuat setiap semester dalam forum MGMP, dimana program tahunan, program semester dan silabus dibuat bersama seluruh guru PKn se-Kabupaten Sumedang.
2. Proses penerapan pembelajaran PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal tidak tercantum dalam RPP secara khusus, namun guru dengan menggunakan metode cerita mampu membangkitkan antusias siswa dalam pembelajaran.
3. Kendala-kendala dalam proses pembelajaran PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal yaitu:
a. Siswa belum mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada di daerahnya masing-masing
b. Kurangnya antusias siswa terhadap budaya lokal
c. Rendahnya kemampuan guru dalam mempersiapkan peralatan yang dapat merangsang minat, ingatan, dan pengenalan kembali siswa terhadap budaya masing- masing dalam konteks pengalaman belajar yang diperoleh.
4. Upaya yang harus dilakukan terkait kendala-kendala diatas yaitu:
a. Memberikan tugas kepada siswa secara aktif agar siswa bisa berfikir dan bertindak secara kritis dalam mengenal kebudayaannya
b. Menahan diri agar tidak bersikap otoriter atau satu-satunya sumber informasi bagi siswa
(5)
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Penjelasan Istilah ... 7
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Kajian Tentang Pendidikan Kewarganegaraan ... 11
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 11
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 14
3. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran PKn ... 17
4. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan ... 20
B. Kajian Tentang Peningkatan Antusias Terhadap Budaya Lokal ... 24
C. Kajian Tentang Budaya Lokal ... 26
1. Pengertian Budaya Lokal ... 26
2. Unsur-Unsur Budaya Lokal ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Metode Penelitian... 35
B. Definisi Operasional... 39
C. Teknik Pengumpulan Data ... 41
1. Wawancara ... 41
2. Observasi ... 43
3. Studi Dokumentasi ... 47
D. Teknik Analisis Data ... 48
1. Data Reduction (Reduksi Data) ... 49
2. Data Display (Penyajian Data) ... 50
3. Conclusion Drawing/Verification ... 50
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 51
(6)
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Lokasi Penelitian ... 52
2. Subjek Penelitian ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Gambaran Umum SMPN 1 Rancakalong ... 51
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59
1. RPP PKn SMPN 1 Rancakalong ... 59
2. Proses Penerapan Pembelajaran PKn Terhadap Budaya Lokal ... 62
3. Kendala yang Dihadapi Saat Pembelajaran ... 65
4. Upaya dalam Menanggulangi Permasalahan Pembelajaran PKn .. 67
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68
1. RPP PKn SMPN 1 Rancakalong ... 68
2. Proses Penerapan Pembelajaran PKn Terhadap Budaya Lokal ... 70
3. Kendala yang Dihadapi Saat Pembelajaran ... 75
4. Upaya dalam Menanggulangi Permasalahan Pembelajaran PKn .. 78
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 82
A. Kesimpulan ... 82
1. Kesimpulan Umum ... 82
2. Kesimpulan Khusus ... 82
B. Rekomendasi ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 87 DAFTAR LAMPIRAN
1. Perizinan
2. Instrument Penelitian 3. Pedomean Wawancara
4. Lampiran Foto Hasil Penelitian RIWAYAT HIDUP
(7)
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki kemajemukan kebudayaan yang beragam. Kebudayaan yang beragam tersebut diantaranya yaitu ditandai dengan etnik, suku, ras, bahasa, kesenian, agama dan kepercayaan, cara berpakaian, pola hidup suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya, dll. Keberagaman tersebut merupakan suatu kelebihan tersendiri untuk bangsa Indonesia sebagai ciri khas yang menjadi kebanggaan bagi masyarakat Indonesia. Keberagaman suatu kekayaan yang terdapat di Indonesia perlu kita lestarikan. Cara untuk melestarian kekayaan ini bisa kita temukan dalam suatu pembelajaran di sekolah. Pembelajan tersebut guna meningkatkan pendidikan siswa terhadap kebudayaan Indonesia.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang harus dikembangkan dalam meningkatkan kualitas individu. Peningkatan kualitas individu tersebut dapat dilakukan mulai dari sekolah dasar, hingga ke perguruan tinggi. Pembelajaran merupakan sebuah esensi dari pendidikan, yang dimana pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara guru dengan siswanya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan kunci keberhasilan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, dan pendidikan dikatakan berhasil manakala siswa hasil dari proses pembelajaran tersebut menunjukkan siswa yang berkualitas. Proses pembelajaran yang berkualitas adalah yang mengintegrasikan komponen-komponen pembelajaran secara utuh dan terpadu, antara materi pembelajaran, model pembelajaran, media pembelajaran, sumber pembelajaran dan evaluasi ( M3SE).
Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran. Materi pembelajaran berisi tentang ide, gagasan dan pokok-pokok sebuah konsep untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru dituntut untuk mampu memahami dan menguasai materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada
(8)
2
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa, karena hanya guru yang mampu menguasai materi pembelajaran dengan baik, berkualitas, dan berwawasan luas, yang dapat membangun kemampuan berfikir siswa. Dengan kata lain, guru yang mampu mengkaji materi pembelajaran mendalam (deep learning).
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membina siswa menjadi warga negara yang baik, yang tahu tentang hak dan kewajibannya. Warga negara yang baik adalah warga negara yang bukan hanya sekedar tahu dan sadar akan hak dan kewajibannya saja, tetapi cerdas, tanggung jawab, partisipasi, memanfaatkan hak dan kewajibannya sebagai warga negara secara proporsional, yang wajar dan halal. Dengan kata lain, warga negara yang baik harus selalu komitmen terhadap peraturan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sri dan Syaifullah (2008: 37) mengatakan:
Proses pembelajaran PKn yang baik yaitu dimana kelas sebagai laboratorium demokrasi dapat dilaksanakan dengan baik. Hal inipun tergantung kepada faktor-faktor sebagai berikut:
a. Metode mengajarnya; b. Karakteristik pengajar; c. Karakteristik siswa; d. Suasana masyarakatnya.
Selain itu karakteristik seorang guru sangat menentukan demi terciptanya kelas demokratis tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Murray Print (dikutip Sri dan Syaifullah, 2008: 53) mengemukakan:
Karakteristik yang esensial dalam pendekatan pembelajaran civics, yaitu (a) engaging students in projects (active engagement);(b)stimulating and understanding of values; and (c) encouraging reflective, critical thinking as well as the ability to take a position and defent.
(Karakteristik Yang esensial dalam, pendekatan pembelajaran kewarganegaraan Pembelajaran, yaitu (a) siswa terlibat dalam proyek-proyek (keterlibatan aktif); (b) merangsang dan memahami tentang nilai-nilai, dan (c) mendorong reflektif, berpikir kritis serta kemampuan untuk mengambil posisi dalam pembelaan).
(9)
3
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari pendapat diatas jika karakteristik tersebut tercapai, maka akan memungkinkan para siswa aktif melibatkan diri, baik secara mental maupun secara fisik. Seorang guru dalam mentransfer ilmunya, harus bisa memperhatikan latar belakang budaya yang dimiliki oleh setiap siswanya. Namun pada kenyataannya, seorang guru hanya mentransfer ilmu tanpa memperhatikan setiap
detail dari karakteristik dasar siswa itu sendiri.
Suatu kekeliruan terjadi saat guru tidak memperkenalkan budaya dan mempertimbangkan latar belakang budaya yang dimiliki oleh setiap siswa dalam mengenal proses pembelajaran. Hal tersebut akan membentuk budaya kekerasan yang dilakukan oleh remaja. Dampak dari itu, akan menjadikan individu yang kehilangan jati dirinya karena seolah-olah terserabut dari akar budayanya sendiri. Contoh lainnya seperti penggunaan bahasa sunda. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semakin banyak penggunaan bahasa Sunda, maka semakin kuat unsur kebudayaannya. Selain itu, sebuah bahasa adalah cerminan dari aktivitas kebudayaan serta jati diri sebuah budaya. Bila tidak ada lagi penggunaan bahasa Sunda di tanah Sunda maka bisa dibilang kebudayaan Sunda sudah mati karena tidak ada bahasa sebagai wujud representasi aktivitas kebudayaan. Salah satu faktor dari hilangnya kebudayan adalah karena faktor globalisasi.
Globalisasi merupakan suatu komunikasi antar individu dengan individu, kelompok dengan kelompok yang melintasi batas negara. Dampak dari globaliasi telah banyak dirasakan, baik itu dampak positif ataupun dampak negatif. Dampak positif yang banyak kita rasakan yaitu adanya proses modernisasi, dimana masyarakat yang awalnya irasional menjadi rasional. Selain itu berkembangnya pengetahuan dan teknologi yang mendorong manusia untuk menjadi lebih mudah dalam beraktivitas pun telah banyak dirasakan. Namun dampak negatif dari globalisasi pun, menjadi suatu masalah yang dihadapi oleh bangsa ini.
Pendidikan merupakan aspek yang erat dan menyatu dengan kebudayaan yang menjadi identitas bangsa. Identitas bangsa tersebut ditunjang oleh identitas individu berupa jati diri bangasa. Dengan adanya globalisasi, dikhawatirkan
(10)
4
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
budaya bangsa, khususnya budaya lokal akan terkikis. Budaya asing yang masuk sedikit demi sedikit akan mengikis eksistensi budaya lokal yang sarat makna.
Globalisasi disebut-sebut sebagai faktor utama saat ini yang berpengaruh besar terhadap kehidupan budaya masyarakat. Suatu yang keliru apabila globalisasi dianggap sebagai penyebab degradasi kebudayaan, karena globalisasi itu sendiri bagian dari kebudayaan yang tidak mungkin dihindari. Namun masyarakat mulai meninggalkan kebudayaan lokal yang dipakainya dan mulai menggunakan kebudayaan nasional, bahkan mulai membiasakan diri menggunakan kebudayaan asing dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan lokal dinilai sudah ketinggalan
jaman dan dianggap “kampungan”. Padahal, kebudayaan lokal menunjukkan
identitas masyarakat yang utama. Dengan berdasar pada cerminan remaja yang terancam terserabut dari akar budayanya sendiri, maka pembelajaran yang mendekatkan siswa pada karakteristik kebudayaan sendiri diharapkan mampu menangkal degradasi moral remaja yang harus mencurahkan segala potensinya.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk karya tulis dengan judul : “PERAN PEMBELAJARAN PKn DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA
TERHADAP BUDAYA LOKAL”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis mengajukan
rumusan masalah yang akan dikaji yaitu tentang “Bagaimana peran pembelajaran
Pkn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal?”. Untuk lebih mempermudah dan memfokuskan dalam mengidentifikasi hasil penelitian tersebut, maka penulis mengidentifikasikan dalam beberapa pertanyaan penelitian seperti berikut ini.
1. Bagaimanakah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PKn di SMPN 1 Rancakalong?
2. Bagaimana proses penerapan pembelajaran PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal?
(11)
5
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi saat proses pembelajaran berlangsung?
4. Upaya apa yang dilakukan guru dalam menghadapi permasalahan pembelajaran PKn, dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui gambaran secara faktual tentang peran pembelajaran PKn untuk meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal di SMPN 1 Rancakalong.
2. Tujuan khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pkn dalam meningkatkan antusias terhadap budaya lokal.
b. Untuk mengetahui proses penerapan PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap kebudayaan lokal.
c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru saat proses pembelajaran PKn berlangsung.
d. Untuk mengetahui upaya guru dalam menangani permasalahan pembelajaran PKn dalam meningkatkan kebudayaan lokal.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat atau signifikasi dari penelitian yang berjudul Peran Pembelajaran PKn dalam Meningkatkan Antusias Siswa terhadap Kebudayan Lokal ini adalah sebagai berikut:
(12)
6
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Secara teoritis kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang berguna dalam meningkatkan antusias siswa melalui pembelajaran PKn terhadap kebudayaan lokal. Dalam hal ini peran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih perlu ditingkatkan untuk membentuk warga negara yang bukan hanya mengetahui, namun dapat mencintai dan melestarikan budaya lokal. Selain itu penelitian ini pun diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi para praktisi pendidikan pada umumnya, dan khususnya bagi para pendidik dalam melakukan inovasi pembelajaran di persekolahan.
2. Secara Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
a. Bagi intansi pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan perhatian dalam proses pembentukan sikap antusias budaya lokal dan meningkatkan antusias masyarakat untuk bisa melestarikan budaya lokal melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
b. Bagi SMPN 1 Rancakalong sebagai sekolah atau penyelenggara proses pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan yang positif untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan program pendidikan dengan menggunakan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bisa memberikan kontribusi untuk bisa meningkatkan antusias siswa terhadap kebudayaan lokal.
c. Bagi guru SMPN 1 Rancakalong, agar lebih dapat mengembangkan dan meningkatkan serta mengefektifkan mata pelajaran PKn sebagai mata pelajaran yang berperan dalam kebudayaan lokal. Melalui rencana pembelajaran (RPP) yang mengitegrasikan kepada budaya
(13)
7
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lokal, diharapkan SMP Negeri 1 Rancakalong menjadi sekolah percontohan yang berbasis kebudayaan.
d. Bagi orang tua siswa SMPN 1 Rancakalong sebagai pendidik di rumah agar selalu memperhatikan dan mengajarkan kebudayaan-kebudayaan lokal kepada anaknya serta membimbing untuk bisa menghargai, mencintai dan melestarikan kebudayaan lokal tersebut. e. Bagi siswa SMPN 1 Rancakalong sebagai siswa, hasil penelitian ini
diharapkan menjadi bahan evaluasi dalam membentuk karakternya di sekolah dan untuk lebih memotivasi agar lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap kebudayaan lokal.
f. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan hasil penelitian ini semoga dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam pengembangan metode pembelajaran.
g. Bagi penulis agar menambah wawasan dan pengetahuannya dalam mengenal kesenian budaya lokal dan menumbuhkan kembali keantusiasan terhadap kebudayaan lokal.
E. Penjelasan Istilah
Penjelasan istilah merupakan suatu aspek untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan istilah-istilah dalam penelitian. Persamaan argumen memang sulit didapatkan, maka dari itu penelitian ini perlu diklarifikasikan guna memperoleh kesamaan dalam persepsi, istilah-istilah tersebut antara lain:
1. Pembelajaran
Pembelajaran adalah perpaduan dua aktivitas yakni mengajar dan aktivitas belajar itu sendiri. Sugandi (2000: 4) mengatakan “belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan dan latihan”. Ciri-ciri dari pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000: 5) antara lain:
a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistemis;
(14)
8
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar;
c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa;
d. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa;
e. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.
Sejalan dengan pendapat diatas, penulis dapat mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan komunikasi atau interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk menumbuhkan perubahan yang akan membentuk sumber daya manusia yang potensial.
2. Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi Warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang di amanatkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sri Wuryan dan Syaifullah (2008:9) mengatakan bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan sarana untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Selain itu, S. Sumarsono (2011: 7) mengemukakan bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari seorang warga negara dalam berhubungan dengan negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan nasional, dan ketahanan nasional.
Dari pendapat diatas, penulis mengemukakan pula bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang didalamnya terdapat bagaimana menjadi warga negara yang bisa memenuhi hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik. Selain itu,
(15)
9
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PKn membahas tentang bagaimana cara menjadi warga negara yang baik, yang memiliki jiwa Pancasila, dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab akan segala keputusan yang tepat untuk dirinya dan orang lain.
3. Antusias
Menurut Kamus Pelajar Bahasa Indonesia, antusias merupakan “bergairah, bersemangat, minat besar terhadap sesuatu”. Menurut Andika kusuma sebagaimana yang dilangsir dalam (andika.web.id/tag/antusiasme), “antusias berasal dari bahasa Yunani En Theos dan secara harfiah berarti Allah didalam
kita. Antusias adalah sebuah sikap (attitude)”. Dari pengertian diatas, penulis dapat mengemukakan pengertian dari Antusias. Antusias atau antusiasme merupakan perasaan ingin memiliki, ingin merasakan terhadap sesuatu yang ia temui atau ia inginkan.
4. Budaya Lokal
Ranjabar (2006: 150) mengemukakan bahwa “budaya lokal dapat dilihat dari sifat majemuk masyarakat Indonesia, maka harus diterima bahwa adanya tiga golongan kebudayaan yang masing-masing mempunyai coraknya sendiri”. Judistira (2008: 141) mengemukakan pula bahwa kebudayaan lokal adalah melengkapi kebudayaan regional, dan kebudayaan regional adalah bagian-bagian yang hakiki dalam bentukan kebudayaan nasional. Disamping itu, Judistira berpendapat juga bahwa Budaya lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu daerah yang terbantuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu-waktu. Budaya lokal tersebut bisa berupa hasil seni, tradisi, pola pikir, atau hukum adat.
Selain itu, Soejono Soekamto (2006: 76) mengemukakan bahwa kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Penulis juga dapat mengemukakan bahwa kebudayaan lokal merupakan suatu kebudayaan yang berada di dalam daerah, yang mempunyai suatu ciri khas tertentu, yang layak untuk dilestarikan dan
(16)
10
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilindungi. Kebudayaan lokal pun merupakan suatu kebiasaan yang sering dilakukan secara berulang-ulang oleh masyarakat, selain itu kebudayaan merupakan suatu tempat dalam membudidayakan ciri khas dari suatu objek di tengah-tengah masyarakat umum.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini akan membahas tentang gambaran umum penulisan skripsi. Pembahasan dimulai dari latar belakang penulisan, ruang lingkup yang akan dibahas dalam penulisan skripsi, serta tujuan dan manfaat penulisan. Kemudian pembahasan selanjutnya adalah mengenai metodologi penelitian yang dipakai dalam penyusunan skripsi, serta sistematika yang dibagi menjadi beberapa bab secara garis besar dalam isi setiap bab.
Bab II Kajian Pustaka
Kajian pustaka berisi teori-teori dasar yang berkaitan dengan fokus penelitian penulis tentang peran mata pelajaran PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk beberapa komponen seperti lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari analisis data untuk menghasilkan temuan data tentang orientasi mata pelajaran PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal. Pada bab ini berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian.
(17)
11
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam bab ini dikemukakan secara singkat kesimpulan, mencakup jawaban yang dipoleh dari interpretasi data yang merupakan jawaban terhadap permasalahan penelitian, nilai lebih dan kelemahan dari penelitian yang telah dilakukan. Saran yang diberikan harus singkat, berangkat pada kelemahan baik proses dari penelitian yang dilakukan maupun kelemahahan terkait temuan penelitian, dan merupakan pemecahan masalah.
(18)
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode PenelitianMetodologi sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor (Mulyana, 2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Pengertian ini menegaskan bahwa metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji masalah penelitian. Sugiyono (2011, 2) mengemukakan bahwa:
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang harus diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empirisme berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. (Bedakan cara yang tidak ilmiah, misalnya mencari uang yang hilang atau provokator, atau tahunan yang melarikan diri melalui paranormal). Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data yang bisa diamati dengan mempunyai kriteria yang valid. Maksudnya yaitu yang menunjukan ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti. Contohnya seperti didalam sebuah kota A terdapat 5000 orang miskin. Namun saat penelitian, peneliti melaporkan jauh dibawah 5000 atau lebih dari 5000. Berarti tingkat validitas hasil penelitian itu rendah. Data yang valid adalah data yang reliabel. Maksudnya jika saat wawancara menyebutkan orang yang miskin dikota A itu adalah 5000, maka besok atau lusa akan berjumlah 5000 juga. Setiap peneliti mempunyai tujuan dan kegunaan
(19)
36
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tertentu. Melalui penelitian, manusia menemukan hasilnya, terlepas dari apa yang diharapkan dan tidak diharapkannya, sesuai kenyataan di lapangan.
Dalam melakukan penelitian tersebut, seorang peneliti pasti menggunakan metode atau cara dalam pencapaian penelitiannya. Sedangkan jenis-jenis metode penelitian menurut Sugiyono (2011: 4), dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan (natural setting) obyek yang diteliti.
Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research) dan penelitian pengembangan (research and development). Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamiahannya, metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi metode penelitian eksperimen, survey dan naturalistik.
Dilihat dari jenis-jenis penelitian diatas dapat digambarkan seperti gambar 3.1 berikut.
Macam Metode Penelitian
Berdasarkan Tujuan Penelitian
Penelitian Dasar
Penelitian Pengembangan
(R & D) Penelitian Penerapan
Penelitian Eksperimen
Penelitian Survey
Penelitian Naturalistik Berdasarkan Tingkat
Kealamiahan Tempat Penelitian
(20)
37
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1. Macam-macam metode penelitian berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan tempat penelitian
Gay (Sugiyono, 2011: 3) mengatakan bahwa sebenarnya sulit untuk membedakan antara penelitian murni (dasar) dan terapan secara terpisah, karena keduanya terletak pada satu garis kontinum. Dimana penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. Sedangkan penelitian terapan dilakukan dalam memecahkan masalah-masalah praktis. Jujun S. Suriasumantri (1985: 20) mengatakan juga bahwasannya penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedangkan penelitian terapan adalah bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Zainal (2012: 54)
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena dalam variabel tunggal maupun korelasi dan atau perbandingan. Sedangkan pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (Moloeng, 1989: 3) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Lebih lanjut Nasution (1996: 5) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa mereka dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Selain itu Moleong (2010: 3) mengemukakan juga bahwa:
Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia pada kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
(21)
38
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nasution (1996:18) mengistilahkan juga penelitian kualitatif dengan penelitian naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes. Dilihat dari pengertian diatas, metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang lamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Metode kualitatif biasanya berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu di dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi di dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability. Di dalam penelitian ini, masalah yang dihadapi adalah mengenai siswa-siswi. Oleh karena itu, secara metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pada hakekatnya pendekatan ini untuk mengamati orang dan lingkungannya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 2003: 5).
Analisis deskriptif merupakan proses tentang penggambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk
(22)
39
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melihat karakteristik data yang kita peroleh. Dalam hal ini, data yang dideskripsikan adalah data kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik. Dipilihnya pendekatan ini adalah didasarkan pada permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian. Peneliti ingin mengetahui bagaimana peran PKn dalam meningkatkan keantusiasan siswa terhadap budaya lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif pada penelitian ini menggambarkan segala sesuatu yang menjadi kebiasaan siswa dalam meningkatkan antusiasnya terhadap kebudayaan lokal.
B. Definisi Operasional
Definisi operasional didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati, dan didefinisikan oleh peneliti. Sebagaimana dikemukakan oleh Widjono (2007: 120)
bahwa “definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman
untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian”. Terdapat banyak istilah yang digunakan pada penelitian ini. Baik judul maupun isi. Penelitian ini perlu diklarifikasikan guna memperoleh kesamaan dalam persepsi, istilah-istilah tersebut antara lain:
1. Pembelajaran
Pembelajaran adalah perpaduan dua aktivitas yakni mengajar dan aktivitas belajar itu sendiri. Sugandi (2000:4) mengatakan “belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan dan latihan”. Ciri-ciri dari pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000:5) antara lain:
a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistemis;
b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar;
c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa;
d. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa;
(23)
40
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.
Sejalan dengan pendapat diatas, penulis dapat mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan komunikasi atau interaksi antara guru dengan siswa untuk menumbuhkan perubahan yang akan membentuk sumber daya manusia yang potensial dan menciptakan siswa yang bukan sekedar tahu tentang kebudayaan lokal, namun ikut melestarikan kebudayaan lokal yang ada di daerahnya masing-masing.
2. Pendidikan Kewarganegaraan
Sri Wuryan dan Syaifullah (2008:9) mengatakan bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan sarana untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Selain itu, S. Sumarsono (2001: 7) mengemukakan bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari seorang warga negara dalam berhubungan dengan negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan nasional, dan ketahanan nasional.
Dari pendapat diatas, penulis mengemukakan pula bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang didalamnya terdapat bagaimana menjadi warga negara yang bisa memenuhi hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik. Selain itu, PKn membahas tentang bagaimana cara menjadi warga negara yang baik, yang memiliki jiwa Pancasila, dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab akan segala keputusan yang tepat untuk dirinya dan orang lain.
3. Antusias
Menurut Kamus Pelajar Bahasa Indonesia, antusias merupakan “bergairah,
(24)
41
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebagaimana yang dilangsir dalam (andika.web.id/tag/antusiasme), “antusias berasal dari bahasa Yunani En Theos dan secara harfiah berarti Allah didalam
kita. Antusias adalah sebuah sikap (attitude)”. Pengertian diatas, penulis dapat mengemukakan pengertian dari Antusias. Antusias atau antusiasme merupakan perasaan ingin memiliki, ingin merasakan terhadap sesuatu yang ia temui atau ia inginkan.
4. Budaya Lokal
Ranjabar (2006: 150) mengemukakan bahwa “budaya lokal dapat dilihat dari sifat majemuk masyarakat Indonesia, maka harus diterima bahwa adanya tiga golongan kebudayaan yang masing-masing mempunyai coraknya sendiri’. Penulis juga dapat mengemukakan bahwa kebudayaan lokal merupakan suatu kebudayaan yang berada di dalam daerah, yang mempunyai suatu ciri khas tertentu, yang layak untuk dilestarikan dan dilindungi.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dan strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data yaitu mengumpulkan kembali dokumen-dokumen yang akan digunakan, seperti perangkat instrumen, surat izin penelitian, dan sebagainya. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya.
Sugiyono (2011: 224) mengatakan bahwa:
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setiing-nya, data dapat dikumpulkan pada natural setting, pada laboratorium dengan metode eksperimen, dirumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, dijalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang langsung memberikan data
(25)
42
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kepada pengumpul data, dan data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan obervasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Dalam penelitian ini sumber datanya adalah Kepala sekolah, Wakasek bidang Kurikulum, Wakasek bidang Kesiswaan, Pembina Ekstrakurikuler, Guru PKn dan siswa sebagai data pembanding. Untuk memperoleh data, maka penulis menggunakan pengumpul datanya adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara lisan terhadap responden, dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disediakan. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2011: 180). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 72), maksud dari wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Penulis melakukan wawancara langsung kepada kepala sekolah, siswa kelas VII dan guru PKn di SMPN 1 Rancakalong.
Wawancara ini bertujuan untuk “mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi (Nasution, 2003:73). Dengan wawancara mendalam ini diharapkan dapat diperoleh bentuk-bentuk informasi tertentu dari semua responden dengan susunan kata dan urutan yang disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden. Hal tersebut dimungkinkan sebagaimana dikemukakan Mulyana (2011:181), bahwa:
(26)
43
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wawancara mendalam bersifat luwes, susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya) responden yang dihadapi.
Berdasarkan hal tersebut, maka metode ini memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya, untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan. Lincoln and Guba (Sugiyono, 2011: 235) mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalan penelitian kualitatif, yaitu:
1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
3. Mengawali atau membuka alur wawancara 4. Melangsungkan alur wawancara
5. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya 6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh Selain dari langkah-langkah dalam melakukan wawancara, Moeloeng (Sugiyono: 2011) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan yaitu:
1. Pertanyaannya yang berkaitan dengan pengalaman 2. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat 3. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan 4. Pertanyaan tentang pengetahuan
5. Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
6. Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Jenis - jenis pertanyaan dalam melakukan wawancara ini saling berkaitan satu sama lain. Penulis lebih menekankan pada jenis pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman dan pertanyaan tentang pengetahuan. Karena jenis pertanyaan ini lebih cocok dalam melakukan wawancara sesuai dengan judul yang penulis tulis.
(27)
44
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Observasi,
Observasi yaitu suatu pengamatan yang dilakukan atas pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Zainal (2012: 170) berpendapat “observasi adalah Suatu kegiatan observasi dimana observer (orang yang melakukan observasi) terlibat atau berperan serta dalam lingkungan kehidupan orang-orang yang diamati”. Disamping itu Arikunto (2006:129) berpendapat bahwa “observasi dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan instrumen pengamatan maupun tanpa instrumen pengamatan”. Selain itu, Nasution (Sugiyono, 2011: 226) mengatakan juga bahwa:
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.
“Pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama
baik dari pihak pengamat maupun dari pihak subjek” (Moleong, 2010:126).
Dalam penelitian ini, peneliti mengamati langsung bagaimana siswa setelah mempelajari mata pelajaran PKn yang berbasis kebudayaan lokal. Apakah telah tercermin bahwa siswa bisa antusias dan bisa lebih mengenal kembali akan kebudayaan lokalnya, atau bahkan tidak sama sekali.
Dalam melakukan observasi, yang paling evektif caranya yaitu dengan melengkapi setiap pedoman observasi atau pedoman pengamatan yang berupa blangko pengamatan. Format yang disusun tersebut berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan tejadi. Setelah itu, peneliti sebagai seorang pengamat tinggal memberikan tanda (√) pada kolom yang dikendaki pada firmat tersebut. Orang yang melakukan pengamat disebut dengan
(28)
45
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengamat. Sanafiah (Sugiyono, 1990: 226) mengklasifikasikan obervasi menjadi beberapa macam observasi yang ditunjukkan seperti gambar 3. 2 berikut.
Gambar 3. 2. Macam-macam teknik observasi
Dilihat dari gambar diatas, macam-macam teknik observasi yaitu:
1. Observasi Partisipatif, dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang akan diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Seperti yang telah dikemukakan bahwa observasi ini dapat digolongkan menjadi empat yaitu, partisifasi pasif, partisifasi moderat, partisifasi aktif dan partisifasi yang lengkap.
Observasi yang pasif
Observasi yang moderat
Observasi yang aktif
Observasi yang lengkap Observasi
partisipatif
Observasi terus terang dan samar
Observasi tak terstruktur Macam-macam
(29)
46
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Partisipasi pasif. Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
b. Partisipasi moderat. Dalam hal ini terdapat keseimbangan antara peneliti manjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.
c. Partisipasi aktif. Dalam observasi ini peneliti ikut melaksanakan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
d. Partisipasi lengkap. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sepenuhnya oleh sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.
2. Observasi terus terang atau tersamar, dalam hal ini peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktifitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat, peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan jika dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
3. Observasi tak berstruktur, observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur, karena fokus penelitian masih belum jelas. Fokus observai akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.
Menurut Patton (Sugiyono, 2011: 228) menggatakan bahwa manfaat dari melakukan observasi yaitu:
1. Dengan observasi dilapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
(30)
47
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
3. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau atau tidak diamati oleh orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
4. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. 5. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar
persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang komprehensif.
6. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.
Dalam proses penelitian, seorang peneliti harus melalui beberapa tahapan observasi yang harus dilaluinya. Seperti yang diungkapkan oleh Spradley (Sugiyono, 2011: 230) tahapan observasi ditunjukkan seperti gambar 3.3 berikut.
Gambar 3.3. Tahap Observasi
Berdasarkan gambar 3.3 diatas terlihat bahwa tahapan observasi ada tiga yaitu, observasi deskriptif, observasi terfokus, dan observasi terseleksi.
a. Observasi deskriptif, dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian.
TAHAP DESKRIPSI TAHAP REDUKSI TAHAP SELEKSI Memasuki situasi sosial: Menentukan fokus: Mengurai fokus: Menjadi ada tempat, aktor, memilih diantara yang komponen yang lebih rinci aktivitas telah dideskripsikan
(31)
48
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Observasi terfokus, pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour
observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk
difokuskan pada aspek tertentu.
c. Observasi terseleksi, Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. 3. Studi dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan karya-karya lainnya. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari obervasi dan wawancara, akan lebih dapat dipercaya atau kredibel jika didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi, tetapi perlu diingat dan dipahami juga bahwasannya tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contohnya banyak foto yang tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Demikian juga dengan autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri, yang di dalamnya sering berisi subyektif.
Studi dokumentasi menurut Zainal (2012:170) mengatakan bahwa studi dokumentasi adalah sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, laporan, foto dan sebagainya. Peneliti mengumpulkan dokumentasi-dokumentasi yang berhubungan dengan peran PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap kebudayaan lokal. Arikunto (2006: 236) menjelaskan bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar,
(32)
49
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Studi dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperkuat data hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah, tujuan, fungsi, dan lain sebagainya.
D. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu, sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis. Setelah mengadakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi, langkah penting lainnya dalam penelitian ini yaitu analisis data. Menurut Sugiyono (2010: 244) analisis data adalah:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Rancangan penelitian kualitatif sebagaimana yang diibaratkan oleh Bogdan (Sugiyono, 2011: 231) bahwasannya penelitian kualitatif itu seperti orang yang hendak melakukan piknik, dimana ia baru tahu tempat yang akan dituju dan belum tahu seperti apa tempat yang akan dituju tersebut. Ia akan tahu kondisinya seperti apa setelah ia memasuki obyek, dengan cara membaca berbagai informasi tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat obyek dan aktifitas orang yang ada disekelilingnya, melakukan wawancara dan sebagainya. Proses penelitian kualitatif juga dapat diibaratkan seperti orang asing yang mau melihat
(33)
50
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertunjukkan wayang kulit atau kesenian, atau peristiwa lain. Ia belum tahu apa, mengapa, bagaimana wayang kulit itu. Ia akan tahu tentang wayang kulit itu seperti apa setelah ia melihat, mengamati, dan menganalisis dengan serius.
Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat dikemukakan bahwa walaupun peneliti kualitatif belum memiliki masalah, atau keinginan yang jelas, tetapi dapat langsung memasuki obyek/ lapangan. Pada waktu memasuki obyek tersebut, peneliti tentu masih merasa asing terhadap obyek terebut, seperti halnya orang asing yang masih asing terhadap pertunjukkan wayang kulit. Setelah memasuki obyek, peneliti kualitatif akan melihat segala seuatu tentang tempatnya itu, yang masih bersifat umum. Seperti orang asing yang hendak melihat pertunjukkan wayang kulit, ia hanya akan melihat penontonnya, panggungnya, gamelannya, penabuhnya pemain gamelannya), wayangnya, dalangnya, pesindennya (penyanyinya) aktifitas penyelenggaranya. Pada tahap ini sering disebut tahap orientasi atau deskripsi, dengan grand tour question. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan ditanyakan. Mereka baru akan mengenal serba sepintas terhadap informasi yang diperolehnya.
Analisis data yang sesuai dengan penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
a. Data Reduction (reduksi data)
Data yang ditemukan dilapangan akan semakin banyak dan kompleks. Untuk itu, data yang diperoleh dilapangan dicatat (ditulis/diketik) secara teliti dan rinci dalam bentuk uraian. Reduksi data ini harus segera direduksi, dirangkum, dipilih, dan difokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan lebih mudah dikendalikan. Pada tahap ini peneliti menyortir data dengan cara memilih data yang menarik, penting, berguna dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka data-data tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian..Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai.
(34)
51
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, jika dalam penelitian peneliti menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam reduksi data. Ibarat melakukan penelitian dihutan, maka pohon-pohon atau tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang belum dikenal selama ini, justru dijadikan fokus untuk pengamatan selanjutnya.
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.
b. Data Display (penyajian data)
Setelah reduksi data, selanjutnya penyajian data. Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, dan sejenisnya. Dalam penyajian ini maka data terorganisasi dan tersusun dalam bentuk pola hubungan, sehingga akan semakin mudah untuk dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori Miles and Huberman (Sugiyono, 2011: 249) menyarankan bahwa dalam melakukan display
data, selain dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network
(jejaring kerja) dan chart. Untuk mengecek apakah peneliti telah memahami apa yang didisplaykan atau ditampilkan, maka perlu dijawab pertanyaan berikut. Apakah anda tahu, apa isi yang didisplaykan? Dalam mendisplaykan data, huruf besar, huruf kecil dan angka disusun ke dalam urutan sehingga strukturnya dpat dipahami. Selanjutnya adalah dilakukan analisis secara mendalam, ternyata ada hubungan yang interaktif antara tiga kelompok tersebut.
c. Conclusion Drawing / Verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi)
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam penarikan kesimpulan dan verifikasi ini mungkin akan menjawab rumusan
(35)
52
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin tidak. Penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan mungkin akan berkembang setelah dilapangan. Maksudnya yaitu peneliti kembali terhadap kesimpulan yang telah dibuat. Apakah kesimpulan yang telah dibuat itu kredibel atau tidak. Untuk memastikan kesimpulan yang telah dibuat tersebut, maka peneliti masuk kelapangan lagi, mengulangi pertanyaan dengan cara dan sumber yang berbeda, tetapi tujuan sama. Kalau kesimpulan telah diyakini memiliki kredibilitas yang tinggi, maka pengumpulan data dinyatakan selesai.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih semu sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori Bila telah didukung oleh data-data yang mantap, maka dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel.
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Pada dasarnya dalam penelitian kualitatif belum ada teknik yang baku dalam menganalisa data, atau dalam analisa data kualitatif, tekniknya sudah jelas dan pasti, sedangkan dalam analisa data kualitatif, teknik seperti itu belum tersedia, oleh sebab itu ketajaman melihat data oleh peneliti serta kekayaan pengalaman dan pengetahuan harus dimiliki oleh peneliti. Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui sumber yang lainnya. Menurut Moloeng (2007:330), trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
(36)
53
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lainnya. Denzin (dalam Moloeng, 2007:330) membedakan empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.
Trianggulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan observasi tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan di antara keduannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi dalam memperoleh data primer dan skunder, observasi dan interview digunakan untuk menjaring data primer yang berkaitan pengambilan keputusan kepala sekolah dengan kesiapan sekolah dalam penerapan pembelajaran, sementara studi dokumentasi digunakan untuk menjaring data skunder yang dapat diangkat dari berbagai dokumentasi tentang tugas-tugas pokok dan pengelolaan sekolah.
Tahap-tahap dalam pengumpulan data dalam suatu penelitian, yaitu tahap orientasi, tahap ekplorasi dan tahap member chek. Tahap orientasi, dalam tahap ini yang dilakukan peneliti adalah melakukan prasurvey ke lokasi yang akan diteliti, dalam penelitian ini prasurvey dilakukan di SMP Negeri 1 Rancakalong, dengan melakukan dialog dengan kepala sekolah, dan guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kemudian peneliti juga melakukan studi dokumentasi serta kepustakaan untuk melihat dan mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Tahap eksplorasi, tahap ini merupakan tahap pengumpulan data di lokasi penelitian, dengan melakukan wawancara dengan unsur-unsur yang terkait, dengan pedoman wawancara yang telah disediakan peneliti, dan melakukan observasi tidak langsung tentang kondisi sekolah dan mengadakan pengamatan langsung tentang pengambilan keputusan di sekolah itu. Tahap member chek, setelah data diperoleh di lapangan, baik melalui observasi, wawancara ataupun studi dokumentasi, responden diberi kesempatan untuk menilai data informasi yang telah diberikan kepada peneliti, untuk melengkapi
(37)
54
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
atau merevisi data yang baru, maka data yang ada tersebut diangkat dan dilakukan audit trail yaitu menchek keabsahan data sesuai dengan sumber aslinya.
F. Lokasi dan Subjek Penelitian a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Rancakalong. Dipilihnya sekolah ini karena SMPN 1 Rancakalong memiliki keberagaman budaya. Seperti kebiasaan, adat istiadat, dan lain-lain. Sekolah ini terdapat di Desa Nagarawangi, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang (depan koramil Rancakalong). Letak sekolahnya sekitar 500 meter dari Kantor Kecamatan Rancakalong.
b. Subjek Penelitian
Salah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kuantitatif adalah bahwa gejala dari suatu obyek itu bersifat parsial. Dengan demikian berdasarkan gejala tersebut, peneliti kuantitatif dapat menentukan variabel-variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih secara purposif bertalian dengan tujuan tertentu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Moleong (2010:165) bahwa “...pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan”.
Berdasarkan uraian di atas, maka subjek yang akan diteliti ditentukan langsung oleh peneliti. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi kelas VII SMPN 1 Rancakalong. Selain itu, untuk memperkuat dan melengkapi data hasil penelitian penulis mencari informasi kepada:
(38)
55
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Guru PKn SMPN 1 Rancakalong; c. Siswa kelas VI SMPN 1 Rancakalong.
Berdasarkan subjek penelitian diatas, maka diharapkan dapat membantu demi tuntasnya penelitian ini. Dipilihnya subjek-subjek tersebut atas pertimbangan-pertimbangan yang ditentukan. Pertimbangan tersebut diantaranya, karena subjek diatas merupakan orang-orang yang berkompeten dibidangnya, dan merupakan subjek yang sesuai dengan penelitian ini.
(39)
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KesimpulanAdapun kesimpulan yang dapat penulis rumuskan dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, adalah sebagai berikut:
1. Kesimpulan Umum
Sekolah SMP Negeri 1 Rancakalong adalah salah satu sekolah yang masih mempertahankan komitmen yang tinggi dalam memelihara nilai-nilai budaya yang ada di daerah Rancakalong. Hal tersebut dapat terlihat di dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang masih mengenalkan kebudayaan yang ada di daerah Rancakalong khususnya, dan Sumedang umumnya. Disamping itu, mata pelajaran lain pun tidak luput ikut kontribusi dalam pelestarian kebudayaan lokal yang ada di Rancakalong. Seperti seni budaya dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Siswa SMP Negeri 1 Rancakalong merupakan siswa daerah yang memiliki multikultur yang diwariskan orang nenek moyang mereka. Namun mereka masih memerlukan pembinaan dan pembelajaran tentang kebudayaan lokal untuk menunjang ilmu pengetahuan dibidang kebudayaan tersebut. Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang menggunakan kebudayaan lokal sebagai media pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk dijadikan sebagai transformasi ilmu. siswa tidak hanya sekedar meniru dan menerima informasi, tetapi siswa menciptakan makna, pemahaman, dan arti informasi yang diperolehnya.
2. Kesimpulan Khusus
a. RPP dibuat setiap semester dalam forum MGMP, dimana program tahunan, program semester dan silabus dibuat bersama seluruh guru PKn se-Kabupaten Sumedang. Selain itu, RPP dibuat secara individu dengan menyesuaikan pada keadaan sekolah dan peserta didik. Guru menyusun silabus dan RPP yang didalamnya terdapat tujuan
(40)
83
pembelajaran, metode pembelajaran, materi yang akan dibahas, media pembelajaran yang digunakan saat pembelajaran berlangsung, sumber dan penilaian. Disamping itu, RPP yang digunakan di SMP Negeri 1 Rancakalong masih perlu perbaikan lagi dalam format penulisannya, dan dikembangkan menurut ketentuan nasioanal.
b. Proses penerapan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal telah sesuai dengan RPP yang ada, meskipun bukan RPP secara khusus. Proses penerapan pembelajaran dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal ini, guru menggunakan cerita-cerita tentang kebudayaan lokal, sehingga siswa bisa antusias dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat terlihat saat pembelajaran, siswa bukan hanya mendengarkan, namun siswa aktif dalam bertanya. Selanjutnya siswa akan diberi tugas secara berkelompok untuk mencari kebudayaan-kebudayaan yang ada di daerah-daerah yang telah ditunjuk oleh guru. Hasil dari pembelajaran ini siswa dituntut untuk bisa mentransformasikan segala informasi yang didapatnya bukan hanya sekedar tahu tentang kebudayaan lokal, namun ikut mengaplikasikan dan mengetahui makna yang terkandung dalam kebudayaan lokal tersebut.
c. Kendala yang dihadapi dalam proses penerapan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan antusias siswa terhadap kebudayaan lokal yaitu:
1. Siswa belum mengetahui kebudayaan-kebuadayaan yang ada di daerahnya masing-masing
2. Kurangnya antusias siswa terhadap budaya lokal
3. Terbatasnya sumber pembelajaran untuk dijadikan literatur dalam penyampaian materi, dan
4. Rendahnya kemampuan guru dalam mempersiapkan peralatan yang dapat merangsang minat, ingatan, dan pengenalan kembali siswa terhadap buaya masing-masing dalam konteks pengalaman belajar yang diperoleh.
(41)
84
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala saat proses penerapan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu:
a. Guru memberikan tugas kepada siswa secara aktif agar siswa bisa berfikir dan bertindak secara kritis
b. Menahan diri agar tidak bersikap otoriter atau satu-satunya sumber informasi bagi siswa, dan
c. Dapat merancang proses pembelajaran secara kreatif, aktif, menarik.
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian di atas, penulis sarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Kepada generasi muda sebagai penerus bangsa diharapkan:
a. Agar dapat ikut serta dalam melestarikan kebudayaan lokal. Karena hal ini merupakan akar dari lahirnya budaya Nasional sebagai kekayaan dari Bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Namun bukan berarti kita tidak boleh mengenal kebudayaan luar. Ketika kita ikut dalam arus modernisasi, harus bisa menyaring mana yang sesuai/memberi efek negatif dan mana yang tidak.
b. Selalu menjaga keasrian lingkungan alam dan kebudayaan lokal. Marilah kita selalu melesrarikan kebudayaan dan kita wariskan kebudayaan ini hingga ke anak cucu kita, apalagi mengingat Negara Indonesia adalah Negara yang sangat luas yang terdiri dari beberapa pulau yang besar dan ribuan pulau yang kecil dengan penduduk yang beraneka ragam mulai dari suku, ras, agama dan lain sebagainya. Semua itu secara tidak langsung telah memperkaya bangsa kita ini akan kebudayaan yang mungkin selama ini mulai pudar terkikis dan tertutupi oleh kebudayaan-kebudayaan asing yang selama ini kita anggap lebih maju dan lebih tren, sekali lagi penulis mengajak marilah kita lestarikan dan kita tanamkan sendi-sendi kebudayaan di dalam diri kita sehingga kita
(1)
84
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala saat proses penerapan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu:
a. Guru memberikan tugas kepada siswa secara aktif agar siswa bisa berfikir dan bertindak secara kritis
b. Menahan diri agar tidak bersikap otoriter atau satu-satunya sumber informasi bagi siswa, dan
c. Dapat merancang proses pembelajaran secara kreatif, aktif, menarik.
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian di atas, penulis sarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Kepada generasi muda sebagai penerus bangsa diharapkan:
a. Agar dapat ikut serta dalam melestarikan kebudayaan lokal. Karena hal ini merupakan akar dari lahirnya budaya Nasional sebagai kekayaan dari Bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Namun bukan berarti kita tidak boleh mengenal kebudayaan luar. Ketika kita ikut dalam arus modernisasi, harus bisa menyaring mana yang sesuai/memberi efek negatif dan mana yang tidak.
b. Selalu menjaga keasrian lingkungan alam dan kebudayaan lokal. Marilah kita selalu melesrarikan kebudayaan dan kita wariskan kebudayaan ini hingga ke anak cucu kita, apalagi mengingat Negara Indonesia adalah Negara yang sangat luas yang terdiri dari beberapa pulau yang besar dan ribuan pulau yang kecil dengan penduduk yang beraneka ragam mulai dari suku, ras, agama dan lain sebagainya. Semua itu secara tidak langsung telah memperkaya bangsa kita ini akan kebudayaan yang mungkin selama ini mulai pudar terkikis dan tertutupi oleh kebudayaan-kebudayaan asing yang selama ini kita anggap lebih maju dan lebih tren, sekali lagi penulis mengajak marilah kita lestarikan dan kita tanamkan sendi-sendi kebudayaan di dalam diri kita sehingga kita
(2)
85
masih tetap bisa dibedakan dengan hewan atau binatang secara fundamental.
2. Kepada masyarakat diharapkan untuk:
a. Terus menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi yang berada di wilayah kita, dan begitupun dengan pelestarian alam yang harus selalu dijaga keseimbangannya. Karena hal itu untuk keberlangsungan hidup manusia juga.
b. Ikut berpartisipasi dalam pengelolaan kebudayaan lokal yang ada di daerah kita, serta harus mengolah hasil sumber daya alam dengan efektif demi kemakmur masa kini, dan masa yang akan datang.
3. Kepada SMP Negeri 1 Rancakalong:
a. Meningkatkan pembelajaran dengan menggunakan kebudayaan lokal sebagai media pembelajaran, sebagai salah satu proses pelestarian kebudayaan lokal.
b. Selalu memberikan arahan, pemahaman, dan pembinaan kepada seluruh siswa dan siswi SMP Negeri 1 Rancakalong agar selalu menjaga sumber daya alam yang ada disekitar kita.
4. Kepada guru/ pendidik berkaitan dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di persekolahan, diharapkan:
a. Ikut berpartisipasi dalam pelestarian budaya yang ada yang sesuai dengan kearifan budaya lokal.
b. Dengan adanya berbagai tradisi yang ada di Rancakalong, dijadikan sebagai bahan untuk etnopedagogic. Sehingga pengetahuan siswa yang akan selalu bertambah dan tidak akan mengalami kejenuhan untuk melakukan pembelajaran di luar kelas saja, namun dapat melihat, memahami, dan menganalisis berbagai kejadian yang ada di wilayah kita. Sehingga siswa bisa memberikan pengamatan dan hasil yang diharapkan.
c. Untuk di dunia perkuliahan, dengan adanya mata kuliah hukum adat bisa menjembatani dan memberikan berbagai ilmu
(3)
86
pengetahuan kepada generasi muda akan adat istiadat kebudayaan lokal.
5. Kepada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan:
a. Semoga kebudayaan lokal bisa lebih diutamakan, mengingat kebudayaan lokal merupakan salah satu aset Indonesia yang harus dilestarikan.
b. Mata kuliah Hukum Adat lebih diutamakan demi terciptanya Indonesia yang berbudaya.
6. Kepada peneliti selanjutnya:
Untuk lebih bisa meneliti secara mendalam dan bisa memecahkan permasalahan tentang bagaimana peran PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal. Ditandai dengan siswa yang bukan hanya tahu tentang kebudayaannya namun ikut melestarikannya juga.
(4)
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Anthonio. (2005). Kebudayaan Lingkungan. Jakarta: Pustaka Pelajar
Arifin, Zainal. (2012). Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Djahiri, Kosasih.(1994/1995). Dasar-Dasar Umum Metodologi dan Pengajaran
Nilai-Moral PVCI. Bandung: Lab PKn.
Djiwandon, Sri Esti W. (1989). Psikologi Pendidikan. Grasindo Edwin. Kamus Pelajar Bahasa Indonesia. Surabaya: Alfa.
Gama, Judistira K. (2008). Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung: Lemlit Unpad.
Ganjar, DKK. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek
Hamidi, Jazim, Mustafa (2010). Civics Education, Antara Realita Politik dan
Implementasi Hukumnya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jungjunan, Ricky. (2012). Peran Guru PKn dalam Membentuk Karakter Disiplin
Siswa. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPIPS UPI Bandung: Tidak
diterbitkan.
Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia
Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Liliweri, Alo. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara.
Moloeng, J, Lexy. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
(5)
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mulyana, Rohmat. (2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta
Mulyasa, E. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Nasution. (2009). METODE RESEARCH. Jakarta: Bumi Aksara
Noorkasiani, Rita. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: Kedokteran EGC. Nurmalina, Komala dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ranjabar, Jacobus. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Rikudo, Ferdian. (2011). Pendidikan Kewarganegaraan dan Tujuannya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Soekmono, R. (1981). Pengantar Sejarah Indonesia 1. Yogyakarta: Kanisius Yogyakarta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta CV
Sumantri, Muhammad Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan
IPS. Bandung: Jurusan PKn FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.
Sutarno. (2011). Pembelajaran Berbasis Budaya. Bandung: Alfabeta CV
Wahab, Abdul Aziz dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.
Wuryan, Sri. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (CIVICS). Bandung: Laboratorium PKn.
Andriani, Ana. (2010). Melatih Antusiasme Siswa Terhadap Pembelajaran. [Online]. Tersedia : http://arinet66.wordpress.com/2010/01/25/artikel-melatih-antusiasme-siswa-terhadap-pembelajaran/. [25 Januari 2010].
(6)
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wulandari, Suhaidah N. (2012). Silabus Dan Rpp(Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) Tematik. [Online]. Tersedia :
http://snwulandari.blogspot.com/2012/05/pengertian-silabus-dan-rpp.html. [ 7 Mei 2012].